Anda di halaman 1dari 76

AKPER HUSADA KARYA JAYA

MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN
KOMUNITAS
DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN
KOMUNITAS

T I M K E P E R AW ATA N KO M U N I TA S
( R I Z K I P E B R I A N P R A T A M A , S . K E P. M . K E S )
BAB 1

PENGANTAR KEPERAWATAN
KESEHATAN KOMUNITAS

A. Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985;
Logan dan Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam
upaya kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961)
Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses keperawatan yang diterapkan pada
klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian, analisa data komnuitas, diagnosa keperawatan
komunitas, rencana asuhan keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi
asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan memliki elemen-elemen
penting yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client
focused), interaktif (interactive) dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented).

B. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA


(American Nurses Association)
a. Asumsi
1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek penelitian.
4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
b. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

C. Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dikembangkan
falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan
komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas
mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan
dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya
dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang
dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan
keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam
upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Komunitas Dengan
Keluarga Sebagai Unit
Pelayanan Dasar.

MANUSIA

KEPERAWATAN KESEHATAN
3 Tingkatan (SEHAT-SAKIT)
Pencegahan.

LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan Spiritual.

Gambar 1.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sbg berikut :


 Manusia.
Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien yang berada pada lokasi atau B
batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta
adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,
Komunitas sebagaiklien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah
terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
 Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien /
komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
mengatasi stressor.
 Lingkungan.
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat biologis,
psikologis, social, cultural dan spiritual.
 Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan primer,
sekunder dan tersier.

Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi
keperawatan komunitas.

D. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal
agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta
diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

E. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik
yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.

 Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka
akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga
lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

 Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk
diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya,
seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan
keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner,
cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita

 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

F. trategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (partnership).

G. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya
preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

H. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.

I. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan
rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
J. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan
masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

K. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di
rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya
kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang
maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC,
latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh
perawat.

L. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam
pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat
karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus
seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini
tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.

M. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan
tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi secara umum
kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

N. Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan kesehatan
utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan program
praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi, epidemiologi
dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan dan
melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis besar
rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari instansi
terkait.

O. Tahap Pelaksanaan:
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok kerja
kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja kesehatan:
1) Pelatihan kader kesehatan
2) Penyuluhan kesehatan
3) Simulasi/demonstrasi
4) Pembuatan model/percontohan
5) Kunjungan rumah (home health care)
6) Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan.

P. Tahap Evaluasi:
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian,
kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan, keberhasilan
pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan masalah.

Q. Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


 Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :
a. Pengkajian
a. Diagnosa Keperawatan
b.Perencanaan
c. Pelaksanaan
d.Evaluasi.

Gambar 1.2 : Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

 Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat


a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya, mengembangkan
keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada
di dalam komunitas dan di luar komunitas. Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip,
landasan dan langkah dasar seperti tertera pada gambar 2.3
b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1) Persiapan :
a) Pengenalan komunitas
 Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas
dengan cara ;
1. Pengajuan proposal dan perijinan
2. Penjelasan tujuan dan program
à hasil : surat ijin/persetujuan
 Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi dengan
melakukan pendekatan kepada :
1. Tokoh-tokoh masyarakat
2. Ketua RW, RT
3. Kader kesehatan
à Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan dan
partisipasi serta kontrak kerjasama.

Gambar 1.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

b) Pengenalan Masalah
Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benar-benar
menjadi kebutuhan komunitas saai ini.
Tahap pengenalan masalah :
 Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data
1. Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :
o Survey wilayah
o Survey populasi
o Survey masalah utama dan faktor penyebab
o Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.
o Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.
2. Membuat instrument pengumpulan data.
 Tabulasi Data:
1. Membuat table tabulasi data
2. Menghitung frekuensi distribusi
3. Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
 Analisa Data
1. Analisa Deskriptif
Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.
2. Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih subvariabel yang
diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.
 Perumusan Masalah
1. Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji
dengan berdasarkan hasil analisa data.
2. Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
3. Formulasi :
o Problem
o Etiologi
o Data yang menyokong.
c) Penyadaran komunitas
1) Tujuan :
1. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas
2. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
3. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga
potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.
2) Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan langkah
:
1. Penyajian data hasil survey
2. Diskusi kelompok :
o Perumusan masalah dan faktor penyebab
o Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat,
penanggung jawab dan biaya)
o Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota komunitas
yang merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung jawabterhadap
kegiatan yang direncanakan.
3. Penyajian hasil diskusi kelompok
4. Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.
2) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan melihat
aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan aparat
desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
a) Pelatihan Kader
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelayanan kesehatan langsung
d) Home care
e) Rujukan
Gambar 1.4 : Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan).

3) Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
b) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
c) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
d) Rencana tindak lanjut.

Gambar 1.5 : Siklus Pemberdayaan Masyarakat dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:


Keterangan:

: Peran masyarakat

: Peran perawat

Gambar 2.6 : Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar dari pada klien dan
berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat. Atau dapat digambarkan peralihan
basarnya peran antara perawat dan masyarakat :
Tahapan Peran perawat Peran Masyarakat

• Pengenalan masyarakat +++ +

• Pengenalan masalah +++ ++

• Penyadaran masyarakat ++ +++

• Pelaksanaan + ++++

• Penilaian + ++++

• Perluasan + ++++

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas
kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan
keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
BAB II

MODEL-MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

A.   MODEL-MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

Sebelum membahas tentag model-model konseptual dalam keperawatan komunitas, maka disini
penulis ingin mencoba untuk menguraikan secara singkat tentang apa itu model dan model praktek
keperawatan.
            Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktek yang bermmutu yang mewakili
sesuatu yang nyata. Model keperawatan adalah aplikasi dari struktur keperwatan itu sendiri yang
memungkinkan seorang perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja.
            Model praktek keperawatan didasarkan isi dari sebuah teori dan konsep praktek, sedangkan
teori dan konsep mencerminkan philosofi, nilai dan keyakinan tentang manusia. Ada tiga komponen
dasar dari praktek yaitu :
1)    Keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model
Keyakinan dan nilai sebuah model praktek merupakan dasar dari dari seluruh model-modelyang akan
dibangun dan akan mempengaruhi praktek.
2)    Tujuan praktek
Yaitun  tujuan praktisi apa yang ingin dicapai untuk memberikan pelayanan berdasarkan kebutuhan
klien
3)    Pengetahuan dan keterampilan
Pengetahuan dan keterampilan merupakan hal yang ingin dibutuhkan seorang praktisi untuk
mengembangkan upaya pencapaian tujuan.
 
B.   TEORI KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

Keperawatan sebagi profesi terdiri dari komponen disiplin dan praktik. Sebagai disiplin, keperawatan
memiliki dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang memperkaya “body of knowledge” keperawatan
untuk memastikan ketepatan penerapannya dalam praktik. Perkembangan pengetahuan pada ilmu
keperawatan telah mengikuti pola hirarki structural pengetahuan yang berkembang dari paradigma
tunggal menjadi beberapa model konseptual yang kemudian tiap model diuji untuk mengetahui
efektifitasnya dalam asuhan keperawatan.
Paradigma keperawatan terdiri dari empat konsep sentral yaitu manusia, lingkungan, kesehatan,dan
intervensi kepetrawatan yang menjadi fokus pengembangan model konseptual dan teori keperawatan.
Pengembangan konsep dan teori keperawatan dalam disiplin keperawatan diperlukan untuk
menghindarkan pendekatan yang tidak tepat dalam mengatasi masalah keperawatan yang timbul
dengan pendekatan ilmiah.
            Dalam disiplin keperawatan, klien sebagaii target pelayanan bisa sebagai individu, keluarga,
kelopok atau komunitas. Dalam kesempatan ini akan diuraikan konsep model keperawatan keluarga
menurut friedman (1998) dan beberapa konsep model keperawatan yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga. Model –model keperawatan ini diuraikan
berdasarkan empat konsep utama yaitu manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan keperawatan,
klien, peran ners, sumber masalah, fokus intervensi, dan cara intervensi.
            Berikut disajikan secara singkat lima konseptual model keperawatan yang dapat diaplikasikan
pada keperawatan keluarga yaitu.

1.    Friedman model
Friedman mengemukakan bahwa proses keperawatan keluarga relatife berbeda dengan proses
keperwatan individu, dimana perawat mengkonseptualisasikan keluarga sebagai unit pelayanan
berbagai fokusnya. Dalam praktiknya perawat dirumah akan bekerja sekaligus untuk keluarga dan
anggota keluarga secara individu, hal ini mengandung arti bahwa perawat keluarga akan
menggunakan proses keperawatan pada dua tingkat, yakni tingkat individu dan keluarga, sehingga
pengkajian, diagnose, perencanaan, interfensi dan evaluasi menjadi lebih luas.

Model-model keperawatan lainnya diuraikan berdasarkan empat konsep utama yaitu manusia,


masyarakat , atauu lingkungan, kesehatan dan keperawatan serta tujuan elemen utama yaitu tujuan
akhir keperawatan, klien, peran ners, sumber masalah, fokus intervensi, dan cara intervensi.

2.    Self care deficittheory of nursing (Dorothea E. Orem)


a.    Deskripsi konsep sentral
1)    Manusia
Suatu kesatuanyang di pandang sebagai berfungsinya secara biologis simbolik dan social serta
berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/ perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan/ perawatan mandiri terkait dengan udara, air, makanan,
eliminasi, kegiatan, dan istirahat, interaksi social, pencegahan terhadap bahaya kehidupan,
kesejahteraan dan peningkatan manusia.
2)    Masyarakat/ lingkungan
Lingkungan disekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan interaktif.

3)    Sehat/ kesehatan
Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang secara fisik dan jiwa
yang meliputi aspek fisik, psikologik, interpersonal,dan sosial. Kesejahteraan digunakan
untuk   menjelaskan tentang kondisi persepsi individu ternadap keberadaannya. Kesejahteraan
merupakan suatu keadaannya. Kesejateraan merupakan suatu keadan yang dicirikan oleh pengalaman
yang menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagian lain, pengalaman spiritual,gerakan untuk
memenuhi ideal diri dan melalui personalisasi berkesinambungan. Kesejahteraan berhubungan dengan
kesehatan, keberhasilan dalam berusah dan sumber yang memadai.
4)    Perawatatan
Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan sepenuhnya atau sebagian, ketika
mereka tidak lagi mampu merawat dirinya,keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan dengan
sengaja, suatu fungsi yang dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan serta tindakan yang
memuluhkan kondisi secara manusiawi.
b.    Tujuan elemen utama
1)    Tujuan asuhan keperawatan : Pencapaian  asuhan / perawatan mandiri yang optimal sehingga
klien dapat mencapai dan mempertahankan keadan sehat yang optimal.
2)    Klien : suatu kesatuan yang berfungsi secara biologic,simbolik dan social serta berininisiasi dan
melakukan kegiatan asuhan/ perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahterahaan.
3)    Peran ners : memberikan bantuan untuk mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai
tingkat asushan perawatan mandiri yang optimal.
4)    Sumber kesulitan/ masalah: semua yang menggangu semua hal yang menggangu
asuhan/perawatan mandiri oleh seseorang,objek,kondisi,pristiwa atau kombinasi dari unsur – unsur
tersebut.
5)    Fokus intervensi : ketidakmampuan mempertahankan asuhan  / perawatan mandiri.
6)    Cara intervensi : lima cara bantuan : melakukan  untuk, membimbing, mendukung, memberikan
lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan mendidik.
7)    Konsekuensi : potensi kesehatan maksimal, utuh dan meningkatkan kompleksitas atau organisasi.
3.    Health care  sytem model (betty neuman )
a.     Deskripsi konsep sentral
1)     Manusia
Manusia  merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan yang harmoni dan
merupakan satu kesatuan dari variable -  variable fisiologis,psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual.
2)    Masyarakat /lingkungan
Meliputi semua factor internal dan eksternal atau saling pengaruh dengan sistem sehingga klien
mempertahankan berbagai keseimbangan yang harmonis.
3)    Sehat / kesehatan
Suatu keseimbangan bio-psiko-kultural-spritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel,
normal dan resisten.
4)    Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurukan stressor memlalui pencegahan
primer,sekunder,dan tersier.

b.    Tujuan elemen utama


1)    Tujuan asuhan keperawatan : tercapainya keseimbangan sistem klien.
2)    Klien: merupakan sistem terbuka yang terdiri dari struktur dasar atau titik sentral dari factor
kehidupan, dikelilingi oleh lingkaran yang dibatasi oleh garis pertahanan fleksibel, normal dan
resisten.
3)    Peran ners : mengidentifikasi stressor yang meliputi stressor intrapersonal dan ekstrapersonal dan
membantu memperkuat ketiga garis pertahanan
4)    Sumber kesulitan masalah : sressor intrapersonal, dan ekstrapersonal yang ada di lingkungan
internal maupun eksternal.
5)    Fokus intervensi : intervensi keperawatan difokuskan untuk menurunkan stressor ndengan
memperkuat tiga garis pertahanan.
6)    Cara intervensi : keperawatan di tunjukan untuk mempertahankan nkeseimbangan.
-       Promosi untuk gangguan pada garis fleksibel berupa  : pendidikan kesehatan dan
mendemontrasikan ketrampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan di rumah.
-       Preverensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal berupa : deteksi dini gangguan
kesehatan, memberikan zat kekebalan (proteksi)
-       Kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis resisten berupa : melakukan prosedur
keperawatan oleh perawat, memberikan konseling penyelesaian masalah, melakukan KLIS /KLP,
melakukan rujukan.
7)     Konsekuensi : Rekontruksi atau pergeseran status kesehatan

4.    Adaptation model (sister callista roy )


a.    Deskripsi konsep sentral
1)    Manusia
Makhluk biopsikososial yang berinteraksi secara konstan dengan lingkungan dan memiliki empat
metode adaptasi : kebutuhan fisiologis, konsep diri fungsi peran dan hubungan interdependen
2)    Masyarakat / lingkungan
Semua kondisi lingkungan disekitar yang mempengaruhi perkembangan dan prilaku individu atau
kelompok, masukan  ( input ) sebagai sistem terdiri dari factor internal dan eksternal.
3)    Sehat / kesehatan
Suatu keadan dan proses menjadi manusia yang holistic dan terintegrasi. Tidak adanya intergrasi
menunjukan tidak adanya kesehatan.
4)    Sistem teoritis pengetahuan yang memungkinkan suatu proses analisis dan tindakan berhubungan
dengan asuhan terhadap klien. Sebagai ilmu keperawatan merupakan sistem pengetahuan yang terus
berkembang. Sebagai suatu disipli, body of knowledge digunakan untuk memberikan pelayanaan
yang sesuai pada masyarakat yaitu meningkatkan pengetahuan untuk mempengaruhi kesehatan secara
positif.
b.    Tujuan elemen utama
1)    Tujuan asuhan keperawatan : adaptasi pada empat mode Dalam situasi sehat dan sakit.
2)    Klien : suatu kesatuan utuh yang yang memiliki empat mode adaptasi.
3)    Peran ners : meningkatkjan prilaku adaptif klien dengan memanipulasi stimulus fokal, kontektual
dan residul.
4)    Sumber kesulitan / masalah : kegiatan koping yang tidak adekuat untuk mempertahankan
integritas dalam menghadapi deficit atau kelebihan kebutuhan.
5)    Fokus intervensi: stimulus loka, kontektual residual.
6)    Cara intervensi : manipulasi stimulus dengan meningkatkan, mengurangi dan mempertahankan
mereka.
7)    Konsekuensi : respon adaptif terhadap stimulus.
5.    Behavioral system model ( Dorothy E. Johnson)
a.    Deskripsi konsep sentral
1)    Manusia
Manusia sebagai sistem perilku dengan pola dan sikap tertentu menghubungakan diri dengan
lingkungan. Manusia adalah sistem dari bagian bagian yang terindependen yang membutuhkan
beberapa pengaturan  untuk menjaga keseimbangan.
2)  Masyarakat / lingkungan
Seluruh factor yang bukan dari sistem prilaku individu tetapi mempengaruhi sistem dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan klien.
3)  Sehat / kesehatan
Kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit di pahami dan dinamis yang di pengaruhi oleh factor-
factor bologis,psikologis dan social
4)  Keperawatan
Tindakan eksternal untuk memperbaiki prilaku lien ketika klien dalam kondisi stress dengan
menggunakan mekanisasi pengaturan. Aktifitas keperawatan tidak tergantung pada wewenang medis,
tetapi bersifat komplementer (pelengkap)
b.    Tujuan elemen urtama
1)    Tujuan asuhan keperawatan : memelihara dan memulihkan keseimbangan  ( equilibrium/
keselaran diri dan lingkungan)
2)    Klien : sistem prilaku dengan subsystem yang saling berkaitan.
3)    Peran ners sebagai regulator eksternal yang bertindak memulihkan keseimbangan sistem prilaku.
4)    Sumber kesulitan / masalah: kondisi yang memungkinkan terjadi disequlibrium
5)    Fokus intervensi : menolong mereka mencapai level fungsional lebih optimal.
6)    Cara intevensi : menolong mereka mencapai level fungsional lebih optimal.
7)    Konsekuensi tercapainya prilaku fungsinal.

6.    Cultural care teory ( madaliene lieninger )


a.    Deskripsi konsep sentral
1.    Manusia
Manusia adalah mahkluk yang tidak terpisah dari latar belakang budaya dan struktur sosialnya.
2.    Masyarakat / lingkungan
Merupakan kumpulan individu yang memiliki dimensi konsepp budaya dan struktur social yang
berbeda satu dengan lainya.

3.    Sehat / kesehatan
Gangguan akibat stress fisik, genetic dan tubuh bagian dalam. Gangguan penyakit juga merupakan
pengalaman ekstspersonal dan budaya.
4.    Keperawatan
Ilmu dan seni humanistis yang dpat di pelajari, berfokus pada prilaku, fungsi dan proses asuhan,
diarahkan untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku sehat atau memulihkan penyakit yang
memiliki maksa fisik, psikokultursl dan social dari dari mereka yang biasanya di bimbang oleh
perawat professional.
b.    Tujuan elemen utama
1)    Tujuan asuhan keperawatan : meningkatkan atau memulihkan kondisi klien berdasarkan pada
praktik dan pengetahuan keperawatan professional yang dikonseptualisasi, direncanakan dan
dilaksanakan sesuai budaya klien.
2)    Klien : yang membutuhkan pelayanaan perawatan tetapi cenderung minta pertolongan orang
orang non professional dan mereka akan mencari pertolongan professional jika keadaan memburuk
atau menghadapi kematian.
3)    Peran ners
Memberi intervensi keperawatan berdasarkan  aspek budaya klien, menyadari pentingnya
keperawatan transcultural dan memberi dukungan pada klien dan keluarga untuk mempertahankan
keyakinan dan tradisi dalam budayanya.
4)    Sumber kesulitan / masalah : kurang pahaman tentang latar belakang budaya dan struktur social
seseorang akan menimbulkan masalahdan konflik budaya.
5)    Fokus intervensi : menjembatani masalah atau konflik budaya.
6)    Cara intervensi : membina hubungan saling percaya melalui penghargaan terhadap nilai – nilai
budaya, agama dan social serta mengatasi masalah atau konflik dengan pendekatan budaya klien.
7)    Konsekuensi Praktik keperawatan transcultural dapat dii terap dan menjadi salah satu yang
penting dan relevan dalam mempertahankan keyakinan dan nilai – nilai budaya orang lain.
7.    Teori ilmu social keluarga
Teori – teori ilmu social keluarga berkaitan dengan bagaimana keluarga berfungsi, berintegrasi
dengan lingkungan, berinteraksi diantara keluarga, bagaiman keluarga berubah dari waktu ke waktu
dan bagaimana keluarga berespon terhadap stress. Teori – teori tersebut adalah:
a.    Teori sistem
Dalam teori ini keluarga di pandang sebagai sistem terbuka. Bronfrenbenner ( 1979) menggambarkan
keluarga sebagai bagian dari struktur seperti sarang dengan anggota keluarga secara individu
bersarang didalmnya dalam lingkungan social yang meliputi ideology, nilai – nilai dan institusi social
komunitas.
b.    Teori structural nasional
Struktural keluarga menganalisis bagaimana keluarga di susun, dan bagiman unit unit tersebut saling
terkait satu sama yang lain. Sedangkan fungsi  fungsi keluarga diartikan sebgai hasil atau konsekuensi
dari struktur keluarg.
c.    Teori perkembangan keluarga
Pendekatan perkembangan  keluarga didasarkan pada pernyataan bawah keluarga adalah kelompok
berusia panjang dengan siklus kehidupan yang dinamis. Teori perkembangan  keluarga menguraikan
perkembangan keluarga dari waktu ke waktu, keluarga di paksa untuk berubah setriap kali ada
penembahan dan pengurangan anggota keluarga atau setiap kali anak pertama ( sulung) mengalami
perubahan tahap perkembanganya.
d.    Terori interaksi keluarga
Pendekatan interaksi keluarga berasal dari interaksi simbolik yang di terapkan dalam  keluarga.
Interaksi keluarga di fokuskan pada cara anggota keluarga berhubungan satu sama lain

e.    Teori peran, stress dan konflik keluarga


Teori peran menghanalisis interaksi dan peran di mana anggota keluarga saling beradapan satu sama
lain dalam berbagai situasi, sedang teori stress keluarga menguraikan bagaiman mengalami kejadian –
kejadian  (stressor) dan beradapatasi  terhadapa stressor tersebut. Teori konfilik keluarga menguraikan
perubahan social, konflik dan ketidakluwesan   
(Murpihy,1983) atau jawaban bagaimana dan mengapa stabilitas dan instabilitas terjadi, dan dalam
kondisi yang bagaimana ikatan personal yang harmonis bisa terjadi (Sprey,1979)
f.     Teori perkembangan social
Teori pembelajaran social diterapkan pada keluarga berorientasi pada bidang akademi(kognitif)
sebagai terapi prilaku keluarga.

8.    Teori terapi keluarga


Teori ini dikembangkan untuk menangani keluarga-keluarga yang bermasalah sehingga banyak
berorientasi pada patologi. Tujuan dari teori ini adalah menjelaskan disfungsi keluarga dan menuntun
tindakan terapeutik maka selanjutnya dikembangkan terapi klinis terapi modalitas, dan terapi
komplementer.

9.    Pertimbangan etik dalam keperawatan keluarga


Dalam melaksanakan asuhan keperawtan keluarga kode etik yang digunakan berpedoman pada kode
etik yang telah ditetapkan pada PPNI melalui munas PPNI IV. Kode etik tersebut perawat perlu
memelihara hubungan yang serasi dengan klien, praktik, masyarakat, teman sejawat, dan profesi.

10. Kebijakan dan legislasi dalam pelayanan kesehatan keluarga


a.    UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 32 ayat (2) ditulis bahwa penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Ayat  (3) berbunyi
pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan
b.    UU kesehatan no 23 tahun 1992
c.    PP no 32 1996, tentang tenaga kesehatan permenkes 920 1986, tentang pelayanan medis swasta.
d.    Kepmenkes 647/ 200 tentang registrasi dan praktek perawat.

C.   PENERAPAN MODEL DAN TEORI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


            Asuhan keperawatan yang diberikan pada komunitas atau kelompok adalah sebagai berikut.
1)    Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai berikut
a)    Inti (core), meliputu: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang
beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas
b)    Mengkaji delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
Ø  Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi
streeor bagi penduduk.
Ø  Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan penduduk untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Ø  Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan tempat tinggal,
apakah masyarakat merasa nyamna atau tidak , apakah sering stres akibat keamana dan keselamatan
yang tidak terjamin.
Ø  Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
Ø  Pelayan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat/ memantau gangguan
yang terjadi.
Ø  Sistem komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan di
masyarakat tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya
media televisi, radio, koran yang diberikan pada  masyarakat.
Ø  Sistem ekonomi,tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang
diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau sebaliknya dibawah upah
minimum. Hal ini terkait dengan upaya pelayanan kesehatan ditujukan pada anjuran untuk
mengonsumsi jenis makanan sesuai kemampuan ekonomi masing-masing
Ø  Rekreasi, apakah terssedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau
oleh masyarakat. Rekreasi hendaknya dapat digunakan masyarakat untuk membantu masyarakat
untuk membantu mengurangi stressor.
2)    Diagnosis keperawatan
Diagnosis ditegakkan berdasrkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada. Selanjutnya
dirumuskan dalam 3 komponen P (problem atau masalah), E (etiology atau penyebab), dan S
(symptom atau manifestasi/data penunjang). Misalnya, resiko tinggi peningkatan gangguan penyakit
kardiovaskuler pada komunitas di RT 01 RW 10 kelurahan somowinangun sehubungan dengan
dengan kurangnya kesadaran masyarakat hidup sehat ditandai dengan:
Ø  0,15 ditemukan angka dirawat dengan gangguan kardiovaskular
Ø  50% RT 01 RW 10 mengonsumsi lemak tinggi
Ø  Didapatkan 20% saja yang kebiasaan berolahraga
Ø  Informasi tentang gangguan kardiovaskuler kurang.

3)    Perencanaan intervensi
Perencanaaan intervensi yang dapat dilakukan dengan diagnosis keperawatan komunitas yang muncul
di atas adalah:
 Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler
 Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi
 Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler melalui pemeriksaan
tekanan darah
 Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi yang beresiko
 Lakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan fungsi jantung
 Lakukan kerja sama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk memperbaiki
lingkungan atau komunitas apabila ditemui ada penyebab stressor
 Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4)    Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat:
Ø  Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di komunitas
 Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini berperilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
 Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
kardiovaskuler.
 Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
5)    Evaluasi/penilaian
 Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
 Menilai kemajuan yang dicapai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan
 Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit   
BAB III

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS

PENGERTIAN PERAN PERAWAT

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau
memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang
yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit,
injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan
berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh sesorang terhadap orang lain, dalam hal ini peran
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan kepada klien, sebagai
pendidik tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan

Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat
berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.

Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana segala 
aktifitas  yang di lakukan  berguna  untuk  pemulihan  Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di 
miliki,  aktifitas  ini  di  lakukan  dengan  berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian Pasien
secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi
masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.Peran
peraat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam pratik, dimana telah
menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik
profesional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah untuk kejelasan.
ELEMEN-ELEMEN PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS

Elemen Peran :

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional (ELEMENT
ROOL) antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change
agent, consultant dan interpersonal proses.

3.1 Client Advocate (Pembela Klien)

Tugas perawat :
Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat
di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu
membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

  Hak-Hak Klien (Dysparty,1998) antara lain :


1.      Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2.      Hak atas informasi tentang penyakitnya
3.      Hak atas privacy
4.      Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5.      Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
  Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1.      Hak atas informasi yang benar
2.      Hak untuk bekerja sesuai standart
3.      Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4.      Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5.      Hak atas rahasia pribadi
6.      Hak atas balas jasa
3.2 Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat :
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.
Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
3.3 Educator :

Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar.
Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana
pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman,
1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara
teknis.

1.      Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat berinteraksi maupun
formal.
2.      Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan .
3.      Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.

3.4 Collaborator

Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya membantu mempercepat penyembuhan klien.

3.5 Coocrdinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan


kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :

a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
1.      Merencanakan
2.      Mengorganisasikan
3.      Mengarahkan
4.      Mengontrol

3.6 Change Agent

Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla membuat perubahan pada
dirinya atau pada system (Kemp,1986). Mengidentifikasi masalah, mengkaji motifasi pasien dan
membantu klien tuk berubah, menunjukan alternated, menggali kemungkinan hasilk dari alternative,
mengkaji sumber daya menunjukan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan
membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini
(Marriner Torney)

PERAN PERAWAT MENURUT KONSORSIUM ILMU KESEHATAN TAHUN  1989

1.      Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.


2.      Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien
3.      Peran Sebagai Edukator
4.      Peran Sebagai Koordinator
5.      Peran Sebagai Kolaborator
6.      Peran Sebagai Konsultan
7.      Peran Sebagai Pembeharu

PERAN PERAWAT HASIL LOKAKARYA KEPERAWATAN TAHUN 1986

Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurut
hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya :

1.       peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,


2.       peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan,
3.       peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta
4.       peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.

PERAN PERAWAT KESAHATAN MASYARAKAT

1.      Pelaksana pelayanan keperawatan


2.      Pendidik
3.      Koordinator pelayanan kesehatan
4.      Innovator/pembaharu
5.      Organisator yankes
6.      Role Model/panutan
7.      Fasilitator
8.      Pengelola/Manajer

FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS

Merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya, dapat berubah dari
suatu keadaan ke keadaan yang lain :

7.1  Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

7.2  Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

7.3 Fungsi Interdependen


Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu
dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang
mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan
juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama
dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
BAB IV
PENGANTAR BIOSTATISTIK

Konsep dasar

Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mengumpulkan, mengolah,


menganalisis data dan menyimpulkanya serta melakukan inferensi (ke populasi) bila hanya
sebagian data yang diperoleh (sampel). Biostatistik adalah cabang statistik dalam bidang
ilmu biologi dan medis.

Bahan baku statistik adalah data, sebagian menyederhanakan sebagai angka. Angka
adalah hasil dari pengukuran dan perhitungan. Data terdiri atas kumpulan angka. Setiap
angka tersebut dinamakan datum.

Data yang dibutuhkan untuk analisis statistik adalah data yang dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan (penelitian). Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti :

1. Catatan rutin, seperti catatan follow-up dokter, rekam medis, laporan keuangan, dan
sebagainya
2. Survey, data yang tidak dapat diperoleh dari catatan rutin, harus dicari dengan
survey. Contoh untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
Puskesmas, kita dapat mengetahuinya dengan cara mengadakan survey terhadap
pasien puskesmas.
3. Eksperimen yaitu data yang diperoleh setelah melakukan uji coba.
4. Sumber eksternal, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain, jurnal
yang dipublikasikan, textbook dan sebagainya.

Variabel adalah karakteristik yang diobservasi, yang berbeda pada tiap orang, tempat
atau sesuatu. Variabel diskrit tidak memiliki desimal. Contoh variabel diskrit adalah
jumlah jari tangan. Variabel kontinu mempunyai desimal, contohnya adalah tinggi badan
anak sekolah. Variabel kuantitatif adalah yang dapat dihitung, variabel kualitatif adalah
yang tidak dapat dihitung (seperti gender : laki-laki, perempuan). Variabel kualitatif
biasanya merupakan skala nominal.
Pengukuran dan Skala Pengukuran

Pengukuran bertujuan untuk memberikan ukuran angka pada sebuah objek.


Terdapat beberapa skala pengukuran, yaitu :

a) Skala nominal merupakan skala terendah, pengelompokan


individu/objek/respon/benda berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu dan
dikategorikan secara mutually eksklusive (tidak dapat beririsan). Contohnya pria-
wanita, anak-dewasa, menikah-belum menikah, islam- kristen-hindu, setuju-tidak
setuju dan lain sebagainya.
b) Skala ordinal memiliki ciri khas nominal dan kelompok tersebut disusun ranking
(order) dengan aturan tertentu. Contoh dibawah rata-rata, rata-rata, diatas rata-rata.
c) Skala interval tidak hanya dapat merangking, namun jarak diantara dua pengukuran
diketahui. Skala interval memiliki starting point dan terminating point . Contoh 1-5,6-
10,11-15, dan seterusnya.
d) Skala ratio merupakan skala pengukuran tertinggi (memiliki karakteristik nominal,
ordinal dan interval) ditambah tujuannya sendiri dan memiliki starting point yang tetap
seperti nol. Dapat digunakan dalam perhitungan matematis. Contoh, usia 40 tahun
adalah 2 kali lebih tua dari usia 20 tahun.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan hasil perhitungan sampel data yang dapat


menggambarkan kondisi data tersebut. Cara paling umum untuk statistik deskriptif adalah tabel
distribusi frekuensi, histogram, polygon frekuensi dan steam-leaf displays. Terdapat ukuran
central tendensi (mean, median, modus) dan ukuran dispersi/penyebaran (range, varian, standar
deviasi)

Mean adalah rata-rata dari hasil pengukuran, median adalah hasil pengukuran yang
berada di tengah (bila diurutkan dari kecil ke besar), dan modus adalah hasil pengukuran yang
paling sering muncul. Range adalah selisih hasil pengukuran terbesar dan terkecil. Varian
adalah jumlah kuadrat dari selisih hasil pengukuran dengan mean dibagi jumlah sampel
dikurangi 1, menunjukkan besarnya penyebaran relatif dengan nilai mean-nya. Standar deviasi
adalah akar dari varian, yang berguna untuk mengukur variasi dalam sebuah set data.
Contoh dari 10 perhitungan didapatkan hasil :
1,2,2,3,4,4,4,5,7,9

Maka:
a. Mean= = =4,1
b. Median adalah posisi tengah, no 5=4, no 6= 4, maka median= =4
c. Modus adalah hasil pengukuran yang paling sering muncul yaitu 4(3 kali
muncul)
d. Range =9-1=8
e. Varians
=
= 5,8
f. Standar deviasi= =2,4

Distribusi Normal

Sampel yang diambil dengan teknik yang baik akan merepresentasikan keadaan populasi yang
sesungguhnya. Hal ini mengurangi sampling error. Hasil perhitungan sampel tersebut selalu
membentuk distribusi kurva normal (Gaussian distribution), yaitu suatu bentuk kurva distriusi
frekuensi yang menyerupai bell (bell shape). Ciri-ciri distribusi normal adalah :

1. Bentuknya simetris (seperti bayangan di cermin), dengan mean


ditengahnya
2. Mean, median dan modus sama
3. Area under curve(AUC) kanan dan kiri mean seimbang (50%) 4.
Wilayah AUC + 1 SD= 68%, + 2 SD=95%, + 3 SD= 99,7%.
5. Standar deviasi yang lebar akan membuat kurva normal menjadi lebih flat.

Dengan melihat hubungan nilai mean, median dan modus maka dapat menentukan bentuk
distribusi data, yaitu :

- Bila mean, median, modus sama maka distribusi data adalah normal
- Bila mean > median > modus maka distribusio data miring ke kanan
- Bila mean < median < modus maka distribusio data miring ke kiri

Berdasarkan soal di atas


Mean>median=modus, data dapat dikatakan normal

Cara lain untuk memeriksa normalitas data adalah menggunakan nilai kurtosis dan skewness
(dari SPSS) dimana
dan maka data berdistribusi normal

Contoh : Hasil output statistic dskriptif adalah sebagai berikut

Mean 39.9667
Median 41.0000
Mode 45.00
Std. Deviation 13.98887
Skewness -.400
Std. Error of Skewness .427
Kurtosis -.385
Std. Error of Kurtosis .833

= =-1 dan = =-0,5

Maka data berdistribusi normal

Selain itu dapat dihitung menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Berikut ini contoh


pemakaian uji Kologorof-Smirnov terhadap variabel tekanan darah sistolik (TDS) pada program
SPSS :

Klik Analyze → Descriptive statistic → Explore → Isikan pada kolom dependen list
: TDS → Klik Plots → Pilih normality plots with test → Continue → OK

Hasil outputnya sebagai berikut :


Tests of Normality

a Shapiro-Wilk
Kolmogorov-Smirnov
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tekanan Darah .274 25 .000 .797 25 .000
Sistolik
a. Lilliefors Significance Correction

Interpretasi :
Pada uji normalitas Ho=data terdistribusi normal, Hi/Ha =data tidak normal
Nilai p TDS < 0.05 sehinggga Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan
sebaran data tidak normal.
Menyajikan data

1. Tabel

Metode yang paling umum untuk mempresentasikan data adalah tabel. Tabel
berguna untuk menyajikan data yang besar dalam bagian yang kecil. Jenis tabel
berdasar pada jumlah variabelnya terdiri atas tabel univariat yang sering dikenal
dengan tabel frekuensi, tabel bivariat biasanya dalam bentuk cross tabulation, dan
tabel mutivariat. Komponen tabel adalah sebagai berikut :

a. Judul harus informatif,menggambarkan isinya. Penulisan variabel terikat terlebih


dahulu baru varuabel bebasnya. Penomoran tabel pada tulisan desertasi dimulai
dengan nomer bab-nya.
b. Stub/bagian vertical (Y-axis) memuat sub kategori dari variabel(terikat) yang
informasinya dijelaskan pada kolom-kolom di sebelah kanan.

c. Caption/ judul kolom, pada tabel univariat, judul kolom biasanya


jumlah/persentase responden. Jika bivariat, judul kolom memuat sub kategori
variabel (X-axis).
d. Badan memuat data
e. Suplemen/footnotes, terletak di bawah tabel, merupakan keterangan tambahan
seperti sumber (bila menggunakan tabel dari sumber tenrtentu), keterangan umum,
keteragan bagian spesifik tabel, keterangan level of probability.
2. Grafik
Merupakan cara penyajian data yang lebih mudah difahami (informative
dan komunikatif) dan lebih menarik (attractive). Untuk data kategorikal dapat
menggunakan histogram, diagram batang dan pie chart. Untuk data kontinu, selain
dapat menggunakan histogram, diagram batang dan pie chart, juga dapat
menggunakan diagram garis. Selain jenis data, jumlah variabel juga menentukan
grafik apa yang paling baik digunakan. Berikut ini jenis-jenis grafik beserta
kegunaannya:
a. Histogram
Adalah penyajian data kontinu interval, tinggi masing-masing kotak
histogram menunjukkan frekuensi/persentasenya. Sebelum membuat histogram,
data terlebih dahulu dikelompokkan dengan interval tertentu.

Gambar 1 histogram kadar total protein pasien

b. Diagram batang

Identik dengan histogram, namun antar batang terdapat spasi yang menunjukkan
bukan data kontinu (bisa kategorikal, baik nominal atau ordinal).

16
14
12
10
8
6
4
2
0
SD SMP SMA PT

Gambar 2 diagram batang pendidikan reponden

c. Frekuensi polygon

Frekuensi polygon didapatkan dengan cara menghubungkan nilai tengah masing-


masing histogram. Contoh dibawah ini adalah frekuensi polygon jumlah jam belajar
mahasiswa
sumber : http://www.icoachmath.com/math_dictionary/Frequency_Polygon.html

Gambar 3 frekuensi polygon jumlah jam belajar mahasiswa

d. Diagram Stem-leaf

Merupakan cara lain untuk menyajikan data distribusi frekuensi. Masih nyaman
bila jumlah data tidak terlalu banyak (dapat mencapai digit 100 sampai 1000). Contoh
diagram stem - leaf usia responden dari 30 reponden di bawah ini :

usia Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2 1. 02
4 2. 1223
9 3. 245566789
7 4. 3455556
6 5 . 345567
2 6 . 04

Stem width: 10.00


Each leaf: 1 case(s)

Gambar 4 Diagram Stem-Leaf

e. Pie Chart

Lingkaran pie yang mempunyai 360 derajat merupakan 100 persen data.
Pembagian derajat bergantung pada frekuensi/persentase masing-masing sub kategorik.
Idealnya pie chart digunakan untuk kategori yang tidak terlalu banyak. Pada data
kontinu dapat digunakan, hanya sebelumnya perlu dikelompokkan terlebih dahulu.

SD
SMP
SMA
PT

Gambar 5 pie-chart pendidikan responden

f. Diagram garis / kurva trend

Berguna untuk menyajikan data kontinu (skala interval atau ratio). Data long term,
dapat dilihat kecenderungan/trend sesuatu kejadian. Contoh trend angka kematian bayi
Indonesia.
sumber 2007 Indonesia Demographic and Health Survey

Gambar 6 Kurva Trend Angka Kematian Bayi Indonesia Tahun 1971-

2007

g. Diagram hambur(scattergram)

Tidak dapat digunakan pada variabel yang kategorik. Hanya pada data continue
(interval/ratio) dan memiliki dasar hipotesis kedua variabel berhubungan. Semakin
teratur letak hamburnya akan mendekati garis tertentu , maka kedua variabel memiliki
Tekanan Darah Sistolik

hubungan yang linear.

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Usia
Gambar 7 diagram hambur usia dan tekanan darah sistolik

h. Blox plot
Adalah salah satu penyajian data distribusi frekuensi berdasarkan ukuran kuartil.
Batas bawah box adalah kuartil1 (Q1), batas atas box adlah kuartil 3 (Q3), garis
tengah box adalah median (Q2). Garis paling bawah adalah hasil pengukuran terendah,
garis paling tinggi adalah hasil pengukuran tertinggi.

Gambar 8 Diagram Box-Plot

Statistik Inferensi

Statistik inferensi adalah prosedur pengambilan simpulan dari sebuah populasi berdasarkan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk dapat melakukan inferensi, diperlukan uji
statistik yang akan menguji hipotesis penelitian. Berikut ini adalah tabel yang merangkum uji
statistik yang digunakan berdasarkan jumlah dan sifat variabel bebas dan variabel terikatnya.

Tabel 1 Jenis Uji Statistik Berdasarkan Jumlah dan Sifat Variabel

Jumlah
Variabel Sifat Variabel Bebas Sifat Variabel Jenis Uji Statistik
Terikat Terikat

interval & normal one-sample t-test

ordinal or interval one-sample median


1 0 Variabel Bebas
(1 populasi) Kategorikal (2
kategori) binomial test
Chi square
Kategorikal
goodness of fit
2 independent
interval & normal sample t-tes
1 Variabel Bebas
dengan 2 kelompok Wilcoxon-Mann
ordinal or interval Whitney test
(independent groups)
Chi- square test
Kategorikal Fisher's exact test

1 Variabel Bebas interval & normal One way ANOVA


dengan 2 kelompok atau
lebih (independent ordinal or interval Kruskal Wallis
groups)
Kategorikal Chi- square test

interval & normal paired t-test


1 Variabel Bebas
dengan 2 kelompok ordinal or interval Wilcoxon signed
(berpasangan) ranks test
Kategorikal Mc Nemar
one-way repeated
interval & normal measure ANOVA
1 Variabel Bebas
dengan 2 kelompok atau ordinal or interval Friedman test
lebih (berpasangan)
repeated measures
Kategorikal logistic regression

interval & normal factorial ANOVA


2 Variabel Bebas atau
lebih (independent ordinal or interval ?
groups)
factorial Logistic
Kategorikal
Regression
correlation
interval & normal simple linear
regression
1 Variabel Bebas non-parametric
(interval) ordinal or interval correlation
simple
Kategorikal
multiple regression
interval & normal analysis
1 Variabel Bebas
(interval) atau lebih dan multiple logistic
atau 1 Variabel Bebas
regression
(kategorik) atau lebih Kategorikal discriminan
t analysis
1 Variabel Bebas
dengan dua kelompok
interval & normal one-way MANOVA
atau lebih (independent
2 atau
groups)
lebih
2 atau multivariate
interval & normal multiple linear
lebih 2 atau lebih
regression
canonical
2 atau
0 interval & normal correlation
lebih
2 atau
0 interval & normal factor analysis
lebih
Sumber (http://www.ats.ucla.edu/stat/mult_pkg/whatstat/default.htm)

P value adalah peluang mendapatkan hasil yang paling ekstrim dari sampel yang
diobservasi bila hipotesis nol benar.

Gambar 9 p value pada one-tail

Gambar 10 p value pada two tail.

Interval Kepercayaan 95% (95% Confidence Interval) dengan level terendah=a dan level
tertinggi=b , semisal dalam 100 kali pengambilan sampel, peneliti memiliki kepercayaan 95 kali
hasilnya akan jatuh pada nilai diantara a dan
b. Jadi tingkat kesalahan hanya 5 persen. Interval a dan b semakin kecil hasilnya semakin precise.
Formula untuk interval kepercayaan adalah :

95% IK untuk µ=ẋ ±1,96(δ/ ) dan 99 % IK untuk µ=ẋ ±2,58(δ/ )

µ=rata-rata populasi

ẋ =rata-rata sampel yang diobservasi

1,96 dan 2,58 dari standar deviasi rata-rata populasi = Z score dari α 0,05 dan 0,01
δ = standar deviasi n=

jumlah sampel

Contoh Seseorang mengklaim bahwa rata-rata usia populasi 7683 orang di


Honolulu adalah 53 tahun (µ0), Apakah klaim ini benar?. Maka seorang peneliti
melakukan Penelitian Honolulu Heart Study dengan mengambil 100 orang sampel
didapatkan nilai rata-rata usia (ẋ ) = 54,85 tahun dan standar deviasi (δ ) = 5,5,
maka 95% interval kepercayaan dari penelitian (53,78-55,93) dan 99% interval
kepercayaan dari penelitian (53,43-56,27)

Gambar 95% IK dan 99% IK

Dari hasil perhitungan, µ0 (53) tidak berada di dalam rentang IK, maka H 0
tertolak, H1 diterima, bahwa populasi sampel (54,85) berbeda signifikan dengan
rata-rata populasi.
Sumber Kuzma JW and Bohnenblust S (2005)

Untuk mempersempit IK maka dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

a) Memperbesar jumlah sampel


b) Menurunkan level konfiden, seperti dari 99% IK ke 95% IK
c) Meningkatkan presisi dengan menurunkan kesalahan pengukuran (measurement error
termasuk non random teknik) sehingga varian lebih kecil.

Uji Hipotesis

Pada uji perbandingan dua mean (independent t-test, paired t-test), maka rumusan uji
hipotesis:

a) Ho= u1=u2= tidak terdapat perbedaan mean antara kelompok 1 dan kelompok 2
b) H1/Ha= u1=u2=mean kelompok 1 berbeda dengan mean kelompok 2
c) Dimana bila p<0,05 , Ho ditolak, H1 diterima
Pada uji ANOVA, maka rumusan uji hipotesis:

a) Ho=u1=u2=u3=u4
b) H1/Ha= satu atau lebih mean berbeda dari yang lain
c) Dimana bila p<0,05 , Ho ditolak, H1 diterima

Berikut ini adalah tabel makna p<0,05 (Ho ditolak dan H1 diterima pada masing-masing
uji statistik.

Tabel Makna p <0,05 pada Berbagai Uji Statistik

No Nama Uji Makna bila p<0,05 (Ho ditolak, H1 diterima)


Uji Normalitas
Kolmogorov-
1 Smirnov dan Distribusi data tidak normal
Shapro-wilk
Uji Varians levene's Distribusi beberapa set data yang dibandingkan
2
test mempunyai varians yang berbeda
3 Uji t berpasangan
Uji t tidak
4 Terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara
berpasangan
dua kelompok data
5 Uji Wilcoxon
6 Uji Mann-Whitney
7 Uji ANOVA Paling tidak terdapat dua kelompok data yang
mempunyai perbedaan rerata yang bermakna(post
8 Uji Friedman hoc analisis digunakan untuk mengetahui
kelompok mana yang berbeda secara bermakna)
9 Uji Kruskal-Wallis
10 Uji McNemar Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna
11 Uji Homogenity antara dua kelompok data
Paling tidak terdapat dua kelompok data yang
mempunyai perbedaan proporsi yang
12 Uji Cochran bermakna(post hoc analisis digunakan untuk
mengetahui kelompok mana yang berbeda secara
bermakna)
13 Uji Chi-Square
Uji Terdapat hubungan yang bermakna antara
14 variabel A dan B
15 Kolmogorov-
Uji Fisher
16 Uji Pearson
17 Uji Spearman
Terdapat korelasi yang bermakna antara variabel
Uji
18 A dan B

19 Koefisien
Uji Lambda
Uji
20
Gamma&Somers'd
Sumber : Dahlan, 2011
BAB V
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI

PENGERTIAN
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulangannya. Epidemiologi merupakan disiplin ilmu-ilmu kesehatan termasuk
kedokteran, yakni suatu proses yang logis antara proses fisik, biologis dan fenomena social
yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun gangguan
kesehatan lainnya.
Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari factor penyebab
serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk
tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk dapat berarti sekelompok objek tertentu baik yang
bersifat organisme hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan maupun yang bersifat
benda/ material hasil produk industri serta benda lainnya. Dengan demikian tidaklah
mengherankan bila metode epidemiologi tidak terbatas pada bidang kesehatan saja tetapi
pada bidang lainnya termasuk bidang manajemen. Oleh sebab itu dalam penggunaannya,
epidemiologi sangat erat hubungannya dengan berbagai disiplin ilm diluar kesehatan, baik
disiplin ilmu eksata maupun ilmu social.
Epidemilogi merupakan ilmu yang kompleks dan senantiasa berkembang. Oleh karena itu,
tidak mudah untuk menentukan suatu batasan yang baku. Hal ini tmpak dengan berbagai
batasan yang dinyatakan oleh para ahli epidemiologi sebagai berikut:
 Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan
yang mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok manusia (Mac Mahon, B & Pugh, T.F.,
1970)
 Epidemilogi adalah suatu studi tentang factor yang menentukan frekuensi dan
distribusi penyakit pada populasi manusia (Lowe C.R& Koestrzewski. J, 1973)
 Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan
ruda paksa pada populasi manusia (Mausner J. S & Bahn, 1974)
 Epidemiologi adalah ilmu yng mempelajri distribusi penyakit atau keadaan fisiologis
pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut (Lilienfeld A.M & D. E
Lilienfeld, 1980)
 Epidemiologi ialah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada
populasi manusia (Barker, D. J.P, 1982)
Dari batasan tersebut terdapat persaman yaitu semua menyatakan epidemiologi ialah ilmu
yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya, hanya terdapat dua
perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa
(Mausner & Bhan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu
yang mempelajari penyakit, ruda paksa, dan fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi
dan determinannya pada kelompok manusia.
Pengertian epidemiologi ditinjau dari berbagai aspek adalah:

a. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis dta kesehatan, social ekonomi, dan
kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi perubahan-perubahan
keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjdi dimasyarakat umum atau kelompok penduduk
tertentu.
b. Aspek Klinis
Epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau
prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratories pada awal kejadian luar biasa atau
timbulnya penyakit baru seperti, karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya
ditemukan secara klinisi.
c. Aspek Praktis
Epidemiologi dari aspek praktis adalah ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran
penyakit yang menimpa individu, kelompok atau masyarakat umum.
Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi diutamakan pada cara
penularan, infetivitas, menghindarkan agen yang diduga sebagai penyebab, toksin atau
lingkungan dan membentuk kekebalan untuk menjamin kesehatan manusia. Misalnya:
1. Ditemukannya efek samping obat iodokloroquinolin yang serius diJepang, walaupun saat itu
mekanismenya belum diketahui dengan jelas dan di Indonesi belum ditemukan adanya efek
samping tersebut, tetapi pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah melarang
beredarnya obat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran efek samping obat
tersebut masuk ke Indonesia
2. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), walaupun cara perlindungan dan pengobatan
belum diketahui, tetapi telah dilakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit
tersebut, misalnya harus ada keterangan bebas AIDS untuk dapat masuk suatu Negara, screening
pada donor darah, pengawasan terhadap homoseks, dan lain-lain
TUJUAN EPIDEMIOLOGI
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari
epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan penyakit atau
fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:
1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan
dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan
penyebabnya
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-
paru dengan asbes
3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten dengan data
epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih pada
hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan
kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung
kemih lebih banyak terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta menentukan prioritas masalah
kesehatan masyarakat; misalnya:
a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat dapat digunakan
untuk menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan disuatu wilayah dan menentukan
prioritas masalah
b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus neonatorum
disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi
yang efektif dan efisien dalam menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm
petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan imunisasi
pada ibu hamil.

RUANG LINGKUP
Dari pengertian epidemiologi dan metode epidemiologi, maka bentuk kegiatan epidemiologi
meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang
kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Berbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam
epidemiologi saling berhubungan satu dengan lainny sehingga tidak jarang dijumpai bentuk
kegiatan yang tumpang tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering
digunakan adalah bentuk epidemiologi deskriptif yakni bentuk kegiatan epidemiologii yang
memberikan gambaran atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status
kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk
tertentu (terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu, dan tempat)
Bentuk kegiatan epidemiologi ang erat hubungannya dengan deskriptif epidemiologi adalah
dalam menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya masalah kesehatan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan perencanaan
kesehatan masyarakat serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada
penduduk tertentu.
Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi dlam dua bentuk dasar yakni
penelitian observasi atau pengamatan terhadap kejadian alami dalam masyarakat untuk
mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam masyarakat
tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang didasarkan pada
perlakuan tertentu terhadap objek untuk dpat memperoleh jawaban tentang pengaruh
perlakuan tersebut terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini, populasi sasaran dientukan
secara cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus
oleh pihak peneliti.
Dalam perkembangan selanjutnya maka prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi
deskriptif maupun penelitian epidemiologi dikembangkan lebih luas sebagai suatu system
pendekatan didalam berbagai kehidupan kemasyarakatan
Adapun ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan diatas termasuk barbagai masalah yang
timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan maupun
dengan berbagai kehidupan social, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam
brbagai bidang
1. Epidemiologi penyakit menular
Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai gangguan
penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari epidemiologi.
Peranan epidemiologi surveilans pada mulanya hanya ditujukan pada pengamatan penyakit
menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup berarti dalam
menangulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga penyakit tidak menular.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai factor yang memegang
peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk masalah meningkatnya
kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan
terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai
gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang industri yang banyak
mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan
social budaya.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para
klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah
melalui disilin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para
petugas medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip=prinsip epidemiologi dalam
menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara
mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak tertarik unutk mengetahui
serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya dalam
masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi
yng sanat berguna dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi
bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang
memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus
4.Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system pendekatan
epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi
didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan
analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan
masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai
aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya
dengan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat
berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan
epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam/ mengambil
kebijakn dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan
epidemiologi system reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dn
kependudukan.
5.Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen dalam menganalis masalah,
mencari factor penyebab timbulnya suatu maslah serta penyusunan pemecahan masalah
tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan
kesehatan cukup banyak digunakan oleh para perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis
situasi, penetuan prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang
bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
6.Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang mempelajari serta mnganalisis
keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja, baik
yang bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta kebiasaan hidup para pekerja.
Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan
dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
7.Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat ang lebih banyak mengarh ke
masalah kejiwaan disertai dengan perubahan social masyarakat menuntut suatu car pendekatan
melalui epidemilogi social masyarakat menuntu suatu cara pendekatan melalui epidemiologi
social yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini
gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehaan individu saja, tetau telah
merupakan masalah social masyarakat.
8. Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat
hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan
masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai
factor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat
biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan
maslah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepad
penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam
masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan kerja saja.

PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN


Dalam bidang kesehatan msyarkat, epidemiologi mempenyai tiga fungsi utama:
1. Menerangkn tentang besarnya
masalah dan ganggun kesehatan (termasuk penyakit) erta penyebarannya dalam suatu
penduduk tertentu
2. Menyiapkan data/ informasi yang
esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan rogram, serta evaluasi berbagai kegiatan
pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan
penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor
yang menjadi penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah
tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatianny pad
berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat karakteristik
biologis, sosio ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat genetic. Pada berbagai sifat
karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam
masyarakat serta kemungkinan factor factor yang memepengaruhinya. Dalam penerapannya,
kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.
I. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu
serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai factor yang erat
hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan gambaran
tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi tersebut
terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama dalam waktu yang berbeda. Bentuk
ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun
masalah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada tertentu dan tempat tertentu pula.
Disamping itu epidemiologi deskriptif dapat memberikan gambaran tentang factor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan
menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari berbagai
disiplin seperti genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, social ekonomi, dan sumber
keterangan lain. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha
penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Disamping
itu penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan,
penyususnan program kesehatan masyarakat serta penilaian hasil usaha dibidang kesehatan
masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti kependudukan,
keluarga berencana dan gizi.
BAB VI

Kesehatan Lingkungan

Pengertian kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan masyarakat

modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam hubungannya dengan

lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperttahankan nilai-nilai

kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya

faktor social dan lingkungan fisik semata- mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan

kelakkan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan,

kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat

menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan

ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya

kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.


Ruang lingkup kesehatan lingkungan

Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1) Penyediaan Air Minum

2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3) Pembuangan Sampah Padat

4) Pengendalian Vektor

5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6) Higiene makanan, termasuk higiene susu

7) Pengendalian pencemaran udara

8) Pengendalian radiasi

9) Kesehatan kerja

10) Pengendalian kebisingan

11) Perumahan dan pemukiman

12) Aspek kesling dan transportasi udara

13) Perencanaan daerah dan perkotaan

14) Pencegahan kecelakaan

15) Rekreasi umum dan pariwisata

16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.


Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat

(3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu:

1) Penyehatan Air dan Udara

2) Pengamanan Limbah padat/sampah

3) Pengamanan Limbah cair

4) Pengamanan limbah gas

5) Pengamanan radiasi

6) Pengamanan kebisingan

7) Pengamanan vektor penyakit

8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

Sasaran kesehatan lingkungan

Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan

lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis

2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum

5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada

dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat

yang bersifat khusus.


Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran

udara.

Pencemaran Lingkungan

Menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982,

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan

lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh prses alam sehingga kualiatas klingkungan

turun samapai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau

tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (H.J Mukono, 2003)

Unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut suatu lingkungan telah tercemar

haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Masuk atau dimasukkanya komponen-komponen (makhluk hidup, zat, energi, dan lain-

lain)

2. Ke dalam lingkungan atau ekosistem lingkungan

3. Kegiatan manusia

4. Timbul perubahan, atau menurunkan mutu yang lebih rendah hingga ke tingkat tertentu

5. Fungsi lingkungan menjadi berkurang atu tidak dapat berfungsi

6. Menurut perutukannya
Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut, nyatalah bahwa suatu perbuatan

atau aksi yang menimbulkan keadaan sebagai pencemaran lingkungan hidup haruslah

memenuhi berbagai unsur tersebut (Siahaan, 2004).

Dampak pencemaran lingkungan tidah hanya berpengaruh dan berakibat kepada

lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan

tanaman, hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah tentu

tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut tercemar, demikian pula denga

hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia sebagai makhluk hidup yang omnivore

akan ikut pula merasakan dampak pencemaran tersebut ( Wardhana, 2004).

Kerusakan Lingkungan

Kerusakan Lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau

tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan

lingkungan itu tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan

(Siahaan, 2004).

Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan tidak

butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam, sekaligus tidak peduli

dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi mereka, kesejahteraan material

sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat yang sama mengabaikan berbagai tragedi

kerusakan lingkungan yang umumnya padahal justru mendatangkan kerugian bagi

mereka juga dan bahkan bagi orang lain yang tidak tahu menahu (Dyahwanti Inarni Nur,

2007).
Anggapan bahwa lingkungan itu milik publik, menyebabkan orang pada umumnya

tidak merasa bersalah mengeksploitasi sebesar-besarnya sumber daya alam dan

membuang limbah ke media lingkungan (Hadi, 2006).

Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kerusakan

internal adalah kerusakan yang terjadi diakibatkan alam itu sendiri. Kerusakan karena

faktor internal sulit dicegah karena merupakan proses alami yang terjadi pada bumi/alam

(Dyahwanti Inarni Nur, 2007).

Kerusakan lingkungan karena faktor internal antara lain adalah :

1. Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya

2. Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah

3. Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang, disebabkan oleh

embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada titik fokusnya) pada saat

terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun belum menguap.

4. Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai

Kerusakan lingkungan karena faktor internal pada umumnya diterima sebagai

musibah bencana alam. Kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat namun akibatnya

dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).

Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh ulah

manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.


Pada umumnya disebabkan karena kegiatan industri, berupa limbah buangan industri.

Kerusakan karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh :

1. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik (kegiatan industri) dan juga

gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (pada system transportasi)

2. Pencemaan air yang berasal dari limbah buangan industri

3. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan limbah

padat/barang bekas

4. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut bumi.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, definisi dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan

hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan. Menurut Hadi (2006), dampak

lingkungan itu pada umumnya menimpa pada orang lain dan bukan pemrakarsa kegiatan

yang menimbulkan dampak dimaksud. Banjir, tanah longsor, kebisingan, bau, debu,

intrusi air laut, kemiskinan, hilangnya mata pencaharian merupakan dampak lingkungan

yang dirasakan oleh mereka yang bukan memprakarsai kegiatan.

Kegiatan Penambangan

Penambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,


pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan

pascatambang (Frida, Rahim, Ambo, 2009).

Usaha penambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan

hukum/badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk memanfaatkan

lebih lanjut bagi kepentingan manusia (Sukandarrumidi, 2009).

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki potensi penambangan yang sangat

potensial, bukan hanya untuk kebutuhan negeri tetapi juga dimanfaatkan untuk dunia

internasional (Desianti Kiki Rizki, 2012).

Berdasarkan jenis pengelolaanya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam

yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditujuk secara

langsung oleh negara melalui Kuasa Penambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK),

dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual kegiatan penambangan oleh

badan usaha biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih

sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien,

sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan dengan menggunakan

alat-alat sederhana (Sulton Ali, 2011).

Usaha dibidang penambangan adakalanya menimbulkan masalah. Masalah

penambangan tidak saja merupakan masalah tambangnya, akan tetapi juga menyangkut

mengenai masalah lingkungan hidup. Didalam pengelolaan lingkungan hidup berasaskan

pelestarian kemampuan agar hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya selalu

berada pada kondisi optimum dalam arti


manusia dapat memanfaatkan sumber daya dengan dilakukan secara terkendali dan

lingkungannya maupun menciptakan sumberdaya untuk dibudidayakan. (Hasibuan puspa

melati, 2006).

Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi,

produksi, dan penjualan. Penggolongan bahan-bahan galian adalah sebagai berikut :

1. Golongan a, merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk perekonomian

Negara serta pertahanan dan keamanan Negara.

2. Golongan b, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajat hidup orang

banyak, Contohnya besi, tembaga, emas, perak dan lain-lain.

3. Golongan c, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena sifatnya

tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Contohnya marmer,

batu kapur, tanah liat, pasir, yang sepanjang tidak mengandung unsur mineral.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Penambangan menyebutkan bahawa penambangan rakyat adalah suatu usaha

penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh

rakyat setempat secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk

pencairan sendiri.

Penambangan rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya dilakukan oleh masyarakat yang

berdomisili di area penambangan secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan

alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk


meningkatkan kehidupan sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan alat

sederhana, jadi tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya dengan

perusahaan penambangan yang mempunyai modal besar dan memakai teknologi canggih.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan unsur-unsur penambangan rakyat, yaitu:

1. Usaha penambangan

2. Bahan galian meliputi bahan galian strategis, vital dan galian c

3. Dilakukan oleh rakyat

4. Domisili di area tambang rakyat

5. Untuk penghidupan sehari-hari

6. Diusahakan dengan cara sederhana.

Bahan galian tambang sebagian besar ditemukan pada daerah-daerah yang terpencil

dengan hutan yang lebat, berupa daerah perbukitan ataupun bergunung dan dataran

dengan kondisi lingkungan yang belum terganggu; bahkan mungkin kehidupan sosial pada

daerah tersebut masih belum tersentuh oleh perkembangan kemajuan teknologi. Jadi pada

awalnya interaksi antara komponen-komponen lingkungan di daerah-daerah tersebut di

atas berada dalam keseimbangan, maka keseimbangan alam tersebut akan terganggu dan

menimbulkan perubahan yang mendasar atau yang biasa disebut dampak (Frida, Rahim,

Ambo, 2009).

Kegiatan penambangan yang serang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah

penambangan bahan glian golongan C, karena proses penambangannya mudah


dilakukan yaitu dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual) hingga

menggunakan alat berat (mekanik).

Kegiatan penambangan bahan galian golongan c yang paling sering dilakukan adalah

penambangan pasir dan batu. Pasir dan batu merupakan salah satu bahan/material utama

dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi ataupun perumahan

sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian golongan C, yaitu bahan

galian yang tidak termasuk bahan galian strategis (A) dan bahan galian vital (B), namun

merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan

pembangunan suatu wilayah. Aktivitas penambangan pasir dan/atau kerikil memiliki

potensi untuk merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang lain, hal

ini dikarenakan penambangan pasir dan batu adalah penambangan yang secara teknis

mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual)

hingga menggunakan alat berat (mekanik). Begitu pula jika ditinjau dari luas area

tambang yang dapat dilakukan dari skala perorangan (<100 m2) hingga industri (>1.000

Ha). Sumberdaya yang melimpah dan dapat dieksploitasi dengan mudah sehingga tidak

diperlukan modal besar untuk dapat melakukan kegiatan penambangan mengakibatkan

harga bahan galian ini dinilai dengan harga murah, selain itu juga mengakibatkan

penambangan pasir menjadi penambangan yang paling berkembang luas di banyak tempat

di Indonesia, baik yang memilki izin (legal) maupun yang tanpa izin (illegal) (Hermien

Roosita, 2007).
Kegiatan penambangan bahan galian golongan C tentunya menimbulkan dampak

positif dan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar. Dampak

positifnya yaitu membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan meningkatkan

pendapatan asli daerah. Kemudian dampak negatifnya yaitu pada masyarakat yang tinggal

di sekitar kawasan penambangan merasakan berbagai perubahan dan gangguan akibat

keberadaan tambang antara lain kelangkaan air, kebisingan, getaran dan pencemaran

udara.

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas

tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi. Untuk dapat melihat

bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi, kita harus mempuyai bahan

pembanding sebagai acuan. Salah satu acuan adalah keadaan sebelum terjadi perubahan

(Soemarwot otto, 2003).

Secara logika interaksi antara komponen-komponen lingkungan di daerah- daerah

tersebut harusnya berada dalam keseimbangan baik dari pengelola, Pemerintah maupun

warga, namun kenyataan dilapangan dan fakta berkata lain, keseimbangan alam tersebut

sudah sangat terganggu dan menimbulkan perubahan yang sangat berdampak. Melihat

dari sisi dampak yang paling sangat berpengaruh adalah pada akses jalan penghubung

desa warga, akses jalan tersebut rusak karena setiap harinya di lalui oleh kendaraan yang

bobotnya jauh melebihi kapasitas jalan. Setiap harinya truk mengangkut hasil tambang

kuarng lebih 50-200 kali pengangkutan yang melewati jalan tersebut. Sehingga dapat

mempercepat kerusakan jalan.


Dalam rangka penyelamatan lingkungan hidup agar tetap lestari dan terjaga dan dapat

lebih banyak memberikan mafaat bagi manusia, maka perlu dilakukan langkah-langkah :

1. penyuluhan secara intensif tentang pentingnya penyelamatan lingkungan, yang bisa

memberikan manfaat besar bagi manusia

2. penambangan harus diatur dengan peraturan daerah atau peraturan bupati, untuk

melindungi alam dan jiwa penambang

3. perlu dilakukan pengkajian amdal untuk mengkaji kemanfaatan atau untung rugi bagi

penambang, pemerintah daerah, dan lingkungan.

Pencemaran Udara

Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu kualitas udara

yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat (Ricki M.

Mulia, 2005).

Menurut Chambers (1976:13-14) dan Masrers (1991:270) yang dimaksud dengan

pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam

lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehinggga dapat dideteksi oleh

manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada

manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula

dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontamnan alam atau

buatan ke dalam atmosfer tersebut (H.J Mukono, 2003).


Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, harta benda,

ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran

udara terjadi pada saluran pernapasan dan organ penglihatan (Ricki

M. Mulia, 2005).

Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara.

Walau demikian, masukan polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan pencemaran

udara. Mengacu pada definisi resminya.pencemaran udara baru terjadi jika masukan

polutan menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkatan yang menyebabkan

fungsinya terhambat. Misalnya, sampai ke tingkatan di mana kesehatan manusia

terganggu, atau lingkungan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Berat ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat bergantung pada

iklim lokal, topografi, kepadatan penduduk, banyaknya industri yang berlokasi di daerah

tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industri, suhu udara panas di lokasi, dan

kesibukan transportasi. Dalam suatu daerah yang tinggi lokasinya dari permukaan laut

(pegunungan), curah hujan akan sangat membantu proses pembersihan udara.di samping

itu angin yang kencang dapat pula menyapu polutan udara ke daerah lain yang lebih jauh.

Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:

1. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :

1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.


2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gasgas vulkanik.

3) Proses pembusukan sampah organik, dll.

2. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh:

1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Debu

Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan

merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan (H.J Mukono, 2003).

Semua debu apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan untuk jangka waktu yang

lama, dapat menyebabkan kerusakan patologis pada manusia. Debu- debu dengan

komposisi yang berbeda mempunyai efek yang berbeda.

Sifat-sifat debu adalah :

1. Sifat pengendapan

Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi bumi.

Namun karena kecilnya kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara. Debu

yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih dari pada yang ada di

udara.
2. Sifat permukaan basah

Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang

sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja.

3. Sifat penggumpalan

Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu sama lain

dan dapat menggumpal. Kelembaban di bawah saturasi kecil pengaruhnya terhadap

penggumpalan debu. Akan tetapi bila tingkat humiditas di atas titik saturasi

mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu bisa merupakan inti dari

pada air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar.

4. Sifat listrik statik

Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang

berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya

proses penggumpalan.

5. Sifat opsis

Debu atau partikel basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat

terlihat dalam kamar gelap. Debu tambang didefinisikan sebagai zat padat yang terbagi

halus. Partikel-partikel zat padat atau cairan yang berukuran sangat kecil di dalam

medium gas atau udara disebut aerosol misalnya asap, kabut dan debu dalam udara.

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang

melayang di udara (Suspended Particular Matter – SPM) dengan ukuran 1 mikron


hingga 500 mikron. Konsentrasi partikel debu yang tinggi dalam udara, lamanya paparan

berlangsung akan mempengaruhi partikel yang mengendap di paru semakin banyak.

Beberapa orang yang mengalami paparan debu yang sama baik jenis maupun ukuran

partikel, konsentrasi maupun lamanya paparan berlangsung, tidak selalu menunjukkan

akibat yang sama. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak

lingkungan, tanaman, hewan, dan manusia.

Baku mutu udara ambien untuk debu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Penegnedalian Pencemaran Udara yaitu 230

3
µg/Nm selama 24 jam dengan metode analisis Gravimetric.

Pengukuran Kadar Debu

Pengukuran kadar debu menggunkana alat Environmental Particle Air Monitor

EPAM-5000.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Hubungkan alat dengan sumber listrik

2. Hidupkan alat dengan menekan tombol “ON”.

3. Pasangkan inlet partikulat material (sensor) pada alat, sesuai dengan jenis

pengukuran yang dipilih.

4. Masuk ke menu Special Function, tekan Enter

5. Masuk ke pilihan Sistem Options, tekan Enter

6. Masuk ke pilihan Extended Options, tekan Enter

7. Masuk ke pilihan Size Select, dan pilih arah panah bawa atau atas untuk

memilih jenis pengukuran yang akan digunakan,tekan Enter


8. Masuk ke pilihan Run, tekan Enter

9. Masuk ke pilihan Continue, tekan Enter

10. Lakukan pengukuran dan lihat hasil pada rekaman alat ( nilai Average).

11. Hasil dalam satuan mg/Nm3 dikonversi dalam satuan µg/Nm3.

Hal yang perlu diketahui dalam pengukuran debu

1. Cuaca  Visual (cerah, berawan, mendung).

2. Arah angin

3. Kecepatan angin

4. Temperatur dan kelembaban


Kerangka Berpikir

Penambangan Bahan Galian

Dampak positif
Dampak negatif

Kondisi Lingkungan
Membuka Meningktka
lapangan n
kerja pendapatan

Kerusakan jalan

Pencemaran
lingkungan
Kerusakan
lingkungan

Pencemaran
udara
Hilangnya
tanaman penutup
/pelindung tanah
Debu

Perubahan tata
guna lahan

Gambar Bagan Kerangka Berpikir

Penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) di desa Pilohayanga Barat

Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo merupakan suatu usaha yang dilakukan


masyarakat sekitar untuk memperoleh sumber daya alam berupa batu dan tanah timbun.

Penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) ini


menimbulkan dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat sekitar penambangan

tersebut. Dampak positifnya yaitu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar

dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Tetapi aktivitas ini juga

menimbulkan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarkat karena penambangan

tersebut kurang memperhatikan lingkugan sekitar. Dampak negatif yang ditimbulkan

mempengaruhi kondisi lingkungan masyarakat sekitar yakni pencemaran lingkungan,

kerusakan lingkungan dan kerusakan jalan.

Pencemaran lingkungan pada daerah penambangan ini adalah pencemaran udara oleh

debu yang dihasilkan dari aktivitas penambangan tersebut. Kemudian pada kerusakan

lingkungan, yakni yang terlihat yaitu hilangnya tanaman-tanaman penutup dan pelindung

tanah, hal ini dapat menyebabkan aliran permukaan menjadi meningkat karena tidak

adanya tanaman pelindung, apalagi bila pada saat musim hujan. Selain itu Adanya

perubahan tata guna lahan yang dahulunya diperuntukkan bagi pertanian tanaman pangan

lahan kering menjadi lahan batu. Lahan yang dulu hijau dan penuh dengan tanaman

berubah menjadi lahan tandus yang penuh dengan tumpukan batu. Kemudian kerusakan

jalan di daerah sekitar penambangan dikarenakan setiap harinya 50-200 truk mobil

pengangkut yang melewati batas muatan yang melewati jalan tersebut sehingga

mempercepat proses kerusakan jalan di desa pilohayanga ini. Berdasarkan dampak positif

dan dampak negatif tersebut menimbulkan sikap pro dan kontra dari masyarakat sekitar

penambangan.
Kerangka Konsep

Dampak terhadap
Lingkungan

Penambangan
Bahan Galian
Golongan C (Pasir
dan Batu)

Pengukuran
Kadar Debu

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep


Daftar Pustaka

Dahlan S, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan,2011, Jakarta: Salemba Medika

th
Daniel WW, Biostatistik,7 ed, 1999, New York: John and Willey Son.

Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992


tentang Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003


tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran

Kumar R, Research Methodology, 1999, Malaysia : Sage Publication

th
Kuzma JW, Bohnenblust S, Basic Statistic for the Health Sciences, 4 ed, 2005, USA :
McGraw Hill

Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-


syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV Sagung


seto.

Mubarak, Wahit Iqbal, 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : CV Sagung
Seto.

Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari : http://www.ajago.blogspot.htm.


Last Update : Desember 2007

.
Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu
Pengantar. Jakarta : EGC

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi


dari : http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai