danan kepercayaan pada komando dan Masih sangat banyak penyakit menu-
kontrol pada satu tangan, “cuek” (laisser- lar yang merupakan masalah kesehatan
faire). dan melepaskan pada Negara, melalui masyarakat dengan cakupan program yang
kepemimpinan terbuka, partisipatif, negosiasi masih rendah, seperti cakupan angka pene-
berdasarkan pada kepemimpinan yang me- muan pasien baru TB BTA positif (case
nunjukkan kompleksitas sistem kesehatan detection rate/CDR) masih belum mencapat
kontemporer. Sementara itu, Sistem Kesehat- target CDR paling sedikit 70% dari perkiraan
an Nasional (Departemen Kesehatan, 2009) dan menyembuhkan 85% dari semua pasien
disusun dengan memperhatikan pendekatan tersebut serta mempertahankannya
revitalisasi pelayanan kesehatan dasar, me- (Departemen Kesehatan RI, 2007). Demikian
liputi: (a) cakupan pelayanan kesehatan yang pula masih rendahnya cakupan penemuan
adil dan merata, (b) pemberian pelayanan penderita baru penderita Kusta, Frambusia,
kesehatan yang berpihak kepada rakyat, (c) dan lain-lain, disebabkan karena lemahnya
kebijakan pembangunan nasional, dan (d) kemampuan mengidentifikasi masalah ke-
kepemimpinan kesehatan. sehatan, sehingga terjadi keterlambatan
Masalah pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengobatan yang berakibat
adalah lemahnya kemampuan meng- pada keparahan penyakit yang berakibat fatal
identifikasi masalah kesehatan, yang ter- yang mengancam jiwa penderita.
cermin antara lain terjadi keterlambatan Berdasarkan latar belakang tersebut,
dalam mengenal tanda penyakit dan tanda penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
bahaya penyakit yang berakibat pada ke- faktor-faktor yang berhubungan dengan
terlambatan dalam mengambil keputusan pemberdayaan masyarakat dalam kemampu-
(decision making) untuk berobat dan/atau an mengidentifikasi masalah kesehatan.
merujuk ke fasilitas kesehatan (Puskesmas Secara lebih spesifik penelitian ini akan
dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota). mengkaji dan menganalisis faktor-faktor
Masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan pemberdayaan
(AKI) menurut hasil penelitian Thaddeus dan masyarakat dalam kemampuan mengiden-
Maine (1992 cit. Nelwan, 1998) adalah adanya tifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan
tiga keterlambatan, diawali dari keterlambat- model pemberdayaan masyarakat dalam ke-
an mengidentifikasi tanda bahaya dan meng- mampuan mengidentifikasi masalah ke-
ambil keputusan (decision making) untuk me- sehatan.
rujuk ke fasilitas pelayanan rujukan, keter-
lambatan mencapai fasilitas pelayanan BAHAN DAN CARA KERJA
rujukan dan keterlambatan memperoleh
pertolongan yang memadai di fasilitas pe- Desain penelitian yang digunakan
layanan rujukan. Sementara itu terdapat adalah potong-lintang (cross sectional).
budaya masyarakat untuk meminta nasihat Penelitian ini bersifat explanatory study yaitu
kepada anggota keluarga yang dituakan atau berusaha menjelaskan hubungan antar-
tokoh masyarakat yang dipandang sebagai variabel berdasarkan kenyataan empiris dan
sumber rujukan nasihat dan pandangan ke- diberikan penjelasan analisis kualitatif
hidupan. Namun karena keterbatasan penge- (Fraenkel & Wallen, 1993). Metode penelitian
tahuan yang dituakan dan tokoh masyarakat ini menggunakan pendekatan metode
tersebut, maka keputusan berobat dan/atau gabungan (mixed methods) yaitu memadukan
merujuk terlambat diambil. pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pen-
dekatan kuantitatif sebagai penelitian yang
131 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,
RIFAI HARTANTO
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur Antara Tingkat Pendidikan, Akses Informasi
Kesehatan, Kepemimpinan, dan SMD dengan Pemberdayaan Masyarakat dalam Kemampuan
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Lokal
Varibel terikat:
Pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan
Varibel bebas
mengidentifikasi masalah kesehatan pada
ß nilai p
Tingkat Pendidikan 0,02 0,838
Akses Informasi Kesehatan 0,23 0,049*)
Kepemimpinan 0,33 0,013*)
Survei Mawas Diri 0,32 0,017*)
Keterangan: nilai ß (nilai koefisien jalur/koefisiensi regresi yang distandarisasikan); nilai p = signifikansi. *)
non instruktif untuk meningkatkan penge- semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
tahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan.
mampu mengidentifikasi masalah, meren- Sebaliknya, tingkat pendidikan rendah,
canakan, dan melakukan pemecahannya kurang mampu mengidentififkasi masalah
dengan memanfaatkan potensi setempat dan kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas kesimpulan WHO Commission on Social
sektor maupun LSM dan tokoh masyarakat. Determinants of Health (2005 cit. Keleher &
Sementara itu masalah pemberdaya- MacDougall, 2009) bahwa pendidikan dan
an masyarakat menurut Geno (2009) adalah melek huruf mempengaruhi kesehatan.
sebagai berikut: (1) Paradigma sehat sebagai Arnoux et al., (1991 cit. Collins, 2003)
paradigma pembangunan kesehatan yang menetapkan tingkat pendidikan sebagai
menjadi landasan berpikir dan bertindak determinan lingkungan kesehatan. Demikian
telah dirumuskan, namun belum dipahami pula penelitian Gallaway & Bernasek (2004)
dan aplikasikan semua pihak. (2) Pada Era menyimpulkan bahwa pendidikan memberi
Otonomi Daerah, pemerintah daerah orang keterampilan hidup dan membuka
kabupaten/kota memegang kewenangan peluang untuk berpikir dan berkomunikasi
penuh terhadap bidang kesehatan, sehingga dalam mengidentififkasi masalah kesehatan.
dukungan dan peran pemerintah daerah Blau et al., cit. House & Williams (2002)
sangat dominan terhadap jalan tidaknya menyatakan, bahwa kesehatan seseorang
program pelayanan kesehatan dasar. (3) secara individual pertama-tama dipengaruhi
Ditentukan oleh pelayanan kesehatan dasar oleh tingkat dan jenis pendidikan.
seperti Puskesmas, Posyandu, dan Poskes- Selanjutnya pendidikan menjadi pintu masuk
des. Revitalisasi Puskesmas, Posyandu dan untuk memperoleh pekerjaan, kemudian
Poskesdes hanya diartikan dengan pemenu- menghasilkan pendapatan, akhirnya dapat
han fasilitas sarana. Seharusnya revitalisasi mengumpulkan kekayaan yang secara tidak
diarahkan pada bagaimana fungsi pelayanan langsung mempengaruhi kesehatan.
kesehatan dasar berjalan optimal. (4) Peran Sebagian besar informan sepakat
dinas kesehatan kabupaten/kota, rujukan ke bahwa pengetahuan berhubungan dengan
dan dari dinas kesehatan kabupaten/kota kemampuan mengidentifikasi masalah ke-
kurang berjalan, dan dinas kesehatan sehatan. Semakin tinggi pengetahuan, se-
kabupaten/kota lebih banyak melakukan makin tinggi kesadaran akan kesehatan.
tugas-tugas administratif, yang seharusnya Salah satu prinsip dalam pemberdayaan
bertanggung jawab penuh terhadap masyarakat adalah menghargai pengetahun
keberhasilan pembangunan kesehatan secara lokal (valuing local knowledge), artinya pe-
menyeluruh di wilayah kab./kota. (5) ngetahuan dan keahlian lokal menjadi paling
Keterlibatan stakeholders dan masyarakat bernilai dalam memberikan informasi tentang
secara luas. Selama ini keterlibatan masya- pemberdayaan masyarakat, serta penge-
rakat bersifat semu yang lebih berkonotasi tahuan dan keahlian lokal perlu diidentifikasi
kepatuhan daripada partisipasi spontan dan dan diakui, bukan ditempatkan lebih rendah
bukan pemberdayaan masyarakat. dari pengetahuan dari luar. Ife (2002) me-
Dari semua informasi yang diperoleh negaskan bahwa proses pemberdayaan ma-
hampir semua informan sepakat bahwa syarakat adalah mengidentifikasi penge-
tingkat pendidikan berhubungan dengan tahuan lokal dan menakar tingkat keahlian
kemampuan mengidentifikasi masalah lokal.
kesehatan. Informan menyampaikan bahwa
135 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,
RIFAI HARTANTO
Sanders (1958 cit. Wass, 1997) berpen- sumber daya, nilai-nilai, sejarah, dan jaring-
dapat bahwa pemberdayaan masyarakat an. Holland et al., (1989 cit. Ife, 2002) ber-
dapat dilihat sebagai proses, metode, pro- argumentasi, masyarakat lokal memiliki
gram, dan gerakan. Pemberdayaan ma- pengetahuan, kearifan dan keahlian.
syarakat sebagai proses yaitu serangkaian Kesadaran juga berhubungan dengan
langkah-langkah di luar kebiasaan yang di- kemampuan mengidentifikasi masalah ke-
lakukan dalam membangun pemberdayaan sehatan. Kesadaran memunculkan kepeduli-
masyarakat. Langkah-langkah pemberdayaan an. Masyarakat menyadari bahwa sehat itu
masyarakat terdiri dari: menentukan ke- penting, karena kalau sakit tidak bisa bekerja.
butuhan yang dirasakan, menggunakan ke- Kesadaran muncul dari seringnya diadakan
pemimpinan lokal, menumbuhkan kemam- sosialisasi program kesehatan oleh petugas
puan menolong diri sendiri, dan menindak kesehatan. Mardikanto (2010) menegaskan
lanjuti dengan sebuah lembaga/organisasi bahwa upaya pemeliharaan kesehatan perlu
untuk meneruskan pencapaian tujuan pem- dilakukan melalui penumbuhan kesadaran,
berdayaan masyarakat. Pemberdayaan ma- disamping peningkatan pengetahuan dan
syarakat sebagai metode yaitu cara yang keterampilan. Suhendra (2006) berpendapat
digunakan untuk meningkatkan otonomi dan bahwa kesadaran (awareness) termasuk dalam
kemampuan masyarakat, melalui keikut- aspek pemberdayaan masyarakat.
sertaannya dalam proses pengambilan ke- Kesadaran merupakan unsur dalam manusia
putusan dan pemecahan masalah. Pember- dalam memahami realitas dan bagaimana
dayaan masyarakat sebagai program yaitu cara bertindak atau menyikapi terhadap
program-program yang dalam pelaksanaan- realitas. Manusia memiliki ke-sadaran akan
nya menggunakan metode dan proses dirinya sebagai entitas yang tak terpisahkan
pemberdayaan masyarakat. Sementara itu, dari komunitas sosialnya. Hal ini menuntut
pemberdayaan masyarakat sebagai gerakan seseorang untuk peduli terhadap orang lain,
yaitu landasan kebersamaan dan pember- untuk siap menolong penderitaan orang lain.
dayaan dalam pengembangan masyarakat Peningkatan kesadaran (consciousness raising)
melalui pendekatan filosofi tertentu yang menurut Ife et al., (2002) merupakan bagian
sejalan dengan pelayanan kesehatan dasar. inti dari pemberdayaan masyarakat dan
Taruna (2010) menyebutkan lima merupakan salah satu prinsip dalam
faktor yang menentukan keberhasilan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang
pemberdayaan masyarakat. Salah satunya sadar menemukan peluang-peluang dan
adalah transfer pengetahuan dan informasi, memanfaatkannya, menemukan sumber-
selain mekanisme berkeputusan bersama, sumber daya yang ada, menjadi semakin
institusi yang semakin kuat, kepemimpinan tajam dalam mengetahui apa yang sedang
dan fasilitasi, serta mekanisme pendanaan. terjadi baik di dalam maupun di luar
Transfer pengetahuan dan informasi artinya masyarakat nya, serta mampu merumuskan
memberi pemahaman melalui penjabaran kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.
dan penjelasan pengetahuan dan informasi Demikian pula kepedulian, masya-
kepada masyarakat dengan tanpa menge- rakat yang mempunyai kepedulian akan
sampingkan budaya setempat. Goodman et mempunyai kemampuan mengidentififkasi
al., (1998 cit. Rehn et al., 2006) memasukkan masalah kesehatan lokal. Dengan adanya
faktor pengetahuan masyarakat dalam pem- kepedulian masyarakat terhadap program
berdayaan masyarakat, disamping faktor pelayanan kesehatan dasar, maka tanggung
partisipasi, kepemimpinan, keterampilan, jawab program kesehatan tidak hanya di-
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAH 136
KESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA
lakukan secara partisipatif, (b) melakukan yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuh-
perencanaan perubahan sosial, mencakup an masyarakat, dan (e) memiliki kemampu-
memperluas partisipasi publik, (c) proses an berkomunikasi secara efektif dengan
perubahan yang direncanakan harus di- masyarakat dan lingkungan sosialnya.
mengerti dan bisa dilaksanakan secara luas Berdasarkan studi kasus terungkap
oleh masyarakat, serta (d) potensi kemam- bahwa modal sosial meliputi dimensi
puan kepemimpinan diperluas pada popu- kognitif, relasional, dan struktural. Dimensi
lasi melalui kecakapan pengetahuan, ke- kognitif meliputi kepercayaan, norma sosial
terampilan, dan pengalaman kepemimpinan. timbal balik, dan merasa memiliki satu sama
Mar’at (1982) berpandangan bahwa lain. Adanya kepercayaan antar anggota
kepemimpinan adalah salah satu kunci ke- keluarga, tetangga, teman kerja, dan warga
berhasilan pemberdayaan masyarakat. Bila masyarakat, serta kepercayaan warga ter-
kepemimpinan itu peduli (care), jujur dan hadap petugas kesehatan dan sarana
tulus hati (honest), bertanggungjawab pelayanan kesehatan dasar yang ada di desa
(accountable), amanah (trurteeship), dan berdampak pada pemanfaatan pelayanan
tanggap (responsible), maka program pem- kesehatan dasar.
berdayaan masyarakat bidang kesehatan Dimensi relasional modal sosial ber-
akan berhasil. Hasil penelitian Sumardjo ada dalam kehidupan sehari-hari masyara-
(2003) menemukan fakta bahwa kepemim- kat, seperti saling berkunjung, simpati dan
pinan lokal yang efektif mengembangkan saling berhubungan antara individu, ke-
kelompok masyarakat setidaknya apabila luarga, tetangga, dan kelompok sehingga
memiliki empat prasyarat yaitu terpercaya, terakumulasi menjadi modal sosial yang
kompeten, komunikatif, dan memiliki dapat memenuhi kebutuhan sosial dan
komitmen kerjasama yang tinggi dalam berpotensi untuk meningkatkan kemampu-
pengembangan kelompok untuk memenuhi an mengidentifikasi masalah kesehatan.
kebutuhan dan kepentingan anggotanya Budaya tolong menolong terlihat sangat kuat
secara berkeadilan. Selanjutnya Sumardjo seperti tampak pada upaya meringankan
(2003) berpendapat bahwa figur pemimpin tetangga dan warga yang kurang mampu
yang efektif adalah apabila mempunyai ketika menderita sakit. Landasan norma atau
prasyarat berikut yaitu (a) memiliki pemaha- nilai sosial yang utama adalah ajaran Agama
man yang baik tentang potensi, kebutuhan Islam dan budaya. Adanya kekerabatan, ke-
dan minat masyarakat, (b) memiliki keber- dekatan, dan saling mengenal antar warga
pihakan pada masyarakat dan berorientasi masyarakat berhubungan dengan kemampu-
pada keadilan, (c) memiliki energi yang an mengidentifikasi ma salah kesehatan.
cukup untuk mewujudkan upaya pemenuh- Teman dekat dan tetangga sering memberi-
an kebutuhan masyarakat. tahukan masalah kesehatan atau penyakit
Sementara itu ciri kepemimpinan yang diderita teman dekatnya atau tetangga-
yang efektif menurut Kartono (2005) adalah nya.
(a) memiliki kejujuran, berhasil meraih Dimensi struktural yaitu adanya per-
kepercayaan masyarakat, (b) memiliki kete- sekutuan dan perkumpulan dalam masyara-
ladanan yang nyata, (c) menerapkan gaya kat, meliputi (1) kepengurusan program Desa
kepemimpinan sesuai situasi masyarakat, (d) Siaga, secara formal sudah dibentuk, ter-
memiliki visi tentang kondisi lingkungan masuk uraian tugas pokok dan fungsi, (2)
sosialnya, yang sangat diyakininya dan organisasi PKK (Pemberdayaan dan Kesejah-
didukung dengan karakter perilaku nyata teraan Keluarga) sebagai organisasi semi-
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAH 138
KESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA
formal yang bertujuan mengaktifkan peran Manfaat SMD terungkap dalam studi
perempuan dalam proses pemberdayaan kasus sebagai berikut yaitu (1) masyarakat
keluarga. Keberadaan PKK sebagai jejaring dapat menyampaikan masalah kesehatan, (2)
masyarakat telah berperan dalam meng- masyarakat dapat mengenal masalah kesehat-
identifikasi masalah kesehatan. PKK memiliki an dan mempunyai keberanian untuk me-
struktur berjenjang mulai tingkat RT, tingkat nyampaikan masalah kesehatan, (3) dapat
RW/Lingkungan, dan desa/kelurahan, (3) mengidentifikasi masalah kesehatan di setiap
paguyuban Rukun Tetangga-Rukun Warga, dusun, (4) masyarakat menjadi mengetahui
dibentuk untuk melakukan komunikasi harus berbuat apa, (5) masyarakat mampu
antara warga, dengan mengadakan pertemu- mengidentifikasi kebutuhan kesehatan.
an rutin untuk mengidentifikasi masalah Pelaksanaan SMD bisa diintegrasikan dengan
kemasyarakatan, termasuk masalah kesehat- Musyawarah Perencanaan Pembangunan
an. Setiap keputusan termasuk kesehatan (Musrenbang) yang dilaksanakan setiap
diambil melalui musyawarah mufakat, (4) tahun secara berjenjang dari tingkat dusun,
Lembaga Swadaya Masyarakat, melakukan desa/kelurahan sampai ke tingkat
penggalangan sumber daya masyarakat. kabupaten. Dalam Masyarakat Perencanaan
Dana yang terkumpul digunakan untuk Pembangunan (Musrenbang) juga dilakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang identifikasi masalah. Terdapat dua model
kesehatan. SMD yaitu model kuesioner dan model
Menurut Hawe & Shiell (2000) modal simulasi dan pada umumnya masyarakat
sosial berhubungan dengan kemampuan memilih menggunakan model simulasi.
mengidentifikasi masalah kesehatan, antara SMD sebagai metode yang diguna-
lain: adanya pertukaran informasi (exchange kan untuk evaluasi internal dan mawas diri
information), yaitu tetangga kadang-kadang adalah cara yang tampak sederhana namun
memberikan saran satu sama lain, mem- bermanfaat untuk mengikutsertakan warga
berikan tip (nasihat) atau informasi lain yang masyarakat dan menangkap ide-ide yang
lebih berharga untuk mendapatkan pelayan- berbeda dalam kelompok masyarakat.
an kesehatan. Kawachi et al., (1997) menegas- Menurut Stanfield (2002) cit. Kasmel &
kan bahwa modal sosial dapat mempenga- Andersen (2011) metode membangun kon-
ruhi kesehatan seperti halnya determinan sensus seperti SMD meningkatkan kepeduli-
sosial dan lingkungan. Penelitian Hawe & an, tekad warga masyarakat untuk melaku-
Shiell (2000) dan Yuasa et al., (2007) mem- kan transformasi, memungkinkan warga
buktikan bahwa adanya modal sosial melalui untuk menghormati dan memahami sudut
jaringan sosial dan komunitas berdampak pandang dan pengalaman setiap warga
pada kualitas perlindungan kesehatan. masyarakat. Selain itu, metode SMD sebagai
Kawachi et al. (1997) cit. Sampson & Morenoff lokakarya konsensus sangat transparan, me-
(2000) melaporkan bahwa tingkat ketidakper- layani, melindungi kepentingan dan meng-
cayaan menunjukkan hubungan yang kuat ungkap keprihatinan warga ma-syarakat.
dengan angka kematian sesuai umur (r = Inklusifitas SMD memungkinkan warga
0,79, p < 0,001). Tingkat keper-cayaan yang masyarakat dan kelompok untuk memiliki
rendah berhubungan dengan angka tertinggi tingkat kesadaran yang tinggi dalam
dari sebagian terbesar penyebab kematian kaitannya dengan keputusan yang diambil
utama, termasuk penyakit jantung koroner dalam mengidentifikasi masalah kesehatan.
dan stroke.
139 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,
RIFAI HARTANTO