Anda di halaman 1dari 11

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dosen: Rusdianingseh, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom


Deskripsi:
Dalam bab ini akan dibahas tentang proses asuhan keperawatan komunitas yang meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bahasan ini, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep pengkajian keperawatan komunitas
2. Membuat diagnosis keperawatan komunitas
3. Membuat intervensi keperawatan komunitas
4. Membuat implementasi keperawatan komunitas
5. Membuat evaluasii keperawatan komunitas

8.1 Konsep proses asuhan keperawatan komunitas dengan Community As Partner (CAP)
Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan Community as Partner. Asuhan
Keperawatan Komunitas mulai pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Anderson dan McFarlane (2000)
mengatakan bahwa dengan menggunakan model Community as Partner terdapat dua
komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang
mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan
proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Komunitas sebagai penderita/partner berarti kelompok
masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.
Gambar 2.1. Community As Partner: Theory and Practice in Nursing. Anderson,
Elizabeth T and McFarlane, Judith, 2000, Lippincott

1. Pengkajian
Pengkajian model Community as Partner mencakup core (empat data inti masyarakat) dan
subsistem (delapan subsistem komunitas mencakup lingkungan fisik, layanan kesehatan dan
sosial, pendidikan, komunikasi, ekonomi, politik dan pemerintahan, transportasi, dan rekreasi.
Berikut penjabaran dan inti dan subsistem komunitas.
a. Inti Komunitas (The Community Core)
Inti Komunitas terdiri dari pengkajian sejarah, data demografi, suku dan kebudayaan, serta
nilai dan keyakinan.
1) Sejarah
Hal yang perlu dikaji dari komponen ini adalah sejarah terbentuknya wilayah serta
perkembangan atau perubahan wilayah yang berhubungan dengan penyakit diabetes
pada dewasa. Selain itu juga riwayat kesehatan aggregate dewasa (keluhan sakit selama
3 bulan, lama gangguan yang dirasakan, upaya pencegahan yang dilakukan, upaya
perawatan/ pengobatan yang dilakukan). Data dapat diperoleh melalui wawancara
dengan tokoh masyaratat atau kader kesehatan setempat, serta data tertulis di wilayah
komunitas..
2) Demografi
Demografi menggambarkan karakteristik penduduk di suatu wilayah meliputi umur,
jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan, angka kesakitan, dan angka
kematian. Dalam hal ini pengkajian demografi difokuskan pada data demografi yang
berkaitan dengan aggregate pengkajian. Data demografi diperoleh melalui data
sekunder dari catatan kependudukan di suatu wilayah. Data demografi ini mempunyai
pengaruh terhadap kejadian suatu penyakit.
3) Suku dan kebudayaan
Hal yang perlu dikaji meliputi suku yang ada di masyarakat serta adanya keterkaitan
antara kebudayaan kelompok yang ada di masyarakat dengan masalah kesehatan,
terutama yang menjadi factor risiko terjadinya suatu penyakit. Selain itu juga perlu
dikaji kebiasaan hidup, termasuk kebiasaan pola makan, istirahat/tidur, dan aktivitas
yang berhubungan dengan kejadian penyakit di komunitas.
4) Nilai dan Keyakinan
Hal yang perlu dikaji meliputi nilai yang diterapkan keluarga terkait dengan masalah
kesehatan, adanya mitos yang diyakini keluarga, kebiasaan (kebiasaan makan, olahraga,
aktivitas sehari-hari. Keyakinan tentang kesehatan pada khususnya yang dimiliki
komunitas dipengaruhi oleh agama dan nilai-nilai yang dianut juga perlu dikaji.
5) Statistik vital
a) Mortalitas akan memberikan gambaran tingkat kematian aggregate tertentu di
wilayah kerja komunitas tujuan.
b) Morbiditas aggregate tertentu akan memberikan gambaran tentang angka kesakitan
di wilayah komunitas sasaran.
b. Subsistem
Pengkajian subsistem yang diaplikasikan dalam pengkajian komunitas meliputi:
1) Lingkungan Fisik
Hal yang perlu dikaji adalah terkait kondisi lingkungan rumah dan sekitar rumah yang
berisiko terhadap masalah kesehatan. Tingkat kebisingan, lingkungan yang kurang
kondusif dan kepadatan penduduk yang tinggi dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
tertentu pada komunitas. Data ini dapat diperoleh melalui kuesioner, observasi, atau
winshield survey.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan sosial meliputi jenis dan jumlah fasilitas kesehatan dan sosial, jenis
pelayanan kesehatan dan sosial, biaya pelayanan kesehatan dan sosial, jenis dan jumlah
tenaga kesehatan dan sosial, serta akses ke pelayanan kesehatan dan sosial baik di
dalam maupun di luar wilayah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini
diharapkan dapat memberikan gambaran fasilitas kesehatan dan sosial serta gambaran
jumlah komunitas yang menggunakan masing-masing pelayanan kesehatan tersebut
dalam pengendalian penyakit.
3) Ekonomi
Ekonomi meliputi besarnya pendapatan, pengeluaran, dana untuk kesehatan, dan
penanggung biaya kesehatan atau asuransi kesehatan. Intinya yang perlu dikaji adalah
terkait alokasi dana dan pemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan.
4) Transportasi dan keamanan
Hal yang perlu dikaji meliputi jenis kendaraan yang digunakan, keamanan transportasi,
kemudahan akses ke fasilitas kesehatan, serta pelayanan perlindungan yang tersedia di
masyarakat. Transportasi dan keamanan dibutuhkan dalam penatalaksanaan komunitas
yang sakit.
5) Politik dan Pemerintah
Politik dan pemerintahan meliputi kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan,
keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi masalah
kesehatan komunitas dan penyusunan program kesehatan di masyarakat, serta jaminan
kesehatan oleh pemerintah dalam membantu mengendalikan serta meningkatkan status
kesehatan komunitas.
6) Komunikasi
Masalah komunikasi yang perlu dikaji meliputi jenis alat komunikasi, ketersediaan
informasi, sumber informasi dan bentuk komunikasi. Komunikasi bisa formal atau
informal. Komponen penting dalam komunikasi formal yaitu koran, radio dan televisi,
pelayanan pos dan status telepon. Sedangkan informal bersumber dari papan
pengumuman, poster, brosur dan surat kabar. Hal lain yang perlu dikaji adalah adanya
pemberian informasi terkait masalah kesehatan, salah satunya tentang penyakit diabetes
mellitus.
7) Pendidikan
Hal yang perlu dikaji meliputi tingkat pendidikan dan fasilitas pendidikan baik di dalam
maupun di luar wilayah. Perawat juga perlu mengkaji pengetahuan masyarakat terkait
kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku masyarakat.
8) Rekreasi
Rekreasi menjadi hal yang penting juga untuk menghindari stres. Stres akan
mempengaruhi kesehatan. Hal yang perlu dikaji meliputi jenis dan jumlah tempat
rekreasi (taman, danau, lapangan, pantai, gunung, mata air dan lain lain), bentuk
rekreasi (nonton TV, pergi ke tempat rekreasi, bermain, memancing dan lain lain),
frekuensi rekreasi, serta pemanfaatan waktu luang.
9) Persepsi
Persepsi merupakan cara pandang masyarakat terhadap masalah kesehatan. Hal yang
perlu dikaji meliputi bagaimana pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan,
keterampilan masyarakat merawat dan bagaimana sikap masyarakat tentang suatu
penyakit yang terjadi di komunitas.

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas


Diagnosis adalah suatu pernyataan hasil sintesis pengkajian data. Diagnosa keperawatan
komunitas berfokus pada suatu komunitas yang biasanya didefinisikan sebagai suatu
kelompok, populasi atau kumpulan. Diagnosis harus dapat memberikan acuan bagi tujuan
intervensi yang akan dilakukan. Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian
dan analisis data yang timbul pada masyarakat. Hasil analisis tersebut kemudian disusun
diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA atau SDKI. Diagnosa keperawatan mengandung
tiga komponen yaitu pertama menggambarkan masalah kesehatan, respon atau situasi yang
terdapat di masyarakat, kedua mengidentifikasi penyebab dan yang ketiga adalah tanda dan
gejala suatu masalah (Anderson & McFarlane, 2000).

3. Intervensi Keperawatan
Tahap ketiga dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan intervensi atau
rencana tindakan untuk membantu masyarakat dalam upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif. Sebelum merencanakan intervensi dilakukan validasi data dan persamaan
persepsi dengan komunitas tentang masalah yang akan diselesaikan.

Perencanaan merupakan pengelolaan respon terhadap peluang, tantangan, atau kebutuhan


yang dihadapi setiap individu, organisasi atau komunitas Ervin (2002). Definisi lain
perencanaan adalah suatu proses sistematik yang komplit dalam kemitraan dengan
masyarakat (Anderson dan McFarlance, 2011). Langkah-langkah dalam penyusunan
perencanaan itu ada empat langkah yaitu: defining, analyzing, choosing, dan mapping (Ervin,
2002).

Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan
untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah
dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat melalui kerjasama
antara individu, keluarga dan masyarakat sebagai penderita dengan tim kesehatan. Ervin
(2002) menyatakan implementasi dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
masyarakat. Perawat bertanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk kegiatan dari, oleh, dan untuk
masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Pada kegiatan praktik keperawatan
komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu :
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap
penyakit, contoh pemberian pendidikan kesehatan secara langsung kepada kelompok,
komunitas dan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan
derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder
ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit,
Contoh: melakukan skrining kadar gula darah dan mengajarakan latihan fisik pada
dewasa dengan diabetes mellitus.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh : pemberian
tindakan terapi modalitas pada dewasa dengan diabetes melitus seperti terapi herbal,
akupresure, dll
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terkhir dari proses keperawatan yang menilai hasil, keefektifan dan
keefesiensian dari suatu program. Tujuan evaluasi adalah untuk mengidentifikasi masalah,
keterbatasan, perkembangan, dan pencapaian dari program (Ervin, 2002).

Tahap evaluasi merupakan proses memantau program yang sedang dan telah dilaksanakan
dengan mengacu pada tujuan tindakan dan dijadikan dasar untuk merencanakan program
berikutnya. Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka konsep evaluasi
struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil, sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas adalah :
a. Melihat proses pelaksanaan program dengan kesesuaian perencanaan, peran staf atau
pelaksanaan, peran alat atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
b. Melihat efesiensi biaya dari unsur pencarian sumber dana dan penggunaaannya serta
keuntungan program.
c. Melihat efektifitas kerja dari ukuran penderita atau masyarakat puas terhadap tindakan
yang dilaksanakan.
d. Melihat dampak dari program dari status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

8.2 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas dapat berupa pendidikan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, kolaborasi, kemitraan, dan proses kelompok, dan negosiasi
(Allender, Rector, dan Warner, 2010; Anderson dan McFarlane, 2011; Friedman, Bowden,
dan Jones, 2003). Keperawatan kesehatan komunitas juga dapat memberikan keuntungan
dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit; bekerja, belajar dan penyediaan
pelayanan pada sepanjang rentang kehidupan; mengembangkan kapasitas masyarakat untuk
kesehatan; bekerja dengan bermitra, pemberdayaan masyarakat, berkoalisi (bergabung), dan
pembuat kebijakan untuk mempromosikan lingkungan yang lebih sehat (Allender, Rector,
dan Warner, 2010; Anderson dan McFarlane, 2011).
Strategi intrevensi dengan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan adalah perilaku
yang dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan potensi
kesehatan manusia (Pander, Murdaugh, dan Parsons, 2006 dalam Allender, Rector, dan
Warner, 2010; Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999). Menurut Friedman, Bowden, dan
Jones (2003), strategi pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang memfasilitasi
pembelajaran yang mendukung perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak sehat.

Strategi intervensi dengan pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah proses membantu


masyarakat untuk bersama-sama mengekspresikan nilai dan ide untuk orang lain di
komunitas (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Friedman, Bowden, dan Jones (2003)
menyatakan pemberdayaan merupakan proses yang memungkinkan orang untuk memilih,
mengendalikan, dan membuat keputusan tentang kehidupannya dengan rasa saling
menghargai terhadap semua yang terlibat.

Strategi kolaborasi merupakan suatu proses berbagi perencanaan dan tindakan secara
berkelanjutan yang disertai tanggung jawab bersama terhadap hasil (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003). Allender, Rector, dan Warner (2010) menyatakan dengan kolaborasi akan
menghasilkan interaksi yang terarah antara perawat, penderita, atau profesional lainnya dan
anggota masyarakat berdasarkan nilai-nilai bersama, saling partisipasi dan usaha bersama.

Strategi selanjutnya adalah kemitraan atau partnership adalah suatu strategi negosiasi
membagi kekuasaan antara tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau
rekan komunitas yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan
kemampuan individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri
secara efektif. Kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah
sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis
komunitas harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat
dalam menciptakan perubahan di masyarakat (Ervin, 2002).

Strategi lainnya yaitu proses kelompok (group process), di mana perawat komunitas bekerja
dengan kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan kesehatan. Penerapan atau aplikasi dari
keterampilan proses kelompok akan memudahkan tugas dari kelompok pendukung atau
support group (Helvie, 1998).

Strategi intervensi dengan negosiasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat tentang isu-isu atau masalah yang spesifik. Kemampuan berkomunikasi
dengan baik dan jelas serta bernegosiasi secara efektif merupakan keterampilan interpersonal
untuk keberhasilan suatu kolaborasi (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

8.3 Peran perawat komunitas


Menurut Allender, Rector dan Wanner (2014) bahwa peran perawat komunitas terdiri dari
pelaksana edukator, advokasi, manajer, kolaborator, pembaharu dan peneliti. Sebagai
pelaksana, perawat komunitas memberikan asuhan keperawatan tidak hanya pada penderita
yang sakit tetapi juga pada keluarga dan populasi yang mengalami masalah kesehatan. Peran
pelaksana juga dapat diaplikasikan melalui tindakan kunjungan rumah pada kelompok yang
sakit, serta memberikan pelayanan keperawatan di posbindu dan puskesmas.

Peran edukator dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat


dilakukan melalui kunjungan rumah atau di tingkat masyarakat yang lebih luas. Pendidikan
kesehatan meliputi masalah kesehatan yang sedang terjadi, pencegahan dan perawatannya di
rumah meliputi diet seimbang, aktivitas/olah raga teratur dan pengelolaan stres.

Perawat komunitas melibatkan penderita dalam kegiatan posbindu dan mendapatkan


informasi tentang penyakitnya dan perawatannya termasuk pengobatan baik terapi
farmakologi maupun non farmakologi seperti terapi modalitas dan komplementer. Hal
tersebut merupakan peran advokator perawat, yang juga menganjurkan penderita untuk rutin
melakukan pemeriksaan di pusat pelayanan kesehatan (Allender, Rector & Wanner, 2014).

Peran perawat komunitas sebagai manajer adalah melalui perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, pengawasan dan evaluasi kemajuan untuk mengetahui keberhasilan. Melalui
peran manajer ini perawat dapat melakukan penilaian secara langsung terhadap kebutuhan
penderita untuk mencapai kesehatan yang optimal (Allender, Rector & Wanner, 2014).
Banyak penyakit kronis yang membutuhkan perawatan yang lama, sehingga untuk
keefektifan penanganannya perlu dilakukan kerjasama lintas sektoral dengan berbagai pihak
yaitu penderita sendiri, keluarga, tenaga kesehatan lain, kader kesehatan dan aparat
pemerintahan setempat. Pernyataan tersebut merupakan peran perawat sebagai kolaborator
(Allender, Rector & Wanner, 2014).

Peran sebagai pembaharu, perawat komunitas menjadi agen perubahan bagi penderita dengan
menerapkan perilaku hidup sehat. Tindakan yang dapat dilakukan perawat antara lain
mempengaruhi dan memotivasi penderita dan keluarga untuk melakukan perawatan dengan
kondisi yang nyaman untuk mencapai status kesehatan yang optimal. Perawat juga menjadi
pelopor pembentukan kelompok pembantu dan mengoptimalkan peran kader kesehatan dalm
penanganan penyakit tertentu (Allender, Rector & Wanner, 2014).

Perawat komunitas melakukan praktik keperawatan berdasarkan evidence dari literatur dan
penelitian yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan (Allender, Rector,& Wanner,
2014).Berdasarkan hal tersebut, peran perawat komunitas sebagai peneliti sangat diperlukan
untuk membantu menemukan solusi penanganan masalah kesehatan di komunitas.

8.4 Ringkasan
Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Komunitas sebagai
penderita/partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta secara
aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya. Asuhan
keperawatan komunitas lekat dengan peran perawat. Perawat komunitas terdiri dari
pelaksana/ care giver, edukator, advokasi, manajer, kolaborator, pembaharu dan peneliti.
Daftar Pustaka
Allender, J.A., Rector, C. & Warner, K.D. (2014). Community Health Nursing: Promoting and
Protecting the Public’s Health. Seventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins

Allender, J.A., Rector, C. & Warner, K.D. (2014). Community Health Nursing: Promoting and
Protecting the Public’s Health. Seventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins

Ervin, N.E. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice. New Jersey; Prentice Hall.

Hitchcock, Schubert, dan Thomas (2003). Community Health Nursing: Caring In Action. New
York: Delmar Publishers.

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2012). Community and Public Health Nursing. St. Louis
Missouri: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai