Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Sedangkan proses keperawatan adalah metode yang sistematis untuk
mengkaji respon manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tersebut (CV Allen, 1991). Proses
keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui
langkah-langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Tujuan dari asuhan keperawatan, memberi bantuan yang paripurna dan efektif
kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem
Kesehatan Nasional, menjamin semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
klien, melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan,
memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Ciri-ciri keperawatan komunitas, yaitu
perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan komunitas, Adanya
kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care), Focus pelayanan pada upaya
promotif dan preventif. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian.
Landasan kebijakan: PP No.32 th 1996, tentang tenaga kesehatan, yang berbunyi:
seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari pendidikan kesehatan yang
diakui pemerintah. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 32 ayat (2) bahwa
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan
atau perawatan. Ayat (3) berbunyi pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak lepas
dari menjalankan peran dan fungsinya sebagai perawat. peran perawat sendiri meliputi:
peran sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran pendidik, peran pengamat
kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran pembaharu, peran pengorganisir
pelayanan kesehatan, peran role model, dan peran fasilitator.
Peran pelaksana yaitu perawat memberikan pelayanan kesehatan kepad individu,
keluarga, kelompok / masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif
meliputi pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, ke 2 maupun yang ketiga, baik
direct/indirect. Peran educator, perawat memberikan pembelajaran merupakan dasar
dari semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan, perawat mengajarkan tindakan
penkes, pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, dan menyusun program health
education, memberikan info yang tepat tentang kesehatan. Peran koordinator
pelayanan kesehatan, perawat mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan
kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga pelayanan yang diberikan merupakan
kegiatan yang menyeluruh. Peran Koordinator, perawat melakukan koordinasi
terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga, dan bekerja sama
dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung
dengan institusi pelayanan kesehatan lain, dalam menjalankan supervisi terhadap
asuhan keperawatan yang dilaksanakan anggota tim.
Peran pembaharu, perawat berperan sebagai inovator terhadap inidividu, keluarga
dan masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yang berkaitan dengan
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. Peran pengorganisir pelayanan kes, perawat
memberikan motivasi untuk mengikutsertakan individu, keluarga dan kelompok dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksnakan di masyarakat, posyandu, dan dana
sehat. Peran fasilitator, perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan, perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi.

B. Pengertian dan Konsep Model Community as Partner


Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan
dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau
satu gambaran tentang lingkup keperawatan. Model ini sebagai panduan proses
keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan;
implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder,
dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).
Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane yang
merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas
manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien. Komunitas sebagai klien/partner
berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

C. Pendekatan Paradigma Keperawatan Community as Partner


Model komunitas sebagai mitra (community as partner) dikembangkan berdasarkan
model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan masalah
kesehatan yang ada. Model ini sekaligus menekankan bahwa primary health care (PHC)
sebagai filosofi yang mendasari komunitas untuk turut aktif meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengatasi masalah melalui upaya pemberdayaan komunitas dan
kemitraan. Ada tiga pendekatan utama primary health care (PHC) yaitu memberikan
pelayanan kesehatan dasar dengan teknologi tepat guna, menjalin kerja sama lintas
sektoral dan meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh karenanya model ini sangat
menitikberatkan pada kemitraan, melalui kemitraan komunitas akan merasa masalah
kesehatannya juga menjadi tanggung jawabnya.
Pada model health care system menurut Neuman bahwa klien adalah sebagai sifat
terbuka, dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis dan
memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense dan resistance defence.
Dalam model community as partner ada dua komponen penting yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian
utama yaitu inti (core) sebagai intrasistem terdiri dari demografi, riwayat, nilai dan
keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya terdiri dari delapan subsistem yang mengelilingi
inti yaitu lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.
Sedangkan proses keperawatan yang dimaksud mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Anderson
& McFarlane, 2000; Ervin, 2002).
Gambar 1. Model komunitas sebagai mitra (community as partner)

D. Asuhan Keperawatan Community as Partner


1. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan negatif) yang
berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun strategi untuk promosi
kesehatan. (Anderson and Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi, riwayat,
nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub system
komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi dan rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data
statistik, angket dan wawancara.
a. Data inti
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada orang-
orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu.
2. Data demografi
karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi (jenis
kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,
3. Vital statistik
meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian atau
kesakitan.
4. Nilai dan kepercayaan
nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan kesehatan,
kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat yang
mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
b. Subsistem
1. Lingkungan fisik
catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau,
binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air, dan
iklim.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek,
layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti werda,
fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun
tradisional/pengobatan alternatif.
3. Ekonomi
catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju
dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah
pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat pengangguran,
rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.
4. Keamanan dan transportasi
apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah komunitas,
catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur
sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang cacat. jenis
layanan perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya: pemadam
kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja jenis
kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman.
5. Politik dan pemerintahan
catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang
menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas (misalnya:
pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-orang terlibat
dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal mereka.
6. Komunikasi
catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana komunikasi
formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas, apakah terdapat surat
kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat yang biasanya
digunakan untuk berkumpul.
7. Pendidikan
catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan lokal,
reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler, layanan kesehatan
sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.

8. Rekreasi
catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa yang
berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat menggunakan
waktu senggang.

2. Diagnosa keperawatan
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa besar
stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul dalam
masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan diagnosa atau
masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman dan
potensial. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen yaitu problem, etiologi, sign
symtom.

3. Perencanaan/intervensi
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier yang cocok
dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan diagnosa yang telah
ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi penyusunan, pengurutan
masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan masalah),
penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit.
Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini
dalam kesehatan keluarga.

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang
tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi
segera terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.

c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian individu
pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Pencegahan
ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap
bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses
penyakit.

5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang diharapkan.
Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.

b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis
informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil.

E. Aplikasi asuhan
Perawat komunitas dalam pengaplikasi asuhan keperawatan di mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun proses asuhan melalui tahapan pengkajian
kesehatan komunitas. Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas, mengidentifikasi faktor positif dan negative yang
berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat, hingga sumber daya yang
dimiliki komunitas, dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Pada tahap
pengkajian didahului dengan sosialisasi program perawatan kesehatan komunitas serta
program apa saja yang akan dikerjakan bersama–sama dalam komunitas. Sasaran dari
sosialisasi adalah tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader masyarakat,
serta perwakilan dari tiap elemen dimasyarakat (PKK, karang taruna, dan lainnya).
Kumpulan data sekunder dan wawancara dengan orang penting di komunitas yang
dipilih merupakan metode yang dapat membantu dalam menentukan kebutuhan atau
masalah kesehatan yang mungkin mempunyai risiko tinggi pada komunitas.
Pengkajian di lakukan kepada objek kumpulan individu/keluarga di komunitas
merupakan “Core“ dari asuhan keperawatan komunitas. Demografi, populasi, nilai-
nilai, keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatannya, serta dipengaruhi
pula oleh delapan sub sistem: fisik dan lingkungan perumahan, pendidikan ,
keselamatan dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan
pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Metode yang digunakan dalam
pengkajian meliputi: wawancara, interviu, forum komunitas (forkom), focus group
discussion (FGD), dan kuisioner (Anderson,2006).
Setelah data pengkajian terkumpul,maka data dikembangkan dan merumuskan
diagnose keperawatan komunitas. Rumusan diagnosa kesehatan komunitas berdasarkan
diagnosa komunitas (problem, karakteristik komunitas, etiologi, manifestasi). Diagnosa
yang ada disusun urutannya sesuai dengan prioritas. Kriteria urutan termasuk:
kemungkinan dilaksanakan, hubungan dengan biaya, sumber- sumber, minat dari
komunitas, tingkat ancaman bahaya pada kesehatan, risiko atau kemungkinan berisiko
apa yang dapat dikurangi.
Setelah didapatkan urutan diagnosa masalah kesehatan komunitas, maka perawat
membuat perencanaanatau planning of action (POA), dan proses implementasi. Pada
tahap ini perawat mengidentifikasi “recipient community” (komunity yang menerima)
dan “target comunity” (komunitas yang menjadi target) dari intervensi. Perencanaannya
meliputi menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive), pendekatan
teoritis untuk berubah yang dipakai bersama target komunitas, misalnyasocial planning,
social action, locality development.
Proses implementasi yang telah dilaksanakan dilakkan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan
untuk melihat hasil kelompok kerja kesehatan komunitas dengan mengukur pencapaian
tujuan sesuai criteria, dimana criteria evaluasi dapat mengevaluasi dampak program
lebih efektif, hasil lain yang diobservasi secara langsung berhubungan dengan
intervensi, kelompok akan merumuskan kembali urutan prioritas dari diagnosa
komunitas, dan perawat komunitas membuat rekomendasi apa yang kelompok sarankan
untuk berkelanjutan dari program ini.

F. Proses kegiatan
Mahasiswa dalam praktik komunitas dimasyarakat di bagi kedalam kelompok-
kelompok kecil ideal, dan ditempatkan di wilayah RW secara berkelompok. Minggu
pertama melakukan orientasi wilayah praktik dengan melakkan identifikasi melalui
struktur yang ada dimasyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lingkungan.
Selanjutnya mahasiswa melakukan persiapan pertemuan dengan masyarakat untuk
mengidentifikasi msalah dan melakukan pengorganisasian masyarakat. Selanjtnya
diikuti dengan penyususnan instrument. Minggu kedua mahasiswa melakkan orientasi
program puskesmas di pelayanan kesehatan setempat. Program tersebut merupakan
program prioritas dan dilanjutkan dengan presentasi mengenai hasil telaah program
tersebut.

Setelah instrument siap, maka mahasiswa bersama masyarakat menyusun rencana


berdasarkan data yang diperoleh dan diakhiri dengan penysusnan POA (planning of
action) awal. Minggu selanjutnya mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai
dengan POA terkait dengan kebutuhan dan masalah yang ditemukan. Adapun untuk
kegiatan usaha kesehatan sekolah, posyandu dan kesehatan industry dapat
dilakukansecara mandiri tanpa perlu menunggu data pengkajian masyarakat, cukup
dengan data dari sekolah, posyandu dan kesehatan kerja di kelompok tersebut.

Setelah data terkumpul dan dianalisis, maka dilakukan lokmin (lokakaryamini),


tujuannya adalah masyarakat mengetahui permasalahan kesehatan yang ada
diwilayahnya, dan bersama-sama mencarikan solusi dan alternative pemecahan
masalahnya (dilakukan implementasi). Seluruh implementasi yang dilaksanakan
dilakukan evaluasi dan menyususn rencana tindak lanjut kegiatan yang disepakati.
DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, Mia Fatmawati. (2006). Panduan pengalaman belajar lapangan


keperawatan keluarga, keperawatan gerontik, keperawatan komunitas. Jakarta:
EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Pengantar keperawatan komunitas 1.
Jakarta: Sagung Seto
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas pengantar dan teori
buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas pengantar dan teori
buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan masyarakat: teori dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai