PENDAHULUAN
Self-inflicted injury atau perilaku melukai diri adalah adalah suatu bentuk
perilaku individu melukai dirinya sendiri, dilakukan dengan sengaja tapi tidak
dengan tujuan bunuh diri. Di dalam literature ada banyak istilah yang merujuk
pada perilaku melukai diri (self-inflicted injury) seperti self-harm, deliberate self-
harm, self-injurious behavior dan self-injury.
Luka atau kerusakan jaringan yang ditimbulkan sifatnya minor sampai
moderat sehingga tidak mengancam jiwa si pelaku. Tindakan menyakiti diri
sendiri ini meliputi mengiris, menyayat, mencakar, membuat lebam, menggigit
dan menyulut api atau membakar. Tindakan lain yang juga masuk dalam kategori
perilaku melukai diri adalah overdosis dan mengorek-orek luka yang ada sehingga
timbul rasa sakit. Perilaku ini bisa terjadi secara episodik atau kontinyu, dan
frekuensi kejadian ini bisa menjadi petunjuk mengenai tingkat keparahan dari
Self-inflicted injury.
Secara epidemiologi perilaku melukai diri sendiri sering pada usia 15-35
tahun. Perilaku melukai diri sendiri banyak dilakukan oleh remaja yang mana
mereka melakukanya karena tidak mampu memecahkan masalahnya serta
memiliki daya tahan terhadap stress yang lemah. Keluarga menjadi salah satu
faktor penting terjadinya fenomena self-injury. Pada anak yang didikannya keras
selalu mendapat kritikan dari orang tua dan buruk dalam hubungan komunikasi
memiliki kemungkinan lebih besar melakukan tindakan melukai diri sendiri. Pada
Pada umumnya wanita lebih sering 2-5 kali dari laki-laki. Namun berbagai studi
memperlihatkan tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua gender.
Perbedaan yang penting barangkali lebih terletak pada bentuk atau metode
pelukaan diri. Wanita lebih cenderung membuat sayatan dan garukan*cakaran,
sedangkan pria membuat luka bakar atau memukuli diri.
1
kesepian, kehilangan dan untuk menghukum diri sendiri. Penderita merasa tenang setelah menyakit
menggigit.
Tetapi ada juga luka yang sengaja dibuat untuk kecurangan guna
mendapatkan kompensasi dalam suatu perkara dan ada beberapa kasus melukai
diri sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan asuransi. Self-inflicted injury atau
self-injury untuk penipuan asuransi biasanya terdiri dari amputasi satu atau dua
jari (biasanya ibu jari dan * atau jari telunjuk tangan non-dominan), kadang ada
juga seluruh tangan diamputasi dan menekan dengan palu atau alat tumpul
lainnya. Kebanyakan dilakukan oleh laki-laki, biasanya terjadi dalam lingkup
pribadi dan tanpa saksi. Gerlach secara konservatif memperkirakan bahwa ada di
Setidaknya 200 amputasi tungkai traumatis di 0erman selama interval 10 tahun
dan terdaftar di antara 11.123 kasus penipuan asuransi dilaporkan dalam statistik
polisi untuk tahun 2002.
3leh karena itu dibutuhkan pengetahuan mengenai penemuan yang
muncul dalam pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus self-inflicted injury
ini.
2
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah 5
1. +emahami dan mengetahui self-inflicted injury dalam sudut pandang
Forensik.
2. +emenuhi salah satu syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di 7agian 8lmu Kedokteran Forensik dan Legal Fakultas
Kedokteran Universitas 4iau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengakibatkan keusakan langsung pada tubuh, tanpa maksud bunuh diri. 7entuk
3
paling umum dari self injury adalah membuat irisan dangkal pada lengan atau
Self injury terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut5
a. Major self-mutilation
permanen pada organ utama, seperti memotong kaki atau mencukil mata. Self
injury jenis ini biasanya dilakukan oleh individu yang mengalami tahap
psikosis. Stereotypic melukai diri kurang parah tapi jauh lebih berulang.
b. Stereotipic self-injury
Stereotypic self injury tidak begitu parah tapi jauh lebih berulang. 0enis
self injury ini biasanya melibatkan perilaku berulang seperti membenturkan kepala
ke lantai secara berulang kali. 8ndividu yang terlibat dalam jenis self injury ini
c. Superficial self-mutilatin
menarik rambut sendiri dengan sangat kuat, menyayat kulit dengan benda
4
tajam, membakar bagian tubuh, membanting tubuhnya sendiri, dan
membenturkan kepala.
Alasan yang paling umum untuk menarik perhatian dan simpati dari orang lain.
ujung sayatan, tidak seperti luka lain yang lebih serius yang lebih dalam di
daerah yang sensitive seperti mata, bibir, hidung, dan telinga dan biasanya
cenderung melakukan sayatan pada pipi dan rahang, dahi, leher, dada,
bahu, lengan, dan paha. Hal ini tidak sesuai dengan luka sayatan yang
dilakukan oleh orang lain, karena sangat tidak mungkin korban hanya
dengan hati-hati.
5
d. Pada orang-orang yang melakukan aktivitas dengan tangan kanan (right-
handed persons) sebagian besar luka akan ditemukan pada tangan kiri,
stabil
n. Takut akan perubahan
o. Tidak ada kemauan untuk mengurus diri sendiri dengan baik
p. +emiliki self esteem yang rendah
q. +emiliki self esteem yang rendah
r. Pola pemikiran yang kaku
+enurut Knigg karakteristik umum pelaku self injury adalah sebagai berikut5
6
h. Cenderung tidak merencanakan masa depan
i. +engalami depresi dan self destructive
j. Tidak henti-hentinya menderita kecemasan
k. Cenderung ke arah cepat marah
l. Tidak merasa diri mereka mampu mengatasi masalah, tidak memiliki
bahwa pelaku self injury mempunyai karakteristik umum yaitu5 sangat tidak
menyukai diri mereka sendiri, sangat peka terhadap penolakan, terus-menerus marah
pada diri mereka sendiri, cenderung untuk menekan kemarahan, memiliki tingkat
agresif yang tinggi, umumnya depresi atau stress berat, mengidap kecemasan kronis.
2.5 Pemeriksaan
mungkin perlu berkonsultasi dengan polisi atau dengan rekan sejawat, organisasi
melukai diri sendiri atau luka yang ada pada korban disebabkan oleh orang lain.
membedakan luka tersebut akibat perilaku melukai diri sendiri atau disebabkan
oleh orang lain adalah intensitas luka, lokasi, permukaan, struktur, dan beratnya
luka.
7
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
nantinya akan
7eberapa hal dapat dijadikan sebagai indicator untuk membedakan antara luka
karena diri sendiri dan luka yang disebabkan oleh orang lain.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://cips.student.umm.ac.id/2013/02/04/skripsi/.[accessed 10 januari
2016. 12.37.
9
5. Taylor, J., Peterson, C.M., & Fischer, S. (2012). Motivations for self-
Kettlewell.
10