Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN JIWA

Nama : Sumartini

Nim : 2014201145

Kelas :B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGGERANG


FAKULTAS SARJANA KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. Kasus
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya.
Menurut Keliat (2009), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan percobaan bunuh diri adalah upaya untuk
membunuh diri sendiri dengan intensi mati tetapi belum berakibat pada
kematian.
2 .Etiologi
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
- 1,5 –3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
- Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
b. Faktor Biologis lain
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
-Stroke
-Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
-Diabetes
-Penyakit arteri koronaria
-Kanker
-HIV / AIDS, dll
c. Faktor Psikososial & Lingkungan
-Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif
thd diri, dan terakhir depresi.
-Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
-Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya
sistem pendukung social
3. Perilaku Destruktif Diri
Dapat diklasifikasikan menjadi:
a.Perlaku destruktif diri langsung,
-Mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri.
-Niat: kematian
-Individu menyadarinya
-Lama perilaku: berjangka pendek
b.Perilaku destruktif diri tidak langsung
- Meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat
mengarah pada kematian.
- Individu tersebut tidak menyadari tentang potensial kematian akibat
perilakunya.
- Menyangkal apabila dikonfirmasi.
- Durasi lebih lama dari perilaku bunuh diri yang secara langsung.
4. Perilaku bunuh diri
Dibagi menjadi 3 kategori:
a. Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak mendapat
respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri: semua tindakan yangdilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang yang
melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin mati mungkin
akan mati.
5. Gejala :
-Keputusasaan
-Menyalahkan diri sendiri
-Perasaan gagal dan tidak berharga
-Perasaan tertekan
-Insomnia yang menetap
-Penurunan berat badan
-Berbicara lamban, keletihan
-Menarik diri dari lingkungan sosial
-Pikiran dan rencana bunuh diri
Tiga macam perilaku yang memungkinkan pasien melakukan bunuh diri yaitu :
1. Isyarat bunuh diri : ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “tolong jaga anak –anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dalam kondisi
ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih marah, atau tidak berdaya.
Pasien juga mengungkapkan hal – hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri: umumnya diucapkan oleh pasien. Berisi keinginan untuk
mati serta disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan
alat untuk melaksanakan rencana tersebut, secara aktif pasien telah
memikirkan rencana bunuh diri, tapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri: tindakan pasien menciderai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri
dari tempat yang tinggi.
B. Proses terjadinya masalah
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga
melakukan tindakan - tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Perilaku bunuh diri disebabkan karena individu mempunyai koping tidak
adaptif akibat dari gangguan konsep diri: harga diri rendah. Resiko yang mungkin
terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan
tujuan mengakhiri hidup.
Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri.

C.Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah


(Keliat, 2009)
D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri


- Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
- Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
- Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
- Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan
orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan sosial, dll.
- Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
- Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri.

2. Masalah keperawatan
a. Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba
bunuhdiri.
b. Koping maladaptive
DS : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO :Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Resiko bunuh diri
Harga diri rendah
4. Intervensi : Diagnosa I : resiko bunuh diri
Tujuan Umum:
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien
1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
2.1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
2.3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
3.1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
3.2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
3.3 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
3.4.Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
3.5.Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
5.1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan- jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
5.2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
5.3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping
yang efektif.

Diagnosa II :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum:
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1.Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2.Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3.Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
Rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
4.2.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Kliendapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Diagnosa II :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum:
 Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
4.2.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Kliendapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan:
5.1.Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2.Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 .Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN

SP 1: Pasien
Melindungi
pasien dari percobaan bunuh diri.
Orientasi:
”Selamat pagi Pak,kenalkan saya reta novi ardianti, biasa di panggil reta,
sayamahasiswa Stikes Karya Husada Semarang yang bertugas di ruang ini, saya
dinas pagi dari jam 7 pagi –2 siang .“Bagaimana perasaan A hari ini? ” Bagaimana
kalau kita bercakap –cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?”

Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling
merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah A merasa bersalah atau mempersalah
kan diri sendiri?Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi?
Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri?Ingin bunuh diri atau berharap A mati?
Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya?Apa yang A
rasakan?””Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini
untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan A)” ”Karena A
tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya tidak
akan membiarkan A sendiri”
”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”Kalau keinginan itu muncul,
maka akan mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di
ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan
sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan
untuk mengakhiri kehidupan.” ”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”Saya akan menemani A terus
sampai keinginan bunuh diri hilang.” (jangan meninggalkan pasien).

Intervensi pada keluarga :


a. Tujuan keperawatanKeluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2. Menganjurkan keluarga menbantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya
di sekitar pasien
3. Menganjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering melamun sendiri
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

SP 1 : Keluarga
Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh diri.
 Orientasi:
”Selamat
pagi Bapak/Ibu, kenalkan saya Narendra mahasiswa Keperawatan dari
Stikes Karya Husada Semarang, saya yang merawat putra Bapak dan Ibu di Rumah
Sakit pagi ini”.Bagaimana kalau kita berbincang- bincang tentang cara menjaga
agar A tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. bagaimana kalau
disini saja kita berbincang-bincangnya Pak/Bu?” (sambil kita awasi terus A).
 Kerja
Pak/Ibu, A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan sahabat
karibnya akibat bencana yang lalu sehingga sekarang A selalau ingin mengakhiri
hidupnya.”Karena kondisi A yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-
waktu, kita semua perlu mengawasi A terus-menerus. Bapak/Ibu ikut
mengawasinya. Dalam kondisi serius seperti ini, A tidak boleh tinggal sendirian
sedikitpun.” Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang
dapat digunakan untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet dan ikat
pinggang. Semua barang tersebut tidak boleh ada disekitar A. Selain itu, jika
berbicara dengan A fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif. A
sebaiknya punya kegiatan positif, seperti melakukan hobinya melakukan sepak bola,
supaya tidak sempat melamun sendiri.
 Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?””Coba Bapak dan Ibusebutkan lagi cara menjaga A tetap selamat dan
tidak meleukai dirinya. Baiklah, mari kita temani A, sampai keinginan bunuh dirinya
hilang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Keliat. B.A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai