Anda di halaman 1dari 70

MODUL

KONSEP DASAR KEPERAWATAN I

PRORAM STUDI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
Jl. Subali Raya No 12 Krapyak Semarang, Telp 024-7612988
Homepage : www.stikeswh.ac.id, Email :
widya_husada@yahoo.com

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang i


VISI MISI
PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG

VISI
Visi Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang adalah menjadi
Program Studi Ners yang Unggul di bidang Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat di Tingkat Nasional pada tahun 2025

MISI
Misi Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang adalah :
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keperawatan
sehingga menghasilkan lulusan yang profesional di bidang keperawatan
kesehatan jiwa masyarakat dan relevan dengan kebutuhan masyarakat
dengan mengedepankan wawasan keilmuan.
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian dalam bidang
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat sebagai upaya pengembangan
pelayanan dan pendidikan keperawatan
3. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat sebagai upaya penerapan
ilmu keperawatan kesehatan jiwa masyarakat dengan demi kesejahteraan
masyarakat dan bangsa
4. Menyelenggarakan kerjasama baik di tingkat Nasional ataupun
Internasional di bidang keperawatan kesehatan jiwa masyarakat

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang ii


TUJUAN
PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG

Tujuan Pendidikan Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang


adalah :
1. Menghasilkan lulusan Ners yang memiliki keunggulan dalam melakukan
pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat baik ditingkat regional
dan nasional didukung dengan penguasaan dalam bidang Tehnologi
Informasi Keperawatan berbasis Kesehatan Jiwa Masyarakat.
2. Menghasilkan lulusan Ners yang mampu melakukan penelitian
keperawatan di bidang Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat yang
relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
3. Menghasilkan lulusan Ners yang mampu melakukan kegiatan pengabdian
masyarakat di bidang keperawatan kesehatan jiwa masyarakat pada
pelayanan kesehatan dan komunitas regional maupun nasional.
4. Menghasilkan kesepakatan melalui kerja sama dalam dan luar negeri terkait
Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang iii


TIM PENYUSUN MODUL
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

KOORDINATOR : Dr. Hargianti Dini Iswandari., drg.,M.M


ANGGOTA :
1. Ns.Kuntaryadi,S.Kep.,M.Kep
2. Bekti Rahayu, SKP.,M.Kep

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang iv


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
dengan rahmat, serta Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan modul
Keperawatan Manajemen dengan baik, walaupun masih ada kekurangan.
Terimakasih juga kepada Ka. Prodi Ners, Tim Penyusun Modul, serta seluruh
Dosen Prodi Ners yang banyak memotivasi.
Tujuan dari pembuatan modul ini adalah untuk memotivasi mahasiswa
mengenai modul yang disajikan dengan berbagai bidang ilmu keperawatan mulai
dari tingkat dasar sampai ketingkat lanjut melalui belajar mandiri. Modul ini
berdasarkan dengan pencapaian kompetensi pada mata kuliah ini, terdapat
latihan soal dan format dalam penilaian. Modul ini diharapkan sebagai bahan
untuk diskusi lebih terarah untuk mencapai kompetensi minimal yang diharapkan,
untuk itu peran dosen sangat penting dalam memberikan pengarahan pada
mahasiswa.
Besar harapan kami modul ini dapat membantu mahasiswa untuk
memecahkan masalah-masalah dalam Konsep dasar keperawatan 1. Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, dan
kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Terimakasih.
.

Penyusun

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang v


DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ................................................................................... i
VISI MISI ...................................................................................................ii
TUJUAN ...................................................................................................iii
TIM PENYUSUN MODUL..................................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
DESKRIPSI MATA KULIAH ...................................................................viii
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH...........................................ix
UNIT I KONSEP CARING
A. Pengertian Caring ...............................................................................1
B. Teori Keperawatan tentang caring ......................................................2
C. Aplikasi Caring Dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Praktik
keperawatan..............................................................................................3
D. Perbedaan Caring dan Curing............................................................5
Ringkasan .................................................................................................6
Latihan ..................................................................................................... 7
Kunci Jawaban ..........................................................................................8
Daftar Pustaka ......................................................................................... 9
UNIT II STANDAR PROFESIONAL DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN
A. Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan........10
1. Sistem Klien.................................................................................12
2. Tingkatan Pelayanan Kesehatan ................................................13
B. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi................................................ 15
1. Peran Perawat Profesional .........................................................15
2. Standar Praktik Keperawatan Profesional...................................18
C. Interprofessional education dan Interprofessional collaboration...... 21
Ringkasan ...............................................................................................22
Latihan ...................................................................................................23
Kunci Jawaban ........................................................................................25
Daftar Pustaka .......................................................................................25

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang vi


UNIT III PRINSIP-PRINSIP LEGAL ETIS PADA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONTEKS KEPERAWATAN
A. Prinsip Moral dan Etik........................................................................26
B. Ethic of Care ......................................................................................30
C. Kode Etik Keperawatan......................................................................30
D. Isue Etik Dalam Praktik Keperawatan...............................................37
E. Prinsip- Prinsip Legal Dalam Praktik..................................................43
F. Aspek Hukum Dalam Keperawatan...................................................44
G. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan...........................46
H. Nursing Advocacy..............................................................................50
I. Pengambilan Keputusan Legal Etis....................................................51
Ringkasan ...............................................................................................55
Latihan ................................................................................................... 56
Kunci Jawaban ........................................................................................57
Daftar Pustaka ....................................................................................... 58

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang vii


DESKRIPSI MATA KULIAH :

Mata kuliah ini membahasa tentang membahas tentang caring sepanjang


daur kehidupan manusia, konsep pertumbuhan dan perkembangan
manusia, standar profesional dalam praktik keperawatan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Pengalaman belajar meliputi
pembelajaran dikelas dan dilaboratorium.

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang viii


CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH :
1. Menerapkan konsep caring dalam kehidupan sehari-hari
2. Menerapkan standar profesional dalam pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dalam sistem pelayanan kesehatan
3. Menerapkan prinsip-prinsip legal etis pada pengambilan keputusan
dalam konteks keperawatan

Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang ix


UNIT I
KONSEP CARING

A. PENGERTIAN CARING
Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan
dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan
kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2010). Selain itu, caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan
seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan
etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena
caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana
perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada
klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang
penting terutama dalam praktik keperawatan.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah
fenomena yang berhubungan dengan orang berhubungan dengan
bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari
care yang menunjukan suatu rasa kepedulian.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
B. TEORI KEPERAWATAN TENTANG CARING
Terdapat teori keperawatan tentang caring menurut beberapa ahli,
antara lain :
1. Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian
yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak
dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertangung jawab dan
ikhlas.
2. Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena
universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,
merasakan dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
3. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggung
jawab, dan ikhlas.
4. Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral
untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan
martabat manusia.
5. Florence Nightingale (1860) : Caring adalah tindakan yang
menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang
baik dan tenang kepada pasien. Caring secara umum dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat
bahwa pengertian caring secara umum adalah suatu cermin
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain,
dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian,
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan
orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
C. APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI DAN
PRAKTIK KEPERAWATAN
   Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi
merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari
hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang
berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual,
dan perawatan keluarga.
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang
dengan seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk
mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut
Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”.
“Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik,
melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada
dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien
(Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu
menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan bentuk personal dari komunikasi
verbal ( fundamental keperawatan edisi 2 hal 386 ). Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.
Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan
kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata.
Sentuhan adalah bagian penting dari hubungan perawat dan
pasien, namun sentuhan harus di gunakan sesuai batasan
karena penggunaannya terbatas oleh norma sosial yang kuat.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,
mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan
membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien
dan membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan
kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat
dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan
pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan
intervensi berikutnya. Pemahaman klien merupakan gerbang
penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami
5. Caring dalam spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa
keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau
hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau
hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
6. Perawatan keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting.
Keberhasilan intervensi keperawatan sering bergantung pada
keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin
kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam
proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota
keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian
pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga
klien.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
D. PERBEDAAN CARING DAN CURING
Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan
pengakuan masyarakat adalah ilmu kesehatan tentang asuhan
atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring.
Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian
dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun,
secara istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada
individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya
kesehatan dari kegiatan dokter dalam praktiknya untuk mengobati
klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan
kepedulian terhadap klien daripada memberikan tindakan medis.
Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah
tugas sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan
tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh
karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalah curing.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing. Maksudnya
caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan
pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan
pelayanan bagi mereka yang sakit.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana
pengobatan/terapi dan membantu klien beradaptasi dengan
masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya,
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem
penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan
mengungkapkan penyakit yang diderita sedangkan diagnosa dalam
konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab
berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
RINGKASAN
Setelah selesai mempelajari topik di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak
keperawatan (Potter & Perry, 2010)
2. Teori tentang caring dari beberapa ahli yaitu Delores gaut, Crips
dan Taylor, Rubenfild, Jean watson , Florence Nightingale. Dapat
dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum adalah suatu
cermin perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang
lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi
kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.
3. Aplikasi caring dalam praktik keperawatan sehari-hari meliputi
kehadiran, sentuhan, mendengarkan, memahami klien, caring
dalam spiritual, perawatan keluarga
4. Perbedaan caring dan curing :
a. Perilaku Caring :
1) Identik dengan tindakan asuhan keperawatan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
2) Merupakan tugas primer perawat.
3) Diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan
identifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan
dan respon klien. 
b. Perilaku Curing : 
1) Curing adalah pengobatan terhadap penyakit klien.
2) Curing adalah tugas sekunder perawat.
3) Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan
mengungkapkan penyakit yang diderita.
LATIHAN :
1. Suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien yang
merupakan sentral dalam praktik keperawatan yaitu
A. Curing
B. Care
C. Caring
D. Carefully
E. Careless
2. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
serta suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi merupakan teori caring yang dikemukakan oleh

A. Delores gaut
B. Crips dan Taylor
C. Rubenfild
D. Jean watson
E. Florence Nightingale
3. Salah satu aplikasi caring pada praktik keperawatan untuk
memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian, merupakan
pengertian dari aplikasi caring ….
A. Kehadiran
B. Mendengarkan
C. Caring dalam spiritual
D. Memahami keluarga
E. Kepedulian
4. Menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau
mengubah problem penyakit dan penanganannya merupakan
tujuan dari …
F. Curing
G. Care
H. Caring
I. Carefully
J. Careless
5. Hal- hal dibawah ini yang tidak termasuk dalam caring adalah ...
A. Tugas primer seorang dokter
B. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat 1/4
nya adalah caring
C. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan,
mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh
D. Memberikan tindakan medis
E. Lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan
KUNCI JAWABAN:
1. C
2. E
3. B
4. A

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
5. E

DAFTAR PUSTAKA
1. Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
2. Daniels. (2010). Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision
Making. New York: Delmar Cengage Learning
3. Kozier, B. Erb, G., Berwan, A. J., & Burke, K. (2008). Fundamentals
of Nursing: Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice
Hall Health
4. Potter, P. A. Perry, A & G. (2010) Fundamental Keperawatan (3-vol
set). Edisi Bahasa Indonesia 7 Edition. Elsevier (Singapore) Pte.
Ltd.
5. Rebeiro G., dkk. (2015). Keperawatan Dasar: Manual: Ketrampilan
Klinis.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
UNIT II
STANDAR PROFESIONAL DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN

A. PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN
Sistem adalah sekumpulan obyek yang tergabung dalam
suatu interaksi dan inter-dependensi yang teratur. Sistem tersebut
terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara
satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
Definisi dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah
konsep dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr.
Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah
subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan
Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi dalam
memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan.
Menurut Hidayat (2008) sistem pelayanan kesehatan
merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai
dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
Pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan, dapat
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan drajat
kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
pelayanan keperawatan yang dilakukan perawat dalam
pelayanannya memiliki tugas, diantaranya member asuhan
keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan
dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum
pada pelayanan rujukan.
1. Teori Sistem
Menurut Hidayat (2008) keberhasilan sistem pelayanan
kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk
dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem
terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan
lingkungan.
a. Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan
untuk berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan
meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan,
dan sebagainya.
b. Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi
sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses
dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam
pelayanan kesehatan.
c. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output
pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas
dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
d. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi
dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan
kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan
kematian menurun.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
e.Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan.
Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan
dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
f. Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan.

1. Sistem Klien
Klien adalah orang yang memperoleh bantuan, orang
yang membeli sesuatu atau memperoleh layanan. Namun pada
fundamental keperawatan. Klien ialah orang yang mencari
pelayanan kesehatan dan anggota keluarga atau orang yang
berarti bagi orang yang mencari pelayanan kesehatan tersebut.
Dalam keperawatan, yang menjadi klien bisa saja individunya
itu sendiri maupun keluarga atau kerabatnya. Jenis jenis klien
yang disebutkan dalam Neuman System Model juga bisa
dalam bentuk individu maupun kelompok. Klien terdiri dari dua
jenis yaitu individu sebagai klien dan keluarga sebagai klien.
Yaitu klien sebagai indiviadu ialah seseorang yang
mendapatkan asuhan keperawatan sedangkan keluarga
sebagai klien ialah keluarga tersebut yang diberikan asuhan
keperawatan.
Klien dalam sistem pelayanan kesehatan memiliki hak-
hak dan serta kewajibannya, hak klien dalam sistem klien ialah
hak untuk mendapatkan informasi (diagnose, pengobatan yang
dilakukan, biaya pelayanan, dan perawatan yang
berkelanjutan), menolak prosedur dan diagnosa apapun. Klien
memiliki hak legal dalam pelayanan kesehatan yaitu informed
consent (persetujuan tindakan) ialah persetujuan seseorang

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
untuk mengijinkan terjadinya sesuatu. Persetujuan ini
didasarkan pada keterbukaan total terhadap berbagai risiko
yang potensial, keuntungan, dan alternatif yang tersedia. Hak
dan persetujuan klien mempengaruhi cara sistem pelayanan
kesehatan dalam memberikan pelayanannya. Kewajiban klien
dalam system pelayanan kesehatan ialah Pasien dan
keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan
tata tertib rumah sakit. Pasien berkewajiban untuk mematuhi
segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya.
Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter
yang merawat. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban
untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah
sakit/dokter. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban
memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah
dibuatnya.
2. Tingkatan Pelayanan Kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
system pelatanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat.
Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui
kebutuhan dasar manusia tentang kesehatan. Diantara
pelayanan kesehatan dalam system pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut:
a. Health  promotion
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat
pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau
sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.
b. Specific protection (Perlindungan khusus)

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi
masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan
penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan
terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan,
yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini
adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk
perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi
BCG, DPT, Hepatirtis, campak, dan lain-lain.
c. Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan
pengobatan segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam
tingkat dimulainya atau ditimbulnya gejala dari suatu
penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam
mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta
dampak dari timbulnya penyakit shingga tidak terjadi
penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat
berupa kegiatan dalam rangka survey pencarian kasus
baik secara individu maupun masyarakat, survey
penyaringan kasus serta pencegahan terhadap meluasnya
kasus.
d. Disability limitation (pembatasan cacat)
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar
pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini
dilaksanakan pada kasus atau penyakit yang memiliki
potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat di lakukan
dapat berupa perawatam untuk menghentikan  penyakit,
mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala
fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah
kematian.
e. Rehabilitation (rehabilitasi)

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Tingkat pelayanan ini di laksanakan setelah pasien
didiagnosis sembuh. Sering pada tahap ini dijumpai pada
fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program
latihan-latihan yang diberikan pada pasien., kemudian
memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan
kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan
masyarakat mau menerima dengan senang hati karina
kesadaran yang dimilikinya.
B. KEPERAWATAN SEBAGAI SUATU PROFESI
Keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual
yang bersifat komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia untuk mencapai derajat kesehatan optimal.
1. Peran Perawat Profesional
Peran adalah pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat. Peran Perawat Profesional Merupakan tingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Peran perawat profesional terdiri dari :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini
dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
c. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit bhkan tindakan yang diberikankan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
d. Koordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan
dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan
kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan
klien.
e. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
g. Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
2. Standar Praktik Keperawatan Profesional
Standar praktik keperawatan professional merupakan
pedoman bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan
asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
Standar praktik tersebut dilaksanakan oleh perawat generalis
maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan di
rumah sakit, puskesmas maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain di masyarakat
Jenis Standar praktik Keperawatan
a.   Menurut ANA
1) Standar  I : Pengkajian
Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data
tentang status kesehatan klien. Kriteria pengukuran :
a) Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh
kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.
b) Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik
pengkajian yang sesuai .

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
c) Pengumpulan data melibatkan klien, orang-
orang terdekat klien dan petugas kesehatan..
d) Proses pengumpulan data bersifat sistematis
dan berkesinambungan.
e) Data-data yang relevan didokumentasikan
dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.
2) Standar II : Diagnosa keperawatan
Perawat menganalisa data yang dikaji untuk
menentukan diagnosa.
Kriteria pengukuran :
a) Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.
b) Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang
terdekat klien, tenaga kesehatan bila
memungkinkan.
c) Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang
memudahkan perencanaan perawatan.
3) Standar III : Identifikasi hasil
Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara
individual pada klien.  
Kriteria pengukuran :
a) Hasil diambil dari diagnosa.
b) Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-
tujuan yang dapat diukur.
c) Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama
klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.
d) Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan
kemampuan/kapasitas klien saat ini dan
kemampuan potensial.
e) Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai
dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
f) Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu
pencapaian.
g) Hasil yang diharapkan memberi arah bagi
keanjutan perawatan.
4) Standar IV : Perencanaan
Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang
menggambarkan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Kriteria pengukuran :
a) Rencana bersifat individuali sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.
b) Rencana tersebut dikembangkan bersama klien,
orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
c) Rencana tersebut menggambarkan praktik
keperawatan sekarang
d) Rencana tersebut didokumentasikan.
e) Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan
perawatan
5) Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang
diidentifikasi dari rencana keperawatan.
Kriteria pengukuran :
a) Intervensi bersifat konsisten dengan rencana
perawatan yang dibuat.
b) Intervensi diimplementasikan dengan cara yang
aman dan tepat.
c) Intervensi didokumentasikan
6) Standar VI : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil
yang telah dicapai.
Kriteria pengukuran :

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
a) Evaluasi bersifat sistematis dan
berkesinambungan.
b) Respon klien terhadap intervensi
didokumentasikan.
c) Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya
dengan hasil.
d) Pengkajian terhadap data yang bersifat
kesinambungan digunakan untuk merevisi
diagnosa, hasil-hasil dan rencana perawatan untuk
selanjutnya,
e) Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan
didokumentasikan.
f) Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi
b. Menurut DEPKES
1) Standar 1, pengumpulan data tentang status kesehatan
klien atau pasien dilakukan secara sistematik dan
berkesinambungan. Data dapat diperoleh, dikomunikasikan
dan dicatat.
2) Standar 2, diagnosa keperawatan di rumuskan
berdasarkan data status kesehatan.
3) Standar 3, rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan
yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan
4) Standar 4, rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas
dan pendekatan tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan yang di ususn berdasarkan diagnosa
keperawatan
5) Standar 5, tindakan keperawatan memberikan kesempatan
klien atau pasien untuk berpartisifasi dalam peningkatan,
pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
6) Standar 6, tindakan keperawatan membantu klien atau
pasien untuk mengoptimalkan kemampuan untuk hidup sehat
7) Standar 7, ada tidaknya kemajuan dalam pencapaina
tujuan ditentukan oleh klien atau pasien dan perawat.
8) Standar 8, ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian
tujuan memberi arah untuk melakukan pengkajian ulang,
pengetaruran kembali urutan priorits, penetapan tujuan baru
dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.
c. Menurut PPNI
Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (DPP PPNI), standar praktik keperawatan
merupakan  komitmen professi  keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh  anggota
profesi. Di dalamnya terdapat penegasan tentang mutu pekerjaan
seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang
digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan
kepeawatan diantarannya sebagai berikut.
Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
memberikan perhatian padaupaya dan peningkatan kinerja
perawat terhadap target pencapaian tujuan. Meminimalkan
tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi klien
sehinggadapat menekan biaya perawatan. Menjaga mutu asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien dimasyarakat,
komunitas, kelompok dan keluarga.
C. INTERPROFESSIONAL EDUCATION DAN
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION
Interprofessional education (IPE) adalah suatu pelaksanaan
pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda
untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan
pelaksanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang professional.
Interprofessional Collaboration merupakan suatu bentuk
kerja sama dalam bidang kesehatan yang melibatkan berbagai
tenaga atau praktisi kesehatan professional yang bekerja untuk
mencapai tujuan yang sama dalam meningkatkan kesehatan
pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat sesuai dengan batasan
masing – masing profesi kesehatan

RINGKASAN
Setelah selesai mempelajari topik di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Klien dalam sistem pelayanan kesehatan memiliki hak-hak dan
serta kewajibannya
2. hak klien dalam sistem klien ialah
a. Mendapatkan informasi (diagnose, pengobatan yang
dilakukan, biaya pelayanan, dan perawatan yang
berkelanjutan)
b. Menolak prosedur dan diagnosa apapun.
c. Klien memiliki hak legal dalam pelayanan kesehatan yaitu
informed consent (persetujuan tindakan)
3. Kewajiban klien dalam system pelayanan kesehatan ialah
a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit.
b. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya. Memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter
yang merawat.
c. Melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/
dokter.
d. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah
dibuatnya.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
4. Tingkatan pelayanan kesehatan terdiri dari : Health  promotion,
specific protection (Perlindungan khusus), early diagnosis and
promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera), disability
limitation (pembatasan cacat), rehabilitation (rehabilitasi)
5. Peran Perawat Profesional adalah pemberi asuhan keperawatan,
advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, konsultan, peneliti
/ pembaharu
6. Standar praktik keperawatan professional : Menurut ANA
(Standar  I : Pengkajian, standar II : diagnosa keperawatan, standar
III : identifikasi hasil, standar IV : Perencanaan, standar V :
Implementasi, standar VI : evaluasi), DEPKES dan PPNI
7. Interprofessional education (IPE) adalah suatu pelaksanaan
pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda
untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan
pelaksanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik
itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang professional.
8. Interprofessional Collaboration merupakan suatu bentuk kerja
sama dalam bidang kesehatan yang melibatkan berbagai tenaga
atau praktisi kesehatan professional yang bekerja untuk mencapai
tujuan yang sama dalam meningkatkan kesehatan pasien/ klien/
keluarga serta masyarakat sesuai dengan batasan masing –
masing profesi kesehatan

LATIHAN :
1. Dibawah ini kewajiban klien dalam sistem pelayanan kesehatan,
kecuali …
A. Mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit.
B. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya. Memberikan informasi dengan jujur dan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter
yang merawat.
C. Mendapatkan informasi (diagnose, pengobatan yang
dilakukan, biaya pelayanan, dan perawatan yang
berkelanjutan)
D. Melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/
dokter.
E. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah
dibuatnya
2. Berikut peran perawat profesional, kecuali
A. Health  promotion
B. Specific protection (Perlindungan khusus)
C. Disability limitation (pembatasan cacat)
D. Evaluation condition
E. Rehabilitation (rehabilitasi)
3. Peran yang dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien disebut dengan …
A. Pemberi Asuhan Keperawatan
B. Advokat
C. Edukator
D. Koordinator
E. Konsultan
4. Standar perawatan dari ANA meliputi...
A. Pengkajian, perencanaan, diagnosa, identifikasi hasil,
implementasi, evaluasi
B. Pengkajian, diagnosa, identifikasi hasil, implementasi,
evaluasi, pemeliharaan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
C. Pengkajian, perencanaan, diagnosa, identifikasi proses,
implementasi, evaluasi
D.   Pengkajian, perencanaan, diagnosa, identifikasi hasil,
evaluasi
E. Pengkajian, perencanaan, diagnosa, identifikasi hasil,
implementasi
5. Suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih
profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
pelayanan dan pelaksanaanya dapat dilakukan dalam semua
pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan
klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional
disebut dengan ….

A. Interprofessional Collaboration
B. Interprofessional Education
C. Interprofessional Coordinator
D. Interprofessional Advokator
E. Interprofessional Multilateral

KUNCI JAWABAN:
1. C
2. D
3. D
4. A
5. B

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. (2016). Standar Praktik keperawatan bagi perawat
kesehatan: Jakarta : Departemen kesehatan
2. DPP PPNI. (2016). Standar Praktik keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
3. Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kosep Dasar Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
4. Kozier, B. Erb, G., Berwan, A. J., & Burke, K. (2008). Fundamentals
of Nursing: Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice
Hall Health
5. Potter, P. A. Perry, A & G. (2010) Fundamental Keperawatan (3-vol
set). Edisi Bahasa Indonesia 7 Edition. Elsevier (Singapore) Pte.
Ltd.
6. Sistem Kesehatan Nasional dan Pelayanan Keperawatan,
Kemenkes RI

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
UNIT III
PRINSIP-PRINSIP LEGAL ETIS PADA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM KONTEKS KEPERAWATAN

A. PRINSIP MORAL DAN ETIKA


Etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos, yang berarti
kebiasaan, adat atau watak. Secara umum etika berarti aturan atau
prinsip atau cara berpikir pada sebuah kelompok tertentu yang
menuntun tindakan  kelompok tersebut. Sedangkan moral berasal
dari bahasa latin yaitu moralis. Arti istilah ini adalah karakter, tata
cara atau perilaku yang tepat. Bisa disimpulkan jika moral ini
merupakan penilaian terhadap suatu hal yang baik dan buruk.
Keputusan baik dan buruknya suatu hal ini merupakan
kesepakatan bersama dalam sebuah masyarakat atau kelompok
tertentu.
1. Prinsip Moral
a. Advokasi
Advokasi menurut ANA “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak
sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan
oleh siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi
adalah; “memberi informasi dan memberi bantuan” kepada
pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien.
Memberi informasi bererti menyediakan penjelasan atau
informasi sesuai yang dibutuhkan pasien.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
b. Responsibilitas (tanggungjawab dan tanggunggugat)
Yaitu dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang
dilakukan dan dapat menerima konsekwensi dari tindakan
tersebut (Kozier, Erb, (1991). tidak hanya tanggungjawab
namun juga tanggung gugat,dengan hal ini maka tindakan yang
dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik
dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah.
c. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu
simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang
secara professional berhubungan dengan perawat. Hubungan
professional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan
bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas,
serta mengupayakan pencapaian keputusan bersama (Jameto,
1984; Fry, 1991; lih Creasia, 1991).
Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia
yang mempertahankan dan memperkuat anggota masyarakat
keperawatan dalam mencapai tujuan. Argument dari Creasia
1991 untuk mempertahankan loyalitas adalah :
1) Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien
lain dan perawat harus bijaksana bila informasi dari pasien
harus di diskusikan secara professional
2) Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak
bermanfaat (celotehan) dan berbagai persoalan, yang
berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah
sakit, harus didiskusikan dengan umum (terbuka dengan
masyarakat)
3) Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan
kepada teman sejawat
4) Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan
ditentukan oleh kelakuan anggota profesi (perawat).

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
2. Prinsip Etika
a. Autonomy (Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk
respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. praktik profesioanal
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak
pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
b. Beneficience (Berbuat Baik)
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-
kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi
konflik dengan otonomi.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,
legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktik
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan .
d. Non Maleficience (tidak merugiakan)

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien
tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan
psikologik.
e. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
f. Fidelity (loyalty/ ketaatan)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
g. Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan
oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dicegah.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
h. Akuntabilitas (accountability) 
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti
bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar  pasti yang mana tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

B. ETHIC OF CARE
Ethic Of Care (Etika dalam Perawatan) adalah teori normatif
tentang apa yang membuat tindakan secara moral benar atau salah. Ini
adalah salah satu dari sekelompok teori etika normatif yang
dikembangkan oleh kaum feminis pada paruh kedua abad kedua puluh.
( Toronto J. 1999) membagi Ethic Of Care dalam 4 teori dasar dalam
keperawatan, Yaitu :
1. Perhatian : Bentuk partisipasi diri dalam menjalin hubungan
dengan klien. Perhatian penting dalam ethic of care, karena
perawat membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk
menanggapi kebutuhan mereka.
2. Tanggung Jawab : Merupakan bentuk tingkah laku atau
perbuatan yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban. Dalam Ethic of care
penting saat mengemban tugas merawat klien.
3. Kompetensi : Suatu aspek penilaian akan kemampuan dalam
mengasuh klien. Hal ini saling terkait tidak hanya memberi
perhatian, menerima tanggung jawab, tetapi juga menindak lanjuti
dengan kecakapanya berpraktik sebagai perawat.
4. Responsive : Bentuk kepekaan akan situasi yang di alami oleh
pasien. Besar pengaruhnya dalam memberi tidakan keperawatan
karena menjadi penentu untuk bertindak sesuai dengan kondisi
klien tersebut.
C. KODE ETIK KEPERAWATAN

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
1. Pengertian kode etik keperawatan

Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional


tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik,
serta apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Untuk
perawat di Indonesia memiliki kode etik yang dikenal Kode Etik
Perawat Nasional Indonesia. Kode Etik Perawat Nasional
Indonesia (Putri, 2011) adalah aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/ fungsi perawat.
Kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang
memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan, dan
peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa
tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh
profesi.
2. Makna dan kegunaan kode etik keperawatan
a. Manfaat kode etik keperawatan yang berlaku saat ini berfungsi
sebagai landasan bagi status profesional dengan cara sebagai
berikut :
b. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa
perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan
dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh
masyarakat
c. Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan
praktik etikal
d. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan
profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat
dengan pasien / klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat,
dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan
dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
e. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai
profesi.
3. Konten Kode Etik Keperawatan
Kode etik keperawatan Indonesia telah disusun oleh
Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
melalui Munas PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik tersebut terdiri atas lima bab dan 16 pasal, dimana:
a. Bab satu
Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga dan masyarakat yang terdiri atas 4 pasal.
Tanggung jawab Perawat, terhadap Masyarakat, keluarga
dan penderita

1) Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa


berpedoman kepada tanggung jawab yang pangkal
tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan
perawat untuk individu, keluarga dan masyarakat.
2) Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di
bidang  keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nila budaya, adat
istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari orang
seorang, keluarga dan masyarakat.
3) Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi
orang seorang, keluarga dan masyarakat senantiasa
dilandasi dengan rasa tulus ihlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur perawatan.
4) Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama
yang baik dengan orang seorang, keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan
mengadakan upaya kesejahteraan umum sebagai bagian
dari tugas, kewajiban bagi kepentingan masyrarakat.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
b. Bab dua
Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
tugasnya yang terdiri atas lima pasal. Tanggung jawab
perawat terhadap tugas

1) Perawat senantiasa merawat mutu pelayanan yang


tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai dengan
kebutuhan orang seoaranng atau penderita, keluarga
dan masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya  sehubungan yang dipercayakan kepaanya.
3) Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan
keterampilan perawatan untuk tujuan yang bertentangan
dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya
senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin, aliran politik
yang dianut serta kedudukan sosial.
5) Perawat senantiasa mengupayakan perlindungan dan
keselamatan penderita dalam melaksanakan tugas
keperawatan serta dengan matang mempertimbangkan
kemampuan menerima atau mengalihtugaskan tanggung
jawab yang ada hubungannnya dengan perawatan.
c. Bab tiga

Menjelaskan tanggung jawab terhadap sesama perawat dan


profesi kesehatan lainnya yang terdiri dari 2 pasal.

1) Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan


profesi kesehatan lainnya

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
2) Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik
antar sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalm mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.

3) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan


keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat
serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi
lain bidang perawatan.

d. Bab empat

Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi


keperawatan yang terdiri dari empat pasal. Tanggung jawab
perawat terhadap profesi keperawatan

1) Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan


profesional secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama
dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan
perawatan.
2) Perawat selalu menunjang tinggi nama baik profesi
perawat dengan menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi
yang luhur.
3) Perawat senantiasa berperan dalam menentukan
pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkan dlam kegiatan-kegiatan pelayanan dan
pendidikan perawatan.
4) Perawat secara bersama-sama membina dan
memelihara mutu organisasi profesi perawatan sebagai
sarana pengabdian.
e. Bab lima

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,
bangsa, dan tanah air yang terdiri dari dua pasal.

1) Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa


dan tanah air

2) Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


sebagai kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah
dalam bidang kesehatan dan perawatan.
3) Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
menigkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.
1. Kode Etik International Council of Nurse (ICN)

a. Tanggung jawab utama perawat


Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan
kesehatan,mencegah timbulnya penyakit,memelihara
kesehatan dan mengurangi penderitaan
b. Perawat ,individu dan anggota masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
c. Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan


melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai
kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan

d. Perawat dan lingkungan masyarakat

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tangap,


mempunyai inisiatif dan dapat berperan serta secara aktif

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah social
yang terjadi di masyarakat

e. Perawat dan sejawat


Perawat dapat menopang hubungan kerjasama dengan
teman sekerja ,baik tenaga keperawatan maupun tenaga
profesi lain diluar keperawatan.
f. Perawat dan profesi keperawatan

Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan


pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawat secara
profesional.

2. Kode Etik Keperawatan Menurut American Nurses Association


(ANA)

a. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi


martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi
oleh pertimbangan status social atau ekonomi,atribut,politik
atau corak masalah kesehatannya
b. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan
memegang teguh informasi yang bersifat rahasia
c. Perawat melindungi klien dan public bila kesehatan dan
keselamatannya terancam oleh praktik seseorang yang tidak
berkompeten,tidak etis atau legal
d. Perawat memikul tanggungjawab atas pertimbangan dan
tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu
e. Perawat memelihara kompetensi keperawatan
f. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan
menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai
kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima
tanggungjawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan
kepada orang lain

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
g. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu
pengembangan pengetahuan profesi
h. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
melaksanakan dan meningkatkan standar keperawatan
i. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung
pelayanan keperawatan yang berkualitas
j. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profes iuntuk
melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang
salah serta mempertahankan integritas perawat
k. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan
atau warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-
upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik

D. ISUE ETIK DALAM KEPERAWATAN


1. Euthanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”.


Eu artinya baik, tanpa penderitaan; sedangkan thanathos -
artinya mati atau kematian. Dengan demikian, secara
etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau
mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada pula yang
menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktik
pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa
sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara
memberikan suntikan yang mematikan.

Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam


pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study
Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :

“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu


untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien itu sendiri”.

a. Klasifikasi Euthanasia

Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia


dibagi menjadi :

1) Voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan


adalah orang yang sakit. Misalnya gangguan atau
penyakit jasmani yang dapat mengakibatkan kematian
segera, dimana keadaan diperburuk oleh keadaan fisik
dan jiwa yang tidak menunjang. 
2) Involuntary euthanasia, jika yang membuat
keputusan adalah orang lain. Seperti pihak keluarga
atau dokter karena pasien mengalami koma medis.
3) Assisted Suicide, tindakan ini bersifat individual yang
pada keadaan tertentu dan alasan tertentu
menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh diri.
4) Tindakan yang langsung menginduksi kematian
dengan alasan meringankan penderitaan tanpa izin
individu bersangkutan dan pihak yang punya hak untuk
mewakili. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan,
tetapi agak berbeda pengertiannya karena tindakan ini
dilakukan atas dasar belas kasihan.
b. Jenis-Jenis Euthanasia

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, dilihat
dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :
1) Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau
mencabut segala tindakan atau pengobatan yang sedang
berlangsung untuk mempertahankan hidup pasien.
Dengan kata lain, euthanasia pasif merupakan tindakan
tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien
terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan pada
euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan
tidak lagi memberikan bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan
alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit,
dan sebagainya. Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa
dilakukan oleh tenaga medis maupun keluarga pasien
sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki
kematian anggota keluarga mereka dengan berbagai
alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien
itu sendiri atau karena sudah tidak mampu membayar
biaya pengobatan.
2) Euthanasia Aktif atau Agresif
Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah
perbuatan yang dilakukan secara medik melalui
intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk
mengakhiri hidup manusia. Dengan kata lain, Euthanasia
agresif atau euthanasia aktif adalah suatu tindakan
secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup si pasien. Euthanasia aktif menjabarkan kasus
ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mEnimbulkan kematian dengan secara sengaja melalui

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
obat-obatan atau dengan cara lain sehingga pasien
tersebut meninggal.
2. Aborsi
Aborsi adalah cara menggugurkan kandungan
atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
abortus yang berarti mengeluarkan hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa Abortus adalah suatu proses pengakhiran hidup
dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Pada saat ini aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberikan dampak
pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana
diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan eklampsia.
Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih
merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu
pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan
kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat.
Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang
terjadinya aborsi di masyarakat.
a. Pandangan tentang abortus
Ada 3 pandangan secara umum tentang abortus, yaitu :
1) Pandangan konservatif, berpendapat bahwa abortus
secara moral salah dan dalam situasi apapun tidak boleh
dilakukan, termasuk dengan alasan penyelamatan.
2) Pandangan moderat berpendapat bahwa abortus tidak
mutlak kesalahan moral dan hambatan penentang abortus
dapat diabaikan dengan suatu pertimbangan moral yang
kuat.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
3) Pandangan liberal berpendapat bahwa abortus secara
moral diperbolehkan atas dasar permintaan. Pandangan ini
secara umum menganggap bahwa fetus belum menjadi
manusia. Secara genetik fetus sebagai bakal manusia,
tetapi secara moral bukan manusia.

4) Tatanan Hukum Conscience Clauses, memperbolehkan


dokter, parawat atau rumah sakit untuk menolak membantu
pelaksanaan abortus. Di Indonesia dilarang sejak tahun
1918 dalam KUHP pasal 346 s/d 349, dinyatakan bahwa
Barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang
menyebabkan keguguran atau matinya kandungan dapat
dikenai penjara.

3. Transplansi Organ

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau


organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada
tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan
kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia
merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi
pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya
terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan
dengan pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga
dewasa ini transplantasi terus berkembang dalam dunia
kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan
begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non
medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
menetapkan terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah
donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ
jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran,
sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah
dan swata.

Pelaksaan transplantasi di Indonesia diatur dalam PP


No. 18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis dan bedah
mayat anatomis/ transplantasi alat atau jaringan tubuh,
merupakan pemindahan alat/ jaringan tubuh yang masih
mempunyai daya hidup sehat. Tindakan transplantasi tidak
menyalahi aturan semua agama dan kepercayaan sepanjang
penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazah terjamin
dan tidak terjadi penyalahgunaan (Est. Tanxil, 1991).

a. Jenis-Jenis Transplansi Organ

1) Autograf (Autotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu


jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu
sendiri. Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan
atau organ yang diambil untuk menutup bagian yang
sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.
2) Allograft (Homotransplantasi) yaitu, pemindahan suatu
jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh yang
lan yang sama spesiesnya, yakni manusia dengan
manusia. Homotransplantasi yang sering terjadi dan
tingkat keberhasilannya tinggi, antara lain : transplantasi
ginjal dan kornea mata. Disamping itu terdapat juga
transplantasi hati, walaupun tingkat kebrhsilannya belum
tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian
dari transplntasi ini, karena melalui transfusi darah,

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
bagian dari tubuh manusia (darah) dari seseorang
(donor) dipindahkan ke orang lain (recipient).
3) Xenograft (Heterotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu
jaringan atau organ dari tubuh yang satu ke tubuh yang
lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara species
manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya
daah pencangkokan hati manusia dengan hati dari
baboon (sejenis kera), meskipun tingkat keberhasilannya
masih sangat kecil.
4) Isograft yaitu, Transplantasi Singenik yaitu
pempindahan suatu jaringan atau organ dari seseorang
ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya masih memiliki
hubungan secara genetik.
4. Supporting devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau
pendukung. Jika di tinjau dari segi keperawatan, maka dapat kita
simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat tambahan
yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam
melakukan praktik. Adapun peralatan pendukung yang sering
digunakan oleh perawat atau tenaga medis adalah :
a. Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang
ultrasonografi)
b. Meja operasi
c. Gunting
d. Pisau operasi
e. Bedah minor set
f. Slang-slang pembius
g.Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh
yang tidak dioperasi)
h.Plastik steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang
meleleh dari tubuh pasien

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
i. Retractor
j. Penghangat darah dan cairan
k. Lampu operasi, dan lain-lain.

E. PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK


1. Malpraktik
Malpraktik adalah kelalaian bertindak yang di lakukan
seseorang terkait profesi atau pekerjaannya yang membutuhkan
keterampilan profesional dan tekhnikal yang tinggi.

Malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan


oleh tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya yang
tidak sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional, akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien
menderita luka berat, cacat bahkan meninggal dunia.

Tindakan yang termasuk malpraktik yaitu kesalahan


diagnosa, penyuapan, penyalahgunaan alat-alat kesehatan,
pemberian dosis obat yang salah, salah pemberian obat kepada
pasien, alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau
tidak steril, kesalahan prosedur operasi

2. Neglected
Neglected adalah kelalaian individu dalam melakukan
sesuatu yang sebenarnya dapat dia lakukan atau melakukan
sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton,1986). Kelalaian
bukanlah suatu kejahatan seorang dokter atau perawat dikatakan
lalai jika ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan
orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi jika kelalaian itu
telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak
memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa
akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini
akan digolongkan sebagai kelalaian berat.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian
dapat ditinjau dari beberapa hal :
a. Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan
kewajiban profesinya untuk mempergunakan segala ilmu dan
keterampilanya.

b. Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa


yang seharusnya dilakukan

c. Adanya hub sebab akibat yaitu adanya hub lngsng antara


penyebab dgn kerugian yang dialami pasien sbgai akibatnya.

Untuk menentukan kelalaian standar asuhan di penuhi dengan


penjelasan apakah seseorang beralasan akan atau melakukan
sesuatu pada situasi yang sama. Setiap perawat bertanggung
jawab untuk mengikuti standar asuhan keperawatan dalam
praktik.

F. ASPEK HUKUM DALAM KEPERAWATAN


1. Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau
kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau
keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu
kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi. Hukum adalah keseluruhan peraturan
yang mengatur dan menguasai manusia dalam kehidupan
bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak,
merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas, mengandung
pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat.
2. Pengertian hukum kesehatan
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang
menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan
sarana.
3. Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan

a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan


keperawatan

b. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain

c. Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan


dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di
bawah hukum
4. Hubungan Hukum Dengan Profesi Keperawatan
Masyarakat profesi dengan masyarakat umum telah
mengadakan suatu kontrak (social contract) yang memberikan
hak otonomi profesi untuk melakukan self regulation,  self
governing dan  self disciplining. Dengan kewajiban memberikan
jaminan profesional yang kompeten dan melaksanakan praktik
sesuai etika dan standar profesinya. Profesi perawat memiliki
kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan
keperawatan yang profesional kepada masyarakat umum.
Kondisi demikian secara langsung akan menimbulkan adanya
konsekuensi hukum dalam praktik keperawatan. Sehingga dalam
praktik profesinya dalam melayani masyarakat perawat terikat
oleh aturan hukum, etika dan moral. 
Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan
adanya  hubungan hukum dengan perawat adalah UU No. 23
Tahun 1992 Tentang  Kesehatan, Pasal 1 angka 2 menyebutkan
bahwa ”Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan”.  Berdasarkan PP No.
32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3) perawat dikatagorikan
sebagai tenaga keperawatan. 
Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo.
Pasal 21 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk memenuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Standar profesi merupakan
pedoman bagi tenaga kesehatan/ perawat dalam menjalankan
upaya pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan  tindakan
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien,
sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan kemampuan
tenaga serta ketersediaan fasilitas dalam sarana pelayanan
kesehatan yang ada. 
G. PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
1. Alasan Perlunya Perlidungan Hukum Dalam praktik Keperawatan
Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan
konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga
pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian
tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian
perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis
dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin,
kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan
bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi
profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan.
Kedua alasan yuridis UUD 1945 pasal 5 menyebutkan
bahwa presiden memegang kekuasaan membentuk undang-
undang dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat.
Ketiga alasan sosiologis, kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan semakin meningkat.
Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan gejala sebagai informasi
dan bukan sebagaik fokus pelayanan (cohen,1996). (Kozier,
Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.)
2. Undang – Undang Dalam praktik Keperawatan
a. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat
melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
diatur dalam peraturan pemerintah.
b. Pasal 54 UU tahun 1992 tentang kesehatan
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan
atau kelalaian dalam melaksankan tugas profesinya dapat
dikenakan tindakan sangsi.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh
Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata
kerja Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan
keputusan presiden.
c. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
‘’Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg
melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan.’’
d. Pasal 344 KUHP
“Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-
sungguh dihukum penjara selama-lamanya duabelas tahun.”
e. Pasal 299 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita
atau menyuruh supaya diobati, dengan memberitahukan atau
menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu
kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
empat puluh lima ribu rupiah.
2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari
keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai
pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan
atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam
menjalankan pekerjaannya, maka haknya untuk melakukan
pekerjaan itu dapat dicabut.
f. Pasal 1 ayat 4 UU no 38 tahun 2014 tentang keperawatan
‘’Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan
oleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.’’

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
g. Pasal 1 ayat 9 UU no 38 tahun 2014
‘’Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang
telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan
telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui
secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.’’
h. Pasal 1 ayat 11 UU no 38 tahun 2014
‘’Surat lzin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian kewenangan
untuk menjalankan Praktik Keperawatan.’’
i. Pasal 3 UU no 38 tahun 2014
Pengaturan Keperawatan bertujuan : ‘’meningkatkan mutu
Perawat, meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan,
memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat
dan Klien, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.’’

j. Pasal 17 UU no 38 tahun 2014


‘’Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan
kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh Perawat, Menteri dan Konsil Keperawatan
bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat
sesuai dengan kewenangan masing-masing.’’
k. Pasal 36 ayat 1 uu no 38 tahun 2014
‘’Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang
undangan.’’
H. NURSING ADVOCACY
Perawat sebagai advokat, yaitu sebagai penghubung antara
klien-tim kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
klien.Membela dan melindungi kepentingan klien dan membantu
klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
profesional.
Ditinjau secara Nursing Advocacy, maka perawat harus
banyak mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu
pernyataan/ pembelaan untuk kepentingan pasien.
1. Peran Advokat Keperawatan
a. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hokum.
b. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila
dibutuhkan.
c. Memberi bantuan mengandung dua peran, yakni peran aksi
dan peran non aksi.
2. Hak Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit dan mendapat pelayanan yang
manusiawi,adil, dan jujur.
b.Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu.
c.Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
d.Meminta konsultasi pada dokter lain (second opnion) terhadap
penyakitnya.
e.“privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya.
f. Mendapat informasi yang meliputi: penyakitnya, tindakan
medic, alternative terapi lain, pragnosa penyakit,dan biaya.
g. Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
h. Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab
sendiri.
i. Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
j. Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
k. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan
l. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun
spiritual
m. Hak didampingi perawat/ keluarga pada saat diperiksa
dokter
n. Hak pasien dalam penelitian
I. PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS
1. Pengertian
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil
keputusan dari suatu permasalahan yang disesuaikan dengan
keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik secara
umum ataupun secara khusus.
2. Model Pengambilan Keputusan Etik

Menurut Kozier, dkk (2008)

a. Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik


b. Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan
c. Mengacu kepeda kode etik keperawatan
d. Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien
e. Mengacu pada nilai yang dianut
f. Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan,
komitmen, penggunaan waktu, kurangnya pengalaman,
ketidaktahuan atau kecemasan terhadap hukum, dan adanya
loyalitas terhadap publik.
Menurut Potter dan Perry (2010)

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
a.Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa
semua orang mempunyai maksud yang baik untuk
menjelaskan masalah yang ada.
b.Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa
semua orang yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar
pendapatnya.
c.Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan
meliputi data tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis
dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan
lingkungan.

d. Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting


e. Mengusulkan tindakan alternatif
f. Melakukan tindakan terpilih
3. Tahap - Tahap Pengambilan Keputusan

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mengumpulkan data masalah

c. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative

d. Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan

e. Membuat keputusan

f. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil


evaluasi tindakan

4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan


Keputusan Etis

a. Tingkat Pendidikan

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar
belakang pendidikan perawat akan membantu perawat untuk
membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan dan program
pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian
kognitif dan kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987)

b.Pengalaman

Perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana


menunjukkan bahwa pengalaman yang lalu dalam menangani
masalah-masalah etika atau dilema etik dalam asuhan
keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan
yang beretika. Oleh karena itu, penggalian pengalaman lalu
yang lain dari pengalaman keperawatan secara umum
memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.

c. Faktor Agama Dan Adat Istiadat

Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor


utama dalam membuat keputusan etis. Setiap perawat
disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya.  Untuk memahami ini dibutuhkan
proses. Semakin tua seseorang akan semakin banyak
pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengennal siapa
dirinya dan nilai yang dimilikinya.

d.Komisi Etik

Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi perawat untuk


berbagi perhatian dan mencari solusi pada saat mereka
mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh dewan etik
kelembagaan. Komisi etik tidak hanya memberi pendidikan dan
menawarkan nasehat melainkan pula mendukung rekan-rekan
perawat dalam mengatasi dilema etik yang ditemukkan dalam

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk semakin
terlibat secara formal dalam pengambilan keputusan yang etis
dalam organisasi perawat kesehatan.

e.Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan


kualitas hidup serta mampu memperpanjang usia manusia
dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien
dengan gangguan ginjal yang dapat diperpanjang usiannya
berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang mengalami
kesulitan hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini
menimbulkan pertanyaan yang berhubungan dengan etika.

f. Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan.


Setiap perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya
suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menuntut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat
menimbulkan suatu konflik.

5. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis

a.  Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir)

Merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fonomena


berdasarkan akibat yang dihasilkan  atau konsekuensi yang
dapat terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil
akhir yang terjadi pencapaian hasil dengan kebaikan 
maksimal dan  ketidak baiakan sekecil mungkin bagi
manusia.

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
b. Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas),

Prinsip teori ini pada suatu aksi atau tindakan dan menekan
pada nilai moralnya serta tindakan secara moral benar atau
salah Perinsip moral atau yang terkait dengan tugasnya
harus bersifat univesal dan tidak kondisional. Terori ini
dikembangkan menjadi 5 prinsip:  Kemurahan hati, Keadilan,
Otonomi, Kejujuran dan Ketaatan.

RINGKASAN
1. Moral merupakan penilaian terhadap suatu hal yang baik dan
buruk. Keputusan baik dan buruknya suatu hal ini merupakan
kesepakatan bersama dalam sebuah masyarakat atau kelompok
tertentu.
Prinsip Moral : Advokasi, Responsibilitas (tanggungjawab dan
tanggunggugat), Loyalitas
2. Etika berarti aturan atau prinsip atau cara berpikir pada sebuah
kelompok tertentu yang menuntun tindakan  kelompok tersebut
Prinsip Etika : Autonomy (Otonomi ), beneficience (Berbuat Baik),
justice (Keadilan), non maleficience (tidak merugiakan), veracity
(kejujuran), fidelity (loyalty/ ketaatan), confidentiality (kerahasiaan),
akuntabilitas (accountability) 
3. Ethic Of Care (Etika dalam Perawatan) adalah teori normatif
tentang apa yang membuat tindakan secara moral benar atau
salah. Ethic Of Care dalam 4 teori dasar dalam keperawatan yaitu
perhatian, tanggung Jawab , kompetensi, responsive

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
4. Kode Etik Perawat Nasional Indonesia adalah aturan yang
berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/ fungsi perawat.
5. Isue Etik dalam Keperawatan : Euthanasia, aborsi, transplansi
organ, supporting device
6. Prinsip-prinsip legal dalam praktik yaitu : Malpraktik, Neglected
7. Malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya yang tidak
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional,
akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien menderita luka
berat, cacat bahkan meninggal dunia.
8. Neglected adalah kelalaian individu dalam melakukan sesuatu
yang sebenarnya dapat dia lakukan atau melakukan sesuatu yang
dihindari orang lain
9. Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil
keputusan dari suatu permasalahan yang disesuaikan dengan
keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik secara
umum ataupun secara khusus.

LATIHAN
1. Apa saja yang termasuk kode etik ANA…
A. Tanggung jawab utama perawat
B. Perawat ,individu dan anggota masyarakat
C. Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
D. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang
teguh informasi yang bersifat rahasia
E. Perawat dan profesi keperawatan
2. Bagaimana model hubungan pasien dengan perawat...
A. Model Partisipasi Mutual
B. Perawat dapat berperan sebagai konselor pada saat pasien
mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
C. Model Hubungan Membantu
D. Kedokteran lebih bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur
seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan
E. Model Aktivitas- Pasivitas
3. Apa makna dan kegunaan kode etik keperawatan...
A. Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan
praktik etikal
B. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas/ fungsi perawat.
C. Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat
terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak
berlatih mencoba menganalisa permasalahan – permasalahan
etis.
D. Untuk melakukan pelayanan darurat sesuai dengan batas
kewenangannya sebagai tugas kemanusiaan
E. Memberi asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat juga
mempunyai hak untuk bekerja sesuai jam kerja.

4. Kelalaian individu dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat


dia lakukan atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain disebut
A. Fidelity
B. Malpraktik
C. Beneficience
D. Confidentiality
E. Neglected
5. Ethic Of Care dalam 4 teori dasar dalam keperawatan yaitu ….
A. Peduli, adil, jujur, tidak merugikan
B. Peduli, tidak merugikan, berbuat baik, responsive
C. Perhatian, tanggung Jawab , kompetensi, responsive
D. Perhatian, tanggung Jawab, adil, kompetensi

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
E. Tanggungjawab, tanggung gugat, kompetensi, adil
KUNCI JAWABAN
1. D
2. B
3. A
4. E
5. C

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, A. (2008). Etika Dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka


Book
2. DPP PPNI. (2016). Standar Praktik keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI
3. Kozier, B. Erb, G., Berwan, A. J., & Burke, K. (2008). Fundamentals
of Nursing: Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice
Hall Health
4. Nisya Rifiani, H. S. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan.
Jakarta Timur: Dunia Cerdas

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang
5. Potter, P. A. Perry, A & G. (2010) Fundamental Keperawatan (3-vol
set). Edisi Bahasa Indonesia 7 Edition. Elsevier (Singapore) Pte.
Ltd.
6. Wulan, Kencana., Hastuti, M. (2011). Pengantar Etika
Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Program Studi Ners STIKES


Widya Husada Semarang

Anda mungkin juga menyukai