Anda di halaman 1dari 16

KONSEP ASKEP JIWA PADA PASIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh : Kelompok 2

• WITYA MAYKA WINDARI


• WIWIN NOVIYANTI
• ERIK KURNIAWAN
• ERICA HANINDITIA
• NENG NITA ISWANDARI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KONSEP TEORI RESIKO BUNUH DIRI
PENGERTIAN

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri


yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana
individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah.

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Klasifikasi resiko
bunuh diri

1. Bunuh diri egoistic


Yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang orang yang merasa
kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan
kesatuan social

2. Bunuh diri altruistic


Yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi antar sesama
individu yang satu dan lainnya sehingga menciptakan masyarakat
yang memiliki integritas yang kuat.
LANJUTAN.........................

3. Bunuh diri anomi


Yaitu tipe bunuh diri yang lebih berfokus pada keadaan moral dimana
individu yang bersangkutan kehilangan cita- cita, tujuan dan norma dalam
hidupnya.

4. Bunuh diri fatalistic


Tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh Durkheim
pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi dimana nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri
fatalistik terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
meningkat dan terasa berlebihan
Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada
pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus
kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
b. Sifat Kepribadian
c. Lingkungan Psikososial
d. Riwayat Keluarga
e. Faktor Biokimia

2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami olehindividu. Pencetusnya sering kali berupa
kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapatmenjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukanbunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut
menjadi sangat rentan.
Lanjutan ………..

3. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh
diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakanbunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya

4. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi
mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh
diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical
thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Rentang Respon Protektif Diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.


Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang
LANJUTAN.............

Keterangan :
•Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin, dan
kesadaran diri meningkat.
•Pertumbuhan peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang masih
normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
•Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik
individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi,
tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku
yang menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
•Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang dilakukan
dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan
cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan diri
termasuk melukai dan membakar kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai
tubuhnya sedikit demi sedikit dan menggigit jari.
•Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala menurut Fitria (2009):


A.Mempunyai ide untuk bunuh diri
B.Mengungkapkan keinginan untuk mati
C.Impulsif
D.Menunjukan perilaku yang mencurigakan
E.Mendekati orang lain dengan ancaman
F. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
G.Latar belakang keluarga
Tahap tahap resiko
bunuh diri
1. Suicidal ideation
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak
ditekan.
2. Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi
sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
5. Suicidal attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien mempunyai indikasi individu yang
ingin mati dan tidak mau diselamatkan. Misalnya minum obat yang
mematikan.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Dengan Resiko Bunuh Diri

1. Pengkajian
* Lingkungan dan upaya bunuh diri : perawat perlu mengkaji peristiwa yang menghina atau menyakitkan, upaya
persiapan, ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan,
racun.
* Gejala : perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga,
alam perasaan depresi, agitasi gelisah, insomnia menetap, berat badan menurun, bicara lamban, keletihan, withdrawl.
* Penyakit psikiatrik : uoaya bunuh diri sebelumnya, kelainan, afektif, zat adiktif, depresi remaja, gangguan mental
lansia
* Riwayat psikososial: bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan,putus
hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin), penyakit kronik.
* Faktor kepribadian: impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kaku, putus asa, harga diri rendah,
antisocial
* Riwayat keluarga : riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.
Lanjutan…………..

2. Diagnosa
Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri sendiri sehubungan dengan
takut terhadap penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan,
ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga
diri karena malu, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Sasaran jangka pendek : klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan
ingin mencederai diri.
Saran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri
.
Lanjutan ………………….

3. Intervensi dan Rasional


*Observasi perilaku kliem lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada
klien (observasi ketat dibutuhkan supaya intervensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan keamanan klien).
*Tetapkan kontrak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan jika keinginan untuk bunuh diri dirasakan
(mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk klien, sikap
penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan)
*Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik penyebabnya jangan berikan reinforcement positif untuk
perilaku tersebut (kurangnya perhatian untuk perilaku maladaptive dalat menurunkan pengulangan mutilasi).
*Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum perilaku ini terjadi (agar memecahkan masalah dan
memahami faktor pencetus).
*Bertindak sebagai model dalam mengekspresikan kemarahan yang tepat (perilaku bunuh diri dipandang sebagai marah
yang diarahkan pada diri sendiri)
*Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan klien merupakan prioritas keperawatan)
*Arahkan kembali perilakku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik merupakan cara yang aman untuk menyalurkan
ketegangan yang terpendam)
*Komitmen semua staf untuk memberikan spirit kepada klien(bukti control terhadap situasi dan memberikan kemanan fisik
serta semangat hidup)
*Berikan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi, pantau keefektifan, dan efek samping (obat penenang seperti ansiolotik/
antipsikotik dapat memberikan efek menenangkan pada klien dan mencegah perilaku agresif)
*Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap (bila klien menolak obat-obatan dan situasi
darurat, restrain diperlukan pada jam-jam tertentu)
*Observasi klien dalam restrain tiap 15 menit/ sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangan keamanan, sirkulasi
darah, kebutuhan dasar (keamanan klien merupakan prioritas keperawatan)
 
PENUTUP

Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan
disengaja untuk mengakhiri kehidupan . Bunuh diri merupakan salah
satu dari 20 penyebab utama kematian secara global untuk semua umur
dan hampir satu juta orang meninggal karena bunuh diri setiap
tahunnya.
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi

Anda mungkin juga menyukai