Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH FALSAFAH KEPERAWATAN

UJIAN TENGAH SEMESTER


SOAL NOMOR : 3

OLEH:

NAMA : I GEDE MADE ARYA RISKI ADITYA PUTRA


NIM : 222102722
KELAS : ALIH JENJANG
SEMESTER : 1
PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis


panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas
makalah yang
berjudul “Sistem
Informasi” dengan tepat
waktu.
Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Ibu

i
Winarsih, S.Si., MMSI
selaku dosen
pengampu mata kuliah
Pengantar Teknologi
Informasi yang telah
memberikan arahan
dan kesempatan untuk
menulis makalah ini.
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Pengantar Teknologi
Informasi. Selain itu,

ii
makalah ini bertujuan
untuk menambah
wawasan tentang sistem
informasi bagi para
pembaca dan juga penulis.
Penulis sadar bahwa
makalah yang disusun ini
masih jauh dari kata
sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah
hati penulis meminta kritik
dan saran yang
membangun dari

iii
pembaca untuk
menyempurnakan makalah
ini.
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas
makalah yang
berjudul “Sistem
Informasi” dengan tepat
waktu.

iv
Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Ibu
Winarsih, S.Si., MMSI
selaku dosen
pengampu mata kuliah
Pengantar Teknologi
Informasi yang telah
memberikan arahan
dan kesempatan untuk
menulis makalah ini.
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah

v
Pengantar Teknologi
Informasi. Selain itu,
makalah ini bertujuan
untuk menambah
wawasan tentang sistem
informasi bagi para
pembaca dan juga penulis.
Penulis sadar bahwa
makalah yang disusun ini
masih jauh dari kata
sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah
hati penulis meminta kritik
dan saran yang
membangun dari
vi
pembaca untuk
menyempurnakan makalah
ini.
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas
makalah yang
berjudul “Sistem
Informasi” dengan tepat
waktu.

vii
Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Ibu
Winarsih, S.Si., MMSI
selaku dosen
pengampu mata kuliah
Pengantar Teknologi
Informasi yang telah
memberikan arahan
dan kesempatan untuk
menulis makalah ini.
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah

viii
Pengantar Teknologi
Informasi. Selain itu,
makalah ini bertujuan
untuk menambah
wawasan tentang sistem
informasi bagi para
pembaca dan juga penulis.
Penulis sadar bahwa
makalah yang disusun ini
masih jauh dari kata
sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah
hati penulis meminta kritik
dan saran yang
membangun dari
ix
pembaca untuk
menyempurnakan makalah
ini
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul, “ Makalah Falsafah Keperawatan” dengan tepat
waktu.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Tim Dosen pengajar
mata kuliah Falsafah Keperawatan yang telah memberikan arahan dan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Falsafah Keperawatan. Selain itu, makalah ini berutujuan sebagai
ujian tengah semesater bagi penulis.

Penulis sadar bahwa makalah yang disusun inimasih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu dengan rendah hati penulis meminta kritik dan saran
yang membangundari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini

x
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................ii

ABSTRAK............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1........................................................................................................LATAR

BELAKANG.................................................................................1

1.2........................................................................................................TUJUA

N PENULISAN............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. CALLISTA ROY.........................................................................2-13

2.2. MARTHA E. ROGERS...............................................................14-36

2.3. DOROTHY JOHNSON...............................................................37-45

2.4. MADELEINE M LEININGER...................................................46-51

2.5. FLORENCE NIGHTINGALE....................................................52-58

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN............................................................................59

DAFTAR PUSTAKA

xi
ABSTRAK

5 tokoh yang mengembangkan teori keperawatan antar lain Callista Roy, Martha
Roger, Dorothy Johnson Madeleine Leininger, dan Florence Nightingale. Kelima
tokoh ini memberikan pandangan masing – masing mengenai keperawatan dan
fokus pemberian asuhan keperawatan menurut teori mereka masing – masing.
Dalam penerapannya dalam artikel dan jurnal ilmiah dapat di kaji keefektifan dan
kesesuaian antara teori yang dikemukakan dengah hasil penelitian yang didapat.
Hasil yang didapat memberikan gambaran apakah teori tersebut relevan dengan
objek penelitian sehingga kedepannya penelitian yang dilakukan dapat
menggunakan teori lainnya sehingga didapatkan hasil yang positif dan bermanfaat
bagi peneliti maupun yang diteliti
Kata Kunci : Jurnal, Teori Keperawatan, Penelitian, Relevan.

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu
proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta - fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut ( kurang adanya bukti ) secara langsung.
Teori keperawatan tidak hanya dijadikan acuan ataupun dasar kita
memberikan asuhan keperawatan, namun juga menjadi dasar kita melakukan
sebuah penelitian. Penelitian berfungsi mencari kesenjangan, apakah ada
perbedaan antara fakta dan harapan serta menguji sebuah teori apakah dapat
mendapat hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mengkaji artikel dan jurnal
kesehatan yang menggunakan Teori dan Model Keperawatan dan
menghubungkannya sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu dan
praktek serta profesi keperawatan di Indonesia. 

1.2. Tujuan Penulisan 


Dari penjelasan latar belakang diatas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk membahas artikel yang menggunakan teori Sister Callista Roy;
2. Untuk membahas artikel yang menggunakan teori Martha E Rogers;
3. Untuk membahas artikel yang menggunakan teori Dorothy Johnson;
4. Untuk membahas artikel yang menggunakan teori Madeleine L. Leininger;
5. Untuk membahas artikel yang menggunakan teori Florence Nightingale;

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sister Callista Roy


PENERAPAN TEORI ADAPTASI ROY PADA ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM
Yuanita Ani Susilowati1 Setyowati2 Yati Afiyanti3
1. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Ners Spesialis Kekhususan
Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Depok 16424, Indonesia
2. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia
3. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia
Email : yuanitaani@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
dan masalah kesehatan reproduksi perempuan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari sistim pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Residen
keperawatan maternitas dalam melaksanakan perannya dituntut mampu
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dalam upaya memberikan asuhan
keperawatan, residen mengelola tujuh pasien dengan kista ovarium di dua
rumah sakit yang berbeda dengan menggunakan pendekatan teori Adaptasi
Roy. Dari ketujuh kasus tersebut, lima kasus jenis kista coklat dengan
karakteristik munculnya keluhan dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan dua
kasus lain berjenis kista denoma. Dengan adanya berbagai perubahan dalam
diri penderita kista ovarium, maka teori keperawatan Adaptasi Roy dianggap
tepat diterapkan pada pasien dengan kista ovarium. Laporan akhir residensi
juga memaparkan capaian 100% untuk target kompetensi pada tiga lahan

2
praktek dan berusaha memodifikasi setiap hambatan yang ada selama
pelaksanaan praktik residensi
Kata kunci, Residen keperawatan maternitas, Kista ovarium, Adaptasi Roy

Pendahuluan tubuh dan berisi sel telur yang akan


Pelayanan keperawatan merupakan ikeluarkan saat ovulasi (Ricci, 2009).
bagian integral dari pelayanan Angka kejadian kista ovarium di
kesehatan menuju kearah Indonesia mencapai 37,2%
perkembangan profesional yang kecenderungan terjadi pada
berkualitas (Sharma et al, 2013). perempuan usia 20-50 tahun
Pengembangan keperawatan (Winkjosastro, 2005). Data dari
dilakukan melalui pengembangan rumah sakit swasta di Surabaya pada
cabang-cabang ilmu keperawatan. semester pertama 2011 sebanyak 43
Keperawatan maternitas merupakan kasus (Taufiqoh, 2012), sedangkan
salah satu cabang ilmu keperawatan angka kejadian kista ovarium di
yang memiliki ranah garapan salah satu rumah sakit umum daerah
spesifik pada perempuan dengan di jawa barat pada tahun 2014 ada 31
berbagai permasalahannya sejak kasus dan di rumah sakit umum
menarche sampai premenopause. pusat didapatkan data pada tahun
Salah satu permasalahan perempuan 2014 sebanyak 143 kasus, kedua
adalah adanya kista pada ovarium. tempat tersebut merupakan lahan
Kista ovarium merupakan keadaan praktik residen.
dimana terdapat benjolan yang berisi Penyakit kista ovarium sebagian
cairan, nanah atau jaringan padat merupakan kista fungsional, bersifat
pada ovarium atau indung telur, jinak dan dapat menghilang dengan
sedangkan sendirinya, sebagian memerlukan
ovarium sendiri merupakan dua buah tindakan khusus antara lain
kelenjar berukuran kecil berada pada pengangkatan dengan cara operasi
kedua sisi kanan dan kiri uterus, (BCCOG, 2011). Penyakit kista
memproduksi hormon untuk fungsi ovarium dapat menyebabkan
komplikasi antara lain indung telur

3
membesar dan menjadi lebih berat mempengaruhi kesuburan seorang
dan memicu terjadinya robekan perempuan, juga dapat menyebabkan
(rupture), terpelintir (torsion) yang terjadinya gangguan menstruasi,
menyebabkan nyeri hebat, dysplasia tumbuh bulu-bulu halus pada wajah
dan sepsis (Salehpour et-al, 2013). (hirsutism), kulit menipis, terdapat
Kista ovarium dapat mengganggu echymosis, central adiposity, buffalo
pembentukan sel telur karena hump, penumpukan lemak pada
peningkatan hormon androgen supraclavicula dan hipertensi berat.
sehingga mengganggu pematangan Untuk mengatasi permasalahan
folikel, dengan demikian saat terjadi tersebut dapat dilakukan dengan
ovulasi tidak berisi sel telur (Ricci, oophorectomy atau pengangkatan
2009). Karena ovulasi tidak ovarium (Sallinen et-al, 2014, Yuan
mengandung sel telur, maka et-al, 2014).
perempuan cenderung menjadi Pengangkatan ovarium yang
infertil (Ricci, 2009). Penanganan dilakukan dapat berpengaruh
infertil pada perempuan salah terhadap pembentukan hormon
satunya dengan menggunakan obat estrogen dan progesteron dan bila
penyubur (fertility drugs). pengangkatan dilakukan sebelum
pubertas maka organ-organ yang
Sementara obat-obat penyubur telah pematangannya dipengaruhi oleh
diidentifikasi menjadi faktor risiko estrogen dan progesteron akan
terjadinya neoplasma ovarium mengalami gangguan. Estrogen juga
(Denschlag, 2010). Neoplasma berfungsi menjaga kekuatan tulang,
ovarium termasuk dalam kelompok berkurangnya estrogen akan
tumor epithelial, kebanyakan bersifat menyebabkan penarikan kalsium dari
jinak dan hanya sebagian kecil yang tulang yang berakibat pada
bersifat ganas, neoplasma ovarium osteoporosis (Ricci, 2009). Kista
ganas lebih mematikan dibandingkan yang sudah diangkat dapat tumbuh
dengan jenis kanker ginekologi kembali ditempat yang sama dan
lainnya (Sallinen et-al, 2014). menyebar ketempat lainnya.
Neoplasma ovarium selain Seseorang yang mengalami

4
hirsutism, gangguan menstruasi, tiga hal meliputi stimulus fokal yaitu
hipertensi, peningkatan cortisol dan stimulus atau rangsangan yang
androgen merupakan tanda awal berasal dari dalam individu maupun
terjadinya kekambuhan (recurrence) dari luar individu dan harus dihadapi
setelah dilakukan pengangkatan kista secara kangsung pada saat itu juga.
(Yuan et-al, 2014). Stimulus kontekstual adalah semua
Permasalahan yang terjadi pada fisik stimulus yang berpengaruh terhadap
seseorang akan berpengaruh pada stimulus fokal berasal dari
kondisi psikologi, demikian keluhan lingkungan sekitar, sedangkan
yang dirasakan oleh penderita stimulus residual merupakan faktor
neoplasma meliputi gejala fisik yang berasal dari lingkungan sekitar
seperti nyeri dan pembesaran massa yang dapat berpengaruh secara tidak
tumor, psikologi seperti kecemasan, langsung pada individu (Tomey &
gangguan body . mempengaruhi satu Alligood, 2010).
dengan yang lainnya (Dodd et-al, Tujuan penulisan Karya Ilmiah
2011, Kim et-al, 2005). Mengingat Akhir ini yaitu menggambarkan
permasalahan yang dialami penderita pelaksanaan praktik residensi
tumor meliputi fisik dan psikologi keperawatan maternitas yang
maka dalam penangananpun harus difokuskan pada penerapan teori
merupakan satu kesatuan. Hakekat keperawatan Adaptasi Roy dalam
asuhan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan
memberikan asuhan kepada pasien maternitas. Adapun tujuan khusus
secara holistik dan komprehensif dari karya ilmiah ini yaitu memberi
meliputi bio, psiko, sosial dan gambaran pelaksanaan praktik
spiritual (Perry & Potter, 2009). residensi ners spesialis keperawatan
Perawat dalam memberikan asuhan maternitas. Memberi gambaran
keperawatan agar sesuai dengan tentang pencapaian kompetensi
permasalahan yang ada, maka perlu spesialis keperawatan maternitas,
dipilih suatu teori pendekatan asuhan dukungan dan hambatan dalam
keperawatan. Teori adaptasi Roy menerapkan teori selama praktik
menitikberatkan pendekatan pada residensi, memberi gambaran

5
aplikasi teori keperawatan teori berubah-ubah dipengaruhi oleh
Adaptasi Roy pada asuhan stimulus fokal, kontekstual dan
keperawatan pasien dengan operasi residual (Alligood, 2014). Teori
kista ovarium, disamping itu juga tersebut menekankan pada
memberi gambaran tentang kemampuan penderita kista ovarium
implementasi model keperawatan untuk beradaptasi dengan perubahan
teori adaptasi Roy pada asuhan status kesehatan melalui pemberian
keperawatan pasien dengan operasi asuhan keperawatan yang terstruktur
kista ovarium. Pasien dengan kista (Frederickson, 2011).
ovarium yang akan menjalani operasi Komponen asuhan keperawatan
mengeluhkan gejala yang beragam meliputi pengkajian tahap pertama
baik sebelum operasi maupun dan pengkajian tahap kedua,
sesudah operasi. Gejala yang diagnosa keperawatan, penentuan
dirasakan oleh pasien dipengaruhi tujuan, intervensi dan evaluasi.
oleh kondisi fisiologi, konsep diri, Pengkajian tahap pertama bertujuan
peran dan hubungan interdependensi, mengumpulkan data yang mencakup
hal tersebut akan menjadi stimulus kondisi fisiologi meliputi oksigenasi,
bagi seseorang baik stimulus fokal, status nutrisi, keseimbangan cairan
stimulus kontekstual maupun dan elektrolit, kemampuan eliminasi,
stimulus residual. Dengan adanya kebutuhan aktifitas dan istirahat.
stimulus maka individu akan Pada
melakukan mekanisme koping pasien dengan pre operasi kista
dengan mengaktifkan subsistem ovarium, terdapat kista pada
regulator dan subsistem kognator ovarium, sedangkan kondisi post
untuk menilai efektor yang meliputi operasi terdapat perlukaan,
keadaan fisiologi, konsep diri, peran pengangkatan ovarium, tirah baring,
dan interdependensi yang pada risiko perdarahan dan risiko infeksi.
akhirnya menghasilkan output Aspek psikologi terdiri dari konsep
berupa koping adaptif atau koping diri, penderita yang akan dilakukan
tidak efektif. Adaptasi menurut Roy operasi mengalami kecemasankarena
merupakan kondisi yang tetap akan

6
organ reproduksi kewanitaannya nyeri, ada luka operasi,
akan pengangkatan
diangkat, sebagian pasien merasa ovarium, tirah baring. Stimulus
malu dengan kontekstual adalah semua stimulus
kondisi infertilnya. Setelah dioperasi yang muncul dan mempengaruhi
merasa tubuhnya tidak sempurna lagi stimulus fokal, dapat diobservasi dan
karena salah satu organ diukur secara objektif (Alligood,
kewanitaannya diangkat, yang 2014). Pada pasien yang akan
berisiko gangguan body image tidak menjalani operasi kista ovarium,
dapat melaksanakan peran sebagai didapatkan stimulus kontekstual
ibu, dan setelah dioperasi merasa berupa adanya kista coklat pada
sangat tergantung dengan suami juga ovarium kanan dengan ukuran lima
anggota keluarga yang lain. Setelah koma tiga senti meter, kiri tujuh
dilakukan pengkajian tahap pertama koma sembilan senti meter, dan
maka dilanjutkan dengan pengkajian mioma uteri
tahap kedua yaitu, pada pasien dengan ukuran tujuh koma tujuh
dengan kista ovarium dilakukan senti meter. Pada pasien post operasi
pengkajian terhadap stimulus fokal, kista ovarium didapatkan stimulus
stimulus kontekstual dan stimulus kontekstual berupa tirah baring,
residual. Stimulus fokal merupakan perlukaan pada abdomen,
stimulus internal dan eksternal dan pengangkatan ovarium dan uterus,
harus segera dihadapi oleh seseorang keinginan punya anak dan sebagian
yang melibatkan seluruh sistem konsidi infertilitas. Stimulus residual
tubuh (Alligood, 2014). adalah stimulus yang berasal dari
Pengkajian stimulus fokal pada lingkungan, mempengaruhi individu
pasien dengan kista ovarium yang secara tidak langsung (Alligood,
akan menjalani operasi pengangkatan 2014). Pengkajian stimulus residual
ovarium yaitu, kecemasan, terdapat diperlukan untuk menggali
kista pada ovarium, sedangkan pada keyakinan, nilai-nilai yang dianut
saat post operasai, yang menjadi pasien, pengalaman masa lalu,
stimulus fokal adalah adanya rasa stigma dimasyarakat. Stimulus

7
residual pada pasien preoperasi kista gambaran perikalu yang akan dicapai
ovarium adalah stigma dimasyarakat dalam pemberian asuhan
bahwa perempuan yang tidak bisa keperawatan (Roy, 2009).
hamil dianggap tidak sempurna. Tujuan tindakan keperawatan yang
Stimulus residual post operasi yaitu, ditetapkan pada tujuh kasus pasien
pengangkatan organ kewanitaan, dengan kista ovarium adalah
menopause dini. Diagnosa tercapainya adaptasi yang adaptif
keperawatan menurut teori Adaptasi terhadap perubahan status kesehatan.
Roy, pasien pre operasi kista Intervensi yang dilakukan dalam
ovarium adalah kecemasan asuhan keperawatan menurut teori
berhubungan dengan akan dilakukan adaptasi Roy adalah mengoptimalkan
pengangkatan kemampuan adaptasi pasien dalam
indung telur, kecemasan menghadapi peubahan status
berhubungan dengan kurang kesehatannya (ROY, 2009).
informasi tentang prosedur operasi, Tindakan keperawatan yang
kesiapan meningkatkan pengetahuan dilakukan adalah meningkatkan
tentang mobilisasi bertahap setelah kemampuan pasien dalam
operasi, sedangkan diagnosa post beradaptasi terhadap stimulus fokal,
operasi akan muncul nyeri kontekstual dan residual. Intervensi
berhubungan dengan adanya yang dilakukan pada pasien dengan
perlukaan, gangguan mobilisasi fisik, kista ovarium sebelum dilakukan
risiko perdarahan berhubungan tindakan operasi yaitu memberikan
dengan luka yang luas, gangguan pendampingan untuk mengurangi
konsep diri berhubungan dengan kecemasannya, memberikan
pengangkatan organ kewanitaan, informasi tentang prosedur operasi,
risiko terjadi ketidak seimbangan memberikan informasi tentang
hormonal berhubungan dengan mobilisasi yang boleh dilakukan
diangkatnya ovarium, menopause setelah operasi. Intervensi yang
dini berhubungan dengan dilakukan pada pasien post operasi
dingkatnya ovarium. Tujuan dalam kista ovarium yaitu memonitor
asuhan keperawatan merupakan tingkat kesadaran pasien, memonitor

8
tanda-tanda vital, mengkaji tingkat telah ditetapkan. Evaluasi yang
nyeri pasien, melakukan manajemen dilakukan pada pasien dengan pre
nyeri, melakukan tindakan operasi kista ovarium adalah, pasien
kolaborasi untuk mengurangi nyeri, mengalami penurunan pada tingkat
memonitor adanya perdarahan, kecemasannya, memahami prosedur
memonitor balance cairan, operasi yang akan dijalaninya,
membantu memenuhi kebutuhan memahami mobilisasi yang dapat
ADL pasien, mengajarkan teknik dilakukan setelah operasi, sedangkan
mobilisasi bertahap bila sudah evaluasi pada pasien post operasi
diijinkan, memberikan terapi sesuai kista ovarium akan didapatkan hasil
program medis. Gangguan konsep keluhan nyeri pada pasien berkurang,
diri yang dialami oleh pasien diatasi tidak terdapat perdarahan pada luka
dengan cara menciptakan hubungan operasi, intake dan out put cairan
saling percaya, melakukan seimbang, tanda vital dalam batas
pendampingan pada pasien, memberi normal, pasien mampu melakukan
kesempatan pada pasien untuk mobilisasi secara bertahap, tidak
berkonsultasi, mengajak pasien terjadi infeksi pada luka operasi,
berdiskusi dan menggali potensi pasien mampu beradaptasi dengan
positif yang ada dalam dirinya, kondisi post operasi. Pengkajian
dijelaskan adanya kemungkinan dilakukan pada tujuh penderita kista
terjadi menopause dini dan ovarium, Dari ketujuh kasus, ada
perubahan yang dapat terjadi antara lima kasus dengan jenis kista coklat,
lain, tidak menstruasi, terjadi rasa dua kasus dengan jenis kista
panas pada wajah, kulit cenderung denomas (cystadenomas) , yang
kering, osteo porosis, kerontokan menjadi kasus kelolaan secara fisik
rambut pubis, dan rasa kering pada mempunyai kesamaan dalam hal
vagina. Tahapan terakhir dari asuhan keluhan yang muncul dan dirasa
keperawatan adalah evaluasi. sangat menganggu. Keluhan tersebut
Evaluasi adalah penilaian terhadap yaitu, nyeri daerah abdomen saat
tindakan yang telah dilakukan pada menjelang menstruasi, rasa nyeri dari
pasien mengacu pada tujuan yang tingkat sedang sampai nyeri yang tak

9
tertahankan. Rasa nyeri yang muncul (kistektomi), kista tersebut tumbuh
pada saat menstruasi tersebut lagi ditempat yang sama dan keluhan
dikarenakan kista coklat merupakan nyeri menstruasipun kembali muncul
kista dometriomas yang berasal dari seiring pembesaran kista, kista yang
endometriosis sehingga kista sudah diangkat dapat tumbuh lagi
berespon terhadap perubahan ditempat yang sama dengan keluhan
hormonal setiap bulan. Untuk yang sama (Yuan, 2014). Keluhan
menghilangkan rasa nyeri dapat lain yang dirasakan oleh lima dari
dilakukan dengan pengangkatan tujuh pasien kelolaan adalah
kista. Sedangkan jenis yang kedua perdarahan yang banyak dan dalam
pada kasus kelolaan yaitu waktu yang lama, pada menstruasi
cystadenomas , kista jenis ini tidak normal pengeluaran darah haid
terpengaruh oleh siklus menstruasi antara tiga sampai tujuh hari (Ricci,
namun kista tersebut dapat sangat 2009) namun pada penderita kista
membesar sehingga penderitanya ovarium perdarahan dapat terjadi
akan mengalami pempesaran lingkar sekitar dua minggu dan perdarahan
perut, menyebabkan rasa begah, yang banyak (menometrorhagia),
sesak napas, penurunan nafsu makan. kondisi tersebut menyebabkan kadar
Pada kasus kelolaan, kedua pasien hemoglobin penderita cenderung
tersebut memiliki lingkar perut rendah sehingga mengganggu
sebesar 97 cm dan 104 cm (Prakash, aktivitas harian karena penderita
2004, Jacoeb, merasa lemas dan pusing (Prakash,
2009, Ricci, 2009, Yuan, 2014). Dari 2004).
ketujuh pasien lima orang Infertilitas merupakan gejala lain
mempunyai riwayat nyeri saat yang dialami oleh penderita kista
menstruasi, nyeri dari tingkat sedang ovarium, dari tujuh kasus kelolaan
sampai tingkat berat, rasa nyeri empat kasus mengalami infertilitas.
terjadi setiap siklus menstruasi. Satu Penderita kista ovarium mengalami
orang mengalami kekambuhan gengguan pada hormon androgen
setelah lima belas tahun yang lalu yang berfungsi untuk pematangan
dilakukan operasi pengangkatan kista folikel, karena proses pematangan

10
terganggu sehingga saat terjadi Dari faktor predisposisi terjadinya
ovulasi tidak disertai sel telur yang kista ovarium, ada satu pasien yang
matang, dengan demikian penderita mempunyai faktor keturunan,
mengalami infertilitas (Prakash, disamping itu pada kasus tersebut
2004, Salehpour, 2012, Yuan, 2014). pasien juga mempunyai riwayat
Asites merupakan merupakan gejala penggunaan alat kontrasepsi
lanjutan dari kista ovarium, dari hormonal. Dari literatur yang ada
tujuh kasus kelolaan terdapat dua faktor keturuan mempengaruhi lima
kasus yang mengalami asites. Asites sampai sepuluh persen angka
merupakan akumulasi cairan kejadian kista ovarium dan
patologis dalam rongga abdomen terjadinya secara acak, disamping itu
(Azis, 2010). Asites yang terjadi untuk kasus pada pasien tersebut,
pada penderita kista ovarium pasien juga menggunakan alat
menandakan adanya proses kontrasepsi hormonal, disatu sisi alat
keganasan (Hu, 2000, Azis, 2010, kontrasepsi hormonal dapat
Kuhn, 2011), Penderita yang melindungi atau menghambat ovulasi
mengalami komplikasi berupa asites tapi disisi yang lain obat kontrasepsi
kecenderungan bertubuh kurus dan tersebut memicu
perut membuncit, hal ini terjadi terbentuknya kista fungsional yang
karena dengan adanya cairan bebas baru (Ricci, 2009, Denschlag, 2010,
dalam rongga abdomen, pasien Sallinen et-al, 2014).
merasa begah, diafragma terdesak Empat dari tujuh kasus mengalami
yang mengakibatkan pasien infertil, baik infertil primer maupun
cenderung sesak napas karena infertil sekunder. Penyakit kista
ekspansi paru tidak maksimal, selain ovarium dapat menganggu
itu kondisi asites juga mendesak pembentukan sel telur karena terjadi
lambung yang menyebabkan pasien peningkatan hormon androgen
menjadi anoreksia, yang berakibat sehingga mengganggu pematangan
pada berkurangnya asupan nutrisi folikel dari folikel premordial sampai
(Azis, 2010). pada folikel de graf dan siap
dikeluarkan, dengan demikian sel

11
telur tidak dikeluarkan saat terjadi ovarium adalah kecemasan
ovulasi, dan bila kondisi tersebut berhubungan dengan akan dilakukan
diatasi dengan pemberian obat pengangkatan organ reproduksi
penyubur justru akan memicu perempuan, sedangkan diagnosa post
terjadinya perkembangan kista operasi adalah nyeri berhubungan
kearah keganasan (Ricci, 2009, dengan adanya luka operasi, risiko
Denschlag, 2010, Sallinen et-al, terjadi perdarahan berhubungan
2014). dengan adanya luka operasi,
KESIMPULAN gangguan mobilisasi fisik
Kasus kelolaan residen ambil dari berhubungan dengan nyeri post
dua rumah sakit, ada tujuh kasus operasi dan pembatasan aktivitas,
kista ovarium, lima kasus residen gangguan konsep diri berhubungan
ambil post operasinya saja dengan perubahan status kesehatan,
sedangkan dua kasus residen ambil risiko infeksi berhubungan dengan
pre operasi dan post operasinya. personal hygiene yang rendah dan
Tujuh kasus kista ovarium terdiri kesiapan meningkatkan pengetahuan
atas lima kasus jenis kista coklat, tentang perawatan luka operasi.
dimana kondisinya dipengaruhi oleh Teori
siklus menstruasi berupa rasa nyeri keperawatan Adaptasi Roy menitik
yang hebat, perdarahan banyak dan beratkan pada kemampuan seseorang
lama, keluhanmuncul sejalan dengan melakukan adaptasi terhadap
siklus menstruasi. Dua kasus yang stimulus fokal, stimulus kontekstual
lain merupakan jenis kista denoma dan stimulus residual yang
dimana pada jenis ini keluhan yang dipengaruhi oleh subsistem kognator
muncul adalah perasaan begah dan subsistem regulator. Peran
karena kista tumbuh sangat besar perawat adalah memberikan
mengisi rongga abdomen, mendesak intervensi keperawatan yang dapat
diafragma dan lambung sehingga mengoptimalkan subsistem regulator
pasien merasa sesak napas dan tidak dan subsistem kognator tersebut
nafsu makan. Diagnosa keperawatan sehingga pasein mampu mencapai
utama pada pasien preoperasi kista tingkat adaptasi yang adaptif. Pada

12
kasus kista ovarium, pasien sebelum mampu beradaptasi dengan
operasi perlu beradaptasi dengan kemungkinan terjadi menopause dini
kondisi kecemasannya, sehingga mengingat salah satu fungsi ovarium
dapat menjalani operasi dengan baik, adalah mengeluargan hormon
sedangkan pasien post operasi perlu estrogen. Dengan demikian
beradaptasi dengan rasa nyeri, penerapaan teori keperawatan
kondisi tirah baring, dan berbagai Adaptasi Roy pada kasus kista
stimulus yang muncul termasuk ovarium dianggap tepat
harus
1. Pembahasan
Dalam artikel diatas dijelaskan bagaimana menerapkan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan Kista ovarium menggunakan teori adaptasi Roy
dimana stimulus yang ada pada pasien di kelompokkan ke 3 bagian yaitu
stimulus fokal dimana terdapat kecemasan pada pasien yang akan menjalani
pengangkatan kista, stimulus konseptual pasien ditandai dengan adanya
kista ovarium dengan berupa tirah baring, perlukaan pada abdomen,
pengangkatan ovarium dan uterus, keinginan punya anak dan sebagian
kondisi infertilitas dan mempengaruhi kebutuhan dasar pasien , dan stimulus
residual yaitu stimulus yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi
pasien dimana stigma dimasyarakat bahwa perempuan yang tidak bisa hamil
dianggap tidak
sempurna. Stimulus residual post operasi yaitu, pengangkatan organ
kewanitaan, menopause dini.

13
2.2. Martha E Roger
PERUBAHAN PERSEPSI DAN DOMAIN SPIRITUAL TERHADAP
TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI AKIBAT PEMBERIAN
SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

Virgianti Nur Faridah


Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan Jl.
Sunan Kalijogo No. 93 Lamongan, Email : virgianti_nf@yahoo.com
08123076206

ABSTRACT

Hypertension have come to main problem in Indonesia and become the top
mortality rate because degeneratif and cardiovaskuler diseases. Patient with
hypertension generally have labile emotion which generate its high blood
pressure. Therefore nursing intervention not only focused on physical
aspect, but also psychological and spiritual aspect. One of the spiritual
interventions and complementary therapies for the patient of hypertension
was Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT). The purpose of the
study was to analyse the change of perception and spiritual domain to blood
pressure patient of age hypertension 45-59 years that impact of Spiritual
Emotional Freedom Technique ( SEFT) Islamic. Design used in this study
was pretest and posttest control group. The population was all patient of age
hypertension 45-59 years in cardivasculer unit of dr. Soegiri General
Hospital, Lamongan. Sampel taken by consecutive sampling and gots 26
respondents then devided to two groups by random allocation. The
independent variabel was Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT)
Islamic care, and the dependent variabel was blood pressure. There were
two intervening variabel in this study, were the perception and spiritual
domain. The data were collected using structured questionnaire and blood
pressure tests two times (pre and post) between control and intervention

14
groups. Data were then analyzed using paired t- test and Pearson with level
of significance of 0,05. Results showed that the perception influence the
blood pressure (p : 0.040) and the spiritual domain influence the the blood
pressure too (p : 0.000). And than the change of perception and spiritual
domain as impact of SEFT Islamic can influence blood pressure (p : 0.000).
It can be concluded that the nurse can aply the nursing intervention of SEFT
Islamic care to decrease blood pressure in hospital or community, but its
must be recurred and in observation the doctor. Further studies should focus
on the effect of SEFT Islamic care showed by change of neurohormonal
blood.

Keywords: perception, spiritual domain, SEFT Islamic, blood pressure

PENDAHULUAN memberikan asuhan keperawatan


kepada semua klien. Bahkan
Keperawatan memandang manusia
keimanan atau keyakinan religius
merupakan makhluk yang unik dan
adalah sangat penting dalam
kompleks yang terdiri atas berbagai
kehidupan personal individu dan
dimensi. Dimensi yang komprehensif
merupakan suatu faktor yang
pada manusia itu meliputi dimensi
sangat kuat (powerful) dalam
biologis (fisik), psikologis, sosial,
penyembuhan dan pemulihan fisik.
kultural dan spiritual (Govier, 2000).
Salah satu penyakit yang
Dalam kata lain, tiap individu
membutuhkan aspek spiritual dalam
manusia adalah mahluk yang holistik
penyembuhan dan kestabilan kondisi
yang tersusun atas body, main dan
fisiknya adalah penyakit hipertensi.
spirit (Hotz, Robert Lee, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan
Dimensi spiritual merupakan salah
peningkatan tekanan darah yang
satu dimensi penting yang perlu
memberi gejala yang berlanjut untuk
diperhatikan oleh perawat dalam
suatu target organ, seperti stroke

15
untuk otak, penyakit jantung koroner seluruh dunia, diperkirakan sekitar
untuk pembuluh darah jantung dan 15-20%. Hipertensi di Asia
untuk otot jantung (Brunner & diperkirakan sudah mencapai 8-18%
Suddart, 2002). Hipertensi dapat pada tahun 2002, hipertensi dijumpai
menimbulkan masalah bagi pada 4.400 per 10.000 penduduk dan
pemenuhan kebutuhan manusia, pada tahun 2000 sekitar 15-20%
yang menurut Teori Henderson masyarakat Indonesia menderita
terdiri dari 14 kebutuhan dasar hipertensi (Trenkwalder dkk, 2004).
manusia, salah satunya adalah Hipertensi lebih banyak menyerang
kebutuhan spiritual. Penderita pada usia setengah baya pada
hipertensi sering merasa takut dan golongan umur 45-55 tahun (Carol
cemas akan penyakit yang diderita, A, Miller. 2001). Kira-kira 90-95 %
takut akan ancaman komplikasi, dan orang yang menderita hipertensi
takut akan tekanan darahnya yang dikatakan menderita hipertensi
sering tinggi atau bahkan merasa primer yang juga dikenal sebagai
tidak bisa disembuhkan. Penderita hipertensi essensial. Berdasarkan
hipertensi juga umumnya survey awal yang dilakukan pada 10
mempunyai emosi yang labil penderita hipertensi primer di URJ
sehingga mudah marah dalam jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan
menghadapi masalah yang pada bulan Januari 2014 didapatkan
menimbulkan tekanan darah menjadi hasil bahwa 80% penderita
tinggi. Oleh karena itu intervensi mengatakan masih mengalami
keperawatan bukan saja terfokus tekanan darah yang sulit dikontrol,
pada aspek fisik saja, tetapi juga terutama dalam kondisi stress dan
aspek psikis terutama spiritual marah. Sehingga masalah yang dapat
(Taylor, 2002). diambil adalah kasus hipertensi yang
Penyakit hipertensi telah menjadi masih tinggi dan sulit terkontrol yang
masalah utama dalam kesehatan membutuhkan intervensi
masyarakat yang ada di Indonesia keperawatan spiritual. Hipertensi
maupun di beberapa negara yang ada merupakan penyakit degeneratif dan
di dunia. Prevalensi hipertensi di kardiovaskuler yang sejak tahun

16
1993 diduga sebagai penyebab central figure. Pemenuhan kebutuhan
kematian nomor satu. Hipertensi dasar individu tercermin dalam 14
akan memberi gejala yang berlanjut komponen dari asuhan keperawatan
untuk suatu target organ seperti otak dasar (Basic Nursing Care) yang
(stroke), pembuluh darah jantung salah satunya adalah pemenuhan
(penyakit jantung koroner), otot kebutuhan spiritual (Henderson,
jantung (left ventricle hypertrophy) 2006). Model hemodinamik Martha
(Applegate, 2002). Hipertensi sering E. Roger menggambarkan manusia
kali disebut sebagai pembunuh gelap yang merupakan satu kesatuan yang
(silent killer) karena termasuk yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan
mematikan tanpa disertai dengan lingkungannya (Bailon & Maglaya,
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai 1997). Kemudian Elkins et.al, (1988)
peringatan (Gunawan, 2001). dalam Smith, (2009) mengelaborasi
Hipertensi adalah faktor risiko utama model tersebut dalam multidimensi
untuk penyakit jantung koroner dan spiritualitas.
gangguan pembuluh darah otak yang Penanganan hipertensi menurut
dikenal dengan stroke. Bila tekanan Gunawan (2001), secara garis besar
darah semakin tinggi maka harapan dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara
hidup semakin turun (Neaton & farmakologis dan non farmakologis.
Wentworth, 2002). Terapi farmakologis yang selama ini
Penyakit hipertensi bisa ditangani digunakan adalah obat antihipertensi.
berdasarkan teori keperawatan Terapi farmakologis dapat
Virginia Henderson dan Martha E. dikombinasikan dengan terapi non
Rogers dengan titik fokus pada aspek farmakologis yang banyak
spiritualitas. Teori Henderson macamnya, mulai dari pengaturan
berfokus pada individu yang pola hidup, berbagai terapi
berdasarkan pandangannya, yaitu komplementer sampai intervensi
bahwa jasmani (body) dan rohani spiritual yang sekarang ini banyak
(mind) tidak dapat dipisahkan. dikembangkan. Sehingga
Individu yang dimaksud dalam hal penatalaksanaan hipertensi bukan
ini adalah klien yang merupakan saja pada aspek biologis, tetapi juga

17
aspek psikis dan spiritual. Beberapa merupakan gabungan dari aspek
terapi komplementer untuk hipertensi biologis dan spiritualitas. Banyak
antara lain relaksasi progresif, penelitian terdahulu tentang
akupuntur, akupresur, meditasi, akupuntur, akupresur, EFT ataupun
homeopati, refleksiologi, SEFT yang mendukung dan
aromaterapi. Salah satu terapi menjelaskan bagaimana sistem
komplementer yang energi tubuh dapat mempengaruhi
direkomendasikan oleh NCCAM kondisi fisik dan emosi. Dr. Rowe,
(National Center of Complementary seorang psikolog Texas University,
and Alternative Medicine) adalah membuktikan bahwa EFT
akupuntur. Saat ini akupuntur berpengaruh terhadap penurunan
memiliki turunan yang dikenal stress (Zainuddin, 2005).
dengan SEFT (Spiritual Emotional Sholichatun, Yulia. (2005),
Freedom Technique). Intervensi menjelaskan SEFT dilihat dari
spiritual dewasa ini juga banyak aspek energy psychology yang
dikembangkan untuk penyembuhan dapat menurunkan nyeri kanker
penyakit antara lain meditasi, shalat leher rahim. Namun belum ada
tahajud, doa dan dzikir. SEFT dalam penelitian yang menjelaskan
hal ini dapat digolongkan sebagai bagaimana SEFT secara Islami,
terapi komplementer dan juga mampu mempengaruhi kondisi
intervensi spiritual, karena SEFT fisik, dalam hal ini adalah tekanan
merupakan gabungan antara teknik darah penderita hipertensi.
tapping seperti akupuntur dan doa Intervensi keperawatan untuk
kepasrahan. Dalam penelitian ini pasien hipertensi berdasarkan teori
difokuskan pada SEFT dalam Henderson dan teori Roger
konteks keperawatan Islami. menitikberatkan pada intervensi
Keperawatan SEFT (Spiritual spiritual tanpa melupakan aspek
Emotional Freedom Technique) yang lain dan interaksinya dengan
Islami merupakan solusi yang tepat lingkungan. Salah satunya
dalam menurunkan tekanan darah menggunakan keperawatan SEFT
penderita hipertensi. Proses SEFT Islami, dimana terdiri dari aspek

18
biologis yaitu tapping dan aspek secara Random allocation menjadi
spiritualitas dalam langkah set-up kelompok perlakuan dan kontrol.
dan tune-in. Kedua aspek tersebut Pengumpulan data menggunakan
akan membentuk keikhlasan dalam kuesioner untuk mengukur variabel
rangka menciptakan persepsi intervening persepsi dan domain
positif. Sinyal persepsi positif spiritual serta spygnomanometer dan
tersebut akan ditangkap dan stetoskop untuk mengukur tekanan
mempengaruhi aksis ANS yang darah (Arikunto, 2006).
akan mengakibatkan kadar
katekolamin dan adrenalin turun. HASIL PENELITIAN
Hasil akhirnya adalah terjadi a) Data Umum
penurunan tekanan darah. Oleh 1) Sebagian besar responden berusia
karena itu, peneliti tertarik untuk 55 – 59 tahun yaitu sebanyak
meneliti tentang “Perubahan (63%).
Persepsi Dan Domain Spiritual 2) Sebanyak 57% berjenis kelamin
Terhadap Tekanan Darah Penderita perempuan.
Hipertensi Akibat Pemberian 3) Sebagian besar berpendidikan
Spiritual Emotional Freedom SMA/sederajat yaitu sebanyak
Technique (SEFT) ” (53%)
4) Hampir sebagian responden
METODE PENELITIAN
memiliki pekerjaan sebagai
Desain penellitian menggunakan pegawai/karyawan yaitu (37%).
Quasi Eksperimental dengan 5) Sebanyak 43% telah menderita
pendekatan pretest and posttest hipertensi selama 1-3 tahun.
control group. Sampel diambil dari b) Data Khusus
pasien hipertensi primer yang rawat 1) Perubahan Persepsi Kelompok
jalan di Poli Jantung RSUD dr. Kontrol
Soegiri Lamongan menggunakan
Tabel 1 Hasil pengukuran
metode non probability sampling
persepsi kelompok kontrol
dengan teknik consecutive sampling,
berjumlah 30 pasien yang dibagi

19
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa
prosentase responden kelompok
perlakuan yang mempunyai persepsi
sangat positif mengalami
Dari tabel 1 diatas dapat disimpulkan
peningkatan yaitu sebesar 46.7%
bahwa sebagian besar responden
menjadi 80%, dan responden yang
kelompok kontrol mempunyai
mengalami persepsi kurang positif
persepsi positif dengan sedikit
dan negatif menjadi tidak ada.
peningkatan dalam dua kali
pengukuran yaitu sebesar 66.7%, dan Setelah dilakukan paired t-test,
tidak ada satupun responden yang didapatkan nilai t-hitung = -3.055
mengalami persepsi negatif. dan nilai p

Dari hasil analisa data dengan paired = 0.009. Nilai p tersebut kurang dari
t-test didapatkan nilai t-hitung = 0.05 (p<0.05), maka dapat
0.000 dan nilai p = 1.000. Karena disimpulkan bahwa Ho ditolak yang
nilai p > 0.05 maka Ho diterima yang artinya ada pengaruh perubahan
artinya tidak ada pengaruh persepsi pada penderita hipertensi
perubahan persepsi pada kelompok kelompok perlakuan keperawatan
kontrol SEFT Islami.

2) Perubahan Persepsi Kelompok 3) Perubahan Domain Spiritual


Perlakuan dengan Keperawatan Kelompok Kontrol
SEFT Islami
Tabel 3 Hasil Perubahan Domain
Tabel 2 Hasil pengukuran
Spiritual Kelompok Kontrol
persepsi kelompok perlakuan

20
Dari tabel 3 diatas dapat disimpulkan Dari hasil analisa data dengan uji
bahwa sebagian besar responden paired t-test didapatkan nilai t-hitung
kelompok kontrol mempunyai = -2.256 dan nilai p = 0.041. Karena
domain spiritual baik yaitu sebesar nilai p < 0.05 maka Ho ditolak yang
93.3% sampai 100%, dan tidak artinya ada pengaruh perubahan
satupun responden yang mempunyai domain spiritual pada pada penderita
domain spiritual kurang. hipertensi kelompok perlakuan.
Dari hasil analisa data dengan uji
5) Perubahan Tekanan Darah
paired t-test didapatkan nilai t-hitung
Kelompok Kontrol
= -1.000 dan nilai p = 0.334. Karena
nilai p > 0.05 maka Ho diterima yang Hasil pengukuran tekanan darah

artinya tidak ada pengaruh kelompok kontrol

perubahan domain spiritual pada Tabel 5 Hasil pengukuran tekanan


kelompok kontrol. darah kelompok kontrol
4) Perubahan Domain Spiritual
Kelompok Perlakuan dengan
Keperawatan SEFT

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa


terdapat perubahan tekanan darah
pada kelompok kontrol namun tidak
berarti. Responden yang mempunyai

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa TD normal/pre hipertensi meningkat

prosentase responden kelompok dari 27% menjadi 40%, yang

perlakuan yang mempunyai domain mengalami hipertensi ringan sedikit

spiritual baik mengalami menurun dari 40% menjadi 33%, dan

peningkatan yaitu sebesar 73.3% yg hipertensi sedang mengalami

menjadi 100%, dan responden yang sedikit penurunan yaitu 33% menjadi

mengalami domain spiritual cukup Analisa data perubahan tekanan


baik dan kurang menjadi tidak ada. darah kelompok kontrol

21
Tabel 6 Rata-rata tekanan darah
pada kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat


dilihat bahwa terdapat perubahan
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat
tekanan darah pada kelompok
dikatakan bahwa rata-rata tekanan
perlakuan yang cukup berarti.
darah sistole mengalami penurunan
Responden yang mempunyai TD
yaitu sebesar 2.7 poin dan rata-rata
normal/pre hipertensi meningkat dari
tekanan darah diastole mengalami
13% menjadi 93%, yang mengalami
sedikit penurunan yaitu sebesar
hipertensi ringan menurun dari 40%
0.7 poin. Setelah dilakukan uji menjadi 7%, dan yang hipertensi
statistik menggunakan paired t-test sedang juga mengalami penurunan
didapatkan nilai t- hitung = 1.871 yaitu 47% menjadi 0%.
dan nilai p = 0.082, dimana p >
Analisa data perubahan tekanan
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa darah kelompok perlakuan
Ho diterima yang artinya tidak ada
Tabel 8 Rata-rata tekanan darah pada
pengaruh perubahan tekanan darah
kelompok perlakuan
pada kelompok kontrol.

6) Perubahan Tekanan Darah


Kelompok Perlakuan dengan
Keperawatan SEFT Islami
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat
Hasil pengukuran tekanan darah dikatakan bahwa rata-rata tekanan
kelompok perlakuan darah sistole pada kelompok
perlakuan SEFT mengalami
Tabel 7 Hasil pengukuran tekanan
penurunan cukup berarti yaitu
darah kelompok perlakuan
sebesar 27.3 poin dan rata-rata
tekanan darah diastole mengalami
penurunan yaitu sebesar

22
11.3 poin. Hasil uji statistik persepsi dengan tekanan darah pada
menggunakan paired t-test pada penderita hipertensi usia 45-59
didapatkan nilai t-hitung = 6.971 dan 8) Hubungan domain spiritual
nilai p = 0.000, dimana p < 0.05 dengan tekanan darah penderita
maka dapat disimpulkan bahwa Ho hipertensi usia 45-59 tahun oleh
ditolak yang artinya ada pengaruh keperawatan SEFT Islami di
perubahan tekanan darah pada RSUD dr. Soegiri Lamongan
penderita hipertensi usia 45-59 tahun
Dari hasil analisa data dengan uji
oleh keperawatan SEFT Islami.
Pearson didapatkan nilai p = 0.000.
Untuk mengetahui bahwa penurunan Karena nilai p < 0.05 maka Ho
tekanan darah benar-benar akibat ditolak yang artinya ada hubungan
pengaruh intervensi keperawatan domain spiritual dengan tekanan
SEFT Islami, maka dilakukan uji darah pada pada penderita hipertensi
paired t-test. Hasilnya didapatkan usia 45-59 tahun oleh keperawatan
nilai t-hitung = 4.000 dan nilai p = SEFT Islami.

0.001 (p<0.05) yang berarti Ho PEMBAHASAN


ditolak yaitu ada pengaruh intervensi
1. Perubahan Persepsi Kelompok
keperawatan SEFT Islami terhadap
Kontrol
tekanan darah pada pada penderita
hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD Pada kelompok kontrol, mayoritas

dr. Soegiri Lamongan. memiliki persepsi positif serta tidak


satupun yang mempunyai persepsi
7) Hubungan Persepsi Dengan
negatif. Hasil analisa data dengan uji
Tekanan Darah Penderita
paired t-test didapatkan nilai p =
Hipertensi Usia 45-59 Tahun oleh
1.000 (p > 0.05) maka Ho diterima
Keperawatan SEFT Islami di
yang artinya tidak ada pengaruh
RSUD dr. Soegiri Lamongan
perubahan persepsi pada kelompok
Dari hasil analisa data dengan uji
kontrol.
Pearson didapatkan nilai p = 0.040.
Karena nilai p < 0.05 maka Ho Menurut Jalaludin Rahmat (2001),

ditolak yang artinya ada hubungan persepsi adalah suatu proses dimana

23
seseorang individu memilih, itu, pengalaman masa silam atau
mengevaluasi dan mengorganisasi dahulu memegang peranan yang
stimulus dari lingkungannya. Banyak penting pula dalam pembentukan
faktor yang mempengaruhi seseorang persepsi. Dalam hal ini penderita
dalam melakukan persepsi terhadap hipertensi kelompok kontrol
suatu rangsangan. Suatu stimulus kebanyakan telah menderita
yang sama bisa dipersepsi berbeda hipertensi selama 1-3 tahun,
oleh orang lain yang berbeda juga. sehingga dalam interpretasi di
Ada beberapa karakteristik yang otaknya telah terbentuk proses pikir
mempengaruhi suatu persepsi tentang penyakit yang diderita yang
seseorang yaitu (1) faktor ciri khas terpola seiring dengan perjalanan
dari obyek stimulus (2) faktor-faktor waktu penyakit yang diderita.
pribadi (3) faktor pengaruh
kelompok dan (4) faktor perbedaan
latar belakang. Termasuk di dalam 2. Perubahan Persepsi Kelompok

faktor pribadi yaitu ciri khas individu Perlakuan dengan Keperawatan

seperti taraf kecerdasan dan SEFT Islami

pendidikan, minat, emosional, Pada kelompok perlakuan, penderita


pengalaman masa lalu dan hipertensi yang mempunyai persepsi
sebagainya. sangat positif mengalami

Pada penelitian ini, mayoritas peningkatan berarti. Hasil

penderita hipertensi kelompok analisa data menggunakan uji paired


kontrol berpendidikan t-test, didapatkan nilai p = 0.009
SMA/sederajat dan bekerja sebagai (p<0.05), maka dapat disimpulkan
pegawai/karyawan. Seseorang bahwa Ho ditolak yang artinya ada
dengan pendidikan tinggi dan pengaruh perubahan persepsi pada
pekerja kantoran umumnya memiliki penderita hipertensi usia 45-59 tahun
kemampuan dalam merespon oleh keperawatan SEFT Islami.
stimulus lingkungan dengan cepat
Sebagai cara pandang, persepsi
dalam membentuk persepsi, terutama
timbul karena adanya respons
pembentukan persepsi positif. Selain

24
terhadap stimulus. Stimulus yang akan disusun menjadi satu kesatuan
diterima seseorang sangat komplek, yang berurutan dan bermakna,
stimulus masuk ke dalam otak, sedangkan interpretasi berlangsung
kernudian diartikan, ditafsirkan serta ketika yang bersangkutan memberi
diberi makna melalui proses yang tafsiran atau makna terhadap
rumit baru kemudian dihasilkan informasi tersebut secara menyeluruh
persepsi. Dalam hal ini, persepsi (Jalaludin, 2001).
mencakup penerimaan stimulus
Stimulus berupa intervensi
(inputs), pengorganisasian stimulus
keperawatan SEFT Islami dapat
dan penerjemahan atau penafsiran
mengubah persepsi penderita
stimulus yang telah diorganisasi
hipertensi dengan penjelasan berikut.
dengan cara yang dapat
Pengucapan set-up words pada
mempengaruhi perilaku dan
langkah Set-up terkandung cognitive
membentuk sikap, sehingga orang
therapy, sugesti diri, affirmation
dapat cenderung menafsirkan
serta meditasi dan relaksasi (do’a).
perilaku orang lain sesuai dengan
Pengontrolan respon emosi dalam
keadaannya sendiri (Jalaludin, 2001).
set-up dapat dilakukan dengan 1)
Proses pembentukan persepsi sebagai strategi cognitive refenition untuk
pemaknaan hasil pengamatan yang melihat masalah dari sisi pandangan
diawali dengan adanya stimuli. yang lebih positif, dan 2) strategi
Setelah mendapat stimuli, pada tahap cognitive restructuring sebagai upaya
selanjutnya terjadi seleksi yang mengubah persepsi menjadi lebih
berinteraksi dengan "interpretation", realistis dan konstruktif (Muhalla,
begitu juga berinteraksi dengan 2011). Langkah tune-in mengandung
"closure" . Proses seleksi terjadi pada self hypnosis yang mampu
saat seseorang memperoleh menghapus program bawah sadar
informasi, maka akan berlangsung yang menjadi akar penyebab dari
proses penyeleksian pesan tentang emosi negatif yang kita alami
mana pesan yang dianggap penting (Zainudin, 2005). Sedangkan
dan tidak penting. Proses closure langkah tapping pada titik energi
terjadi ketika hasil seleksi tersebut tubuh mampu menyeimbangkan

25
aliran energi tubuh sehingga
mempermudah penerimaan auto-
3. Perubahan Domain Spiritual
sugesti (Zainudin, 2005). Sensasi
Kelompok Kontrol
dari stimulus ini akan diteruskan ke
midbrain (otak) melalui medulla Pada kelompok kontrol, mayoritas

spinalis lalu menuju primer audit memiliki domain spiritual baik. Dari

cortex melewati medial genicutate hasil analisa data dengan uji paired t-

body untuk proses assosiasi. Pada test didapatkan nilai p = 0.334 (p >

primer audit cortex inilah terjadi 0.05) maka Ho diterima yang artinya

proses seleksi, organisasi, tidak ada pengaruh perubahan

interpretasi dan mengartikan domain spiritual pada kelompok

stimulus tersebut dalam rangka kontrol.

mencapai persepsi positif (Muhalla, Menurut Fryback (2001) spritualitas


2011). Akhirnya terbentuk persepsi adalah refleksi suatu pengalaman
positif terhadap penyakit yang dalam, untuk ekspresinya
hipertensinya yang berupa ketabahan bersifat individual, hal itu dapat
hati, harapan optimis untuk sembuh, mewakili beberapa kondisi kesehatan
dan pandai mengambil hikmah. manusia. Adapun faktor yang

Kesimpulan yang dapat diambil mempengaruhi spritualitas

bahwa intervensi keperawatan SEFT adalah : (1)

Islami mampu membentuk persepsi Kepercayaan/keimanan, (2) Religius

positif tentang penyakit hipertensi. dan (3) Harapan. Meskipun agama

Dalam hal ini praktisi SEFT yang dan kepercayaan seseorang sama

kami gunakan (SEFT-er) turut pula namun pandangan mengenai domain

memberikan pemahaman tentang spiritual Rogers belum tentu sama.

pentingnya keikhlasan dan Sembilan dimensi spiritual Rogers

kepasrahan menghadapi penyakit tersebut antara lain 1). Dimensi

yang diderita sehingga turut transedental, 2). Makna dan tujuan

memberikan kontribusi sugesti bagi hidup, 3). Misi dalam hidup, 4).

penderita hipertensi dalam Kesucian hidup, 5). Nilai material,

membentuk persepsi positif. 6). Altruisme, 7). Idealisme, 8).

26
Kesadaran akan derita dan 9). maka Ho ditolak yang artinya ada
Spiritualitas bermakna (Smith, pengaruh perubahan domain spiritual
2009). pada pada penderita hipertensi usia
45-59 tahun oleh keperawatan SEFT
Pada penelitian ini, seluruh penderita
Islami.
hipertensi mempunyai agama yang
sama yaitu Islam, namun masing- Intervensi keperawatan SEFT Islami
masing mempunyai pandangan akan mengandung aspek 9 domain
spiritualitas yang berbeda. spiritual Rogers. Langkah set-up
Pandangan seseorang dalam dengan mengucap “set-up words”
memaknai hidup dan makna dibalik atau doa kepasrahan mempunyai
penyakit yang diderita tidak sama makna sesuai domain Rogers
antar individu tergantung tingkat “transedental” yaitu percaya akan
keimanannya. Begitu pula dengan kekuatan Allah sebagai penyembuh,
faktor harapan, ketika seseorang mampu menemukan makna dibalik
menaruh harapan yang besar akan cobaan sakit yang dialami sehingga
kesembuhan penyakit yang diderita dapat menentukan tujuan hidup.
maka orang tersebut memiliki Percaya bahwa manusia hendaklah
pandangan yang optimis dan realistis memasrahkan segala ujian kepada
sehingga menujukkan domain Allah, sehingga hidup akan terjaga
spiritual yang baik. tetap “suci” dari prasangka buruk
akan ujian Allah. Kemudian percaya
4. Perubahan Domain Spiritual
bahwa tujuan akhir bukanlah untuk
Kelompok Perlakuan dengan
mencari kesembuhan sebagai nilai
Keperawatan SEFT Islami
material belaka, tetapi untuk
Seluruh penderita hipertensi pada mencapai spiritualitas yang lebih
kelompok perlakuan menjadi baik dengan lebih mendekatkan diri
mempunyai domain spiritual baik kepada- Nya (Smith, 2009).
setelah diberikan intervensi Sebagaimana tersirat dalam Al-quran
keperawatan SEFT Islami. Hasil QS Al Kahfi : 7 bahwa ” Manusia
analisa data dengan uji paired t-test harus memiliki prasangka baik pada
didapatkan nilai p = 0.041 (p < 0.05) apa yang ditetapkan oleh Allah

27
SWT”. QS. Al-Baqarah : berikhtiar), pasrah, Qana’ah (puas
Kepercayaan dan usaha nyata akan dengan apa yang ada tetapi berupaya
mendapat imbalan surga , tidak terus untuk memperoleh yang lebih
sekedar imbalan material. Pada QS. baik), ikhlas menerima. Dalam QS
Al A’Raf Tuhan memberi beban dan Ali Imran : 159 “… Kemudian
cobaan dalam batas kewajaran apabila kamu telah membulatkan
kekuatan hamba Nya. Surat asy- tekat, bertawakallah kepada Allah,
Syu’ara’: 80: “Dan apabila aku sakit, sesungguhnya Allah menyukai
Dialah yang menyembuhkan Aku” orang- orang yang bertawakal
kepada Nya”. Terdapat hadist Nabi
Langkah tune-in dengan fokus dan
yang sesuai dan berbunyi ”Setiap
merasakan sakit sambil mengucap
penyakit pasti ada obatnya, apabila
“Saya ikhlas, saya pasrah”
obatnya itu digunakan untuk
mengandung makna agar kita
mengobatinya, maka dapat
menyadari sifat rasa sakit yang
memperoleh kesembuhan atas ijin
dialami untuk dilaporkan kepada
Allah SWT” (HR. Muslim).
Allah, diterima dengan legowo dan
kemudian dipasrahkan sesuai Langkah selanjutnya yaitu tapping
kehendak Allah entah itu diberi dengan ketukan ringan pada 9 titik
kesembuhan atau bertambah parah. tubuh sambil mengucap “Saya
Karena sekali lagi makna dan tujuan ikhlas, saya pasrah”. Tindakan
akhir hidup adalah untuk mencari tersebut mengandung makna “misi
ridho-Nya. Hal ini untuk mencapai hidup” bahwa manusia mempunyai
“spiritualitas bermakna“ yang dapat kewajiban dan tanggung jawab atas
memperlihatkan kadar keimanan kita kehidupannya termasuk kewajiban
kepada Allah lewat kemampuan untuk mencari kesembuhan dengan
untuk berhubungan dengan diri dan mengaktifkan seluruh pontensi
sesama, serta hubungan dengan Sang positif dalam energi tubuh (domain
Khaliq (Smith, 2009). Dalam Islam idealisme) (Smith, 2009). Hal ini
kewajiban manusia setelah berusaha, sesuai dengan QS Al- Anfal: 49…..
berdo’a selanjutnya kita supaya (Allah berfirman). “ Barang siapa
tawakal (berserah diri sambil yang tawakal kepada Allah, maka

28
sesungguhnya Allah Maha Perkasa penelitian ini, penderita hipertensi
dan Maha Bijaksana”. kelompok kontrol mayoritas berusia
55-59 tahun.
Kesimpulan yang dapat diambil
bahwa intervensi keperawatan SEFT Pada orang tua elastisitas pembuluh
Islami sedikit banyak mampu darah akan menurun dan timbul plak-
merubah tingkatan domain spiritual plak pada dinding pembuluh darah
seseorang. Dalam hal ini praktisi yang bertambah sesuai dengan usia
SEFT yang kami gunakan (SEFT-er) dimana membuat rongga pembuluh
turut pula memberikan pemahaman darah menjadi lebih kecil. Kedua hal
tentang cara memaknai hidup dan ini akan meningkatkan frekuensi
penyakit yang jantung dalam memompa darah
sehingga kebutuhan jaringan akan
diderita sehingga turut memberikan
darah terpenuhi. Pada akhirnya
kontribusi sugesti bagi penderita
tekanan darah akan terjadi
hipertensi.
peningkatan. Pernyataan tersebut
5. Perubahan Tekanan Darah didukung oleh Brunner & Suddarrth,
Kelompok Kontrol 2002 bahwa perubahan struktural

Pengklasifikasian penderita dan fungsional pada sistem

hipertensi kelompok kontrol hampir pembuluh darah perifer


merata mulai normotensi sampai bertanggungjawab pada perubahan

hipertensi sedang. Sedangkan rata- tekanan darah yang terjadi pada usia

rata tekanan darah sistole dan lanjut. Perubahan tersebut meliputi

diastole hanya mengalami sedikit aterosklerosis, hilangnya elastisitas

penurunan. Setelah dilakukan uji jaringan ikat dan penurunan dalam

statistik menggunakan paired t-test relaksasi otot polos pembuluh darah,

didapatkan nilai p = 0.019, dimana p yang pada gilirannya menurunkan

< 0.05 maka dapat disimpulkan kemampuan distensi dan daya regang

bahwa Ho ditolak yang artinya tidak pembuluh darah. Konsekuensinya,

ada pengaruh perubahan tekanan aorta dan arteri besar berkurang

darah pada kelompok kontrol. Pada kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang

29
dipompa oleh jantuing (volume penderita hipertensi usia 45-59 tahun
sekuncup), mengakibatkan oleh keperawatan SEFT Islami.
penurunan curah jantung dan Kemudian untuk membuktikan
peningkatan tahanan perifer. bahwa penurunan tekanan darah
yang terjadi adalah benar-benar
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
akibat intervensi keperawatan SEFT
tekanan darah penderita hipertensi
Islami, didapatkan hasil uji paired t-
kelompok kontrol dipengaruhi oleh
test dengan nilai p = 0.001 (p<0.05).
faktor usia yang mulai lanjut.
Perbedaan yang terjadi antara dua Intervensi keperawatan SEFT Islami
kali pengukuran tidaklah bermakna diberikan untuk memblok sinyal
karena dilakukan pada dua waktu stres dan digantikan dengan sinyal
yang berbeda. Tidak ada kenaikan yang positif. Impuls positif tersebut
atau penurunan yang drastis diantara akan berjalan menuju Talamus
dua pengukuran, hanya berkisar 10 kemudian berespon melepaskan CRF
mmHg yang tergolong wajar dan dari hipotalamus, selanjutnya terjadi
fisiologis. respon lewat aksis SAM
(Simpathetic Adrenal Medullary).
6. Perubahan tekanan darah
Respons lewat aksis SAM akan
kelompok perlakuan dengan
melepas katekolamin berkadar
keperawatan SEFT Islami
rendah dan tidak bersifat darurat
Setelah diberikan intervensi Selanjutnya katekolamin masuk ke
keperawatan SEFT Islami, mayoritas dalam sirkulasi darah mengalir ke
penderita hipertensi tekanan seluruh tubuh. Katekolamin dengan
darahnya menjadi normal/pre kadar rendah tidak menyebabkan
hipertensi. Sedangkan rata-rata vasokonstriksi sistemik dan kardiak
tekanan darah sistole dan diastole inotropik, sehingga tekanan darah
mengalami penurunan berarti. Hasil dan denyut jantung stabil (Nursalam,
uji statistik menggunakan paired t- 2009). Selain itu, katekolamin akan
test didapatkan nilai p = 0.000 (p < mempengaruhi fungsi membran sel
0.05) yang artinya ada pengaruh sehingga fungsinya terganggu.
perubahan tekanan darah pada Kalsium intrasel akan meningkat

30
yang mengakibatkan kontraksi otot Keduanya mampu meningkatkan
polos. Juga mengakibatkan kontraktilitas dan frekuensi jantung
peningkatan kadar Na+/H+ di penyebab hipertensi (Potter, 2005).
ekstrasel sehingga terjadi
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
peningkatan pH yang mengakibatkan
bahwa terdapat penurunan tekanan
hipertrofi vaskular. Kedua hal ini
darah akibat keperawatan SEFT
menyebabkan tahanan perifer
Islami. Meskipun intervensi tersebut
meningkat dan timbulah hipertensi.
hanya dilakukan sehari dengan
Namun bila kadar katekolamin
intensitas dua kali putaran SEFT,
rendah, hal tersebut tidak akan
namun ternyata telah cukup
terjadi.
signifikan untuk menurunkan
Sinyal positif yang masuk ke tekanan darah. Akan tetapi
hipotalamus tidak akan merangsang penurunan tekanan darah tersebut
pengeluaran kortisol, aldosteron dan hanya bersifat sementara atau
ADH. Kortisol menyebabkan reversible (TD dapat naik kembali)
peningkatan glukoneogenesis, akibat faktor lain yang
katabolisme protein dan lemak mempengaruhi, misalnya faktor
sehingga kadar gula darah dan makanan, rokok, stress, dll. Untuk itu
viskositas darah meningkat. Hal SEFT-er kami saat memberikan
tersebut menyebabkan kontraktilitas intervensi juga sekaligus mengajari
jantung meningkat. Sedangkan penderita hipertensi agar dapat
aldosteron dan ADH menimbulkan diterapkan dalam kesehariannya.
peningkatan reabsorbsi air dan Na Perlu juga penekanan bahwa
sehingga volume cairan meningkat. intervensi ini dapat dikombinasikan
Ketiga hal tersebut dapat dengan terapi farmakologis yang
mencetuskan peningkatan tekanan biasa dikonsumsi penderita.
darah. Sinyal positif juga masuk
lewat sistem syaraf simpatis dan
medula adrenal namun tidak
menimbulkan peningkatan produksi
epinefrin dan norepinefrin.

31
7. Hubungan persepsi dengan respons sebagai hasil belajar
tekanan darah penderita hipertensi (Jalaludin, 2001). Pada saat proses
usia 45-59 tahun oleh pengorganisasian, terjadi proses
keperawatan SEFT Islami di cognitive refenition dan cognitive
RSUD dr. Soegiri Lamongan restructurization sehingga tercapai
coping positif yang mampu melawan
Penderita hipertensi yang memiliki
distorsi kognitif berupa
persepsi positif, seluruhnya
Psychological Reversal atau
mempunyai TD normal atau pre
perlawanan psikologis (biasanya
hipertensi. Hasil analisa data dengan
berupa pikiran negative spontan atau
uji Pearson didapatkan nilai p =
keyakinan bawah sadar negatif)
0.040. Karena nilai p < 0.05 maka Sehingga akan merubah persepsi
Ho ditolak yang artinya ada negatif menjadi positif. Pasien akan
hubungan persepsi dengan tekanan dapat menerima dengan ikhlas
darah pada penderita hipertensi usia terhadap sakit yang dialami dan
45-59 tahun oleh keperawatan SEFT mampu mengambil hikmah. Ketika
Islami. kita sudah ikhlas, maka otak

Persepsi merupakan sebagian dari memasuki gelombang alpha dan

proses learning yang menyebabkan akan memperbaiki alam bawah sadar


perubahan pengetahuan dan manusia (Sholeh, 2000). Untuk itu

mendapatkan konsep baru atau diperlukan niat yang ikhlas, ketika

mengubah atau menyempurnakan niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh

pengetahuan terdahulu. Menurut (2009), akan menimbulkan

konsep tradisional, mekanisme kekecewaan, persepsi negatif, dan

belajar dimulai dengan adanya rasa tertekan. Perasaan negatif dan

stimulus (S), kemudian diproses dan tertekan itu menjadikan seseorang

diorganisasikan (O), dan akhirnya rentan terhadap serangan stres.

menghasilkan respons (R). Sehingga Sinyal persepsi positif yang


belajar adalah produk dari stimuli ditangkap talamus diterusakan ke
yang sesudah diproses dan PVN dan menghasilkan CRF yang
diorganisasikan menghasilkan akan memacu Pituitaria untuk

32
melepas (dalam hal ini terutama) 8. Hubungan domain spiritual
ACTH (Adrenocorticotropic dengan tekanan darah penderita
Hormon) dan ß-Endorphin. ACTH hipertensi usia 45-59 tahun oleh
masuk kedalam sirkulasi darah, keperawatan SEFT Islami di
sampai di Adrenal mengaktifkan RSUD dr. Soegiri Lamongan
Korteks Adrenal dan melepas
Penderita hipertensi dengan domain
Glukokortikoid (Kortisol) yang
spiritual baik, seluruhnya
kadarnya rendah. Kortisol masuk
mempunyai TD normal atau pre
kedalam sirkulasi darah keseluruh
hipertensi. Dari hasil analisa data
tubuh. Sementara sinyal darurat yang
dengan uji Pearson didapatkan nilai p
menuju ke ANS mengaktifkan
= 0.000. Karena nilai p < 0.05 maka
serabut preganglioner simpatis
Ho ditolak yang artinya terdapat
menuju Adrenal dan neuron di
hubungan domain spiritual dengan
Medula Adrenal, melepas
tekanan darah pada pada penderita
Katekolamin yang kadarnya rendah
hipertensi usia 45-59 tahun oleh
pula, selanjutnya Katekolamin
keperawatan SEFT Islami.
masuk kedalam sirkulasi darah
mengalir ke seluruh tubuh . Spiritual merupakan salah satu aspek

Katekolamin menyebabkan kehidupan manusia sehingga bila

vasokonstriksi sistemik dan kardiak aspek ini terpenuhi maka akan terjadi

inotropik, menyebabkan peningkatan keseimbangan antara biopsiko-sosial

tekanan darah dan denyut jantung dan spiritual maka orang tersebut

(Muhalla, 2011). Kesimpulannya akan sehat. Pasien yang memiliki

adalah intervensi keperawatan kesehataan spiritual, dia akan dapat

SEFT Islami mampu membentuk berhubungan dengan kekuasaan

persepsi positif yang selanjutnya tertinggi, atau yang lain, dia

dapat menurunkan tekanan darah. memiliki arti dan tujuan hidup, dapat

Sehingga apabila persepsi penderita lebih baik pertahanannya dengan

hipertensi tersebut dipertahankan penyakit yang diderita, hal ini

tetap positif maka tekanan darah membantu menggerakan potensi dan

pasien dapat dipertahankan stabil.

33
mempertinggi kualitas hidup (Fisher, sebagai mekanisme koping
2008). menghadapi stres (Muhalla, 2011).

Langkah set-up dan tune-in dalam Apabila seseorang sress maka implus
SEFT sarat dengan aspek spiritual stres akan berjalan menuju Talamus
berupa doa kepasrahan. Pengucapkan kemudian berespon melepaskan CRF
Set-up words seperti “Yaa Allah… dari hipotalamus, selanjutnya terjadi
meskipun kepala saya pusing karena respon lewat aksis SAM
darah tinggi, saya ikhlas menerima (Simpathetic Adrenal Medullary).
rasa pusing saya ini, saya pasrahkan Respons lewat aksis SAM akan
pada-Mu kesembuhan saya”, maka melepas katekolamin. Sinyal darurat
ini akan ditangkap sebagai stimulus yang menuju ke ANS mengaktifkan
oleh syaraf sensoris dan kemudian serabut preganglioner simpatis
diproses di otak. Ketika berdoa, menuju adrenal dan ganti neuron di
seseorang akan merasa kehadiran Medulla Adrenal, melepaskan
Allah SWT., dirinya merasa katekolamin yang kadarnya tinggi
berhadapan kepada Allah Yang dan bersifat darurat, selanjutnya
Maha Tinggi lagi Maha Kuasa, katekolamin masuk ke dalam
dirinya merasa sedang melakukan sirkulasi darah mengalir ke seluruh
komunikasi dengan-Nya. Pada tubuh. Katekolamin menyebabkan
gilirannya jiwa seseorang akan vasokonstriksi sistemik dan kardiak
mempunyai spiritual yang tinggi, inotropik, menyebabkan peningkatan
merasakan kedamian, ketenangan, tekanan darah dan denyut jantung
ketentraman, motivasi menjadi kuat, (Nursalam, 2009). Selain itu,
auto-sugesti, rasa optimis dan katekolamin akan mempengaruhi
menjauhkan rasa pesimis dan putus fungsi membran sel sehingga
asa, percaya diri (self confident), dan fungsinya terganggu. Kalsium
semangat hidup. Do’a itu sendiri bila intrasel akan meningkat yang
dilakukan dengan khusyuk mengakibatkan kontraksi otot polos.
merupakan praktek meditasi secara Juga mengakibatkan peningkatan
Islam, didalamnya terkandung teknik kadar Na+/H+ di ekstrasel sehingga
relaksasi yang dapat digunakan terjadi peningkatan pH yang

34
mengakibatkan hipertrofi vaskular. mampu menjadi stimulus awal untuk
Kedua hal ini menyebabkan tahanan dapat diproses lebih lanjut dan
perifer meningkat dan timbulah diaplikasikan dalam kehidupan
hipertensi. Fase alarm melibatkan sehari-hari.
pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh seperti pengaktifan
hormon yang berakibat PENUTUP

meningkatnya volume darah dan 1. Kesimpulan


akhirnya menyiapkan individu untuk
Beberapa kesimpulan yang dapat
bereaksi. Hormon lainnya dilepas
diambil dalam penelitian ini antara
untuk meningkatkan kadar gula
lain :
darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan 1.Keperawatan SEFT Islami
adaptasi, teraktifasinya epineprin dan mempengaruhi perubahan persepsi
norepineprin mengakibatkan denyut penderita hipertensi usia 45-59 tahun
jantung meningkat dan peningkatan di RSUD dr. Soegiri Lamongan
aliran darah ke otot (Potter, 2005).
2.Keperawatan SEFT Islami
Sehingga dapat dikatakan bahwa mempengaruhi perubahan domain
intervensi keperawatan SEFT Islami spiritual penderita hipertensi usia 45-
mampu membentuk domain spiritual 59 tahun di RSUD dr. Soegiri
yang baik dan kemudian dapat Lamongan
menurunkan tekanan darah penderita
3.Persepsi berhubungan dengan
hipertensi. Pemahaman spiritual
tekanan darah pada penderita
yang baik mungkin tidak akan bisa
hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD
terbentuk dan teretensi dalam
dr. Soegiri Lamongan. Semakin
kepribadian seseorang hanya dalam
positif persepsi maka tekanan darah
waktu sehari. Perubahan domain
semakin mendekati normal.
spiritual yang terjadi pada penelitian
4.Domain spiritual berhubungan
ini tidak terlepas dari pengaruh
dengan tekanan darah pada penderita
sugesti intervensi keperawatan SEFT
hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD
Islami. Namun paling tidak hal ini

35
dr. Soegiri Lamongan. Semakin baik neurohormonal seseorang sehingga
domain spiritual maka tekanan darah memperkuat penjelasan ilmiah
semakin mendekati normal. sampai tahap biomolekuler.
Sehingga keperawatan SEFT Islami
5.Perubahan persepsi dan domain
dapat dijadikan alternatif intervensi
spiritual oleh keperawatan SEFT
non farmakologis untuk menurunkan
Islami menyebabkan perubahan
tekanan darah dan bisa diterapkan
tekanan darah penderita hipertensi
oleh perawat baik di rumah sakit
usia 45-59 tahun di RSUD dr.
ataupun di komunitas. Selain itu,
Soegiri Lamongan
penderita hipertensi juga bisa
dimandirikan dengan pembelajaran

2. Saran keperawatan SEFT Islami untuk diri


sendiri.
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang efek SEFT terhadap

1. Pembahasan

Dalam Teori Martha E Roger disebutkan bahwa dalam prinsip


Homeodinamika, prinsip integral dan resonansi dijelaskan dalam artikel ini ,
mayoritas penderita hipertensi kelompok kontrol berpendidikan SMA/sederajat
dan bekerja sebagai pegawai/karyawan. Seseorang dengan pendidikan tinggi dan
pekerja kantoran umumnya memiliki kemampuan dalam merespon stimulus
lingkungan dengan cepat dalam membentuk persepsi, terutama pembentukan
persepsi positif. Selain itu, pengalaman masa silam atau dahulu memegang
peranan yang penting pula dalam pembentukan persepsi. Dalam hal ini penderita
hipertensi kelompok kontrol kebanyakan telah menderita hipertensi selama 1-3
tahun, sehingga dalam interpretasi di otaknya telah terbentuk proses pikir tentang
penyakit yang diderita yang terpola seiring dengan perjalanan waktu penyakit
yang diderita. Serta prinsip helicy disini dijelaskan bahwa terjadinya perubahan
serta perbedaan setelah diberikan tindakan SEFT pada kelompok hipertensi.

36
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3. Dorothy Johnson

37
38
39
40
41
42
43
44
1. Pembahasan
Teori Dorothy Johnson lebih menggunakan pendekatan perilaku dimana
individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin merasakan
keseimbangan dan stabilitas baik dilingkungan internal maupun eksternal.
Serta selalu mempunyai keinginan untuk beradaptasi dan menyesuaikan
dengan lingkungan dan pengaruh yang ditimbulkan. Dalam artikel ini, terjadi
perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan pelatihan dan pembinaan. Ini
menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang.
Artikel ini juga mendukung model sistem tingkah laku Dorothy E Johnson
bahwa manusia memiliki beberapa subsitem tingkah laku yang saling
berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi satu sama lain.

45
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4. Madeleine M. Leininger

46
47
48
49
50
1. Pembahasan
Teori Leininger membahas tentang cultural care diversity atau yang lebih
dikenal dengan teori transcultural dimana teori ini menjelaskan tentang
perbedaan pola perilaku dan respon terhadap stimulus sangat dipengaruhi oleh
budaya dan nilai nilai yang berlaku. Dimana kejadian individu di masa lalu,
kelompok, budaya menggambarkan dan menjelaskan kehidupan manusaia di
dalam konteks budaya tertentu. Dalam artikel di atas PMO masih mempercayai
tentang nilai – nilai budaya dan kepercayaan yang bertolak belakang dengan
ilmu kesehatan dan ilmu pengetahuan yang sudah berlaku saat ini sehingga
perilaku mencari fasilitas kesehatan sangat rendah dan lebih banyak mencari
pengobatan alternatif dalam mengatasi masalah kesehatan. Sehingga
dibutuhkan penyuluhan dan pembekalan PMO agar pengetahuan tentang
penyakit TB meningkat dan PMO dapat meningkatkan success rate pengobatan
TB di masyarakat.

51
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5. Florence Nightingale

52
53
54
55
56
57
1. Pembahasan

Model konsep menetapkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan.


Disamping itu, perawat tidak perlu mengetahui seluruh proses penyakit, sehingga
model konsep dapat memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
Pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan lebih berorientasi
kepada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan, dan nutrisi yang adequate. Dalam artikel diatas dijelaskan bahwa
pengkajian dan penerapan asuhan keperawatan tidak hanya dalam perseorangan
baik head to toe, pola fungsi Gordon maupun anamnesa riwayat terdahulu. Namun
juga harus mengkaji bagaimana lingkungan tempat tinggal, drainase, ventilasi dan
juga sumber air didalam tempat tinggal. Serta pengkajian mekanisme koping
masing – masing individu dalam keluarga tersebut terhadap masalah kesehatan.

58
BAB III
PENUTUP

1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang perawat tidak hanya
mempelajari teori dan literatur serta jurnal kesehatan, namun harus bisa
mengidentifikasi penggunaan metode dan teori keperawatan dalam pembuatan
jurnal dan studi literatur yang dipelajari sehingga pendekatan yang sesuai dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada seorang pasien dapat dilakukan dengan
tepat dan efisien
Model keperawatan adaptasi Roy adalah model yang memandang manusia
sebagai suatu sistem adaptasi mulai dari tingkatan individu itu sendiri sampai ke
adaptasi dengan lingkungan. Menurut Martha E. Rogers, keperawatan adalah
ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa
manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara
umum dengan memperkirakan prinsip – prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan
praktis. Menurut Dorothy Johnson, dengan pendekatan sistem perilaku, dimana
individu dipandang sebagai sitem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal, juga
memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang
ditimbulkanya. Teori keperawatan transkultural yang dikemukakan oleh
Madeleine L. Leininger ini menekankan pentingnya peran perawat dalam
memahami budaya klien. Sedangkan Florence Nightingale menjelaskan
menjelaskan konsep ventilasi, cahaya, kebersihan, diet dan kebisingan.
Lingkungan fisik yang sehat diperlukan untuk memenuhi perawatan dan menjadi
salah satu penunjang dalam pemeliharaan kesehatan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Christensen Paula J. & Kenney Janet W (2009), Proses Keperawatan : Aplikasi


model konseptual edisi 4, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Nursalam.(2010) Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperwatan
Profesional.Jakarta :EGC
Rofii, Muhammad (2021). Teori Dan Falsafah Keperawatan . Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Faridah, Virgianti. 2016. Perubahan Persepsi Dan Domain Spiritual Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi Akibat Pemberian Spiritual Emotional
Freedom Technique (Seft). Diakses dari
https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/
download tanggal 10 November 2022 pukul 19.00
Aini, Nurul. 2014. Upaya Peningkatan Mutu Perilaku Kesehatan Reproduksi
Anak Jalanan Perempuan Di Kota Malang Melalui Pendekatan Teori
Keperawatan Johnson Behavior Sistem Model. Diakses dari
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file tanggal 10 November 2022 pukul
19.20
Fretes, Fiane. 2021. Analisa Peran Pengawas Minum Obat (PMO) dalam
Mendampingi Pasien Tuberkulosis di Kota Kupang. Diakses dari
https://eprints.umm.ac.id/75806 tanggal 10 November 2022 Pukul 19.15
Susilowati Yuanita. 2016. Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Kista Ovarium. Diakses dari
https://www.jurnal.stikesicsada.ac.id/index.php/humanis/article/download
tanggal 10 November 2022 pukul 18.45
Kurniati, Mey. 2019. Keluarga Binaan (Kabi) Dengan Pendekatan Persaga
(Perawat Sahabat Keluarga) Berdasarkan Teori Florence Nightingale Di Desa
Sumberagung Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Diakses dari
https://pdfdokumen.com/downloadFile/59ca2f6a1723dd06636619e4 tanggal
10 November 2022 Pukul 18.30

Anda mungkin juga menyukai