Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

B DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI DI RUANG MELATI

RS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Oleh :
LUTFIATUL ROHMAH
NIM : 2124201048

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR RESIKO BUNUH DIRI

1. DEFINISI RESIKO BUNUH DIRI

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Bunuh
diri sebagai sebuah perilaku destruktif terhadap diri sendiri sebagai prilaku yang jika
tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Prilaku destruktif diri yang mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari
bahwa hal ini sebagai suatu yang diinginkan (Dirgayunita, 2020).

2. ETIOLOGI RESIKO BUNUH DIRI

a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya resiko bunuh diri menurut Lumongga (2016) yaitu tidak
ada teori tunggal yang mengungkapkan secara spesifik faktor penyebab terjadinya
resiko bunuh diri. Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal
perkembangan ego, trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin
dapat memicu seseorang untuk mencederai diri. Teori intepersonal mengungkapkan
bahwa mencederai diri sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak
mendapat perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan.
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau presipitasi
pencederaan diri. Faktor presdiposisi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
komunikasi (mengomunikasikan perasaan), perasaan bersalah, depresi, dan perasaan
yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif –diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
- Diagnosis psikiatrik:
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga ganguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan epektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
- Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
- Lingkungan psikososial
Faktor presdiposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons, seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
- Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
- Faktor biokimia
Data menunjukan pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat
kimia yang terdapat dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamin.
Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak elektro
encephalo graph (EEG).
b. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan faktor
lain yang dapat menjadi pencetus melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu
yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan (Lumongga, 2016).

3. RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI


Rentang Respons Protektif diri
Respon adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri Berisiko destruktif Destruktif diri tidak Pencederaan diri Bunuh diri
langsung

- Peningkatan diri, seorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.sebagai contoh
seseorng mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas
terhadap pompinan tempat kerjanya.
- Beresiko destruktif, seseorang memiliki kecendrungan atau beresiko mengenai
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri,seperti seseorang merasa patah semangat bekerja
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
- Destruktif diri tidak langsung, seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk memprtahankan
diri.Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal,
maka seorang kariawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
- Pencederaan diri, seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
- Bunuh diri, seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang (Stuart, 2013).
Perilaku bunuh diri menurut Keliat (2018) dibagi menjadi 3 kategori yaitu
sebagai berikut:
1) Upaya bunuh diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju
bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian.
Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.Orang
yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin
mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat sampai
waktunya.
2) Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk
usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3) Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang sedang
mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukan secara perbal
bahwa dia tidak akan disekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara non
verbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respons
positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.

4. TAHAPAN RESIKO BUNUH DIRI


a. Tahap I: Suicidal ideation
Sebuah metode yang digunakan tanpa melkaukan aksi atau tindakan, bahkan klien
pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
b. Tahap II: Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang
kongkret untuk melakukan bunuh diri.
c. Tahap III: Suicidal threat.
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam
bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d. Tahap IV: Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku desktruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan
untuk melakukan bunuh diri.
e. Tahap V: Suicidal Attempt
Pada tahap ini perilaku desktruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamatkan, misalnya minum obat yang mematikan.
5. PATHWAY TERJADINYA HALUSINASI

Isyarat Bunuh diri


verbal/ non verbal

Pertimbangan untuk
melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivalensi Kurangnya respon


kematian positif

Upaya Bunuh diri

Bunuh diri
6. TANDA DAN GEJALA RESIKO BUNUH DIRI
Tanda dan gejala resiko bunuh diri
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan prilaku yang mencurigakan
f. Mempunyai riwayat percobaan buuh diri
g. Verbal terselumbung (bicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat
mematikan)
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri)
i. Kesehatan mental (secara klinis, pasien terlihat sebagai orang yang depresi, psokosis,
dan penyalahgunakan alkohol)
j. Kesehatan fisik (biasanya pasien dengan penyakit kronis dan terminal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
6) Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7) Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan (saat kecil).
b. Data Obyektif
1) Impulsif
2) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
3) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol).
4) Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
5) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan atau kegagalan dalam
karier).
6) Hubungan perkawinan yang tidak harmonis.
c. Faktor Predisposisi
Faktor yang perlu dikaji adalah :
- Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga ganguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan epektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
- Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
- Lingkungan psikososial
Faktor presdiposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons, seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
- Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
- Faktor biokimia
Data menunjukan pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat
kimia yang terdapat dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamin.
Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak elektro
encephalo graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat dikaji yaitu pencetus berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut
menjadi sangat rentan (Lumongga, 2016).
2. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri
SP 1 Pasien
Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

1. Orientasi ”Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat B


yang bertugas di ruang Mawar ini, saya dinas pagi dari
jam 7 pagi sampai 2 siang.”
”Bagaimana perasaan A hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang
A rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama kita
bicara?”

2. Kerja “Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi?


Apakah dengan bencana ini A merasa paling menderita di
dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah
daripada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk
menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap
bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh
diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh
dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan
untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan:
“Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya
perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan
A.”
”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan
yang kuat untuk mengakhiri hidup A, maka saya tidak
akan membiarkan A sendiri.”
”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri
muncul ? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk
mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada
perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan”.
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”

3. Terminasi ”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara


mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”
”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh
diri hilang”
( jangan meninggalkan pasien ).
SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

1. Orientasi ”Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya khan?


Bagaimana perasaanB hari ini? O... jadi B merasa
tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada
perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari
ini kita akan membahas tentang bagaimana cara
mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?
Dimana?”Disini saja yah!

2. Kerja “Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan


segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan B.”
”Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan
yang kuat untuk mengakhiri hidup B, maka saya tidak
akan membiarkan B sendiri.”

3. Terminasi “Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap?


Bisa sebutkan kembali apa yang telah kita bicarakan
tadi? Bagus B. Bagimana Masih ada dorongan untuk
bunuh diri? Kalau masih ada perasaan / dorongan
bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat
yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri
saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara
meninngkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini
saja.

SP 3 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

1. Orientasi “Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini?


Masih adakah dorongan

mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam


yang lalu sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”

2. Kerja “Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja
kira-kira yang sedih dan rugi kalau B meninggal. Coba B
ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan
yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus.
Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B
syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat
B lakukan selama ini”.Bagaimana kalau B mencoba
melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”
3. Terminasi “Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa
sebutkan kembali apa-apa saja yang B patut syukuri dalam
hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan
(affirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain
yang masih B miliki dan perlu disyukuri! Nanti jam 12
kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik.
Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-
perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”

SP 4 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat
bunuh diri
1. Orientasi ”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai?
Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-hal
positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan
berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah
yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Di saja yah ?”

2. Kerja “Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri.


Selain bunuh diri, apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow
banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan keuntungan
dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih
cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!
Menurut B cara yang mana? Ya, saya setuju. B bisa
dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa
depan.”

3. Terminasi “Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa


cara mengatasi masalah yang B akan gunakan? Coba
dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan cara
yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan
bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman B
menggunakan cara yang dipilih”.
LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Tanggal MRS : 1 April 2023
Tanggal dirawat di ruangan : 2 April 2023
Tanggal pengkajian : 4 April 2023
Ruang Rawat : Melati

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. B

Umur : 35 tahun
Alamat : Pakisaji-Malang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan :Tidak bekerja
Jenis Kel : Laki laki
No. RM : 065xxx

Tn. B berusia 35 tahun, dibawa keluarganya ke RS Universitas Brawijaya karena


mencoba bunuh diri dengan meminum pembersih lantai. Beberapa hari sebelum
percobaan bunuh diri, klien terlihat murung dan kusut, suka menyendiri, tidak mau
makan dan minum kalau tidak di bujuk oleh kakaknya. Padahal sebelumnya klien adalah
orang yang pekerja keras dan humoris.
Penyebab klien mencoba bunuh diri karena frustasi akan keadaan rumah
tangganya yang gagal karena klien di PHK dari pekerjaanya. Istri klien meminta cerai
karena klien tidak memberikan nafkah lagi kepada istrinya.
Sebelum klien di PHK, klien adalah seseorang yang semangat, murah senyum,
dan humoris. Tetapi keadaan klien yang saat ini, membuat klien menjadi orang yang
pendiam, pemurung dan suka menyendiri, dan pada akhirnya klien memiliki fikiran untuk
mengakhiri hidupnya dengan meminum pembersih lantai.
I. ALASAN MASUK RS / ALASAN DATANG KE PUSKESMAS / KELUHAN
UTAMA
Pasien selalu mencoba ingin bunuh diri dan meminum cairan pembersih lantai.

II. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan sedih dan merasa tidak berguna semenjak diberhentikan dari
pekerjaanya. Kesedihan pasien semakin bertambah ketika istrinya meminta bercerai, pasien
juga mengatakan lebih baik mengakhiri hidup saja karena dunia sungguh jahat terhadap
dirinya. Setiap hari pasien merasa tidak berguna dan ingin mati saja, berkali-kali pasien
mencoba ingin bunuh diri tapi dihalangi oleh keluarga, dan terakhir pasien meminum cairan
pembersih lantai yang langsung diketahui oleh keluarga hingga dibawa ke RS Universitas
Brawijaya Malang.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ya tidak

Bila ya jelaskan Pasien pernah mengalami hal yang sama pada tahun 2021
Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak
Berhasil

2. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) ya


tidak
Bila ya
jelaskan_______________________________________________________________
____
Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak
Berhasil

 RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/
usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal

Jelaskan :__________________________________________________________
_________

___________________________________________________________________
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,
spiritual):
Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan,kekerasan
dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Pengalaman yang tidak menyenangkan
adalah saat di PHK dari pekerjaanya sebagai buruh pabrik rokok saat pandemi
covid 19.
7. Kesan Kepribadian klien: extrovert introvert lain-
lain:__________________

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ya
tidak
Bila ya jelaskan (hubungan dengan keluarga, riwayat pengobatan)
___________________________________________________________________
2. Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit fisik yang sama? ya
tidak
Bila ya jelaskan (hubungan dengan keluarga, riwayat pengobatan)
___________________________________________________________________
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit fisik lain (penyakit
kronis/menular/keturunan?
ya tidak
Bila ya jelaskan (hubungan dengan keluarga, penyakit yang dialami, dan riwayat
pengobatan.
Ibu pasien mempunyai riwayat sakit DM dan kakinya sampai diamputasi.

1. STATUS MENTAL

1.Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan :
__________________________________________________________________

2.Kesadaran
 Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma

 Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur:
sebutkan______________________________
hipnosa disosiasi:
sebutkan____________________________________

Jelaskan :
__________________________________________________________________

3.Disorientasi
waktu tempat orang

Jelaskan : sering lupa waktu sekarang ,yang sering diingat ketika bekerja

4.Aktivitas Motorik/ Psikomotor


Kelambatan:
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea

Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase tremor
gagap
stereotipi mannarism katalepsi
akhopraxia
command automatism atomatisma nagativisme
reaksi konversi verbigerasi berjalan kaku/ rigit kompulsif
lain-2 sebutkan

Jelaskan : lesu dan lemas


__________________________________________________________________
5.Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar labil
inadequat anhedonia marasa kesepian
eforia
ambivalen apati marah
depresif/ sedih cemas: ringan sedang
berat panik
Jelaskan
:___________________________________________________________________

6.Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi
derealisasi

Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain,
sebutkan...................
Jelaskan
:___________________________________________________________________

7.Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/
persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat
irelevansi
main kata-kata afasi assosiasi bunyi lain2
sebutkan..

Jelaskan
:___________________________________________________________________

Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolaso sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia
sebutkan.........................
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran
curiga
nihilistik sisip pikir siar pikir
kontrol pikir
kejaran dosa

Jelaskan
:___________________________________________________________________
Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik

Jelaskan :
__________________________________________________________________

8.Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan.........................
paramnesia, sebutkan jenisnya........................................................
hipermnesia, sebutkan ...................................................................

Jelaskan : pasien tidak mengalami gangguan daya ingat, dapat mengingat tempat
bekerja dan rumahnya

9.Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung
sederhana

Jelaskan : dapat berhitung dengan baik

10. Kemampuan Penilaian


gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : Pasien dapat mengambil keputusan secara sederhana

11. Daya Tilik Diri/ Insight


mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar
dirinya

Jelaskan : Pasien mengatakan ia sebenarnya tidak ada masalah kesehatan

12. Interaksi selama Wawancara


bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga

Jelaskan : pasien tidak ada kontak mata dan hanya menunduk.


:___________________________________________________________________
2. FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
2. Tanda vital: TD:120/80 mmhg N:88 x/m S:36,8,C P:
20x/m
3. Ukur: TB: 160 cm BB:63 kg turun naik
4. Pemeriksaan fisik : Tidak ada

3. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Pasien menyukai semua anggota tubuh dan tidak ada masalah
b. Identitas : pasien dapat menyebutkan nama lengkap dan pekerjaan yang dia
lakukan sebelumnya
c. Peran: Pasien dalam keluarga sebagai anak dan adik
d. Ideal diri : Pasien ingin dirumah saja
e. Harga diri : Pasien mengalami harga diri rendah karena di PHK dan istrinya minta
bercerai.
2. Genogram

Keterangan :
: Laki – laki

: Perempuan Meninggal

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal Serumah

Jelaskan : Tn. B merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, pasien memiliki 1


kakak dan 1 adik. Ibu Tn. B sudah meninggal pada tahun 2021 saat pandemi covid 19.

3. Hubungan Sosial

a. Hubungan terdekat : Orang terdekat adalah istrinya


b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat: Tidak pernah mengikuti kegiatan
dilingkungannya karena malu dengan orang
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada masalah

4. Spiritual dan kultural


a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam

b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya


Tidak ada masalah

c. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan beribadah dirumah, ke masjid saat sholat jumat

IV. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

5. Istirahat dan tidur


Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang. Tidur malam mulai pukul 22.00 s/d 06.00

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan
total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak

9. Aktivitas di luar rumah


Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan
:___________________________________________________________________

V. MEKANISME KOPING
Adatif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya ...................... Lainnya ......................

Jelaskan : Koping yang dimiliki pasien adalah bersifat maladaptif. Pasien tidak mampu
menyelesaikan masalah. Pasien akan menyakiti diri sendiri.

VI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan : Pasien mengatakan tidak bisa bergaul
dengan masyarakat

Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan : Pasien mengatakan tidak pernah


bermasalah dengan lingkungan sekitarnya tetapi merasa malu jika bertemu dengan orang
karena dia dianggap odgj oleh masyarakat sekitar.

Masalah dengan pendidikan, uraikan : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan
pendidikannya.
Masalah dengan pekerjaan, uraikan : Pasien mengatakan dulu dia bekerja tetapi
diberhentikan ketika pandemi covid 19

Masalah dengan perumahan, uraikan : Passien mengatakan tinggal bersama bapak dan
kakaknya

Masalah dengan ekonomi, uraikan : Pasien mengatakan berasal dari keluarga yang
cukup

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan : Pasien tidak ada masalah dengan
pelayanan kesehatan

VII. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presiptasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya
_______________________________________________________________________

Jelaskan :________________________________________________________________
__________

VIII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia

Terapi medik :
1. Trihexyphenidyl 1 mg
2. Respiridon 2 mg
3. Clozapine 100 mg
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri

ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. Klien mencoba bunuh diri M resiko menciderai dirinya sendiri
2. Klien mengatakan dirinya
D harga diri rendah kronis
sudah tidak berguna lagi
3. Klien suka menyendiri danis isolasi social
murung
4. Klien tampak lusuh Defisit perawatan diri

POHON MASALAH

KOPING MALADAPTIF ( CORE PROBLEM / CP )


PERILAKU BUNUH DIRI ( CAUSA )

RESIKO MENCEDERAI DIRI ( EFEK )

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : Ke 1 dengan klien


Tanggal : 2 April 2023
Jam : 09.00 WIB

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan
mencoba bunuh diri dengan meminum pembersih lantai
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri

3. Rencana Tindakan ( SP 1)
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
- Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
- Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya Lutfi, saya perawat Di Rsub Malang.
Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Bapak biasanya dipanggil siapa?
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
c. Kontrak
- Topik : Bapak bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang bapak rasakan
selama ini?
- Tempat : Kita berbicara dimana pak? Bagaimana kalau kita berbicara
ditaman?
- Waktu : Bagaimana kalau kita berbicara sekarang pak? Bapak bisa?
Cuma 30 menit saja pak
FASE KERJA
( Sebelumnya perawat harus melakukan modifikasi lingkungan pasien dulu, yaitu
dengan menjauhkan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri )
“ Bagaimana perasaan bapak setelah mengalami kejadian ini? Apakah dengan
kegagalan yang bapak alami ini bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah
bapak masih merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Maaf pak kalau boleh
tahu mengapa bapak ingin mengakhiri hidup? Padahal bapak kan masih terbilang
muda. Jika iya, bapak menggunakan cara apa? Apakah bapak tidak takut mati? Jika
bapak masih ada rasa takut, kenapa bapak tidak mencoba melawan keinginan tersebut?
Apakah bapak sudah mempunyai seorang anak? “ Apa yang akan bapak lakukan kalau
keinginan bunuh diri muncul? “.
Bapak kalau boleh saya menyarankan, bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada
orang yang bisa bapak percaya, saya juga bersedia mendengarkan cerita bapak, saya
akan menemani bapak. Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah,
bukan dengan jalan mengakhiri kehidupan. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat
dan bisa menjadi seorang bapak yang baik untuk anak bapak nantinya, dan saya juga
yakin sekali kalau anak bapak nanti menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.
Bila keinginan bunuh diri tersebut muncul, bapak bisa melawannya dengan mencoba
selalu berfikir positif. Bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada orang yang
dipercaya, termasuk para perawat disini. Kami akan menemani bapak terus, jadi para
perawat disini setia menemani bapak kapanpun.
“ Saya percaya bapak adalah orang yang kuat dan dapat mengatasi masalah “
FASE TERMINASI
a. Evaluasi Respon Klien
- Data Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercerita sebentar dengan saya? “.
- Data Obyektif
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja dan klien
bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah bapak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali mengenai
pengalaman bapak yang menyenangkan dan kegiatan yang bapak sukai? “.
c. Kontrak Akan Datang
- Topik : “ Baiklah bapak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan
kali ini. Saya senang sekali bisa berbincang- bincang dengan bapak,
bagaimana kalau nanti kita lanjutkan untuk berbicara mengenai aktivitas
bapak .
- Waktu : “ Menurut bapak enaknya jam berapa? Bagaimana kalau nanti sore
jam 15.00 saya temani bapak jalan-jalan sambil berbincang-bincang? “.
- Tempat : “ Bapak melakukan ho? Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih
pak sudah mau berbagi cerita dengan saya “.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
Pertemuan : Ke 2 dengan klien
Tanggal : 3 April 2023
Jam : 15.00
FASE PRA INTERAKSI
a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : klien tampak murung, suka menyendiri, dan penampilan kusut
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 3 : Meningkatkan harga diri klien
3. Rencana Tindakan (SP 2)
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan ( SP 1)
b. Meningkatkan harga diri klien :
- Mengidentifikasi aspek positif klien
- Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri sendiri
- Membantu klien mengeksplorasikan perasaan
- Mengidentifikasi sumber – sumber harapan ( misal : hubungan antar sesame,
keyakinan, hal – hal untuk di selesaikan )
c. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
FASE ORIENTASI

a. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum pak, masih ingat dengan saya kan ? saya perawat yang
berbincang – bincang dengan bapak kemarin.

b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya semalam bu ?
bapak masih ingat kana pa yang kita bicarakan kemarin.

c. Kontrak
1. Topik : bapak, seperti yang kita bicarakan tadi pagi, kita akan
berbincang – bincang sambil menikmati udara segar di taman
2. Tempat : bapak mau duduk dimana ? oww, di sini saja. . .baiklah
pak
3. Waktu : kita berbincang – bincang sekarang bagaimana pak ?

FASE KERJA

Pak, bagaimana udara di taman ini ? segar kan ? bapak suka dengan taman ini ? oh
iya, apakah bapak sudah pernah jalan – jalan ke taman ini ? kalau pernah, dengan
siapa bapak biasanya ke sini ? ( ekspresi klien tampak sedih, dan berkaca – kaca
saat memegang dan melihat tempat duduk yang sedang kami duduki). Kenapa
dengan bangku ini pak ? apakah bapak ingin bercerita sesuatu ? saya siap
mendengarkan cerita bapak, jadi istri bapak dulu sering mengajak jalan – jalan ke
taman kalau libur kerja ? baiklah, kalau begitu saya akan akan mengajak bapak ke
tempat lain saja, mari pak. Naah, ini kita sudah sampai di tempat yang mungkin
bisa membuat bapak menjadi lebih nyaman ( masjid). Apakah bapak masih sedih ?
tenang pak, saya tidak akan menyakiti bapak.apa yang sudah bapak lakukan saat ini
sudah sangat bagus, bapak sudah mau menceritakan apa yang bapak rasakan saat
ini, dan bisa mencegah keinginan bapak untuk bunuh diri yang sering muncul.
Bapak sudah sholat ?mari kita sholat dulu pak kalau bapak belum sholat. Apakah di
rumah bapak juga melaksanakan sholat 5 waktu ?
Sepertinya sudah mulai gelap pak, mari kita pulang. Tapi jangan lupa di rumah
bapak tetap harus melaksanakan sholat yaa. . .
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang dengan saya ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan menerapkan cara untuk
mengalihkan keinginan bunuh diri yang sering muncul meskipun rasa takut
pasien terulang kembali, ekspresi klien tampak sedih saat melihat bangku dan
jalan – jalan di taman, namun klien tampak lebih tenang ketika saya ajak ke
tempat lain ( masjid )
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah pak, bagaiman kalau kita berbincang – bincang tentang rencana masa
depan dan menceritakan pengalaman bapak selam dirawat disini ?
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : baiklah pak, saya kira sudah cukup perbincangan kita hari ini.
Bagaimana kalau lain kali kita berbincang – bincang lagi tentang rencana
masa depan dan mencerikan pengalaman bapak selama dirawat disini ?
- Waktu : bapak mau kapan ? bagaimana kalau besok pagi kita sambung
lagi ?
- Tempat : bapak mau berbincang – bincang dimana ?di sini saja, baiklah
pak besok kita ketemu di sini untuk melanjutkan perbincangan kita hari ini.
Terima kasih bapak sudah mau berbincang – bincang dengan saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : ke 3 dengan klien


Tanggal : 5 April 2023
Jam : 08.00
FASE PRA INTERAKSI
a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : klien tampak murung, belum berani berinteraksi dengan
lingkungan yang ramai
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
3. TUK :
- TUK 3 : Klien dapat meningkatkan harga dirinya
- TUK 4 : Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang
adaptif
- TUK 5 : Klien dapat memobilisasi dukungan social
4. Rencana tindakan (SP 3)
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan (SP 1 & 2)
b. Mengidentifikasi pola koping yang biasa di gunakan klien
c. Menilai pola koping yang dimiliki klien
d. Mengajarkan klien mekanisme koping yang adaptif
e. Membantu klien merencanankan masa depan yang realistis
f. Memobilisasi dukungan social
g. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
Selamat pagi pak, bertemu dengan saya lagi. Jadi bapak pasti tidak lupa dengan
saya
Bapak masih ingat saya kan ? semoga saja masih ingat
b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak pak ?
Bapak masih ingat tidak apa sudah kita bicarakan di pertemuan pertemuan
pertama dan kedua kemarin ?
Ya benar, kemudian bapak ingat tidak kita kemarin kemana saja ?
c. Kontrak :
- Topik : bapak sesuai dengan pembicaraan kita kemarin, bagaimana kalau
hari ini membuat rencana untuk masa depan dan bapak menceritakan
pengalaman bapak selama dirawat disini.
- Waktu : bapak mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?
- Tempat : baiklah pak, sesuai dengan perjanjian kita kemarin hari ini kita
akan berbincang – bincang di masjid ini
FASE KERJA
Pak, kemarin kan kita sudah berbincang – bincang banyak tentang aktivitas
bapak. Sebelum kita membuat rencana masa depan, boleh tidak saya tau bagaimana
ceritanya bapak bisa masuk kesini ? padahal bapak orang yang baik. Apakah bapak
mau bercerita sedikit kepada saya ? mungkin perasaan bapak akan menjadi lebih baik.
Baiklah saya akan mendengarkan. Jadi bapak gagal dalam berumah tangga karena
bapak di PHK dari pekerjaan bapak ? saya tahu bagaimana perasaan bapak saat ini,
dan sangat berat menerima keadaan yang saat ini. Tapi saya mangerti bahwa bapak
adalah orang yang baik dan kuat, saya yakin bapak pasti bisa melewati ini semua. Di
dalam kehidupan itu pasti ada masalah pak, tapi bapak perlu tahu bahwa kalau ada
masalah pasti ada solusinya dan pasti ada hikmahnya. Bapak harus tahu, mengakhiri
hidup itu adalah bukan solusi yang baik. Bahkan dalam agama yang bapak anut pasti
bunuh diri itu juga tidak baik dan di larang. Apakah bapak tidak berpikir mengenai
keluarga yang bapak tinggalkan kalau bapak melakukan percobaan bunuh diri tersebut
?dan bagaimana dengan istri bapak ?seharusnya bapak harus bisa membuktikan
kepada istri bapak, bahwa bapak adalah orang yang kuat dan bertanggung jawab.
Bagaimana pak ? saya tahu dan mengerti, memang tidak mudah tapi saya yakin bapak
pasti bisa. Terbukti menurut cerita yang saya dengar, bapak adalah orang yang baik
dan pekerja keras makanya masih banyak orang yang peduli dengan bapak.
Bagaimana kalau saya bantu membuat rencana untuk masa depan setelah bapak keluar
dari sini ? bapak bersedia ?
Kita mulai dari bapak setelah dari sini yaa ? Nah, setelah keluar dari sini bapak
mau tinggal di mana ?di rumah bapak sendiri atau di rumah orang tua bapak ? baiklah,
bapak mau tinggal dengan orang tua bapak yaa. Apakah bapak mau mengikuti terapi
aktivitas kelompok ?ya bagus kalau begitu. Apa yang bapak inginkan selama ini
belum tercapai ? nah, bagus. Setelah keluar dari sini bapak coba mencari pekerjaan
lagi, agar keinginan bapak menjadi orang yang sukses dapat terwujud. Bagus sekali
perencanaan yang sudah bapak buat, saya yakin bapak pasti bisa. Semoga sukses pak. .
.
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah membuat rencana untuk masa depan kemarin ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan mekanisme koping yang adaptif, serta membuat
perencanaan untuk masa depan.
b. Rencana tindak lanjut
Pak, rencana untuk masa depan yang sudah kita buat kemarin saya harap bisa
membantu bapak setelah bapak keluar dari sini dan bapak menjadi seseorang
yang jauh lebih baik, lebih kuat, dan menjadi seseorang yang lebih maju.
Bapak pasti bisa menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah yang bapak
hadapi, jangan mudah menyerah dan satu hal mengakhiri hidup adalah bukan
solusi yang tepat. Ingat yaa pak. . .
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : setelah kita berbincang – bincang banyak pak, bagaimana kalau
sekarang bapak belajar untuk berinteraksi, ngobrol, berbicara tentang rencana
yang sudah kita buat kepada keluarga ?
- Waktu : jika bapak bersedia, bagaimana jika nanti kita bertemu lagi jam
13.00
- Tempat : dan untuk tempatnya, bagaimana kalau kita bertemu di ruang
perawatan saja ?

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B


Alamat : Malang
Diagnosis keperawatan : Resiko bunuh diri

NO TANGGAL & IMPLEMENTASI TANDA


DX JAM KEPERAWATAN TANGAN
PERAWAT
1. Selasa, 4 April 1. Memberikan salam pada klien Lutfi
2023 2. Memperkenalkan diri kepada
Jam 09.30 WIB klien
3. Menanyakan identitas klien
4. Menjelaskan tujuan pertemuan,
topik, kontrak waktu dan tempat
5. Menunjukkan sikap empati dan
menerima kondisi klien apa
adanya
6. Mengidentifikasi jenis, isi, waktu,
frekuensi, situasi, dan respon
klien terhadapbunuh diri
7. Mengajak klien untuk
berbnincang agar terhindar
dari percobaan bunuh diri.
8. Menganjurkan klien untuk
mengetahui cara mengatasi
percobaan ingin bunuh diri.

2. Rabu, 5 April 1. Memb eri salam kepada klien Lutfi


2023 2. Memperkenalkan diri kepada
Jam 08.00 WIB klien
3. Menjelaskan tujuan dan kontrak
waktu dan tempat
4. Mengevaluasi cara
mengatasi apabila rasa
ingin bunuh diri
muncul
5. Mengajarkan ulang cara
mengatasi percobaan
bunuh diri.
6. Menyingkirkan barang-barang
yang berbahaya.
7. Menunjukkan sikap empati dan
menemani klien bercerita
3. Kamis, 6 April 1. Memberi salam pada klien Lutfi
2023 2. Memperkenalkan diri kepada
Jam 08.00 WIB klien
3. Menjelaskan tujuan dan kontrak
waktu dan tempat
4. Mengevaluasi kegiatan
mengatasi rasa percobaan
bunuh diri dan memberikan
pujian atas keberhasilannya
5. Melatih cara mengontrol
perasaan ingin bunuh diri
6. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk menggali
dan meningkatkan harga
diri pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
Nama klien: Tn. B Nama perawat: Lutfi
EVALUASI (SOAP) TTD & Nama
Lengkap
Hari/tanggal: Selasa, 4 April 2023 Jam: 09.30 WIB
S:
− Klien menjawab namanya Tn. B secara lengkap
− Klien mengatakan dirinya setuju untuk diajak
berdiskusi
− Klien mengatakan dirinya ingin melakukan
percobaan bunuh diri sekitar 2-3x dalam seminggu
− Klien mengatakan ingin mengakhiri hidup karena merasa
sudah tidak berguna.

O:
− Klien terlihat kooperatif dan antusias. Namun
menunjukkan afek tumpul dengan bicaranya yang
lamban dan tidak jelas
− Klien mampu menyadari dirinya sedang frustasi akan hal
yang menimpanya.
− Klien mampu untuk dilatih cara mengatasi percobaan
ingin bunuh diri.
A:
- Masalah : Resiko bunuh diri SP 1 teratasi
P:
SP 1 sudah tercapai, lanjutkan SP 2 pada pertemuan
selanjutnya.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
Nama klien: Tn. B Nama perawat: Lutfi
EVALUASI (SOAP) TTD & Nama
Lengkap
Hari/tanggal: Rabu, 5 April 2023 Jam: 09.00 WIB
S:
− Klien mengatakan lupa cara mengatasi rasa ingin bunuh
diri
− Klien menceritakan pengalaman hidupnya ketika di
Rumah
O:
− Klien terlihat kurang kooperatif, namun saat ceritanya
didengarkan klien terlihat antusias
− Tatapan mata klien kosong
− Klien ampak murung.

− TTV
− TD 110/65 mmHg
− N 89 x/menit
− S 36,40C
− RR 20 x/menit
− SpO2 98%
A:
- Masalah : Resiko bunuh diri SP 2 belum teratasi
P:
Mengulangi SP 1, jika pertemuan berikutnya saat
dievaluasi kegiatan mengatasi rasa ingin melakukan
percobaan bunuh diri sudah mampu, lanjutkan SP 2.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
Nama klien: Tn. B Nama perawat: Lutfi
EVALUASI (SOAP) TTD & Nama
Lengkap
Hari/tanggal: Kamis, 6 April 2023 Jam: 08.00 WIB
S:
− Klien mengatakan sudah bisa mengenali dan mengatasi
rasa percobaan ingin bunuh diri.
− Klien mengatakan merasa dirinya lebih lega dan
berharga setelah bercerita.
− Klien menyebutkan potensi yang dimiliki.
− Klien mengatakan akan lebih mencintai dirinya dan
akan menggali potensi yang dimiliki.
O:
− Klien terlihat mampu menyebutkan cara menangani
apabila muncul rasa ingin bunuh diri.
− Klien terlihat lebih ceria dari hari kemarin.
− Klien terlihat menjaga kontak matanya dengan perawat
dan antusias
− TTV

− TD 120/80 mmHg
− N 88 x/menit
− S 37,10C
− RR 10 x/menit
− SpO2 99%
A :Masalah Resiko Bunuh Diri : SP 2 Teratasi
P:
Hentikan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Dirgayunita, A. 2020. Depresi : Ciri, Penyebab, dan Penangannya.. 1-14.
Fatimah & Fitriani, D.R (2017). Inovasi Guided Imagery Terhadap Gejala
Resiko Bunuh Diri di Ruang Punai RSJD Atmahusada Samarinda, 1-29.
Keliat., Akemat., Helena, N. Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas : CMHN. Jakarta : EGC.
KEMENKES RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Kusumawati, Farad, Hartono, Y. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Lumongga, N. 2016. Depresi : Tinjauan Psikologis. Jakarta : Kencana.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak: Keperawatan Jiwa. Kemenkes RI

Sutejo. 2017. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:


Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai