MALARIA VIVAX
Disusun Oleh:
Pembimbing:
Dokter Internsip
Periode 17 Februari 2015 – 16 Februari 2016
Puskesmas Negara– RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kalimantan Selatan
BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H. Hassan Basry Kandangan HSS
Tempat presentasi : Aula lantai 2 Gedung Utama RSUD Brigjend H. Hasan Basry.
Obyektif presentasi :
8. Barcus MJ, Basri H, Picarima H, et al. Demographic risk factors for severe
and fatal vivax and falciparum malaria among hospital admissions in
northeastern Indonesian Papua. Am J. Trop Med. Hyg. 2007; 77 (5): 984-991.
Hasil pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis malaria vivax.
2. Tatalaksana malaria vivax di Indonesia.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap: pada tanggal 5 Nopember 2015
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.6* 14.0 – 18.0 g/dl
Leukosit 3.1 4.0 – 10.5 Ribu/ul
Eritrosit 3.85 4,50 – 6,00 Juta/ul
Hematokrit 31,1 40-50 Vol%
Tombosit 90 150 – 450 Ribu/ul
RDW-CV 13,7 11.5 – 14.7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 80.6 80.0 – 97.0 Fl
MCH 24.9 27.0 – 32.0 Pg
MCHC 30.8 32.0 – 38.0 %
HITUNG JENIS
Gran% 74.8 50.0-70.0 %
Limfosit% 14.7 25.0-40.0 %
MID% 10.5 4.0-11.0 %
Gran# 2.3 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit# 0.4 1.25-4.0 ribu/ul
MID# 0.4 ribu/ul
KIMIA
GULA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 115 <200 mg/dl
HATI
SGOT 107* 0-46 U/l
SGPT 89* 0-45 U/l
GINJAL
Ureum 12.2 10-50 mg/dl
Creatinin 0,95 0.7-1.4 mg/dl
FAAL HEMOSTASIS
CT 6’20” 4-7 Menit
BT 2’0” 1-3 Menit
PARASITOLOGI
7 Nop 9 Nop 11 Nop 12 Nop 13 Nop 14 Nop
Tanggal
2015 2015 2015 2015 2015 2015
Malaria Plasmodium vivax
Angka Parasit 1080 760 160 80 40 0
Daftar Masalah:
1. Demam yang disertai menggigil T: 38,6 C.
2. Nyeri kepala dan pegal-pegal VAS 6.
3. Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmentis, GCS E4V5M6.
4. Mual dan muntah nyeri tekan epigastrium.
5. Konjungtiva pucat Hb 9,6 gr/dL.
6. Hepatomegali ditemukan pembesaran hepar sebesar 2 cm di bawah arcus costae.
7. Sediaan darah (+) Plasodium vivax.
8. Angka parasit 1060 parasit/ lapangan pandang.
9. Fungsi hepar terganggu peningkatan nilai SGOT/SGPT (335/323 U/L).
10. Proteinuria (+) 2 pada urine lengkap.
11. Leukosituri 3-5 per lapangan pandang.
12. Hematuri 40-50 per lapangan pandang.
13. Riwayat tinggal di daerah endemik tinggi malaria pasien tinggal di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan.
14. Riwayat berkunjung ke daerah endemik tinggi malaria pasien melakukan KKN di
Kabupaten Barito Kuala.
Penalaran Klinis:
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan anamnesis ditemukan demam, menggigil, mual, muntah, dan pegal-
pegal. Pasien tinggal di daerah endemik malaria dan terdapat riwayat berkunjung ke
daerah endemik malaria, dalam hal ini Kabupaten Barito Kuala dan Kapuas.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak lemah dan nyeri dengan VAS
6, kesadaran komposmentis, GCS E4V5M6. Tanda vital didapatkan nadi 84 x/menit,
respirasi 20 x/menit, tekanan darah 90/60 mmHg, dan suhu 36,6 C. Ditemukan
konjungtiva anemis dan hepatomegali dengan ukuran sekitar 2 cm di bawah arcus
costae.
Diagnosis pasti malaria adalah apabila ditemukan parasit malaria dalam darah. Pada
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya parasit malaria, yaitu Plasmodium
vivax dengan angka parasit 1060 parasit/uL darah.
Diagnosis Banding:
Demam tifoid: Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut
(diare, obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilia, uji serologi dan kultur.
Demam dengue: Demam tinggi terus menerus selama 2 - 7 hari, disertai keluhan sakit
kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji tourniquet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah
dengue, tes serologi (antigen dan antibodi).
Leptospirosis: Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,
conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis yang
mencolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes
serologi positif.
Plan:
Kuratif
Dilakukan terapi medikamentosa sebagai berikut:
IVFD RL 30 tpm
Inj. Artesunate 120 mg/12 jam (H1) lanjut 120 mg/24 jam untuk H2-H3.
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Omeprazole 40 mg/24 jam
Inj. Ondancentron 4 mg/8 jam
p.o Primakuin 3x25 mg (selama 14 hari)
p.o Paracetamol 500 mg/8 jam
Cek angka parasit/hari
Rehabilitatif
Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi jika penyakit malaria ini tidak diobati
dengan tuntas dan jika ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa
disarankan untuk periksa ke RS atau ke Puskesmas.
Konsultasi
Dilakukan konsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam untuk penanganan
lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. Plasmodium yang sering
dijumpai ialah Plasmodium vivax (malaria tertiana, benign malaria) dan Plasmodium
dan Plasmodium ovale sangat jarang. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Infeksi malaria dapat berlangsung akut
atau kronik, tanpa komplikasi atau mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
terjadi 200-300 juta kasus malaria baru dan 1-3 juta penduduk dunia meninggal per
tahunnya. Infeksi malaria dapat berlangsung akut atau kronik, tanpa komplikasi
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria
tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
lebih kurang ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati yang terdiri
kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah, menyebabkan eritrosit yang mengandung
kehidupan parasit. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari
(skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.
Siklus ini disebut siklus eritrositer. Skizon matang yang pecah melepaskan toksin
sitokin proinflamasi, seperti TNF-α dan sitokin lainnya, mengubah aliran darah lokal
dan endotel vaskuler, mengubah biokimia sistemik, dan menyebabkan anemia serta
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel
darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina).2
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan
lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista
dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan
ke manusia.2
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya
gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung
spesies Plasmodium. Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk
Malaria dapat ditularkan melalui dua cara, yaitu cara alami dan bukan.
Penularan secara alami melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penularan bukan
alami dibagi menurut cara menularnya, yaitu malaria kongenital, disebabkan ada
kelainan di sawar darah plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu
kepada bayi yang dikandungnya. Di samping melalui plasenta, penularan juga terjadi
melalui tali pusat. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau
jarum suntik.6
B. Patogenesis
makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara
lain TNF. TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat
pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium
memerlukan waktu yang berbeda-beda. P. falciparum memerlukan waktu 36-48 jam,
terjadi setiap hari, P. vivax/ovale selang waktu satu hari, dan P. malariae demam
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang
tidak terinfeksi. P. falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah sehingga
anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. P. vivax dan P. ovale hanya
menginfeksi sel darah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah
merah, sedangkan P. malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya
hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P.
dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini akan
C. Diagnosis Malaria
a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat, dan dapat disertai sakit kepala,
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemic
malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Kepadatan parasit:
- Semi kuantitatif
Jumlah parasite dihitung per microliter darah pada sediaan darah tebal
60000 parasit/uL.
Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Bila jumlah eritrosit
parasit/uL.
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasite malaria dengan
HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh tropozoit, skizon, dan
dan P. malariae.
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis, yaitu:2
falciparum.
D. Pengobatan Malaria
membunuh semua stadium parasit yang ada dalam tubuh manusia. Adapun tujuan
Semua obat malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan
piperakuin. Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis
2. Artesunat – Amodiakuin
dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @ 50 mg dan 4 tablet
mg/kgBB. Lini pertama pengobatan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di
bawah ini:2
a. Lini Pertama
ACT + Primakuin
Tabel 2. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivax menurut berat badan dengan DHP
dan Primakuin
Tabel 3. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat = 4mg/kgBB
Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon
Dugaan Relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian primakuin dosis
0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan. Pengobatan kasus malaria vivax relaps diberikan lagi regimen ACT
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui anamnesis
ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
Komplikasi dari infeksi P. vivax meliputi hipotensi, ikterik, gagal nafas, kejang
vivax. Pemantauan pengobatan dilakukan pada : hari ke-3, hari ke-7, hari ke 14
Rawat Jalan
Pemantauan dilakukan pada : hari ke-2, hari ke-3, hari ke-7, hari ke-14 dan
hari ke-28 setelah pemberian obat hari pertama, dengan memonitor gejala klinis dan
Rawat Inap
dan pemeriksaan mikroskopik. Evaluasi dilakukan sampai bebas demam dan tidak
ditemukan parasit aseksual dalam darah selama 3 hari berturut-turut. Setelah pasien
dipulangkan harus kontrol pada hari ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama mendapatkan
1. Sembuh
Penderita dikatakan sembuh apabila : gejala klinis (demam) hilang dan parasit
aseksual tidak ditemukan pada hari ke-4 pengobatan sampai dengan hari ke-28.
Menjadi malaria berat pada hari ke-1 sampai hari ke-3 dengan parasitemia.
Menjadi malaria berat pada hari ke-4 sampai ke-28 dan parasitemia.
Ditemukan kembali parasit aseksual antara hari ke-4 sampai hari ke-28
disertai demam.
Ditemukan kembali parasit aseksual dalam hari ke-7, 14, 21 dan 28 tanpa
demam.
4. Rekurensi
baru (sporozoit).
Apabila dijumpai gejala klinis memburuk dan disertai parasit aseksual positif
maka pasien segera di rujuk. Apabila dijumpai gejala klinis tidak memburuk tetapi
parasit aseksual tidak berkurang dibandingkan pemeriksaan pertama atau parasit
pengobatan lini kedua. Kedua keadaan ini harus dilaporkan melalui sistem surveilans
malaria.2