OLEH :
MUHAMMAD FAHRUL
045STYC19
Yaitu bunuh diri anomi terjadi dalam situasi dimana nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri fatalistik terjadi ketika nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat meningkat dan terasa berlebihan.
D. Etiologi
Menurut Fitria, Nita (2009) dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, etiologi dari
bunuh diri adalah :
1. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguang afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipasti, impulsif dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan atau perceraian. Kekuatan dukungan social sangat
penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluaga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting
yang dapat meenyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan
dopamin.
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.
3. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
4. Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking.
E. Rentang Respon Protektif Diri
Motivasi
Motivai Niat Penjabaran Krisis bunuh Tindakan
Gagasan diri bunuh diri
Bunuh Diri
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien dan keluarga.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh perawat adalah mengkaji faktor resiko, faktor
presipitasi, tanda dan gejala dan mekanisme koping.
1. Faktor Resiko
Faktor resiko dari resiko bunuh diri menurut Townsend (2009) meliputi beberapa hal
yaitu :
a) Status pernikahan
Tingkat bunuh diri untuk orang yang tidak menikah adalah 2 kali lipat dari orang
yang menikah. Sementara itu, orang dengan status bercerai, berpisah, atau janda
memiliki tingkat 4-5 kali lebih besar dari pada orang menikah (Jacobs, dkk
dalam Townsend 2009).
b) Jenis kelamin
Kecendrungan untuk bunuh diri kini banyak dilakukan oleh wanita, tetapi
tindakan bunuh diri lebih sering sukses dilakukan oleh pria. Jumlah bunuh diri
yang sukses dilakukan pria adalah sekitar 70% sedangkan wanita 30%
(Townsend, 2009).
c) Agama
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh American Journal of psychiatry, pria
dan wanita depresi yang menganggap dirinya berafiliasi dengan agama
cenderung mencoba bunuh diri daripada rekan-rekan non religious mereka
(Dervic, dkk. Via Townsend 2009).
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Perilaku bunuh diri sangat bersifat familial (keturunan). Riwayat keluarga
tentang perilaku bunuh diri berkaitan dengan usaha bunuh diri dengan bunuh diri
sepanjang siklus hidup dan diagnosis psikiatri.
b. Faktor psikologis
Klien resiko bunuh diri mempunyai riwayat agresi dan kekerasan, kemarahan,
keputusasaan dan rasa bersalah, rasa malu dan terhina dan stressor.
3. Faktor sosial budaya
Durkheim menggambarkan 3 kategori social bunuh diri :
a. Bunuh diri egoistic
Merupakan respon individu yang merasa terpisah dan terlepas dari arus utama
masyarakat.
b. Bunuh diri altruistic
Individu yang rentan adalah individu yang secara berlebihan diintegrasikan ke
dalam kelompok. Kelompok ini sering diatur oleh ikatan budaya, agama, atau
politik dan kesetiaan yang begitu kuat, sehingga individu bersedia mengorbankan
untuk kelompoknya tersebut.
c. Bunuh diri anomik
Sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan seseorang
(misalnya perceraian, kehilangan pekerjaan) yang mengganggu perasaan
keterkaitan dengan kelompok.
4. Faktor presipitasi
Faktor pencetus resiko bunuh diri adalah :
a. Kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti
b. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress
c. Perasaan marah atau bermusuhan dimana bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan klien yang
menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung dengan
data hasil wawancara dan observasi. Data yang digunakan adalah data subjektif dan
objektif.
a. Data Subjektif
Klien mengungkapkan tentang :
1. Merasa hidupnya tidak berguna lagi
2. Ingin mati
3. Pernah mencoba bunuh diri
4. Mengancam bunuh diri
5. Merasa bersalah, sedih, marah, putus asa, dan tidak berdaya.
b. Data Objektif
Data objektif resiko bunuh diri adalah :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Banyak diam
4. Ada bekas percobaan bunuh diri
Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat ditemukan melalui wawancara dengan
pertanyaan sebagai berikut :
1) Bagaimana perasaan klien saat ini?
2) Bagaimana penilaian klien terhadap pikiran ingin mati?
3) Apakah klien mempunyai pikiran ingin mati?
4) Berapa sering muncul pikiran ingin mati?
5) Kapan terakhir berpikir ingin mati?
6) Apakah klien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri?
dilakukannya sudah berapa kali? kapan terakhir melakukannya? Dengan apa
klien melakukan percobaan bunuh diri? apa yang menyebabkan klien ingin
melakukan percobaan bunuh diri?
7) Apakah saat ini masih terpikir untuk melakukan perilaku bunuh diri?
B. Diagnosa Keperawatan
a. Rumusan Diagnosa
(Stuart, 2009)
b. Diagnosa
Resiko bunuh diri
harga diri rendah
koping tidak efektif
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Koping tdak Klien dapat memilih a. Klien dapat membina hubungan saling
efektif koping yang efektif percaya dengan menerapakan prinsip
agar tidak melakukan komunikasi terapetik
bunuh diri b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab
bunuh diri
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-
tanda resiko bunuh diri
d. Klien dapat mengidentivikasi resiko
binuh diri yang biasa dilakukan
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat
resiko bunuh diri
f. Klien dapat mengidentivikasi cara
berespon resiko bunuh diri
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol tindakan resiko bunuh diri
h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh
diri dengan cara spiritual
i. Klien mendapat dukungan keluarga
dalam mengontrol tindakan bunuh diri
Harga Diri Rendah