Anda di halaman 1dari 169

Keperawatan Gerontik

Nurul Mawaddah, S.Kep.Ns., M.Kep.


Table of Contents

Pengantar Kep. Pelayanan


01 Gerontik 02 kesehatan
pada lanjut usia

Konsep Asuhan
03 Keperawatan 04
Gerontik
Pengantar Kuliah
Keperawatan Gerontik
Definisi Keperawatan Gerontik

● keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek


keperawatan profesional yang ditujukan pada lansia baik
sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari
bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses
keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
FOKUS KEPERAWATAN GERONTIK

● Peningkatan kesehatan (health promotion)


● Pencegahan penyakit (preventif)
● Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
(kuratif)
● Mengoptimalkan fungsi mental (rehabilitatif)
Peningkatan kesehatan (health promotion)

● Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan


mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku
yang sehat.
● Contohnya :
memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi
seimbang pada lansia,
perilaku hidup bersih dan sehat
manfaat olah raga
Dsb.
Pencegahan penyakit (preventif)

● Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan


dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi
sedini mungkin terjadinya penyakit,
● contohnya adalah
1. pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala,
2. menjaga pola makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6
jam, jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak mengandung
karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan
3. mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24
jam.
Mengoptimalkan fungsi mental
(upaya rehabilitatif)

● Upaya yang dilakukan misalnya :


1. bimbingan rohani, diberikan ceramah agama, sholat
berjamaah,
2. Aktifitas fisik : senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO)
3. terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan
musik bersama lansia lain dan menebak judul lagunya.
4. Dsb.
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
(Upaya Kuratif)

● Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk


pengobatan pada penyakit yang diderita lansia, terutama
lansia yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit,
misalnya pada saat kegiatan Posyandu Lansia.
FUNGSI PERAWAT GERONTIK
● membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat
● menghilangkan perasaan takut tua
● menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama
● memantau dan mendorong kualitas pelayanan
● memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan
kesejahteraan
● mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan
● membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai
kapasitasnya
● mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan
● memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia
FUNGSI PERAWAT GERONTIK

● menerapkan hasil penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan melalui


kegiatan penelitian
● melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
● melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan
● melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh
● memmberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
● Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya
● Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual
● Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja
● memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian
● mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal
Pelayanan kesehatan
pada lanjut usia
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia

● Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-


tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
● Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
● Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kemandirian yang optimal.
● Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat.
Dasar hukum pembinaan lansia

● Undang undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia,


● Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lansia,
● Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lansia,
● Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi
Nasional Lanjut Usia.
● Peraturan Menteri Kesehatan RI No 79 tahun 2014 tentang penyelenggaraan
pelayanan geriatri di RS
● Peraturan Menteri Kesehatan RI No 67 tahun 2015 tentang penyelenggaraan
pelayanan geriatri di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
Undang undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lansia
● Hasil pelaksanan pembangunan menghasilkan masyarakat lebih baik, angka
harapan hidup meningkat dan jumlah lansia meningkat
● Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya
kemandirian dna kesejahteraan, terpeliharanya sistem nilai budaya dan
kekerabatan bangsa indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa
● Lansia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
● Kewajiban lansia : membimbing dan memberi nasehat secara arif dan
bijaksana; mentrasformasikan ilmu dna pengalaman yang dimiliki kepada
generasi penerus; memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia,


1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual,
2. Pelayanan kesehatan , diperluas pada bidang pelayanan geriatrik
3. Pelayanan untuk prasarana umum,
4. Kemudahan dalam penggunaan Fasilitas umum
Kegiatan-kegiatan Atau Upaya Dalam
Pelayanan Lansia
● Upaya promotif, melalui kegiatan penyuluhan : kesehatan, pemeliharaan
kebersihan diri dan deteksi dini, latihan fisik, diet seimbang, pembinaan
mental, mengembangkan minat dan hobi, pola hidup sehat, kegiatan sosial
● Upaya preventif, misalnya pemeriksaan kesehatan secara berkala,
kesegaran jasmani, penyuluhan penggunaan alat bantu, resiko cedera,
pembinaan mental
● Upaya kuratif, misalnya pelayana kesehatan dasar dan pelayanan
kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
● Upaya rehabilitatif, misalnya mengembalikan kepercayaan diri dan
memperkuat mental, aktfts didalm dan diluar rumah, meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berkarya
Bentuk pelayanan kesehatan pada lansia

1. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat


2. Pelayanan kesehatan Lansia di RS
3. Pelayanan lansia di Panti Werdha / Panti Sosial
4. Pelayanan kesehatan lansia di puskesmas
Pelayanan kesehatan geriatri
di masyarakat
(Community Based Geriatric Service)
LATAR BELAKANG
● Pada upaya kesehatan pelayanan ini, semua upaya kesehatan yang berhubungan
dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta menangani
kesehatan para lanjut usia.
● Puskesmas merupakan tulang punggung layanan di tingkat ini.
● Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok/klub lanjut usia. Di dalam dan
melalui klub lanjut usia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan,
baik usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
● Pada dasarnya layanan kesehatan geriatri di tingkat masyarakat seharusnya
mendayagunakan dan mengikut-sertakan masyarakat (termasuk para lanjut
usia) semaksimal mungkin.
● Yang perlu dikerjakan dengan berbagai cara, antara lain ceramah, symposium,
lokakarya, dan penyuluhan-penyuluhan.
Bentuk Pelayanan Kesehatan Lansia
di masyarakat adalah
Posyandu lansia
Pengertian

● Posyandu lansia merupakan suatu wadah untuk memberikan pelayanan


kesehatan dan pembinaan kepada kelompok usia lanjut di suatu
wilayah dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat melalui kader
kesehatan dan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam
rangka untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat pada
umumnya dan kususnya kelompok usia lanjut.( Dep kes RI 2005 )
PENGERTIAN POSYANDU LANSIA

● Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia merupakan suatu


wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat yang
menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif.

Upaya promotif = upaya untuk meningkatkan status kesehatan


Upaya preventif = upaya pencegahan terhadap penyakit
Lanjutan...

● Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat


diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga
dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan mereka.
● Lansia juga dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
● posyandu berfungsi sebagai tempat layanan terpadu dari semua sektor
program.
Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan umum :
● meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kegiatan posyandu
lansia yang mandiri dalam masyarakat
Tujuan khusus :
● meningkatnya kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan,
● meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan
lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa
mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan,
● berkembangnya posyandu lansia yang aktif melaksanakan
kegiatan dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan.
● Menurunkan angka kesakitan dan tidak produktif pada lansia
Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran langsung Sasaran tidak langsung (Keluarga


dimana usia lanjut berada)
1. Pra lansia (usia 45 – 59 tahun)
2. Lansia (usia 60 -69 tahun)
1. Keluarga lansia
3. Lansia resiko tinggi (usia > 70 2. Masyarakat lingkungan lansia
tahun) 3. Organisasi sosial yang bergerak di
dalam pembinaan kesehatan lansia
4. Petugas kesehatan yang melayani
kesehatan lansia
5. Petugas lain yang menangani
kelompok lansia
6. Masyarakat luas
Jenis pelayanan kesehatan
posyandu lansia : Kegiatan utama
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan atau minum, berjalan,
mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar atau kecil dan
sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama satu menit.
Jenis pelayanan kesehatan
posyandu lansia
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan.
9. Penyuluhan bila dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok lansia.
Jenis pelayanan kesehatan
posyandu lansia
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
lansia yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat
11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lansia serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut.
12. Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran
Jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia :
kegiatan pengembangan / pilihan
● Bidang Olah raga : Senam lansia
● Bidang Agama : Pengajian, ziarah wali
● Bidang Pendidikan : sekolah lansia, kegiatan
promosi kesehatan
● Bidang Seni budaya : rekreasi, membuat
kerajinan
● Bidang Kesejahteraan : bantuan makan /
sembako bagi lansia yang membutuhkan
● Bidang sosial : Silaturrahmi antar lansia
Contoh kegiatan pengembangan posyandu lansia pada
bidang pendidikan : terapi kelompok

Mujiadi, Mawaddah, Nurwidji, 2019, Peningkatan kemampuan adaptasi lansia dengan


terapi kelompok, Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, Vo 8, (1), hal 49-55, E-ISSN 2527-7529
Manfaat posyandu lansia

● Mengetahui status kesehatan lansia secara berkala


● Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam keluarga dan masyarakat
● Memperoleh kemudahan untuk mengetahui informasi dan pelayanan kesehatan bagi
lansia
● Apabila terdapat kelainan pada lansia dapat segera diketahui dan dirujuk ke
puskesmas
● Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan lansia
● Meningkatkan kemampuan lansia dalam mengenali masalah kesehatan dirinya
sendiri dan mampu mengatasi masalah tersebut atau meminta bantuan keluarga /
petugas kesehatan
MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
POSYANDU LANSIA
● Meja 1: Pendaftaran
● Meja 2: Pelayanan Kesehatan oleh Kader : melakukan pengukuran tinggi badan, berat
badan, dan tekanan darah pada lansia.
● Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat) : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah,
berat badan, tinggi badan lansia.
● Meja 4: Penyuluhan kesehatan oleh Petugas Kesehatan dari Puskesmas, Dinas kesehatan,
Kementrian kesehatan, atau Instansi lain yang bekerja sama dengan Posyandu Lansia
(untuk kelompok), Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian
makanan tambahan, ataupun materi mengenai tindakan promotif dan preventif terhadap
kesehatan Lansia.
● Meja 5: Pelayanan medis, oleh tenaga professional yaitu petugas dari
Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan ringan untuk
preventif, rehabilitati dan kuratif.
Masalah Kesehatan pada Lansia
yang sering ditemui di posyandu
● Hipertensi
● Asam urat
● Stroke
● Diabetes mellitus
● Penyakit jantung
● Penyakit paru
● Masalah gizi pada lansia
● Masalah kesehatan jiwa
● Perawatan diri lansia
Tugas Kader dalam Posyandu
Lansia
a. Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu, meliputi :
1) Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga, obat-
obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia untuk
datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu
memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu
3) Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada
hari buka Posyandu.
4) Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas di antara kader
Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan
Tugas Kader dalam Posyandu Lansia
b. Tugas-tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5
meja, meliputi :
Meja 1: Pendaftaran
Meja 2: Kader melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan dan
pengukuran tekanan darah
Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh,
tekanan darah, berat badan dan tinggi badan.
Meja 4: Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian
makanan tambahan.
Meja 5: Pelayanan medis (pemeriksaan dan pengobatan ringan)
Kader Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
pelayanan lainnya.
Tugas Kader dalam Posyandu Lansia

c. Tahap setelah hari buka posyandu (H+ Posyandu)


1. Memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku register atau
buku bantu kader.
2. Melakukan evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
posyandu lansia pada bulan berikutnya.
3. Melakukan diskusi kelompok (Penyuluhan Kelompok) bersama lansia
(Paguyuban Lansia).
4. Melakukan kunjungan rumah untuk Penyuluhan Perorangan / sekaligus
tindak lanjut untuk mengajak lansia untuk datang ke Posyandu lansia pada
kegiatan bulan berikutnya.
Kendala pelaksanaan Posyandu Lansia

1. Pengetahuan Lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.


Pengetahuan Lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
3. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
Lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu Lansia
mendampingi atau mengantar Lansia ke posyandu, mengingatkan Lansia jika
lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama Lansia
Pembinaan POSYANDU LANSIA

● Pembinaan posyandu lansia dilaks olh Puskesmas setempat


bekerjasama dengan PKK tingkat RW / Kecamatan.
● Dilaksanakan dalam bentuk kunjungan ( supervisi ) pd saat Pelayanan
posyandu, pembinaan kelompok, pelatihan kader dan Penilaian
kegiatan posyandu.
Sarana Posyandu Lansia

1. Tempat kegiatan
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Formulir pencatatan kegiatan ( buku register)
5. KIT usia lanjut Berisi : timbangan dewasa, meteran/ pengukuran tinggi
badan, stetoskop, tensimeter, termometer, peralatan lab sederhana,
6. Obat-obatan
7. KMS
8. Buku pedoman kader
Sifat pelayanan di Posyandu Lansia

● Dengan memberikan pelayanan yang yang baik dan berkualitas yaitu


1. Memberikan pelayanan sopan dan ramah
2. Memberikan kemudahan
3. Memberikan keringanan/penghapusan biaya bg yang tdk mampu
4. Memberikan dukungan sosial
5. Melakukan pelayanan kesehatan yang memadai dan proaktif
6. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor
KMS
LANSIA
Penghitungan IMT (Indeks Massa
Tubuh)
● IMT merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan.
● Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi
● berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif.

IMT = BERAT BADAN (Kg)


Tinggi Badan (m) x tinggi badan (m)
Lanjutan...

Kategori IMT

KURUS KEKURANGAN BB TINGKAT < 17,0


BERAT
KEKURANGAN BB TINGKAT 17,0 – 18,4
RINGAN

NORMAL 18,5 – 25,0

GEMUK KELEBIHAN BB TINGKAT 25,1 – 27,0


RINGAN
KELEBIHAN BB TINGKAT BERAT > 27,0
Pencatatan kegiatan hidup
sehari-hari
● Kegiatan hidup dasar sehari-hari adalah
1. kegiatan dasar dalam kehidupan seperti : makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang
air besar, buang air kecil, dan sebagainya
2. Kegiatan melakukan pekerjaan diluar rumah, seperti :
berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun, arisan,
pemngajian dan lain-lain
Lanjutan...

● Penilaian kegiatan hidup sehari-hari


1. Kategori A, jika usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari sehingga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan)
2. Kategori B, jika ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga
kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan)
3. Kategori C, jika usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan
hidup sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri)
Pemeriksaan mental emosional

● Lakukan pemeriksaan status mental yang


berhubungan dengan keadaan mental emosional
dengan mnggunakan pedoman metode 2 menit
melalui 2 tahap pertanyaan
Lanjutan...

● Pertanyaan tahap 1
1. Apakah anda mengalami sukar tidur
2. Apakah anda sering merasa gelisah?
3. Apakah anda sering murung dan atau
menangis sendiri ?
4. Apakah anda sering merasa was-was
atau khawatir?

● Jika ada 1 atau lebih jawaban “ya” lanjutkan


pertanyaan tahap 2
Lanjutan...

• Pertanyaan tahap 2
1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
2. Apakah anda mempunyai banyak masalah atau banyak pikiran?
3. Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga
atau orang lain?
4. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung diri didalam kamar?
• Jika ada 1 atau lebih jawaban “ya” maka lansia mempunyai masalah
gangguan mental emosinal
REVITALISASI POSYANDU
LANSIA

● Revitalisasi merupakan suatu upaya untuk melakukan perbaikan


kembali terhadap kegiatan yang telah ada sebelumnya dan
dikembangkan sesuai dengan pedoman yang ada.
PELATIHAN
KADER LANSIA
SOSIALISASI
POSYANDU
LANSIA KE
MASYARAKA
T
Reference:
Mawaddah, Kusuma, Mujiadi, Rachmah, Prastya,
Fardiansyah, 2019, Revitalisasi Posyandu Lansia
Di Desa Sumbertebu Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto, Jurnal Ilmiah Pengabdain
Kepada masyarakat : Pengabdianmu , 5 (1), 39-45
Desember 2019
Optimalisasi Posyandu lansia di masa pandemi
Manfaat optimalisasi posyandu lansia

● pelaksanaan kegiatan posyandu lansia perlu dioptimalkan pemanfaatannya dengan


berbagai program kegiatan yang dapat dilaksanakan di posyandu lansia
1. Program Ekonomi, Program Psikologi, Program Kesehatan, dan Program Religi (Putri,
D.K., dkk. 2014. Opa Oma : Optimalisasi Posyandu Lansia Untuk Mendukung
Kemandirian Lansia. Program Kreativitas Mahasiswa. Institut Pertanian Bogor)
2. kegiatan penyegaran kader posyandu lansia, pembuatan media promosi kesehatan,
sosialisasi pemanfaatan posyandu lansia melalui kunjungan rumah lansia, serta
pendampingan pelaksanaan posyandu lansia (Mawaddah dkk. 2018. optimalisasi
posyandu lansia sebagai upaya peningkatan partisipasi dan kualitas hidup
lansia. Jurnal Medika Majapahit. Vol 10 (2), 100-110
3. upaya pemberdayaan kader posbindu lansia yang dapat meningkatkan kualitas hidup
lansia (Armiyati, dkk. 2014. Pemberdayaan Kader Posbindu Lansia Sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Hidup Lansia di Desa Kangkung Demak. Program Pengabdian
Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang.
PELAYANAN
KESEHATAN LANSIA
DI PANTI WERDHA
PENGERTIAN PANTI WERDHA

● unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lansia


yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa
pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan
kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial
mental serta agama sehingga mereka dapat menkmati hari tua diliputi
ketentraman lahir dan batin.
Tujuan Panti Werdha
Tujuan Umum
● Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata
● kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa
● sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram lahir batin.
Tujuan Khusus
a) Memenuhi kebutuhan dasar pada lansia
b) Memenuhi kebutuhan rohani pada lansia
c) Memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan lansia
d) Memenuhi kebutuhan ketrampilan pada lansia
e) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan lansia dipanti werdha
Sasaran pembinaan di Panti Werdha

1) Lanjut usia : Berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari nafkah


sendiri untuk kelangsungan hidupnya, tidak mempunyai keluarga dan atau
memiliki keluarga tetapi tidak mampu memelihara lansia tersebut.
2) Keluarga
3) Masyarakat
4) Instansi terkait seperti Departemen Agama (Depag), Dinas Kesehatan
(Dinkes), Pemerintah Daerah (Pemda), dan lain-lain.
JENIS PELAYANAN DI PANTI WERDHA
a. Upaya promotif
● Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat
kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun
masyarakat.
● Kegiatannya berupa:
1) Penyuluhan kesehatan danatau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal:
Masalah gizi dan diet, perawatan dasar kesehatan, keperawatan kasus darurat,
mengenal kasus gangguan jiwa, olahraga, teknik-teknik berkomunikasi.
2) Bimbingan rohani pada lansia, kegiatannya antara lain :Sarasehan, pembinaan
mental dan ceramah keagamaan,pembinaan dan pengembangan kegemaran
pada lansia di panti werdha.
3) Rekreasi
4) Kegiatan lomba antar lansia di dalam atau antar panti werdha.
5) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat
luas melalui berbagai macam media.
b. Upaya preventif

● Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-


penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan
komplikasinya.
● Kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di
Puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
2. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
3. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan
petugas panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
b. Upaya preventif

4. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan


kondisi masingmasing.
5. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan
tetap produktif.
8. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu
mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat,
dan orang secara optimal.
c. Upaya kuratif

● Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih
sesuai kebutuhan
1. Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang
telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
2. Perawatan kesehatan jiwa.
3. Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
4. Perawatan kesehatan mata.
5. Perawatan kesehatan melalui kegiatan di Puskesmas.
6. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
d. Upaya rehabilitatif

● Upaya pemulihan untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal


mungkin.
● Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan vokasional
(keterampilan).
● Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas panti yang
telah dilatih.
FASE-FASE PELAKSANAAN KEGIATAN DI
PANTI WERDHA
a. Fase orientasi
● Melakukan pengumpulan data pada lansia secara individu atau kelompokdan
situasi dan kondisi Panti Werdha. Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1) Data Identitas panti dan sejarah pendirian
2) Situasi dan kondisi panti dalam pencapaian tujuan, visi, misi dan motto panti
3) Sarana dan prasarana pelayanan keperawatan dipanti
4) Sumber Daya Manusia (SDM) Panti
5) Fasilitas pendukung pelayanan keperawatan
6) Faktor pendukung lain yang dapat digunakan sebagai pencapaian tujuan
7) Data kesehatan lansia : Data ttg penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan,
observasi kondisi fisik dan mental lansia
b. Fase identifikasi

● Setelah data terkumpul pada fase orientasi, maka dapat


disimpulkan masalah kesehatan yang terjadi pada lansia di
Panti. Kemudian merencanakan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada lansia.
c. Fase intervensi

● Melakukan tindakan sesuai dengan rencana, misalnya


memberikan penyuluhan kesehatan, konseling, advokasi,
kolaborasi dan rujukan
d. Fase resolusi

● Pada fase resolusi yang dilakukan adalah menilai


keberhasilan tindakan pada fase intervensi dan menentikan
perkembangan kondisi pada lansia.
Pelayanan kesehatan geriatri di
masyarakat berbasis rumah sakit
(Hospital Based Comomnity
Geriatric Service)
● Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan
layanan geriatri bertugas membina geriatri berada di wilayah-
wilayahnya, baik secara langsung atau tidak langsung melalui
pembinaan pada puskesmas yang berada diwilayah kerjanya “Transfer
of Knowledge” berupa lokakarya, ceramah-ceramah, symposium baik
kepada tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu dilaksanakan.

● Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai


rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat
● Pusat Pelayanan kesehatan lanjut usia di RS bertindak sebagai
konsultan terhadap pelayanan usia lanjut di masyarakat, dan dengan
tanggung jawab mengikuti kegiatan keadaan lanjut usia yang
sebelumnya dirawat atau mendapat pelayanan di RS tersebut.
● Bentuk upaya pelayanan kesehatan ini adalah pelayanan di luar rumah
sakit, pembinaan dalam kegiatan rujukan balik, dll
Pelayanan kesehatan geriatri
berbasis rumah sakit
(Hospital Based Geriatric Service).
● RS merupakan tempat / pusat rujukan dari pelayanan kesehatan dasar
usia lanjut
● RS hendaknya menyelenggarakan / menyediakan semua jenis upaya
pelayanan kesehatan mulai dari promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif

● Dasar hukum pelayanan Kesehatan geriatric di RS :


Peraturan Menteri Kesehatan RI No 79 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan pelayanan geriatric di RS
● Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang ada,
menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia.
● Mulai dari layanan sederhana berupa poliklinik lanjut usia, sampai pada layanan
yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu (day-hospital),
bangsal kronis dan/atau panti rawat wredha (nursing homes), Disamping itu
rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi geriatri dengan
pola yang sama.
● Pada tingkat ini, sebaliknya dilaksanakan suatu layanan terkait antara unit
geriatri rumah sakit umum dengan unit psikkogeriatri suatu rumah sakit jiwa,
terutama untuk menangani penderita penyakit fisik dengan komponen gangguan
psikis berat atau sebaliknya.
Tingkatan-tingkatan pelayanan geriatric di RS
berdasarkan kemampuan pelayanan
1. Tingkat sederhana,
● hanya menyediakan layanan poliklinik lanjut usia dan kunjungan rumah
2. Tingkat lengkap
● layanan yang diberikan paling sedikit terdiri dari rawat jalan, rawat inap akut, dan
kunjungan rumah (home care)
3. Tingkat sempurna
● Paling sedikit trdiri dr rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan
klinik asuhan siang (day care/day hospital)
4. Tingkat paripurna,
● Terdiri atas rawat jalan, klinik asuhan siangm, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat
inap psikogeriatrik, penitipan pasien geriatric (respite care), kunjungan rumah dan
hospice
RS pelayanan geriatric tingkat sempurna dna paripurna juga melaksanakan Pendidikan,
pelatihan, penelitian, Kerjasama lintas program dna lintas sector, dalam rangka
pengembangan pelayanan geriatric dan pemberdayaan masyarakat.
Pelayanan Kesehatan
Lansia di Puskesmas
Puskesmas

● Adalah fasilitas pelayanan Kesehatan yg menyelenggarakan upaya


Kesehatan masyarakat dan upaya Kesehatan perorangan tingkat
pertama dg lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif untuk
mencapai derajat Kesehatan masyarakat yg setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Pelayanan kes lansia di puskesmas

● Pelayanan Kesehatan bagi pra lansia


peningkatan Kesehatan, penyuluhan, deteksi dini maslaah Kesehatan
secara berkala, pengobatan penyakit, upaya pemulihan kesehatan
● Pelayanan Kesehatan bagi lansia
pengkajian paripurna lansia, pelayanan Kesehatan bagi lansia sehat,
pelayanan Kesehatan bagi pasien geriatri yg msh dapat ditangani
sesuai dg kompetensi dokter di puskesmas
Pelayanan luar Gedung puskesmas

● Tujuan : untuk meningkatkan akses dan cakupan pelayanan Kesehatan


lanjut usia di Puskesmas
● Jenis pelayanan :
1. Pelayanan di posyandu/peguyuban/perkumpulan lansia
2. Pelayanan perawatan lansia di rumah
3. Pelayanan di panti lansia
Proses Keperawatan Gerontik
Proses Pengkajian Keperawatan
Definisi Pengkajian Keperawatan lansia

● Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi


lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit,
diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan
lansia.
● Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi
data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah
lansia serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga
dan lingkungan yang ada
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGKAJIAN
PADA LANSIA

● Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial: terjadi penurunan
kemampuan mekanisme terhadap stres, masalah psikis meningkat dan terjadi perubahan
pada fisik lansia.
● Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
● Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang adekuat, kebisingan
minimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya langsung, posisi duduk yang nyaman, dekat
dengan kamar mandi, privasi yang mutlak, bersikap sabar, relaks, tidak tergesa-gesa,
● beri kesempatan pada lansia untuk berpikir, waspada tanda-tanda keletihan
Pengkajian khusus pada lansia

● Pengkajian Status Fungsional


● Pengkajian status koqnitif / Afektif
● Pengkajian Status Sosial
Pengkajian Status Fungsional

● Pengukuran kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas


kehidupan sehari-hari
● Penentuan kemandirian mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien dan menciptakan pemilihan intervensi yang tepat.
● Meliputi : Indeks Katz, Barthel Indeks
INDEKS KATZ

● Alat yang digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis


pada lanjut usia dan penyakit kronis.
● Meliputi keadekuatan 6 fungsi: mandi, berpakaian, toileting, berpindah,
kontinen dan makan
● Untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri atau tergantung)
● Mandiri dilakukan sendiri
Hasil interpretasi :
130 : Mandiri
60-125 : Ketergantungan sebagian
55 : Ketergantungan total
Pengkajian Fungsional
(Indeks Katz)
no Kriteria Dengan mandiri Keterangan
bantuan
1 Makan 10 Frekuensi : 3 kali/hari
Jumlah: 1 porsi/1 kali makan
Jenis : nasi, lauk pauk, sayur

2 Minum 10 Frekuensi : 6-8 gelas/hari


Jumlah : 1500 cc
Jenis : air putih, teh tawar

3 Berpindah dari kursi roda ke tempat 10


tidur, sebaliknya
4 Personal hygiene (cuci muka, 10 Frekuensi : setiap hari
menyisir rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (membuka 10
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
Pengkajian Fungsional
(Indeks Katz)
no Kriteria Dengan mandiri Keterangan
bantuan
6 Mandi 10 Frekuensi : 1 – 2 kali/hari
7 Jalan di permukaan datar 10

8 Naik turun tangga 10

9 Mengenakan pakaian 10

10 Kontrol bowel (BAB) 10 Frekuensi:1 kali/hari


Konsistensi: normal (lembek)

11 Kontrol bladder (BAK) 10 Frekuensi: 8-10 kali/hari


Warna: normal (kuning)
12 Olah raga/Latihan 10 Frekuensi: -
Jenis: -
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu 10 Kadang-kadang
luang Jenis: jalan-jalan
Total 130
SKORE KRITERIA
Indeks A
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
Katz Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
B dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
C dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


D berpakaian dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


E berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


F berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut


Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
Lain-lain klasifikasikan sebagai C, D, E atau F
BARTHEL INDEKS
Penilaian :
0-20 : ketergantungan

21-61 : ketergantungan berat/sangat


tergantung

62-90 : ketergantungan sedang

91-99 : ketergantungan ringan

100 : mandiri
PengkajianStatus Kognitif/ Afektif

● Pemeriksaan status mental memberikan sampel perilaku dan


kemampuan mental dlm fungsi intelektual
● Pemeriksaan status mental pengkajian pd tingkat kesadaran,
perhatian, keterampilan berbahasa,ingatan interpretasi bahasa,
keterampilan menghitung dan menulis, kemampuan konstruksional
● Pengujian status mental bisa digunakan klien yg beresiko delirium
● Jenis pengkajian meliputi :

Short Portable Mental Status Questionnaire ( SPMSQ )


Mini-Mental State Exam ( MMSE )
Inventari Depresi Beck ( IDB )
Skala Depresi Geritrik Yesavage
Short Portable Mental Status Questionnaire
( SPMSQ )

● Untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual


● Terdiri dari 10 pertanyaan tentang: orientasi, riwayat pribadi, memori
dlm hubungannya dg kemampuan perawatan diri, memori jauh dan
kemampuan matematis.
● Rusak/salah nilai 1
● Tidak rusak/benar nilai 0
Pertanyaan Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini ?


2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir (Min tahun lahir) ?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda
10 Kurani 3 dari 20 dan tetap lakukan pengurangan 3 dari setiap
angka baru (20 – 3,17 – 3, 14 – 3,11 – 3)

Total score
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6–8 Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 Kerusakan intelektual berat
Mini-Mental State Exam ( MMSE )

● Menguji aspek kognitif dari fungsi mental : orientasi, registrasi,


perhatian, kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
● Pemeriksaan bertujuan untuk melengkapi dan nilai, tetapi tdk
dapat digunakan untuk tujuan diagnostik.
● Berguna untuk mengkaji kemajuan klien
Interprestasi nilai :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
Orientasi 5 Menyebut dengan benar :
waktu o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada :
ruang o Negara Indonesia
o Propinsi Jawa Barat
o Kota Bandung
o Desa
o Rumah
Registrasi 3 Sebutkan nama objek yang telah disebut oleh pemeriksa : (Contoh)
o Gelas
o Sendok
o Piring

Perhatian dan 5 Minta klien meyebutkan angka 100 – 15 sampai 5 kali


kalkulasi o 85
o 70
o 55
o 40
o 25
ASPEK NILAI MAKSIMAL NILAI KRITERIA
KOGNITIF KLIEN
Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi 3 obyek pada no. 2 (Pada registrasi
kembali diatas)
o Gelas
o Sendok
o Piring
Bahasa 9 Tunjukan klien benda, tanyakan apa namanya : (Contoh)
o Jam tangan
o Pensil
Minta klien untuk mengulangi kata – kata ”tidak ada, jika, dan ,
atau, tetapi.
o Bila benar, 1 point
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut terdiri dari 3 langkah :
o Ambil kertas ditangan anda
o Lipat dua
o Taruh di lantai
Perintahkan klien dengna menutup mata klien, untuk point seperti
no. 1
o Jam tangna /Pensil
Perintahkan pada klien :
o Menulis 1 kalimat
o Menyalin 1 gambar
Inventaris Depresi Beck ( IDB )

● Alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis


depresi yg mempengaruhi suasana hati.
● Berisikan 21 karakteristik : alam perasaan, pesimisme, rasa
kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan
terhdp seseorang, kekerasan trhdp diri sendiri, keinginan utk
menghukum diri sendiri, keinginan utk menangis, mudah tersinggung,
menarik diri, ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran tubuh,
gangguan tidur, kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat
badan.
● Berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yg berhubungan dg depresi.
Pengkajian Fungsi Sosial

● Hub. Lansia dengan keluarga sebagai peran sentral


● Menghasilkan informasi tentang jaringan pendukung.
● Perawatan jangka panjang butuh dukungan fisik dan emosional
keluarga
● Meliputi: APGAR Keluarga ( Adaptation, Partnership, Growth,
Affection, Resolve)
● Alat skrining singkat utk mengkaji fungsi sosial lanjut usia.
Instrumen APGAR
● Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya (Adaptasi)
● Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya (Partnership )
● Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas (Growth)
● Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai (Afek)
● Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-
sama (Resolve)

Penilaian : Pertanyaan yg dijawab: Selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir
tidak pernah (poin 0 )
Kriteria APGAR KELUARGA PADA LANSIA
● 7-10 : baik (tidak ada disfungsi keluarga)
● 4-6 : kurang baik (disfungsi keluarga sedang)
● 0-3 : tidak baik (disfungsi keluarga yang sangat tinggi)
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK
Data Demografi
Identitas perawat
● Nama perawat :
● Tanggal pengkajian :
● Jam pengkajian :
Biodata klien
● Nama
● Umur
● Agama
● Pendidikan
● Pekerjaan
● Status pernikahan
● Alamat
Biodata penanggung jawab klien (bila ada)
● Nama
● Pekerjaan
● Hubungan dengan klien
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
status kesehatan lansia

A. Keluhan utama
B. Riwayat kesehatan (saat ini, keluarga dan dahulu)
C. Pengkajian 11 pola gordon
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola Nutrisi-Metabolik
3. Pola Eliminasi
4. Pola aktivitas-Latihan
5. Pola Istirahat dan Tidur
6. Pola Kognitif-Perseptual
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
8. Pola Peran Hubungan
9. Pola Seksual-Reproduksi
10. Pola Koping-Toleransi Stress
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan
Kesehatan
Subjektif
1. Bagaimana pendapat lansia tentang kesehatan dirinya saat ini?
2. Apakah lansia merasa dapat mengatasi hal-hal yang mempengaruhi kesehatannya?
3. Apakah yang dilakukan secara rutin?
4. Apakah lansia secara rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan?
5. Bagaimana cara lansia mengatasi penyakitanya?
6. Perihal apakah didalam agama/kepercayaan lansia terkait dengan pemeliharaan kesehatan?
7. Apakah lansia mengkonsumsi makanan-makanan yang berisiko terhadap kesehatananya?
8. Apakah lansia mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara kesehatannya?
9. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan tentang pemeliharaan
kesehatan?
10. Apakah lansia pernah mengalami kecelakaan atau injuri pada masa lalu?
11. Apakah Lansia pernah menjalani atau memiliki riwayat operasi?
12. Apakah ada reaksi alergi terhadap obat/makanan/barang-barang tertentu dan lain-lain?
13. Apakah lansia mempunyai keinginan untuk menjaga atau memelihara kesehatannya?
14. Seberapa sering lansia berkunjung ke dokter umum, dokter gigi, atau tenaga kesehatan yang lain?
15. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan tentang pemeliharaan
kesehatannya?
Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan
Kesehatan
Obyektif
1. Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan gigi geligi, gigi
palsu, genetalia, anus)
b. Pola Nutrisi-Metabolik

Subyektif
1. Apa jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia dalam
sehari?
2. Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang terkait
dengan nutrisi?
3. Jenis makan yang disukai?
4. Bagaimana nasu makan klien ?
5. Apakah ada kesulitan makan (Nyeri menelan, mual, kembung, sulit menelan,
dan lain-lain)?
6. Apakah ada diet khusus yang dianjurkan?
7. Bagaiman kecukupan intake/output cairan?
8. Apakah berat badan: normal/over /underweight?
9. Apakah ada perubahan berat badan dalam waktu dekat?
b. Pola Nutrisi-Metabolik

Obyektif
1. Bagaimana kondisi : rambut, kulit, konjungtiva, palpebra, sclera, gigi geligi,
rongga mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status hidrasi?
2. Bagaimana hasil pemeriksaan abdomen?
3. Kemampuan mengunyah keras?
4. Apakah menggunakan gigi palsu?
5. Hasil pemeriksaan Laboraturium dan diagnostic yang terkait dengan
kecukupan nutrisi lansia?
6. Berat badan, Tinggi badan, dan IMT?
7. Adanya edema?
8. Apakah lansia dapat melakukan perubahan posisi atau ambulasi?
c. Pola Eliminasi

Subyektif
1. Bagaiman pola BAB: Frekuensi, kontinen/inkontinen, konsistensi, warna, apakah ada
nyeri?
2. Apakah ada kesulitan BAB?
3. Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait dengan BAB (laksantia, supositoria dll) ?
4. Bagaimana pola BAK: frekuensi, kontinen/inkontinen. Warna, oliguri, anoria, jumlah dan
apakah ada nyeri?
5. Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa?
c. Pola Eliminasi

Obyektif
1. Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adanya nyeri ketuk ginjal?
2. Apakah lansia terlihat memegang perutnya?
3. Hasil pemeriksaan/medic/laboraturium yang dilakukan terkait eliminasi?
4. Bising usus?
5. Jumlah urin yang dikleuarkan?
d. Pola Aktifitas - latihan
Subyektif
1. Bagaiman pola aktivitas/ latihan lansia : jenis aktivitas, frekuensi, lamanya?
2. Apakah teratur dalam melakukan latiha pergerakan sendri?
3. Adakah keluhan ketika beraktivitas ?
4. Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa
hambtaan tersebut?
5. Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktivitas, apakah lansia
merasa nyaman dengan alat tersebut?
6. Apakah lansia mengalami gangguan keseimbangan?
7. Adakah keluhan sesak, lelah, lemah?.
8. Seberapa jauh dapat melalui aktivitas?
9. Adakah keluhan nyeri dada, batuk ?
Obyektif
1. Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk beraktivitas?
2. Indeks KATZ?
3. Apakah lingkungan cukup aman bagi lansia untuk melakukan aktivitas?
4. Bagaimana dengan ukur kekuatan otot?
5. Adakah tanda-tanda hipotensi orthostatic?
6. Bagaimana dengan postur dan gaya jalan lansia?
7. Apakah klien mampu memenuhi kebutuhan hariannya?
8. Adakah tanda-tanda sianosis, takikardi, diaphoresis?
9. Apakah lingkungan aman bagi lansia?
10. Bagaimana pemeriksaan thoraks dan jantung, serta lengan dan tungkai?
11. Hasil observasi: P, N, TD, JVP, CR, edema perifer. Laboratorium, EKG, dan pemeriksaan diagnostic lainnya.
12. Dispnea setelah beraktivitas?
13. Tes keseimbangan? (berjalan lurus sejauh berapa)
14. Apakah ekstremitas dingin?
15. ROM?
16. Apakah lansia dapat berpindah tempat secara mandiri?
E. pola istirahat - tidur
Subyektif
1. Apakah lansia merasa segar setelah tidur pada malam hari?
2. Kebiasaan tidur berapa jam per hari, pukul berapa, siang/malam?
3. Apakah tidur sering berlansung lama atau sering terbangun?
4. Apakah ada laporan dari lansia: pernapasan abnormal, mendengkur terlalu
keras, gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur?
5. Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk
meningkatkan kualitas tidurnya?
6. Apa yang menyebabkan lansia sering terbangun pada waktu tidur?
7. Apakah lansia mengalami gangguan tidur?

E. pola istirahat - tidur

Obyektif
1. Apakah klien terlihat capai/lesu/tanda-tanda kurang tidur yang
lain?
2. Jenis obat tidur yang digunakan dan kapan digunakan?
3. Tanda dan gejala akibat kurang tidur?
f. Pola koqnitif – perseptual
Subyektif
1. Apakah lansia menggunakan alat bantu dengar atau penglihatan?
2. Apakah ada gangguan persepsi sensori?
3. Apakah lansia mengatakan adanya perubahan-perubahan dalam memori?
4. Apakah mengalami disorientasi tempat/waktu/orang?
5. Bagaimana kemampuan dalam mengambil suatu keputusan?
6. Apakah ada perubahan perilaku (hiperaktif/hipiaktif)?
7. Apakah ada perubahan dalam konsentrasi?
8. Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi, halusinasi, delusi?
9. Adakah riwayat stroke/tanda-tanda infeksi?
10. Adakah ketidaknyamanan atau nyeri yang dirasakan oleh klien?
f. Pola koqnitif – perseptual

Obyektif
1. Adakah perubahan dosis atau jenis obat akhir-akhir ini?
2. Hasil MMSE, pemeriksaan medic, laboratorium?
3. Apakah lansia tampak bingung dan tidak konsentrasi?
4. Bagaimana fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan,
penghidu dan perasa?
5. Bagaimana hasil uji syaraf cranial?
6. Hasil SPMSQ?
g. Pola perspsi diri- konsep diri
Subyektif
1. Apakah lansia mengalami ketakutan dan kekahwatiran?
2. Apakah lansia mampu mengidentifikasi sumber kekuatan?
3. Apakah lansia mengatakan tidak mampu menguasai hidupnya?kegagalan atau
keputusasaan?
4. Apakah lansia kehilangan sesuatu yang berarti/berpindah tempat/berpisah
dengan orang yang dicintai?
5. Bagaimana penampilan umum, postur tubuh, mau/menolak kontak mata?
6. Apakah berkomentar negative tentang dirinya?
7. Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak?
8. Apakah menunjukkan sikap agresif, marah, atau menuntut?
9. Apakah lansia menceritakan tentang ketakutan kematian?
10. Apakah lansia sering menyendiri?

g. Pola perspsi diri- konsep diri

Obyektif
1. Adakah gejala stimulasi sistem saraf otonom?
2. Apakah lansia kelihatan pasif?
h. Pola Peran Hubungan

Subyektif
1. Apakah lansia mengikuti organisasi kemasyarakatan atau
kegiatan sosial lainnya?
2. Bagaimana interaksi lansia dalam keluarga dan
lingkungan?
3. Apakah ada perubahan peran akibat proses penuaan?
4. Bagaimana sikap lansia dengan kehilangan orang yang
disayang?
5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam berbicara atau
berkomunikasi?
6. Apakah ada ketegangan dengan orang disekitar lansia?
h. Pola Peran Hubungan

Obyektif
1. Dari observasi interaksi antar anggota
dilingkungan
i. Pola Seksual-Reproduksi

1. Adakah perubahan fisiologis yang berdampak pada


seksualitas lansia?
2. Kapan lansia mengalami menopause?
3. Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah untuk
mengatasi masalah akibat menopause?
4. Masih adakah minat untuk melakukan hubungan intim
dengan pasangan?
j. Pola Koping-Toleransi Stress
Subyektif
1. Bagaimana status emosi lansia?
2. Adakah masalah atau stress/psikologis akhir-akhir ini
seperti:depresi, kehilangan pasangan, hidup, minder, dll?
3. Bagaimana pengelolaan stress? Apakah cara tersebut
membantu lansia mengatasi masalahnya?
4. Bagaimana lansia memproyeksikan stressor yang terjadi?
5. Apakah lansia dapat menerima status kesehatannya?
6. Apakah pengalaman yang traumatic bagi lansia?
j. Pola Koping-Toleransi Stress

obyektif
1. Perilaku atau manifestasi psikologis dari mood,
afek, kecemasan, dan stress:
2. Hasil GDS
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Subyeltif
1. Sistem nilai, tujuan, dan keyakinan apa yang dianut oleh lansia?
2. Apakah lansia teratur menjalani ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya?
3. Apakah lansia terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan?
4. Apa latar belakng yang dimiliki oleh lansia (agama, filosofi, kultur)
5. Apakah sistem tersebut mempengaruhi semua aspek, baik kesehatan,
atau koping terhadap stress?
6. Apakah lansia marah kepada Tuhan ketika mengalami sakit atau
gangguan?
7. Apakah lansia mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah?
k. Pola Nilai-Kepercayaan

Obyektif
1. Observasi adanya alat-alat untuk ibadah:
Konsep Diagnosis
Keperawatan Gerontik
● diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang
berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau
kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di
keluarga maupun lansia dalam kelompoknya.
Diagnosis Keperawatan yang sering
terjadi pada lansia (diagnosis aktual)

Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual) adalah clinical judgment


yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan baik pada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas

● Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,


● gangguan pola nafas,
● gangguan pola tidur,
● disfungsi proses keluarga,
● ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
Diagnosis Keperawatan yang sering
terjadi pada lansia (diagnosis resiko)

Adalah clinical judgment yang menggambarkan kerentanan lansia sebagai


individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang memungkinkan berkembangnya
suatu respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan/proses
kehidupannya.

● Risiko kekurangan volume cairan,


● Risiko terjadinya infeksi,
● Risiko intoleran aktifitas,
● Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,
● Risiko distress spiritual.
Diagnosis Keperawatan yang sering
terjadi pada lansia (diagnosis promosi
kesehatan)
Adalah Clinical judgement yang menggambarkan motivasi dan keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan
pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas.

● Kesiapan meningkatkan nutrisi,


● Kesiapan meningkatkan komunikasi,
● Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan,
● Kesiapan meningkatkan pengetahuan,
● Kesiapan meningkatkan religiusitas.
Rumusan diagnosis keperawatan
(untuk lansia sebagai individu)

● Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,


● Risiko terjadinya infeksi
● Kesiapan meningkatkan komunikasi
Rumusan diagnosis keperawatan
(untuk lansia sebagai anggota keluarga)

● Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga pada Bp.P


● Risiko penurunan koping keluarga Bp. D
● Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan keluarga Bp. A
Rumusan diagnosis keperawatan
(untuk lansia dalam kelompok)

● Gangguan aktivitas fisik pada kelompok lansia di Panti Werdha


● Risiko trauma fisik pada lansia pada kelompok lansia di RT 2
Perencanaan
Keperawatan Gerontik
● Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk
mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah
lansia.
Penetuan prioritas diagnosis

1. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)


○ Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang
dilatarbelakangi oleh prinsip pertolongan pertama, dengan membagi
beberapa prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah

2. Berdasarkan kebutuhan Maslow


○ Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan
berdasarkan kebutuhan, diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan
keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri
Penentuan diagnosis Berdasarkan tingkat kegawatan
(mengancam jiwa)

1. Prioritas tinggi:
○ Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan
(nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu seperti
masalah bersihan jalan napas (jalan napas yang tidak effektif).
2. Prioritas sedang:
○ Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak
mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.
3. Prioritas rendah:
○ Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung
dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik, seperti
masalah keuangan atau lainnya.
Penentuan diagnosis Berdasarkan
kebutuhan maslow
1. Kebutuhan fisiologis
○ Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit,
mobilitas, dan eliminasi.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
○ Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas
dari infeksi dan rasa takut.
3. Kebutuhan mencintai dan dicintai
○ Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok antar
manusia.
4. Kebutuhan harga diri
○ Meliputi masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi diri sendiri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
○ Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.
PENENTUAN TUJUAN DAN HASIL YANG DI
HARAPKAN

● Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah


diagnosis keperawatan, dengan kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria
hasil (hasil yang diharapkan) yang mempunyai komponen sebagai berikut:
● S (subyek) P (predikat) K (kriteria) K (kondisi) W (waktu), dengan penjabaran
sebagai berikut:

S : Perilaku lansia yang diamati.


P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
PENENTUAN TUJUAN DAN HASIL YANG DI
HARAPKAN

● Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standard evaluasi yang


merupakan gambaran faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa
tujuan telah tercapai.

● Contoh: gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada lansia teratasi
dengan kriteria hasil berat badan seimbang, porsi makan habis; setelah
dilaksanakan asuhan keperawatan selama 7 hari,
RENCANA TINDAKAN

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


● Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan

alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang


sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada perut dan
susah buang air besar, otot-otot lambung dan usus
melemah
RENCANA TINDAKAN

● Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


1. Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
3. Berikan makanan yang mengandung serat,
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
5. Batasi minum kopi dan teh.
Gangguan keamanan dan keselamatan
lansia
● Penyebab kecelakaan pada lansia :
1. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3. Pencahayaan yang berkurang.
4. Lantai licin dan tidak rata.
5. Tangga tidak ada pengaman.
6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
● Tindakan mencegah kecelakaan :
1. Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
2. Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
3. Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
4. Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk menggunakan alat
bantu berjalan.
5. Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang/deuretik.
6. Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
7. Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
8. Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau.
9. Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
10. Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
11. Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat yang biasa
digunakannya.
12. Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
13. Pasang pegangan dikamar mandi/WC
14. Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
15. Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata sesaat.
Gangguan kebersihan diri
● Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah
1) Penurunan daya ingat,
2) Kurangnya motivasi,
3) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik.

● Rencana tindakan untuk kebersihan diri, antara lain :


1. Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri,
2. Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
minyak atau berikan skin lotion
3. Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata,
4. Membantu lansia untuk menggunting kuku.
Gangguan istirahat tidur

● Rencana tindakannya, antara lain :


1. Sediakan tempat tidur yang nyaman,
2. Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari,
3. Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-bauan,
4. Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi darah dan
melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi),
5. Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.
Gangguan hubungan interpersonal melalui
komunikasi

● Rencana tindakan yang dilakukan antara lain :


1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata,
2. Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
3. Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia,
4. Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau perawat tanggap
terhadap respon verbal lansia,
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia,
6. Menghargai pendapat lansia.
Masalah mekanisme pertahanan diri (Koping)

● Rencana tindakan yang dilakukan :


1. Dorong aktifitas sosial dan komunitas,
2. Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan,
3. Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan
yang sama,
4. Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai,
5. Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang
sama.
Masalah cemas

● Rencana tindakan yang dilakukan adalah


1. Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya cemas,
2. Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi ketakutan,
3. Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
4. Latih klien untuk teknik relaksasi.
Pelaksanaan
Keperawatan Gerontik
● Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk mengoptimalkan
kondisi lansia agar mampu mandiri dan produktif
● Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
CARA MEMPERTAHANKAN KEMAMPUAN AKTIFITAS
SEHARI-HARI PADA LANSIA

● Exercise/olahraga bagi lansia sebagai individu/ kelompok


● Terapi Aktifitas Kelompok
Evaluasi
Keperawatan Gerontik
● Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan gerontik.
● Penilaian yang dilakukan dengan membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang
ditetapkan pada rencana.
● Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan dengan melibatkan lansia dan tenaga
kesehatan lainnya
MANFAAT EVALUASI DALAM KEPERAWATAN

1. Menentukan perkembangan kesehatan klien,


2. Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan,
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan,
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan.
Jenis Evaluasi

1. Evaluasi struktur
● Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekelilingtempat
pelayanan keperawatan diberikan.
● Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
dministrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area
yang diinginkan.
2. Evaluasi proses

● Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang.
● Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang
didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa
keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat
3. Evaluasi hasil

● Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien.


● Respons perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
● Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat melakukan tindakan pada lansia.
● Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan
perubahan tingkah laku lansia setelah semua tindakan keperawatan dilakukan.
● Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
● Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi
● dengan cara membandingkan antara SOAP (Subjektive-Objektive-Assesment-Planning)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
● S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia setelah
tindakan diberikan.
● O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
● A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
● P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisis.
● Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula BB=51 kg menjadi 52 kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan

Anda mungkin juga menyukai