Oleh:
dr Tito Pradipta
Pembimbing:
dr.Nunik Agustiani Sp.B,Sp.BA
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan program pendidikan
Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD dr
Moewardi SURAKARTA. Presentasi kasus dengan judul:
1
Seorang Anak Perempuan Usia 14 tahun dengan Hernia Mesenterika
Hari, Tanggal :
Oleh:
dr Tito Pradipta
BAB I
STATUS PASIEN
I. ALOANAMNESIS
I. Identitas pasien
Nama : An. A
Umur : 14 th
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 01460879
Alamat : Sragen
Agama : Islam
Berat Badan : 45
Tinggi : 155
2
MRS : 10 Mei 2019
Tanggal Periksa : 10 Mei 2019:
3
N : 88 x/menit, regular
RR : 20 x/menit
T : 36.9oC
B. General Survey
a. Kulit : warna kuning cerah, kering (-), hiperpigmentasi (-)
b. Kepala : normocephali
c. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya
(+/+), cekung (-/-),
d. Telinga : sekret (-/-),
e. Hidung : bentuk simetris, napas cuping hidung (+), sekret (-/-),
darah (-/-)
f. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
g. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-).
h. Thorak :
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) , suara tambahan -/-
i. Abdomen
Inspeksi : distensi (+)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, hepar lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)
defense musculair (-)
j. RT : TMSA normal, Mukosa licin, Ampula kolaps, NT(-), massa (-),
STLD (-), feses (-)
k. Ekstremitas : CRT < 2 detik, arteri dorsalis pedis (+/+)
Akral dingin Oedema
- - - -
- - - -
4
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah (10 Mei 2019) di RS Dr. Moewardi
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 12.8 g/dl 12.3 – 15.3
Hematokrit 39 % 33 – 45
Leukosit 9.4 ribu/µl 4.5 – 14.5
Trombosit 303 ribu/µl 150 - 450
Eritrosit 5.10 juta/µl 3.80 - 5.80
INDEX ERITROSIT
MCV 76.7 /um 80.0 – 96.0
MCH 25.1 pg 28.3 – 33.0
MCHC 32.7 gr/dl 33.0 – 36.0
RDW 11.5 % 11.6 – 14.6
MPV 7.4 fl 7.2 – 11.1
PDW 16 % 25 – 65
HITUNG JENIS
Eosinofil 1.00 % 0.00 – 4.00
Basofil 0.10 % 0.00 – 1.00
Neutrofil 70.60 % 29.00 – 72.00
Limfosit 19.60 % 33.00 – 48.00
Monosit 8.70 % 0.00 – 6.00
Golongan O
Darah
HEMOSTASIS
PT 13.2 detik 10.0 – 15.0
APTT 30.5 detik 20.0 – 40.0
INR 1.020
KIMIA KLINIK
Creatinin 0.5 mg/dl 0.5 – 1.0
Ureum 32 Mg/dl < 48
ELEKTROLIT
Natrium 136 mmol/L 132 – 145
darah
Kalium darah 3.7 mmol/L 3.6 - 5.1
Chlorida 95 mmol/L 98 – 106
darah
SEROLOGI
5
A. Pemeriksaan radiologis
1. Usg Abdomen (9 Mei 2019) di RSUD dr.Soeratno Gemolong
Kesimpulan:
- Ascites minimal
- Dilatasi sistema usus halus, curiga ileus
- Cystitis
- Tak tampak penebalan lumen apendik di regio Mc burney
- Tak tampak kelainan pada hepar, vesica felea, lien,pancreas, kedua
ren, vesica urinaria, maupun uterus
2. Foto BNO (10 Mei 2019) di RSUD dr. Soeratno Gemolong
6
Kesimpulan: Parsial ileus letak tinggi DD focal illeus
B. ASSESSMENT
Ileus Obstruksi
C. PLANNING
Cito Laparotomy Eksplorasi
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 11 Mei 2019
Waktu : 06.50 – 08.45
Jenis Anestesi : GA
Operator : dr.Nunik Agustiani Sp.B,Sp.BA
Laporan Operasi :
7
6. Dilakukan tutup defek mesenterium dengan jahitan primer
7. Dilakukan appendectomy
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Hernia terdiri dari dua jenis utama, eksternal dan internal. Hernia eksternal
mengacu pada prolapsnya loop usus melalui defek pada dinding perut atau
panggul. Hernia internal didefinisikan oleh penonjolan viskus melalui aperture
peritoneum atau mesenterika yang normal atau abnormal dalam batas-batas
8
rongga peritoneum. Lubang dapat diperoleh, seperti cacat pasca bedah, traumatis,
atau pascainflamasi, atau bawaan, termasuk kedua lubang normal, seperti foramen
Winslow, dan lubang abnormal yang timbul dari anomali rotasi internal dan
perlekatan peritoneum.
Dalam kategori luas hernia internal adalah beberapa jenis utama, seperti yang
secara tradisional dijelaskan oleh Meyers, berdasarkan lokasi. Secara khusus,
menggunakan data historis, ini terdiri dari paraduodenal (53%), perikecal (13%),
foramen Winslow (8%), transmesenterik dan transmesocolic (8%), intersigmoid
(6%), dan retroanastomotic (5%) ( Gambar 1), dengan kejadian keseluruhan
hernia internal menjadi 0,2-0,9%. 7% lainnya dijelaskan oleh Meyers termasuk
hernia paravesikal, yang dimana hernia internal yang tidak sebenarnya dan dengan
demikian tidak dijelaskan dalam artikel ini. Secara umum, hernia internal tidak
memiliki predileksi usia atau jenis kelamin. Dengan lebih banyak prosedur bedah
baru yang dilakukan menggunakan loop Roux, jumlah hernia internal
retroesastrenik telah meningkat. Ini mungkin lebih umum daripada kejadian
tradisional dari berbagai jenis hernia internal yang dilaporkan oleh Meyers.
9
Insidensi hernia trans-mesenterika dilaporkan sebesar 0.2-0.9% kasus. Hernia
trans-mesenterika yang berkembang menjadi strangulasi dan volvulus sebesar 30-
40% kasus. 1–3
B. EPIDEMIOLOGI
10
internal berdasarkan letak anatominya yaitu hernia paraduodenal sebesar 53%
kasus, hernia foramen of winslow sebesar 8% kasus, hernia transmesenterik
sebesar 8%, hernia transomental 1-3%, hernia pericaecal sebesar 13%, hernia
9
intersigmoid sebesar 6%, hernia supravesikal dan pelvis sebesar 6%. Hernia
trans-mesenterika kongenital lebih sering terjadi pada populasi anak- anak
dibandingkan pada populasi dewasa.10
C. ETIOLOGI
11
mesenterium selama operasi, tidak mengalami penuntupan sempurna sehingga
menimbulkan defek baru pada mesenterium yang berpotensi menjadi hernia
trans-mesenterika.12,13
D. PATOGENESIS
Tiga hipotesis yang menjadi dasar utama terjadinya defek mesenterika yaitu
regresi parsial mesenterika dorsal, kurangnya jaringan ikat pada dua lapisan epitel
mesenterika dan akibat vaskularisasi yang tidak adekuat. Pada penelitian lain,
menyatakan hipotesis terkuat yang mendasari terjadinya hernia trans-mesenterika
yaitu terjadinya iskemik intestinal pada prenatal dan penipisan lapisan
mesenterika.2,3
12
Gambar 1. Kelainan kongenital yang menyebabkan avaskuler pada kolon
mesenterika. 6
13
E. DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis
14
Berikut ini kumpulan gejala klinis hernia trans-mesenterika pada anak-
anak berdasarkan penelitian Hu et al., 2014.
2.2 tahun/ Laki-Laki Nyeri perut, muntah hebat, teraba massa abdomen,
syok
5.4 tahun/ Perempuan Nyeri perut, muntah hebat, perut kembung
7 tahun/ Perempuan Nyeri perut, mutah ringan, perut kembung, spasme
otot abdomen
5 tahun/ Perempuan Nyeri perut mual, muntah ringan, spasme otot
abdomen
7 tahun/ Perempuan Nyeri perut hebat, muntah, perut kembung, nyeri
tekan
3.2 tahun/ Laki-laki Nyeri perut, muntah hebat, perut kembung
2.5 tahun/ Laki-laki Nyeri perut, muntah hebat, perut kembung, syok
1.6 tahun/ Perempuan Muntah hebat, nyeri perut, perut kembung, bising
usus menurun, nyeri tekan seluruh regio abdomen,
syok
0 bulan/ Laki-laki Perut kembung, muntah-muntah
1.8 tahun/ Perempuan Nyeri perut, muntah ringan, perut kembung
3 tahun/ Laki-laki Nyeri perut, muntah hebat, perut kembung
8 tahun/ Laki-laki Nyeri perut, muntah, perut kembung, demam,
hipotensi
2. Pemeriksaan Penunjang
15
hernia interna. Pada CT scan dapat menunjukkan adanya hernia internal,
namun tidak dapat menentukan letak defek mesenterika. Sehingga hernia
trans-mesenterika hanya dapat ditegakkan diagnosisnya secara pasti setelah
dilakukan pembedahan (laparotomi). Dengan laparotomi dapat dikonfirmasi
secara pasti letak defek mesenterika untuk menegakkan diagnosis hernia trans-
mesenterika.12
16
Gambar 3. Foto polos abdomen (posisi lateral) menunjukkan adanya air
flui level tanpa gas ektraluminal. 3
17
Gambar 5. Hasil CT Scan panah merah menunjukkan a beak sign
yang mengindikasikan adanya obstruksi lengkung usus yang
tertutup.1
18
Gambar 8. (A) Hasil CT Scan pada tanda “*” mununjukkan penebelan
segmen dinding jejunum yang mengalami dilatasi, sedangkan tanda
panah putih menunjukkan peningkatan adiposa disekitar defek
mesenterika yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan herniasi. (B)
Tanda “*” menunjukkan kumpulan usus yang mengalami herniasi
internal. 6
19
Diagnosis hernia trans-mesenterika ditegakkan berdasarkan hasil
temuan setelah dilakukan laparotomi eksplorasi. Ditemukan adanya
defek mesenterika dengan herniasi lengkung usus halus, strangulasi,
volvulus hingga gangren usus. Diagnosis pre-operatif hernia trans-
mesenterika sulit ditegakkan karena manifestasi klinis dan hasil
pemeriksaan penunjangnya tidak spesifik. 2
F. TATALAKSANA
Pada saat laparatomi eksplorasi ditemukan adanya gangren usus maka perlu
dilakukan reseksi gangren usus. Kedua ujung usus yang terpisah dianastomosis
kembali untuk menjaga kontinuitas usus tersebut. Defek mesenterika ditutup
20
kembali dengan nonabsorbable sutures supaya tidak terbentuk celah yang
berpotensi menjadi herniasi mesenterika berulang. Apabila gangreng usus luas
atau sudah terjadi perforasi, maka pembuatan stoma perlu dipertimbangkan. 4,15
21
Gambar 10. Post laparotomi eksplorasi ditemukan adanya lokasi herniasi
mesenterika sebelum direduksi. 1
22
Gambar 12. Bukti adanya defek mensenterika yang luas menyebabkan
herniasi internal. 3
Gambar 13. Hasil reseksi gangren usus akibat dari herniasi internal. 3
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Laporan kasus ini menyajikan kasus ileus obstruksi yang disebabkan oleh
hernia mesenterika. Pasien seorang anak perempuan berusia 14 tahun datang
dengan keluhan tidak bisa BAB sejak 3 hari SMRS, keluhan disertai mual,
muntah berwarna hijau, perut terasa kembung dan belum flatus. Meyers membagi
kategori hernia internal berdasarkan lokasi, yaitu terdiri dari paraduodenal (53%),
perikecal (13%), foramen Winslow (8%), transmesenterik dan transmesocolic
(8%), intersigmoid (6%), dan retroanastomotic (5%), dengan kejadian
keseluruhan hernia internal menjadi 0,2-0,9%, 7% lainnya termasuk hernia
paravesikal. Hernia trans-mesenterika yang terjadi pada anak mewakili 5-10%
total kasus hernia internal pada anak dan sering disebabkan karena adanya
kelainan bawaan sejak lahir pada mesenterium. Manifestasi klinis yang sering
23
muncul pada hernia trans-mesenterika hanya berupa nyeri perut berulang yang
tidak spesifik. Terkadang disertai dengan perut kembung dan muntah. Hal ini
sejalan dengan kasus kami laporkan ini.
Hernia trans-mesenterika tidak menimbulkan manifestasi klinis yang khas.
Gejala yang sering ditimbulkan hanya berupa nyeri perut akut yang tidak spesifik.
Hal tersebut menyebabkan sering terjadinya mis-diagnosis pada pasien. Pada total
hernia internal, 30% kasus tidak menimbulkan manifesatsi klinis. Sebesar 30-40%
hernia trans-mesenterika pada anak-anak datang ke fasilitas kesehatan dengan
gejala klinis berupa obstruksi usus akut. Pada penelitian lain melaporkan, hernia
trans-mesenterika dapat bermanifestasi klinis berupa nyeri abdomen, mual,
muntah dan perut kembung. Nyeri abdomen diawali dengan rasa tidak nyaman di
perut, berlanjut menjadi nyeri di epigastrium hingga nyeri kolik di periumbilikal.
Pada anak, volvulus lebih sering terjadi dibandingkan strangulasi. Pada kasus
hernia trans-mesenterika yang cukup parah dapat menimbulkan gejala syok,
seperti takikardi, takipnea dan hipotensi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
nyeri tekan seluruh regio abdomen. Pada kasus ini, pemeriksaan fisik abdomen
didapatkan distensi, bising usus meningkat, perkusi hipertimpani, dan nyeri
epigastrium.
Untuk membantu adanya diagnosis hernia internal dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah, foto polos abdomen, ultrasonografi dan CT scan.
Pemeriksaan USG Abdomen pasien ini didapatkan ascites minimal, dilatasi
sistema usus halus, curiga ileus, cystitis, tak tampak penebalan lumen apendik di
regio Mc burney, tak tampak kelainan pada hepar, vesica felea, lien,pancreas,
kedua ren, vesica urinaria, maupun uterus. Sedangkan pada foto BNO didapatkan
parsial ileus letak tinggi DD focal illeus. CT scan merupakan gold standard untuk
hernia interna, namun tidak dapat menentukan letak defek mesenterika. Pada
pemeriksaan foto X-ray abdomen menunjukkan tanda-tanda obstruksi usus yaitu
adanya multipel air fluid level, distensi usus, coma shape atau choffe bean yang
menunjukan adanya closed loop obstruction atau herniasi internal. 1 Hernia trans-
mesenterika hanya dapat ditegakkan diagnosisnya secara pasti setelah dilakukan
pembedahan (laparotomi). Pada pemeriksaan laboratorium darah akan ditemukan
24
peningkatan White Blood Cells (WBC) dan C-reactive Protein (CRP).
Peningkatan WBC dan CRP menunjukkan adanya proses inflamasi pada tubuh.
Pada kasus hernia trans-mesenterika dengan gangren usus yang luas dapat
ditemukan adanya asidosis metabolik.
Tatalaksana hernia mesenterik diperlukan terapi pembedahan. Laparatomi
eksplorasi merupakan terapi pembedahan yang disarankan untuk pasien yang
diduga berdasarkan gejala, tanda klinis serta pemeriksaan penunjang mengarah
pada hernia trans-mesenterika. Laparotomi eksplorasi juga menjadi gold standard
untuk menegakkan diagnosis pasti hernia trans-mesenterikan berdasarkan temuan
dari pembedahan tersebut. Pada pasien ini dilakukan Cito Laparotomy Eksplorasi,
Release Hernia, Tutup Defek mesenterium, dan Appendectomy. Pada saat dibuka
cavum peritoneum, didapatkan cairan berwarna serous dan didapatkan dilatasi
usus. Kemudian dilakukan eksplorasi usus, didapatkan defek pada mesenterium
22cm dari ligamentum treitz, dengan jeratan usus sepanjang 1 loop. Dilakukan
release jeratan usus, didapatkan ileum viabel. Selanjutnya dilakukan tutup defek
mesenterium dengan jahitan primer dan dilakukan appendectomy.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia terdiri dari dua jenis utama, eksternal dan internal. Hernia eksternal
mengacu pada prolapsnya loop usus melalui defek pada dinding perut atau
panggul. Hernia internal didefinisikan oleh penonjolan viskus melalui aperture
peritoneum atau mesenterika yang normal atau abnormal dalam batas-batas
rongga peritoneum. Hernia trans-mesenterika merupakan salah satu jenis hernia
internal yang jarang terjadi. Defek berupa celah pada mesenterium dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya herniasi. Semua jenis herniasi internal ini
dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada usus.
Kasus kali ini menyajikan pasien seorang anak perempuan berusia 14 tahun
datang dengan keluhan tidak bisa BAB sejak 3 hari SMRS, keluhan disertai mual,
muntah berwarna hijau, perut terasa kembung dan belum flatus. pemeriksaan fisik
26
abdomen didapatkan distensi, bising usus meningkat, perkusi hipertimpani, dan
nyeri epigastrium. Untuk membantu adanya diagnosis hernia internal dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, foto polos abdomen, ultrasonografi
dan CT scan. CT scan merupakan gold standard untuk hernia interna, namun tidak
dapat menentukan letak defek mesenterika. Tatalaksana hernia mesenterik
diperlukan terapi pembedahan. Laparatomi eksplorasi merupakan terapi
pembedahan yang disarankan untuk pasien yang diduga berdasarkan gejala, tanda
klinis serta pemeriksaan penunjang mengarah pada hernia trans-mesenterika.
Laparotomi eksplorasi juga menjadi gold standard untuk menegakkan diagnosis
pasti hernia trans-mesenterikan berdasarkan temuan dari pembedahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Willems, E., Willaert, B., & Van Slycke, S. Willems, E., Willaert, B., & Van
Slycke, S. (2017). Transmesenteric hernia: a rare case of acute abdominal
pain in children: a case report and review of the literature.
2. Butterworth, J., Cross, T., Butterworth, W., Mousa, P. & Thomas, S. CASE
REPORT – OPEN ACCESS International Journal of Surgery Case Reports
Transmesenteric hernia : A rare cause of bowel ischaemia in adults. Int. J.
Surg. Case Rep. 4, 568–570 (2013).
3. Tassinari, D., Santoro, S., Bernardi, F. & Lima, M. Rare disease A
mesenteric hernia complicated with a triple necrotic volvulus. 3–6 (2012).
doi:10.1136/bcr-2012-006448
4. Hu, M., Huang, G. & Chen, J. Mesenteric Defect with Internal Herniation
in the Pediatric Emergency Department : An Unusual Presentation of Acute
Abdomen. Pediatr. Neonatol. 55, 145–149 (2014).
5. Bansal, L. K. Small Bowel Obstruction Caused by Internal Herniation
Through a Mesenteric Defect — a Case Report. 1–3 (2018).
27
6. Kalaycı, O., Yazıcı, A., Yandı, M. & Topaloğlu, S. Strangulated congenital
mesenteric hernia : a case report. 21, 410–413 (2015).
7. Garignon, B. C., Paparel, P., Liloku, R., Lansiaux, S. & Basset, T.
Mesenteric Hernia : A Rare Cause of Intestinal Obstruction in Children.
1493–1494 (2002). doi:10.1053/jpsu.2002.35429
8. Heath, K. & Byard, R. W. Lethal small intestinal herniation through a
congenital mesenteric defect. 4–6 (2018).
9. Kohli, A., Choudhury, H. S. & Rajput, D. Internal Hernia : a case report. 1,
563–566 (2006).
10. Zerrweck, C., Sánchez, H. A., Posada, J. A. & Cervantes, J. Giant
Congenital Mesenteric Hernia in the Adult Case reports. 5458, 9–12
(2016).
11. Alaker, M. & Mathias, J. Internal herniation through a defect in the
transverse mesocolon. 2013–2015 (2014). doi:10.1136/bcr-2013-202753
12. Katagiri, H., Okumura, K. & Machi, J. Case Report Internal hernia due to
mesenteric defect. 5, 5–7 (2013).
13. Benyamini, P., Lopez, S., Cooper, M., Mohamad, O. & Maldini, G.
Congenital Mesenteric Defect : An Uncommon Cause of Bowel
Obstruction. 75, 46–47 (2016).
14. Hirata, K. et al. Mesenteric hernia causing bowel obstruction in very low-
birthweight infants. 10–13 (2015). doi:10.1111/ped.12409
15. Do, M. M., Burjonrappa, S. & Ed, F. CASE REPORT – OPEN ACCESS
International Journal of Surgery Case Reports Congenital mesenteric
defect : Description of a rare cause of distal intestinal obstruction in a
neonate CASE REPORT – OPEN ACCESS. Int. J. Surg. Case Rep. 3, 121–
123 (2012).
16. Crispín-trebejo, B., Robles-cuadros, M. C., Orendo-velásquez, E. &
Andrade, F. P. CASE REPORT – OPEN ACCESS International Journal of
Surgery Case Reports Internal abdominal hernia : Intestinal obstruction due
to trans-mesenteric hernia containing transverse colon. Int. J. Surg. Case
Rep. 1–3 (2014). doi:10.1016/j.ijscr.2014.01.013
17. Tang, V., Daneman, A., Navarro, O. M., Miller, S. F. & Gerstle, J. T.
Internal hernias in children : spectrum of clinical and imaging findings.
1559–1568 (2011). doi:10.1007/s00247-011-2158-4
18. Blachar, A. & P.Federle, M. Internal Hernia: An Increasingly Common
Cause of Small Bowel Obstruction. 23, 174–183 (2002).
19. Tan, Y. L. & V, M. A. Gangrenous Small Bowel Obstruction Secondary to
28
Congenital Internal Herniation : A Case Report. 67, 2011–2013 (2012).
29