Anda di halaman 1dari 53

Laporan Kasus

TB Paru Kasus Baru Terkonfirmasi


Bakteriologis + Anemia Normokromik
Normositer ec Penyakit Kronis
Fakhri Abdurrahman, S. Ked 04084822124190
Novetania Vira A., S. Ked 04084822225103
Rahma Adellia., S. Ked 04084822124026
Pembimbing:
dr. Zen Ahmad, Sp.PD,K-P

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
OUTLINE
01 Pendahuluan

02 Status Pasien

03 Tinjauan Pustaka

04 Analisis Kasus
01
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
⮚ Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
⮚ Mycobacterium tuberculosis yang menimbulkan infeksi
pada paru-paru (TB paru), masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan TB
tulang, sendi, selaput otak, kelenjar bening dan lainnya (TB
extrapulmoner).
Pendahuluan

2017 2013-2014
⮚ Jumlah kasus baru TB di ⮚ Prevalensi TBC dengan
Indonesia sebanyak 420.994 konfirmasi bakteriologis di
kasus Indonesia sebesar 759 per
⮚ Jumlah kasus baru TBC tahun 100.000 penduduk berumur
2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih 15 tahun ke atas
besar dibandingkan pada
perempuan.
PENDAHULUAN
⮚ Diagnosis merupakan ujung tombak penatalaksanaan tuberkulosis (TB).
⮚ Penatalaksanaan yang tepat ini secara bermakna menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas akibat TB serta mencegah penularan angka TB.
⮚ Kegagalan diagnosis menyebabkan hilangnya kesempatan deteksi dini
tuberkulosis yang kemudian meningkatkan derajat keparahan penyakit
pasien dan lebih besarnya kemungkinan penularan terhadap keluarga dan
komunitas.
02
Status
Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HBP
Umur : 28 tahun
Alamat : Lr. Abadi, Palembang
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Driver online
MRS : 4 Juni 2022
Tanggal periksa : 6 Juni 2022
No. RM : 0001270475
Tanggal MRS IGD : 4 Juni 2022
Tanggal MRS Bangsal : 5 Juni 2022
ANAMNESIS

Keluhan Utama:
Sesak napas semakin memberat sejak 2 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan:
Batuk dan demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 6 bulan SMRS

 Pasien mengeluh sesak napas yang terus-menerus tidak dipengaruhi lingkungan, cuaca, dan emosi.. Sesak dirasakan
memberat saat pasien beraktivitas dan berkurang saat pasien beristirahat. Pasien nyaman tidur tanpa bantal
tambahan. Nyeri dada tidak ada.
 Pasien mengeluh batuk diawali batuk kering, kemudian ±5 bulan SMRS, pasien menjadi batuk berdahak berwarna
putih-kehijauan sebanyak 1 sdm terutama di pagi dan malam hari. Batuk berdahak disertai gumpalan darah
berwarna merah muda sebanyak ½ sdm. Batuk berdarah dialami sebanyak 3 kali dalam satu hari.
 Keluhan demam ada, dirasakan hilang timbul, timbul terutama pada sore dan malam hari, suhu tidak diukur.
 Penurunan nafsu makan ada. Penurunan berat badan dari 56 kg menjadi 38 kg dalam 6 bulan. Lemas ada.
 Mual dan muntah tidak ada.
 BAB dan BAK normal.
 Pasien berobat ke dokter umum dikatakan alergi sehingga diberikan obat alergi, namun tidak ada perbaikan.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 2 minggu SMRS
 Pasien mengeluh sesak napas semakin memberat. Sesak dirasakan memberat saat pasien beraktivitas
dan berkurang saat pasien beristirahat. Pasien nyaman tidur tanpa bantal tambahan. Nyeri dada tidak
ada.
 Batuk berdahak ada, kadang disertai gumpalan darah berwarna merah muda sebanyak 1 sdm. Batuk
berdarah dialami sebanyak 5 kali dalam satu hari.
 Keluhan demam ada, dirasakan hilang timbul, timbul terutama pada sore dan malam hari, suhu tidak
diukur
 Keringat dingin di malam hari ada.
 Lemas ada.
 Mual dan muntah tidak ada.
 BAB dan BAK normal.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 hari SMRS

 Pasien mengeluh sesak napas semakin memberat


 Demam ada dirasakan hilang timbul
 Batuk berdahak disertai gumpalan darah ada
 Lemas ada
 Keringat di malam hari ada
 Pasien datang ke IGD RSMH Palembang untuk mendaparkan tatalaksana lebih lanjut
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat TB paru tidak ada
 Riwayat hipertensi tidak ada
 Riwayat penyakit jantung tidak ada
 Riwayat asma tidak ada
 Riwayat diabetes melitus tidak ada
 Riwayat penyakit ginjal tidak ada
 Riwayat penyakit hati tidak ada
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada
 Riwayat hipertensi tidak ada
 Riwayat diabetes melitus tidak ada

Riwayat Pengobatan
 Riwayat minum obat alergi
Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

 Riwayat merokok tidak ada


 Riwayat minum alkohol tidak ada
Pemeriksaan Fisik (24/03/22)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Heart Rate : 99x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Respiratory Rate : 27x/menit, regular, tipe torako-abdominal
SpO2 : 99% dengan nasal canul 3 LPM
Temperature : 37,0oC
Berat Badan : 38 kg
Tinggi Badan : 174 cm
IMT : 12,55 kg/m2 (underweight)
Keadaan Spesifik
Kepala
Normosefali, simetris, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, alopesia (-)
Mata
Edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, refleks
cahaya (+/+), nystagmus (+)
Hidung
Tampak bagian luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (-), epistaksis (-), nafas
cuping hidung (-)
Mulut
Bibir pucat (-), sianosis (-), glositis (-), gusi berdarah (-), atrofi papil lidah (-)
Keadaan Spesifik
Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, keluar cairan telinga (-), sekret (-)
Leher
Simetris, JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-) normal, pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks
Simetris, venektasi (-), retraksi (-), scar (-)

Paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris, kanan=kiri
Palpasi : stem fremitus kiri menurun
Perkusi : sonor pada lapangan paru kanan, redup pada lapangan paru kiri
Auskultasi : Vesikuler (+) meningkat pada paru kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Keadaan Spesifik

Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Batas atas jantung ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dekstra

Batas kiri jantung ICS V linea axillaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)


Keadaan Spesifik
Abdomen:
Inspeksi : Datar, lemas, scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 4x/menit, bruit (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba,

Genitalia: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas: Akral pucat (-), edema pretibial (-), CRT <2 detik.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
(04/06/22)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hematologi

Hemoglobin (Hb) 11.6 13.48 – 17.40 g/dL Menurun


Kimia Klinik
Eritrosit (RBC) 4.26 4.40 – 6.30 x 106/mm3 Menurun
Kalsium (Ca) 8.3 8.8 – 10.2 U/L Menurun
Leukosit (WBC) 12.71 4.73 – 10.89x x 103/mm3 Meningkat
AST/SGOT 17 0 – 41 U/L Normal
Hematokrit 35 41 - 51 % Menurun
ALT/SGPT 140 240 – 480 U/L Menurun
Trombosit (PLT) 316 170 – 396x x 10 /μL Normal
Gula Darah
3

100 <200 mg/dl Normal


MCV 81.9 85-95 fL Menurun Sewaktu

MCH 27 28-32 pg Menurun


Ureum 13 16.6 – 48.5 mg/dl Menurun

MCHC 33 33-35 g/dL Normal Asam Urat 3.6 <8.4 mg/dl Normal

RDW-CV 13.00 11-15 % Normal Kreatinin 0.58 0.50 -0.90 mg/dl Normal
Hitung jenis
Natrium (Na) 138 135 – 155 mEq/l Normal
Basofil 0 0–1% Normal

Eosinofil 0 1–6% Menurun Kalium (K) 4.0 3.5 – 5.5 mEq/l Normal

Neutrofil 84 50 – 70 % Meningkat

Limfosit 7 41 – 51 % Menurun
Rontgen Thoraks (04/06/22)
Interpretasi:
 Cor kesan normal
 Trakea kesan deviasi ringan ke kiri
 Kedua hilus tidak menebal.
 Infiltrat disertai konsolidasi dan multiple
cavitas di suprahillar kanan kiri
 Diafragma licin, sudut costophrenicus
lancip.
 Tulang-tulang dan jaringan lunak baik.
Kesan: TB Paru
Diagnosis
Diagnosis Sementara:
Susp. TB Paru Kasus Baru Terkonfirmasi Bakteriologis + Anemia
normokromik normositer ec penyakit kronis
Diagnosis Banding:
Pneumonia + Anemia normokromik normositer ec penyakit
kronis
Tumor paru + Anemia normokromik normositer ec penyakit
kronis
Tatalaksana
Non-Farmakologi: Rencana Pemeriksaan:
⮚ Diet  Pemeriksaan Gene Expert
⮚ Istirahat
⮚ Oksigen 3 liter/menit

Farmakologi:
 N. Asetilsistein 3x200 mg
 Neurodex 1x1 tab
 Paracetamol 500 mg kp
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Follow Up 7 Juni 2022
S Pasien mengeluh batuk
Status Generalikus:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 86x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 24x/menit, regular
Suhu : 36,4oC
SpO2 : 95% dengan NRM 3 LPM
O Status Lokalis:
Kepala : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor : BJ I-II normal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) meningkat pada paru kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, BU (+) normal ± 4-5x/menit, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba, timpani.
Follow Up 7 Juni 2022
A Susp. TB Paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis + Anemia normokromik normositer
ec penyakit kronis
Non Farmakologi
 Diet
 Istirahat
 Oksigen 3 liter/menit
 Pemeriksaan Gene Expert
P
Farmakologi
 N. Asetilsistein 3x200 mg
 Neurodex 1x1 tab
 Paracetamol 500 mg kp
Follow Up 8 Juni 2022
S Pasien mengeluh batuk dan sesak napas
Status Generalikus:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 90x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 24x/menit, regular
Suhu : 36,5oC
SpO2 : 97% dengan NRM 3 LPM
O Status Lokalis:
Kepala : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor : BJ I-II normal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) meningkat pada paru kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, BU (+) normal ± 4-5x/menit, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba, timpani.
Follow Up 8 Juni 2022
A Susp. TB Paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis + Anemia normokromik normositer
ec penyakit kronis
Non Farmakologi
 Diet
 Istirahat
 Oksigen 3 liter/menit
 Follow up hasil Gene Expert

P
Farmakologi
 N. Asetilsistein 3x200 mg
 Neurodex 1x1 tab
 Paracetamol 500 mg kp
 Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr
 Azitromisin 1x500 mg
Follow Up 9 Juni 2022
S Pasien mengeluh sesak napas
Status Generalikus:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Frekuensi Nadi : 83x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20x/menit, regular
Suhu : 36,5oC
SpO2 : 96% dengan NRM 3 LPM
Status Lokalis:
Kepala : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
O Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor : BJ I-II normal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) meningkat pada paru kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, BU (+) normal ± 4-5x/menit, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba, timpani.
Ekstremitas : akral hangat, pucat (-), edema (-), CRT <2 detik
Hasil Gene Expert:
M.Tb : Detected Low
Rifampicin Resistance : Not Detected
Follow Up 9 Juni 2022
A TB Paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis + Anemia normokromik normositer ec
penyakit kronis
Non Farmakologi
 Diet
 Istirahat
 Oksigen 3 liter/menit

Farmakologi
P
 N. Asetilsistein 3x200 mg
 Neurodex 1x1 tab
 Paracetamol 500 mg kp
 Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr
 Azitromisin 1x500 mg
 OAT 4 FDC 1x3 tab (hari pertama)
03
Tinjauan
Pustaka
Tuberkulosis Paru
Definisi
• Tuberkulosis 🡪 Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis dan bersifat menular dan
kronis. Penyakit ini dapat menyerang organ selain paru,
disebut dengan TB ekstraparu seperti pleura, kelenjar limfe,
hingga tulang.
Epidemiologi TB Paru

WHO, 2017🡪 sekitar 10 juta orang


yang menderita TB aktif 1,6 juta
diantaranya mengalami kematian.

Berdasarkan survei prevalensi


tuberculosis tahun jumlah kasus baru
TB di Indonesia sebanyak 420.994
kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018).
Laki-laki > Perempuan
Etiologi TB Paru
Infeksi TB dapat disebabkan oleh 5 bakteri, yaitu Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum,
Mycobacterium microti, dan Mycobacterium cannettii. Namun, bakteri
yang paling sering ditemukan adalah Mycobacterium tuberculosis
(M.TB) yang dapat menular antar manusia lewat rute udara melalui
droplet nucleus.
Faktor Risiko TB Paru
⮚ Orang dengan HIV positif dan kondisi immunocompromised
⮚ Orang yang mengonsumsi obat immunosupresan jangka panjang
⮚ Perokok
⮚ Konsumsi alcohol
⮚ Anak usia <5 tahun dan lansia
⮚ Kontak erat dengan individu terkonfirmasi TB
⮚ Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi TB (misal; lembaga
pemasyarakatan)
⮚ h) Pertugas kesehatan
Patofisiologi
Klasifikasi TB
1. TB Primer
• Infeksi primer terjadi pada paparan pertama terhadap tuberkel basili.
• Infeksi primer biasanya bersifat asimtomatik dan akan menunjukkan hasil
tuberkulin positif dalam 4-6 minggu setelah infeksi.

2. TB pasca primer
• Pola penyakit yang terjadi pada host yang sebelumnya pernah tersensitisasi
bakteri TB.
• Dapat terjadi setelah bulanan hingga tahunan setelah infeksi primer karena
reaktivasi kuman laten atau karena reinfeksi.
• Karakteristik dari dari TB post primer adalah ditemukannya kavitas pada lobus
superior paru dan kerusakan paru yang luas.
Manifestasi Klinis TB
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi Dengan gejala lain meliputi:
lesi, sehingga dapat menunjukkan a. Malaise
manifestasi klinis sebagai berikut: b. Penurunan berat badan
a. Batuk ≥ 2 minggu c. Menurunnya nafsu makan
b. Batuk berdahak d. Menggigil
c. Batuk berdahak dapat bercampur darah e. Demam
d. Dapat disertai nyeri dada f. Berkeringat di malam hari
e. Sesak napas
Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Batuk berdahak selama
2-3 minggu atau lebih,
sesak nafas, berat - Demam - Foto Thoraks
- Penurunan BB - Biakan
badan menurun,
malaise, berkeringat - Suara vesikuler - Uji Kepekaan
malam hari tanpa meningkat, - Kultur
kegiatan fisik, demam terdapat suara
meriang lebih dari satu nafas tambahan
bulan.
Prinsip Penegakan Diagnosis TB

• Uji TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan


pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis.
• Pemeriksaan foto toraks saja tidak bisa menegakkan TB
• Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis
eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang
mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau
aspergiloma).
Tatalaksana TB
Tahapan pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu
a. Tahap awal: pengobatan tahap awal diberikan selama 2 bulan.
Berikut dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa:
Tatalaksana TB
b. Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan diberikan selama 4
bulan. Pasien TB paru sebaiknya mendapatkan paduan obat:
2RHZE/4HR selama 6 bulan. Pada akhir fase intensif, bila hasil apusan
dahak tetap positif maka fase sisipan tidak lagi direkomendasikan
namun dievaluasi untuk TB-RO (uji kepekaan), sementara pengobatan
diteruskan sebagai fase lanjutan.
Pemantauan Respon Pengobatan TB
Pemantauan yang dilakukan terhadap pasien mencakupi:
a. Gejala TB yang menetap atau muncul kembali
b. Gejala efek samping OAT atau terhentinya pengobatan.
c. Berat badan pasien harus dipantau setiap bulan dan dosis OAT
disesuaikan
dengan perubahan berat badan.
d. Respon pengobatan TB paru dipantau dengan sputum BTA.
Pemantauan Respon Pengobatan TB
WHO merekomendasi pemeriksaan sputum BTA pada akhir fase
intensif pengobatan untuk pasien yang diobati dengan OAT lini
pertama baik kasus baru maupun pengobatan ulang. Pemeriksaan
sputum BTA dilakukan pada akhir bulan kedua (2RHZE/4RH) untuk
kasus baru dan akhir bulan ketiga (2RHZES/1RHZE/5RHE) untuk
kasus pengobatan ulang. Rekomendasi ini juga berlaku untuk pasien
dengan sputum BTA negatif.
04
Analisis
Kasus
Sesak sejak ±6 bulan SMRS
1. sistem pernapasan pernapasan ( penyakit parenkimal, penyakit vaskuler paru, penyakit
saluran napas, penyakit penyakit pleura, penyakit dinding paru) .

2. kardiak

3. lain-lain (anemia, metabolik asidosis, penyakit psikogenik, gastroesophageal reflux diseases,


sirosis hepatis, dan penyakit tiroid )

Bingisser R. et al (2013) dan Kelly et al. (2016)


53% = sistem pernapasan
90% kasus pasien yang datang ke IGD disebabkan oleh 22% = kardiak
kelainan di sistem pernapasan dan kardiak 15% = dikedua sistem tersebut

1. infeksi pada paru atau saluran napas bawah (20.2%)


2. gagal jantung (15%)
3. eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik (13.6%)
4. asma (12.7%)
(-) wheezing, (-) riwayat merokok, (-), (-) riwayat atopi,
(-) sesak pada keluarga, (-) barrel chest

Sehingga penyakit-penyakit saluran napas kronis


seperti asma, bronchitis kronis, dan penyakit paru
obstruktif kronis dapat disingkirkan.

(-) sesak dipengaruhi waktu, (-) membaik dengan penggunaan bantal tersusun, (-)
risiko penyakit kardiovaskuler, (-) peningkatan JVP , (-) hepatomegaly, (-) ascites,
(-) sembab pada kaki, tidak ada kelainan pemeriksaan cor

Sehingga diagnosis banding terhadap sesak akibat penyakit kardiak dapat


disingkirkan.
(-) keluhan BAK, (-) napas bau keton, (-) riwayat penyakit ginjal, (-) riwayat
diabetes mellitus, (-) pernapasan kussmaul, (-) tanda-tanda syok, (-) edema

Sehingga diagnosis banding


sesak akibat penyakit metabolik
ataupun kelainan ginjal dapat
disingkirkan.

DEMAM + BATUK

Demam -> infeksi atau non infeksi

Batuk kering, berdahak berwana putih kehijauan,diserta gumpalan


darah berwarna merah (progresif) -> 60% karena infeksi dan 20%
keganasan

Sehingga didapatkan diagnosis banding sesak kronis akibat


tuberculosis paru dan keganasan belum dapat
disingkirkan
Keringat dingin malam hari + penurunan BB (60 kg menjadi 38 kg dalam 6 bulan) + Sempat
berobat dengan diagnosis alergi-> tidak perbaikan + pekerjaan sebagai driver online

Hal ini meyakinkan infeksi TB

Pemeriksaan radiologis thoraks= KESAN TB PARU

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/755/2019 -> PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

TCM= M. tuberculosis detected low dan rifampicin resistance


not detected

(-) riwayat TB sebelumnya + (-) riwayat minum obat TB

TB PARU KASUS BARU -> TB LINI 1


Penurunan HB (11.6 g/dl)

Morfologis (apusan darah tepi)-> MCV (81.9) dan MCH (27)-> normositik normokrom

anemia pasca perdarahan akut, anemia aplastik, anemia hemolitik didapat, anemia
akibat penyakit kronik, anemia pada gagal ginjal kronik, anemia pada keganasan
hematologik.

• (-) kuning, (-) bak gelap, (-) hepatosplenomegaly->eliminasi anemia hemolitik


• (-) sumber perdarahan maupun klinis -> eliminasi perdarahan akut
• (-) bukti gangguan ginjal-> eliminasi anemia renal
• (-) gangguan pembekuan darah, (-) infiltrasi + ditunjang dengan lab -> eliminasi anemia
keganasan maupun aplastic
• (+) riwayat infeksi kronik akibat TB-> anemia penyakit kronik

1. 1. Supresi sel eritroid progenitor dan eritopoetin ginjal


2. 2. penurunan absorsi besi di duodenum
3. 3. penurunan ekspresi ferritin (stimulasi penyimpanan) dan retensi besi dalam
makrofag
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai