Oleh:
Pembimbing Residen
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. TZ
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ngemplak, Banjarasari, Surakarta
Nomor RM : 0151xxxx
Tanggal Masuk : 29 Oktober 2020
Tanggal Periksa : 9 November 2020
B. Data dasar
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada di Bangsal
Flamboyan 8 Bed 804C RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Keluhan Utama
Nyeri pada kaki kanan
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat Minum Alkohol : disangkal
Riwayat Nutrisi : 3 kali sehari , 1 porsi orang dewasa sekali
makan, dengan nasi lauk dan sayuran yang cukup.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Derajat Kesadaran : GCS E4V5M6, compos mentis
- Derajat Gizi : gizi normal
2. Vital sign
- TD : 150/80 mmHg
- Nadi : 86 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit, irama teratur
- Suhu : 360 C
- Sp O2 : 98%
- VAS : 4.5 pedis (D)
3. Kepala
mesochepal, luka (-), rambut mudah dicabut (-)
4. Mata
Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+)
5. Hidung
deformitas (-), deviasi septum (-), krepitasi (-), discharge (-)
6. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-),nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
7. Mulut
sianosis (-), mukosa basah (+), gusi berdarah (-)
8. Leher
KGB membesar (-), peningkatan JVP (-)
9. Thorax
bentuk normochest, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-),
nyeri tekan(-)
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
11. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kiri = kanan
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri, nyeri tekan -/-, krepitasi -/-
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-)
12. Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : Bising usus (+) 12x/menit
Perkusi : timpani, pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba
13. Ekstremitas :
Akral dingin Oedema
- - - -
- - - -
Indeks Eritrosit
MCV 84.0 fL 80.0 - 96.0
MCH 28.6 Pg 28 - 33
MCHC 34.0 % 33.0 - 36.0
MPV 7.4 Fl 7.2 - 11.1
PDW 15 % 25 - 65
RDW 13.5 % 11.6 - 14.6
Hitung Jenis
Eosinofil 0.40 % 0.00 - 4.00
Basofil 0.20 % 0.00 - 2.00
Neutrofil 90.10 % 55.00 - 80.00
Limfosit 5.40 % 22.00 - 44.00
Monosit 3.90 % 0.00 - 7.00
Golongan B
darah
Hemostasis
PT 15.3 Detik 10.0 – 15.0
APTT 27.2 Detik 20.0 – 40.0
INR 1.100
Kimia Klinik
Glukosa darah 142 Mg/dl 60 – 140
sewaktu
Albumin 2.6 g/dl 3.2 - 4.6
Kreatinin 1.4 Mg/dl 0.8 – 1.3
Ureum 194 Mg/dl <50
Elektrolit
Natrium darah 131 mmol/L 136 – 145
Kalium darah 3.0 mmol/L 3.3 – 5.1
Kalsium Ion 1.10 Mmol/L 1.17 – 1.29
Kesimpulan :
1. Pulmo tak tampak kelainan
2. CTR tak valid di ukur
Foto Pedis Kanan AP RSUD Dr. Moewardi (29/10/2020)
Kesimpulan :
1. Soft tissue swelling dan emfisema subcutis di regio pedis kanan mengarah
gambaran selulitis pedis kanan
2. Segmen amputatum pada phalang proksimal hingga distal digiti 2 dan
destruksi phalang distal digiti 1 pedis kanan
RESUME
1. Keluhan utama:
Nyeri pada kaki kanan
● Anamnesis:
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan nyeri
kaki kanan. Nyeri dirasakan sejak 2 minggu SMRS dan memberat 1
hari ini. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar.
Pasien mengaku memiliki luka di kaki kanannya di jari ke-3. Luka
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, awalnya ungu dan lama
kelamanaan menjadi hitam.
Pasien juga mengeluh lemas. Lemas dirasakan diseluruh
tubuh yang membuat pasien tidak bisa beraktivitas. Lemas
berkurang saat pasien beristirahat dan bertambah jika aktivitas.
BAK pasien normal seperti biasa, tidak nyeri atau anyang-
anyangan. BAK 3-4x sehari warna kuning jernih. BAK darah
disangkal. BAB pasien juga normal, 2 hari sekali, tidak ada darah
maupun lendir. BAK coklat lembek, nyeri saat BAB disangkal.
2 minggu lalu pasien mengaku sempat dirawat di rumah sakit
dengan keluhan yang sama, dan sempat di amputasi di jari ke-2
kaki kanannya. Pasien memiliki riwayat DM dan HT 7 tahun yang
lalu. Pasien rutin mengkonsumsi obat DM metformin 1x500mg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat diabetes melitus dan hipertensi, pasien rutin
minum obat metformin 1x500mg.
Riwayat transfusi 3 kantong 2 minggu yang lalu.
Riwayat operasi 1 tahun dan 2 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak mengetahui riwayat serupa pada keluarganya.
Riwayat Sosial Ekonomi dan kebiasaan
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Tinggal bersama suami dan satu orang
anak. Pasien berobat dengan mnggunakan biaya BPJS Kesehatan Kelas II
Riwayat merokok, riwayat mengonsumsi alkohol, minum jamu-jaumuan,
serta penggunaan obat-obatan suntik disangkal pasien.
2. Pemeriksaan fisik:
● KU: Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4V5M6
● Vital sign: Tekanan darah 150/80 mmHg, RR 20x/ menit, HR
86x/menit, suhu 36.00 C, VAS 4.5 pedis (D)
● Kepala: Bentuk mesocephal
● Mata : CA (+/+)
● Leher: KGB membesar (-), JVP R+2 cm H2O
● Thorax: Simetris, normochest, retraksi (-)
● Pulmo:
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor/ Sonor
Auskultasi : SDV ( + /+) RBK (-/-), RBH (-/-),
● Abdomen:
Inspeksi : Dinding dada = dinding perut
Auskultasi: Bising usus (+) 12 x / menit
Perkusi: Timpani
Palpasi: Supel, Nyeri Tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: Oedem (-/-), akral dingin (-/-)
Status lokalis : digiti 3 pedis ulkus gangrene
Look : Tampak hiperemis, darah, pus, dan gangrene
Feel : Teraba hangat dan nyeri saat palpasi
3. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium (Tanggal 29 Oktober 2020)
- Hematologi rutin : hemoglobin 9.2 g/dl (↓) hematokrit 27 % (↓)
leukosit 23.9 103/ L (↑) trombosit 464 103/ L (↑) eritrosit 3.23 106/
L (↓)
D. DIAGNOSIS
1. Ulkus diabetes mellitus pedis dextra Wagner IV
2. Diabetes mellitus tipe 2 terkontrol
3. Hipertensi stage 1
4. Anemia normositik normokromik ec perdarahan dd penyakit kronik
E. TATALAKSANA
1. Bedrest total
2. O2 NK 3 lpm
3. Diet DM 1500 kkal
4. Inf. Ringer Laktat 16 tpm
5. Inf. Renxamin 1 fl/24 jam
6. Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
7. Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
8. Inj. Novorapid 6-6-6 IU sc
9. Asam Folat 1 mg/24 jam
10. Candesartan 16 mg/24 jam
11. N-Acetylcysteine 200 mg/8 jam
Pada kasus ini, seorang perempuan usia 63 tahun datang dengan keluhan
nyeri kaki kanan. Nyeri dirasakan sejak 2 minggu SMRS dan memberat 1 hari ini.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar. Pasien mengaku
memiliki luka di kaki kanannya di jari ke-3. Luka dirasakan sejak 2 minggu yang
lalu, awalnya ungu dan lama kelamanaan menjadi hitam. 2 minggu yang lalu
pasien mengaku sempat dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama, dan
sempat di amputasi di jari ke-2 kaki kanannya. Pasien juga memiliki riwayat DM
sejak 7 tahun yang lalu, sehingga mendukung diagnosis ulkus DM pedis dextra.
Diabetes dan hipertensi memiliki jalur mekanisme yang sama seperti SNS,
RAAS, stres oksidatif, dan resistensi insulin. Jalur ini berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain dan bahkan dapat menyebabkan lingkaran setan.
Hipertensi dan diabetes adalah hasil akhir dari sindrom metabolik. Oleh karena
itu, mereka dapat berkembang satu demi satu dalam hal yang sama individu.
Obesitas sentral adalah penyebab sindrom metabolik. . Oleh karena itu,
optimalisasi gaya hidup tetap menjadi landasan dalam pencegahan dan
pengobatan diabetes dan hipertensi.
Anemia dapat terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi.
Hiperglikemia memiliki hubungan langsung dengan berkembangnya kondisi
inflamasi yang ditunjukkan dengan peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi
seperti IL-6, TNF-𝛼, dan NF𝜅B. Peningkatan sitokin proinflamasi berperan
penting dalam terjadinya anemia. Dengan meningkatknya sitokin proinflamasi
terutama IL-6, efek antierythropoietic terjadi, karena sitokin ini mengubah
sensitifitas progenitor terhadap eritropoietin (faktor pertumbuhan eritroid) dan
juga meningkatkan apoptosis eritrosit yang belum matang menyebabkan
penurunan pada jumlah eritrosit yang beredar dan akibatnya menyebabkan
pengurangan sirkulasi hemoglobin (Deray G et al., 2004).
A. ULKUS DM PEDIS
Ulkus merupakan rusaknya barrier kulit sampai keseluruh lapisan dari
dermis. Pengertian ulkus kaki diabetik termasuk nekrosis atau gangren. Gangren
diabetikum merupakan kematian jaringan yang disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adanya mikroemboli aterotrombosis
akibat penyakit vaskular perifer oklusi yang menyertai penderita diabetes sebagai
komplikasi menahun dari diabetes itu sendiri. Ulkus tersebut dapat diikuti oleh
invasi bakteri sehingga terjadi infeksi dan pembusukan, dapat terjadi di setiap
bagian tubuh terutama di bagian distal tungkai bawah1,2,3.
Ulkus diabetikum adalah salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan
penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah4.
Adapun klasifikasi Ulkus diabetikum berdasarkan derajatnya menurut
Wagner5:
Derajat 0 : tidak ada ulkus di kaki
Derajat 1 : ulkus dangkal, penebalan kulit tetapi tidak sampai dasar
jaringan
Derajat 2 : ulkus dalam, menembus ke ligamen dan otot tapi tidak
melibatkan tulang atau pembentukan abses
Derajat 3 : ulkus dalam dengan selulitis atau pembentukan abses,
sering dengan osteomielitis
Derajat 4 : gangren lokal
Derajat 5 : gangren luas yang melibatkan seluruh kaki
Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
Diabetes mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati baik sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudahkan terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah menyebar menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolahan
kaki diabetes8.
Proses terjadinya neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia
berkepanjangan yang berakibat peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance
glycosilation and product (AGEs), pembentukan radikal dan aktivasi protein
kinase C (PKC), aktivasi berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya
vasodilatasi, sehingga aliran darah saraf menurun dan bersama rendahnya
mioniositol dalam sel terjadilah neuropati8.
Neuropati sensorik perifer berperan dalam timbulnya cedera pada kaki.
Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada mekanisme proteksi kaki yang
normal, sehingga pasien dapat mengalami cedera pada kaki tanpa disadari.
Neuropati otonom menyebabkan terjadinya anhidrosis dan gangguan perfusi kaki.
Akibatnya kulit menjadi kering dan dapat terbentuk fisura8.
Biomekanika kaki yang abnormal disebabkan oleh beberapa faktor yang
berhubungan dengan neuropati, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan propriosepsi menyebabkan distribusi berat badan yang abnormal. Hal
ini berperan dalam terjadinya kalus atau ulserasi pada kaki. Perubahan struktural
pada kaki dapat terjadi akibat adanya komplikasi neuropati sensorik dan motorik.
Pada pasien DM, angka kejadian aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan populasi
umum. Gangguan pembuluh darah perifer menyebabkan gangguan oksigenasi
jaringan sehingga menghambat proses penyembuhan luka9.
Ulkus sering terjadi di ujung-ujung jari dan di telapak kaki pada
permukaan dari head metatarsal dan sering didahului oleh pembentukan kalus.
Jika kalus tidak dihilangkan bisa terjadi perdarahan dan kematian jaringan. Dan
terjadi ulkus. Ulkus bisa terjadi karena infeksi sekunder oleh Staphylococcus sp.,
Streptococcus sp., organisme gram negatif dan bakteri anaerob, yang berperan
penting pada terjadinya selulitis, abses, and osteomyelitis. Komplikasi sepsis
ulkus jari-jari ke apikal bisa menimbulkan trombosis pada digital arteri yang dapat
menimbulkan gangren pada jari9.
Adanya neuropati motorik dapat menimbulkan kelemahan otot kaki dan
perubahan struktural kaki, misalnnya hammer toe, claw toe, prominent metatarsal
head, charcot joint dan mudahnya terbentuk kalus. Gangguan otonom yang ada
seperti antihidrosis, gangguan aliran darah superfisial kaki, membuat kulit
menjadi kering dan mudah terbentuk retakan/fisura. Buruknya sirkulasi darah dan
penyembuhan luka dapat memperbesar luka kecil9.
Manifestasi Klinis10
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu :
1. Sering kesemutan
2. Nyeri kaki saat istirahat
3. Sensasi rasa berkurang
4. Kerusakan Jaringan (nekrosis)
5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea
6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
7. Kulit kering
Gambar 2. TCC
4. Advance Dressing
Idealnya, dressing harus memberi keseimbangan kelembaban,
penyerapan protease, stimulasi growth factor, aktivitas antimikroba,
permeabilitas oksigen, dan kapasitas untuk mempromosikan debridement
autolitik yang memfasilitasi produksi jaringan granulasi dan proses
reepitelisasi
6. Surgery
B. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolik kronik
dan serius yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah oleh
karena pankreas yang tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau
ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksi secara
efektif. Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan gula darah,
sehingga pada pasien DM, kadar gula dalam darah akan tinggi atau disebut
dengan hiperglikemia.
Patogenesis
Resistensi insulin pada sel otot dan hati, serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe 2. Hasil
penelitian terbaru telah diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan
lebih berat dari yang diperkirakan sebelumnya. Organ lain yang juga terlibat pada
DM tipe 2 adalah jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal
(defisiensi inkretin), sel alfa pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan
absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), yang ikut berperan menyebabkan
gangguan toleransi glukosa. Saat ini sudah ditemukan tiga jalur patogenesis baru
dari ominous octet yang memperantarai terjadinya hiperglikemia pada DM tipe 2.
Sebelas organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (egregious eleven)
perlu dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep:
1. Pengobatan harus ditujukan untuk memperbaiki gangguan
patogenesis, bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja
2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasarkan pada
kinerja obat sesuai dengan patofisiologi DM tipe 2.
3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah
atau memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang
sudah terjadi pada penyandang gangguan toleransi glukosa.
Schwartz pada tahun 2016 menyampaikan, bahwa tidak hanya
otot, hepar, dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam
patogenesis penyandang DM tipe 2 tetapi terdapat delapan organ
lain yang berperan, disebut sebagai the egregious eleven. Secara
garis besar patogenesis hiperglikemia disebabkan oleh sebelas hal
(egregious eleven) yaitu:
3. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari
insulin, menyebabkan peningkatan proses lipolisis dan
kadar asam lemak bebas (free fatty acid (FFA)) dalam
plasma. Peningkatan FFA akan merangsang proses
glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di
hepar dan otot, sehingga mengganggu sekresi insulin.
Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai
lipotoksisitas. Obat yang bekerja dijalur ini adalah
tiazolidinedion.
4. Otot
Pada penyandang DM tipe 2 didapatkan gangguan kinerja
insulin yang multipel di intramioselular, yang diakibatkan
oleh gangguan fosforilasi tirosin, sehingga terjadi
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan
sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat
yang bekerja di jalur ini adalah metformin dan
tiazolidinedion.
5. Hepar
Pada penyandang DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang
berat dan memicu glukoneogenesis sehingga produksi
glukosa dalam keadaan basal oleh hepar (hepatic glucose
production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
adalah metformin, yang menekan proses glukoneogenesis.
6. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada
individu yang obese baik yang DM maupun non-DM,
didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme
kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi
insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur
Ini adalah agonis GLP-1, amilin dan bromokriptin.
7. Kolon/Mikrobiota
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan
meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko
komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
C. HIPERTENSI
Hipertensi yang tidak diketahui didefinisikan sebagai hipertensi esensial,
atau lebih dikenal hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi
sekunder bahwa hipertensi sekunder dengan sebab yang diketahui. Menurut
The Seventh Report Of The Joint Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok Normotensi,
Prahipertensi, Hipertensi Derajat I, Hipertensi derajat II.4
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran
pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau
gejala-gejala klinis. Pengukuran pertama harus dikonfirmasikan pada
sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar,
setelah pasien beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan
yang sesuai.6
Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul
terutama karena interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktor-
faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :
1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, genetik
2. sistem syaraf simpatis
a. tonus simpatis
b. variasi diurnal
3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi :
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir.
4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system renin,
angiotensin, dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah
Jantung x Tekanan Perifer.6
Pengobatan
Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berata badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis
hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah :
D. ANEMIA
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapaat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik dijabarkan
sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan
hematokrit.
Kriteria Anemia
Cut off point menurut kriteria WHO:
Laki-laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl
Perempuan dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl
Perempuan hamil : hemoglobin < 11 g/dl
Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12 g/dl
Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11 /dl
Eritrosit/hemoglobin menurun
Gejala Anemia
(A) Induksi sintesis hepcidin di hati (terutama oleh interleukin-6 [IL-6], bersama
dengan endotoksin) . Hepcidin mengikat ferroportin, pori-pori yang
memungkinkan keluarnya zat besi dari makrofag retikuloendotelial dan dari sel
epitel usus. Pengikatan hepcidin mengarah ke internalisasi dan degradasi
ferroportin; sekuestrasi besi di dalam makrofag membatasi ketersediaan zat besi
untuk prekursor eritroid.
Hold RIG dan Hanley NA (2012). Essential Endocrinology and Diabetes. Oxford:
Wiley-Blackwell.
Ryan Z., Donald S. Houston (2008) Anemia of chronic disease: A harmful
disorder or an adaptive, beneficial response? CMAJ Aug
2008, 179 (4) 333-337