BAB 1. PENDAHULUAN
Setiap proses pembelajaran selalu terjadi komunikasi antara anak dengan anak
begitu pula anak dengan guru. Komunikasi memegang peran yang sangat penting
dalam kaitannya sosialisasi dengan orang lain. Komunikasi adalah suatu proses
pengiriman pesan atau informasi dari orang yang mengirimkan pesan atau
informasi kepada orang yang menerima pesan atau informasi. Komunikasi itu
sendiri dibagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Penyebab yang pasti dari autisme tidak di ketahui, yang pasti hal ini bukan di
sebabkan oleh pola asuh yang salah. Penelitian terbaru menitikberatkan pada
kelainan biologis dan neurologis di otak termasuk tidak seimbangan biokimia,
faktor genetik, dan gangguan kekebalan. Beberapa kasus mungkin berhubungan
dengan infeksi virus (rubella congenital atau cytomegalic inclusion disease),
fenilketonuria (suatu kekurangan enzim yang sifatnya diturunkan), dan sindroma
X yang rapuh (kesalahan kromosom). Sedangkan penyebab utama dari autisme
belum di ketahui dengan pasti, autisme diduga di sebabkan oleh gangguan
neurobiologis pada susunan saraf pusat meliputi faktor genetik, gangguan
pertumbuhan sel otak pada janin, gangguan pencernaan, keracunan logam berat,
dan gangguan auto-imun (Muhith, 2015).
Pada faktor biologis dan lingkungan terdapat beberapa teori yang dapat
memicu seseorang menjadi penderita autisme. Teori-teori tersebut antara lain :
teori genetik, neurokimia, Gluten-Casein, autoimun dan alergi makanan, kelainan
saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), kekurangan vitamin,
mineral dan nutrisi tertentu, infeksi virus, dan zat kimia beracun dan logam berat
(Warsiki, 2013, .dalam Widyawati 2010).
Beberapa permasalahan yang secara umum terdapat pada anak dengan
gangguan autis adalah pada aspek sosial dan komunikasi yang sangat kurang atau
lambat serta perilaku yang repetitif atau pengulangan dan keadaan ini dapat kita
amati pada anak seperti kekurangmampuan anak untuk menjalin interaksi sosial
yang timbal balik secara baik dan memadai, kurang kontak mata, ekspresi wajah
yang kurang ceria atau hidup serta gerak-gerik anggota tubuh yang kurang tertuju,
tidak dapat bermain dengan teman sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau
cenderung menjadi penyendiri bahkan tidak dapat berempati atau merasakan apa
yang dirasakan orang lain. (Dessy Hasanah S., 2017). Sedangkan keluarga yang
memiliki anggota keluarga berkebutuhan khusus menjadi beban psikologis dalam
merawat anak dengan autis di samping beban finansial, emosional seperti
perasaan malu atau perasaan bersalah apabila sudah berhadapan dengan fungsi
sosial, sehingga keluarga menghindari situasi yang tidak menyenangkan (Sains,
2014 dalam Elly Qolina, 2017). Selain kesulitan yang dirasakan, keluarga juga
merasakan adanya pandangan negatif masyarakat dengan kondisi anak dengan
autis, yang biasa disebut dengan stigma. (Ellya Qolina, 2017). Hal tersebut
menjadi sebagian besar ciri-ciri atau batasan karakteristik yang mendasari
diagnosa hambatan komunikasi verbal.
Intervensi yang dapat di lakukan sesuai dengan NANDA NIC-NOC yaitu
modifikasi prilaku : keterampilan sosial, pembinaan hubungan yang kompleks,
peningkatan perkembangan : remaja, peningkatan perkembnagan : anak, promosi
intergritas keluarga, pemeliharaan proses keluarga, terapi rekreasi, peningkatan
harga diri, peningkatan sosialisasi, permainan terapeutik. (Wilkinson, 2011)
Hasil dari penelitiandari jurnal (Hartati, 2013) menunjukkan adanya
penurunan gangguan perilaku anak autis pada aspek interaksi sosial, perilaku, dan
emosi setelah mendapatkan terapi audio dengan murottal surah Ar-Rahman.
(Widiawati, 2014) Meneliti pengaruh terapi musik terhadap perkembangan
komunikasi anak autis di kiddy autism centre kota jambi tahun 2011
(Afif Bimantara, 2015) Meneliti Implementasi aplikasi game autisme “ahada” di slb
bina anggita yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
2.1.1 Definisi
awal kehidupan anak yang di sebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang di
bahasa, dan wicara, serta munculnya prilakau yang bersifat repetitis, stereotipik,
dengan adanya kelainan atau kendala perkembangan yang muncul sebelum usia 3
tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang interaksi sosial,
membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah- olah
2.1.2 Eteologi
` Penyebab yang pasti dari autisme tidak di ketahui, yang pasti hal ini
bukan di sebabkan oleh pola asuh yang salah. Penelitian terbaru menitikberatkan
pada kelainan biologis dan neurologis di otak termasuk tidak seimbangan
biokimia, faktor genetik, dan gangguan kekebalan. Beberapa kasus mungkin
berhubungan dengan infeksi virus (rubella congenital atau cytomegalic inclusion
disease), fenilketonuria (suatu kekurangan enzim yang sifatnya diturunkan), dan
sindroma X yang rapuh (kesalahan kromosom). Sedangkan penyebab utama dari
autisme belum di ketahui dengan pasti, autisme diduga di sebabkan oleh gangguan
neurobiologis pada susunan saraf pusat meliputi faktor genetik, gangguan
pertumbuhan sel otak pada janin, gangguan pencernaan, keracunan logam berat,
dan gangguan auto-imun (Muhith, 2015).
Pada faktor biologis dan lingkungan terdapat beberapa teori yang dapat
memicu seseorang menjadi penderita autisme. Teori-teori tersebut antara lain :
teori genetik, neurokimia, Gluten-Casein, autoimun dan alergi makanan, kelainan
saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), kekurangan vitamin,
mineral dan nutrisi tertentu, infeksi virus, dan zat kimia beracun dan logam berat
(Warsiki, 2013 dalam Widyawati 2010).
Gejala pada anak utisme sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun,
yaitu antara lain dengan tiadak adanya kontak mata dan tidak menunjukan
responsif terhadap lingkungan. Jika kemudian tidak diadakan terapi, maka setelah
usia 3 tahun perkembangan anak terhenti atau mundur, seperti tidak mengenal
suara orang tuanya dan tidak mengenal namanya (Muhith, 2015).
Gejala-gejala akan nampak makin jelas setelah anak mencapai usia tiga
1) Terlambat bicara
2) Meracau dalam bahasa yang tak dapat di mengerti orang lain
3) Bila kata-kata mulai diucapkan, ia tidak engerti artinya
4) bicara tidak di pakai untuk komunikasi
5) Ia banyak meniru atau membeo (echolalia)
6) Beberapa anak sangat pandai dalam menirukan nyanyian, nada, dan kata kata
tanpa mengerti artinya. Sebagai dari anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai
dewasa
7) Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan mengharapkan
1) tidak dapat ikut merasakan apa yang di rasakan orang lain, misalnya melihat
anak menangis, maka ia tidak merasa kasihan, tetapi merasa terganggu dan anak
yang menangit tersebut di datangi lalu di pukul
2) Kadang tertawa sendiri, mengis, atau marah tanpa sebab yang nyata
3) Sering mengamuk tak terkendali (bisa menjadi agresif dan tak terduktf)
2.1.5 Patofisiologi
Autisme dianggap sebagai gangguan otak yang menggambarkan bahwa
gangguan ini dimulai dan berakhir di otak yang dikenal dengan whole body
disorder (bahwa otak dipengaruhi oleh biokimia yang dihasilkan dalam tubuh),
a. Kekurangan Nutrisi
Karena masalah sensorik, sebagian besar anak autisme tidak menyukai rasa dan
tekstur dari makanan tertentu, sehingga seringkali terjadi kekurangan gizi. Nutrisi
khusus diperlukan untuk proses biokimia yang kompleks, dan nutrisi hanya dapat
dicerna dan diserap dari makanan dan suplemen ketika saluran pencernaan
dalam makanan yang biasa dimakan dan memberikan suplemen (Matthews 2010).
pikiran dan kesehatan usus. Jamur berlebih sering dipicu oleh penggunaan
2010).
c. Teori Metallothionein
diantaranya diperlukan untuk pengaturan kadar zinc dan tembaga di dalam darah,
detoksifikasi merkuri dan logam beracun lainnya karena kemampuannya mengikat
logam berat, membentuk sistem imun tubuh dan neuron otak, dan memproduksi
enzim-enzim yang dapat memecah gluten dan casein. Selain itu metallothionein
laku, memori, emosi, dan sosialisasi. Pada anak autisme didapatkan kadar
Merkuri dan beberapa logam berat lainnya selama ini juga diketahui ikut berperan
maupun diserap melalui kulit. Anak autisme tidak dapat mengeluarkan secara
detoksifikasi natural menjadi rusak pada anak autisme masih belum terdapat
penjelasan yang jelas. Akumulasi dari logam berat ini juga secara alami akan
menyebabkan penekanan jumlah antioksidan glutation dalam tubuh selain itu juga
Sulfasi
Sulfat termasuk salah satu mineral penting yang banyak dijumpai dalam tubuh,
sekitar 80% diproduksi secara in vivo melalui oksidasi metionin atau cystein,
keduanya mengandung sulfur asam amino yang diperoleh dari protein makanan.
inaktivasi katekolamin, sintesis jaringan otak, dan sulfasi protein musin yang
melapisi saluran pencernaan. Bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai fenol
melekat pada sulfat dan dikeluarkan dari tubuh. Ketika kadar sulfat dalam aliran
darah berkurang, senyawa fenolik dapat tertimbun dalam tubuh sehingga dapat
f. Metilasi
Metilasi adalah serangkaian reaksi biokimia yang sangat penting dalam tubuh
yang berperan untuk kesehatan secara keseluruhan. Proses ini sering terganggu
anak dengan autisme. Metilasi ini berfungsi untuk fungsi otak normal, proses
2009).
g. Glutation
dihasilkan untuk melawan radikal bebas. Glutation sangat berperan dalam proses
toksik lingkungan dan logam-logam berat. Jika hal ini terjadi pada awal
h. Stres Oksidatif
Di dalam tubuh anak autisme didapatkan kadar stres oksidatif yang tinggi.
Ditandai dengan meningkatnya nitric oxide yang dapat merusak blood brain
barrier dan menyebabkan demyelinasi, merusak reseptor kolinergik, penurunan
fungsi GABA reseptor sehingga konsentrasi glutamic acid decarboxylase (GAD)
yang berfungsi untuk mengubah excitotonin glutamate menjadi GABA menurun
yang akan mengakibatkan menurunnya resistensi terjadinya apoptosis neuron dan
juga dapat merusak mucin usus sehingga menyebabkan meningkatnya
permeabilitas usus ( Bernhoft & Buttar 2008; James et al. 2009; Newman 2009 ).
Glutation termasuk antioksidan utama dan didapatkan sangat rendah pada anak
yang berlebih pada anak autisme atau akibat defisiensi asam amino yang
2.1.6 Pencegahan
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa faktor resiko yang harus
diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi dan
intervensi secara dini bila sudah mulai dicurigai terdapat gejala atau tanda
gangguan perkembangan. Adapun beberapa tindakan pencegahan yang dapat
dilakukanl Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir. Gangguan
teresebut meliputi : sering muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air besar
sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali perhari), buang air besar sulit
(mengejan), sering kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup (cegukan)
berlebihan, sering buang angin. Bila terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya
yang paling sering adalah alergi makanan dan intoleransi makanan. Jalan terbaik
mengatasi ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi dengan mencari dan
menghindari makanan penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran cerna yang
berkepanjangan akan dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak. Bila terdapat kesulitan
kenaikkan berat badan, harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu makan bukan
jalan terbaik dalam mengobati penyandang, tetapi harus dicari penyebabnya. Bila
terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan
metabolik, maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli. Harus diamati tanda
dan gejala autism secara cermat sejak dini. Demikian pula bila terjadi gangguan
neurologi atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan kejang demam
sederhana) atau gangguan kelemahan otot maka kita harus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan. Pada bayi prematur, bayi dengan
riwayat kuning tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia bayi (sepsis dll)
atau pemberian antibiotika tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring tumbuh
kembangnya secara rutin dan cermat terutama gangguan perkembangan dan
perilaku pada anak. Bila didapatkan penyimpangan gangguan perkembangan
khususnya yang mengarah pada gangguan perkembangan dan perilaku maka
sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada ahlinya untuk menegakkan
diagnosis dan intervensi sejak dini. Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang
disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi pada orang tua, sebaiknya
menunda pemberian makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2 atau 3
tahun. Makanan yang harus ditunda adalah telor, ikan laut, kacang tanah, buah-
buahan tertentu, keju dan sebagainya. Bayi yang mengalami gangguan pencernaan
sebaiknya juga harus menghindari monosodium glutamat (MSG), amines,
tartarzine (zat warna makanan), Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai
Celiac Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka diet harus bebas casein
dan Gluten, Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang baik secara
kualitas dan kuantitas, hindari rasa permusuhan, pertentangan, emosi dan
kekerasan. Bila terdapat faktor resiko tersebut pada periode kehamilan atau
persalinan maka kita harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian resiko
tersebut akan semakin besar kemungkinan terjadi autism. Selanjutnya kita harus
mengamati secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0 bulan. Bila
didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau perlu dilakukan intervensi sejak
dini dalam hal pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita melakukan intervensi
kejadian autism dapat kita cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan yang
akan timbul. Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka kondisi tersebut
harus kita minimalkan bahkan kalau
perlu kita hilangkan. Misal kegagalan kenaikkan berat badan harus betul-betul
dicari penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan terbaik untuk mencari
penyebab kelainan tersebut. Demikan pula gangguan alergi makanan dan
gangguan pencernaan pada bayi, harus segera dicari penyebabnya. Yang paling
sering adalah karena alergi makanan atau intoleransi makan, penyebabnya jenis
makanan tertentu termasuk susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara terbaik
untuk mencari penyebab gangguan alergi atau gangguan pencernaan tersebut.
Yang paling ideal adalah kita harus menghindari makanan penyebab gangguan
tersebut tanpa bantuan obat-obatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara bila
keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk selamanya. (Judarwanto, 2018)
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini
bergantunga kepada orentasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam
mendefinisikan. Ada beberapa pengertian keluarga yang perlu diketahui oleh
mahasiswa, antara lain adalah :
b. WHO (1969)
c. Duval (1972)
d. Helvie (1981)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
f. Sayekti (1994)
Keluarga dalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
anatar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Dari beberapa kesimpulan diatas maka disimpulkan secara umum bahwa keluarga
itu terjadi jikalau ada :
b. Hubungan ( darah/adopsi/kesepakatan)
e. Ikatan emosional
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan
a. Secara tradisional
1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
1. Tradisional nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
2. Reconstituted nuclear
4. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
5. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencara pada waktu-waktu tertentu.
8. Single Adult
Wanita atau pria yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
kawin.
9. Three Generation
11. Communal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
denagn anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
Yaitu satu perumahan yang terdiri dari orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain
dan semuanya adalah orang tua dari anak-anaknya.
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dihendaki, anaknya diadopsi.
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
Kluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari garis ayah.
2. Matrilineal
3. Matrilokal
4. Patriloka
5. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagi dasar bagi pembinaan kleuarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami istri.
2.3.1 Definisi
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota
keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010). Pengertian lain dari keperawatan
keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI, 2010). (Ns. Wahyu Widagdo,
2016)
Penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk
menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakansistem simbol (segala
sesuatu yang memiliki atau menghantarkan makna). (Wilkinson, 2011)
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
(a) Umur
Awaitan selama masa bayi atau masa kanak-kanak awal sebelum 3 tahun
(au;ntisme) dengan gejala yang mungkin terlihat selama bulan pertama : regresi
nyata setelah sedikitnya perkembangan normal 2 tahun, dan sebelum umur 10
tahun (gangguan disintegritif)
3) Pendidikan
b. Riwayat Terdahulu
2) Eliminasi
4) Higenis
Keasyikan yang aneh pada suatu area higienis dan mengabaikan yang lain (mis.
Mandi berulang-ulang, tetapi tidak pernah menggosok gigi)
b. Diagnosa
Batasan Karakteristik
Objektif
Kesulitan mengolah kata kata atau kalimat (misalnya, afonia, dislalia, dan
disartria)
Dispnea
Bicara pelo
Bicara gagap
Gangguan persepsi
Tumor otak
Perbedaan budaya
Konsisi emosional
Kendala lingkungan
Kurang informasi
Kondisi fisiologis
Stres
c. Intervensi
Kriteria hasil :
a. Komunikasi: Penerimaan, Interprestasi, dan ekspresi pesan lisan, tulisan dan
nonverbal.
b. Komunikasi: Ekspresif: pesan verbal atau non verbal yang ber makna.
1) Intervensi Keperawatan
d. Implementasi
Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang
nyata untuk mencapai hasil yang di harapkan.
e. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan
yang di buat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien.
BAB 3. METODE PENULISAN
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penyusunan laporan kasus ini adalah 2 klien yang dimana
di diagnosis medis autis dengan masalah keperawatan hambatan komunikasi
verbal dengan kriteria
3.3.2 Laki-Laki
Proses pengumpulan data ini terdiri dari macam-macam data, sumber data,
serta beberapa metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan.
Metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan yaitu
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
3.5.1 Wawancara
3.5.2 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
observasi pada penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan cara
mengobservasi situasi dan kondisi pasien, salah satu observasi situasi dan kondisi
pasien yaitu penulis mendapatkan bahwa terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita gangguan kejiwaan dan anggota keluarga yang tidak mampu
merawat pasien.
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok Penulisan, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang
mengungkapkan fenomena.
3.8 Etika
Anon., n.d.
Dessy Hasanah S., A.M.B.S..Y.R., 2017. PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENANGANAN
ANAK AUTIS. SOCIAL WORK, 7, pp.1 - 79.
Glodia Cattrine, d.L.P., 2018. HUBUNGAN KONSUMSI GLUTEN DAN KASEIN DENGAN
KEJADIAN. Jurnal Ilmiah Permas, Volume 8, pp.No 1.
Harnilawati, S.k..N., 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. sulawesi selatan.
Hartati, E.D.M.d.E., 2013. INTERVENSI TERAPI AUDIO DENGAN MUROTTAL SURAH AR-
RAHMAN TERHADAP. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing), Volume 8, p.No.2.
Kurniawan, Y. & sulistyarini, I., 2016. Komunitas SEHATI (Sehat Jiwa dan Hati) Sebagai
Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat. Psikologi dan Kesehatan Mental, Vol.
1(2), pp.112-24.
Ns. Wahyu Widagdo, M.K.S.K., 2016. Keperawatan keluarga dan komunitas. Kmeentrian
kesehatan republik indonesia.
Suprajitno, S.K., 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:
EGC.
Warsiki, Z.Z.d.E., 2013. ASPEK BIOMEDIK PADA AUTISME FOKUS PADA DIET DAN
NUTRISI.