Anda di halaman 1dari 48

MINARTI

POPULASI LANSIA
 populasi lansia di Indonesia mencapai 20,24
juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari
seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan
jumlah lansia menunjukkan bahwa usia harapan
hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi
dari tahun ke tahun. Angka harapan hidup di
Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai usia
71 tahun
 jumlah lansia perempuan yaitu 10,77 juta lansia
dan lansia laki-laki berjumlah 9,47 juta lansia
(BPS, 2014).
 Semakin meningkatnya populasi lansia
mencerminkan adanya peningkatan pelayanan
kesehatan, sekaligus dapat menjadi
problematika baru bagi Indonesia sendiri.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada
lansia:
 penyakit tidak menular antara lain ; hipertensi, masalah gigi,
penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung
dan stroke, dan
 penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia.

Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring


dengan meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi
tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia
akan bantuan orang lain, atau Perawatan Jangka Panjang / Long
term care.

Lansia yang mandiri sebanyak 74,3% dan lansia yang tergantung


ringan 22%.
Program Kesehatan Lanjut Usia
Tujuan :
 meningkatkan derajat kesehatan lanjut
usia agar tetap sehat, mandiri dan
berdaya guna sehingga tidak menjadi
beban bagi dirinya sendiri, keluarga
maupun masyarakat untuk menunjang
pembangunan program peduli usia
lanjut
UNDANG-UNDANG TERKAIT LANSIA
 Kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini dituangkan dalam
Undang – Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia,
 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan
Sosial,
 Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan,
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut
Usia,
 Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun 2010-
2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi
Kesejahteraan Rakyat
 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004
Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia
 Permenkes no. 25 tahun 2016 tentang RENCANA AKSI NASIONAL
KESEHATAN LANSIA 2016-2019
Jika kondisinya menurun karena proses alamiah maka
diharapkan dalam kualitas hidup yang optimal atau
meninggal dalam kondisi yang damai dan bermartabat.
Hal ini dilakukan melalui:
 Pengembangan Puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan santun lansia.
 Pengembangan Rumah Sakit yang mempunyai
pelayanan geriatri dengan tim terpadu: 88 RS
 Pengembangan Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi
lansia dan
 Penguatan keluarga sebagai caregiver
Program Kementerian Kesehatan
 peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para Lanjut
Usia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas
dan kelompok Lanjut Usia melalui konsep Puskesmas
Santun Lanjut Usia.
 Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan
tahun 2018, sudah terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835
Puskesmas dari 9.993 Puskesmas) yang telah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang Santun Lansia
 Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi Lanjut Usia
melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit: 88
RS
 Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi
kesehatan dan gizi bagi Usia Lanjut dan sudah
disosialisasikan Program Kesehatan lanjut usia ini
ke semua provinsi,
 pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
dan pembinaan Kelompok Usia Lanjut/Posyandu
Lansia di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
sebagai salah satu bagian dari kegiatan di desa
siaga.
 Saat ini sudah ada lebih kurang 100.470 Posyandu
Lansia yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di
Indonesia,.
 peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi
Lanjut Usia dalam keluarga (Home Care). Home
care dilaksanakan secara terintegrasi dengan
program Perawatan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas maupun di RS
Pembinaan Lansia
 Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya
kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh
di bidang kesehatan usia lanjut yang
meliputi peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
 Tempat pelayanan kesehatan bisa
dilaksanakan di Puskesmas ataupun
Rumah Sakit serta Panti dan institusi lainya
Tujuan Dan Sasaran Pembinaan
 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa
tua yang bahagia dan berdaya guna
dalam kehidupan keluarga dan
masyakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata
kemasyarakatan
Tujuan Khusus
 Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut
untuk membina sendiri kesehatannya.
 Meningkatkan kemampuan dan peran serta
masyarakat termasuk keluarganya dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan usia
lanjut.
 Meningkatkan jenis dan jangkauan
kesehatan usia lanjut
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
usia lanjut
Sasaran pembinaan Secara
Langsung
 Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54
tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga
maupun masyarakat luas.
 Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (
55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi
masyarakat usia lanjut dan masyarajat
umumnya.
 Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (
>65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri,
terpencil, hidup dalam panti, penderita
penyakit berat, cacat dan lain-lain.
Sasaran Pembinaan Tidak
Langsung
 Keluarga dimana usia lanjut berada
 Organisasi sosial yang bergerak
didalam pembinaan kesehatan usia
lanjut
 Masyarakat luas
Kegiatan-kegiatan dalam
Pembinaan Lansia
 Upaya promotif, yaitu menggairahkan
semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka
tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi
dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan :
 Penyuluhan kesehatan dan pemeliharaan
kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau
instansi pelayanan kesehatan lainnya.
 Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap
merasa sehat dan segar.
 Diet seimbang atau makanan dengan menu yang
mengandung gizi seimbang.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan
kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai
dengan kemampuannya.
 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau
mengadakan kelompok sosial.
 Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti
merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental.
 Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara
benar
 Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasi
penyakit yang disebabkan oleh proses menua
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk
menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
 Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa
sehat dan bugar.
 Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna
 Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
 Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan
pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:
 Pelayanan kesehatan dasar
 Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui
sistem rujukan
 Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan
fungsi organ yang telah menurun, berupa
kegiatan :
 Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan
tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai
kebutuhan dan kemampuan.
 Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan
memperkuat mental penderita
 Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan
pribadi , aktifitas di dalam maupun di luar rumah.
 Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit
yang diderita.
 Perawatan fisioterapi.
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
a. Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah
sakit (Hospital Based Geriatric Service)
b. Pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat (Community Based Geriatric
Service).
Jenis Pelayanan Kesehatan
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-
hari meliputinkegiatan dasar dalam
kehidupan seperti mandi, makan minum
berjalan dan lain-lain.
2. Pemeriksaan status mental.
3. Pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat
dalam grafik indeks massa tubuh.
4. Pengukuran tekanan darah.
5. Pemeriksaan laboratorium sederhana
(hemoglobin) pemeriksaan gula dalam air
seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
diabetis mellitus, dan pemeriksaan protein
dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit
ginjal.
6. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila
diperlukan.
7. Penyuluhan, bisa dilakukan di dalam atau di
luar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh individu atau kelompok lansia
8. Dokter praktik swasta terutama menangani
para lansia yang memerlukan tindakan
kuratif insidential.
Semua pelayanan kesehatan harus
diintergasikan dengan layanan kesejahteraan
yang lain dari dinas sosial, agama, pendidikan,
kebudayaan dan lain-lain.
Pelayanan geriatrik terpadu
 pengkajian komprehensif yang meliputi
pengkajian terhadap status fisik, mental
psikologis, sosial, nutrisi lingkungan.
Semua hal tersebut harus dilakukan
oleh sebuah tim multidisiplinier.
 Pelayanan kesehatan geriatrik terpadu bagi
lansia berdasarkan fasilitas yang dimilikinya
untuk pasien geriatrik dikategorikan sebagai
berikut:
1. Pelayanan sederhana (hanya memiliki
fasilitas poliklinik)
 Jenis kegiatan yang dapat dilakukan berupa
pengkajian, konsultasi, pemeriksaan,
penyuluhan, dan supervise ke puskesmas.

 Bentuk fasilitas pelayananya berupa poliklinik,


sedangkan sumber daya manusia yang
diperlukan adalah internist-geriatrist, perawat
geriatrik, ahli gizi, dan pekerja sosio-medik
2. Pelayanan sedang (memiliki fasilitas
poliklinik dan klinik siang)
 Pelayanan sedang merupakan gabungan
antara pelayanan tingkat sederhana yang
ditambah terapi fisik, terapi okupasi, terapi
bicara, rekreasi dan pemeriksaan maupun
perawatan gigi-mulut sederhana.
 Adapun bentuk fasilitas pelayanannya
berupa poliklinik dan day hospital . Dengan
demikian sumber daya yang diperlukan
disesuaikan dengan jenis pelayanan tersebut
3. Pelayanan lengkap (memiliki fasilitas
poliklinik, klinik siang, ruang rawat akut, dan
kronik). Pada tingkat ini, jenis pelayanan
maupun SDM relatif sama dengan tipe
sedang namun memiliki ruang rawat akut.
4. Pelayanan paripurna (pelayanan lengkap
ditambah fasilitas panti werdha)
Pada tingkat paripurna, selain semua jenis
pelayanan yang terdapat di tingkat lengkap
ditambah dengan ruang rawat kronik atau
panti werdha
Puskesmas Santun Usia Lanjut
 Puskesmas Santun Lansia
merupakan bentuk pendekatan
pelayanan proaktif bagi usia lanjut untuk
mendukung peningkatan kualitas hidup
dan kemandirian usia lanjut, yang
mengutamakan aspek promotif dan
preventif, di samping aspek kuratif dan
rehabilitatif
Karakteristik Puskesmas Santun
Lansia
a. Pelayanan yang baik berkualitas dan
sopan
b. Memberikan kemudahan dalam pelayanan
kepada usia lanjut.
c. Memberikan keringanan atau
penghapusan biaya pelayanan kesehatan
bagi usia lanjut dari keluarga miskin atau
tidak mampu
d. Memberikan dukungan atau bimbingan
pada lansia dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya agar tetap
sehat dan mandiri
e. Melakukan pelayanan secara proaktif
untuk dapat menjangkau sebanyak
mungkin sasaran usia lanjut yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
f. Melakukan kerjasama dengan lintas
program dan lintas program terkait di
tingkat kecamatan dengan asas kemitraan,
untuk bersama-sama melakukan pembinaan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
usia lanjut
Program-program pemerintah
yang sudah dikembangkan
adalah
1. Peningkatan dan pemantapan upaya
kesehatan para lansia di pelayanan
kesehatan dasar, khususnya Puskesmas
melalui konsep Puskesmas Santun Lansia.
2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi
lansia melalui pengembangan Poliklinik
Geriatri di Rumah Sakit yang saat ini baru ada
88 Rumah Sakit tipe A dan B.
3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan
informasi kesehatan dan gizi
4.Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan dan pembinaan Kelompok
Lansia/Posyandu Lansia di masyarakat.
5.Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi
lansia dalam keluarga (Home Care) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dengan
program Perawatan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas maupun di
Rumah Sakit.
6.Peningkatan peran serta masyarakat dalam
upaya kesehatan lansia melalui Dana Sehat
dan Jamkesmas
Program Kementerian Sosial yaitu rencana
aksi nasional kesejahteraan lansia yang terdiri
dari lima program pokok penduduk lansia
1. Kesejahteraan sosial dan jaminan sosial
kegiatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia antara
lain:
a) Peningkatan jumlah dan mutu pensiun.
b) Peningkatan penyuluhan dan bimbingan usaha
kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia.
c) Peningkatan panti petirahan dan panti rehabilitasi
sosial bagi lanjut usia.
d) Peningkatan pengembangan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi para yang berbasis
masyarakat.
e) Penyediaan bantuan sosial bagi lansia terlantar.
f) Pembinaan dan pengaturan peran serta para
relawan lansia dalam kegiatan kesejahteraan
sosial.
g) Pengembangan sistem jaminan sosial hari tua.
h) Pengembangan asuransi kesejahteraan sosial
bagi usia lanjut.
i) Pengembangan sistem asuransi tenaga kerja
lanjut usia.
j) Perlindungan kesejahteraan sosial bagi lanjut
usia dari penganiayaan dan perlakuan salah
dan atau korban kekerasan/kejahatan
2. Peningkatan sistem pelayanan
kesehatan
 meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan para lanjut usia dengan
menanamkan pola hidup sehat.
 Program pokok kesehatan bagi lanjut usia
diprioritaskan pada upaya preventive,
promotive, curative) dan rehabilitative.
 Pelayanan kesehatan bagi para lanjut
usia yang tergolong miskin dan tidak
mampu diupayakan untuk dapat diberikan
secara subsidi melalui prosedur yang
berlaku.
3. Penguatan dukungan keluarga
dan masyarakat
 Memelihara, memperkuatkan, dan
memasyarakatkan nilai-nilai budaya
bangsa yang menghormati, menghargai,
dan memberikan perhatian terhadap
para lanjut usia dalam kehidupan
sehari-hari
 Memberdayakan lansia untuk tetap
berperan sebagai panutan dan teladan
dalam memelihara dan meneruskan nilai
dan norma pada anak dan cucunya
4. Peningkatan kualitas hidup
lansia
a) Memberikan kesempatan bagi para lanjut usia yang
potensial untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya, baik untuk berkarya lebih lanjut
ataupun untuk pengembangan hobi mereka melalui
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan formal
maupun non-formal.
b) Memberikan kesempatan dengan memberdayakan
para lanjut usia yang potensial dan produktif untuk
berkarya sesuai dengan kemampuan, pengetahuan,
dan pengalamannya.
c) Meningkatkan dan memantapkan iman dan
ketakwaan para lansia sesuai agamanya atau
kepercayaanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
serta memandu pelaksanaannya dalam kehidupan
sehari-hari
5. Peningkatan sarana dan
fasilitas khusus bagi lansia
a) Pemberian keringanan biaya pelayanan
kesehatan.
b) Pelayanan sarana transportasi bagi lanjut
usia.
c) Penyediaan sarana rekreasi dan olahraga
bagi para lanjut usia.
d) Pemberian kemudahan pariwisata bagi
lanjut usia.
e) Pemberian KTP seumur hidup.
f) Pelayanan konsultasi kesehatan reproduksi
bagi lansia
PROGRAM LAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
DI BEBERAPA NEGARA
 The National Family Caregiver Support Program
(NFCSP) di Amerika
 program ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
anggota keluarga yang menjalankan peran perawatan
kepada seorang lansia di rumahnya, kebanyakan mereka
adalah anggota keluarganya sendiri misalnya (ayah, ibu,
mertua, paman, bibi, atau anggota keluarga yang lain).
 Bentuk Pelayanan yang diberikan dalam program ini
adalah :
 Individual counseling,
 Support group.
 Pelatihan,
 Respite care.
 Program NFCSP secara konseptual mirip
dengan pelaksanaan program home care yang
dilaksanakan oleh kementerian sosial RI melalui
panti werdha, yang berbasis keluarga (family
base). Bedanya bahwa NFCSP ini sasaran
langsungnya adalah pihak keluarga yang
memberikan perawatan, sementara home care
adalah sasaran langsungnya adalah lansia
itu sendiri, baik yang tinggal dengan
keluarganya maupun yang hidup sendiri di
rumahnya, berupa pemberian pelayanan
kesehatan, bantuan gizi, termasuk bimbingan
sosial dan mental, serta bantuan usaha
ekonomi produktif.
 Komunitas Pensiunan (retirement community)
di Inggris
 diperuntukkan bagi mereka yang berusia diatas 55
tahun atau lansia dan pra-lansia yang berlokasi di
wilayah perkotaan, berupa sebuah bangunan gedung
yang berbentuk T, terdiri atas 148 flat yang terdiri atas
kamar tidur, sitting room, ruang masuk (hallway), dapur
dan kamar mandi.
 Semua kamar tidur dan sitting room menghadap keluar.
Semua flats cocok untuk pengguna kursi roda
(wheelchair).
 Semua warga mendapatkan layanan dukungan setiap
hari, dan mereka juga memperolah bantuan berupa,
housekeeping, shopping, pengambilan gaji pensiun dan
laundry.
 Kategori warga berdasarkan tingkat bantuan yang
diperlukan
 Level 1 : lansia yang dapat tinggal seorang diri dalam
rumah, membutuhkan bantuan dukungan yang minimal, 2
atau 3 kali dalam seminggu melakukan panggilan untuk
mendapatkan bantuan. Berupa bantuan pengambilan
pensiun, dan mungkin bantuan untuk mandi.
 Level 2 : sama seperti level satu, masih mampu hidup
dalam rumah mereka sendiri tetapi melakukan panggilan
telepon sebanyak 2 atau 3 kali sehari. Mungkin pada
malam dan pagi hari.
 Level 3 : lansia yang pindah ke perawatan utama,
menelepon petugas untuk minta bantuan lebih dari 4 kali
sehari, bantuan yang diperlukan seperti, waktu makan,
bangun tidur, berangkat tidur, dan sebagainya.
 Pada level 4 ini orang ini sangat tergantung. Membutuhkan
bantuan sama seperti pada level 3 tapi hampir sepanjang
malam, karena itu perlu dikunjungi setiap 3-4 jam dalam
sehari semalam.
 beberapa fasilitas untuk penghuni termasuk ruang
senam (gym) dan Jacuzzi (ruang untuk mandi),
ruang keterampilan, bengkel kayu, dan ruang
komputer, Aula, area bar dan restauran, green
house, dan kebun bersama, telepon umum.
 Pengembangan program dilakukan dengan cara
pembentukan kelompok berdasarkan minat yang
dimulai dengan sebuah pertemuan bersama untuk
mengidentifikasi cara dan alat-alat yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
 Seorang staf bertugas sebagai koordinator
kegiatan dan mendukung pelaksanaan kegiatan ini.
Untuk pengembangan partisipasi warga, maka
dilakukan pertemuan bulanan
 Program Bantuan menjelang kematian
 Bantuan menjelang kematian bagi lansia yang mengalami
sakit kronis dan mengalami sebuah penderitaan yang
sangat luar biasa yang sering dikenal dengan istilah
Euthanasia.
 Bantuan ini tentu saja masih sangat kontroversial, kecuali
di beberapa Negara yang telah melegalkannya seperti
Belanda. Secara konseptual euthanasia dibagi atas
euthanasia aktif dan euthanasia pasif.
 Euthanasia aktif merupakan tindakan sengaja untuk
memendekkan umur sebagai upaya mengakhiri
penderitaan yang berpenyakit permanen, untuk dapat
meninggal dengan terhormat, seperti dengan pemberian
suntik mati.
 Euthanasia pasif adalah tindakan disengaja untuk
menunda atau menghentikan perawatan, sistem
penunjang kehidupan, atau selain makan yang dapat
memperpanjang kehidupan pasien dengan penyakit tak
tersembuhkan.
 Meskipun kontroversi, secara tidak sadar
bahwa masyarakat telah sering
mempraktekkan euthanasia pasif dalam
bentuk penghentian pengobatan.
 Penghentian pengobatan sebaiknya
berdasarkan atas kesepakatan atau
permintaan pasien dan atau
keluarga, disetujui dokter
 Program Living Arrangement bagi lansia
 Retirement hotel. Bangunan hotel atau apartemen
yang didesain ulang untuk memenuhi kebutuhan
kemandirian lansia. Pelayanan hotel secara umum
meliputi : layanan operator, layanan kamar, dan pusat
pesan.
 Perumahan bersama. Rumah dapat dibagi secara
informal oleh orang tua dan anak atau bersama
teman, terkadang beberapa lembaga sosial
menyatukan antara orang-orang yang membutuhkan
tempat tinggal dengan orang-orang yang memiliki
rumah atau apartemen dengan kamar ekstra. Lansia
biasanya memiliki kamar pribadi tetapi berbagi tempat
untuk memasak, makan, dan dapat bertukar layanan
seperti pengerjaan pekerjaan rumah sebagai biaya
sewa.
 Congregate Housing. Kompleks apartemen
sewaan swasta atau disubsidi pemerintah yang
didesain untuk lansia, menyediakan makanan,
pengerjaan urusan rumah tangga, transportasi,
aktivitas sosial, rekreasi, dan terkadang
perawatan kesehatan. Salah satu tipe perumahan
Congregate Housing adalah group home, yakni
menyewa seorang pembantu untuk berbelanja,
memasak, melakukan pekerjaan bersih-bersih
rumah, dan memberikan konseling.
 Foster care home. Sebuah keluarga menerima
seorang lansia untuk tinggal bersama dengan
mereka dengan memberikan makanan,
perawatan, dan perlindungan, dimana diantara
mereka tidak terdapat hubungan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai