Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA TERAPIS DENGAN PASIEN AUTIS

MENGGUNAKAN TEKNIK SMART ABA DI PUSAT TERAPI ANAK AUTIS


CEMERLANG PEKANBARU

Ade Irda Savitri1, Noor Efni Salam2, Yasir3


savitri.irda@gmail.com1, noor.efni@lecturer.unri.ac.id2, yasir@lecturer.unri.ac.id3

ABSTRAK
Autis secara umum dipahami awam sebagai bentuk kelainan kondisi pada seseorang. Dunia medis
menyatakan bahwa autisme adalah salah satu dari beberapa kondisi gangguan tumbuh kembang.
Paradigma yang berkembang menyatakan bahwa autis tidak dapat disembuhkan, namun sekarang
penderita autis dapat disembuhkan dengan melalui terapi ABA yang benar. Pekanbaru adalah salah satu
kota yang memiliki angka penderita autis yang lumayan signifikan. Salah satu pusat terapi autis di
Pekanbaru bernama Anak Cemerlang, telah menerapkan metode Smart-ABA yang terstruktur, sistematis,
dan terukur sehingga proses terapi dapat membicarakan target kesembuhan. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode kualitatif interpretif dilihat melalui komunikasi terapeutik yang ditelaah
bersamaan teori interaksi simbolik dan makna terkoordinasi untuk melihat bagaimana metode dan proses
komunikasi yang diterapkan dalam Smart-ABA untuk proses kesembuhan penderita autis. Informan di
dalam penelitian ini adalah mantan penderita autis yang kini sudah dinyatakan berperilaku wajar, verbal,
dan mampu bersekolah di institusi formal.
Kata Kunci : ABA (applied behavior analysis), autis, komunikasi terapeutik, pusat terapi

ABSTRACT
Autism is generally understood by the layman as a form of disorder in a person. The medical world states
that autism is one of several developmental disorders. The growing paradigm states that autism cannot
be cured, but now people with autism can be cured through the correct ABA therapy. Pekanbaru is a city
that has a significant number of autistic sufferers. One autism therapy center in Pekanbaru, named Anak
Cemerlang, has implemented the Smart-ABA method which is structured, systematic, and measurable so
that the therapy process can discuss healing targets. This research was conducted using a qualitative
interpretive method seen through therapeutic communication which is examined together with the theory
of symbolic interaction and coordinated meaning to see how the communication methods and processes
are applied in Smart-ABA for the healing process of autistic sufferers. The informants in this study were
former autistic sufferers who had now been declared to have normal behavior, were verbal, and were able
to attend formal institutions.
Keywords: ABA (applied behavior analysis), autism, therapeutic communication, therapy center

PENDAHULUAN yang ditandai dengan perilaku dan


Sejak tahun 2016, pemerintah emosi yang tidak terkendali serta tidak
Indonesia sudah mulai gencar mampu berkomunikasi dengan baik.
memberikan dukungan kepada para Padahal, pemahaman tentang
penderita autis melalui beberapa
penderita autis tidak sesederhana itu.
kegiatan, program, dan gerakan peduli
autis. Faktanya, kebanyakan dari Ada beberapa gejala yang mirip dengan
masyarakat kita hanya mengetahui autis penderita autis dengan nama yang
sebagai salah satu kelainan seseorang

479
480 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

berbeda. Secara umum, kita terdapat 35 juta orang penyandang


menyebutnya dengan istilah Anak autis di dunia. Rata-rata 6 dari 1000
Berkebutuhan Khusus (ABK). Beberapa orang di dunia telah mengidap autis.
simtom autis sangat terkait erat dengan Autis dapat terjadi pada semua
masalah komunikasi, baik verbal dan kelompok masyarakat kaya, miskin, di
nonverbal. Sejauh ini telah banyak desa, kota, berpendidikan, maupun
terapi yang berhubungan dengan ilmu tidak, serta semua kelompok etnis dan
komunikasi yang digunakan untuk budaya di dunia (Suryati & Rahmawati,
mempertahankan kondisi terbaik yang 2016). Sedangkan berdasarkan data
telah berhasil dicapai oleh penderita World Health Organization (WHO),
autis. Hal ini sangat diperlukan, bahkan prevalensi autis di Indonesia mengalami
mungkin seumur hidup, mengingat sifat peningkatan yang pesat dibandingkan
dari autis ini adalah progresif (dapat 10 tahun yang lalu, yakni dari 1 per 1000
menjadi lebih buruk dari sebelumnya). penduduk menjadi 8 per 1000
Penderita autis banyak ditemukan penduduk. Angka ini bahkan melampaui
pada anak laki-laki, dan rata-rata baru rata-rata dunia yaitu 6 per 1000
terdeteksi di usia 3-4 tahun. Rentang penduduk. Sementara, jumlah
usia 3-12 tahun adalah usia yang sangat penderita autis di Indonesia masih
penting untuk segera diberikan terapi belum terdata dengan baik. Satu-
atas kemampuan berkomunikasi dan satunya rujukan hanya berdasarkan rilis
mengubah perilaku anak. Kodrat anak data pemerintah pada tahun 2015,
laki-laki yang cenderung lebih dominan yakni dikisarkan 112 ribu jiwa, itu pun
secara emosional dan perilaku masih bersifat asumsi (Ladyani dan
mengakibatkan butuhnya usaha yang Silaban, 2017 dalam Hapsari dan Putri,
keras untuk mengendalikan perilaku si 2019). Untuk penderita autisme di Riau
anak. dan khususnya Pekanbaru, berdasarkan
Data United Nations Education data yang diperoleh dari Dinas
Scientific and Cultural Organization Pendidikan Provinsi Riau didapatkan
(UNESCO) tahun 2011 mencatat bahwa bahwa jumlah anak berkebutuhan
Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Teknik Smart
Aba Di Pusat Terapi Anak Autis Cemerlang Pekanbaru (Savitri, Salam, Yasir) 481

khusus termasuk autisme yang terdapat d. Muncul sekolah-sekolah yang


di Riau berjumlah 10.967 orang dan di mengkhususkan kurikulumnya
Pekanbaru berjumlah 870 orang. untuk anak-anak berkebutuhan
Sementara, untuk data anak autisme khusus, termasuk penderita autis.
berdasarkan jumlah siswa di masing- e. Peneliti mendapati setidaknya ada
masing Sekolah Luar Biasa (SLB) di Riau satu dari sepuluh keluarga yang
berjumlah 410 orang dan di Pekanbaru memiliki anak penderita autis.
berjumlah 138 orang (Dinas Pendidikan Sayangnya, pemahaman tentang
Provinsi Riau, 2017). kondisi autis ini belum dipahami secara
Meski data akurat mengenai data baik oleh masyarakat, bahkan orang tua
penderita autis resmi di provinsi Riau penderita sendiri. Seringnya orang-
tidak selalu diperbarui secara akurat, orang berdebat tentang perbedaaan
namun Riau, khususnya Pekanbaru kata disorder dengan disease. Dokter
termasuk daerah yang memiliki jumlah Rudy Sutadi, salah seorang dokter
penderita autis yang banyak. sekaligus penggiat aktif untuk
Berdasarkan pengamatan peneliti, daa meningkatkan kesadaran masyarakat
beberapa hal yang mengindikasikan tentang penderita autis menjelaskan
banyaknya jumlah penderita autis di terminologi tentang disease dan
Pekanbaru, seperti: disorder. Penyakit (disease) adalah
a. Pemerintah provinsi menyediakan keadaan abnormal yang mempengaruhi
Pusat Layanan Autis (PLA). tubuh seseorang, yang disebagkan oleh
b. Hampir setiap sekolah swasta faktor eksternal misalnya penyakit
menyediakan satu kelas khusus infeksi, ataupun faktor disfungsi internal
untuk anak-anak berkebutuhan misalnya penyakit otoimun. Istilah
khusus, termasuk autis. penyakit sering digunakan lebih luas lagi
c. Pusat terapi terkait penderita yang merujuk pada berbagai keadaan
autis cukup mudah ditemui yang menyebabkan nyeri, disfungsi
(termasuk mencari informasinya (gangguan fungsi), distress
melalui situs pencari Google). (penderitaan), masalah-masalah sosial,
482 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

dan/atau kematian. Pada pengertian mengenal Rabb nya, dapat hidup


yang lebih luas ini, bisa meliputi cedera, mandiri, tidak mengganggu orang lain.
cacat, disorder (gangguan/masalah), Ketiga hal ini dapat dicapai apabila
infeksi. Sedangkan disorder (gangguan), mereka sudah dinyatakan sembuh.
adalah abnormalitas atau Peneliti menemukan beberapa hal
gangguan/kekacauan fungsi. Medical menarik terkait pusat terapi Anak
disorder (gangguan medis) dibagi dalam Cemerlang ini, yaitu:
gangguan mental, gangguan fisik, a. Mematahkan asumsi bahwa autis
gangguan genetik, ganggunan emosi adalah kelainan yang tidak bisa
dan perilaku, dan gangguan fungsional. disembuhkan.
Pertimbangan penggunaan istilah b. Mampu memberikan target
disorder sebagai penghalusan atau kesembuhan penderita autis.
istilah yang lebih netral untuk c. Mempersiapkan anak-anak untuk
menghindarkan stigma, dibandingkan mampu verbal, layak memasuki
dengan penggunaan isitilah disease atau sekolah regular.
illness (penyakit) sehingga lebih disukai d. Menggunakan teknik yang
pada keadaan-keadaan tertentu. dinamakan SMART-ABA (Applied
Artinya, autis dapat dikatakan ke dalam Behavior Analysis yang
penyakit dan gangguan dan dapat disandingkan dengan SMART-BIT
disembuhkan. (Biomedical Intervention Therapy)
Kesembuhan dapat ditempuh secara bersamaan untuk
dengan melakukan rangkaian terapi optimalisasi hasil terapi. SMART-
yang konsisten serta sistematik. Lalu ABA adalah satu bentuk pola
mengapa penderita autis harus terapi yang dikonsep sesuai
sembuh?. Salah satu pusat terapi Autis dengan kebutuhan anak-anak
Anak Cemerlang yang beralamat di jalan Indonesia. Berbagai pertimbangan
Ramah Kasih, Tenayan Raya Pekanbaru yaitu bahasa, tempat, waktu,
berprinsip bahwa anak adalah titipan hingga perlakuan terapi dan alat
dari Allah SWT yang harus diupayakan
Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Teknik Smart
Aba Di Pusat Terapi Anak Autis Cemerlang Pekanbaru (Savitri, Salam, Yasir) 483

yang digunakan sangat METODE PENELITIAN


diperhatikan disini. Metodologi adalah proses,
e. Autis tidak membutuhkan terapi prinsip, dan prosedur yang kita gunakan
okupasi, wicara, integrasi untuk mendekati problem dan mencari
sensorik, dan terapi perilaku jawaban, demikian pendapat Bogdan
secara terpisah karena sudah dan Taylor (1975) dalam (Mulyana,
diramu lengkap di dalam ABA. 2013:145). Metodologi secara garis
Sehubungan dengan tujuan akhir besar di dalam penelitian adalah
dari terapi penderita autis adalah untuk metode kualitatif dan kuantitatif.
membuat mereka dapat berkomunikasi Denzin dan Lincoln (1987) dalam
baik dengan lingkungannya, maka teknik Moleong (2017:5) menyatakan
SMART-ABA banyak menggunakan penelitian kualitatif adalah penelitian
pendekatan dengan beberapa bagian yang menggunakan latar belakang
ilmu komunikasi. Untuk mengkaji ini alamiah, dengan maksud menafsirkan
lebih lanjut, peneliti menggunakan fenomena yang terjadi dan dilakukan
komunikasi terapeutik sebagai dasar dengan jalan melibatkan berbagai
pembahasan. “Komunikasi terapeutik metode yang ada. Sesuai tujuan dari
adalah komunikasi yang direncanakan tujuan penelitian ini untuk menganalisis
secara sadar, bertujuan dan dipusatkan proses dan teknik pola komunikasi
untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik, maka metode yang
terapeutik mengarah pada bentuk digunakan adalah kualitatif.
komunikasi interpersonal” (Ngalimun Penelitian kualitatif ini adalah
dan Zakiah, 2019:182). Dengan studi kasus yang mendeskripsikan
komunikasi terapeutik, peneliti akan proses terapi anak penderita autis,
membahas dalam mengenai proses bagaimana proses dan teknik yang
terapi dan pola komunikasi terapeutik digunakan.
serta teknik yang digunakan dalam Setiap penelitian memiliki
SMART-ABA. paradigma masing-masing, Moleong
(2017:49) memberikan pemahaman
484 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

bahwa paradigma adalah “Pola atau atau peristiwa bisa jadi memiliki makna
model tentang bagaimana sesuatu yang berbeda. Paradigma interpretif
distruktur (bagian dan hubungannya) pada akhirnya melahirkan pendekatan
atau bagaimana bagian-bagian kualitatif. Paradigma ketiga adalah
berfungsi (perilaku yang didalamnya ada paradigma kritis yang tidak hanya mau
konteks khusus atau dimensi waktu).” menjelaskan, mempertimbangkan,
Pendapat lain mengatakan merefleksikan dan menata realitas
bahwa paradigma dapat diartikan sosial tapi juga bahwa ingin
sebagai mazhab atau aliran di dalam membongkar ideologi-ideologi yang
sebuah penelitian mengenai sudah ada. Penekanan adalah pada ilmu
keseluruhan proses (Muslim, 2016:78). bukanlah didasarkan pada hukum dan
Terdapat tiga jenis paradigma di dalam prosedur baku.
penelitian komunikasi yaitu paradigma Dari ketiga paradigma yang
positivis yangn didasarkan pada hukum- diuraikan di atas, maka kajian mengenai
hukum dan prosedur-prosedur yang proses terapi penderita autis hingga
baku. Ilmu dianggap bersifat deduktif, menuju kesembuhan adalah
berjalan dari hal yang umum dan menggunakan paradigma interpretif.
bersifat abstrak menuju yang konkrit Fakta yang diyakini masyarakat pada
dan bersifat sepesifik, didasarkan pada umumnya adalah bahwa kondisi anak
hukum-hukum. Paradigma positivitis autis yang akan terus seperti demikian
pada akhirnya melahirkan pendekatan hingga kapanpun, paling tidak terapi
kuantitatif. Selanjutnya paradigma hanya untuk mempertahankan keadaan
Interpretif yang secara umum mereka saat ini. Sementara satu pusat
interpretatif merupakan sebuah sistem terapi telah mengklaim bahwa teknik
sosial yang memaknai perilaku secara yang mereka gunakan telah melalui
detail langsung mengobservasi. Fakta- penelitian panjang dan berhasil
fakta tidaklah imparsial. Paradigma ini membawa anak-anak autis kepada
menekankan pada ilmu bukan pada kesembuhan.
hukum dan prosedur baku, setiap gejala
Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Teknik Smart
Aba Di Pusat Terapi Anak Autis Cemerlang Pekanbaru (Savitri, Salam, Yasir) 485

Paradigma interpretif sejalan Ramah Kasih, Rejosari, Tenayan Raya,


dengan metode transaksional dan Pekanbaru. ANAK CEMERLANG didirikan
interaksi simbolik yang pada dasarnya oleh sepasang suami istri, yaitu Freddy
adalah memaknai simbol-simbol yang Faldi Syukur dan Chairita Miranda yang
muncul antara dua pihak untuk pun memiliki anak penderita autis. Saat
kemudian disepakati bersama. ini anak pemilik dari pusat terapi ini
Mulyana, 2013:148) berpendapat telah dinyatakan sembuh dan sudah
bahwa interaksionisme simbolik bersekolah di sekolah regular seperti
termasuk ke dalam salah satu dari anak-anak lainnya. Alasan peneliti
sejumlah tradisi penelitian kualitatif. memilih pusat terapi Autis Anak
Asumsi yang digunakan sistematis Cemerlang sebagai lokasi penelitian
dalam lingkungan alamiah terjadi, adalah:
bukan merupakan lingkungan artifisial a. Merupakan satu-satunya pusat
atau eksperimen. Varian dalam terapi di Pekanbaru yang pemilik
penelitian ini mengarahkan kepada dan terapis nya telah melalui
studi kualitatif studi kasus dengan pelatihan khusus penanganan
paradigma interpretif. Penderita autis pertama pada anak autis.
memiliki interpretasi sendiri atas apa b. Berada di bawah pengawasan Dr.
yang dipikirkannya, berangkat dari Rudy Sutadi yang merupakan
kondisi ini lah peneliti merasa perlu pemilik KIDABA Autism Center.
melihat bagaimana upaya dan pola Beliau adalah satu-satunya
terapi melalui teknik SMART-ABA dalam penggiat masalah autis yang
mengoptimalkan proses komunikasi belajar metode ABA Lovaas
terapeutik sehingga penderita autis langsung ke Amerika Serikat.
mampu memaknai simbol-simbol dan c. Menggunakan teknik SMART-ABA
mengekspresikannya kembali. yang diklaim satu-satunya di
Penelitian dilakukan di Pusat Indonesia dengan kurikulum yang
Terapi Anak Autis Cemerlang (ANAK disesuaikan dengan kebutuhan
CEMERLANG) yang beralamat di Jalan reguler pendidikan Indonesia.
486 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

d. Berani menyebutkan target gabungan antara perbandingan tetap


kesembuhan penderita autis dengan metode Miles dan Huberman.
yang melakukan terapi di tempat Metode ini adalah pada akhirnya
ini. mengumpulkan data, mencari
Teknik penentuan subjek keterhubungan antara data dan
penelitian adalah menggunakan teknik kemudian membuatnya dalam satu
purposive. Teknik purposive adalah cara matriks. Pemeriksaan keabsahan data
menentukan subjek penelitian dengan dalam penelitian ini menggunakan
menentukan kriteria nya sesuai dengan metode triangulasi dengan mengajukan
kebutuhan di dalam penelitian. beberapa pertanyaan yang lebih variatif
Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa untuk menggali dan memastikan data
subjek purposive adalah teknik yang telah diperoleh, melakukan
pengambilan sumber data dengan pengecekan dengan beberapa sumber
pertimbangan tertentu. Alasan peneliti lain, memanfaatkan beberapa metode
menggunakan teknik adalah karena sebagai pembanding. Selanjutnya
tidak semua informan memiliki kriteria adalah dengan perpanjangan
yang sesuai dengan penelitian. Selain itu keikutsertaan, agar observasi dalam
mengingat keterbatasan waktu serta lebih dalam.
tempat, oleh karena itu peneliti
menentukan kriteria untuk informan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria yang ditentukan dibatasi pada Secara umum, gangguan yang
fokus penelitian dan tujuannya. dimiliki penderita autis adalah
Informan terdiri atas terapis, berkomunikasi, interaksi sosial,
pasien/mantan pasien, dan significant imajinasi, perilaku berulang, dan tak
others, yaitu orang terdekat dari mudah menyesuaikan diri terhadap
penderita autis. perubahan (Mulyadi dan Sutadi,
Teknik pengumpulan data dengan 2016:12). Berdasarkan garis besarnya,
menggunakan wawancara, observasi, gangguan komunikasi pada penderita
serta dokumentasi. Teknik analisis data autis dapat berupa verbal maupun
Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Teknik Smart
Aba Di Pusat Terapi Anak Autis Cemerlang Pekanbaru (Savitri, Salam, Yasir) 487

nonverbal semisal terlambat bicara, emosinya dengan baik sehingga


bahasa yang diucapkan tidak dapat meluapkannya dengan cara tindakan
dimengerti, meniru ucapan orang lain yang cenderung destruktif bahkan
(membeo), dan berbicara tidak untuk sebagian mencederai diri dan orang
berkomunikasi. Mungkin kita pernah yang disekitarnya.
melihat anak-anak yang tidak suka Penelitian dilakukan pada pusat
melakukan kontak mata, selalu terapi autis Anak Cemerlang yang
menghindar apabila didekati orang lain beralamat di Jalan Ramah Kasih,
bahkan lebih suka untuk bermain dan Rejosari Tenayan Raya Pekanbaru. Pusat
asik dengan dunianya sendiri, hal seperti terapi ini bertujuan untuk membantu
ini patut diwaspadai sebagai gejala autis anak-anak penderita autis agar
karena berarti si anak tidak mampu memperoleh jalan kesembuhan
melakukan interaksi sosial. mereka. Agar para penderita dapat
Penderita autis tidak mampu berkomunikasi verbal dan berinteraksi
mengontrol emosi dan kegiatan fisiknya, sosial dengan baik, maka dari itu, sangat
seringkali ditemui anak autis yang selalu diperlukan terapi dengan metode yang
melompat-lompat, berlari-lari tanpa tepat sesuai dengan kebutuhan para
arah, memukul berulang-ulang, atau penderita autis. Peneliti telah
bahkan sebaliknya tidak respon melakukan observasi dan wawancara
terhadap kondisi apapun. Puncak dari kepada enam mantan autisi dan ada
kondisi emosi tertinggi penderita autis yang masih melakukan diet hingga saat
disebut “tantrum”, yaitu ketika si anak ini, antara lain adalah :
tidak mampu mengkomunikasikan
488 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

Nama Usia
Rendy Adrista Farrand 23 tahun
Fridelika Kurnia Sarnie 22 tahun
Hasan Al Fariz Tanjung 22 tahun
Hilmi YZ 22 tahun
M . Iqbal Widiaputra 20 tahun
Marteen 23 tahun
Sumber : Pusat Terapi Autis Anak Cemerlang
Berdasarkan hasil wawancara dari satu tempat ke tempat lainnya.
dengan para mantan autisi, dapat Sebagaimana yang dialami oleh Rendi,
terungkap beberapa gejala awal yang penderita autis ini bersama ibunya
dirasakan oleh orang tua penderita yang sering ditolak oleh angkutan umum
rata-rata ditemukan pada saaat si anak sebagai penumpang dengan alasan akan
berusia dua tahun. Secara umum meresahkan penumpang lainnya. Rendi
mereka tidak mampu berkomunikasi yang pada saat masa terapi nya masih
secara verbal dengan baik, hanya sangat hiperaktif kerap membuat takut
mampu melontarkan beberapa kata dan resah orang-orang yang berada di
tanpa makna atau lebih tepatnya seperti sekitarnya. Kemudian Dika yang berada
menceracau. Mereka tidak memahami di sekolah formal biasa menjadi bahan
makna dari setiap kata yang diucapkan perundungan teman-temannya karena
sehingga cenderung menggunakan keterbatasan berkomunikasi dan cara
simbol-simbol yang justru kerap tidak berkomunikasi di lingkungan sekolah.
dipahami oleh lingkungannya, terutama Beberapa mantan pasien lainnya seperti
orang tua dan keluarga terdekat. Iqbal, Hilmi, dan Faris juga sempat
Penderita autis pada tahap mengalami perundungan secara verbal
sebelum dilakukan intervensi dini, dan non verbal, seperti dikatakan aneh
seringkali mendapati label gila dan dan semacamnya.
dibawa ke beberapa tempat Kasus penderita autis ini
pengobatan yang tidak dapat dibuktikan memiliki urgensi untuk segera
manfaatnya secara ilmiah. Para orang disembuhkan agar mereka mampu
tua akhirnya semacam “wisata” terapi mengenal siapa Rabb nya dan
Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Teknik Smart
Aba Di Pusat Terapi Anak Autis Cemerlang Pekanbaru (Savitri, Salam, Yasir) 489

bermanfaat untuk lingkungan digunakan adalah “tirukan” yang


sekitarnya. Penyembuhan tentunya ternyata berdasarkan pengamatan lebih
terkait dengan proses terapi. Terapi efektif untuk mengkoordinasikan makna
yang digunakan berdasarkan penelitian yang dimakasud oleh terapis kepada
adalah menggunakan metode ABA pasiennya. Pasien menjalankan empat
(applied behavioral analysis). Pusat sesi terapi setiap hari nya selama dua
terapi autis Anak Cemerlang jam per sesi. Setiap sesi memiliki satu
menggunakan metode Smart-ABA yang tema atau program yang telah disusun
artinya telah disesuaikan dengan oleh pihak terapis. Terapi dilakukan
kebutuhan penderita autis di Indonesia. secara verbal dan non verbal secara
Rancangan umum ABA terdiri dari bersamaan menggunakan simbol mimik
kontak mata, kepatuhan, keterampilan muka, gerakan mulut, tangan disertai
meniru, kontak sosial, komunikasi dengan kata-kata. Terapis juga
verbal dan non verbal. Rata-rata menggunakan alat peraga berupa kartu,
penderita autis menjalani terapi intensif balok, alat tulis dan beberapa alat
yang dikombinasikan dengan pola diet lainnya untuk memvisualisasikan benda
makanan yang tepat selama dua tahun. yang dimaksud agar pasien menjadi
Smart-ABA menekankan pada paham.
pendekatan komunikasi koersif dengan Terapi dilakukan oleh dua orang
memberikan beberapa kata dan kalimat terapis, salah satunya bertindak sebagai
secara berulang-ulang kepada pasien asisten untuk membantu pasien autis
autis hingga mereka dapat agar dapat duduk tenang, fokus pada
menyebutkan sendiri benda, tulisan, instruksi, dan atau mengikuti gerakan
atau makna yang dimaksud oleh terapis dan kata yang dimaksud dalam sesi
tanpa harus melalui bantuan. Kata yang terapi. Setiap menjelang terapi dimulai,
digunakan juga telah melalui penelitian bagi pasien yang beragama islam
terlebih dahulu. Kata dan kalimat yang dibacakan surat Ar-Rahman terlebih
digunakan terapis menggunakan bahasa dahulu dengan tujuan agar dimudahkan
Indonesia. Salah satu contoh kata yang segala proses terapi oleh Allah.
490 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

Selanjutnya pasien duduk berhadapan sesi para terapis akan memberikan


dengan terapis dengan posisi kedua laporan secara rinci kepada pengawas
tangan dan lutut dipastikan berada pada atau pemilik pusat terapi serta orang
spend of control terapis. Asisten terapis tua. Selain itu juga terdapat evaluasi
berada di belakang pasien dalam mingguan. Pengawasan begitu ketat
keadaan duduk untuk menjaga posisi sehingga apabila terjadi penyimpangan
tubuh pasien tetap fokus kepada di dalam proses terapi, atau pasien tidak
terapis. mengalami kemajuan, maka akan
Program yang terapi per sesi segera dicari solusi secepatnya.
harus disesuaikan dengan kebutuhan Pusat terapi autis Anak
dan usia pasien. Kurikulum sudah dibaca Cemerlang menerapkan program
dan tersedia sebelum proses terapi Smart-ABA yang terukur, sistematis, dan
dimulai. Terapis melakukan salam terstruktur. Berbeda dengan pusat
terlebih dahulu dengan menyebut nama terapi lainnya yang tujuannya hanya
pasien agar mereka memahami bahwa untuk mempertahankan agar kondisi
terapis menginginkan kontak anak tidak menurun (regresi) atau tidak
komunikasi terhadap pasiennya. Setiap lebih buruk dari yang sekarang, maka
tugas dan pesan yang disampaikan Smart-ABA mampu menargetkan
dicatat di dalam lembar laporan kesembuhan yang mainstream bagi
perkembangan yang berupa tabel dan anak-anak penderita autis.
terukut. Target terapis adalah bahwa Saat ini seluruh mantan autisi
pasien harus memahami tugas yang yang menjadi informan telah dinyatakan
diberikan dan memperoleh angka mainstream, verbal, dan mampu
persentase minimal 80 persen sebanyak diterima di sekolah formal biasa.
tiga sesi sehingga akhirnya dapat Beberapa dari mereka bahkan sudah
diteruskan pada program selanjutnya. menduduki bangku kuliah di universitas
Keberhasilan proses terapis negeri dan bekerja di perusahaan
adalah hasil kerja sama antara terapis swasta serta menjadi aparatur sipil
dengan orang tua, karena setiap di akhir negara.
Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Teknik Smart
Aba Di Pusat Terapi Anak Autis Cemerlang Pekanbaru (Savitri, Salam, Yasir) 491

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Kondisi gangguan tumbuh Arikunto, Suharsimi., 2016. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
kembang seperti Autisme adalah suatu
Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
keadaan yang kini sudah mengalami Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu,
teori dan filsafat komunikasi.
perubahan paradigma. Jika dahulu
Citra Aditya Bakti, Bandung.
penderita autis dianggap tidak bisa Effendy, Onong Uchjana, 2009. Human
Relations & Public Relations.
memperoleh kesembuhan, maka kini
MandarMaju, Bandung.
dengan metode Smart-ABA yang telah Husein, Umar., 2005. Metode Penelitian
Untuk Tesis Dan Bisnis.
diterapkan oleh pusat terapi Autis Anak
Grafindo Persada.
Cemerlang harapan kesembuhan Ibrahim, 2015. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
menjadi tinggi. Tiga hal yang ditekankan
Kriyantono, R, 2006. Teknis Praktis Riset
oleh Smart-ABA yaitu terstruktur, Komunikasi. Kencana Prenana
Media Grup, Jakarta.
sistematis, dan terukur menjadi
Lisinus, Rafael dan Sembiring, Pastiria,
landasan untuk dapat menargetkan 2020. Pembinaan Anak
Berkebutuhan Khusus (Sebuah
kesembuhan untuk penderita autis.
Perspektif Bimbingan dan
Smart-ABA menerapkan dasar-dasar Konseling). Yayasan Kita
Menulis, Jakarta.
dalam komunikasi terapeutik yang itu
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss,
membangun hubungan emosional yang 2009. Teori Komunikasi, edisi 9.
Salemba Humanika, Jakarta.
baik dan kognitif. Simbol-simbol yang
Mulyadi, Kresno dan Sutadi, Rudy, 2016.
digunakan dalam proses terapi Autism is Curable, Benar
Autisme dapat Disembuhkan.
digunakan semaksimal mungkin dan
Elex Media Komputindo,
berusaha mencapai kesamaan makna Jakarta.
Mulyana, Deddy, 2013. Metodologi
pada akhirnya antara terapis dengan
Penelitian Kualitatif-
pasiennya. Selanjutnya peneliti Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial
berharap akan ditemukan teknik
Lainnya. PT Remaja
komunikasi lainnya yang dapat Rosdakarya, Bandung.
Mulyana, Deddy, 2018. Komunikasi
mempercepat efektifitas proses terapi
Kesehatan – Pemikiran dan
penderita autis ini. Penelitian. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
492 Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 4, Desember 2020, hlm. 479-492

Ngalimun dan Zakiah, 2019. Komunikasi ISSN:2327-509X, P-ISSN:2327-


Kesehatan – Konseling dan 5081.
Terapeutik. Parama Ilmu, Marhamah, 2019. Pola Komunikasi Anak
Yogyakarta Autis: Studi Etnografi
Veeger, KJ, 1993. Realitas Komunikasi Pada Keterampilan
Sosial:Refleksi Filsafat Sosial Interaksi di Sekolah Cinta
Atas Hubungan Individu Mandiri Lhokseumawe. Jurnal
Masyarakat Dalam Cakrawala Al-Bayan, Volume 25 No. 1,
Sejarah Sosiologi. Gramedia Januari – Juni 2019, 1-34, E-
Pustaka Utama, Jakarta. ISSN:2549:1636, P-ISSN:1411-
Atkins, Walter, 2011. The History and 5743.
Significance Of The Autism Suryawati, I.G.A, Alit, 2010. Model
Spectrum. The University Of Penanganan Komunikasi Anak
Toledo, USA. Autis Melalui Terapi Bicara
Ahmadi, Dadi, 2008. Interaksi Simbolik. Metode Lovaas. Jurnal Ilmiah
Suatu Pengantar. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Mediator, Vol.9 No.2, Udayana, Bali, Vol I No. 01.
Desember 2008. Nida, Fatma Laili Khoirun, 2013.
Kassem, Sara and Oroszi, Terry, 2019. Komunikasi Bagi Anak
Possible Therapeutic Use of Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Bumatenide in The Treatment Komunikasi Penyiaran Islam,
of Autism Spectrum Disorder. Vol. 1 No. 2, Juli – Desember
Journal of Blosciences and 2013.
Medicines, 7, 58-67, E-

Anda mungkin juga menyukai