Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Jiwa
Di RSJ Dr. Radjiman W. Lawang

Disusun Oleh :
Vera Ardiningrum
P17211193046

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
II. TINJAUAN TEORI
1. Teori
a. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri
dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri
langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian,
dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan.
Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.
Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada
kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila
dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008)
mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang
adaptif maladaptif
b. Etiologi
Etiologi Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan
bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
6. ganguan perilaku (mis euforio mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah banyak,
membuat surat wasiat)
7. demografi (mis, lansia, ststus perceraian, janda/duda, ekonomi
rendah, penganguran)
8. ganguan fisik (mis nyeri kronis, penyakit terminal)
9. masalah social (mis berduka,tidak berdaya,putus asa, kesepian)
10. ganguan psikologis([enganiaayaan,riwayat bunuh diri sebelumnya,
ganguan psikiatruk, penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat, dan remja
homoseksual
c. rentang respon

Adaptif
Mala
daptif

Peningkatan Pengambilan resiko Perilaku Pencederaan

bunuh diri yang meningkatkan desdruktif diri diri

pertumbuhan langsung

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh


norma- norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif
antara lain :
 Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan
meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu
mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna
lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin
tidak ada yang membantu.
 Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak
tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan,
perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa,
rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh dirI
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri
terjadi padasaat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping
terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Laraia, 2005)

2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri
antaralain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit
jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
a. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
b. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif

d. Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan


depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
3. Faktor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

- Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan


hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
- Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
- Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
- Cara untuk mengakhiri keputusan.
4. Sumber koping
Menurut stuart dan sundeen(1998) terdapat sumber dan
mekanisme koping pada perilaku bunuh diri yaitu :
- Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri,
sering kali orang ini secara sadar memilih untuk bunuh diri.
Kulaitas hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas
hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi perawatyang menyadari
pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban
yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat
harus melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri
5. Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri taklangsung adalah :
a. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
b. Rasionalisme.
c. Intelektualisasi
d. Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa
memberikan cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini
mungkin berada diantara individu dan bunuh diri.Perilaku
bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme
koping.Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya
terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif
6. Masalah keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Harga diri rendah
3. Koping tidak efektif
III. POHON MASALAH

Harga diri rendah

Resiko bunuh diri Core problem

Koping tak efektif


( Stuart , 2009)
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri
2. Harga diri rendah
3. Koping tidak efektif
V. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan Resiko bunuh
diri
Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan
mengungkapkan kepada seseorang yang dipercaya apabila ada
masalah.
Tujuan khusus:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan menerapakan prinsip komunikasi
terapetik.
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
 Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri
yang biasa dilakukan.
 Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh
diri.
 Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko
bunuh diri.
 Klien dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol tindakan resikobunuh diri
 Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri
dengan cara spiritual..
 Klien dapat menggunakan obat secara benar..
 Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol tindakan bunuh diri.
 Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk
tidak melakukantindakan bunuh diri.
b. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan lain secara
optimal untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada
orang yang dipercaya.
Tujuan khusus:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina
hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapetik.
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
c. Diagnosa keperawatan koping yang tak efektif
Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak
melakukan bunuh diri.
Tujuan khusus:
 Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan menerapakan prinsip
komunikasi terapetik.
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab
bunuh diri
 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda
resiko bunuh diri.
 Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh
diri yang biasa dilakukan.
 Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko
bunuh diri.
 Klien dapat mengidentivikasi cara berespon
resiko bunuh diri
 Klien dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol tindakan resiko bunuhdiri.
 Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri
dengan cara spiritual.
 Klien dapat menggunakan obat secara
benar..
 Klien mendapat dukungan keluarga
dalam mengontrol tindakan bunuhdiri.
 Klien mendapat perlindungan
lingkungan untuk tidak melakukan
tindakan bunuh diri.
Diagnosa Intervensi
Resiko bunuh diri bd ganguan Pencegahan bunuh diri (1.14538)
psikologis Observasi
- Identifikasi gejala
resiko bunuh diri
- Identifikasi
keinginan dan
pikiran rencana
bunuh diri
- Monitor lingkungan
bebas bahaya secar
rutin
- Monitor adanya
perubahab nood
perilaku
Terapeutik
- Libatkan dalam
perencanaan
perawatan mandiri
- Libaykan keluarga
dalam perencanaan
perawatan
- Lakukan pendekatan
langsung dan tidak
menghakimi
- Berikan lingkungan
dengan pengamanan
ketat
- Tingkatkan
pengawasan pada
kondisi tertentu
- Lakukan intervensi
perlindungan
- Hindari diskusi
berulang tentang
bunuh diri
- Diskusikan rencana
menghadapi resiko
bunuh diri
- Pastikan obat ditelan
Edukasi
- Anjurkan
mendiskusikan
perasaan yang dialmi
kepada orang lain
- Anjurkan
menggunakan
sumber pendukung
- Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh
diri kepada keluarga
- Informasikan sdm
dan program yang
tersedia
- Latih penceghan
resiko bunuh diri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
ansietas
- Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada
ppa
- Rujuk ke kesehatan
mental jika perlu

Harga diri rendah Promosi Harga diri (I. 09331)


Observasi
a) Identifikasi budaya, agama, ras,
jenis kelamin, dan usia terhadap harga
diri
b) Monitor verballsasi yang
merendahkan diri sendiri
c) Monitor tingkat harga diri setiap
waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
a) Memotivasi terlibat dalam
verbalisasi positif untuk diri sendiri
b) Memotivasi menerima tantangan
atau hal baru
c) Diskusikan pernyataan tentang
harga diri
d) Diskusikan kepercayaan terhadap
penilaian diri
e) Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri
f) Diskusikan persepsi negatif diri
g) Diskusikan alasan mengkritik diri
atau rasa bersalah
h) Disukusikan penetapan tujuan
realistis untuk mencapai harga diri
yang lebih tinggi
i) Diskusikan bersama keluarga untuk
menetapkan harapan dan batasan yang
jelas
j) Berikan umpan balik positif atas
peningkatan mencapai tujuan
k) Falisitasi lingkungan dan aktivitas
yang meningkatkan harga diri
Edukasi
a) Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri
pasien
b) Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
c) Anjurkan mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi dengan
orang lain
d) Aniurkan membuka diri terhadap
kritik negatif
e) Anjurkan mengevaluasi perilaku
f) Ajarkan cara mengatasi bullying
g) Latih peningkatan tanggung jawab
untuk diri sendiri
h) Latih pernyataan/kemampuan
pasitif diri 47
i) Latih cara berfikir dan berperilaku
positif
j) Latih meningkatkan kepercayaan
pada kemampuan dalam menangani
situasi
Koping tidak efektif Dukungan penampilan peran (I.13478)
:
- Identifikasi peran yang ada dalam
keluarga
- Identifikasi adanya peran yang tidak
terpenuhi
- Fasilitasi diskusi tentang adaptasi
peran saat anak meninggalkan rumah,
jika perlu - Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan peran
- Rujuk dalam kelompok untuk
mempelajari peran baru

VI. DAFTAR PUSTAKA


rpenito, Lynda Juall. 2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 Jakarta
:EGC.Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3 jakarta : EGC
Keliat. B.A. 1991.Tingkah laku Bunuh Diri Jakarta :
ArcanKeliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa Jakarta : EGC
Ingram, I.M., dkk. 1993.Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5. Jakarta: E

Anda mungkin juga menyukai