Anda di halaman 1dari 21

ILMU BIOMEDIK DASAR

SISTEM LIMFATIK

DISUSUN OLEH :

1. INTAN PERMATA SARI (191440115)


2. LANI OKTAVIANI (191440118)
3. NATASYA PUTRI (191440122)
4. NURMIATI (191440125)
5. NURUL FUADAH (191440126)
6. PUTRI ZAKIYAH RAHMADINI (191440129)
7. RIO ANGGARA PRATAMA (191440132)
8. YOWANA SELINA PUTRI (191440138)
9. YUNIVIA DIAN HERMALA (191440140)

DOSEN PEMBIMBING : Ns.H.Abdul Kadir, SST, M.Kes

PROGRAM DIII KEPERWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKAL PINANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
limfatik beserta fungsinya”. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah “Ilmu Biomedik Dasar”. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya
Perilaku Manusia itu tersebut.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dri makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.

Pangkal Pinang, 9 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Limfatik......................................................................3


2.2 Karakteristik Sistem Limfatik...................................................................3
2.3 Fisiologi Cairan Limfe...............................................................................4
2.4 Struktur Sistem Limfatik..........................................................................6
2.5 Limpa (Lien).............................................................................................8
2.6 Sistem Retikulo-Endotelial......................................................................9
2.7 Mekanisme pertahanan tubuh................................................................9
2.8 Imunitas...................................................................................................11
2.9 Respons Imun Nonspesifik......................................................................13
2.10 Penyakit yang berhubungan dengan sistem limfatik..............................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................17

3.2 Saran........................................................................................................17

Daftar Pustaka.....................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di tubuh manusia terjadi perperangan setiap waktu karena musuh-musuh yang


datang menyerang adalah bibit penyakit. Ini berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh
seseorang. Jaringan yang berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh manusia
adalah jaringan darah dan jaringan limfa. Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi
sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening dalam tubuh. Limfa
berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskuler ke dalam jaringan
sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke
dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi. Semua jaringan tubuh
terendam di dalam cairan jaringan yang terdiri atas konstinuen darah dan materi sisa
yang difus dari sel. Sebagian cairan kembali ke kapiler limfe diujung vena dan sisanya
berdifusi melalui dinding kapiler dan membentuk limfa. Sistem limfatik terdiri atas
limfe, pembuluh limfe, organ limfe, dan jaringan limfoid difus.
Tubuh kita setiap saat terkena bakteri, jamur, atau virus. Akan tetapi, hanya sedikit
yang dapat masuk ke dalam tubuh kita dan menimbulkan penyakit karena tubuh kita
memiliki sistem pertahanan tubuh. Sistem imunitas adalah sistem yang berperan
penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Sistem imunitas manusia sendiri terdiri atas
organ limfatik primer (sumsum tulang merah, kelenjar timus) dan organ limfatik
sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil). Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan
atas respons nonspesifik dan respon spesifik. (Pratiwi, dkk, 2007).
Dari latar belakang tersebut kami menyadari pentingnya sistem limfatik dalam
proses pertahanan tubuh. Maka dari itu makalah ini dibuat untuk menambah wawasan
mengenai sistem limfatik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem limfatik?


2. Apa saja karakteristik sistem limfatik?
3. Bagaimana fisiologi dari cairan limfe?
4. Bagaimana struktur dari sistem limfatik?
5. Apa itu limpa?
6. Apa itu sistem retikulo-endotelial?
7. Bagaimana mekanisme pertahanan tubuh?
8. Apa itu imunitas?
9. Apa itu respons imun non-spesifik?
10. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan sistem limfatik?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian sistem limfatik.


2. Mengetahui karakteristik sistem limfatik.
3. Mengetahui fisiologi dari cairan limfe.
4. Mengetahui struktur sistem limfatik.
5. Memahami pengertian limpa.
6. Memahami pengertian sistem retikulo-endotelial.
7. Mengetahui mekanisme pertahanan tubuh.
8. Mengetahui pengertian imunitas.
9. Memahami respons imun non-spesifik.
10. Mengetahui penyakit yang berhubungan dengan sistem limfatik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Limfatik

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening di dalam tubuh. Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan
sistem sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan
melalui vena. Sebagian cairan yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran
limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.

Susunan limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat
besar di dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe dalam
salurannya digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dalam beberapa saluran
limfe yang gerakannya besar itu dibantu oleh katup.

Fungsi limfe :

1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.


2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Membawa lemak yang sudah di buat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran
limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindari
penyebaran organisme itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain
tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk melindungi
tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

2.2 Karakteristik Sistem Limfatik

Cairan limfe merupakan cairan jaringan berlebih (cairan interstisial dari darah)
dibawa pembuluh limfe dan kembali ke aliran darah. Sistem limfatik memiliki sistem
satu jalur untuk menuju jantung, tidak ada pompaan dari pembuluh limfe dan
pembuluh darah.

3
1. Pergerakan limfe menuju jantung dipengaruhi oleh :
a. Perubahan tekanan rongga toraks (rongga dada)
b. Kontraksi ritmik dan otot polos pembuluh darah
c. Pengaruh kontraksi otot rangka
2. Dindingnya berlapis membentuk seperti katup mini
a. Kapiler berhubungan dengan jaringan kolektif oleh filamen
b. Tekanan lebih tinggi dari sisi yang dekat dengan katup mini

Fungsi kelenjar limfe adalah sebagai berikut :

1. Menyaring cairan limfe dari benda-benda asing


2. Pembentukan limfosit
3. Pembentukan antibodi
4. Pembuangan dan penghancuran bakteri
5. Membantu resorpsi lemak

2.3 Fisiologi Cairan Limfe

Konsentrasi protein dalam cairan interstisial rata-rata 2 gram/100 ml, konsentrasi


protein cairan limfe yang mengalir kebanyakan berasal dari jaringan perifer. Cairan
limfe terbentuk dalam hati mempunyai konsentrasi proteinv 6 gram/100 ml, dan limfe
yang terbentuk dalam usus konsentrasi protein 3-5 gram/100 ml. Kira-kira 100 ml limfe
mengalir melalui duktus torasikus per jam dalam keadaan istirahat, cairan limfe
mengalir ke dalam sirkulasi yang lain 20 ml/jam.

Faktor yang menentukan kecepatan aliran limfe adalah sebagai berikut.

1. Tekanan cairan interstisial, normalnya 6,3 mmHg. Meningkatnya kecepatan aliran


limfe menyebabkan peningkatan aliran cairan interstisial ke dalam kapiler limfe.
Faktor penentu tekanan aliran limfe adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan kapiler limfe
b. Penurunan tekanan osmotik koloid plasma dalam darah
c. Peningkatan protein cairan interstisial dalam jaringan
d. Peningkatan permeabilitas kapiler darah

4
2. Pompa limfe, katup-katup secara priodik dalam saluran limfe dapat ditekan oleh
kontraksi dinding pembuluh limfe itu sendiri atau tekanan struktur sekitarnya.
Pompaan limfe menjadi sangat aktif selama tubuh aktif bergerak, sekitar naik 5-15
kali, sedangkan dalam keadaan istirahat pompaan limfe sangat lambat.
Faktor penentu kekuatan pompa limfe adalah sebagai berikut.
a. Kontraksi otot yang berlangsung setiap saat
b. Aktivitas gerak tubuh merangsang aliran limfe
c. Pulsasi arteri. Tekanan arteri untuk mendorong cairan limfe
d. Penekanan jaringan dari objek diluar tubuh

Kekuatan utama yang menentukan cairan limfe keluar masuk cairan interstisial
(faktor penggerak cairan limfe ada empat faktor.

1. Tekanan kapiler : cenderung mendorong cairan keluar melalui membran kapiler


2. Tekanan cairan interstisial : mendorong cairan melalui membran kapiler bila (+)
mendorong ke dalam pembuluh darah dan (-) mendorong kembali ke dalam limfe.
3. Tekanan osmotik koloid plasma : cenderung menimbulkan osmosis cairan ke
dalam melalui membran kapiler
4. Tekanan osmotik koloid cairan interstisial : cenderung menimbulkan osmosis
cairan ke luar melalui membran kapiler.

Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai cairan limfatik yang mengalirkan


kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian,
antara lain permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam saraf perifer
endomisium otot dan tulang. Cairan limfe dari sisi kepala, lengan kiri dan sebagai
daerah toraks juga memasuki duktus torasikus sebelum bermuara ke dalam vena.
Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan dan sebagai toraks
memasuki duktus limfatikus yang kemudian bermuara ke dalam sistem vena.

5
2.4 Struktur Limfatik

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian marjan. Pembuluh limfe
yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar daripada kapiler darah dan terdiri atas

6
selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat
kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Sejenis
pembuluh limfe khusus disebut lateal (kilus) dijumpai dalam vili usus kecil.
Kelenjar limfe atau nodus limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan
terdaat disepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di
tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam
leher, aksila, torax, abdomen, dan lipat paha. Sebuah kelenjar limfe mempunyai
pinggiran yang cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum.
Sebuah kelenjar terdiri atas jaringan fibrus, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Di
sebelah luar, jaringan limfe terbungkus kapsul fibrus. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari
jaringan otot dan fibrus yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar dan membentuk
sekat-sekat. Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak
sel darah putih atau limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan
menuangkan isinya ke dalam kelenjar. Bahan ini becampur dengan benda-benda kecil
limfe yang banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini di
kumpulkan pembuluh limfe aferen yang mengeluarkannya melalui hilum. Arteri dan
vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.

Saluran limfe. Terdapat dua batang saluran limfe yang utama, duktus toraksicus
dan batang saluran kanan. Duktus toraksicus bermula sebagai reseptakulum kili atau
sisternakili didepan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan keatas melalui abdomen
dan toraks menyimpang kesebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan
vena-vena besar disebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-
vena itu.

Duktus toraksicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke duktus limfe kanan (batang saluran kanan).
Duktus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah, dan menuangkan
isinya kedalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher. Pada waktu infeksi,
pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang. Pembengkakan kelenjar yang sakit
tanpak di ketiak atau lipat paha jika sebuah dari tangan atau jari kaki terkena infeksi.

7
Tonsil. Kedua tonsil terdiri atas jaringan limfe. Letaknya di antara dua tiang fauses
(lengkung langit-langit) dan mendapat persediaan limfosit melimpah di dalam cairan
yang ada di permukaannya dan yang ada di dalam sela-sela tonsil.
Sejumlah besar jaringan limfoid masuk ke dalam formasi limpa, membran serosa,
dan dalam kulit usus halus. Di dalam usus, jaringan ini ditampung di dalam mukosa
(selaput lendir). Di beberapa tempat dijumpai beberapa nodulus jaringan limfe. Bila
berdiri sendiri, nodulus itu disebut kelenjarsolitari dan bila dalam kelompok disebut
kelenjar peyer.
Vili. Sebagian besar merupakan jaringan limfe. Kilusentralis di dalam pilus
berhubungan dengan pembuluh limfe dalam jaringan submukosa, dari sini imfe keluar
dan akhirnya sampai di reseptakulum kili.
Membran serosa. Membran serosa bertalian erat dengan sistem saluran limfe.
Lipatannya yang banyak itu membawa saluran limfe dan pembuluh darah. Membran
ini dilapisi epitelium bersisik atau endotelium, dan didalamnya terdapat banyak
lubang-lubang halus. Lubang-lubang ini disebut stomata. Stomata berhubungan
dengan pembuluh limfe dan dengan demikian menghindarkan limfe berkumpul dalam
ruang serosa.

2.5 Limpa (Lien)

Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri
abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke sembilan, sepuluh, dan sebelas.
Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpa
menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.

Limpa terdiri atas jalinan struktur jaringan ikat. Di antara jalinan-jalinan itu
terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel
darah. Limpa di bungkus kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis dan
beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada sangat
kecil bagi fungsi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut
trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpa dan membaginya dalam beberapa
bagian.

8
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan
dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa
sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada
organ-organ lain yang dipisahkan pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem kapiler
biasa, tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang mengalir
dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sebuah sistem sinus yang bekerja seperti pena dan
yang menghantarkan darah ke dalam cabang-cabang vena. Cabang-cabang ini bersatu
dan membentuk pena limpa (pena lienalis). Pena ini membawa darahnya dari limpa
masuk peredaran gerbang (peredaran portal) dan diantarkan ke hati.

Fungsi limpa. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan
mungkin pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila fungsi sum-sum tulang
rusak. Sel darah merah yang sudah usang dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga
menghasilkan limfosit, diperkirakan limpa juga bertugas menghancurkan sel darah
putih dan trombosit. Sebagai bagian dari sistem retikulo-endotelial, limpa juga terlibat
dalam perlindungan terhadap penyakit. Dan menghasilkan zat-zat anti (antibodi).
Limpa bukanlah sesuatu yang harus ada untuk hidup. Dalam beberapa keadaan pada
anemia hemolitik, limpa diangkat melalui operasi splenektomi dan hasil dari tindakan
ini ialah bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang dan dapat memperingan
penyakit.

2.6 Sistem Retikulo-Endotelial

Pada seluruh jaringan dan organ tubuh terdapat sel-sel tertentu yang memakan
(fagositose) benda-benda asing dan bakteri. Sel-sel itu terutama berpusat di dalam
kelenjar limfe, limpa, hati, dan sum-sum tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan besar
untuk berkembang biak dan bertalian dengan limfosit dan dengan organ-organ
pembentuk darah. Sel-sel ini bertugas melindungi tubuh terhadap infeksi.

2.7 Mekanisme Pertahanan Tubuh

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,


misalnya bakteri, virus, fungsi, protozoa, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi
pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang

9
meninggalkan kerusakan permanen. Limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh
tubuh, misalnya dalam sum-sum tulang, kelenjar limfe, limpa, sistem saluran nafas,
sistem saluran cerna, dan organ lain. Pada beberapa keadaan patologis, sistem imun
ini tidak dapat membedakan zat asing dari tubuh sendiri, sehingga sel-sel dalam
sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut
auto-antibodi.

Mekanisme daya pertahanan tubuh lini pertama beberapa diantaranya sebagai


berikut.

1. Air mata yang mengalir ke kornea dan sklera merupakan alat pertahanan untuk
menghancurkan bakteri. Jika pembentukan air mata terganggu, kornea dan sklera
menjadi kering dan bakteri dapat berkembang biak sehingga berbahaya untuk
mata
2. Selaput lendir dan bulu-bulu hidung merupakan penyaring debu dan bakteri pada
saluran pernafasan. Tanpa adanya penyaringan, bakteri akan masuk ke jalan
pernafasan sehingga menimbulkan infeksi.
3. Peradangan menahun selaput lendiri, pernafasan mengalami perubahan
metaplasia (selaput lendir) menjadi epitel gepeng.
4. Selaput dinding alveoli mempunyai kemampuan sebagai fagosit

Pertahanan tubuh dapat diperoleh melalui berbagai cara, yakni sebagai berikut.

1. Kekebalan aktif alami : diperoleh saat sakit, dimana antibodi tetap di dalam darah
untuk mencegah serangan lain penyakit yang sama, tipe imun ini juga dihasilkan
oleh apa yang disebut infeksi nonklinis dimana tubuh terpapar pada sejumlah kecil
mikroorganisme dalam jumlah yang tidak cukup untuk memunculkan suatu gejala
definitif (gejala pasti) tetapi cukup untuk menstimulasi produk antibodi.
2. Kekebalan aktif buatan : diberikan kepada anak-anak dan orang yang berpergian
untuk mencegah mereka terkena penyakit yang serius atau fatal. Suntikan
mikroorganisme yang sudah mati atau hidup diberikan dan tubuh berespons
dengan menghasilkan antibodi. Dengan cara ini imun aktif dibuat. Toksin yang
tidak berbahaya juga digunakan untuk memberikan imun tipe ini. Toksin normal
adalah racun kimia yang dihasilkan mikroorganisme. Jika diberikan dalam kondisi

10
tidak berbahaya, toksik juga bekerja sebagai antigen. Mikroorganisme yang
dilemahkan disebut vaksin sedangkan toksin yang dilemahkan disebut toksid.
Banyak penyakit dapat dicegah dengan imun aktif buatan. Beberapa penyakit
yang umum ialah : difteri, campak, cacar, polio mielitis, dan tuberkulosis.
3. Kekebalan pasif alami : diperoleh bayi sebelum lahir sebagai antibodi yang
diturunkan ibu kepada janin.
4. Kekebalan pasif buatan : bermanfaat untuk mencegah penyakit dan untuk
mengobatan, antibodi dihasilkan orang lain / hewan disuntikkan ke dalam tubuh
seseorang yang berisiko.
5. Reaksi antigen-antibodi : secara normal terjadi di dalam aliran darah dan dibawa
oleh sistem makrofakmonosit. Ketika reaksi imun terjadi di jaringan, sel-sel di
dalamnya rusak atau hancur akibat efek samping reaksi tersebut dan hal ini
dikenal sebagai alergi.
6. Autoimun : suatu keadaan dimana tubuh membuat antibodi melawan selnya
sendiri. Banyak penyakit yang berasal dari autoimun, diantaranya rematoid
artritis dan demam rematik.

2.8 Imunitas

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua


organisme atau toksin yang cenderung masuk ke jaringan dan organ. Kemampuan ini
dinamakan imunitas (kekebalan). Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, segera
dihasilkan zat yang akan bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya.
Protein asing disebut antigen, sedangkan substansi yang dihasilkan untuk berespon
terhadap antigen disebut antibodi. Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap
asing maka ada dua jenis respons imun yang mungkin terjadi yaitu respons imun
nonspesifik dan respons imun spesifik.

Sistem imum meliputi semua mekanisme yang digunakan badan untuk


mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Aktivitas yang
berkaitan dengan sistem pertahanan imun berperan penting dalam mengenali dan

11
menghancurkan atau menetralisasi benda-benda di dalam tubuh yang dianggap
asing oleh tubuh normal.

1. Pertahanan terhadap patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit misalnya


virus dan bakteri.
2. Pengeluaran sel yang rusak misalnya sel darah merah yang sudah tua, jaringan
yang sudah rusak oleh trauma penyakit dan penyembuhan luka, serta perbaikan
jaringan.
3. Identifikasi dan destruksi sel abnormal atau muatan yang berasal dari tubuh
sendiri. Fungsi ini diberi nama surveilans imun,mekanisme pertahanan internal
terhadap kanker.
4. Respons imun yang tidak sesuai dapat menimbulkan alergi, yaitu tubuh bereaksi
terhadap zat kimia dari lingkungan yang tidak berbahaya.
Musuh asing yang utama di lawan oleh sistem imun adalah bakteri dan virus.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, tidak berinti, serta dilengkapi oleh
semua perangkat esensial bagi kelangsungan hidup dan produksinya. Bakteri
patogen yang menginvasi tubuh mencetuskan kerusakan jaringan dan menimbulkan
penyakit dengan mengeluarkan enzim atau toksin secara fisik mencederai/
mengganggu fungsi sel dan organ yang terkena. Daya patogen menimbulkan
penyakit dikenal sebagai virulensi.
Virus terdiri atas asam nukleat (DNA dan RNA) yang terbungkus di dalam selubung
protein ; tidak memiliki perangkat untuk menghasilkan alergi dan membentuk
protein. Virus tidak mampu menjalankan metabolisme atau reproduksi, kecuali jika
mereka menginvasi sel pejamu (sel individu yang terinfeksi) dan mengambil alih
fasilitas biokimia sel tersebut untuk kepentingan mereka sendiri.
Virus dapat menimbulkan kerusakan atau kematian sel melalui 4 cara berikut.
1. Deplesi komponen-komponen sel yang esensial oleh virus.
2. Pembentukan zat toksik bagi sel pejamu dibawah perintah virus.
3. Transformasi sel-sel pejamu normal menjadi sel kanker.
4. Penyatuan virus ke dalam sel sehingga mekanis pertahanan tubuh akan
menghancurkan sel karena sel-sel tersebut tidak lagi di anggap sebagai sel normal
(di anggap asing).

12
Sel leukosit sebagai sistem pertahanan. Sel leukosit bertanggung jawab atas
berbagai strategi pertahanan imun berikut.
1. Neutrofil: spesifik, fagosit yang sangat mudah bergerak dan memakan serta
menghancurkan bahan-bahan yang tidak di perlukan.
2. Eusinofil: mengeluarkan zat-zat kimia yang menghancurkan cacing, parasit, dan
berperan dalam manifestasi alergi.
3. Basofil: mengeluarkan histamin dan heparin serta terlibat dalam manifestasi
reaksi alergi.
4. Limfosit:
a. Limfosit B: berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi, secara
tidak langsung menyebabkan destruksi (penghancuran) benda asing.
b. Limfosit T: berperan dalam imunitas yang di perantai oleh sel imunitas seluler
dengan melibatkan destruksi langsung sel-sel yang terinvasi virus dan sel-sel
muatan melalui cara-cara nonfagosit.
5 Monosit: berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik yang berukuran besar
dan terikat ke jaringan.

2.9 Respons Imun Nonspesifik

Imunitas nonspesifik merupakan imunitas bawaan (innateimunity) yaitu respons


terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar
pada zat tersebut. Diturunkan secara alami, tidak selektif dalam menahan setiap
benda asing atau sel abnormal pada pertama kali terpapar. Respons ini
mempertahankan tubuh terhadap infeksi, iritasi, bahan kimia, serta luka jaringan
karena trauma mekanik atau terbakar. Respons imun nonspesifik berperan dengan
menyertakan beberapa agen pertahanan tubuh.
1. Pada peradangan menyertakan neutrofil dan makrofag.
2. Interferon untuk menahan serangan virus.
3. Natural kiler sel, sejenis limfosit menahan serangan virus dan sel tumor .
4. Sistem komplemen, suatu plasma protein.

Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya


antigen, misalnya: antigen bakteri menghancurkan bakteri yang bersangkutan secara

13
nonspesifik dengan proses fagositosis. Untuk mencapai hal ini, maka fagosit harus
bergerak menuju sasaran yang memungkinkan dilepaskannya zat atau mediator
tertentu yang disebut faktor leukotaktik atau kemotaksis yang berasal dari bakteri
maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah
berada dilokasi bakteri. Sel imun tersebar diseluruh tubuh, tetapi bila terjadi infeksi
di satu tempat sel-sel sistem imun dipusatkan pada area itu sehingga produk yang
dihasilkannya masuk ke area yang mengalami infeksi.

Respons imun nonspesifik membentuk lini pertahanan pertama terhadap sel


asing, cidera, atau peradangan. Kerusakan jaringan sebagian besar diperantari oleh
pagosit yang berubah menjadi makrofag sekresinya menghancurkan sel asing dan sel
yang rusak melalui proses fagositosis dan pengeluaran zat kimia. Pertahanan
nonspesifik beraksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah atau belum
pernah dijumpai. Contoh dari pertahanan nonspesifik adalah sebagai berikut.

1. Peradangan: suatu respon nonspesifik terhadap jaringan. Pada keadaan ini,


spesialis fagosit neutrofil dan makrofag dalam memberikan bantuan dari sel-sel
imun jenis lain.
2. Interferon sekelompok protein yang secara nonspesifik mempertahankan tubuh
terhadap infeksi virus.
3. Sel natural killer(nk): sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan
relatif nonspesifik menyebabkan ruktur dan menghancurkan sel pejamu yang
terinfeksi virus dan sel kanker.
4. Sistem komplemen: sekelompok protein plasma inaktif yang apabila diaktifkan
secara sekuensial, menghancurkan sel asing dengan menyerang membran plasma
secara nonspesifik diaktifkan oleh adanya benda asing.

Peradangan mengacu pada serangkaian proses nonspesifik yang saling


berhubungan dan diaktifkan sebagai respon terhadap invasi (masuknya) benda
asing dan kerusakan jaringan. Tujuan akhir dari peradangan adalah menarik protein
plasma dan fagosit ke tempat cedera agar keduanya dapat mengisolasi,
menghancurkan agen yang masuk, membersihkan dan mempersiapkan jaringan
untuk proses penyembuhan.

14
1. Pertahanan oleh makrofag : ketika bakteri masuk dalam tubuh melalui luka pada
kulit, makrofag yang sudah berada di daerah tersebut segera memfagosit mikroba
asing yang masuk.
2. Fasodilatasi lokal : segera setelah invasi mikroba, arteriol di daerah tersebut
berdilatasi (melebar) sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera.
3. Peningkatan permeabilitas kapiler : histamin yang dikeluarkan meningkatkan
permeabilitas kapiler dengan pembesaran pori-pori kapiler. Protein plasma dalam
keadaan normal tidak dapat keluar dari pembuluh darah, tetapi lolos ke jaringan
yang meradang.
4. Edema lokal : protein plasma yang bocor, tertimbun di cairan interstisial
menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik lokal ini disertai
peningkatan tekanan darah kapiler akibat peningkatan aliran darah, kemudian
cenderung meningkatkan filtrasi dan menurunkan reabsorpsi cairan menembus
kapiler.

Mekanisme peradangan. Ketika salah satu bagian dari tubuh terluka, kuman
penyakit akan masuk ke bagian tubuh yang terluka. Penyakit akan mengeluarkan
kinin, histamin, dan zat lain sehingga darah yang keluar semakin banyak. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah berdeduksi melalui masuk ke dalam jaringan yang
terluka. Masuknya kinin, histamin, dan zat lain pembuluh kapiler bocor
menyebabkan terjadinya edema dan protein menggumpal di daerah luka, hal ini
menimbulkan nyeri serta bengkak hanya sementara. Dengan masuknya kinin,
histamin, dan zat lain sehingga neutropil dan monosit masuk menangkap dan
memfagosit (memakan) menimbulkan kerusakan atau kematian bakteri dan sel dari
area luka.

2.10 Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Limfatik

1. Pembesaran atau pembengkakan kelenjar getah bening (Limfadenopati)


Biasanya disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau kanker. Infeksi yang
menyebabkan limfadenopati termasuk infeksi bakteri seperti radang tenggorokan,
luka kulit yang terinfeksi secara lokal. Infeksi virus seperti mononukleosis atau infeksi
HIV.

15
2. Pembengkakan akibat kelenjar getah bening (Lymphedema)
Sekitar 2-4 liter getah bening beredar melalui sistem limfatik setiap harinya.
Ketika pembuluh limfatik terputus, terpotong, atau tersumbat maka cairan limfe
tidak dapat mengalir dengan lancar menuju vena subclavia untuk ke jantung, sebagai
akibat cairan getah bening menumpuk di jaringan didekatnya dan menyebabkan
pembengkakan.
3. Limfadenitis
Ketika kuman masuk ke dalam tubuh, kuman-kuman itu di jemput oleh sistem
limfatik. Seringkali kuman-kuman tersebut menginfeksi kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan serta nyeri.
4. Limfangitis
Yaitu infeksi dan peradangan pada pembuluh limfatik. Pada kondisi ini akan
terlihat garis-garis merah yang muncul pada kulit sepanjang pembuluh limfatik yang
meradang, biasanya disertai dengan demam dan menggigil.
5. Kanker kelenjar getah bening
Limfoma adalah jenis kanker yang melibatkan sel-sel kekebalan tubuh dari
sistem limfatik yang dikenal sebagai limfosit. Kanker ini dapat muncul dimana saja di
seluruh tubuh, dibagi menjadi dua jenis yaitu Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
6. Gangguan struktural
Pembuluh limfatik kadang-kadang terbentuk dengan kondisi abnormal. Salah
satunya limfangioma, yaitu tumor jinak atau non-kanker, yang tumbuh ketika
pembuluh limfatik kecil tidak terhubung secara normal dengan seluruh sistem
llimfatik.
7. Gangguan fungsional
Ketika limfosit tidak berfungsi gangguan immunodeficiency primer atau yang
diwariskan sejak lahir. Sedangkan jika gangguan ini berkembang di kemudian hari
disebut imunodefisiensi sekunder, seperti pada human immunodeficiency virus (HIV)
atau bahkan AIDS.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening didalam tubuh. Sistem limfatik berfungsi untuk absorbsi zat-zat
makanan dari traktus gas trointestinal, bertanggung jawab untuk absorbsi lemak, dan
salah satu mekanis pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sistem limfatik manusia meliputi
saluran limfe, pembuluh limfe dan organ limfe. Sistem imunitas adalah sistem yang
berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri
atas organ limfatik primer (sum-sum tulang merah,kelenjar timus) dan organ limfatik
skunder. Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara
materi asing dari luar tubuh dengan materi dari dalam tubuh.

3.2 SARAN

Dengan di buatnya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam


proses pembelajaran dan semoga bisa menambah ilmu biomedik dasar tentang sistem
limfatik dan sistem pertahanan tubuh manusia lebih mendalam dan bisa diterapkan ke
dunia kesehatan khususnya dunia keperawatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2015. Ilmu Biomedik Dasar. Jakarta: Buku Salemba Medika.

Pearce, Evelyn, C. 2000. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Pratiwi, D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 1. Jakarta : Erlangga

18

Anda mungkin juga menyukai