Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PENYAKIT AUTISME

2.1.1 Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf dengan gejala yang timbul
yang jelas sepanjang umur pasien. Autism Spectmm Disorde (ASD) ditandai
dengan interaksi scrial dan komunikasi yang terhambat dan menyimpang, serta
kumoulan aktivitas dan minat yang terbatas.
Autisme adalah ketidak mampuan perkembangan yang biasanya terlihat
sebelum usia dua setengan tahun dan ditandai dengan gangguan pada wicara,
bahasa, mobilitas, persepsi dan hubungan interpersonal. Anak yang autisme
biasanya tiak memiliki kesadaran terhadap orang lain dan gagal membangun
hubungan intervxrsonal, bahkan dengan orang tuanya.
Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa gangguan autistik ( dahulu
disebut autisme infantile dini, autisme masa kanak-kanak atau autisme kanner)
ditandai dengan interaksi soasial timbal balik yang menyimpang keterampilan
komunikasi yang terlambat dan menyimpang, serta kumpulan aktivita dan
minat yang terbatas. Gangguan autisme 4 hingga 5 kali lebih sering packi anak
laki-laki dibandingkan anak petempuan. Anak peæmpuan dengan gangguan
autistik lebih besar kemungkinannya memiliki retradasi mental.

2.12 Etiologi Autisme

Peningkatan jumlah penderita autisme yang tajam menimbulkan berbagai


pertanyaan mengenai penyebab gangguan tersebut. Hingga Saat ini ada
betxrapa peny&b autisme yang dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu
(Kaplan dan Sadock, 2014):
1. Faktor Psikogalik

Ketika autisme peltama kali ditemukan tahun 1943 oleh Leo Kanner,
autisme diperkirakan disebabkan pola asuh yang salah Kasus-kasus
perdana banyak ditemukan pada keluarga kelas menengah dan
berpendidikan yang orang tuanya bersikap dingin dan kaku pada anak.
Kanner beranggapan sikap keluarga tersebut kurang meberikan stimulasi
bagi perkembangan komunikasi anak yang akhimya menghambat
perkembangan kemampuan komuniksi dan interaksi soaial anak.

2. Faktor Biologis dan Lingkungan


Seperti gangguan perkembangan lainnya, autisme dipandang sebagai
gangguan yang memiliki banyak s&l. dan antara satu kasus dengan kasus
lainnya penyebab bisa tidak sama. Penelitian tentang faktor maumjukkan
adanya kelainan atau keterlambatan dalam tahap perkembangan anak autis
sellingga autisme kanudim digolcmgm ganggunn dalam

perkembangan yang mendasari pengklasifikasian.

3. Faktor Genetik

Pada beberapa survey, antara 2-4% saudara kandung anak autistik


juga mengalami gangguan autistik. Laporan klien mengesankan bahwa
pada keluarga yang memiliki anggota autistic, anggota non autistiknya
mempunyai kejadian yang lebih tinggi.

4. Faktor Imunologis

Beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan


imunologis dapat turut belperan dalam gangguan autistic. Limfosit
beberapa anak autistik bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta
yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf embrionik atau
ekstraenbrionik rusak selama gestasi.
5. Faktor Perinatal

Perdarahan ibu setelah trimester pertama dan meconium di dalam


Cairan amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak dengan
gangguan autistik dibandingkan populasi umum.

2.1.3 Manifestasi Klinis Autisme

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal

Meliputi kemamlllan bahasa dan mengalami keterlambatan atau sama


sekali tidak dapat bicara
2. Gngguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak
atau menghindar untuk bertatap muka.

3. Gangguan dalam bermain diantaranya bermain sangat monoton dan


aneh, misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan panjang.
4. Gangguan perilaku, dilihat dari gejala sering dianggap sesuai anak
yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada
tempatnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa
sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata.

6. Gangguan dalam sensori meliputi sensitive terhadap cahaya


(penglihatan) pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa (lidah)
dari mulai ringan sampai berat.
7. Intelegasi dilakukan dengan uji psikologi konvensional termasuk
dalam retardasi secata fungsional.

2.1.4. Patofisiologi Autisme


Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima impluslistrik
(dendrite). Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang benvarna kelabu
(korteks). Akson di bungkus selaput bemama myelin terletak dibagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk Saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
akson, dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson, dendrite dan sinaps. ini dipengaruhi secara
genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factor
sebagai proses belajar anak
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas, pembentukan akson,
dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulusi dari lingkungan. Bagian
otak yang digunakan dalam belajar menunjukan pertambahan akson, dendrite
dan sinaps, sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian
sel, berkurangnya akson, dendrite dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat
dapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

2.1.5. Klasifikasi

1. Autisme Persepsi
Dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul
sebelum lahir. Ketidak mampuan anak berbahasa pada penyimpangan
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga kemampuan anak
bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh .

2. Autisme Reaksi
Terjadi karena permasalahan yang menimbulkan kecemasan
seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah atau
sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memunculkan gerakan-
gerakan tertentu berulang-ulang, kadang-kadang disertai kejang-
kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar enam sampai
tujuh sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
Autisme yang timbul kemudian

Terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan


otak
yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit dalam
hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk
mengubah perilakunya yang sudah melekat.
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Autisme

1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)


2. Checklis for Autisn in Toddlers (CHAT)
3. The Autism Screening Questionare
4. The Screening Test for Autism in Two-years Old
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis

Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan


penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi
anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi
farmakologi, yang Saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine,
lithium, haloperidol dan naltrexone terhadap gejala yang menyertai
Terapi prilaku sangat penting untuk membantu para anak autis
untuk lebih menyesuaikan diri dalam masyarakat. Terapi perilaku terdiri
dari terapi wicara, terapi okupasi, dan menghilangkan perilaku yang
asocial.
Dalam terapi farmakologi dinyatakan belum ada obat atau terapi
khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi (terapi Obat)
berguna terhadap gejala yang menyertai
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mengurangi masalah perilaku
2) Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara
3) Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
4) Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.
2.1.8. Komplikasi

Komplikasi Yang terjadi pada penderita autis biasanya adalah

1) Gangguan infeksi Yang bemlang-ulang


2) Batuk
3) Flu
4) Demam berkepanjangan
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME
2.2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung
jawab.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama Yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. kajian.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
- Perlu ditanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu
muncul.
- Apa tindakan Yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
Saat hamil :
- Ibu merokok (Ya/Tidak)
- Ibu minum-minuman keras (Ya/Tidak)
2) Intra dan Post Natal

Intranatal

- Lama Persalinan
- Saat Persalinan
- Komplikasi Persalinan
- Terapi Yang diberikan
- Cara melahirkan
- Tempat Melahirkan
Postnatal

- Kebutuhan resusitasi
- Apgar skor
- Bayi langsung
menangis
- Tangisan bayi
- Obat-obatan yang diberikan setelah lahir
- Trauma lahir
- Narkosis
- Keluarnya urin/ BAB
- Respon fisiologi atau perilaku yang bennakna

3) Penyakit yang pernah diderita


Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami obesitas
4) Imunisasi
Tanyakan pada keluarga pasien apakah pasien sudah
mendapatkan imunisasi wajib

5. Riwayat Penumbuhan
Tanyakan pada keluarga pasien bagimana pertumbuhan dari pasien
apakah ada gangguan atau tidak
6. Tingkat Perkembangan
Tanyakan pada keluarga apakah ada tidaknya gangguan
perkembangan pada pasien sebelum di rawat inap
7. Riwayat Sosial
Bagaimana riwayat sosial pasien kepada keluarga maupun orang-
orang yang berada di lingkungan sekitarnya
8. Riwayat Keluarga
Tanyakan kepada keluarga pasien bagaimana lingkungan rumah
serta apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
dengan atau memiliki penyakit keturunan dari keluarga pasien
9. Pola Kesehatan

1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan


Kaji pasien status kesehatan anak sejak lahir, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit yang menyebabkan
anak absen dari sekolah, kebiasaan merokok orang tua, praktek
pencegahan kecelakaan (pakaian, mengganti popok), praktek
keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-
obatan).
2) Nutrisi (makanan dan cairan)
Kaji pasien dan ibu pasien mengenai kebiasaan pemberian
ASI/PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, jumlah
makanan dan kudapan, jenis dan jumlah (makanan dan
minuman) adakah tambahan vitamin, pola makan 3 hari terakhir
atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan, BB
lahir dan BB saat ini serta status nutrisi orang tua, apakah ada
masalah atau tidak
3) Aktifitas
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan /
kurang keinginan untuk beraktifitas.
4) Tidur dan Istirahat
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu
tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan
tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung
mata, keadaan umum, mengantuk).
5) Eliminasi
Kaji kebiasaan pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah
atau tidak), mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi, pola
eliminasi urine (frekuensi ganti popok basah perhari, kekuatan
keluarnya urine, bau, warna)
6) Pola hubungan
Kaji struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi
antara anggota keluarga, respon anak/ bayi terhadap perpisahan
pola bermain anak apakah ketergantungan, dan penyusuaian
ketika berada bersama orang lain
7) Koping
Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress dan
toleransinya, serta kaji cara penanganan masalah
8) Kognitif dan persepsi
Kaji pasien mengenai gambaran tuitang ilxim khusus
(penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, peraba),
penggunaan alat bantu indra, persepsi ketidaknyamanan nyeri
(pengkajian nyeri secam komprehensif), keyakinan budaya
terhadap nycri, tingkat pengetahuan terhadap nyeri dan
pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri, data
pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
9) Konsep diri
Kaji pasien mengenai keadaan sosial: pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial, identitas personal: penjelasan
tentang diri sendili, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki,
keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh
(yang disukai dan tidak), harga diri: perasaan mengenai diri
sendiri, ancaman terhadap diri (perubahan riwayat
berhubungan dengan masalah fisik dan ataupun psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung,
tidak mau berinteraksi)
10) Seksual
Kaji pasien mengenai gambaran seksual (perilaku
seksualitas yang aman, pelukan, sentuhan, dll),
pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reproduksi, efek terhadap kesehatan, riwayat yang
berhubungan dengan masalah fisik dan psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan (genetalia, payudara,
rectum)
11) Nilai
Kaji pasien mengenai perkembangan moral anak, pemilihan
prilaku, komitmen, keyakinan akan kesehatan serta keyakinan
agama

10. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Kesadaran, postur tubuh gemuk

2) Tanda-Tanda Vital : TD, N, RR,S

Ukuran antropometri : TB, BB mengalami peningkatan,LK, Lila

3) Kulit
Kaji kebersihan, turgor, lesi, kelainan
4) Kepala
Kaji bentuk, lesi, kebersihan, edema

5) Mata
Kaji konjungtiva, sclera, kelainan mata

6) Telinga
Kaji fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
7) Hidung
Kaji kebersihan, kelainan

8) Mulut
Kaji kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
9) Leher
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar

10) Dada
Kaji paru dan jantung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
11) Abdomen
Kaji abdomen dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultas

12) Genetalia
Kaji kebersihan, kateter, kelainan

13) Ekstremitas
Kaji adanya edema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan

14) Neurologi
Fungsi saraf
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler (D.0119)
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan (D.0118)
3. Gangguan persepsi dan sensori berhubungan dengan gangguan
pengelihatan dan pendengaran (D.0085)
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan pertumbuhan
fisik terganggu (D.0106)
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose Tujuan
Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil

Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Promosi Komunikasi :


komunikasi keperawatan selama...x...jam, Defisit bicara
verbal diharapkan pasien dapat
berhubungan berkomunikasi, dengan 1. Monitor kecepatan, tekanan,
dengan kriteria hasil . kualitas, volume, dan diksi
neuromuskuler bicara
SLKI : Komunikasi Verbal
2. Identifikasi perilaku emosional
dan fisik sebagai bentuk
1. Dengan baik tanpa
komunikasi
hambatan
3. Gunakan metode komunikasi
2. Dengan normal
alternative (mis: menulis, mata
menyesuaikan ekspresi
berkedip, papan komunikasi
wajah dan tubuh.
dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan dan komputer
4. Berikan dukungan psikologis
5. Anjurkan berbicara perlahan
6. Rujuk ke ahli patologi bicara
atau therapis

Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Modifikasi perilaku


interaksi social keparawatan selama . . .x. . keterampilan social
berhubungan . jam, diharapkan interaksi
1. Identifikasi focus pelatihan
dengan hambatan social pasien membaik,
keterampilan social
perkembangan dengan kriteria hasil .
2. Motivasi untuk berlatih
SLKI : keterampilan social
INTERAKSI 3. Libatkan keluarga selama
SOSIAL latihan keterampilan social

1. Di harapkanperasaan 4. Edukasi keluarga untuk

pasien nyaman dengan dukungan keterampilan social

situasi social 5. Latih keterampilan social

2. Di harapkan perasaan secara

pasien mudah menerima bertahap

atau mengkomunikasi
perasaan
3. Pasien mampu
responsive pada orang
lain

Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen


persepsi keparawatan selama.....x... Halusinasi
sensori jam, diharapkan pasien 1. Monitor perilaku yang
berhubungan mampu melihat mengidentifikasi halusinasi
dengan dan mendengar 2. Monitor dan sesuaikan tingkat
gangguan dengan normal , dengan aktivitas dan stimulasi
pengelihatan criteria hasil : lingkungan
dan SLKI : Persepsi Sensori 3. Pertahankan lingkungan yang
pendengaran aman
1. Mendengarkan bisikan
4. Anjurkan melakukan distraksi
2. Melihat bayangan
(mis : mendengarkan musik,
3. Merasakan sesuatu
melakukan aktivitas dan teknik
melalui indra peraba
relaksasi)
4. Mencium sesuatu melalui
5. Kolaborasi pemberian obat
indra penciuman
anti psikotik dan anti ansietas

Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Perawatan


tumbuh keperawatan Perkembangan
kembang selama.....x.....jam,
di 1. Identifikasi pencapaian tugas
berhubungan harapkan pasien mampu perkembangan anak
dengan melihat dan mendengar 2. Sediakan aktivitas yang
pertumbuhan dengan normal, dengan memotivasi anak berinteraksi
fisik kriteria hasil : dengan anak lainnya
terganggu
SLKI : Status 3. Dukung anak mengekspresikan
diri melalui penghargaan
Perkembangan
positif atau umpan balik atas
1. Pasien mampu
usahanya
menerapkan keterampilan 4. Anjurkan orang tua
atau perilaku berinteraksi dengan anaknya
2. Pasien mampu melakukan 5. Ajarkan anak keterampilan
perawatan diri berinteraksi
6. Rujuk untuk konseling jika
perlu

2.2.4IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi ini disLsun menurut Patricia A. Potter implementæsi merupakan
pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun /
ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal
dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun
perawat secara mandiri dan juga bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.
Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk
mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
2.2.5EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak, untuk
mengatasi suatu masalah yang diharapi klien.

Anda mungkin juga menyukai