Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISME

DISUSUN OLEH :
1. Vista fatimah mutia sari (109STYC20)
2. Liza karlina (075STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JENJANG AKADEMIK

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua
ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.

Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak III yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun
dalam isi.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat dan
umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme”

Mataram, 19 September 2022


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Autis atau Autistic Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan dan
perilaku yang ditandai dengan ketidakmampuan pada komunikasi sosial, interaksi,
keterbatasan, pola perilaku berulang, aktivitas dan interest yang mulai terlihat sebelum
anak berusia 3 tahun (American Psychiatric Association,1994 dalam Depape & Lindsay,
2015). Autisme seringkali di salah artikan sebagai keadaan yang buruk dengan keparahan
masalah pola perilaku anak (Abbeduto et al, 2012 dalam Weiss, Robinson, Fung, Tint &
Chalmers, 2013), dan keperahan gejala dari autisme itu sendiri (Duarte et al, 2005 dalam
Weiss, Robinson, Fung, Tint & Chalmers, 2013).
Di kutip dari kementrian kesehatan RI data Centre of Disease Control (CDC) di
Amerika pada bulan Maret 2014, prevalensi (angka kejadian) Autisme adalah 1 dari 68
anak. Secara lebih spesifik 1 dari 42 anak laki-laki dan 1 dari 189 anak perempuan. Sejak
tahun 1980, terjadi peningkatan sampai 40% di Kanada dan Jepang. Dalam sebuah studi
yang dilakukan terhadap ribuan anak, Universitas Cambridge menemukan bahwa saat ini,
1 dari 60 anak di Inggris memiliki beberapa kondisi autis (Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), 2014 dalam Russel & McClosckey, 2015). Di Indonesia belum di
kemukakan secara pasti data anak penyandang autisme,sebagai rujukan data yang peneliti
gunakan untuk 2 menunjukkan prevalensi autisme di Indonesia tahun 2010,anak berusia
5- 19 tahun yang menyandang gangguan spectrum autisme sebanyak 66.000.805 dan
berdasarkan data badan pusat statistic di perkirakan terdapat 112.000 anak yang
menyadang spectrum autisme (Nurvita, 2016). Dengan meningkatnya jumlah penyandang
autisme, seringkali menjadi perbincangan hangat di kalangan orang tua dan seringkali
membuat orang tua merasa khawatir terhadap anak (Muniroh, 2010).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISME”
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan autisme?
1.2.2 Apakah etiologi dari autisme?
1.2.3 Apakah manifestasi klinis dari autisme?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari autisme?
1.2.5 Bagaimana jalur dari autisme?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan diagnostik dari autisme?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari autisme?
1.2.8 Bagaimana konsep asuhan keperawatan autisme?
1.3 Tujuan Penuilisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari autisme
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari autisme
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari autisme
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari autisme
1.3.5 Untuk mengetahui jalur dari autisme
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari autisme
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari autisme
1.3.8 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada autisme
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar autism
2.1.1 Definisi autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf dengan gejala yang timbul
yang jelas sepanjang umur pasien. Autism Spectrum disorder (ASD) ditandai
dengan gangguan interaksi sosial dan unikasi yang terhambat dan menyimpang,
serta kumoulan aktivitas minat yang terbatas.
Autisme merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa
sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang
menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga mempengaruhi
tumbuh kembang pada beberapa aspek, yaitu antara lain ; komunikasi, kemampuan
berinteraksi social, dan gerakan motorik baik kasar maupun halus. Dan gejala-
gejala autisme terlihat dari adanya penyimpangan dari ciri-ciri tumbuh kembang
anak secara normal yang sebaya dengannya (Sunu, 2012).

( Sumber : Wikipedia )
Autisme adalah ketidak mampuan perkembangan yang biasanya terjadi
sebelum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan gangguan wicara, bahasa,
mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal. Anak yang autisme biasanya
memiliki kesadaran terhadap orang lain dan gagal membangun hubungan
interpersonal, bahkan dengan orang tuanya.
Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa gangguan autistik dahulu disebut
autisme infantile dini, autisme masa kanak-kanak atau utisme kanner) ditandai
dengan interaksi sosial timbal balik yang menyimpang, keterampilan komunikasi
yang terlambat dan menyimpang, serta kumpulan aktivita dan minat yang terbatas.
Gangguan autisme 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan
dengan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan autistik lebih besar
kemungkinannya memiliki retradasi mental.
2.1.2 Etiologi autism
Peningkatan jumlah penderita autism yg tajam menimbulkan berbagai
pertanyaan mengenai penyebab hangguan tersebut. Hingga saat ini ada beberapa
penyebab autism yang dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu (Kaplan ddan
sadock, 2014) :
1. Faktor Psikogenik
Ketika autisme pertama kali ditemukan tahun 1943 oleh Leo Kanner, autisme
diperkirakan disebabkan oleh pola asuh yang salah. Kasus-kasus perdana
banyak ditemukan pada keluarga kelas menengah dan berpendidikan tinggi
yang orang tuanya bersikap dingin dan kaku pada anak. Kanner beranggapan
sikap keluarga tersebut kurang memberikan stimulasi bagi perkembangan
kemampuan kounikasi dan interaksi sosial anak.
2. Faktor Biologis dan Lingkungan
Seperti gangguan perkembangan lainnya, autisme dipandang sebagai
gangguan yang memiliki banyak sebab dan antara satu kasus dengan kasus
lainnya penyebab bisa tidak sama. Penelitian tentang faktor organik
menunjukkan adanya kelainan atau keterlambatan dalam tahap perkembangan
anak autis sehingga autisme kemudian digolongan sebagai gangguan dalam
perkembangan yang mendasari pengklasifikasian.
3. Faktor Genetik
Pada beberapa survey, antara 2-4% saudara kandung anak autistic juga
mengalami gangguan autistik. Laporan klien mengesankan bahwa pada
keluarga yang memiliki anggota autistic, anggota non autistiknya mempunyai
kejadian yang lebih tinggi.
4. Faktor Imunologis
Beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidak cocokan imunologis
dapat turut berperan dalam gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistik
bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan
kemungkinan jaringan saraf embrionik atau ekstraenbrionik rusak selama
gestasi
5. Faktor Perinatal
Perdarahan ibu setelah trimester pertama dan meconium di dalam cairan
amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak dengan gangguan
autistik dibandingkan populasi umum.
2.1.3 Manifestasi klinis autism
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal Meliputi kemampuan
bahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara
2. Gangguan dalam bidang interaksi social Meliputi gangguan menolak atau
menghindar untuk bertatap muka.
3. Gangguan dalam bermain Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh,
misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan panjang.
4. Gangguan perilaku Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang
senang kerapian harus menempatkan barang tertentu dapa tempatnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi Dapat dilihat dari perilaku tertawa sendiri,
menangis atau marah tanpa sebab nyata.
6. Gangguan dalam persepsi sensori Meliputi perasaan sensitive terhadap cahaya
(penglihatan), pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa (lidah) dari mulai
sampai berat.
7. Intelegasi Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secata
fungsional.
2.1.4 Patofisiologi autism
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan
implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima impluslistrik (dendrite). Sel
saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson di
bungkus selaput bernama myelin terletak dibagian otak berwarna putih. Sel saraf
berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pmbentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,
dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah
anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya
struktur akson, dendrite dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor Sn proses belajar anak
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas, pembentukan akson, dendrite
dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang
digunakan dalam belajar menunjukan pertambahan akson, dendrite dan sinaps,
sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, Kelainan genetis, keracuanan logam berat, dan nutrisi yang
tidak adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

2.1.5 Pathway Autisme

2.1.6 Klasifikasi
1. Autisme persepsi
Dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.
Ketidak mampuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi
terhadap rangsangan dari luar, begitu juga kemampuan anak bekerjasama
dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.
2. Autisme reaksi
Terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti
orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah atau sekolah dan sebagainya.
Autisme ini akan memunculkan Gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang,
kadang-kadang disertai kejang-kejang Gejala ini muncul pada usia lebih besar
enam sampai tujuh sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian
Terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang
terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit dalam hal pemberian
pelatihan dan pelayanan Pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah
melekat.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Autisme
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
2. Checklis for Autisn in Toddlers (CHAT)
3. The Autism Screening Questionare
4. The Scrcening Test for Autism in Two-Years Old
2.1.8 Penatalaksanaan dari autisme
1. Penatalaksanaan medis
Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan
kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen
yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologi, yang saat
ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan
naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai. Terapi prilaku sangat penting
untuk membantu para anak autis untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam
masyarakat. Terapi prilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi, dan
menghilangkan prilaku yang asocial. Dalam terapi farmakologi dinyatakan
belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi
(terapi obat) beguna terhadap gejala yang menyertai.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Mengurangi masalah prilaku
2) Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara
3) Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
4) Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita autis biasanya adalah :
1. Gangguan infeksi yang berulang-ulang
2. Batuk
3. Flu
4. Demam berkepanjangan

BAB III

PENUTUP
3.1 Konsep asuhan keperawatan
3.3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. kajian.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Perlu ditanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
Saat hamil : Ibu merokok (Ya/Tidak)
: Ibu minum-minuman keras (Ya/Tidak)
2) Intra dan Post Natal Intranatal
1) Lama Persalinan
2) Saat Persalinan
3) Komplikasi Persalinan
4) Terapi yang diberikan
5) Cara melahirkan
6) Tempat Melahirkan

Postnatal
1) Kebutuhan resusitasi
2) Apgar skor
3) Bayi langsung menangis
4) Tangisan bayi
5) Obat-obatan yang diberikan setelah lahir
6) Trauma lahir
7) Narkosis
8) Keluarnya urin/ BAB
9) Respon fisiologi atau perilaku yang bermakna

1) Penyakit yang pernah diderita


Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami obesitas
2) Imunisasi
Tanyakan pada keluarga pasien apakah pasien sudah mendapatkan
imunisasi wajib
1. Riwayat Pertumbuhan
Tanyakan pada keluarga pasien bagimana pertumbuhan dari pasien apakah
ada gangguan atau tidak
2. Tingkat Perkembangan
Tanyakan pada keluarga apakah ada tidaknya gangguan perkembangan
pada pasien sebelum di rawat inap
3. Riwayat Sosial
Bagaimana riwayat sosial pasien kepada keluarga maupun orangorang
yang berada di lingkungan sekitarnya
4. Riwayat Keluarga
Tanyakan kepada keluarga pasien bagimana lingkungan rumah serta
apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan atau
memiliki penyakit keturunan dari keluarga pasien
5. Pola Kesehatan
1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kaji pasien mengenai status kesehatan anak sejak lahir, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit yang menyebabkan anak
absent dari sekolah, kebiasaan merokok orang tua, praktek pencegahan
kecelakaan (pakaian, menukar popok), praktek keamanan orang tua
(produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan.
2) Nutrisi (makanan dan cairan)
Kaji pasien dan ibu pasien mengenai kebiasaan pemberian ASI/PASI,
jumlah minum, kekuatan menghisap, jumlah makanan dan kudapan,
jenis dan jumlah (makanan dan minuman) adakah tambahan vitamin,
pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan,
nafsu makan, BB lahir dan BB saat ini serta status nutrisi orang tua,
apakah ada masalah atau tidak
3) Aktifitas
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang
keinginan untuk beraktifitas.
4) Tidur dan Istirahat
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur,
jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan
umum, mengantuk).
5) Eliminasi
Kaji kebiasaan pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah atau
tidak), mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi, pola eliminasi
urine (frekuensi ganti popok basah perhari, kekuatan keluarnya urine,
bau, warna)
6) Pola hubungan
Kaji struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara
anggota keluarga, respon anak/ bayi terhadap perpisahan,, pola bermain
anak apakah ketergantungan, dan penyusuaian ketika berada
7) Koping
Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress dan
toleransinya, serta kaji cara penanganan masalah

8) Kognitif dan persepsi


Kaji pasien mengenai gambaran tentang indra khusus (penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasa, peraba), penggunaan alat bantu indra,
persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif), keyakinan budaya terhadap nyeri, tingkat pengetahuan
terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri,
data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
9) Konsep diri
Kaji pasien mengenai keadaan sosisal: pekerjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial, identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri,
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, keadaan fisik, segala sesuatu
yang berkaitan dengan tubuh (yang disukai dan tidak), harga diri:
perasaan mengenai diri sendiri, ancaman terhadap konsep diri (sakit,
perubahan peran), riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan
ataupun psikologi, data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung
diri, murung, tidak mau berinteraksi)
10)Seksual
Kaji pasien mengenai gambaran perilaku seksual (perilaku seksualitas
yang aman, pelukan, sentuhan, dll), pengetahuan yang berhubungan
dengan seksualitas dan reproduksi, efek terhadap kesehatan, riwayat
yang berhubungan dengan masalah fisik dana tau psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rectum)
11)Nilai
Kaji pasien mengenai perkembangan moral anak, pemilihan prilaku,
komitmen, keyakinan akan kesehatan serta keyakinan agama

10. Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan Umum : Kesadaran, postur tubuh gemuk 2) Tanda-
Tanda Vital : TD, N, RR, S
Ukuran Anthropometri : TB, BB mengalami peningkatan, LK, LiLa
1) Kulit
Kaji kebersihan, turgor, lesi, kelainan
2) Kepala
Kaji bentuk, lesi, kebersihan, edema
3) Mata
Kaji konjungtiva, sclera, kelainan mata
4) Telinga
Kaji fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
5) Hidung
Kaji kebersihan, kelainan
6) Mulut
Kaji kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
7) Leher
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar
10)Dada
Kaji paru dan jantung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
11)Abdomen
Kaji abdomen dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultas
12)Genetalia
Kaji kebersihan, kateter, kelainan
13)Ekstremitas
Kaji adanya edema, infuse/transfuse, kontraktor, kelinan
14)Neurologi
Fungsi saraf

3.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguam komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan


neuromuskuler
2. Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan perkembangan
3. Gangguan persepsi dan sensori berhubungan dengan gangguan
pengelihatan dan pendengaran
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan pertumbuhan fisik
terganggu
3.3.2 Intervensi Keperawatan

Tujuan
Diagnose
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan

Gangguam Setelah dilakukan asuhan SIKI : Promosi Komunikasi :


komunikasi verbal keperawatan selama …x… Defisit bicara
berhubungan
dengan gangguan jam, diharapkan pasien dapat 1. Monitor kecepatan, tekanan,
neuromuskuler berkomunikasi, dengan criteria kualitas, volume, dan diksi bicara
hasil : 2. Identifikasi perilaku emosional
SLKI : Komunikasi Verbal dan fisik sebagai bentuk
1. komunikasi
dengan baik 3. Gunakan metode komunikasi
tanpa hambatan alternative (mis: menulis, mata
berkedip, papan komunikasi
2. dengan normal dengan gambar dan huruf, isyarat
3. Menyesuaikan tangan dan computer)
ekapresi wajah 4. Berikam dukungan paikologis
dan tubuh. 5. Anjurkan berbicara perlahan
6. Runuk ke ahli patologi bicara
atau therapis
Gangguan interaksi Setelah dilakukan asuhan SIKI : Modifikasi perilaku
social berhubungan
keperawatan selama …x… keterampilan social
dengan hambatan
perkembangan jam, diharapkan interaksi social 1. Identifikasi focus pelatihan
pasien membaik, dengan criteria keterampilan social
hasil : 2. Motivasi untuk berlatih
SLKI : INTERAKSI keterampilan social
SOSIAL 3. Libatkan keluarga selama latihan
1. Di harapkan perasaan keterampilan social
pasien nyaman dengan 4. Edukasi keluarga untuk
situasi social dukungan keterampilan social
2. Di harapkan perasaan 5. Latih keterampilan social secara
pasien mudah menerima bertahap

atau mengkomunikasi
perasaan
3. Pasien mampu
responsive pada orang
lain

Gangguan persepsi Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen Halusinasi


dan sensori keperawatan selama …x… 1. Monitor perilaku yang
berhubungan dengan jam, diharapkan pasiem mengidentifikasi halusinasi
gangguan mampu melihat dan mendengar 2. Monitor dan sesuikan tingkat
pengelihatan dan
pendengaran dengan normal , dengan criteria aktivitas dan stimulasi lingkungan
hasil : 3. Pertahankan lingkungan yang
SLKI : Persepsi Sensori aman
1. 4. Anjurkan melakukan distraksi
mendengarkan bisikan (mis : mendengarkan music,
2. melakukan aktivitas dan Teknik
bayangan relaksasi)
3. 5. Kolaborasi pemberian obat
sesuatu melalui indra antipsikotik dan antiansietas.

perabaan 4.
sesuatu melalui indra
penciuman

Gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan SIKI : Perawatan Perkembangan


kembang keperawatan selama …x… 1. Identifikasi pencapaian tugas
berhubungan
dengan jam, diharapkan pasiem perkembangan anak
pertumbuhan fisik mampu melihat dan 2. Sediakan aktivitas yang
terganggu
mendengar dengan normal , memotivasi anak berinteraksi
dengan criteria hasil : dengan abaklainnya
SLKI : Status 3. Dukung anak mengekspresikan
Perkembangan diri melalui penghargaan positif
1. Pasien mampu menerapkan atau umpan balik atau usahanya
ketrampilan atau prilaku 4. Anjurkan orang tua berinteraksi
2. Pasien mampu melakukan dengan anaknya
perawatan diri
5. Ajarkan anak
ketrampilan berinteraksi
6. Rujuk untuk konseling, jika perlu

3.3.3 Implementasi keperawatan


Implentasi adalah tahap dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbabagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncakan
dalam rencana tindakan keperawatan. Implementasi merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan tindakan yang telah doi
rencanakan ditahap intervensi sebelumnya, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendoumentasikan tindakan yang diberikan merupakan suatu tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensikeperawatan.
3.3.4 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari prpses pelaksanaan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk mengevaluasi atau melihat tingakt keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan dalam
bentuk pendekatan SOAP.Menyusun rencana keperawatan yang baru apabila
tindakan yang dilakukan sebelumnya tiadak atau belum berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan dan Sadock (2010). buku ajar psikiatri klinis terjemahan oleh nisa T.M. Jakarta : EGC

Kaplan Dan Sadock (2010). buku ajar psikiatri. Edisi 2.. Jakarta : EGC

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan (cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai