Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

LAPORAN KASUS

GENERAL ANESTHESIA PADA KASUS SINUSITIS


MAXILLARIS ET ETHMOIDALIS DEXTRA

PENYUSUN:
Hafid Adi Nugroho, S.Ked J510215231

PEMBIMBING
dr. Damai Suri, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI & REANIMASI


RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS


LAPORAN KASUS

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : GENERAL ANESTHESIA PADA KASUS


SINUSITIS MAXILLARIS ET
ETHMOIDALIS DEXTRA

Penyusun : Hafid Adi Nugroho, S. Ked


J510215231
Pembimbing : dr. Damai Suri, Sp.An J510215146

Karanganyar, 7 April 2022

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Damai Suri, Sp.An

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N. M., M.Sc., Sp.PD, FINASIM


PENDAHULUAN

Sinus merupakan rongga kecil yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam
tulang tengkorak. Rongga kecil ini terletak di bagian belakang tulang dahi (frontal), bagian
dalam struktur tulang pipi (maxillary), kedua sisi batang hidung (ethmoidal), dan belakang
mata (sphenoidalis)1.

Sinusitis adalah peradangan pada dinding sinus yang merupakan rongga kecil berisi
udara dan terletak pada struktur tulang wajah. Saat terinfeksi, rongga ini akan terisi lendir
dan terjadi pembengkakan pada selaput lendir sehingga membuat sumbatan. Ada dua jenis
sinusitis, yaitu akut dan kronis2.

Jenis Sinusitis

Sinusitis terbagi dalam empat jenis, berdasarkan lama berlangsungnya kondisi tersebut,
yaitu:

 Sinusitis akut, yang berlangsung selama 2–4 minggu, dan paling sering terjadi
 Sinusitis subakut, yang berlangsung selama 4–12 minggu
 Sinusitis kronis, yang berlangsung lebih dari 12 minggu, dan dapat berlanjut hingga
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
 Sinusitis kambuhan, yang terjadi hingga tiga kali atau lebih dalam setahun

Penyebab dan Gejala

Sinusitis disebabkan oleh peradangan pada lapisan sinus. Peradangan tersebut


umumnya terjadi akibat infeksi virus atau alergi. Akibatnya, sinus memproduksi banyak
lendir yang menyebabkan penyumbatan3.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk RS : 2 April 2022
Tanggal Operasi : 6 April 2022
Usia/BB : 39 th / 45 kg
Alamat : Tempur rejo 3/6 tegal gede karanganayar
Dokter Anestesi : dr. Damai Suri, Sp.An
Dokter Operator : dr. Iwan Setiawan Adji, Sp.THT-KL
Anamnesis
A. Keluhan utama
Hidung kanan bau.
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien diantar keluarga ke RSUD Karanganyar dengan keluhan
utama hidung kanan bau sejak 4 bulan yang lalu (hilang timbul). Nyeri
dirasakan pada daerah pipi kanan dan ketika bersin keluar cairan dari
hidung.
C. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat hipertensi : disangkal
e. Riwayat diabetes : disangkal
f. Riwayat penyakit jantung : disangkal
g. Riwayat operasi & anestesi : disangkal
D. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat hipertensi : disangkal
e. Riwayat diabetes : disangkal
f. Riwayat penyakit jantung : disangkal
g. Riwayat operasi & anestesi : disangkal
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
a. Keadaan umum : sakit sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. Vital sign
 Tekanan darah : 125/72 mmHg
 Frekuensi napas : 24 kali/menit
 Frekuensi nadi : 110 kali/menit
 Suhu : 36,4oC
 SpO2 : 99%
d. Kepala
Bentuk normocephal, laserasi (-), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-).
e. Leher
Pembesaran kelenjar limfe (-)
f. Thorax
 Inspeksi : simetris
 Palpasi : fremitus dada simetris
 perkusi : sonor
 Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (-/-)
g. Abdomen
 Inspeksi : tidak ada distensi
 Auskultasi : peristaltik normal
 Perkusi : timpani 4 kuadran
 Palpasi : tidak nyeri tekan
B. Status Lokalis: ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, nyeri (-)
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 2/4/2022 (11:00)
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.7 13.0-17.5 g/dl
Hematokrit 45.0 40-52 %
Lekosit 8.27 4.4-11.3 Ribu/ul
Trombosit 280 170-394 Ribu/ul
Eritrosit 4.93 4.1-5.1 Juta/ul
MPV 8.1 6.5-12.00 fL
PDW 15.6 9.0-17.0
INDEX
MCV 88.2 82.0-92.0 fL
MCH 29.1 22-34 Pg
MCHC 32.9 32.0-37.0 %
HITUNG JENIS
Neutrofil % 74.9 (H) 50.0-70.0 %
Limfosit % 20.8 (L) 25.0-40.0 %
Monosit % 2.2 (L) 3.0-9.0 %
Eosinofil % 1.9 0.5-5.0 %
Basofil % 0.2 0.0-1.0 %
NLR 3.6 (H) <3.13 %
ALC 1.72 >1.5 %
RDW-CV 12.4 11-16 %

Masa Pembekuan 05.30 2-8 menit


(CT)
Masa Perdarahan 02.30 1-3 menit
(BT)
KIMIA
GDS 115 70-150 mg/dl
Creatinin 0.72 <1.0 mg/dl
Ureum 34 10-50 mg/dl

IMUNO-SEROLOGI
HBs Ag Non Reaktif
HIV Negative
PCR SARS COV 2 Negative

B. EKG
Sinus Tachycardia (STC)
C. Radiologi
Thorax : Tak tampak kelainan pada jantung dan paru
CT Scan : Sinusitis maksilaris dextra dan ethmoidalis dextra
Diagnosis
Informasi mendetail didapatkan dari anamnesis secara lengkap mengenai
gejala/symptom yang dialami pasien serta pemeriksaan fisik untuk mengetahui
tanda/sign, dan pemeriksaan penunjang.
Tatalaksana operatif
Caldwell-Luc (CWL)
LAPORAN ANESTESI
A. Identitas Pasien
B. Rencana Anestesi
1. Persiapan operasi
 Persetujuan operasi tertulis (+)
 Puasa ≥6 jam
2. Jenis Anestesi : General Anesthesia
3. Premedikasi : Midazolam 2,5mg
4. Pelumpuh otot : Rocuronium bromide (Roculax) 5mg
5. Induksi : Propofol 100mg
6. Analgesia : Fentanyl 0,05 mg
7. Maintenance : O2 3 L, N2O 3 L, Sevofluran 2 MAC
8. Obat lain : Ketoprofen supposituria
9. Cairan : Tutofusin 500 ml 30 tetes permenit
10. Monitoring : tanda vital selama operasi tiap 5 menit dan cairan
11. Perawatan pasca anestesi di ruang pulih sadar
C. Tindakan Pra Anestesi
1. Cek identitas pasien, alergi dan persetujuan operasi
2.Pakaian pasien diganti pakaian operasi, melepaskan asesoris
3.Pemeriksaan tanda-tanda vital
4. Lama puasa ≥ 6 jam
5. Menandatangani lembar informed consent
6. Cek kelengkapan obat dan alat anestesi
D. Teknik Anestesi
1. Pasien disiapkan sesuai dengan pedoman evaluasi pra anastesia
2. Pasang alat bantu yang dibutuhkan (monitor)
3. Dilakukan premedikasi menggunakan midazolam 2,5mg
4. Induksi dapat dilakukan menggunakan obat anestesi intravena
propofol 100mg, Fentanyl 0,05 mg, Rocuronium bromide 5mg
dengan intubasi ETT untuk pemberian obat anestesi inhalasi N20 3L,
dan sevoflurane 2 MAC
5. Pernafasan pasien diberikan suplemen oksigen 3 liter atau sesuai
kebutuhan
6. Memastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas
normal
7. Selesai operasi, pemberian obat-obatan anestesi dihentikan
8. Setelah selesai operasi , pindahkan pasien ke Recovery Room
9. Pemantauan pra dan intra anestesia dicatat dan didokumentasikan
dalam rekam medik pasien.

E. Post operatif
Setelah operasi selesai pasien dipindahkan ke recovery room
kemudian dilakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien per 5 menit dan
penilaian skoring Aldrete score, jika ≥7 pasien sudah dapat dipindahkan
dari recovery room
Instruksi Pasca Anestesi:
Setelah pasien sadar, pasien dipindahkan ke ruangan Cempaka 2
 Kontrol vital sign
 Bila muntah diberikan Ondansetron dan bila kesakitan diberikan
analgesik seperti ketoprofen atau santagesik. Bila nyeri bertambah,
konsultasi ke bagian anestesi.

 Cairan infus RL 20 tpm

PEMBAHASAN
Anestesi umum merupakan tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara
menghilangkan nyeri secara sentral disertasi hilang kesadaran dan bersifat
reversibel. Ada 2 jenis cara pemberian obat anestesi umum yaitu inhalasi (gas atau
cairan yang mudah menguap) dan parenteral (intravena atau intramuscular). Teknis
anestesi umum inhalasi antara lain sungkup muka, sungkup laryngeal mask airway
(LMA), dan pipa endotrakeal (PET) napas kendali4.
Pada kasus ini status fisik pada pasien ini dimasukkan ke dalam ASA II
yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang akibat kelainan bedah
atau proses patofisiologis. Pada pasien ini dilakukan anestesi umum berdasarkan
pertimbangan bahwa pasien akan menjalani operasi sinusitis metode CWL. Pasien
diberikan pramedikasi berupa midazolam (0,05-0,1 mg/kgBB) dengan dosis lazim
5 mg. Pada kasus ini pasien diberikan 2,5mg. Midazolam merupakan obat sedasi
yang memilki efek penenang sehingga dapat menghilangkan rasa cemas, membuat
pasien merasa rileks, dan mengantuk sehingga tertidur selama operasi. Kemudian
pasien diberikan obat fentanyl (1-3 mcg/kgBB) untuk analgesia. Pada kasus ini
pasien diberikan 0,05 mg. Fentanyl merupakan obat golongan opioid kuat yang
memiliki efek menghilangkan atau mengurangi nyeri5. Setelah itu pasien
diberikan pelumpuh otot berupa roculax (0,1-0,15 mg/kgBB), pasien diberikan
Rocuronium bromide 5mg. Rocuronium bromide bekerja dengan bersaing
terhadap reseptor kolinergik pada motor end-plate.
Pemulihan fungsi neuromuskuler baik. Aksi penghambatan neuromuskuler dari
rocuronium bromide dapat meningkat dengan adanya anestetik inhalasi yang
poten. Obat ini diindikasikan sebagai tambahan pada anestesia umum untuk
mempermudah intubasi endotrakeal serta memberikan relaksasi otot rangka
selama pembedahan.
Setelah diberikan obat pramedikasi, kemudian pasien diberikan obat induksi
berupa propofol 100mg. Propofol merupakan obat hipnotik
intravenadisisopropilfenol dimana menimbulkan induksi anestesi yang tergolong
cepat. Propofol akan menimbulkan apnea sehingga perlu diastasi dengan
pemasangan sungkup muka untuk membantu pernapasan pasien6.
Pada kasus ini setelah pasien diberikan induksi propofol 100mg, segera
kepala pasien diekstensikan untuk pemasangan ETT. Setelah terpasang baik
dihubungkan dengan mesin anestesi untuk mengalirkan rumatan O2 3 L, N2O 3 L,
dan sevofluran 2 MAC. O2 diberikan untuk memenuhi oksigenase jaringan. N2O
bersifat anestesi lemah tetapi memiliki anesgesik kuat.
Setelah operasi selesai pasien segera dipindahkan ke ruang pemulihan atau
recovery room. Pasien masih sadar dan ada refleks setelah operasi. Pantau tanda-
tanda vital pasien per 15 menit dan nilai Aldrete Score. Pasien dapat dipindahkan
ke Bangsal dengan nilai Aldrete Score ≥ 7.

KESIMPULAN
Seorang perempuan berusia 39 tahun dengan Sinusitis maxillaris et
ethmoidalis dextra dilakukan operasi Caldwell-Luc (CWL) pada tanggal 6 April
2022. Tindakan anestesi yang dilakukan adalah anestesi umum. Evaluasi pre
operasi ditemukan bahwa pasien takikardi. Tidak ditemukan kelainan lain yang
menjadi kontraindikasi untuk dilakukakan anestesi umum.

Berdasarkan klasifikasi status fisik pasien pra-anestesi menurut American


Society of Anesthesiologist, pasien digolongkan dalam ASA II. Di ruang pemulihan
(recovery room) tanda vital pasien dalam batas normal, kemudian dipindah ke
Ruang bangsal Cempaka 2.
DAFTAR PUSTAKA

1. Victoria State Government (2021). BetterHealth Channel. Sinusitis.


2. Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Sinusitis.
3. Cleveland Clinic (2020). Disease & Conditions. Sinus Infection (Sinusitis).
4. Lebowitz P. Oxford Handbook of Anaesthesia, 4th Edition. Anesthesiology.
2016;125(1):258-258. doi:10.1097/aln.0000000000001141
5. Chawla R, Todi S. ICU Protocols. Vol I.; 2019. doi:10.1007/978-981-15-
0898-1
6. Sahinovic MM, Struys MMRF, Absalom AR. Clinical Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics of Propofol. Clin Pharmacokinet. 2018;57(12):1539-
1558. doi:10.1007/s40262-018-0672-3

Anda mungkin juga menyukai