Anda di halaman 1dari 5

1. Bagai mana cara menangani anak autis?

2. Metode seperti apa dalam pembelajaran anak autis?


3. Ciri-ciri anak autis?
4. Penyebab anak autis?
Jawaban
1. Penanganan anak autis tidak dapat disamakan satu sama lain. Dua poin
penting untuk penanganan anak autis adalah pada saat sedini mungkin dan
program individual yang sesuai kebutuhan anak. Secara garis besar
beberapa penanganan yang dapat dilakukan yaitu program pendidikan,
individual, diet, terapi, maupun penggunaan obat (national institute of
mental health, 2008)
kutip “Ballerina, Titisa. "Meningkatkan rentang perhatian anak autis dalam
pembelajaran pengenalan huruf." Journal of Disability Studies 3.2 (2016):
245-266”.
Ballerina, T. (2016). Meningkatkan rentang perhatian anak autis dalam
pembelajaran pengenalan huruf. Journal of Disability Studies, 3(2), 245-
266.
BALLERINA, Titisa. Meningkatkan rentang perhatian anak autis dalam
pembelajaran pengenalan huruf. Journal of Disability Studies, 2016, 3.2:
245-266.
2. Salah satu metode yang digunakan untuk mengajarkan materi pada anak
autis adalah menggunakan applited behavior analysis (ABA) ( New
department of education, 2005). ABA merupakan metode yang banyak
digunakan dalam memodifikasi prilaku pada anak autis. Metode untuk
meningkatkan suatu prilaku adalah dengan mengontrol anteseden yang
mendahului prilaku kemudian di ikuti dengan pemberian penguatan positif.
Anteseden adalah stimulus yang didahului suatu respon yang dapat
mempengaruhi respon yang akan muncul (sundel dan sundel 2005)
Kutip “Ballerina, Titisa. "Meningkatkan rentang perhatian anak autis
dalam pembelajaran pengenalan huruf." Journal of Disability Studies 3.2
(2016): 245-266”.
Ballerina, T. (2016). Meningkatkan rentang perhatian anak autis dalam
pembelajaran pengenalan huruf. Journal of Disability Studies, 3(2), 245-
266.
BALLERINA, Titisa. Meningkatkan rentang perhatian anak autis dalam
pembelajaran pengenalan huruf. Journal of Disability Studies, 2016, 3.2:
245-266
3. secara umum, ciri-ciri anak autis terdiri dari tiga karakteristik utama, yaitu:
Gangguan berkomunikasi
Gangguan komunikasi yang kerap dialami anak penderita autisme adalah
sulit bicara, menulis, membaca, dan memahami bahasa isyarat, seperti
menunjuk dan melambai.
Hal ini kemudian membuat ia sulit untuk memulai percakapan dan
memahami maksud dari suatu perkataan atau petunjuk yang diberikan
orang lain.
Tak jarang anak dengan autisme mengucapkan satu kata secara berulang
atau yang beberapa waktu lalu didengarnya (ekolalia) menyerupai latah. Ia
juga suka mengucapkan sesuatu dengan nada tertentu atau seperti sedang
bersenandung.

Gangguan dalam berhubungan sosial


Salah satu ciri-ciri anak autis adalah sulit bersosialisasi. Anak dengan
autisme sering kali terlihat asyik dengan dunianya sendiri, sehingga sulit
terhubung dengan orang-orang di sekitarnya.
Terkadang anak dengan autisme juga terlihat kurang responsif atau sensitif
terhadap perasaannya sendiri atau pun orang lain.
Oleh karena itu, anak dengan autisme biasanya tidak mudah berteman,
bermain, dan berbagi mainan dengan teman. Ia juga akan fokus terhadap
suatu objek atau mata pelajaran di sekolah.

Gangguan berperilaku
Berikut ini adalah beberapa pola perilaku khas yang biasanya ditunjukkan
oleh anak dengan autisme
• Marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas
• Hanya menyukai atau mengonsumsi makanan tertentu
• Melakukan tindakan atau gerakan tertentu secara berulang, seperti
mengayun tangan atau memutar-mutarkan badan
• Hanya menyukai objek atau topik tertentu
• Melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri, seperti
menggigit tangan dengan kencang atau membenturkan kepala ke
dinding
Dikutip dari “ALODOKTER”
Ditinjau langsung oleh : Dr. Sienny Agustin
Referensi
Hughes, J., et al. (2018). Savant Syndrome Has a Distinct
Psychological Profile in Autism. Molecular Autism. 9(1). pp. 1–18.
American Psychological Association (2017). Diagnosing and
Managing Autism Spectrum Disorder (ASD).
American Speech-Language-Hearing Association. Autism (Autism
Spectrum Disorder).
National Health Service UK (2019). Health A-Z. How To Help Your
Child with Day to Day Life.
Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. Autism Spectrum
Disorder.
Cherney, K. & Seladi-Schulman, J. Healthline (2021). Everything
You Need to Know About Autism.
Brasic, J.R. Medscape (2021). Drugs & Diseases. Autism Spectrum
Disorder Differential Diagnoses.
WebMD (2021). What is Autism.
4. Faktor penyebab
• Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autism disebabkan oleh faktor
genetic. Penyakit genetic yang sering di hubungkan dengan autism
adalah tuberosis sclerosis (17-58%) dan syndrome fragile X karena
secara sitogenik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan
(fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang
kromosom X 4. Syndrome fragile X merupakan penyakit yang di
wariskan secara X-linked ( x teratai ) yaitu melalui kromosom X.
Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan
pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bias digolongkon sebagai
dominan atau resesif, laki –laki dan perempuan dapat menjadi
penderita maupun pembawa sifat ( carier) (Dr. Sultan MH Faradz.
Pusponegoror,Spa(k),2003).
• Gangguan Pada system syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki
kelainan hamper pada seluruh struktur otak. Tetapi kelainan yang
paling konsisten adalah pada otak kecil. Hamper semua peneliti
melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada autism.
Berkurangnya sel purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan
akson, glia dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang
abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan akson yang abnormal dapat
menimbulkan sel purkinye mati. (Dr. Sultan MH Faradz.
Pusponegoror,Spa(k),2003). Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi
luhur dan kegiatan motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur
perhatian dan penginderaan.jika sirkuit ini rusak atau terganggu
maka akan menggangggu fungsi bagian lain dari system saraf pusat,
seperti misalnya system limbic yang mengatur emosi dan perilaku.
• Ketidakseimbangan kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistic
berhubungan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi
terhadapa makan tertentu, seperti bahan – bahan yang mengandung
susu, tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet, bahan
pewarna, dan ragi. Untuk memastikan pernyataan tersebut, dalam
tahun 2000- 2001 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 120orang
anak yang memenuhi criteria ganggua autism menurut DSM IV.
Rentang umur antara 1- 10 tahun, dari 120 orang itu 97 adalah anak
laki – laki dan 23 adalah anak perempuan. Dari hasil percobaan
diperoleh bahwa anak – anak ini mengalami gangguan metabolism
yang komppleks, dan setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi,
ternyata dari 120 orang anak yang di periksa : 100 anak ( 83,33%)
menderita alergi susu sapi, gluten, dan makanan lain, 18 anak ( 15%)
alergi terhadap susu, dan makanan lain, 2 orang anak ( 1,66%0 alergi
terhadapa gluten dan makanan lain.( Dr. Melly Budiman,
SpKJ,2003). Penelitian lain menghubungkan autism dengan
ketidakseimbangan hormonal, peningkatan kadar dari bahan
kimiawi tertentu di otak, seperti opioid, yang menurunkan persepsi
snyeri dan motivasi.
Kemungkinan lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan sesudah kelahiran dapat merusak otak seperti
virus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak.
Kemungkinan yang lain adalah factor psikologis, karena kesibukan orang tuanya
sehingga tidak memliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, atau anakk
tidak pernah diajak bicara sejak kecil, itu juga dapat menyebabkan anak
menderita autisme.
Dikutip
Mahmud, Muhdar. "Anak autis." Plb Fip Upi (2010): 1-10.
Mahmud, M. (2010). Anak autis. Plb Fip Upi, 1-10.
MAHMUD, Muhdar. Anak autis. Plb Fip Upi, 2010, 1-10.
Referensi
Wing, Lorna, ( 1974), Autistic Children a Guide For Parents And Proffesionals,
new
jersey : the citadel press.
Peters, theo, (1998), autism from theoretical understanding to educational
intervention,
London : whurr publisher Ltd.
American Psychiatric Association, Diagnostik and Statistical Manual of Mental
disorder,
Washington DC : American Psychiatric Association publisher.
Threvanthen, Cowyn, (1999) Children With Autism, second edition ,
Philadelphia : Jessica
Kingsley Publisher.
Sasanti, Yuniar,( 2003), Masalah Perilaku Pada Gangguan Spektrum Autism
(GSA),
(makalah), Jakarta : Konferensi Nasional Autisme -1
Pusponegoro, Hartono D, (2003), Pandangan Umum Mengenai Klasifikasi
Spektrum
Gangguan Autistik Dan Kelainan Susunan Saraf Pusat (makalah), Jakarta :
Konferensi Nasional Autism – 1.
Budiman , Melly, (2003), Gangguan Metabolisme Pada Anak Autistik di
ndonesia,
(makalah), Jakarta: Konferensi Nasional Autism – 1.
Hidayat .(2004), Aplikasi Metode TEACCH dan Multisensosri – Fernald Dalam
Optimasi
Kemampuan Kogniti Dan Perilaku Adaptif Anak Autis, ( makalah).

Anda mungkin juga menyukai