Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Self-inflicted injury atau perilaku melukai diri adalah adalah suatu bentuk
perilaku individu melukai dirinya sendiri, dilakukan dengan sengaja tapi tidak
dengan tujuan bunuh diri. Di dalam literature ada banyak istilah yang merujuk
pada perilaku melukai diri (self-inflicted injury) seperti self-harm, deliberate self-
harm, self-injurious behavior dan self-injury.
Luka atau kerusakan jaringan yang ditimbulkan sifatnya minor sampai
moderat sehingga tidak mengancam jiwa si pelaku. Tindakan menyakiti diri
sendiri ini meliputi mengiris, menyayat, mencakar, membuat lebam, menggigit

dan menyulut api atau membakar. Tindakan lain yang juga masuk dalam kategori
perilaku melukai diri adalah overdosis dan mengorek-orek luka yang ada sehingga

timbul rasa sakit. Perilaku ini bisa terjadi secara episodik atau kontinyu, dan
frekuensi kejadian ini bisa menjadi petunjuk mengenai tingkat keparahan dari
Self-inflicted injury.
Secara epidemiologi perilaku melukai diri sendiri sering pada usia 15-35
tahun. Perilaku melukai diri sendiri banyak dilakukan oleh remaja yang mana
mereka melakukanya karena tidak mampu memecahkan masalahnya serta
memiliki daya tahan terhadap stress yang lemah. Keluarga menjadi salah satu

faktor penting terjadinya fenomena self-injury. Pada anak yang didikannya keras
selalu mendapat kritikan dari orang tua dan buruk dalam hubungan komunikasi

memiliki kemungkinan lebih besar melakukan tindakan melukai diri sendiri. Pada
Pada umumnya wanita lebih sering 2-5 kali dari laki-laki. Namun berbagai studi
memperlihatkan tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua gender.
Perbedaan yang penting barangkali lebih terletak pada bentuk atau metode
pelukaan diri. Wanita lebih cenderung membuat sayatan dan garukan*cakaran,
sedangkan pria membuat luka bakar atau memukuli diri.

+elukai diri sendiri dilakukan untuk melampiaskan emosi yang tidak

dapat diungkapkan, mengurangi ketegangan, euphoria, kemarahan, depresi,

1
kesepian, kehilangan dan untuk menghukum diri sendiri. Penderita merasa tenang setelah menyakit
menggigit.

Tetapi ada juga luka yang sengaja dibuat untuk kecurangan guna
mendapatkan kompensasi dalam suatu perkara dan ada beberapa kasus melukai
diri sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan asuransi. Self-inflicted injury atau
self-injury untuk penipuan asuransi biasanya terdiri dari amputasi satu atau dua
jari (biasanya ibu jari dan * atau jari telunjuk tangan non-dominan), kadang ada
juga seluruh tangan diamputasi dan menekan dengan palu atau alat tumpul
lainnya. Kebanyakan dilakukan oleh laki-laki, biasanya terjadi dalam lingkup
pribadi dan tanpa saksi. Gerlach secara konservatif memperkirakan bahwa ada di
Setidaknya 200 amputasi tungkai traumatis di 0erman selama interval 10 tahun
dan terdaftar di antara 11.123 kasus penipuan asuransi dilaporkan dalam statistik
polisi untuk tahun 2002.
3leh karena itu dibutuhkan pengetahuan mengenai penemuan yang
muncul dalam pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus self-inflicted injury
ini.

1.2 Rumusan masalah

4eferat ini membahas tentang self-inflicted injury dalam sudut pandang


forensik.

2
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah 5
1. +emahami dan mengetahui self-inflicted injury dalam sudut pandang
Forensik.
2. +emenuhi salah satu syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di 7agian 8lmu Kedokteran Forensik dan Legal Fakultas
Kedokteran Universitas 4iau

1.4 Manfaat penulisan


4eferat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai
peranan ilmu kedokteran forensik pada self-inflicted injury dan keterkaitannya
dengan disiplin ilmu forensik

1.5 Metode penulisan


Penulisan referat ini disusun menggunakan metode tinjauan pustaka
dengan mengacu pada beberapa literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi self-inflicted injury

Self-inflicted injury (sinonim 5 self-injury, self-harm, self-injurious

behavior), merupakan perilaku melukai diri sendiri dengan disengaja yang

mengakibatkan keusakan langsung pada tubuh, tanpa maksud bunuh diri. 7entuk

3
paling umum dari self injury adalah membuat irisan dangkal pada lengan atau

tungkai. 7entuk-bentuk lain dari self injury adalah5

a. +enggores, menggaruk atau mencubit yang dapat menimbulkan tanda

pada kulit dan menyebabkan kulit berdarah


b. +embanting atau memukulkan objek kediri sendiri sehingga

menimbulkan luka memar atau berdarah


c. +encabik-cabik kulit
d. +engukir kata-kata atau bentuk-bentuk tertentu di permukaan kulit
e. +enyuluti atau membakar kulit dengan rokok, api ataupun air panas
f. +enarik rambut secara paksa dengan jumlah yang banyak

2.2 Jenis self-inflicted injury

Self injury terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut5

a. Major self-mutilation

Major self-mutilation didefinisikan sebagai melakukan kerusakan

permanen pada organ utama, seperti memotong kaki atau mencukil mata. Self

injury jenis ini biasanya dilakukan oleh individu yang mengalami tahap

psikosis. Stereotypic melukai diri kurang parah tapi jauh lebih berulang.

b. Stereotipic self-injury

Stereotypic self injury tidak begitu parah tapi jauh lebih berulang. 0enis

self injury ini biasanya melibatkan perilaku berulang seperti membenturkan kepala

ke lantai secara berulang kali. 8ndividu yang terlibat dalam jenis self injury ini

sering menderita gangguan saraf seperti Autisme atau Sindrom Tourette

c. Superficial self-mutilatin

Superficial self-mutilation dijelaskan oleh sebagai jenis yang paling

umum dari self injury. Contoh perilaku superficial self-mutilation adalah

menarik rambut sendiri dengan sangat kuat, menyayat kulit dengan benda

4
tajam, membakar bagian tubuh, membanting tubuhnya sendiri, dan

membenturkan kepala.

2.3 Pen+ebab self-inflicted injury

Perilaku melukai diri sendiri biasanya tidak fatal selama tidak

menimbulkan komplikasi. Perilaku tersebut dilakukan atas berbagai motivasi.

Alasan yang paling umum untuk menarik perhatian dan simpati dari orang lain.

Luka yang sengaja dibuat-buat meupakan suatu bentuk kepura-puraan guna

berbuat kecurangan atau agar memperoleh kompensasi. Dalam kasus lain,

;korban< dapat membuat pengakuan bahwa luka-luka yang dialaminya adalah

akibat kejahatan yang dilakukan oleh orang tertentu yang membencinya.


Hal-hal di bawah ini dapat diperhatikan untuk mengenali luka sayatan

yang dilakukan oleh diri sendiri 5

a. Sayatan yang terbentuk hanya di permukaan kulit saja dan tidak

membahayakan hidup kecuali luka tersebut mengalami infeksi.


b. 7entuk sayatan teratur, dengan kedalaman yang sama pada pangkal dan

ujung sayatan, tidak seperti luka lain yang lebih serius yang lebih dalam di

bagian pangkal dan semakin ke ujung semakin dekat ke permukaan.


c. Terdapat beberapa sayatan yang paralel. Pelaku akan menghindari daerah-

daerah yang sensitive seperti mata, bibir, hidung, dan telinga dan biasanya

cenderung melakukan sayatan pada pipi dan rahang, dahi, leher, dada,

bahu, lengan, dan paha. Hal ini tidak sesuai dengan luka sayatan yang

dilakukan oleh orang lain, karena sangat tidak mungkin korban hanya

berdiri dan membiarkan pelakunya membentuk sayatan-sayatan tersebut

dengan hati-hati.

5
d. Pada orang-orang yang melakukan aktivitas dengan tangan kanan (right-

handed persons) sebagian besar luka akan ditemukan pada tangan kiri,

terutama pada wajah dan lengan kiri.


e. Apabila sayatan dibuat pada daerah yang tertutup dengan pakaian, bisa

saja tidak ditemukan sayatan pada pakaian ataupun jika ditemukan

sayatan, polanya tidak sesuai dengan luka pada kulit.

2.4 Karakteristik Pelaku Self Injury

Karakteristik pelaku self injury antara lain sebagai berikut 5

a. Kesulitan mengendalikan impuls diberbagi area yang terlihat dalam

gangguan makan atau aksi terhadap zat-zat adiktif


b. Pernah menderita penyakit kronis sewaktu kecil atau cacat
c. Sangat tidak menyukai dirinya sendiri

ed . +Hyepmeirlsiekni skietimveartaerhhaandyaapnpgenkorolankisanterhadap diri


sendiri
f. 7ertendensi menekan kemarahan
g. +emiliki perasaan agresif yang tinggi
h. Umumnya depresi atau stress berat
i. +engidap kecemasan kronis
j. Sering mengalami iritabilitas
k. 7ertendensi untuk menghindar
l. Tidak bisa mengontrol diri untuk bertahan hidup
m. Kurangnya kemampuan untuk menjaga atau membentuk hubungan yang

stabil
n. Takut akan perubahan
o. Tidak ada kemauan untuk mengurus diri sendiri dengan baik
p. +emiliki self esteem yang rendah
q. +emiliki self esteem yang rendah
r. Pola pemikiran yang kaku

+enurut Knigg karakteristik umum pelaku self injury adalah sebagai berikut5

a. Sangat tidak menyukai diri mereka sendiri


b. Sangat peka terhadap penolakan
c. Terus-menerus marah pada diri mereka sendiri
d. Cenderung untuk menekan kemarahan
e. +emiliki tingkat agresif yang tinggi, yang mereka setuju sangat kuat dan

sering menekan atau mengarahkan pada diri


f. Kurangnya impuls kontrol
g. Cenderung bertindak sesuai dengan suasana hati mereka saat itu

6
h. Cenderung tidak merencanakan masa depan
i. +engalami depresi dan self destructive
j. Tidak henti-hentinya menderita kecemasan
k. Cenderung ke arah cepat marah
l. Tidak merasa diri mereka mampu mengatasi masalah, tidak memiliki

kemampuan untuk mengatasi masalah.

Penjelasan karakteristik pelaku self injury di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa pelaku self injury mempunyai karakteristik umum yaitu5 sangat tidak

menyukai diri mereka sendiri, sangat peka terhadap penolakan, terus-menerus marah

pada diri mereka sendiri, cenderung untuk menekan kemarahan, memiliki tingkat

agresif yang tinggi, umumnya depresi atau stress berat, mengidap kecemasan kronis.

2.5 Pemeriksaan

Pemeriksaan medis korban kekerasan harus dilakukan sesegera mungkin


setelah kejadian, terutama untuk mengamankan bukti biologis. Dokter forensik

mungkin perlu berkonsultasi dengan polisi atau dengan rekan sejawat, organisasi

perlindungan korban, atau penasehat hukum. Pada saat melakukan pemeriksaan

pemeriksa harus mempetimbangkan apakah ini merupakan suatu jenis tindakan

melukai diri sendiri atau luka yang ada pada korban disebabkan oleh orang lain.

7eberapa hal penting yang harus diperhatikan sebagai indikator untuk

membedakan luka tersebut akibat perilaku melukai diri sendiri atau disebabkan

oleh orang lain adalah intensitas luka, lokasi, permukaan, struktur, dan beratnya

luka.

7
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Self-inflicted injury merupakan tindakan melukai diri sendiri yang

dilakukan dengan sengaja tanpa maksud bunuuh diri untuk mengekspresikan

kekecewaan secara emosional.

Alasan seseorang melakukan tindakan melukai diri sendiri ini secara

umum ada tiga, yaitu mendapatkan kepuasan secara psikologis, keuntungan

dalam peradilan, dan keuntungan secara materi. Ketiga alasan tersebut

nantinya akan

memberikan gambaran perlukaan yang berbeda pula.

Dalam pemeriksaan seorang korban luka, perlu diperhatikan jenis lukanya.

7eberapa hal dapat dijadikan sebagai indicator untuk membedakan antara luka

karena diri sendiri dan luka yang disebabkan oleh orang lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Knight B.Self-inflited injury. In: KnighT's forensic pathology. 3rd Edition.

New York : Arnold. 2004;235-243.


2. Heide S. Review article. Self-Inflicted Injury: A Forensic Medical

Perspective. Germany: Dtsch Arztebl 2006; 103(40): A 2627—33.


3. Nock, M.K., Joiner, T.E., Gordon, K.H., Lloyd-Richardson, E., &

Prinstein, M.J., (2006). Non-suicidal self-injury amoing adolescents:

Diagnostic correlates and relation to suicide attempts. Psychiatry

Research, l44, 65-72.


4. Soesilo A. Skripsi. Perilaku melukai diri sendiri (self- injurious behavior).

Fakultas psikologi universitas Kristen satya wacana. Semarang: 2013.

http://cips.student.umm.ac.id/2013/02/04/skripsi/.[accessed 10 januari

2016. 12.37.

9
5. Taylor, J., Peterson, C.M., & Fischer, S. (2012). Motivations for self-

injury, affect, and impulsivity: A comparison of individuals with current

self-injury to individuals with a history of self-injury. Suicide and Life-

Threatening $ehaviior, 42, 602-613.


6. Knigge, Jennifer. 1FFF. Self Injury for Teacers. &rticle of self injury.

Kettlewell.

10

Anda mungkin juga menyukai