Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING

“PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PROSES PEMULIHAN

PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)”

DISUSUN OLEH :

ZIKRI NURHIDAYAT

821223032

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Nurul Hidayah, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG

TAHUN 2023
A. Abstrak
Kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan di
tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional. Hasil dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat data lebih dari 19 juta penduduk yang
berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Data lain
menyebutkan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Data dari sistem registrasi sampel Badan Litbangkes pada tahun 2016, diperoleh adanya
kejadian bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang yang dapat diasumsikan setiap hari
ada 5 orang melakukan bunuh diri. Terdapat 47,7% menjadi korban bunuh diri ada pada
usia 10-39 tahun yaitu dari kategori usia anak remaja dan usia produktif (Kemenkes,
2021).
Peran tenaga kesehatan merupakaan suatu bentuk aktivitas yang diharapkan oleh
tenaga kesehatan dalam yang menyampaikan suatu layanan kesehatan pada public
sebagai peningkatkan mutu kesehatan terhadap publik. Tenaga kesehatan memiliki peran
dalam kesehatan sangat diinginkan karena tenaga kesehtan dituntut mampu/bisa
menyediakan kondisi untuk memegaruhi perilaku/sikap kesehatan secara positif kepada
pasien dengan menjadi pemotivasi, memfasilitasi, dan pembimbing (Potter & Perry,
2007). Pada kenyataannya peran perawat Puskesmas Nanggalo Kota Padang dalam
memberikan pelayanan kepada pasien ODGJ masih belum berjalan dengan maksimal
karena masih terdapat peran perawat yang belum dijalankan dengan baik seperti
membimbing pada pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk melaksanakan
ibadah, bersikap jujur, dan mengajak pasien untuk mengajak lingkungan luar. Peran
perawat sebagai koordinator dalam perawatan rehabilitasi menempatkan perawat pada
posisi penting dan selanjutnya adalah kurangnya kontrol medis atau pemberian
pengobatan dan kontrol obat. Oleh karena itu pengobatan dengan obat-obatan (drugs)
untuk mengurangi aktivitas ODGJ, namun permasalahannya setelah pengobatan medis
selesai dan ditempatkan di rumah atau komunitas, terjadi kekambuhan, dan pada pasien
ODGJ yang sembuh seringkali tidak siap untuk masuk ke masyarakat
B. Analisis Beberapa Jurnal
1. Peran Kader Kesehatan Dalam Mendukung Proses Recovery Pada Odgj:
Literatur Review (Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018 ISBN:978-602-72636-3-5).
Kata Kunci : Peran Kader Kesehatan, Recovery, ODGJ
a. Pendahuluan
Pemulihan merupakan suatu proses interaksional yang dinamis dan
berkelanjutan antara kekuatan, kelemahan, sumber daya lingkungan, dan lain-lain.
Bagaimana individu mengatasi tantangan setiap harinya, untuk mandiri dan
berkontribusi terhadap masyarakat serta adanya harapan, keyakinan, dan kekuatan
pribadi dalam menentukan nasibnya sendiri (Suryani, 2013). Dalam proses
recovery orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) membutuhkan kerjasama dengan
masyarakat seperti kader dan tokoh masyarakat. Kader berperan sebagai salah satu
pelaku utama dalam program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
(Winahayu, Keliat, & Wardani, 2014).
Pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk kemitraan terhadap pelayanan
kesehatan telah menjadi metode untuk mengaktifkan program kesehatan
masyarakat paling sedikit 50 tahun. Di negara berpenghasilan rendah dan
menengahrendah, pekerja kesehatan masyarakat (community health worker/
CHW) adalah mitra umum untuk profesi kesehatan. Mereka harus bertanggung
jawab kepada masyarakat atas aktifitas mereka, dan harus didukung oleh sistem
kesehatan namun tidak harus menjadi bagian dari organisasinya dan memiliki
pelatihan yang lebih pendek dari pada pekerja professional (WHO, 2007).
Di Indonesia CHW yang disebut Kader telah bekerja selama tiga decade.
Mereka adalah relawan kesehatan masyarakat untuk kesehatan umum baik
penduduk perkotaan maupun pedesaan, terutama yang bekerja di bidang
kesehatan ibu dan anak (Iswarawanti, 2010) dan juga kesehatan di kalangan orang
tua (Suwarsono, 2010). Mereka adalah rekan kerja penting dari proyek kesehatan
yang disediakan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dalam kerjasama
dengan Kader, perawat di Puskesmas kontak dengan masyarakat secara langsung
dan juga bekerja untuk manajemen kasus (Wardaningsih, 2017).
Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukan bagaimana keberhasilan
kinerja kader untuk sistem perawatan kesehatan di Indonesia. Melihat hal tersebut,
maka dirasakan bahwa kader juga potensial untuk dapat berperan dalam
penanganan kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa merupakan tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat setempat, dengan tujuan yaitu untuk memudahkan
proses penanganan terhadap gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat
(Kurniawan dkk, 2017). Kader kesehatan jiwa memiliki beberapa tugas seperti
menemukan kemungkinan kasus gangguan jiwa, mengelompokan mereka di
antara masyarakat, mengunjungi rumah mereka, merujuk mereka ke puskesmas,
memotivasi dan pelaporan ke Puskesmas (Keliat dkk, 2011).
b. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature
review.Yaitu sebuah pencarian literatur baik internasional maupun nasional yang
dilakukan dengan menggunakan database GOOGLE SCHOLAR dan Proquest.
Pada tahap awal pencarian artikel jurnal diperoleh 12.700 artikel dari 2007 sampai
2018 menggunakan kata kunci "peran kader kesehatan jiwa", "community mental
health workers", dan”kader kesehatan dalam proses recovery” yang diidentifikasi
yang belum dieksplorasi relevansi dengan artikel untuk dikompilasi. Dari jumlah
tersebut hanya sekitar 45 artikel yang dianggap relevan..
c. Pembahasan
Pengalaman dan pengetahuan kader kesehatan pun merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi perannya dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.menurut hasil penelitian Cicilia, Kritiawati dan Diyan (2014)
didapatkan bahwa ada pengaruh antara pengalaman dengan perilaku kader dalam
menjalankan perannya. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, dan
pengalaman itu merupkan suatu cara utnuk memperoleh kebenaran perilaku,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki
seseorang maka informasi yang didapatkan semakin baik (Notoatmodjo, 2007).
Sejalan dengan penelitian Wahyutomo (2010) yang mendapatkan hasil terdapat
hubungan yang bermakna antara masa menjadi kader dengan pemantauan tumbuh
kembang pada balita di posyandu.
Dukungan petugas kesehatan pun menjadi salah satu faktor yang
memepengauhi peran kader kesehatan. Petugas kesehatan merupakan seseorang
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang menjalankan tugasnya di pelayanan kesehatan. Dalam kegiatan di
masyarakat, petugas kesehatan bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan dan
menindaklanjuti hasil penemuan dari pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh
kader (Depkes, 2008). Dukungan dari petugas kesehatan yaitu memberikan
pembinaan sekaligus meningkatan motivasi pada kader saat kegiatan pelayanan di
masyarakat (Depkes, 2006).
Upaya pelayanan pelayanan kesehatan jiwa tidak hanya dilakukan oleh
tenaga kesehatan tetapi juga dengan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
memberikan pemahaman, menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap masalah kesehatan jiwa di komunitas (Keliat et al, 2011). Pergerakan dan
kerjasama masyarakat seperti kader dan tokoh masyarakat adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari pengembangan desa siaga. Kader berperan sebagai salah
satu pelaku utama dalam program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
di desa binaan (Winahayu, Keliat, & Wardani, 2014). Salah satu peran perawat
kesehatan jiwa komunitas sebagai collaborator (kolaborator) yaitu perawat
melakukan kerjasama dengan pihak profesional kesehatan dan lembaga lokal
seperti rumah sakit, polisi, pemimpin lingkungan, lembaga sosial dan pemerintah
daerah. Selain itu, perawat kesehatan jiwa komunitas juga melakukan kolaborasi
profesional dengan rekan-rekan profesinya dan profesi lain seperti dokter, pekerja
sosial (kader), psikolog dan terapi okupasi. Sistem pendukung sangat penting
untuk memfasilitasi layanan kesehatan jiwa yang efektif (Huang, Ma, Shih & Li,
2008).
Pada pelaksanaannya perawat jiwa bekolaborasi dengan kader kesehatan
jiwa dalam melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat. Hal ini
diperkuat oleh penelitian Junardi, Keliat, dan Helena (2017) keberhasilan program
Community Mental Health Nursing (CMHN) dapat dilihat dari pelaksanaan
pemberdayaan kader, penerapan kemitraan lintas sektoral dan program, dan
penerapan asuhan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat. Keberadaan kader
yang dekat dengan masyarakat memudahkan pelayanan kesehatan terlaksana
dengan optimal, dibandingkan dengan masyarakat harus datang mengunjungi
puskesmas.
2. Pengaruh Peran Keluarga Dan Tenaga Kesehatan Puskesmas Nanggalo Kota
Padang Terhadap Kepatuhan Minum Obat Orang Dalam Gangguan Jiwa
(ODGJ). (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) Vol. 6, No. 3 Juli 2022 e-ISSN :
2656-6753, p-ISSN: 2598-9944)
Kata Kunci : Peran Keluarga, Peran Tenaga Kesehatan dan Kepatuhan Minum
Obat.
a. Pendahuluan
Masih ada orang yang menganggap ODGJ adalah roh jahat. Akibatnya,
penderita gangguan jiwa dikucilkan karena dianggap memalukan keluarga. Fakta
ini tak terbantahkan, karena apa yang terjadi merupakan gambaran nyata bagi
kebanyakan orang. Kesalahan sikap masyarakat dalam berbagai bentuk terjadi
ketika berhadapan dengan keberadaan penyandang gangguan jiwa akibat pola
pikir yang salah yang dikonstruksi oleh ketidaktahuan masyarakat. Ada logika
yang salah dalam masyarakat bahwa keadaan ketidaktahuan ini menuju kepada
suatu tindakan yang tidak membantu dalam mempercepat pemulihan bagi orang
penderita gangguan jiwa. Untuk itu perlu dipahami peran keluarga dan sejauh
mana peran puskesmas pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Peran tenaga kesehatan merupakaan suatu bentuk aktivitas yang diharapkan
oleh tenaga kesehatan dalam yang menyampaikan suatu layanan kesehatan pada
public sebagai peningkatkan mutu kesehatan terhadap publik. Tenaga kesehatan
memiliki peran dalam kesehatan sangat diinginkan karena tenaga kesehatan
dituntut mampu/bisa menyediakan kondisi untuk memegaruhi perilaku/sikap
kesehatan secara positif kepada pasien dengan menjadi pemotivasi, memfasilitasi,
dan pembimbing (Potter & Perry, 2007). Pada kenyataannya peran perawat
Puskesmas Nanggalo Kota Padang dalam memberikan pelayanan kepada pasien
ODGJ masih belum berjalan dengan maksimal karena masih terdapat peran
perawat yang belum dijalankan dengan baik seperti membimbing pada pasien
ODGJ untuk melaksanakan ibadah, bersikap jujur, dan mengajak pasien untuk
mengajak lingkungan luar. Peran perawat sebagai koordinator dalam perawatan
rehabilitasi menempatkan perawat pada posisi penting dan selanjutnya adalah
kurangnya kontrol medis atau pemberian pengobatan dan kontrol obat. Oleh
karena itu pengobatan dengan obat-obatan (drugs) untuk mengurangi aktivitas
ODGJ, namun permasalahannya setelah pengobatan medis selesai dan
ditempatkan di rumah atau komunitas, terjadi kekambuhan, dan pada pasien
ODGJ yang sembuh seringkali tidak siap untuk masuk ke masyarakat
b. Metode
Jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Naggalo di
Kota Padang. Populasi penelitian ini adalah keluarga dan tenaga kesehatan
Puskesmas Nanggalo di Kota Padang. Jumlah sampel/responden yang terdapat
pada penelitian ini yaitu 94 orang, dimana tenaga kesehatan berjumlah 10 orang
dan keluarga pasien ODGJ berjumlah 84 orang. Analisis menggunakan uji regresi
linier dan regresi berganda.
c. Pembahasan
Dari hasil/temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan peran tenaga kesehatan puskemas Nanggalo
terhadap kepatuhan minum obat pasien ODGJ di Puskesmas Nanggalo Padang
karena diperoleh nilai sig yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga
menolak Ho dan menerima Ha. Maka oleh sebab itu diartikan bahwa selain itu
memiliki nilai Adjusted R-squared adalah 0,179. Artinya peran tenaga kesehatan
berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat ODGJ di Puskesmas Nanggalo
Padang adalah sebear 17,9%. Berdasarkan nilai TCR pada variabel tenaga
kesehatan puskemas Nanggalo diketahui tertinggi pada pernyataan Tenaga
kesehatan telah memberikan pelayanan yang baik dan nyaman untuk pasien
ODGJ di Puskesmas Nanggalo Padang bernilai sangat baik dengan nilai rata-rata
variabel peran tenaga kesehatan sebesar 85,4% berada pada kategori “Baik”. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian (Netty et al., 2018) hasil penelitian
menemukan bahwa terjadi ada hubungan yang secara signifikan antara peran
petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhanminum obat.
Selanjutnya penelitian (Setyaji et al., 2020), menemukan juga terjadi hubungan
dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan minum obat.
Dari temuan yang dijelaskan di atas, simpulannya adalah bahwa peran
tenaga kesehatan dalam menumbuhkan kepatuhan minum obat pasien ODGJ di
Puskesmas Nanggalo Padang sudah terlihat baik yang disebabkan oleh indikator
pelaksana, pendidik, konselor dan kolaborator. Pelaksana yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dapat berupa memberikan pelayanan yang baik dan nyaman dan
memperlihatkan sikap yang tulus dalam memberikan pelayanan kepada pasien
ODGJ di Puskesmas Nanggalo Padang. Pendidik yang diberikan dapat berupa
membimbing untuk melakukan hal-hal positif, seperti berhitung, bernyanyi dan
menggambar dan melaksanakan ibadah. Konselor yang diberikan tenaga
kesehatan dapat berupa memberikan bimbingan untuk bersikap jujur dan
mengajarkan kepada pasien ODGJ di Puskesmas Nanggalo Padang untuk hidup
bersih. Sedangkan kolaborator dilakukan dengan kerjasama antara tenaga
kesehatan dan keluarga untuk memberikan hal-hal positif dan mengajak pasien
mengenal lingkungan luar.

3. Analisis Peran Tenaga Kesehatan Dan Dukungan Keluarga Dalam Proses


Pemulihan Odgj Di Puskesmas (Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia Volume 11 No 1 Hal 1 - 10, Februari 2023, e-ISSN 2655-8106,
p-ISSN2338-2090).
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, ODGJ, Pemulihan, Peran Tenaga Kesehatan
a. Pendahuluan
Kesehatan mental sangat penting untuk menunjang produktivitas dan
kualitas kesehatan fisik. Ganguan mental atau kejiwaan bisa dialami oleh siapa
saja. Di Indonesia pemahaman tentang kesehatan mental masih cenderung
rendah. Adanya pemasungan orang dengan gangguan jiwa sebesar di Indnesia
masih 14% yang pernah dipasung seumur hidup. Terdapat sebesar 91%
masyarakat Indonesia yang mengalami gangguan jiwa tidak tertangani dengan
baik, hal ini berarti hanya 9% sisanya yang dapat tertangani. Masalah masih
terjadinya ODGJ yang tidak ditangani dengan baik menunjukkan indikasi
kurangnya fasilitas, petugas dan kurangnya pemahaman dari kesehatan mental
(Egsa, 2020).
Purnomo (2016) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa peran petugas
kesehatan merupakan faktor dominan terhadap kemampuan keluarga dalam
merawat klien gangguan jiwa di rumah. Namun pada kenyatannya dilapangan
masih kurangnya ketenagaan dan kebijakan yang diterapkan dari puskesmas
sangat mempengaruhi peran petugas kesehatan jiwa di masyarakat. Perawatan
atau dukungan dari keluarga klien gangguan jiwa sangat menjadi faktor penting,
termasuk dalam penerimaan klien dimasyarakat agar tidak dikucilkan. Keluarga
adalah perawat yang ada di rumah maka perlu memiliki tingkat pengatahuan dan
kemampuan yang baik dalam merawat klien gangguan jiwa selama di rumah.
Keluarga memiliki peran penting dalam menunjang kesehatan setiap anggota
keluarganya khsusunya orang dengan gangguan jiwa.
b. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian deskriptif dan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan dan keluarga pasien ODGJ yang
menjalani proses pemulihan di Puskesmas Dadirejo. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data
menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas da reliabilitas. Analisis data
menggunakan deskriptif frekuensi.
c. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan
sebagian besar memiliki peran yang cukup sebanyak 29 responden (96,7%) dan
1 orang (3,3%) perang tenaga kesehatan baik. Peran yang cukup ini dapat
digambarkan bahwa petugas kesehatan belum maksimal dalam menjalankan
peranannya seperti memberikan edukasi tentang pengobatan dan menjelaskan
penyakitnya. Peran yang cukup ini akan memberikan dampak pada proses
pemulihan pasien gangguan jiwa. Maya (2018) dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa peran petugas kesehatan dalam penanganan orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) pasung meliputi promotif, preventif, edukasi dan evaluasi. Petugas
kesehatan yang menjadi informan telah melakukan upaya promotif, preventif,
edukasi dan evaluasi melalui kegiatan penyuluhan, skrining, kunjungan rumah
serta pemantauan ODGJ dalam meminuman obat.
Rahman (2016) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa seorang
perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam memberikan asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan harus
diberikan pada keluarga dan ODGJnya (Salamung et al., 2021). Perawat
kesehatan jiwa menyatakan pernah memberikan tindakan keperawatan kepada
keluarga dan penderita. Petugas kesehatan memiliki peran yang sangat penting
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maksimal kepada masyarakat.
Hal ini berguna untuk masyarakat agar mampu meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat. Dengan begitu akan terwujud kesehatan
yang setinggi-tingginya menjadi manusia yang produktif (Undang- Undang RI,
2014).

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tinjauan literatur yang telah dilakukan, didapatkan tiga (3) jurnal
penelitian yang sesuai dengan topik dapat disimpulkan bahwa seorang perawat kesehatan
jiwa memiliki peran penting dalam memberikan asuhan. Asuhan keperawatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan harus diberikan pada keluarga dan ODGJnya
(Salamung et al., 2021). Petugas kesehatan memiliki peran yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maksimal kepada masyarakat. Hal ini
berguna untuk masyarakat agar mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat. Dengan begitu akan terwujud kesehatan yang setinggi-
tingginya menjadi manusia yang produktif (Undang- Undang RI, 2014).
Dukungan petugas kesehatan pun menjadi salah satu faktor yang memepengauhi
peran kader kesehatan. Petugas kesehatan merupakan seseorang yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
menjalankan tugasnya di pelayanan kesehatan. Dalam kegiatan di masyarakat, petugas
kesehatan bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan dan menindaklanjuti hasil
penemuan dari pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh kader (Depkes, 2008).
Dukungan dari petugas kesehatan yaitu memberikan pembinaan sekaligus meningkatan
motivasi pada kader saat kegiatan pelayanan di masyarakat (Depkes, 2006).
Analisis data yang telah dipaparkan pada beberapa artikel tersebut menunjukkan
hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut dan menunjuukan arah hubungan
yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peran tenaga
kesehatan terhadap pasien dengan ODGJ dalam pemulihan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Brownstein, J N, Hirsch G R, Rosenthal E L & Rush C H. (2011). Community Health Workers


“101” for Primary Care Providers and Other Stakeholders in Health Care Systems. J
Ambulatory Care Manage Vol. 34, pp. 210-220.
Cicilia. Y, Kristiawati,& Diyan,P. (2014). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kader
KIA Dalam Deteksi Dini Perkembangan Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Babat Lamongan. Jurnal Universitas Airlangga.
Clarke M, Dick J, & Lewin S. (2008). Community Health Workers In South Africa: Where In
This Maze Do We Find Ourselves?. S AfrMed J. 680-1.
Huang, Y.X., Ma, F.W., Shih, H.H., & Li, F.H. (2008). Roles and functions of community
mental health nurses caring for people with schizofrenia in Taiwan. Journal of Clinical
Nursing, 17, 3030-3040. Doi: 10.1111/j. 1365-2702.2008.2426.x
Iswarawanti, Dwi N. (2010). Posyandu cadres: their roles and challenges in empowerment for
improving children nutritional status in Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, 13: 169 -173
Junardi, Keliat.B.A, Helena.N. (2017). Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan Community Mental Health Nursing Di Aceh. Idea
Nursing Journal Vol.VIII No. 1. ISSN:2087-2879
Keliat, B.A, et.al. (2011). Keperawatan kesehatan komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta:
EGC Press
Kurniawan.D, Winarni.I, &Imavike.F.(2017). Studi Fenomenologi: Pengalaman Kader Desa
Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Bantur Malang.
Lestari. W & Wardhani.Y.F. (2014). Stigma Dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat
Yang Di Pasung. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan-Vol. 17 No. 2 157-166.
Levin, B.L., Hennessy, K.D., & Petrila, J. (2010). Mental Health Services: A Public Health
Perspective Third Edition. New York: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai