Pembimbing :
dr. Kamal Agung W. Sp.B-KBD
Disusun oleh :
Fardan Chaisar G4A018057
Disusun oleh :
Fardan Chaisar G4A018057
Mengetahui,
Pembimbing
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga presentasi kasus dengan judul “OBSTRUKSI
JAUNDICE ET CAUSA KOLELITIASIS” ini dapat diselesaikan. Presentasi
kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Bedah. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan
datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Kamal Agung W, Sp.B - KBD selaku dokter pembimbing
2. Dokter-dokter spesialis bedah di SMF Ilmu Bedah RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto
3. Orang tua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah
henti diberikan kepada penulis
4. Rekan-rekan ko-assisten Bagian Ilmu Bedah atas semangat dan dorongan
serta bantuannya.
Penulis menyadari presentasi kasus ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaannya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini
bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam maupun di luar lingkungan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
A. Identitas Penderita
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
No RM : 02101591
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cikura RT 04/02 Bojong Tegal, Bojong
Kab. Tegal, Jawa Tengah 213
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal masuk RSMS : 13 Juni 2019
Tanggal periksa : 14 Juni 2019
B. Anamnesis
Keluhan utama :
Nyeri perut
C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di Bangsal Teratai RSMS, 14 Juni 2019
a. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis, GCS: 15 (E4M6V5)
c. Vital sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respiration Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,6 0C
d. Berat badan : 50 kg
e. Tinggi badan : 160 cm
f. Status generalis
1) Kepala
Bentuk : mesochepal, simetris
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
2) Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)
3) Telinga : otore (-/-)
4) Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-),
discharge (-/-)
5) Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
6) Leher
Trakhea : deviasi trakhea (-/-)
Kelenjar lymphoid : pembesaran (-), nyeri (-)
Kelenjar thyroid : tidak membesar
7) Thorak
a) Paru
i. Inspeksi : bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-/-),
retraksi (-).
ii. Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri seimbang.
iii. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
iv. Auskultasi : Suara dasar vesikuler di kedua lapang paru
(+/+), wheezing(-), ronkhi (-)
b) Jantung
i. Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada
dindig dada sebelah kiri
ii. Palpasi : teraba ictus cordis, kuat angkat di SIC V
iii. Perkusi :
Batas jantung kanan atas : SIC II Linea Parasternal Dextra
Batas jantung kiri atas : SIC II Linea Parasternal Sinistra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV Linea Parasternal Dextra
Batas jantung kiri bawah : SIC V Linea Midklavikula Sinistra
iv. Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)
8) Abdomen (Lihat pada Pemeriksaan Lokalis)
a) Inspeksi : datar
b) Auskultasi : bising usus (+) normal
c) Perkusi : timpani di semua lapang abdomen
d) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (+)
9) Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas Ekstremitas
superior Inferior
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral dingin - - - -
F. Planning
Inf RL500 ml 20 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 gr
Curcuma 2x1 mg
Vitamin B Complex 2x1 mg
Laparotomi Eksplorasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Obstruksi Jaundice
1. Definisi
Jaundice atau ikterik adalah perubahan warna kuning pada kulit dan
mukosa yang disebabkan karena meningkatnya kadar bilirubin serum yang
disebabkan oleh obstruksi aliran keluar normal empedu. Kadar bilirubin
normal ialah 0.2-0.8 mg/100 ml. Obstruksi jenis apapun yang disebabkan
oleh apapun seperti batu, striktur, tumor, endapan sekunder, tekanan dari
luar, ligase atau cedera dibagian manapun di saluran empedu menyebabkan
terhambatnya aliran empedu. Obstruksi jaundice adalah suatu kondisi yang
disebabkan oleh terblokirnya aliran normal biliaris dari hepar menuju
duodenum (Tahir, 2013).
2. Fisiologi
Bilirubin merupakan produk dari pemecahan hemoglobin. Bilirubin
bebas bergabung dengan albumin plasma yang dibawa ke hati melalui
peredarannya. Hal ini disebut bilirubin tak terkonjugasi yang memiliki sifat
tidak larut dalam air (bilirubin indirect). Albumin memisahkan diri dari
bilirubin di hati dan bersirkulasi dalam plasma sementara bilirubin
memasuki hepatosit. Bilirubin bergabung dengan protein sitoplasma
hepatosit. Kombinasi ini teraktivasi dengan glucuronyl transferase dan
bilirubin glucoronid terbentuk yang dieksresikan menuju saluran bilier.
Bilirubin ini disebut dengan bilirubin terkonjugasi yang memiliki sifat larut
dalam air. Empedu diproduksi di hati dan diangkut melalu kanalikuli bilier
intrahepatik ke saluran hati kanan dan kiri. Saluran ini bergabung
membentuk duktus hepatikus yang membawa empedu ke kantong empedu
melalui ductus sistikus dan ke duodenum melalui ductus biliaris. Dalam
kandung empedu, cairan empedu akan di simpan, terkonsentrasi, dan keluar
akibat efek makanan berlemak (ACS, 2017). Hiperbilirubinemia
disebabkan akibat beberapa alasan diantaranya (Tahir, 2013).:
1) Pre hepatic Jaundice
Pre hepatic jaundice terjadi akibat kelebihan produksi dari bilirubin.
Kebanyakan penyebabnya ialah kerusakan berlebihan sel darah merah
Produksi bilirubin jauh lebih cepat dari pada ekskresi. Bilirubin indirect
meningkat dalam jenis ini.
2) Intra Hepatic jaundice
Intra hepatic jaundice terjadi karena penyerapan bilirubin yang rusak
oleh sel hati. Konjugasi yang rusak oleh hepatosit dan sekresi yang rusak
dari bilirubin terkonjugasi ke saluran empedu.
3) Post hepatic jaundice
Post hepatic jaundice terjadi karena obstruksi aliran keluar empedu. Ini
mungkin terjadi karena obstruksi di lumen saluran empedu atau
didinding salura atau oleh tekanan dari luar saluran. Bilirubin direct
meningkat dalam jenis ini.
Gambar 2.1 Perbedaan prehepatic, intrahepatic, dan post hepatic jaundice. (ACS, 2017).
3. Etiologi
a. Dalam lumen
1) Gall stones (Cholelitiasis): Adanya gumpalan material atau Kristal
padat yang terbentuk dalam kandung empedu.
2) Parasit: contoh parasit seperti Clonorchis sinesis, Opistorchis
species, Fasciola hepatica (Gut, 2012).
b. Penyebab intrinsic
1) Congenital atresia: atresia bilier ditandai oleh obliterasi atau
diskontinuitas system empedu ekstrahepatik, yang mengakibatkan
obstruksi aliran empedu. Atresia jenis ini terbentuk sejak lahir
(Haber et al., 2008)
2) Strictures : penyempitan saluran empedu sering disebabkan oleh
cedera pada saluran empedu selama operasi.
3) Cholangitis : infeksi bakteri pada saluran empedu yang biasanya
disebabkan oleh batu empedu, neoplasma bahkan stricture
(Alizadeh, 2017).
4) Cholangiocarcinoma: (CCC’s) adalah keganasan system saluran
empedu yang mungkin berasal dari hati dan saluran empedu
ekstrahepatik, yang berakhir di ampula vater (Blechacz, 2017).
c. Penyebab ekstrinsic
1) Pancreatitis: infeksi pada pancreas yang seringkali menyebabkan
gallstone (Zakaria, 2009).
2) Tumor of head of pancreas: Tumor pada kaput pancreas akan
menyebabkan penekanan pada saluran empedu.
3) Tumor of ampula of vater: Tumor ampula vater dapat menyebabkan
statis saluran empedu.
4. Kriteria Diagnostik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjukan adanya tanda dan
gejala sangat penting dan sangat berguna dalam mendiagnosa ikterik seperti
(Pascnan et al., 1992):
a. Yellowish discoloration
b. Urin yang berwarna gelap (akibat adanya water soluble bilirubin)
c. Tinja yang berwarna pucat (akibat kurangnya stercobilin)
d. Gatal (akibat iritasi dari Kristal bilirubin dimana terekskresi melalui
keringat)
e. Sclera, mukosa, dan kulit yang berwarna kekuningan
f. Scratch marks on skin (akibat gatal)
g. Kuku yang mengkilap (Akibat garukan kulit)
Abdominal examination:
Palpable mass:
a. Urine examination
Urin mengandung bilirubin tetapi tidak dengan urobilinogen.
b. Blood examination
Estimasi hemoglobin, Jumlah Leukosit total, jumlah leukosit diferensial
dan tingkat sedimentasi.
c. Liver function tests
Level bilirubin meningkat (Direct lebih dari indirect), uji enzim
membantu menilai kerusakan parenkim hepar. Prothrombin time perlu
diperbaiki apabila terganggu, dan protein serum membantu menilai
secara keseluruhan kapasitas sintesis hepar.
B. Kolelitiasis
1. Definisi
Cholelitiasis adalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu dengan
komposisi kolesterol lebih dari 50%, atau bentuk campuran 20-50%
berunsurkan kolesterol dan presdisposisi dari batu kolesterol adalah orang
dengan usia yang lebih dari 40 tahun, wanita, obesitas, kehamilan, faktor
diet, serta familial (Cahyono, 2014). Beberapa faktor presdisposisi yang
paling penting tampaknya adalah gangguan metabolism yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung
empedu serta kolesterol yang mengendap berlebihan didalam di kandung
empedu tetapi mekanisme belum diketahui secara pasti (Rendy et al., 2012).
Komponen endapan batu empedu satu atau lebihnya ialah empedu
kolesterol, bilirubin, garam, empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan
fosfolipid (Haryono, 2012).
2. Anatomi Kandung empedu
Kandung empedu merupakan organ yang berongga, dan memiliki
ukuran panjang kurang lebih 10 cm, bentuknya menyerupai kantong dan
terletak dalam fosa antara lobus hepar kanan dan kiri. Kandung empedu
memiliki fundus, korpus, dan kolum. Fundus merupakan ujung buntu dari
empedu berbentuk bulat yang memanjang diatas tepi hepar. Korpus
merupakan badan atau bagian yang paling besar dari empedu. Kolum adalah
leher atau bagian yang paling sempit yang terletak diantara korpus dan
duktus sistika (Purwanti, 2016).
Cahyono, B.S. 2014. Tatalaksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta:
Sagung seto.
O’Connell, K. Brasel, K. 2014. Bile Metabolism and Lithogenesis. Surg Clin North
Arm. 94(2): 361-75.
Pascnan, P.A. Pikkarainen, P. Alhaver, E. et al. The Value of Clinical Assesment
in The Diagnosis of Icterus and Cholestasis. Journal of Gatroenterology.
24(6): 313-9.
Pham, T.H dan Hunter, J.G. 2014. Gallblader and The Extra Hepatic Billiary
System. In : Schwartz Principle of Surgery 10 th ed. New York: Mc
Grawhill.
Rendy, M. Clevo, T.H. Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Mitra Cendekia Pres.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2002. Brunner & Suddarth Textbook of Medical
Surgical Nursing Vol 2. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.