Pembimbing:
Disusun oleh:
Pembimbing,
A. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. SN
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 61 tahun
No. RM : 00-98-94-01
Alamat : Jl. Gerilya No. 321 RT 01/RW 02 Tanjung, Purwokerto
Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl Masuk : 4 Maret 2019
Bangsal : Dahlia
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama:
Demam
C. OBJEKTIF
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Pulmo
Anterior
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), ketinggalan
gerak (-), jejas (-), barrel chest (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan hemitoraks
kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-), RBK (+/+),
wheezing (-/-)
Posterior
Inspeksi : Dinding punggung simetris, retraksi interkostal (-),
ketinggalan gerak (-), jejas (-), barrel chest (-), kelainan
vertebrae (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan hemitoraks
kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-), RBK (+/+),
wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V linea midclavicula sinistra,
kuat angkat (-), pulsasi epigastrium (-), pulsasi parasternal (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra
dan kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC V LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : Supel, undulasi (-), nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Teraba (Schuffner VII), permukaan rata, tepi tumpul
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-),
Ptekie (-/-)
Inferior : Edema (+/+), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-),
Ptekie (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
E. DIAGNOSIS
Febris
Chronic Myeloid Leukemia (CML)
F. Planning
a. Medikamentosa
1. IVFD NaCl 0,9% 20 TPM
2. Inj. Ranitidin 2x1 amp
3. Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
4. Inf. Paracetamol 3x1 gr
5. PO Ciprofloxacin 2x500 mg
6. PO Metilprednisolone 2x16 mg
7. PO Glivec tunda
b. Non Medikamentosa
1. Pro transfusi bila Hb <8
2. Transfusi PRC 1 kolf premed paracetamol
3. Cek ulang DL post transfusi
G. EDUKASI
1. Edukasi mengenai penyakit, penatalaksanaan, dan prognosisnya,
2. Bed rest hingga kondisi stabil
3. Asupan makanan dan minuman yang cukup
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien
FOLLOW UP
S O A P
HP 0 TD : 90/50 mmHg Febris 1. IVFD NaCl 0,9%
(4/3/2019) N : 99 x/menit Leukemia 500 cc lanjut 10 tpm
IGD RR : 20 x/menit 2. Inj. Ranitidin 2x1
S : 39°C amp
Demam, mual, 3. Inf. Paracetamol 3x1
muntah, perut gr
terasa nyeri dan 4. Cek DL
penuh 5. Pro transfusi bila Hb
<8
HP 1 TD :100/60 mmHg Febris 1. IVFD NaCl 0,9% 20
(5/3/2019) N : 85 x/menit Leukemia tpm
Bangsal Dahlia RR : 20 x/menit 2. Inj. Ranitidin 2x1
S : 38.6° C amp
Demam 3. Inf. Paracetamol 3x1
Mual gr
Muntah 4. PO Glivec 1x2 tab
Perut terasa nyeri 5. PO Hidroksiurea 3x1
dan penuh tab
6. Cek gambaran darah
tepi
7. Transfusi PRC 1 kolf
HP 2 TD :100/60 mmHg Febris 1. IVFD NaCl 0,9% 20
(6/3/2019) N : 85 x/menit Leukemia tpm
Bangsal Dahlia RR : 20 x/menit 2. Inj. Ranitidin 2x1
S : 37.9° C amp
Demam 3. Inf. Paracetamol 3x1
Mual gr
Tidak nafsu makan 4. PO Glivec 1x2 tab
Nyeri perut tunda
berkurang 5. Po Hidroksiurea 3x1
tab stop
6. Cek gambaran darah
tepi
7. Transfusi PRC 1 kolf
HP 3 TD :100/60 mmHg Febris 1. IVFD NaCl 0,9% 20
(7/3/2019) N : 92 x/menit Leukemia tpm
Bangsal Dahlia RR : 22 x/menit 2. Inj. Ranitidin 2x1
S : 38° C amp
Demam 3. Inf. Paracetamol 3x1
Mual gr
Nyeri perut 4. Inj. Ceftriakson 2x1
berkurang gr
5. PO Glivec 1x2 tab
tunda
6. Cek gambaran darah
tepi
7. Transfusi PRC 2 kolf
premed paracetamol
HP 4 TD :110/60 mmHg Febris 1. IVFD NaCl 0,9% 20
(8/3/2019) N : 100 x/menit CML tpm
Bangsal Dahlia RR : 20 x/menit 2. Inj. Ranitidin 2x1
S : 38.2° C amp
Demam 3. Inf. Paracetamol 3x1
Mual gr
Nyeri perut 4. Inj. Ceftriakson 2x1
berkurang gr
5. PO Glivec 1x2 tab
tunda
6. PO Ciprofloxacin
2x500 mg
7. PO Metilprednisolon
2x16 mg
8. Transfusi PRC 2 kolf
premed paracetamol
HP 5 TD :110/60 mmHg Febris 1. IVFD NaCl 0,9% 20
(9/3/2019) N : 80 x/menit CML tpm
Bangsal Dahlia RR : 20 x/menit 2. Inj. Ranitidin 2x1
S : 39° C amp
Demam 3. Inf. Paracetamol 3x1
Mual gr
4. Inj. Ceftriakson 2x1
gr
5. PO Glivec 1x2 tab
tunda
6. PO Ciprofloxacin
2x500 mg
7. PO Metilprednisolon
2x16 mg
8. Transfusi PRC 2 kolf
premed paracetamol
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Chronic myeloid leukemia (CML) adalah penyakit mieloproliferatif
menahun dengan kelainan klonal akibat perubahan genetik pada pluripoten
sel stem. Kelainan tersebut mengenai lineage mieloid, monosit, eritroid,
megakariosit. Perubahan patologik yang terjadi berupa gangguan adhesi sel
imatur di sumsum tulang, aktivasi mitosis sel stem dan penghambatan
apoptosis yang mengakibatkan terjadinya proliferasi sel mieloid imatur di
sumsum tulang, darah tepi dan terjadi hematopoiesis ekstramedular. Penyakit
ini ditandai oleh proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan diferensiasi,
sehingga pada apusan darah tepi kita dapat dengan mudah melihat tingkatan
diferensiasi seri granulosit, mulai dari promielosit (bahkan mieloblas),
metamielosit, mielositsampai granulosit. (Jabbour & Kattarjian, 2016).
B. EPIDEMIOLOGI
Leukemia Myeloid Kronis (CML) adalah neoplasma mieloproliferatif
dengan kejadian satu hingga dua kasus per 100.000 orang dewasa. Jumlah
kejadian tersebut menyumbang sekitar 15% dari kasus leukemia yang baru
didiagnosis pada orang dewasa. Di amerika Serikat, data tahun 2015
diperkirakan sekitar 7.000 kasus akan didiagnosis CML baru, dan sekitar
1.100 pasien akan meninggal karena CML. Sejak tahun 2000, tahun
diperkenalkannya imatinib, angka kematian tahunan dalam CML telah
menurun dari 10-20% menjadi 1-2%. Akibatnya, prevalensi CML di Amerika
Serikat, diperkirakan sekitar 25-30.000 pada tahun 2000, telah meningkat
menjadi sekitar 80–1,00,0001 pada tahun 2015, dan akan mencapai dataran
tinggi sekitar 1,80.000 kasus pada tahun 2030 (American Cancer Society,
2015).
C. KLASIFIKASI
Leukemia mieloid kronik mencakup enam tipe leukemia yang berbeda yaitu
1. Leukemia mieloid kronik Ph positif (CML, Ph +/ Leukemia
Granulositik Kronik; CGL)
2. Leukemia mieloid kronik Ph negatif (CML, Ph -)
3. Leukemia mieloid kronik juvenilis
4. Leukemia netrofilik kronik
5. Leukemia eosinofilik
6. Leukemia mielomonositik kronik (CMML)
D. PATOGENESIS
Pada CML dijumpai Philadelphia chromosom (Ph1 chr) suatu reciprocal
translocation 9,22 (t9;22). Kromosom Philadelphia merupakan kromosom 22
abnormal yang disebabkan oleh translokasi sebagian materi genetik pada
bagian lengan panjang (q) kromosom 22 kekromosom 9, dan translokasi
resiprokal bagian kromosom 9, termasuk onkogen ABL, ke region klaster
breakpoint (breakpoint cluster region, BCR) yang merupakan titik pemisahan
tempat putusnya kromosom yang secara spesifik terdapat pada kromosom 22.
I. TATALAKSANA
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu :
a) Fase Kronik
1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm3.
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efek
samping dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan,
fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut.
2) Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dan
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik,
tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup. Dosis mulai dititrasi
dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian diberikan dosis
pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-15.000/mm3. Efek
samping lebih sedikit Interferon α juga dapat mengontrol jumlah
sel darah putih dan dapat menunda onset transformasi akut,
memperpanjang harapan hidup menjadi 1-2 tahun. IFN-α biasanya
digunakan bila jumlah leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea.
IFN-α merupakan terapi pilihan bagi kebanyakan penderita
leukemia Mielositik (CML) yang terlalu tua untuk transplantasi
sumsum tulang (BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang
donor yang cocok. Interferon alfa diberikan pada rata-rata 3-5 juta
IU / d subkutan (Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jumlah leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l).
Hampir semua pasien menderita gejala penyakit ”mirip flu” pada
beberapa hari pertama pengobatan. Komplikasi yang lebih serius
berupa anoreksia, depresi, dan sitopenia. Sebagian kecil pasien
(sekitar 15%) mungkin mencapai remisi jangka panjang dengan
hilangnya kromosom Ph pada analisis sitogenik walaupun gen fusi
BCR-ABL masih dapat dideteksi melalui PCR. (Victor et al.,
2005).
3) Imatinib (Gleevec), nilotinib (Tasigna), dasatinib (Sprycel) adalah
obat tyrosine-kinase inhibitor yang merupakan pengobatan standar
bagi pasien CML pada fase kronik (American Cancer Society,
2017).
4) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,
SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok
memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau
kurang pada fase akselerasi (Turgoen et al.,2012).
b) Fase Akselerasi dan Fase Blast
Terapi untuk fase akselerasi atau transformasi akut sama seperti
leukemia akut, AML atau ALL, dengan penambahan STI 57I
(Gleevec) dapat diberikan. Apabila sudah memasuki kedua fase ini,
sebagian besar pengobatan yang dilakukan tidak dapat
menyembuhkan hanya dapat memperlambat perkembangan penyakit
(Druker et al, 2013).
2. Non-Medikamentosa
a) Radiasi
Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-sinar
tenaga tinggi secara external radiation therapy untuk menghilangkan
gejala-gejala atau sebagian dari terapi yang diperlukan sebelum
transplantasi sumsum tulang
J. PROGNOSIS
Prognosis dari CML dikatakan buruk apabila :
Ditemukan pada fase accelerasi atau fase blast
Spleenomegaly
Area-area bone damage akibat leukemia
Peningkatan jumlah basofil dan eosinophil dalam sampel darah
Jumlah platelet yang terlalu tinggi atau rendah
Usia lebih dari 60 tahun
Perubahan kromosome multipel (American Cancer Society, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
ByrdJC,BloomfieldCD,danWetzlerM.Acute andChronicMyeloidLeukemia.
Dalam:Fauci,A.S. dkk(editor).Harrison’s Principles ofInternal
Medicine17th Edition.USA:TheMcGraw-Hill Companies, 2013:965-975.
Druker BJ, Sawyers CL, Kantarjian H, et al. Activity of a specific inhibitor of the
BCR-ABL tyrosine kinase in the blast crisis of chronic myeloid leukemia
and acute lymphoblastic leukemia with the Philadelphia chromosome. N
Engl J Med. 2013;344(14):1038-42. [Medline]. [Full Text]