Anda di halaman 1dari 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Buletin Psikologi

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)


2017, Vol. 25, No. 1, 11 – 25 ISSN 2528-5858 (Online)
DOI: 10.22146/buletinpsikologi.25163 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan


Gangguan Spektrum Autis: Kajian Neuropsikologi

Nurussakinah Daulay
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Abstract
The purpose of this article is to understand the basic neuroanatomy of the brain and the
neurodevelopmental characteristics of children with autism spectrum disorders. Children
with autism spectrum disorders are children with complex developmental disorders, based
on a neuropsychological approach, a disorder experienced by a child with autism due to
abnormalities in the structure and biochemistry of the brain, as well as the interference in
integrating sensory information received by the environment. Disturbances in the sensory
process include how to obtain sensory information (sensory procesing), how to process the
information (sensory procesing), and how to move the muscles and perform a series of
movements in response to sensory stimuli received.
Keywords: autism spectrum disorder, brain, neuropsychology

Pengantar pada tahun 2013 meningkat menjadi 1


diantara 50 anak (Mudjito, Harizal,
Jumlah1 anak dengan gangguan spektrum Widyarini, & Roswita, 2014). Demikian pula
autis (selanjutnya ditulis autis) pada setiap jumlah anak autis di kota-kota besar di
negara di seluruh dunia ini terus Indonesia juga mengalami peningkatan,
meningkat. Centers for Disease Control and misalnya seperti di Yogyakarta berdasarkan
Prevention (CDC, 2009) menemukan bahwa data individu tingkat dasar SD dan SMP
1 persen dari anak-anak berusia 8 tahun di Sekolah Luar Biasa tahun 2015/2016, jumlah
Amerika Serikat memenuhi kriteria autis di anak autis dan sindrom asperger mencapai
tahun 2006, artinya, hanya untuk anak 155 untuk siswa SD dan 42 untuk siswa
berusia 8 tahun sudah terdapat 40.000 SMP (Dinas Dikpora DIY, 2016).
individu yang mengalami autis. Laporan ini
menemukan bahwa pada anak laki-laki Anak dengan Gangguan Spektrum Autis
yang mengalami autis adalah 1 dari 70
individu sedangkan pada anak perempuan Gangguan spektrum autis adalah gangguan
1 dari 35 individu. Laporan terbaru jumlah perkembangan yang ditandai dengan
prevalensi autis di Amerika Serikat dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.
Yayasan Autis Indonesia menyatakan Jumlah Prevalensi Autis di Amerika Serikat
adanya peningkatan prevalensi penyandang Tahun Jumlah
autis, di mana jumlah anak autis di 2002 1 : 150
Indonesia diperkirakan 1 : 5000 anak, 2006 1 : 110
meningkat menjadi 1 : 500 anak, kemudian 2008 1 : 88
2012 1 : 68
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan Sumber: Centers for Disease Control and
melalui: nurussakinah.daulay@mail.ugm.ac.id Prevention (2014)

Buletin Psikologi 11
DAULAY

penurunan dalam bahasa dan komunikasi, area gangguannya sangat berbeda satu
interaksi sosial, dan bermain serta imajinasi, dengan lainnya.
dengan terbatasnya perhatian akan minat Ginanjar (2008) menjelaskan bahwa
dan perilaku yang berulang-ulang pada anak autis terdapat gejala-gejala seba-
(American Psychiatric Association [APA], gai berikut: 1) gangguan wicara ekspresif,
2013). Pada DSM-IV-TR (APA, 2000), autis reseptif, baca, tulis, hitung; 2) gangguan
masuk dalam payung gangguan perkem- kendali emosi, empati; hipersensitivitas
bangan pervasif bersama dengan gangguan kulit dan terhadap bunyi; 4) tidak cekatan;
Asperger, Childhood Disintegrative Disorder, 5) gangguan keseimbangan. Gejala-gejala
Rett’s Disorder, dan Pervasive Developmental ini menunjukkan adanya gangguan
Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS). fungsional yang tersebar di dalam otak
Pada DSM-5 (APA, 2013), autis dipandang mengenai banyak sistem saraf. Tidak
sebagai entitas tunggal dan diubah menjadi berkembangnya secara normal struktur-
sebuah spektrum yang meliputi seluruh struktur di dalam batang otak dan korteks
gangguan perkembangan pervasif kecuali serebri yang mengurus atensi, mengakibat-
gangguan Rett. Gangguan spektrum autis kan pengabaian banyak rangsangan. Hal
ini terjadi pada semua ras, etnis, dan tersebut dapat menerangkan terganggunya
kelompok ekonomi sosial serta empat kali komunikasi dengan orang lain dan tidak
lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki berkembangnya bahasa, empati, kendali
dibandingkan anak perempuan (CDC, emosi.
2014). Perkiraan prevalensi berkisar 1%
Pada bulan Mei 2013, American
dalam populasi umum (Baird, Simonof, &
Psychiatric Association (APA), mempubli-
Pickless, 2006).
kasikan edisi kelima dari DSM setelah 14
Istilah spektrum menunjukkan bahwa tahun proses revisi dari DSM IV. Terdapat
gejala gangguan ini bervariasi antara anak satu perubahan yang kontroversial terkait
yang satu dengan anak lainnya. Ada anak gangguan spektrum autis dalam DSM-5,
yang gejalanya ringan sehingga sedikit yaitu: Pertama, perubahan diagnosa.
membutuhkan bantuan dari lingkungan, Diagnosa gangguan autistik, sindrom
misal anak masih mampu memahami asperger, gangguan disintegratif masa
instruksi meskipun harus berulang kali kanak-kanak dan gangguan Pervasive
disampaikan, anak mengalami penurunan Developmental Disorder Not Otherwise
dalam sensori sehingga dikira tuli, anak Specified (PDD-NOS) diklasifikasikan
masih mampu berkomunikasi dengan orang sebagai gangguan spektrum autis dalam
lain namun kontak matanya rendah. DSM-5 karena diagnosa tersebut dianggap
Terdapat juga anak yang gejalanya sangat tidak spesifik (Raising Children Network,
berat dan membutuhkan dukungan yang 2015). Kedua, tingkat keparahan. Tingkat
intens dari lingkungan, misalnya perilaku keparahan gangguan spektrum autis dibagi
menyakiti dirinya sendiri, tantrum, tidak menjadi level 1,2,3 tergantung pada
mampu sama sekali mengungkapkan apa kebutuhan individu (Raising Children
yang ia pikirkan atau rasakan. Mash dan Network, 2015). Level 1 menunjukkan anak
Wolfe (1999) juga menekankan bahwa dengan gangguan spektrum autis mem-
beberapa individu didiagnosa autis terlibat butuhkan dukungan, level 2 menunjukkan
dalam perilaku yang sangat agresif dan anak dengan gangguan spektrum autis
merugikan diri sendiri. Secara keseluruhan, membutuhkan dukungan besar, dan level 3
derajat tingkat keparahan setiap anak dan menunjukkan anak dengan gangguan

12 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

spektrum autis membutuhkan dukungan emosi anak yang tidak stabil; 4) hiperaktif
yang sangat besar (American Psychiatric atau sangat pasif; 5) senang menyendiri; 6)
Association, 2013). Ketiga, diagnosa gang- tertawa atau cekikikan tanpa sebab; 7)
guan spektrum autis berdasarkan dua area tantrum dan menyakiti dirinya sendiri; 8)
(triadic menjadi dyadic). Pada DSM-IV ketidakmampuan dalam perencanaan
mengklasifikasikan gangguan spektrum gerak; 9) mengalami gangguan sensori
autis dalam tiga area yaitu gangguan integrasi; 10) perilaku yang tidak wajar
interaksi sosial, bahasa dan komunikasi, disertai dengan gerakan yang berulang
dan perilaku berulang atau minat terbatas. tanpa tujuan (stereotif). Artikel ini akan
DSM-5 mengkategorikan sosial interaksi membahas dasar neuroanatomi otak dan
dan permasalahan komunikasi menjadi satu karakteristik perkembangan saraf anak-
area yaitu keterbatasan dalam komunikasi anak dengan gangguan spektrum autis.
sosial dengan kriteria sulit yang ada, yaitu
jarang menggunakan bahasa dalam
Pembahasan
berkomunikasi, tidak bicara sama sekali,
tidak merespon ketika bicara, tidak meniru
Perkembangan Otak dan Fungsinya pada Anak
tindakan orang lain. Area yang kedua
dengan Gangguan Spektrum Autis
dalam DSM-5 adalah keterbatasan minat
dan perilaku berulang (Raising Children Ketika bayi lahir, berat otaknya kurang
Network, 2015). Keempat, Sensitivitas sensoris lebih 350 gram; pada umur tiga bulan 500
DSM-IV tidak memuat tentang sensitivitas gram; satu tahun kurang lebih 700 gram;
sensori. Sensoris anak dengan gangguan dua tahun 900 gram dan lima tahun 1100
spektrum autis pada DSM-5 digolongkan gram. Berat otak dewasa kurang lebih 1300
dalam gejala keterbatasan minat dan gram. Tampak pertumbuhan otak yang
perilaku berulang. Contoh: tidak menyukai sangat cepat pada dua tahun pertama.
label pada pakaian atau hanya makan Dalam masa dua tahun ini, dilaporkan
dengan memilih warna makanan tertentu neuron-neuron masih ada yang dapat
(Raising Children Network, 2015). Kelima, membelah diri, tetapi setelah umur dua
Gejala awal Dignosa gangguan spektrum tahun, sel otak tidak dapat melakukan
autis menurut DSM-5 dapat ditegakkan jika mitosis lagi. Pertumbuhan otak setelah
tanda dan gejala sudah muncul sejak masa umur dua tahun, terjadi karena
kanak-kanak. Meskipun gangguan spek- pertumbuhan percabangan neuronnya yang
trum autis baru dapat diketahui setelah menjadi semakin rimbun, membuat
masa kanak-kanak, namun penting untuk hubungan-hubungan dengan neuron-
menilai dyadic lebih awal (Raising Children neuron lain dan pembentukan simpai
Network, 2015). mielin yang meliputi akson. Sel-sel saraf
otak yang mendapat rangsang, hidup terus
Berdasarkan berbagai sumber di atas,
dan membentuk cabang-cabang baru, sel-sel
anak dengan gangguan spektrum autis
saraf otak yang tidak mendapat rang-
merupakan anak dengan gangguan
sangan, akan mati atau menggersang. Hal
perkembangan kompleks yang disebabkan
ini berarti, cabang-cabangnya akan putus
oleh adanya ketidaknormalan dalam
hubungan dengan cabang-cabang saraf lain
struktur dan biokimia otak. Karakteristik
dan melisut. Pada bayi, perlu mendapat
anak autis yaitu: 1) rendahnya kemampuan
rangsangan pendengaran bunyi dan bahasa
komunikasi dan interaksi sosial; 2) ketidak-
untuk merangsang perkembangan pusat-
mampuan berkomunikasi timbal balik; 3)

13 Buletin Psikologi
DAULAY

pusat bahasa dalam otaknya (Markam, tidak terdapat peningkatan. Schultz (dalam
2009). Donders & Hunter, 2010) juga menjelaskan
Perbedaan neuroanatomi antara anak volume otak lebih besar 10% pada anak
yang mengalami gangguan spektrum autis autis yang balita, dibandingkan
dengan anak perkembangan normal sangat peningkatan pada anak autis yang berusia
bervariasi, dan terdapat peningkatan di atas lima tahun.
signifikan dalam volume otak selama Beberapa penelitian melaporkan bahwa
perkembangan awal pada anak-anak dan anak autis memiliki kelainan pada hampir
kemudian terjadi penurunan signifikan semua struktur otak. Tetapi kelainan yang
dalam volume selama masa remaja dan paling konsisten adalah pada otak kecil
dewasa (Wallace, Dankner, & Kenworthy, (cerebellum). Berkurangnya sel purkinye di
2010; Ecker, 2016). Penelitian terbaru otak kecil diduga dapat merangsang
khususnya yang berkaitan dengan neuroa- pertumbuhan akson, blia dan myelin
natomi dari fungsi otak, menunjukkan sehingga terjadi pertumbuhan otak yang
terdapatnya hubungan antara gejala abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan
gangguan autis dengan adanya kelainan akson yang abnormal dapat menimbulkan
anatomi maupun bio kimiawi di dalam sel purkinye mati. Otak kecil berfungsi
otak. Penelitian ke arah faktor neuro mengontrol fungsi luhur dan kegiatan
anatomi, kimiawi otak, dan faktor genetik motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur
terus berkembang. Penelitian telah perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini
memberikan bukti kuat bahwa kelainan rusak atau terganggu maka akan meng-
struktur otak terdapat pada anak gangguan ganggu fungsi bagian lain dari sistem saraf
spektrum autis (Bauman & Kemper 1994). pusat, seperti misalnya sistem limbik yang
Gejala autis dan ciri-ciri yang spesifik mengatur emosi dan perilaku. Area tertentu
terjadi selama awal masa anak-anak (sekitar di otak termasuk serebral korteks dan
usia dua tahun), meskipun terdapat juga cerebellum yang bertanggung jawab pada
anak autis terdiagnosa setelah usia lima konsentrasi, pergerakan dan pengaturan
tahun (Pringle, Colpe, dan Blumberg, 2012; mood, berkaitan dengan autis. Ketidak-
Ecker, 2016). Pembesaran otak awal pada seimbangan neurotransmiter (seperti
anak autis disertai dengan peningkatan dopamin dan serotonin) pada otak juga
signifikan dan lingkar kepala (Lainhart, menjadi penyebab anak mengalami autis
Piven, & Wzorek, 1997), dan berlanjut (Mudjito, Harizal, Widyarini, & Roswita,
sampai usia 5-6 tahun, setelah itu tidak 2014).
terdapat peningkatan signifikan dalam Donders dan Hunter (2010) dalam
volume total otak (Courchesne, Karns, & bukunya Principles and Practice of Lifespan
Davis, 2001). Lintasan kematangan otak Developmental Neuropsychology, menjelaskan
menyimpang dari lintasan khas bahwa volume dari keseluruhan otak,
perkembangan otak normal. Gangguan seperti pada area lobus frontalis, lobus
perkembangan saraf awal anak autis temporalis, dan lobus parietalis pada anak
ditandai dengan peningkatan volume otak. autis mengalami peningkatan secara
Penelitian yang dilakukan oleh Hazlett, Poe, signifikan antara 3.4% dan 9.0%. Demikian
dan Gerig (2005) menjelaskan terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Shen,
pembesaran otak 5% dalam dua tahun usia Nordahl, dan Young (2013) bahwa terdapat
anak autis, kemudian diukur kembali peningkatan volume otak awal anak autis
setelah anak berusia dua tahun dan hasilnya disebabkan oleh jaringan yang berbeda

14 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

dalam jumlah cerebrospinal fluid (CSF), katan abnormal pertumbuhan korteks pada
artinya pada bayi yang mengalami gejala anak autis, studi yang dilakukan pada
autis akan memiliki cairan ekstra (CSF) kelompok anak autis ini mengungkapkan
yang berlebih pada usia 6-9 bulan, dan akan bahwa gangguan awal terjadi pada
bertambah banyak ketika anak terdiagnosa pembentukan white matter neurosirkuit otak
pada usia 24 bulan atau lebih. Sehingga dibandingkan gangguan perkembangan
dapat disimpulkan bahwa hampir pada grey matter pada anak autis. White matter
keseluruhan area lobus mengalami pening- berfungsi dalam menghubungkan pusat-
katan volume ditambah lagi dengan cairan pusat informasi dan grey matter berfungsi
yang berlebih dalam otak (cerebrospinal dalam menganalisa informasi
fluid), sehingga ini juga berpengaruh pada
volume otak anak autis juga mengalami Pendekatan Neuropsikologi pada Anak dengan
peningkatan dan berdampak pada tidak Gangguan Spektrum Autis
berfungsinya masing-masing area di bagian
Neuropsikologi adalah suatu bidang
otak yang terkena sehingga berpengaruh
multidisiplin atau interdisiplin antara
pada ketidaknormalan perkembangan anak
neurologi dan psikologi. Phares (1992)
autis.
mengemukakan bahwa neuropsikologi
Penelitian yang dilakukan oleh Wolff, dianggap sebagai salah satu di antara
Gu, dan Gerig (2012) menguji akan kekhususan psikologi klinis. Neuropsiko-
keterkaitan struktur otak pada bayi yang logi mempelajari hubungan antara otak dan
berusia 6 bulan dan memiliki saudara yang perilaku, disfungsi otak dan defisit perilaku,
mengalami autis, maka bayi tersebut akan dan melakukan asesmen dan perlakuan
lebih berisiko terkena gangguan autis (treatment) untuk perilaku yang berkaitan
dibandingkan bayi yang tidak memiliki dengan fungsi otak yang terganggu.
saudara dengan riwayat autis. Wolff, Gerig, Sedangkan neuropsikologi klinis menurut
dan Lewis (2015), mengemukakan bahwa Lezak (1995) adalah ilmu terapan yang
corpus callosum (bagian jembatan penghu- mempelajari ekspresi perilaku dari dis-
bung antara kedua belahan otak/hemis- fungsi otak (applied science concerned with the
phere kanan dan kiri) menunjukkan behavioral expression of brain dysfunction).
peningkatan dan ketebalan pada bayi Bidang ini muncul karena kebutuhan untuk
dengan hasil scan pada anak autis usia 6 dilakukan pemindaian (screening) dan
bulan, berbeda dengan bayi normal diagnosis atas mereka yang mengalami
(Steinmetz, Staiger, & Schlaug, 1996, dalam cedera otak dan gangguan perilaku pada
Ecker, 2016). Hal ini juga sejalan dengan tentara pascaperang dunia dan untuk
beberapa penelitian yang dilakukan oleh rehabilitasinya. Evaluasi atas perilaku
Hazlet, Poe, dan Gerig (2005); Schumann, kasus-kasus itu diperlukan oleh neurolog
Bloss, dan Barnes (2010) menjelaskan dan ahli bedah saraf untuk mendampingi
bahwa peningkatan volume otak pada anak diagnosis dan mencatat perjalanan gang-
autis dipengaruhi oleh peningkatan volume guan otak atau efek perlakuan.
white matter. Perkembangan yang tidak
Lezak (1995) menjelaskan bahwa perila-
normal dari white matter cortex dan perbeda-
ku manusia dalam pendekatan neuropsiko-
an jumlah cerebrospinal fluid (CSF) berkon-
logi dijelaskan sebagai sistem, yakni ada
tribusi terhadap peningkatan volume otak.
sistem kognitif, sistem emosi dan sistem
Penelitian Schumann, Bloss, dan Barnes
eksekutif. Termasuk sistem kognitif adalah
(2010) menegaskan bahwa terjadi pening-
pengolahan informasi yang meliputi fungsi

15 Buletin Psikologi
DAULAY

reseptif, fungsi memori-belajar-berpikir, menunjukkan perilaku atau respon yang


dan fungsi ekspresif. Sistem emosi meliputi tidak tepat, misalnya anak menunjukkan
emosi dan suasana hati (mood), motivasi dan reaksi yang berlebihan (hyper/over reactive)
yang merupakan variabel kepribadian. seperti menjerit saat mendengar musik, atau
Sistem ketiga yakni eksekutif meliputi malah kurang bereaksi terhadap stimulus
bagaimana seseorang berperilaku, apakah ia sensori, misalnya tidak merasa sakit ketika
mampu menolong diri sendiri, perilakunya terluka (Mukhtar, 2016).
bertujuan, dan lain-lain. Seperti yang telah dijelaskan sebelum-
Berdasarkan pendekatan neuropsikolo- nya, gangguan spektrum autis merupakan
gi, gangguan yang dialami anak autis terjadi gangguan perkembangan yang disebabkan
karena adanya ketidaknormalan dalam oleh kelainan struktur dan kimiawi otak.
struktur dan biokimia otak (Carlson, 2011; Akibatnya, anak-anak autis mengalami
Stefanatos & Baron, 2011), misalnya banyak masalah dalam mengolah informasi
pertumbuhan otak yang lebih besar 5-10% dan kesulitan dalam memberikan respon
dari anak normal sampai usia 4 tahun, yang tepat. Sistem yang bertanggung jawab
namun kemudian melambat, dan akhirnya untuk menerima dan mengolah rangsangan
berkurang sebelum waktunya. Anak autis (stimulus) dari luar, disebut sebagai sistem
juga mengalami perbedaan dalam beberapa sensorik, tidak bekerja dengan baik. Kondisi
struktur otak terutama di bagian otak yang sensorik ini memegang peranan penting
terkait dengan fungsi eksekutif serta dalam munculnya beragam masalah dalam
kemampuan komunikasi dan sosial seperti kehidupan mereka sehari-hari. Hambatan
di bagian frontal cortex, temporal cortex, terbesar biasanya mereka alami saat usia
hippocampus dan amygdala. Hal ini menye- kanak-kanak, ketika sistem sensorik masih
babkan anak kesulitan dalam melakukan buruk dan mereka belum mengembangkan
perencanaan, kurang fleksibel dalam berpi- cara-cara yang tepat untuk beradaptasi
kir, kesulitan dalam melakukan generali- dengan lingkungan. Seiring bertambahnya
sasi, kesulitan untuk mengintegrasikan usia dan penanganan yang tepat, maka
informasi secara lengkap menjadi sesuatu sistem sensorik ini akan bekerja lebih baik
yang bermakna, serta kesulitan dalam (Ginanjar, 2008).
kemampuan intersubjektivitas (kemampuan Berdasarkan penjelasan neuropsikologi
untuk meletakkan diri sendiri pada pada perilaku manusia menurut Lezak
posisi/kondisi orang lain). (1995) dapat dijelaskan sebagai sistem,
Pendekatan neuropsikologi juga me- yakni ada sistem kognitif, sistem emosi dan
mandang bahwa gangguan yang dialami sistem eksekutif, sehingga penulis dapat
anak autis disebabkan karena adanya menyimpulkan bahwa perilaku anak
gangguan dalam mengintegrasikan infor- dengan gangguan spektrum autis dapat
masi sensori yang diterima lingkungan. dijelaskan sebagai berikut. Pertama, sistem
Gangguan dalam proses sensori ini meliputi kognitif, pada anak autis mengalami
cara memperoleh informasi melalui indera penurunan volume, kelainan ukuran saraf
(sensory reactivity), cara mengolah informasi dan kepadatan pada lobus temporalis, kemu-
tersebut (sensory procesing), serta cara dian akan mengalami kelainan volume
menggerakkan otot dan melakukan serang- cerebellum sehingga sangat sulit untuk mem-
kaian gerakan sebagai respon terhadap bagi perhatian dan memusatkan perhatian,
stimulus sensori yang diterima. Gangguan namun ketika perhatian terpusat, anak autis
proses sensori ini menyebabkan anak akan sulit untuk mengalihkan perhatian,

16 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

dan mengalami perhatian sosial yang dan impulsif. Pada anak autis juga menga-
rendah. Kedua, sistem emosi, pada anak lami kelainan pada dorsolateral prefrontal
autis mengalami penurunan ukuran sel cortex, sehingga berdampak pada rendah-
neuron dalam sistem limbik sehingga nya kemampuan dalam memahami perasa-
berdampak pada ketidakberfungsian dalam an, pikiran, dan perhatian terhadap orang
stimulus sosial, gerakan meniru, stimulus lain, dan minimnya akan pertimbangan
emosi, perhatian, dan bermain simbol. Pada sosial.
anak autis juga mengalami neuroaktivasi Untuk dapat memahami neuroanatomi
yang tidak normal pada amigdala dan dari fungsi otak, maka dapat dilihat pada
hipokampus, sehingga berdampak pada gambar 1 tentang struktur otak pada
penurunan perilaku sosial, dan rendahnya manusia, kemudian pada tabel 1 terdapat
proses pengenalan wajah. Ketiga, sistem keterangan bagian-bagian tertentu dari
eksekutif, pada anak autis mengalami ketidaknormalan struktur otak anak autis,
kelainan pada prefrontal cortex sehingga sehingga anak autis mengalami kekurang
tidak mampu mengikuti konteks yang ada, berfungsian dalam perilaku, emosi, dan
dan tampil dalam perilaku yang tidak tepat sosialnya.

Corpus callosum
Parietal Lobe

Dorsolateral
Prefrontal Cortex
Cingulate Cortex

Occipital Lobe

Temporal Lobe

Gambar 1.
Struktur Otak Manusia (LeDoux, 1996)

Tabel 2.
Struktur Otak dan Keberfungsian pada Anak dengan Gangguan Spektrum Autis

Neurobehavioral pada anak dengan gangguan


Neuroanatomi otak dan fungsinya
spektrum autis
Lobus Parietalis (Parietal Lobe)  Kerusakan pada bagian lobus parietalis dan kaitannya dengan
 Terletak di antara lobus oksipitalis dan sulkus bagian otak lainnya pada anak autis: ketidakmampuan
sentral. mengkoordinasikan antara apa yang dilihat dengan
 Fungsi: memantau seluruh informasi yang kemampuan motorik, kecenderungan impulsif (Zillmer,
berkaitan dengan mata, kepala, dan posisi Spiers, & Culberstone, 2008).
tubuh dan meneruskannya ke bagian otak
lain yang mengatur pergerakan (Gross &
Hen, 2004).
 Berperan penting tidak hanya untuk
pengolahan informasi spasial, tetapi juga
informasi numerik (Hubbard, Piazza, Pinel,
Dehaene, 2005).

17 Buletin Psikologi
DAULAY

Lobus Temporalis (Temporal Lobe)  Kerusakan pada bagian ini mengakibatkan terjadinya
 Bagian lateral dari kedua belahan otak: kanan perubahan emosi atau hilangnya kemampuan memahami
dan kiri. apa yang sebenarnya terjadi atau terjadi perubahan kognitif
 Pemahaman pada bahasa lisan (lobus temporal (Kalat, 2007).
sebelah kiri)  Penelitian pada lobus temporal-sistem limbik pada populasi
 Fungsi: berperan dalam beberapa aspek autis mengalami penurunan volume, aktivitas hipofungsi,
penglihatan yang lebih kompleks, termasuk dan kelainan ukuran syaraf dan kepadatannya (Schultz, et al.,
di dalamnya adalah persepsi gerakan dan 2000).
pengenalan wajah. Berperan dalam perilaku
yang berkaitan dengan emosi dan motivasi.

Frontal Lobe (Prefrontal cortex)


 Bertanggung jawab atas perencanaan  Individu yang mengalami kerusakan prefrontal cortex
rangkaian perilaku dan untuk beberapa mengalami ketidakmampuan mengikuti konteks yang ada
aspek ekspresi memori dan emosional dan ketidakberfungsian dalam eksekutif, sehingga mereka
(Graybiel, Aosaki, Flaherty, & Kimura, 1994). berperilaku tidak pantas dan impulsif (Kalat, 2007).
 Menyimpan memori jangka pendek, yaitu  Mengalami executive dysfunction, sehingga anak autis akan
kemampuan untuk mengingat stimulus dan menunjukkan rendahnya dalam perencanaan dan
kejadian yang baru terjadi performansi pengaturan mental, dan menurunnya konsep
 Berperan penting ketika kita harus mengikuti “stuck in set” perseveration, artinya gagal fokus pada perhatian
dua peraturan atau lebih pada saat yang yang sedang terjadi (Ciesielski & Harris, dalam Zillmer et al. ,
sama (Rammani & Owen, 2004). 2008).
 Mengatur perilaku yang sesuai dengan  Ozonoff (dalam Zillmer et al., 2008) mengemukakan anak
konteks (Miller, 2000) autis mengalami penurunan dalam working memory, mental
flexibility, dan respon inhibisi (kemampuan untuk menunda
respon), kemampuan untuk menunda respon rendah
sehingga anak autis dikenal memiliki perilaku impulsif

Lobus oksipitalis (Occipital Lobe) Haist, Adamo, Westerfield, Courchesne & Townsend (2005)
 Berfungsi untuk pengolahan dan menjelaskan penurunan perilaku dalam spasial attention anak
menyampaikan isyarat visual. Lobus ini autis berhubungan dengan hipoaktivasi di frontal, parietal,
sebagai salah satu bagian penyusun dari occipital, dan terutama pada inferior parietal lobule.
korteks serebral yang lebih besar.

Cerebellum (otak kecil) Penyandang autis sangat sulit untuk membagi perhatian dan
 Berfungsi penting dalam kehidupan yaitu memusatkan perhatian, namun sekali perhatian itu terpusat,
proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar individu autis akan sulit untuk mengalihkan perhatian.
berbahasa, proses atensi. Individu GSA juga tidak mampu membagikan perhatian
dengan orang lain yang disebut “joint social attention”.
(Zillmer et al., 2008).
Kelainan pada cerebellum dan di berbagai daerah korteks
(Bailey, Luthert, Dean, Harding, Janota, Montgomery, Rutter,
& Lantos 1998a).
 Kelainan pada cerebellum juga terlibat dalam patogenesis
skizofrenis dan autis (Zillmer et al., 2008).

Sistem limbik  Pengurangan pada ukuran sel neuron dan peningkatan


 Mencakup: amigdala, hipokampus, dan kepadatan kemasan sel di daerah ymbol limbik dikenal kritis
entorhinal korteks, terhadap perilaku emosional dan ymbol (Bailey, et al., 1998a).
 Berperan utama dalam perilaku Penurunan volume bagian struktur limbik, mencakup medial
sosioemosional manusia (Zillmer et al., 2008). temporal lobe dan orbitral prefrontal cortex, dan dorsolateral
 prefrontal cortex, berhubungan pada kerusakan awal gejala
autis, tidak berfungsinya dalam stimulus ymbol, gerakan
meniru, stimulus emosi, perhatian, dan bermain simbol
(Dawson, Meltzoff, Osterling, Rinaldi, 1998).

18 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

Amigdala  Keterlibatan peran amigdala dengan lesi pada amigdala dan


 Merupakan kumpulan soma neuron di struktur lobus temporal lainnya menghasilkan penurunan
bawah korteks ujung depan medial lobus perilaku sosial (Donders & Hunter, 2010).
temporalis, di depan dan sebagian di atas  Neuroaktivasi yang tidak normal pada amigdala hadir di
ujung kornu inferior ventrikel lateral (Markam, dalam kelompok autis ketika proses pengenalan wajah
2009). (Wang, et al., 2004; Sparks, et al., 2002, dalam Zilmer, 2008)
 Peningkatan emosi, menghubungkan nilai  Ketidakberfungsian sistem limbik terutama bagian amigdala
emosional terhadap rangsangan, dan hipokampus (sangat berdekatan hubungannya dengan
pembelajaran emosi (Zillmer, et al., 2008). bagian otak lainnya seperti orbital frontal), maka ini
memengaruhi terhadap kerusakan sosial dan afektif pada
anak autis (Dawson, 1996).

Hipokampus  Individu yang mengalami kerusakan hipokampus akan


 Sebuah struktur besar yang terletak di antara kesulitan untuk menyimpan memori yang baru, tetapi
talamus dan korteks serebrum (Kalat, 2007) memori yang disimpan sebelum kerusakan terjadi tidak
 Penyimpanan beberapa memori tertentu, hilang (Kalat, 2007).
bukan seluruhnya.  Schuman, et al (dalam Donders & Hunter, 2010): masih
sedikit penelitian yang menguji secara langsung mekanisme
otak terlibat dalam kemampuan memori pada anak autis,
terdapat laporan struktur kelainan pada hipokampus.

Basal ganglia  Kerusakan pada caudate nucleus basal ganglia dapat merusak
 Saling bertukar informasi dengan bagian kognitif atau fleksibilitas mental (Lichter & Cummings dalam
korteks cerebrum (otak besar) yang berbeda. Zillmer et al., 2008).
 Berfungsi dalam bahasa, khususnya
perencanaan motorik dan pemrograman
atensi.
 Berhubungan pada lobus frontalis,
berpartisipasi dalam inhibisi, dan mengatur
perilaku.

Corpus callosum Penelitian yang dilakukan oleh Wolff, et al, (2015)


 Berfungsi sebagai penghubung kedua menjelaskan bahwa terdapat peningkatan dan ketebalan
belahan otak berbagi informasi, meskipun corpus callosum pada bayi yang mengalami autis berusia 6
awalnya hanya satu belahan yang menerima bulan
informasi, memungkinkan pertukaran Frazier & Hardan, 2009; Lainhart et al., (dalam Casanova, et
informasi antara hemisphere kiri dan kanan al, 2011) menjelaskan pada anak autis menunjukkan corpus
(Springer et al. dalam Zillmer et al, 2008) callosum lebih kecil dan berkurang dalam ukuran luasnya
(lengthwise).
Grey Matter  Sebuah penelitian 2-3 tahun usia anak autis menunjukkan
 Berfungsi menganalisa informasi individu ini memiliki 18% lebih pada cerebral white matter dan
12% lebih cerebral grey matter (dalam Donders & Hunters,
2010).
Yang, Tianjing., Gong, Qiu, Jia, Zhou, Zhao, Hu, Wu & Zhu,
(2016): Anak autis yang telah dewasa menunjukkan volume
pada grey matter meningkat di bagian middle temporal gyrus,
superior temporal gyrus, postcentral gyrus, dan parahippocampal
gyrus.

19 Buletin Psikologi
DAULAY

White Matter  Terdapat gangguan awal dalam pembentukan white matter


 Berfungsi menghubungkan pusat-pusat neurosirkuit dibandingkan gangguan perkembangan grey
informasi. matter (Schumann, et al, 2010)
  Penelitian yang dilakukan Wolff, et al., (2012) dengan
menggunakan diffusion tensor imaging (DIT), menemukan
gangguan dalam perkembangan white matter sudah ada pada
bayi berusia 6 bulan (kemungkinan akan semakin besar jika
mempunyai saudara kandung yang terdiagnosa autis).

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Carper, Moses,
Tigue, Courchesne, 2002; Hazlett, et al, 2005; Schumann, et al,
(dalam Ecker, 2016); menjelaskan bahwa pelebaran otak
dipengaruhi oleh peningkatan volume white matter pada anak
autis
 Perkembangan yang tidak normal dari white matter cortex
dan/atau berbeda dalam jumlah CSF (cerebrospinal fluid)
berkontribusi terhadap peningkatan volume otak (Carper, et
al, 2002; Hazlett, et al, 2005; Schumann, et al, dalam Ecker,
2016).
 Pada anak autis, terdapat 7% pembesaran pada white matter
dibandingkan pada 3.2% pembesaran grey matter.
Pembesaran white matter terbesar pada lobus temporal (10-
11%) (Donders & Hunter, 2010).

Insula  Krissy, et al, (2012) mengungkapkan bahwa anak autis


 Self awareness, dan regulasi emosi menunjukkan penurunan pada aktivitas insula bergantung
pada individu dengan perkembangan normal selama
pengekspresian emosi.


 Gambar 3. Insula (Highes & Baylin, 2012)

Dorsolateral Prefrontal Cortex & Cingulate  Krissy, et al, (2012) menjelaskan pada permukan area
 Berfungsi dalam kognisi sosial (berpikir akan perkembangan tidak normal dalam cingulate cortex kanan
perasaan, pemikiran, dan perhatian terhadap lebih besar pada individu gangguan spektrum autis anak-
orang lain, pertimbangan sosial (Zillmer, anak dan remaja dibandingkan autis dewasa
2008).

Superior temporal sulcus  Superior temporal sulcus (STS) juga diduga penyebab anak
 Berfungsi dalam pengekspresian wajah, autis. STS berperan dalam kognisi sosial, dan tampil
gerakan tubuh sosial, kontak mata, berkontribusi pada beberapa gangguan sosial pada anak
pengenalan wajah (Zilmer, 2008). autis, termasuk persepsi suara, theory of mind/memahami
maksud orang lain, dan tatapan mata (Donders & Hunter,
2010).
 Thomas Doyle, et al., (2012): Struktur dan fungsi area otak
yang terganggu dalam memengaruhi fungsi sosial, yaitu:
medial prefrontal cortex, orbitofrontal cortex, superior temporal
sulcus, inferior occipatal gyrus, fusiform gyrus, dan amygdala.

20 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

Fusiform gyrus  Para peneliti mengemukakan bahwa Fusiform gyrus kurang


 Individu normal umumnya mampu aktif pada individu autis dibandingkan individu dengan
mengenali wajah dan mengklasifikasikannya perkembangan normal (Davidson & Begley, 2012).
(apakah termasuk orang asing atau teman)  Schultz, et al, (2000) yang pertama sekali melaporkan
(Davidson & Begley, 2012) hipoaktivasi fusiform gyrus pada anak autis saat melihat
 Berfungsi dalam membedakan wajah, atribusi wajah, dan temuan ini direplikasikan berbagai waktu.
sosial (Zillmer, 2008).  Hobson (1993) mengungkapkan anak autis tidak teraktivasi
pada area fusiform gyrus
 Sekurang-kurangnya tujuh penelitian berbeda pada anak,
remaja, dan dewasa autis (Schultz et al., Wang, et al. dalam
Zillmer et al., 2008) menunjukkan pengurangan aktivasi FFA
(fusiform face area) dalam menggambarkan wajah manusia.
 Penelitian yang dilakukan oleh Schultz dalam Zillmer, et al,
2008) menginvestigasikan aktivasi fMRI pada individu autis
dan asperger dan orang dewasa sehat untuk membedakan
objek dan kehadiran gambar wajah. Hasil penelitiannya
mengungkapkan pada individu autis mengalami penurunan
aktivasi FFA (fusiform face area) dan peningkatan aktivasi
inferior temporal gyrus ketika diminta membedakan tugas
gambar wajah. Sedangkan pada individu normal
menunjukkan aktivasi FFA (fusiform face area) dan penurunan
 aktivasi inferior temporal gyrus.
Gambar 5. Fusiform Gyrus (Davidson &
Begley, 2012)

Gangguan Bahasa: terdapat pada lobus Terjadi kerusakan fungsi bahasa, berkaitan dengan
temporalis/Temporal Lobe) pengurangan aktivitas area Broca dan peningkatan aktivitas
 Broca (terletak di gyrus grontalis inferior area wernicke (Donders & Hunter, 2010).
hemisfer kiri).  Penelitian oleh Chan, Cheung, Leung, Cheung & Cheung
 Berfungsi sebagai pusat perbendaharaan (2005), kerusakan bahasa merupakan karakteristik utama
kata-kata, berperan dalam menggerakkan pada anak autis. Anak autis (63%) menunjukkan kerusakan
otot-otot wicara yang diperlukan di dalam bahasa, mengalami kerusakan di kedua ekspresi verbal dan
pengucapan kata-kata. Bila jumlah kosakata kemampuan pemahaman, 2% kerusakan akan kemampuan
menurun, kemampuan berpikir dengan ekspresi.
bahasa pun berkurang. (Markam, 2009). Penelitian menunjukkan aktivitas dalam area Broca dan
peningkatan pada daerah wernicke anak autis (Harris,
 Wernicke (terletak di gyrus temporalis Handleman, Gordon, Kristoff, & Fuentes 1991).
superior hemisfer kiri). Wernicke s area
Broca s area
 Berfungsi sebagai pusat perbendaharaan
pengertian kata-kata. Kerusakan pada bagian
ini akan mengacaukan semua fungsi
berbahasa, berbicara, pengertian bahasa,
baca, tulis, meniru kata, menamai benda
(Markam, 2009).

Gambar. 6. Area Broca & Wernicke (Zillmer, Spiers, &


Culbertson, 2008)

21 Buletin Psikologi
DAULAY

Penutup Baird, G., Simonoff, E., & Pickles, A. (2006).


Prevalence of disorders of the autism
Lebih dari dua dekade lalu, pendekatan spectrum in a population cohort of
neuropsikologi berperan penting dalam children in South Thames: The Special
menetapkan dasar-dasar neurobiologis otak Needs and Autism Project (SNAP).
pada anak autis. Autis adalah gangguan The Lancet, 368 (9531), 210-254.
perkembangan pervasif yang ditandai
Bauman, M. L. & Kemper, K. L. (1994).
dengan adanya gangguan dan keterlam-
Neuroanatomical observations of the
batan dalam bidang komunikasi, bahasa,
brain in autism. Dalam The neurobiology
interaksi sosial, minat dan perilaku. Teknis
of autism (ed. M. L. Bauman & K. L.
neuropsikologi memiliki kebaruan penting
Kemper), 119-145. Baltimore, MA: The
pada ketidaknormalan perkembangan saraf
Johns Hopkins University Press
anak autis, dan pada variasi neuroanatomi
yang mengkategorikan apakah anak terse- Carlson, N. R. (2011). Foundations of
but mengalami gangguan perkembangan behavioral neuroscience. Boston: Allyn &
atau tidak. Oleh karena itu dengan mema- Bacon.
hami pendekatan neuropsikologi maka Carper, R. A., Moses, P., Tigue, Z.D.,
akan didapati informasi ketidaknormalan Courchesne, E. (2002). Cerebral lobes in
bagian otak dari anak autis yang menye- autism: Early hyperplasia and
babkan anak autis mengalami kesulitan abnormal age effects. NeuroImage, 16(4),
dalam melakukan perencanaan, rendahnya 1038–1051.
kemampuan pengontrolan emosi, menga- Center for Disease Control and Prevention
lami gangguan dalam mengintegrasikan (CDC). (2009). Prevalence of autism
informasi sensori yang diterima sehingga spectrum disorders-autism and
tampil dalam perilaku atau respon yang developmental disabilities monitoring
tidak tepat. network, United States, 2006.
Morbidity and Mortality Weekly Report,
Daftar Pustaka 58 (SS10), 1-20.
Center for Disease Control and Prevention
American Psychiatric Association. (2000).
(CDC). (2014). Prevalence of autism
Diagnostic and statistical manual of mental
spectrum disorder among children
disorders DSM-IV text revision (4th ed.).
aged 8 years: Autism and develop-
Washington DC: American Psychiatric
mental disabilities monitoring network,
Association.
11 sites, United States, 2010. Morbidity
American Psychiatric Association. (2013). and Mortality Weekly Report, 63, 1–21.
Diagnostic and statistical manual of mental
Chan, A., Cheung, J., Leung, W., Cheung,
disorders, 5th edition. (DSM-5 TM).
R., & Cheung M. (2005). Verbal
Washington, DC: American Psychiatric
expression and comprehension deficits
Association.
in young children with autism. Focus on
Bailey, A., Luthert, P., Dean, A., Harding, B., Autism and Other Developmental
Janota, I., Montgomery, M., Rutter, M. Disabilities, 20(2), 117-124.
& Lantos, P. (1998a). A clinico-
Casanova M. F, El-Baz, A., Elnakib, A.,
pathological study of autism. Brain. 121,
Switala, A., Williams, E., Williams, D.,
889-905.
Minshew, N., & Conturo, T. (2011).
Quantitative analysis of the shape of

22 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

the corpus callosum in patients with Graybiel, A. M., Aosaki, T., Flaherty, A., &
autism and comparison individuals. Kimura, M. (1994). The basal ganglia
Autism, 15(2), 223-238. doi: 386506 1362- and adaptive motor control. Science,
3613 265, 1826-1831.
Courchesne E, Karns C. M, Davis H. R., Gross, C., & Hen, R. (2004). The
Ziccardi, R., Carper, R. A., Tigue, Z. D., developmental origins of anxiety.
Chissum, H. J., Moses, P., Pierce, K., Nature Reviews Neuroscience, 5, 545-552.
Lord, C., Linclon, A. J., Pizzo, S., Haist, F, Adamo M, Westerfield M,
Schreibman, L., Haas, R. H., Courchesne E, & Townsend J. (2005).
Akshoomoff, N. A., & Courchesne, R. The functional neuroanatomy of spatial
Y. (2001) Unusual brain growth attention in autism spectrum disorder.
patterns in early life in patients with Dev Neuropsychology, 27(3), 425 58.
autistic disorder: an MRI study.
Harris, S. L., Handleman, J. S., Gordon, R.,
Neurology, 57(2), 245–254.
Kristoff, B., & Fuentes, F. (1991).
Dawson, G., Meltzoff, A., Osterling, J., Changes in cognitive and language
Rinaldi, J. (1998). Neuropsychological functioning of preschool children with
correlates of early symptoms of autism. autism. Journal of Autism and
Child Development, 69(5), 1276-1285. Developmental Disorders, 21(3), 281–290.
Dawson, G. (1996). Neuropsychology of Hazlett, H., Poe, M., Gerig, G, et al. (2005).
autism: A report on the state of the Magnetic resonance imaging and head
science. Journal of Autism and circumference study of brain size in
Development Disorders, 26, 179-184. autism: Birth through age 2 years.
Davidson, R., & Begley, S., (2012). The Archives of General Psychiatry, 62(12),
emotional life of your brain. USA: Hudson 1366-1376.
Street Press. Hubbard, E., Piazza, M., Pinel, P., &
Donders, J., & Hunter, S. (2010). Principles Dehaene, S. (2005). Individual
and practice of lifespan developmental differences among grapheme-color
neuropsychology. New York: Cambridge synesthetes: Brain behavior correla-
University Press. tions. Neuron, 45, 975-985.
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Hobson, R. P. (1993). Autism and the
DIY. (2016). Data & Informasi development of mind. Hove, Sussex:
Pendidikan. http://www.pendidikan- Lawrence Erlbaum Associates.
diy.go.id/ Kalat, J. W. (2007). Biological psychology 9th
Ecker, C. (2016). The neuroanatomy of ed. Terj. Jakarta: Salemba Humanika
autism spectrum disorder: An overview Krissy, A. R., Tomas, D., Kushki, A.,
of structural neuroimaging findings Duerden, E., Taylor, M., Lerch, J.,
and their translatability to the clinical Soorya, L., Wang, T., Fan, J., &
setting. Autism, 1-11. doi: Anagnostou, E. (2012). The effect of
10.1177/1362361315627136 diagnosis, age, and symptom severity
Ginanjar. A. S. (2008). Panduan praktis on cortical surface area in the cingulate
mendidik anak autis: Menjadi orang tua cortex and insula in autism spectrum
istimewa. Jakarta: Dian Rakyat. disorders. Journal of Child Neurology,
28(6), 732-739. doi: 10.1177/
0883073812451496.

23 Buletin Psikologi
DAULAY

Lainhart, J. E., Piven, J., Wzorek, M., Landa, 97, pp. 1–8. Available at: http://
R., Santangelo, S.L., Coon, H., & www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/
Folstein, S. (1997). Macrocephaly in db97.pdf
children and adults with autism. Raising Children Network. (2015). DSM-5;
Journal of the American Academy of Child changes to autism spectrum disorders
and Adolescent Psychiatry, 36(2), 282–290. diagnosis. The autism parenting website.
LeDoux, J. (1996). The emotional brain: The Diunduh dari www.raisingchildren.
mysterious underpinnings of emotional. net.au tanggal Desember 2016.
New York: Simon & Schuster Rammani, N., & Owen, A. (2004). Anterior
Paperbacks prefrontal cortex: Insights into function
Lezak, M. D. (1992). Neuropsychological from anatomy and neuroimaging.
testing. New York: Oxford University Nature Reviews Neuroscience. 5, 184-194.
Press. Schumann, C. M., Bloss, C. S., Barnes, C. C.,
Mash, E. J., & Wolfe, D. A. (1999). Abnormal Wideman, G. M., & Courchesne, E.
child psychology. Belmont, CA: (2010) Longitudinal magnetic resonance
Wadsworth Publishing Company. imaging study of cortical development
through early childhood in autism. The
Markam, S. (2009). Dasar-dasar neuropsikologi
Journal of Neuroscience: The Official
klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Journal of the Society for Neuroscience.
Miller, E., (2000). The prefrontal cortex and 30(12). 4419–4427.
cognitive control. Nature reviews
Schultz, R., Gauthier, I., Klin, A., Fulbright,
neuroscience. 1, 59-65.
R., Anderson, A., Volkmar, F,
Mudjito., Harizal., Widyarini, E., & Roswita, Skudlarski, P., Lacadie, C., & Cohen, D.
Y. (2014). Deteksi dini, diagnosa gangguan (2000). Abnormal ventral temporal
spektrum autis, dan penanganan dalam cortical activity during face discrimi-
keluarga. Direktorat Pembinaan Pendi- nation among indviduals with autism
dikan Khusus dan Layanan Khusus and asperger syndrome. Arch Gen
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Psychiatry, 57(4,) 331.
Kementerian Pendidikan dan
Shen M. D., Nordahl C. W., Young G. S., et
Kebudayaan.
al. (2013) Early brain enlargement and
Mukhtar, D. Y. (2016). Pedoman Group Based elevated extra-axial fluid in infants who
Parenting Support untuk orang tua yang develop autism spectrum disorder.
mengasuh anak dengan gangguan Brain: A Journal of Neurology. 136(9),
spektrum autis. Modul. Yogyakarta: 2825–2835.
Program Doktor Psikologi Universitas
Stefanatos, G. A. & Baron, I. S. (2011). The
Gadjah Mada.
ontogenesis of language impairment in
Phares, E. J. (1992). Clinical psychology: autism; A neuropsychological perspec-
Concepts, methods, and profession. 4th ed. tive. Journal of Autism and Developmental
Kansas: Brooks/Cole Publishing Co. Disorders, 36, 921-933. doi: 10.1007/
Pringle B, Colpe L. J, Blumberg S. J., Avila, s10803-006-0129-7.
R. M., & Kogan, M. D. (2012) Diagnostic Thomas Doyle, Kushki, A., Duerden, E.,
history and treatment of school-aged Taylor, M., Lerch, J., Soorya, L., Wang,
children with autism spectrum disorder and T., Fan, J., & Anagnostou, E. (2012). The
special health care needs. NCHS data brief effect of diagnosis, age, and symptom

24 Buletin Psikologi
KAJIAN NEUROPSIKOLOGI: STRUKTUR OTAK & KEBERFUNGSIANNYA

severity on cortical surface area in the Wolff, J. J., Gerig, G., Lewis, J. D., Soda, T.,
cingulate cortex and insula in autism Styner, M. A. (2015). Altered corpus
spectrum disorders. Journal of Child callosum morphology associated with
Neurology, 28(6), 732-739. doi: autism over the first 2 years of life.
10.1177/0883073812451496 Brain: A Journal of Neurology, 138(7),
Wallace, G. L., Dankner, N., Kenworthy, L., 2046-2058.
Giedd, J. N., & Martin, A. (2010) Yang, X., Si, Tianjing., Gong, Q., Qiu, L., Jia,
Agerelated temporal and parietal Z., Zhou, M. Zhao, Y., Hu, X., Wu, M. &
cortical thinning in autis spectrum Zhu, H. (2016). Brain gray matter
disorders. Brain: A Journal of Neurology, alterations and associated demographic
133 (Pt 12): 3745–3754. profiles in adults with autism spectrum
Wolff, Gu, & Gerig (2012). Differences in disorder: A meta-analysis of voxel-
white matter fiber tract development based morphometry studies. Australian
present from 6 to 24 months in infants & New Zealand Journal of Psychiatry, 1-
with autism. American journal of 13, doi: 10.1177/0004867415623858
Psychiatry, 169(6), 589-600. Zillmer, E., Spiers, M., & Culbertson, W.
(2008). Principles of neuropsychology.
USA: Thomson Higher Education.

25 Buletin Psikologi

Anda mungkin juga menyukai