DISUSUN OLEH :
1. Vista fatimah mutia sari (109STYC20)
2. Liza karlina (075STYC20)
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua
ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak III yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun
dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat dan
umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme”
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Autis atau Autistic Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan dan
perilaku yang ditandai dengan ketidakmampuan pada komunikasi sosial, interaksi,
keterbatasan, pola perilaku berulang, aktivitas dan interest yang mulai terlihat sebelum
anak berusia 3 tahun (American Psychiatric Association,1994 dalam Depape & Lindsay,
2015). Autisme seringkali di salah artikan sebagai keadaan yang buruk dengan keparahan
masalah pola perilaku anak (Abbeduto et al, 2012 dalam Weiss, Robinson, Fung, Tint &
Chalmers, 2013), dan keperahan gejala dari autisme itu sendiri (Duarte et al, 2005 dalam
Weiss, Robinson, Fung, Tint & Chalmers, 2013).
Di kutip dari kementrian kesehatan RI data Centre of Disease Control (CDC) di
Amerika pada bulan Maret 2014, prevalensi (angka kejadian) Autisme adalah 1 dari 68
anak. Secara lebih spesifik 1 dari 42 anak laki-laki dan 1 dari 189 anak perempuan. Sejak
tahun 1980, terjadi peningkatan sampai 40% di Kanada dan Jepang. Dalam sebuah studi
yang dilakukan terhadap ribuan anak, Universitas Cambridge menemukan bahwa saat ini,
1 dari 60 anak di Inggris memiliki beberapa kondisi autis (Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), 2014 dalam Russel & McClosckey, 2015). Di Indonesia belum di
kemukakan secara pasti data anak penyandang autisme,sebagai rujukan data yang peneliti
gunakan untuk 2 menunjukkan prevalensi autisme di Indonesia tahun 2010,anak berusia
5- 19 tahun yang menyandang gangguan spectrum autisme sebanyak 66.000.805 dan
berdasarkan data badan pusat statistic di perkirakan terdapat 112.000 anak yang
menyadang spectrum autisme (Nurvita, 2016). Dengan meningkatnya jumlah penyandang
autisme, seringkali menjadi perbincangan hangat di kalangan orang tua dan seringkali
membuat orang tua merasa khawatir terhadap anak (Muniroh, 2010).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISME”
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan autisme?
1.2.2 Apakah etiologi dari autisme?
1.2.3 Apakah manifestasi klinis dari autisme?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari autisme?
1.2.5 Bagaimana jalur dari autisme?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan diagnostik dari autisme?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari autisme?
1.2.8 Bagaimana konsep asuhan keperawatan autisme?
1.3 Tujuan Penuilisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari autisme
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari autisme
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari autisme
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari autisme
1.3.5 Untuk mengetahui jalur dari autisme
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari autisme
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari autisme
1.3.8 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada autisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar autism
2.1.1 Definisi autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf dengan gejala yang timbul
yang jelas sepanjang umur pasien. Autism Spectrum disorder (ASD) ditandai
dengan gangguan interaksi sosial dan unikasi yang terhambat dan menyimpang,
serta kumoulan aktivitas minat yang terbatas.
Autisme merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa
sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang
menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga mempengaruhi
tumbuh kembang pada beberapa aspek, yaitu antara lain ; komunikasi, kemampuan
berinteraksi social, dan gerakan motorik baik kasar maupun halus. Dan gejala-
gejala autisme terlihat dari adanya penyimpangan dari ciri-ciri tumbuh kembang
anak secara normal yang sebaya dengannya (Sunu, 2012).
( Sumber : Wikipedia )
Autisme adalah ketidak mampuan perkembangan yang biasanya terjadi
sebelum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan gangguan wicara, bahasa,
mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal. Anak yang autisme biasanya
memiliki kesadaran terhadap orang lain dan gagal membangun hubungan
interpersonal, bahkan dengan orang tuanya.
Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa gangguan autistik dahulu disebut
autisme infantile dini, autisme masa kanak-kanak atau utisme kanner) ditandai
dengan interaksi sosial timbal balik yang menyimpang, keterampilan komunikasi
yang terlambat dan menyimpang, serta kumpulan aktivita dan minat yang terbatas.
Gangguan autisme 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan
dengan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan autistik lebih besar
kemungkinannya memiliki retradasi mental.
2.1.2 Etiologi autism
Peningkatan jumlah penderita autism yg tajam menimbulkan berbagai
pertanyaan mengenai penyebab hangguan tersebut. Hingga saat ini ada beberapa
penyebab autism yang dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu (Kaplan ddan
sadock, 2014) :
1. Faktor Psikogenik
Ketika autisme pertama kali ditemukan tahun 1943 oleh Leo Kanner, autisme
diperkirakan disebabkan oleh pola asuh yang salah. Kasus-kasus perdana
banyak ditemukan pada keluarga kelas menengah dan berpendidikan tinggi
yang orang tuanya bersikap dingin dan kaku pada anak. Kanner beranggapan
sikap keluarga tersebut kurang memberikan stimulasi bagi perkembangan
kemampuan kounikasi dan interaksi sosial anak.
2. Faktor Biologis dan Lingkungan
Seperti gangguan perkembangan lainnya, autisme dipandang sebagai
gangguan yang memiliki banyak sebab dan antara satu kasus dengan kasus
lainnya penyebab bisa tidak sama. Penelitian tentang faktor organik
menunjukkan adanya kelainan atau keterlambatan dalam tahap perkembangan
anak autis sehingga autisme kemudian digolongan sebagai gangguan dalam
perkembangan yang mendasari pengklasifikasian.
3. Faktor Genetik
Pada beberapa survey, antara 2-4% saudara kandung anak autistic juga
mengalami gangguan autistik. Laporan klien mengesankan bahwa pada
keluarga yang memiliki anggota autistic, anggota non autistiknya mempunyai
kejadian yang lebih tinggi.
4. Faktor Imunologis
Beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidak cocokan imunologis
dapat turut berperan dalam gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistik
bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan
kemungkinan jaringan saraf embrionik atau ekstraenbrionik rusak selama
gestasi
5. Faktor Perinatal
Perdarahan ibu setelah trimester pertama dan meconium di dalam cairan
amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak dengan gangguan
autistik dibandingkan populasi umum.
2.1.3 Manifestasi klinis autism
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal Meliputi kemampuan
bahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara
2. Gangguan dalam bidang interaksi social Meliputi gangguan menolak atau
menghindar untuk bertatap muka.
3. Gangguan dalam bermain Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh,
misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan panjang.
4. Gangguan perilaku Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang
senang kerapian harus menempatkan barang tertentu dapa tempatnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi Dapat dilihat dari perilaku tertawa sendiri,
menangis atau marah tanpa sebab nyata.
6. Gangguan dalam persepsi sensori Meliputi perasaan sensitive terhadap cahaya
(penglihatan), pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa (lidah) dari mulai
sampai berat.
7. Intelegasi Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secata
fungsional.
2.1.4 Patofisiologi autism
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan
implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima impluslistrik (dendrite). Sel
saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson di
bungkus selaput bernama myelin terletak dibagian otak berwarna putih. Sel saraf
berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pmbentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,
dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah
anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya
struktur akson, dendrite dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor Sn proses belajar anak
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas, pembentukan akson, dendrite
dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang
digunakan dalam belajar menunjukan pertambahan akson, dendrite dan sinaps,
sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, Kelainan genetis, keracuanan logam berat, dan nutrisi yang
tidak adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
2.1.6 Klasifikasi
1. Autisme persepsi
Dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.
Ketidak mampuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi
terhadap rangsangan dari luar, begitu juga kemampuan anak bekerjasama
dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.
2. Autisme reaksi
Terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti
orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah atau sekolah dan sebagainya.
Autisme ini akan memunculkan Gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang,
kadang-kadang disertai kejang-kejang Gejala ini muncul pada usia lebih besar
enam sampai tujuh sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian
Terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang
terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit dalam hal pemberian
pelatihan dan pelayanan Pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah
melekat.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Autisme
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
2. Checklis for Autisn in Toddlers (CHAT)
3. The Autism Screening Questionare
4. The Scrcening Test for Autism in Two-Years Old
2.1.8 Penatalaksanaan dari autisme
1. Penatalaksanaan medis
Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan
kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen
yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologi, yang saat
ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan
naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai. Terapi prilaku sangat penting
untuk membantu para anak autis untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam
masyarakat. Terapi prilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi, dan
menghilangkan prilaku yang asocial. Dalam terapi farmakologi dinyatakan
belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi
(terapi obat) beguna terhadap gejala yang menyertai.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Mengurangi masalah prilaku
2) Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara
3) Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
4) Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita autis biasanya adalah :
1. Gangguan infeksi yang berulang-ulang
2. Batuk
3. Flu
4. Demam berkepanjangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Konsep asuhan keperawatan
3.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. kajian.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Perlu ditanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
Saat hamil : Ibu merokok (Ya/Tidak)
: Ibu minum-minuman keras (Ya/Tidak)
2) Intra dan Post Natal Intranatal
1) Lama Persalinan
2) Saat Persalinan
3) Komplikasi Persalinan
4) Terapi yang diberikan
5) Cara melahirkan
6) Tempat Melahirkan
Postnatal
1) Kebutuhan resusitasi
2) Apgar skor
3) Bayi langsung menangis
4) Tangisan bayi
5) Obat-obatan yang diberikan setelah lahir
6) Trauma lahir
7) Narkosis
8) Keluarnya urin/ BAB
9) Respon fisiologi atau perilaku yang bermakna
Tujuan
Diagnose
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
atau mengkomunikasi
perasaan
3. Pasien mampu
responsive pada orang
lain
perabaan 4.
sesuatu melalui indra
penciuman
Kaplan dan Sadock (2010). buku ajar psikiatri klinis terjemahan oleh nisa T.M. Jakarta : EGC
Kaplan Dan Sadock (2010). buku ajar psikiatri. Edisi 2.. Jakarta : EGC
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan (cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.