Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

PENGARUH EDUKASI PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KEAKTIFAN


LANSIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DIWILAYAH
KERJA PUSKESMAS KOTOBANGON
Suci Rahayu Ningsih
ABSTRAK

Latar Belakang : Posyandu lansia dalam penyelenggaraannya melibatkan peran serta para
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Dalam hal pemberian edukasi
tentang kesehatan tentunya, seorang petugas kesehatan dapat mengubah perilaku individu
dan masyarakat di bidang kesehatam.
Tujuan : Untuk mengetahui Pengaruh Edukasi Petugas Kesehatan terhadap Keaktifan
Lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotobangon.
Metode Penelitian : Deskritif analitik.dengan pendekatan Cross sectional, sampel
penelitian ini dipilih diantara populasi yang memenuhi kriteria inklusi, pengambilan
sampel dipilih dengan cara Aksidental sampling yaitu 42 sampel, metode analisa data
dengan Uji t-test.
Hasil Penelitian : Uji t-test didapatkan bahwa terlihat nilai p-value = 0,000 α < 0,05, dapat
disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak maka ada Pengaruh Edukasi Petugas Kesehatan
terhadap Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotobangon.
Kesimpulan : Ada Pengaruh Edukasi Petugas Kesehatan terhadap Keaktifan Lansia dalam
Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotobangon..
Saran : Hasil penelitian ini memberikan manfaaat edukasi petugas kesehatan sehingga
dapat memotivasi lansia untuk meningkatkan keaaktifannya di posyandu lansia.

Kata Kunci : Edukasi Petugas Kesehatan, Posyandu Lansia

ABSTRACT

Background: Elderly posyandu in its implementation involves the participation of elderly,


family, community leaders and health workers. In the case of health education of course, a
health worker can change the behavior of individuals and communities in the field of
health.
Purpose: To know Effect of Health Officer's Education on Elderly Activity in following
Elderly Posyandu activity in Work Area of Puskesmas Kotobangon.
Methods of the study: Descriptive analytic with Cross sectional approach, this study
sample was selected among population that fulfilled inclusion criteria, sampling was
chosen by accidental sampling that is 42 samples, data analysis method with t-test. Result
Of research: The t-test test shows that p-value = 0,000 α <0,05, it can be concluded that
Ha accepted and Ho is rejected then there is Effect of Health Officer's Education on Elderly
Activity in Following Elderly Posyandu Activity in Kotobangon Community Health
Center.
Conclusion: There is Effect of Health Officer's Education on Elderly Activity in Following
Elderly Posyandu Activities In Kotobangon Community Health Center Work Area.
Suggestion: The results of this study provide manfaaat education of health workers so as
to motivate the elderly to improve Activity in posyandu elderly.

Keywords : Health Officer Education, Elderly Posyandu

32 | G M N J
ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

PENDAHULUAN jika diikuti dengan kondisi lansia yang


Posyandu lansia merupakan sehat, sedangkan kebanyakan lansia
pengembangan dari kebijakan mengalami berbagai macam penyakit
pemerintah melalui pelayanan kesehatan degeneratif seperti penyakit diabetes
lansia yang penyelenggaraannya melalui melitus, hipertensi, stroke dan jantung
program puskesmas dengan melibatkan (Depkes RI, 2014).
peran serta para lansia, keluarga, tokoh Menurut WHO tahun 2010 dalam
masyarakat dan organisasi sosial dalam kurun waktu 5 tahun penyakit jantung
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008). dengan prevalensi 1,1 / 100 penduduk
Dimana pembentukan posyandu lansia menjadi penyebab utama lansia
secara garis besar ditujukan untuk meninggal, Sedangkan menurut data
meningkatkan jangkauan pelayanan Depkes RI (2014) mengenai angka
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan kesakitan pada lansia, yaitu angka
lansia, mendekatkan pelayanan dan kesakitan usia 55 tahun keatas 25,7%,
meningkatkan peran serta masyarakat usia 45-59 tahun 11,6 % dan usia diatas
swasta dalam pelayanan kesehatan 60 tahun 9,2. Secara fisik lansia akan
disamping meningkatkan usia lanjut mengalami kemunduran dalam aktivitas,
(Erfandi, 2008). Dampak positif dari kemunduran organ dan berbagai
pembangunan kesehatan adalah kelemahan fisik. Secara biologis lansia
meningkat angka harapan hidup yang mengalami kemunduran dalam proses
terlihat dan meningkatnya jumlah pertumbuhan organ. Secara mental
populasi penduduk usia lanjut atau lansia mengalami kemunduran
lansia. perkembangan mental seperti penurunan
Undang-undang No 36 tahun 2009 daya ingat, kecerdasan dan kemampuan
tentang Kesehatan pasal 138 upaya berpikir. Secara sosial ekonomi lansia
pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia mengalami kemunduran sumber
ditujukan untuk menjaga agar para lansia pendapatan dan hasil kerja karena. Tidak
tetap sehat dan produktif secara sosial mampu melaksanakan pekerjaan seperti
dan ekonomi. Disamping hak atas ketika masih usia muda (Depkes RI,
kesehatan lansia juga mempunyai hak 2014).
yang sama dalam kehidupan Peran berbagai pihak sangat
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. diperlukan untuk membantu lansia.
Salah satu dampak keberhasilan Disamping keluarga, pemerintah juga
pembangunan kesehatan adalah perlu memberikan intervensi untuk
peningkatan jumlah usia hidup lansia. membantu lansia tetap mempunyai
WHO memproyeksikan penduduk kondisi fisik dan mental yang prima.
lansia Indonesia pada tahun 2020 adalah Pemerintah dalam pembinaan kesehatan
11.34% atau 30.8 Juta. Dilihat dari usia lanjut perlu tetap melibatkan
sensus penduduk 2010 jumlah 18,1 juta berbagai sektor baik Depkes, Depsos,
jiwa (7,6% dari total penduduk organisasi profesi, ataupun lembaga
Indonesia), tahun 2014 sudah mencapai swadaya masyarakat serta lintas program
20.793 juta jiwa (8,4 % dari total terkait (Depkes, 2014) yang secara teknis
penduduk Indonesia), tahun 2025 dilaksanakan melalui pembinaan
diperkirakan jumlah lansia mencapai 36 ketenagaan, berupa peningkatan
juta jiwa. Di Sulawesi Utara jumlah kemampuan teknis dan manajemen bagi
lansia pada tahun 2017 yaitu 2.025 juta para pengelola dan pelaksana termasuk
jiwa (12.10%) dari total penduduk di kader kesehatan. Hal ini menjadi salah
Sulawesi Utara) sedangkan di Kota satu strategi untuk meningkatkan
Kotamobagu menurut Badan Statistik jangkauan pelayanan kesehatan usia
Kota Kotamobagu jumlah Lansia pada lanjut melalui kegiatan yang diadakan di
tahun 2014 mencapai 13.437 jiwa. Posyandu Lansia.
Jumlah yang demikian besar ini Penelitian tyang dilakukan oleh Puji
sebenarnya tidak menjadi permasalahan Lestari (2010) dengan judul pengaruh

33 | G M N J
ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

pendidikan kesehatan tentang tempat penyelenggaraan pendidikan


Posyandu Usila terhadap keaktifan kader kesehatan dapat dilakuakan di isntitusi
kesehatan yang menyatakan bahwa ada pelayanan antara lain Puskesmas, Rumah
perbedaan tentang keaktifan kader Sakit, Klinik, Sekolah ataupun pada
posyandu lansia sebelum dan sesudah masayarakat berupa keluarga binaan
perlakuan yaitu pemberian pendidikan (Rocahdi, 2011).
kesehatan tentang posyandu Usila Layanan kesehatan preventif dapat
Dengan hasil penelitian bahwa mengurangi biaya kesehatan dn
keaktifannya menjadi lebih baik setela menurunkan beban bagi individu,
diberikan pendidikan kesehatan tentang keluarga, dan komunitas. Yang
posyandu Usila. terpenting, hasil yang diharapkan dalam
Petugas Kesehatan dalam tugas edukasi kesehatan adalah terjadinya
sehari-harinya, tidak hanya memberikan perubahan sikap dan perilaku individu,
asuhan keperawatan secara holistik keluarga, dan masyarakat untuk dapat
kepada klien. Petugas Kesehatan menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat
professional dapat memeliki peran yang dalam kehidupan sehari-hari demi
multi peran. Petugas Kesehatan mencapai derajat kesehatan yang
diantaranya sebagai pemberi asuhan optimal. Petugas kesehatan juga
keperawatan, pendidik (edukator),
advokasi, dan masih banyak lagi. Dalam 01 X 02
hal pemberian edukasi tentang kesehatan
tentunya, seorang petugas kesehatan
dapat memberikan pendidikan atau Pre test Post
edukasi kepada klien atau pasien, test
individual ataupun kepada
kelompok perorangan tertentu. petugas
kesehatan memberikan pendidikan atau
edukasi dalam rangka pelayanan
kesehatan dengan berbagai tujuan dan
manfaat aktif dalam posyandu. 02
Secara umum tujuan pendidikan
kesehatan mengubah perilaku individu
dan masyarakat di bidang kesehatam,
serta tercapainya perubahan perilaku bertanggung jawab mengajarkan
individu, keluarga, dan masyarakat informasi yang dibutuhkan klien dan
dalam memelihara perilaku sehat serta keluarganya. Klien diberitahu bahwa
berperan aktif dalam mewujudkan mereka berhak mendapatkan informasi
derajat kesehatan yang optimal. Ada tentang pelayanan yang akan diterima,
beberapa faktor yang perlu diperhatikan menerima informasi tentang pelayanan
dalam keberhasilan pendidikan dalam yang akan diterima, menerima informasi
pelayanan kesehatan, antara lain tingkat tentang pelayanan dalam bahasa yang
pendidikan, tingkat social eknomi, adat mereka inginkan, dan mengharapkan
istiadat, kepercayaan masyarakat, dan bahwa mereka akan didengar dan
ketersediaan waktu dari masyarakat diperlakukan dengan hormat
(Potter & Perry, 2015). Pendidikan dalam (Potter&Perry, 2015).
pelayanan kesehatan mengacu juga pada Berdasarkan studi pendahuluan di
edukasi pada klien. Klien semakin Posyandu lansia Puskesmas Kotobangon
menyadari kesehatan dan ingin dilakukan pada tanggl 1 April tahun 2017
dilibatkan dalam pemeliharaan untuk mengetahui keaktifan lansia dalam
kesehatan. Petugas kesehatan harus mengikuti Posyandu lansia. 6 kelurahan
memeberikan edukasi kesehatan pada dan 4 desa dengan jumlah lansia 2.306
tempat yang nyaman dan dikenal oleh jiwa (dengan rentan umur 60-69 tahun).
klien (Potter&Perry, 2015). Sedangkan

34 | G M N J
ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

Posyandu dilakukian pada 10 titik yaitu 02 : Pengamatan setelah diberi


di Desa Moyag Todulan terdapat 160 perlakuan
lansia, Desa Moyag Tampoan terdapat X : Pemberian Edukasi
163 lansia, Desa Moyag Induk terdapat
156 lansia, Desa Kobo Kecil terdapat 249 dilakukan di Posyandu lansia
lansia, kelurahan Kotobangon terdapat Puskesmas Kotobangon, pada bulan
440 lansia, Kelurahan Tumubui terdapat April – Juni 2017. Pada penelitian ini
209 lansia, Kelurahan Kobo Besar populasi target yang digunakan adalah
terdapat 202 lansia, Kelurahan Motoboi seluruh sasaran posyandu lansia
Besar terdapat 243 lansia, , keluran kelurahan Kotobangon yang berjumlah
Matali terdapat 258 lansia dan Kelurahan 210 jiwa. Pengambilan sampel yang
Sinindian 226. Dari data tersebut digunakan adalah sampling aksidental
kelurahan Kotobangon mempunyai yaitu teknik pemantauan sampel
jumlah lansia terbanyak yaitu berjumlah berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
440 lansia, dari hasil wawancara yang yang secara kebetulan atau aksidental
dilakukan peneliti pada petugas bertemu dengan peneliti dapat digunakan
pemegang program Lansia puskesmas sebagai sampel, bila dipandang orang
Kotobangon, didapatkan data sasaran yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
posyandu adalah 210 lansia tapi hanya 45 sumber data (Setiadi, 2013).
lansia yang mengikuti setiap kegiatan
yang dilaksanakan posyandu. Masih HASIL DAN PEMBAHASAN
belum aktifnya lansia ini di karenakan 1. Karakteristik Responden
pengetahuan yang kurang padahal Berdasarkan Jenis Kelamin
kegiatan yang dilaksanakan oleh Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi
posyandu lansia sangat bermanfaat guna menurut jenis kelamin Lansia di
meningkatkan derajat kesehatan lansia. Wilayah Kerja Puskesmas
Untuk meningkatkan keaktifan lansia ini Kotobangon
maka perlu dilakukannya edukasi atau
No Pekerjaan Frekuensi Persentasi
pendidikan oleh petugas kesehatan
(%)
No Jenis Frekuensi Persentasi 1 Wiraswasta 9 21,4
Kelamin (%) 2 Pensiunan 7 16,7
1 Laki-laki 15 35,7 3 IRT 16 38,1
2 Perempuan 27 64,3 4 Tidak Bekerja 10 23,8
Total 42 100 Total 42 100
kepada lansia terutama menyangkut
berbagai penyakit degeneatif dan upaya Sumber : Data Primer, 2017
pencegahan Berdasarkan tabel diatas
METODE PENELITIAN menunjukan bahwa dari 42 (100%)
Penelitian ini menggunakan desain Lansia di wilayah kerja puskesmas
penelitian Quasi Ekperimental dengan Kotobangon, diketahui yang tertinggi 27
rancangan One group pre-post test orang Lansia dengan jenis kelamin
design, dimana peneliti melakukan perempuan (64,3%).
observasi terhadap satu kelompok 2. Karakteristik Responden
sampel sebelum dan sesudah diberi Berdasarkan Umur
perlakuan (Setiadi, 2013). Bentuk Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi
rancangan ini dapat dideskripsikan menurut Umur Lansia di Wilayah
sebagai berikut : Kerja Puskesmas Kotobangon

Keterangan :
01 : Pengamatan Sebelum diberi
perlakuan

35 | G M N J
ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

Berdasarkan tabel diatas


No Umur Frek Persentasi menunjukan bahwa dari 42 (100%)
uensi (%) Lansia di wilayah kerja puskesmas
1 Lansia Akhir 56 - 65 25 59,5 Kotobangon, diketahui yang tertinggi
Tahun bekerja sebagai IRT sebanyak 16 orang
2 Manula 66-69 Tahun 17 40,5 lansia (38,1%).
Total 42 100 5. Penghasilan
Sumber : Data Primer, 2017 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi
menurut Penghasilan Lansia di
Berdasarkan tabel diatas Wilayah Kerja Puskesmas
menunjukan bahwa dari 42 (100%) Kotobangon
Lansia di wilayah kerja puskesmas No Penghasilan Frekue Persentasi
Kotobangon, diketahui yang tertinggi nsi (%)
umur responden 56 - 65 Tahun (Masa 1 Rp 1.000.000 15 35,7
Lansia Akhir) sebanyak 25 orang 2 Rp 500.000 – 1 2,4
(59,5%). 1.000.000
3. Karakteristik Responden 3 < Rp 500.000 26 61,9
Berdasarkan Pendidikan Total 42 100
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi
`Berdasarkan tabel diatas menunjukan
No Jarak Frekuensi Persentasi bahwa dari 42 (100%) Lansia di wilayah
(%) kerja puskesmas Kotobangon, diketahui
yang tertinggi berhanghasilan < Rp 500.000
1 100 - 500 13 31,0
sebanyak 26 orang (61,9%).
Meter
2 500 – 1000 18 42,9 6. Jarak
Meter Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi menurut
3 1000 - 5000 11 26,2 Jarak tempat Tinggal Lansia di Wilayah
Total 42 100 Kerja Puskesmas Kotobangon
menurut pendidikan Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumber : Data Primer, 2017
Kotobangon Berdasarkan tabel diatas
menunjukan bahwa dari 42 (100%)
Sumber : Data Primer, 2017 No Pendidikan Frekuensi Persentasi
Berdasarkan tabel diatas (%)
menunjukan bahwa dari 42 (100%) 1 SMP 19 45,2
2 SMA 16 38,1
Lansia di wilayah kerja puskesmas
3 Perguruan 7 16,7
Kotobangon, diketahui yang tertinggi
Tinggi
berpendidikan SMA sebanyak 19 orang Total 42 100
penderita (45,2%). Lansia di wilayah kerja puskesmas
4. Karakteristik Responden Kotobangon, diketahui tingkat tertinggi
Berdasarkan Pekerjaan Jarak tempat tinggal dengan poyandu
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi lansia yaitu > 500 – 1000 Meter sebanyak
menurut Pekerjaan Lansia di 18orang (42,9%).
Wilayah Kerja Puskesmas 7. Alat Transportasi
Kotobangon Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi
No Alat Frekuensi Persentasi menurut Alat Transportasi Lansia di
Transportasi (%) Wilayah Kerja Puskesmas
1 Berjalan Kaki 2 4,8
Kotobangon
2 Angkutan Umum 26 61,9
3 Kendaraan 14 33,3
Sumber : Data Primer, 2017
Pribadi Berdasarkan tabel diatas
Total 42 100 menunjukan bahwa dari 42 (100%)
Sumber : Data Primer, 2017 Lansia di wilayah kerja puskesmas
Kotobangon, diketahui tingkat tertinggi

36 | G M N J
ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

Transportasi yang digunakan di Wilayah Kerja Puskesmas


lansia yaitu dengan menggunakan Kotobangon
angkutan umum sebanyak 26 orang
(61,9%). No Keaktifan Lansia Frekue Persentasi
8. Edukasi Petugas Kesehatan Setelah Dilakukan nsi (%)
Edukasi
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi
1 Tidak Aktif 3 7,1
Edukasi Petugas Kesehatan di 2 Aktif 39 92,9
Wilayah Kerja Puskesmas Total 42 100
Kotobangon
No Edukasi Frekuensi Persentasi Sumber : Data Primer, 2017
Petugas (%) Berdasarkan tabel diatas
Kesehatan menunjukan bahwa dari 42 (100%)
1 Kurang 3 7,1 Lansia di wilayah kerja puskesmas
2 Baik 39 92,9 Kotobangon, diketahui tingkat Keaktifan
Total 42 100 Lansia Setelah Dilakukan Edukasi yaitu
Sumber : Data Primer, 2017 Tidak aktif sebanyak 3 orang (7,1%) dan
aktif sebanyak 39 orang (92,9 %).
Berdasarkan tabel diatas Hasil Analisa Bivariat
menunjukan bahwa dari 42 (100%) Penelitian ini bertujuan untuk
Rata- t mengetahui hubungan Persepsi
Variabel rata df sig hitung ket masyarakat terhadap kekambuhan
Keaktifan
penderita gangguan jiwa
Lansia
Sebelum menggunakan Analisa Uji T-test,
Dilakukan tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05)
Edukasi 1,143 42 0,000 20,913 Signifikan diperoleh hasil sebagai berikut :
Keaktifan
Lansia Sesudah
Dilakukan
Edukasi 1,929 42 0,000 47,949 Signifikan 1. Pengaruh Edukasi
Lansia di wilayah kerja puskesmas Petugas Kesehatan terhadap
Kotobangon, diketahui tingkat edukasi Keaktifan Lansia
petugas kesehatan tertinggi yang
dilakukan terhadap lansia yaitu edukasi Tabel 5.11 Pengaruh Edukasi
yang Baik sebanyak 39 orang (92,9%). Petugas Kesehatan terhadap
9. Keaktifan Lansia Sebelum Keaktifan Lansia
Dilakukan Edukasi
Tabel 5.9 Distribusi Keaktifan One-Sample Test
Lansia Sebelum Dilakukan Edukasi Berdasarkan tabel diatas
di Wilayah Kerja Puskesmas menunjukan bahwa hasil uji dengan
Kotobangon menggunakan one sample test
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel diatas No Keaktifan Lansia Frek Persent
Sebelum uensi asi
menunjukan bahwa dari 42 (100%)
Dilakukan Edukasi (%)
Lansia di wilayah kerja puskesmas 1 Tidak Aktif 36 85,7
Kotobangon, diketahui tingkat Keaktifan 2 Aktif 6 14,3
Lansia Sebelum Dilakukan Edukasi yaitu Total 42 100
Tidak aktif sebanyak 36 orang (85,7%) memperoleh hasil yaitu nilai keaktifan
dan aktif sebanyak 6 orang (14,3%). lansia sebelum dilakukan edukasi t :
10. Keaktifan Lansia Setelah Dilakukan 47,949 lebih tinggi dari pada nilai
Edukasi keaktifan lansia setelah dilakukan
Tabel 5.9 Distribusi Keaktifan edukasi t : 20,913.
Lansia Setelah Dilakukan Edukasi

37 | G M N J
ISSN 2655-0288, VOLUME 1, NOMOR 1, NOVEMBER 2018

PEMBAHASAN kesimpulannya yaitu ada pengaruh


a. Karakteristik responden edukasi petugas kesehatan terhadap
berdasarkan Jenis Kelamin keaktifan lansia dalam mengikuti
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan posyandu lansia.
bahwa diketahui responden dari jenis Semakin baik edukasi yang
kelamin sebanyak 38 orang diberikan maka semakin aktif pula
masyarakat dengan jenis kelamin lansia dalam berkunjung di posyandu
Laki-Laki (70%), ini dikarenakan lansia.
dalam pengambilan sampel lebih
banyak bejenis kelamin laki-laki. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Arikunto S, 2010. Prosedur Penelitian.
terdapat 2 (dua) kelompok usia yang Edisi Revisi. Jakarta, Rineka
menjadi responden adalah dimulai Cipta, Hlm 31-32.
dari usia 15 – 29 tahun dan 30-65 BPS Kabupaten Bolaaang Mongondow
tahun. Tertinggi usia responden Timur, 2016, Profil Desa
adalah 15 – 29 tahun (51,5%). Bongkudai Induk.
Berdasarkan hasil penelitian Damar Cahyoputro, 2008. Jurnal:
sebagian besar responden Hubungan Antara Faktor Jenis
mempunyai tingkat pendidikan Kelamin Dan Dukungan Sosial
setingkat SMA yaitu sebesar 27 Dengan Tingkat Kecemasan
orang (39,7%), berikutnya SMP Pada Lansia Di Desa Luwang
sebanyak 23 orang (33,8%), Gatak, Sukoharjo.
pendidikan Perguruan Tinggi Dian Pratama Putri, Reni Zulfitri, Darwin
sebanyak 18 orang (26,5%). Karim, 2012. Jurnal : Faktor-
Berdasarkan hasil penelitian faktor Yang Mepngaruhi Tingkat
sebagian besar responden Kecemasan Pada Lansia Di
mempunyai pekerjaan sebagai Kelurahan Lembah Sari Rumbai
Wiraswasta yaitu sebesar 19 orang Pesisir, Pekanbaru.
(27,9%), berikutnya IRT sebanyak Fatimah S.Kep, 2010. Merawat Manusia
18 orang (22,1%), pelajar/mahasiswa Lanjut Usia. Jakarta, Trans Info
sebanyak 13 orang (19,1%), PNS Media, Hlm 17-21.
sebanyak 9 orang (13,2%), pedagang Hidayat (2008). Jurnal : Faktor-faktor
sebanyak 7 orang (10,3%), supir Yang Berhubungan Dengan
sebanyak 3 orang (4,4%), pensiunan Trjadinya Kecemasan pada
1 orang (1,5%) dan yang tidak Pasien Lansia di RSUD, Garut
bekerja 1 orang (1,5%). Nuri Widiyaningsih, 2010. Skripsi:
b. Pengaruh Edukasi Petugas Faktor-faktor Yang
Kesehatan Terhadap Keaktifan Berhubungan Dengan
Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Kecemasan Pada Lanjut Usia Di
Posyandu Lansia Panti Werdha Dharma Bhakti
Hasil uji statistik dengan Kota Surakarta.
menggunakan uji T,, pada tingkat Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan
kemaknaan 95% (α ≤ 0,05) Gerontik. Yogyakarta, Nuha
didapatkan hasil P value = 0,000 ini Medika, Hlm 2-10.
berarti Ha diterima, sehingga

38 | G M N J

Anda mungkin juga menyukai