Anda di halaman 1dari 4

Reny Ekawati/182011101078/GiziKesmas/ dr. Dwita Aryadina Rachmawati, M.

Kes

PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA DI PUSKESMAS

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional yaitu meningkatnya Usia Harapan Hidup
(UHH). Pada tahun 2012, UHH Indonesia berada pada angka 70,2 tahun, dan pada tahun 2016 mencapai
70,9 tahun. UHH Indonesia diproyeksikan meningkat dari 69,8 tahun pada tahun 2010 menjadi 72,4 tahun
pada tahun 2035. Berdasarkan Susenas, tahun 2016 jumlah lansia sebesar 22,4 juta jiwa atau 8,69% dari
jumlah penduduk. Sedangkan berdasarkan Proyeksi Penduduk dari BPS, diperkirakan pada tahun 2020
penduduk lansia akan mencapai 27,09 juta atau 9,99% dari jumlah penduduk dan pada tahun 2035 sebesar
48,20 juta atau 15,77% dari jumlah penduduk.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 memberikan batasan
seseorang dikatakan lanjut usia, yaitu jika seseorang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Secara alamiah proses menjadi tua mengakibatkan seseorang mengalami perubahan fisik dan mental,
spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah
masalah Kesehatan. Masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia adalah munculnya penyakit degeneratif
akibat proses penuaan, gangguan gizi (malnutrisi), penyakit infeksi serta masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, penyakit yang banyak ditemukan pada lansia adalah
hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), stroke (46,1%), masalah gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru
obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%). Sementara berdasarkan data Analisa Lanjut
Riskesdas tahun 2007, terdapat 22,65% lansia dengan under weight dan 15,58% lansia dengan over weight.
Angka kesakitan berdasarkan data Susenas KOR tahun 2016, pada lansia sebesar 27,46%.
Besarnya masalah kesehatan dan penurunan kapasitas fungsional pada lansia akan meningkat jika
tidak serius diperbaiki. Kondisi tersebut mengakibatkan ketergantungan lansia terhadap bantuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga menjadi beban sosial dan ekonomi yang berat bagi keluarga,
masyarakat dan negara. Peningkatan populasi lansia yang disertai masalah kesehatan dan penurunan
kapasitas fungsional mengharuskan upaya yang tepat dan intensif untuk mewujudkan lansia yang sehat,
mandiri, aktif,dan produktif. Untuk mewujudkan kondisi lansia tersebut harus dimulai dari keluarga dan
dilakukan dengan pendekatan siklus hidup.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan lanjut usia di pusat kesehatan masyarakat menetapkan bahwa upaya pemeliharaan
kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat dan produktif secara
sosial dan ekonomi. Untuk itu pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup mandiri dan produktif secara sosial dan
ekonomis. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan bagi lansia yaitu Puskesmas (Pusat Kesehatan
Masyarakat).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan telah tersedia
disemua kecamatan. Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas diharapkan mampu melakukan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif tingkat dasar bagi lanjut usia. Pelayanan kesehatan Lanjut Usia
di Puskesmas harus dilakukan secara profesional dan berkualitas, paripurna, terpadu dan terintegrasi dengan
memperhatikan aspek geriatri. Pelayanan lanjut usia di Puskesmas diberikan kepada pra lanjut usia, lanjut
usia dan pasien geriatri.
Setiap pasien lanjut usia yang berkunjung ke Puskesmas pada kunjungan pertama dengan petugas
kesehatan akan dilakukan program pengkajian paripurna menggunakan Comprehensive Geriatric
Assessment (CGA). Tenaga kesehatan melakukan penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek
biologis, kognitif, dan psikologis untuk menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan terhadap
lanjut usia. CGA dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh dokter dengan anggota lainnya yaitu perawat,
tenaga gizi, dan tenaga kesehatan masyarakat terlatih. Tim dapat ditambah sesuai kebutuhan dan tenaga yang
tersedia.
Pra lanjut usia merupakan kelompok usia yang akan memasuki masa lanjut usia (umur 45 – 59
tahun). Pada usia ini sudah mulai terjadi proses degenerasi sel-sel tubuh sehingga beresiko munculnya
penyakit degeneratif. Untuk kelompok ini upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta
deteksi dini penyakit merupakan prioritas pelayanan. Upaya kesehatan yang dilakukan pada kelompok pra
lanjut usia ini yaitu:
1. Peningkatan kesehatan melalui kegiatan senam/Latihan fisik secara teratur dan senam vitalisasi otak
2. Penyuluhan kesehatan untuk menerapkan perila ku hidup bersih dan sehat, konsumsi gizi seimbang
dan aktifitas sosial
3. Deteksi dini gangguan aktifitas sehari-hari dan masalah kesehatan lainnya
4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, yang dila kukan setiap bulan melalui Kelompok Lanjut Usia
(Posyandu/Posbindu/ Karang Lanjut usia, dll) atau di Puskesmas
5. Pengobatan penyakit dilakukan apabila terdapat gangguan kesehatan/penyakit fisik dan/atau psikis
sampai kepada upaya rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
6. Upaya rehabilitatif (pemulihan) berupa upaya medis, psikososial dan edukatif yang dimaksudkan
untuk mengembangkan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kemandirian
Upaya kesehatan pada lanjut usia dilakukan dengan mengkategorikanya terlebih dahulu berdasarkan
hasil pengkajian paripurna geriatri. Kategori yang dimaksud pada lanjut usia tersebut yaitu lanjut usia yang
sehat dan lanjut usia dengan masalah kesehatan. Lanjut usia yang sehat adalah lanjut usia yang bebas dari
ketergantungan kepada orang lain atau tergantung pada orang lain tapi sangat sedikit, atau mempunyai
penyakit yang terkontrol dengan kondisi medik yang baik. Bagi lanjut usia sehat akan diberikan pelayanan
dengan berbagai kegiatan. Kegiatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Puskesmas
dengan jadwal direncanakan ole hPuskesmas. Kegiatan tersebut dapat dilakukan 1 sampai 2 kali setiap
minggu atau 1 sampai 2 kali perbulan sesuai kesepakatan. Kegiatan tersebut seperti:
1. Latihan fisik (senam lanjut usia, senam osteoporosis dan lain-lain)
2. Latihan fisik sesuai kebutuhan individu/kelompok
3. Stimulasi kognitif
4. Edukasi, konseling, dan bila perlu pemberian makanan tambahan
5. Pemberian makanan tambahan
6. Penyuluhan kesehatan primer
7. Berinteraksi sosial.
Bagi orang lanjut usia yang mempunyai masalah kesehatan akan diberikan pelayanan pengobatan
dan konsultasi di ruang pemeriksaan umum Puskesmas. Jika masalah kesehatan tersebut tidak mampu
ditangani oleh petugas Puskesmas, maka akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kese hatan lanjutan. Prinsip
playanan pasien lanjut usia di Puskesmas adalah berdasarkan hasi pengkajian paripurna geriatri. Tidak semua
pasien geriatri harus dirujuk ke RS. Ada kasus-kasus pasien geriatri sebenarnya masih bisa ditangani di
Puskesmas.
Pasien Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan atau gangguan akibat penurunan
fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara
terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin. Penatalaksanaan masalah
kesehatan pada lanjut usia perlu memperhatikan karakteristik pasien geriatri yang dapat mempengaruhi
tampilan klinik. Beberapa karekteristik pasien geriatri yaitu multipatologi, tampilan gejala dan tanda tak
khas, daya cadangan faal menurun, biasanya disertai gangguan status fungsional dan di Indonesia pada
umumnya dengan gangguan nutrisi. Program penatalaksanaan yang diberikan termasuk pemberian obat serta
risiko penyulit yang potensial muncul. Status fungsional merupakan alat pemantauan yang sangat bermanfaat
dalam menilai berat ringannya penyakit serta keberhasilan pengobatan.
Upaya pemantapan pelayanan kesehatan bagi lansia perlu mendapatkan perhatian yang serius dan
menjadi bagian dari strategi dalam peningkatan kesejahteraan lansia melalui upaya promotif, dan preventif
atau yang disebut sebagai paradigma sehat. Paradigma sehat adalah wawasan pembangunan yang
berorientasi pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan dengan lebih menekankan kepada
upaya preventif, promotif tanpa mengabaikan penduduk yang sakit. Untuk itu diperlukan beberapa hal yaitu
publikasi/kampanye bentuk bentuk pelayanan kesehatan lansia, pemaksimalan peran institusi kesehatan
seperti posyandu, pustu, Puskesmas, dan pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk kepentingan lansia,
peningkatan profesionalitas SDM di bidang kesehatan, penyediaan obat-obatan dan perawatan kesehatan
yang efektif dan terjangkau oleh lansia termasuk di dalamnya cara-cara alternatif lewat pengobatan
tradisional dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. 2020. Modul Materi Pembelajaran Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember

2. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI

3. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Pedoman untuk puskesmas dalam pemberdayaanlanjut usia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015. Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai