Anda di halaman 1dari 32

Stabilisasi dan Transport Pasien

SOL Intracranial ec Susp Medulla


Blastoma + Post VP Shunt ec
Hidrosefalus

Rahma Adellia
04084822124026

Pembimbing:
dr. Andi Miarta, SpAn, KIC
Pendahuluan
PENDAHULUAN

 Kraniotomi adalah setiap tindakan bedah dengan cara membuka kranium


untuk dapat mengakses otak.
 Setelah operasi besar pasien perlu dipantau karena kesadaran penderita
belum pulih secara sempurna
 Penanganan postoperatif meliputi penanganan multimodal, multidisiplin yang
melibatkan tim ahli bedah, ahli anestesi dan klinisi lainnya
 Salah satu postoperative care yang baik adalah dengan tercapainya transfer
pasien yang baik untuk mencegah efek samping yang dapat memengaruhi
prognosis pasien

3
2

STATUS
PASIEN

4
IDENTITAS PASIEN

◂ Nama : Nn. NSP


◂ No. Rekam Medis: 0001248893
◂ Umur : 9 tahun (18 Juli 2012)
◂ Jenis Kelamin : Perempuan
◂ Agama : Islam
◂ BB : 24 kg
◂ Alamat : Jl. Kancil Putih Pulau No. 119 A, Palembang
◂ MRS : Senin, 28 Februari 2022

5
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA

Nyeri Kepala sejak 1 tahun SMRS yang semakin


memberat

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


Sejak ± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri kepala..
Awalnya nyeri dirasakan tidak terlalu sering, namun 2 bulan terakhir nyeri dirasakan
semakin sering dan intensitas yang memberat. Pasien juga mengeluh telinga terasa
berdenging. Pandangan kabur tidak ada. Keluhan disertai mual dan muntah yang
menyemprot. Tidak ada demam, Tidak ada kejang. Pasien juga mengeluh terdapat
penurunan berat badan.
Pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang dan dilakukan pemeriksaan MRI. Hasil yang didapat yaitu adanya massa
intracranial.
CO-EXISTING DISEASE RIWAYAT OPERASI
Riwayat kelainan kongenital VACTERL :disangkal Tidak ada
Riwayat Alergi :disangkal
Riwayat Asma :disangkal

RIWAYAT PENYAKIT DALAM


RIWAYAT KONSUMSI OBAT KELUARGA

Tidak ada Riwayat hipertensi : disangkal


Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Sens : E4M6V5
TD : 90/60 mmHg
HR : 100 kali per menit
RR : 24 kali per menit
Suhu : 36,4oC
SpO2 : 99%
Status Fisik : ASA II
KEADAAN FISIK SPESIFIK

Kepala
Normosefali, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks
cahaya +/+. arcus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T0-T0

Evaluasi Jalan Napas

O (Overweight IMT >26 kg/m2): Tidak ada


B (Beard) : Tidak ada
E (Elderly usia> 65 th) : Tidak ada
S (Snores) : Tidak ada
E (Edentulous) : Tidak ada
Leher
Massa (-), JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-)

Thorax
PULMO JANTUNG
I : Dinding dada kanan dan kiri simetris statis dan I : Iktus kordis tidak terlihat
dinamis P : Iktus kordis tidak teraba
P : Stem fremitus kanan sama dengan kiri P : Batas jantung normal
P : Sonor pada kedua lapang paru A: Bunyi jantung I-II normal, irama reguler.
A : Suara napas vesikuler normal, ronki Murmur dan gallop tidak ada.
tidak ada,
wheezing tidak ada.

Abdomen
Datar, lemas, timpani, bising usus (+) normal. Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik

Genitalia
Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN
MRI Kepala PENUNJANG
Massa solid kistik bentuk lobulated intraventrikel ukuran 6,5 x 5,5 x 5,8
cm yang heterogenous contrast enhancement pada bahan solid dan
meluas ke foramen dan menyebabkan pendesakan pada cerebellum
posterior serta aspek posterior midbrain, pons dan medulla oblongata.

Rontgen Thorax PA

Cor tak membesar,


pulmo tak tampak kelainan.
 
SOL Intracranial ec Medulla Blastoma +
Post VP Shunt ec Hidrosefalus

—Diagnosis

—Rencana Anestesi

General anestesi dengan intubasi nafas


kendali
ANESTESI

Evaluasi Pre Anestesi


Kamis, 3 Maret 2022

Tanda Vital AMPLE


Allergies Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-
Kesadaran: Compos Mentis obatan pada pasien
GCS: E4M6V5
Tekanan Darah: 120/80 Medicatio Tidak ada riwayat penggunaan obat sebelum masuk
Nadi: 110 kali/menit
Frekuensi Napas: 24 x/menit ns rumah sakit
Suhu: 36,5°C
SpO2: 98% pada udara bebas Past Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
Illness
Last Meal PasienRENCANA PREANESTESI
mengatakan sudah berpuasa 6 jam sebelum
operasi Puasa pre operatif 6 jam
Event Pasien mengeluh nyeri kepala yang semakin
memberat
Evaluasi Pre Induksi
Pasien masuk ruang operasi pada kamis, 3 Maret 2022 pukul 09.30 WIB diposisikan supine dan dipasang monitor
standar (EKG, saturasi oksigen, stetoskop, NIBP).

Tanda Vital Teknik Anestesi


Jenis Anestesi : Anestesi Umum
Kesadaran : Compos Mentis Induksi :
GCS : E4M6V5 • Thiopental 200 mg IV
Tekanan Darah: 120/70 • Sufentanyl 20 mcg IV
Nadi: 115 kali/menit • Rocuronium 20 mg IV
Frekuensi Napas : 22 x/menit  
Suhu: 36,9°C
SpO2: 99% pada udara bebas
Maintenance
Thiopental continuous
Pengaturan Nafas
Status Fisik: ASA II Controlled
Monitoring Anestesi Intraoperatif
Pasien masuk ruang operasi pada Kamis, 3 Maret 2022 pukul 09.30 WIB diposisikan supine dan dipasang monitor
standar (EKG, saturasi oksigen, stetoskop, NIBP).

Keadaan Selama Operasi

Posisi : Supinasi
Ventilasi : Single lumen ETT ukuran 7,0 dengan balon

Cairan
Total Asupan Cairan
Kristaloid : Tutofusin 1000 ml
Koloid :-
Komponen Darah :-
Total Keluar Cairan
Perdarahan : 400 ml
UO : 600 ml
Waktu TD HR RR SpO2 Udara Keterangan
(WIB) (mmHg (x/m) (x/ (%)  
) min)
O2 Air Volatile
(L/m) (L/m) (Vol%)

09.30 120/80 110 22 98 8 - 2 - Persiapan pasien


● Pemasangan monitor EKG, SpO2, NIBP
● Sudah terpasang lancar jalur IV line
● Sudah terpasang cairan
● Induksi
- Thiopental (200 mg); sufentanyl (20 mcg);
rocuronium (50 mg)
- -Terpasang oksigen 8 L/m

09.45 90/50 105 15 98% 8 - 2 Pemasangan Intubasi ETT no 7,0

10.00 110/70 100 15 98% 8 - 2 Operasi dimulai, Dimasukkan: 16


-Paracetamol 1 g
- dexamethasone 10 mg
10.15 108/70 110 15 100 8 - 2

10.30 100/60 112 18 98% 8 - 2 Dimasukkan:


- Fentanyl 200 mcg

10.45 90/60 109 17 99% 8 - 2 Kristaloid Tutofusin 1000 ml


 
11.00 110/60 116 18 99% 8 - 2
Jumlah Pedarahan: 400 ml
11.15 100/60 117 18 99% 8 - 2

11.30 110/60 111 18 99% 8 - 2

11.45 100/60 110 18 99% 8 - 2

12.00 110/70 105 18 99% 8 - 2

12.15 110/70 109 18 100% 8 - 2


12.30 105/60 106 17 99% 8 - 2 Operasi Selesai
- Hemodinamik stabil
- Nafas Spontan Adekuat
- Ekstubasi Pasien

12.30 110/60 112 18 100% 8 - 2 Operasi Selesai


Pasien disiapkan untuk pindah ke ICU
17
Stabilisasi pre-transfer pasien ke ruang ICU (dilakukandikamaroperasi)
Penilaian Klinis Masalah Tindakan

Pertahankan patensi jalan


Gurgling (-), snoring (-), stridor (-), napas dengan triple airway
Airway perdarahan (-), muntah (-), keluar busa Airway clear maneuver (head tilt, chin lift
dari mulut (-), cedera servikal (-) dan jaw trust jika dicurigai
ada cedera servikal)

Nafas spontan (+), RR = 20x/menit,


Pertahankan patensi
Breathing WOB normal, retraksi dinding dada  Normal
pernafasan pasien
(-), retraksi intercostal (-), SpO2 99 %

Warna kulit sianosis (-), akral pucat Pasang IV line 1 jalur.


Circulation (-), TD: 129/72 mmHg, HR: Normal Pemberian cairan dengan
103x/menit kristaloid 500 mL.

Lakukan manajemen
GCS: DPO
Kesadaran pasien breathing dan circulation
Pupil bulat, isokor, diameter pupil
Disability dalam pengaruh dengan baik sehingga
kanan dan kiri 3 mm, refleks cahaya
obat perfusi jaringan adekuat,
pupil kanan dan kiri (+).
dan memasang monitor.

Selimuti pasien untuk


Environment T: 36,6°C Normal
mencegah Hipotermia
Monitoring Selama Transfer ICU

GCS : E3M6V3
Tekanan Darah : 105-120/70-80 mmHg
Nadi : 100-110 x/menit
Frekuensi Napas : 23 kali/menit
SpO2 : 98 %

Hemodinamik relatif stabil tanpa support


Monitoring Pasca Operasi di ICU
Hari Pertama Perawatan di ICU, 2 Maret 2022

S O
- CNS: GCS E3M4V3, pupil isokor 3 mm/3 mm, RC +/+ Laboratorium:
TD: 120/85 mmHg Hb: 12,3
pH: 7.465
N: 110 x/menit Eritrosit: 4.45 PCO2: 26.6

Resp: RR spontan 24x/m, terpasang O2 nasal kanul 2 Leukosit: 18.45 PO2: 133.6

lpm SpO2 98% Hematokrit: 34 SO2%: 99.5


HCO3: 19.3
GIT: NGT (+) Trombosit: 365.000
BEb: -2.6
GUT: kateter (+), urin (+) Hitung jenis: 0/0/89/10/1 PO2/FiO2: 556.7

  LED: 34
Albumin: 3.3
Ureum: 17
Creatinin: 0.62
Natrium : 140
Kalium : 4.4
Klorida: 104

A post Craniectomy a.i. SOL Intrakranial + Post VP Shunt ec Hidrosefalus


Non Farmakologis Farmakologis
- Parasetamol 1 gr/8 jam IV
Diet cair - Ringer laktat gtt 70cc/jam - Dexamethason 3x 3 mg

P Oksigenasi dengan nasal - Paracetamol 3 x 500 g (15g/kgBB)


kanul 2lpm tercapai SpO2 - Ceftriaxone 1g/12 jam IV
Hari Kedua Perawatan di ICU, 3 Maret 2022

S O
- CNS: GCS E3M4V3, pupil isokor 3 mm/3 mm, RC +/+ Laboratorium:
TD: 120/80 mmHg Hb: 12,3
N: 112 x/menit Eritrosit: 4.45
pH: 7.465
Resp: RR spontan 22x/m, terpasang O2 nasal kanul 2 lpm Leukosit: 18.45
PCO2: 26.6
SpO2 99% Hematokrit: 34
PO2: 133.6

GIT: NGT (+) Trombosit: 365.000 SO2%: 99.5

GUT: kateter (+), urin (+) Hitung jenis: 0/0/89/10/1 HCO3: 19.3
BEb: -2.6
LED: 34
PO2/FiO2: 556.7
Albumin: 3.3
Ureum: 17
Creatinin: 0.62
Natrium : 140
Kalium : 4.4
Klorida: 104

A post Craniectomy a.i. SOL Intrakranial + Post VP Shunt ec Hidrosefalus


Non Farmakologis Farmakologis
Diet cair - Ringer laktat gtt 70cc/jam
- Parasetamol 1 gr/8 jam IV
P Oksigenasi dengan nasal - Paracetamol 3 x 500 g (15g/kgBB)
- Dexamethason 3x 3 mg
kanul 2lpm tercapai SpO2 - Ceftriaxone 1g/12 jam IV
98%
ANALISIS
KASUS
◂ Nn. NSP, perempuan, 9th, mengeluh nyeri kepala sejak 1 tahun SMRS yang semakin lama
semakin memberat  Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Nyeri
disebabkan oleh kelainan intrakranial maupun ekstrakranial.
◂ Keluhan disertai mual dan muntah yang menyemprot. Menurut Hukum Monroe-kellie:
◂ Volume intracranial 
Darah + Cerebrospinal Fluid (CSF) + Jaringan otak = Konstan

◂ Peningkatan tekanan intrakranial ini juga yang menyebabkan keluhan muntah


menyemprot pada pasien. Pasien juga mengeluh terdapat penurunan berat badan 
dapat merupakan gejala adanya keganasan, hal ini dikarenakan peningkatan
metabolisme tubuh.

2
3
manajemen anestesi perioperatif (evaluasi pasien preoperatif,
monitoring intraoperatif dan monitoring pasca operatif).
teknik anestesi yang dilakukan adalah anestesi umum
dengan menggunakan obat-obat induksi yaitu Sufentanyl
20mcg IV, Thiopental 200 mg IV dan Rocuronium 20 mg IV.

Pasien terekstubasi : monitor tanda


Operasi selesai. kegagalan ekstubasi  RR, Nadi,
Peningkatan WOB, SpO2, Hipercapnia

Recovery Room ICU


ICU Prioritas 1
Kelompok pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi. Contoh: pasien pasca bedah kardiotorasik,
sepsis berat & gangguan keseimbangan asam basa

Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang
menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan
berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor.

Prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil
status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya,
atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi.

.
Airway Disability
Pastikan jalan napas paten dan
tidak ada risiko aspirasi saat Lakukan pemantauan terhadap
sebelum melakukan transfer kesadaran

Breathing Stabilisasi Pasien


Sebelum Transfer
Termonitor saturasi oksigen

Circulation Exposure
Pertahankan IV Line.
Selimuti pasien untuk
Termonitor tekanan
mencegah hipotermia.
darah, dan HR
Transfer Pasien

1
3
Evaluasi
Personel
Kebutuhan Pendamping
Transfer

2
Kordinasi dan 4
komunikasi Persyaratan
sebelum peralatan
transportasi
5 Identifikasi pasien berisiko
 Pasien dengan ventilasi mekanis, terutama yang
berkebutuhan tinggi tekanan ekspirasi akhir
positif dan FiO2>0,5.

 Pasien dengan skor keparahan cedera terapeutik


yang tinggi

 Pasien cedera kepala dopamin sudah jarang


dipakai krn pemecahan dopamin akan terpecah
menjadi norepinephrin.

 Pasien yang secara hemodinamik tidak stabil


yang membutuhkan infuse dobutamin,
norepinefrin atau vasoaktif lainnya terus
menerus
SKOR
4
Pemantauan Selama
Pemindahan 6
Monitor EKG
Pulse oxymetri
Penialian secara
berkala tekanan darah,
laju nadi, dan laju
napas
7

Perawatan Selama
Transfer
DOKUMENTASI
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai