SISTEM LIMFATIK
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
limfatik beserta fungsinya”. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah “Ilmu Biomedik Dasar”. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya
Perilaku Manusia itu tersebut.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dri makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..............................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................17
Daftar Pustaka.....................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening di dalam tubuh. Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan
sistem sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan
melalui vena. Sebagian cairan yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran
limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
Susunan limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat
besar di dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe dalam
salurannya digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dalam beberapa saluran
limfe yang gerakannya besar itu dibantu oleh katup.
Fungsi limfe :
Cairan limfe merupakan cairan jaringan berlebih (cairan interstisial dari darah)
dibawa pembuluh limfe dan kembali ke aliran darah. Sistem limfatik memiliki sistem
satu jalur untuk menuju jantung, tidak ada pompaan dari pembuluh limfe dan
pembuluh darah.
3
1. Pergerakan limfe menuju jantung dipengaruhi oleh :
a. Perubahan tekanan rongga toraks (rongga dada)
b. Kontraksi ritmik dan otot polos pembuluh darah
c. Pengaruh kontraksi otot rangka
2. Dindingnya berlapis membentuk seperti katup mini
a. Kapiler berhubungan dengan jaringan kolektif oleh filamen
b. Tekanan lebih tinggi dari sisi yang dekat dengan katup mini
4
2. Pompa limfe, katup-katup secara priodik dalam saluran limfe dapat ditekan oleh
kontraksi dinding pembuluh limfe itu sendiri atau tekanan struktur sekitarnya.
Pompaan limfe menjadi sangat aktif selama tubuh aktif bergerak, sekitar naik 5-15
kali, sedangkan dalam keadaan istirahat pompaan limfe sangat lambat.
Faktor penentu kekuatan pompa limfe adalah sebagai berikut.
a. Kontraksi otot yang berlangsung setiap saat
b. Aktivitas gerak tubuh merangsang aliran limfe
c. Pulsasi arteri. Tekanan arteri untuk mendorong cairan limfe
d. Penekanan jaringan dari objek diluar tubuh
Kekuatan utama yang menentukan cairan limfe keluar masuk cairan interstisial
(faktor penggerak cairan limfe ada empat faktor.
5
2.4 Struktur Limfatik
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian marjan. Pembuluh limfe
yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar daripada kapiler darah dan terdiri atas
6
selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat
kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Sejenis
pembuluh limfe khusus disebut lateal (kilus) dijumpai dalam vili usus kecil.
Kelenjar limfe atau nodus limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan
terdaat disepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di
tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam
leher, aksila, torax, abdomen, dan lipat paha. Sebuah kelenjar limfe mempunyai
pinggiran yang cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum.
Sebuah kelenjar terdiri atas jaringan fibrus, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Di
sebelah luar, jaringan limfe terbungkus kapsul fibrus. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari
jaringan otot dan fibrus yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar dan membentuk
sekat-sekat. Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak
sel darah putih atau limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan
menuangkan isinya ke dalam kelenjar. Bahan ini becampur dengan benda-benda kecil
limfe yang banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini di
kumpulkan pembuluh limfe aferen yang mengeluarkannya melalui hilum. Arteri dan
vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.
Saluran limfe. Terdapat dua batang saluran limfe yang utama, duktus toraksicus
dan batang saluran kanan. Duktus toraksicus bermula sebagai reseptakulum kili atau
sisternakili didepan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan keatas melalui abdomen
dan toraks menyimpang kesebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan
vena-vena besar disebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-
vena itu.
Duktus toraksicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke duktus limfe kanan (batang saluran kanan).
Duktus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah, dan menuangkan
isinya kedalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher. Pada waktu infeksi,
pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang. Pembengkakan kelenjar yang sakit
tanpak di ketiak atau lipat paha jika sebuah dari tangan atau jari kaki terkena infeksi.
7
Tonsil. Kedua tonsil terdiri atas jaringan limfe. Letaknya di antara dua tiang fauses
(lengkung langit-langit) dan mendapat persediaan limfosit melimpah di dalam cairan
yang ada di permukaannya dan yang ada di dalam sela-sela tonsil.
Sejumlah besar jaringan limfoid masuk ke dalam formasi limpa, membran serosa,
dan dalam kulit usus halus. Di dalam usus, jaringan ini ditampung di dalam mukosa
(selaput lendir). Di beberapa tempat dijumpai beberapa nodulus jaringan limfe. Bila
berdiri sendiri, nodulus itu disebut kelenjarsolitari dan bila dalam kelompok disebut
kelenjar peyer.
Vili. Sebagian besar merupakan jaringan limfe. Kilusentralis di dalam pilus
berhubungan dengan pembuluh limfe dalam jaringan submukosa, dari sini imfe keluar
dan akhirnya sampai di reseptakulum kili.
Membran serosa. Membran serosa bertalian erat dengan sistem saluran limfe.
Lipatannya yang banyak itu membawa saluran limfe dan pembuluh darah. Membran
ini dilapisi epitelium bersisik atau endotelium, dan didalamnya terdapat banyak
lubang-lubang halus. Lubang-lubang ini disebut stomata. Stomata berhubungan
dengan pembuluh limfe dan dengan demikian menghindarkan limfe berkumpul dalam
ruang serosa.
Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri
abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke sembilan, sepuluh, dan sebelas.
Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpa
menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.
Limpa terdiri atas jalinan struktur jaringan ikat. Di antara jalinan-jalinan itu
terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel
darah. Limpa di bungkus kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis dan
beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada sangat
kecil bagi fungsi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut
trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpa dan membaginya dalam beberapa
bagian.
8
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan
dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa
sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada
organ-organ lain yang dipisahkan pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem kapiler
biasa, tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang mengalir
dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sebuah sistem sinus yang bekerja seperti pena dan
yang menghantarkan darah ke dalam cabang-cabang vena. Cabang-cabang ini bersatu
dan membentuk pena limpa (pena lienalis). Pena ini membawa darahnya dari limpa
masuk peredaran gerbang (peredaran portal) dan diantarkan ke hati.
Fungsi limpa. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan
mungkin pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila fungsi sum-sum tulang
rusak. Sel darah merah yang sudah usang dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga
menghasilkan limfosit, diperkirakan limpa juga bertugas menghancurkan sel darah
putih dan trombosit. Sebagai bagian dari sistem retikulo-endotelial, limpa juga terlibat
dalam perlindungan terhadap penyakit. Dan menghasilkan zat-zat anti (antibodi).
Limpa bukanlah sesuatu yang harus ada untuk hidup. Dalam beberapa keadaan pada
anemia hemolitik, limpa diangkat melalui operasi splenektomi dan hasil dari tindakan
ini ialah bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang dan dapat memperingan
penyakit.
Pada seluruh jaringan dan organ tubuh terdapat sel-sel tertentu yang memakan
(fagositose) benda-benda asing dan bakteri. Sel-sel itu terutama berpusat di dalam
kelenjar limfe, limpa, hati, dan sum-sum tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan besar
untuk berkembang biak dan bertalian dengan limfosit dan dengan organ-organ
pembentuk darah. Sel-sel ini bertugas melindungi tubuh terhadap infeksi.
9
meninggalkan kerusakan permanen. Limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh
tubuh, misalnya dalam sum-sum tulang, kelenjar limfe, limpa, sistem saluran nafas,
sistem saluran cerna, dan organ lain. Pada beberapa keadaan patologis, sistem imun
ini tidak dapat membedakan zat asing dari tubuh sendiri, sehingga sel-sel dalam
sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut
auto-antibodi.
1. Air mata yang mengalir ke kornea dan sklera merupakan alat pertahanan untuk
menghancurkan bakteri. Jika pembentukan air mata terganggu, kornea dan sklera
menjadi kering dan bakteri dapat berkembang biak sehingga berbahaya untuk
mata
2. Selaput lendir dan bulu-bulu hidung merupakan penyaring debu dan bakteri pada
saluran pernafasan. Tanpa adanya penyaringan, bakteri akan masuk ke jalan
pernafasan sehingga menimbulkan infeksi.
3. Peradangan menahun selaput lendiri, pernafasan mengalami perubahan
metaplasia (selaput lendir) menjadi epitel gepeng.
4. Selaput dinding alveoli mempunyai kemampuan sebagai fagosit
Pertahanan tubuh dapat diperoleh melalui berbagai cara, yakni sebagai berikut.
1. Kekebalan aktif alami : diperoleh saat sakit, dimana antibodi tetap di dalam darah
untuk mencegah serangan lain penyakit yang sama, tipe imun ini juga dihasilkan
oleh apa yang disebut infeksi nonklinis dimana tubuh terpapar pada sejumlah kecil
mikroorganisme dalam jumlah yang tidak cukup untuk memunculkan suatu gejala
definitif (gejala pasti) tetapi cukup untuk menstimulasi produk antibodi.
2. Kekebalan aktif buatan : diberikan kepada anak-anak dan orang yang berpergian
untuk mencegah mereka terkena penyakit yang serius atau fatal. Suntikan
mikroorganisme yang sudah mati atau hidup diberikan dan tubuh berespons
dengan menghasilkan antibodi. Dengan cara ini imun aktif dibuat. Toksin yang
tidak berbahaya juga digunakan untuk memberikan imun tipe ini. Toksin normal
adalah racun kimia yang dihasilkan mikroorganisme. Jika diberikan dalam kondisi
10
tidak berbahaya, toksik juga bekerja sebagai antigen. Mikroorganisme yang
dilemahkan disebut vaksin sedangkan toksin yang dilemahkan disebut toksid.
Banyak penyakit dapat dicegah dengan imun aktif buatan. Beberapa penyakit
yang umum ialah : difteri, campak, cacar, polio mielitis, dan tuberkulosis.
3. Kekebalan pasif alami : diperoleh bayi sebelum lahir sebagai antibodi yang
diturunkan ibu kepada janin.
4. Kekebalan pasif buatan : bermanfaat untuk mencegah penyakit dan untuk
mengobatan, antibodi dihasilkan orang lain / hewan disuntikkan ke dalam tubuh
seseorang yang berisiko.
5. Reaksi antigen-antibodi : secara normal terjadi di dalam aliran darah dan dibawa
oleh sistem makrofakmonosit. Ketika reaksi imun terjadi di jaringan, sel-sel di
dalamnya rusak atau hancur akibat efek samping reaksi tersebut dan hal ini
dikenal sebagai alergi.
6. Autoimun : suatu keadaan dimana tubuh membuat antibodi melawan selnya
sendiri. Banyak penyakit yang berasal dari autoimun, diantaranya rematoid
artritis dan demam rematik.
2.8 Imunitas
11
menghancurkan atau menetralisasi benda-benda di dalam tubuh yang dianggap
asing oleh tubuh normal.
12
Sel leukosit sebagai sistem pertahanan. Sel leukosit bertanggung jawab atas
berbagai strategi pertahanan imun berikut.
1. Neutrofil: spesifik, fagosit yang sangat mudah bergerak dan memakan serta
menghancurkan bahan-bahan yang tidak di perlukan.
2. Eusinofil: mengeluarkan zat-zat kimia yang menghancurkan cacing, parasit, dan
berperan dalam manifestasi alergi.
3. Basofil: mengeluarkan histamin dan heparin serta terlibat dalam manifestasi
reaksi alergi.
4. Limfosit:
a. Limfosit B: berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi, secara
tidak langsung menyebabkan destruksi (penghancuran) benda asing.
b. Limfosit T: berperan dalam imunitas yang di perantai oleh sel imunitas seluler
dengan melibatkan destruksi langsung sel-sel yang terinvasi virus dan sel-sel
muatan melalui cara-cara nonfagosit.
5 Monosit: berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik yang berukuran besar
dan terikat ke jaringan.
13
nonspesifik dengan proses fagositosis. Untuk mencapai hal ini, maka fagosit harus
bergerak menuju sasaran yang memungkinkan dilepaskannya zat atau mediator
tertentu yang disebut faktor leukotaktik atau kemotaksis yang berasal dari bakteri
maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah
berada dilokasi bakteri. Sel imun tersebar diseluruh tubuh, tetapi bila terjadi infeksi
di satu tempat sel-sel sistem imun dipusatkan pada area itu sehingga produk yang
dihasilkannya masuk ke area yang mengalami infeksi.
14
1. Pertahanan oleh makrofag : ketika bakteri masuk dalam tubuh melalui luka pada
kulit, makrofag yang sudah berada di daerah tersebut segera memfagosit mikroba
asing yang masuk.
2. Fasodilatasi lokal : segera setelah invasi mikroba, arteriol di daerah tersebut
berdilatasi (melebar) sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera.
3. Peningkatan permeabilitas kapiler : histamin yang dikeluarkan meningkatkan
permeabilitas kapiler dengan pembesaran pori-pori kapiler. Protein plasma dalam
keadaan normal tidak dapat keluar dari pembuluh darah, tetapi lolos ke jaringan
yang meradang.
4. Edema lokal : protein plasma yang bocor, tertimbun di cairan interstisial
menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik lokal ini disertai
peningkatan tekanan darah kapiler akibat peningkatan aliran darah, kemudian
cenderung meningkatkan filtrasi dan menurunkan reabsorpsi cairan menembus
kapiler.
Mekanisme peradangan. Ketika salah satu bagian dari tubuh terluka, kuman
penyakit akan masuk ke bagian tubuh yang terluka. Penyakit akan mengeluarkan
kinin, histamin, dan zat lain sehingga darah yang keluar semakin banyak. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah berdeduksi melalui masuk ke dalam jaringan yang
terluka. Masuknya kinin, histamin, dan zat lain pembuluh kapiler bocor
menyebabkan terjadinya edema dan protein menggumpal di daerah luka, hal ini
menimbulkan nyeri serta bengkak hanya sementara. Dengan masuknya kinin,
histamin, dan zat lain sehingga neutropil dan monosit masuk menangkap dan
memfagosit (memakan) menimbulkan kerusakan atau kematian bakteri dan sel dari
area luka.
15
2. Pembengkakan akibat kelenjar getah bening (Lymphedema)
Sekitar 2-4 liter getah bening beredar melalui sistem limfatik setiap harinya.
Ketika pembuluh limfatik terputus, terpotong, atau tersumbat maka cairan limfe
tidak dapat mengalir dengan lancar menuju vena subclavia untuk ke jantung, sebagai
akibat cairan getah bening menumpuk di jaringan didekatnya dan menyebabkan
pembengkakan.
3. Limfadenitis
Ketika kuman masuk ke dalam tubuh, kuman-kuman itu di jemput oleh sistem
limfatik. Seringkali kuman-kuman tersebut menginfeksi kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan serta nyeri.
4. Limfangitis
Yaitu infeksi dan peradangan pada pembuluh limfatik. Pada kondisi ini akan
terlihat garis-garis merah yang muncul pada kulit sepanjang pembuluh limfatik yang
meradang, biasanya disertai dengan demam dan menggigil.
5. Kanker kelenjar getah bening
Limfoma adalah jenis kanker yang melibatkan sel-sel kekebalan tubuh dari
sistem limfatik yang dikenal sebagai limfosit. Kanker ini dapat muncul dimana saja di
seluruh tubuh, dibagi menjadi dua jenis yaitu Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
6. Gangguan struktural
Pembuluh limfatik kadang-kadang terbentuk dengan kondisi abnormal. Salah
satunya limfangioma, yaitu tumor jinak atau non-kanker, yang tumbuh ketika
pembuluh limfatik kecil tidak terhubung secara normal dengan seluruh sistem
llimfatik.
7. Gangguan fungsional
Ketika limfosit tidak berfungsi gangguan immunodeficiency primer atau yang
diwariskan sejak lahir. Sedangkan jika gangguan ini berkembang di kemudian hari
disebut imunodefisiensi sekunder, seperti pada human immunodeficiency virus (HIV)
atau bahkan AIDS.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening didalam tubuh. Sistem limfatik berfungsi untuk absorbsi zat-zat
makanan dari traktus gas trointestinal, bertanggung jawab untuk absorbsi lemak, dan
salah satu mekanis pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sistem limfatik manusia meliputi
saluran limfe, pembuluh limfe dan organ limfe. Sistem imunitas adalah sistem yang
berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri
atas organ limfatik primer (sum-sum tulang merah,kelenjar timus) dan organ limfatik
skunder. Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara
materi asing dari luar tubuh dengan materi dari dalam tubuh.
3.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn, C. 2000. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
18