Anda di halaman 1dari 7

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

PENYULUHAN TENTANG PERKEMBANGAN WICARA DAN


HAMBATAN, SERTA PENANGANAN SPEECH DELAY

Jehan Safitri
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran,Universitas Lambung Mangkurat
jehansafitri@yahoo.com

ABSTRAK
Banyak orang tua yang khawatir jika anaknya belum lancar bicara, terutama apabila dilihat dari segi
usia, anak sudah seharusnya berbicara dan apabila dibandingkan dengan teman seusianya, tampak
tertinggal jauh kemampuannya dalam berbicara. Adanya hambatan maupun keterlambatan dalam
berbicara disebut dengan Speech Delay. Peran Orangtua dalam keluarga selain mengasuh anak juga
memegang peranan penting dalam pendampingan proses perkembangan anak termasuk dalam hal
melakukan deteksi dini dan juga stimulasi optimal terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam
hal berbicara. Oleh karena itu, adanya kewaspadaan orang tua mengenai tumbuh kembang anak,
serta penanganan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan anak dengan memberikan terapi, sehingga
anak dapat berkombang secara optimal. Tujuan dan terget khusus dari program pengabdian
masyarakat ini adalah untuk meningkatkan aspek kognitif tentang pentingnya pentingnya pengetahuan
tentang kesehatan psikologis khususnya yang berkaitan dengan perkembangan bicara; Meningkatkan
aspek perilaku positif sebagai dampak meningkatnya keterampilan dalam melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak, terutama yang terkait dengan kemampuan berbicara, serta terbentuknya komunitas
tentang diskusi mengenai perkembangan wicara dan hambatan, serta penanganannya di Klinik dan
Pusat Terapi Psikologi Fusfa

Kata kunci : keterlambatan bicara, terapi wicara

LATAR BELAKANG
Banyak orang tua yang khawatir jika anaknya belum lancar bicara, terutama apabila dilihat dari segi
usia, anak sudah seharusnya berbicara dan apabila dibandingkan dengan teman seusianya, tampak
tertinggal jauh kemampuannya dalam berbicara. Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab
gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampak
semakin meningkat pesat. Prevalensi gangguan bicara berupa keterlambatan bahasa dengan

kosakata ekspresif kurang dari 50 kata dan atau tidak adanya kombinasi kata, diperkirakan terjadi
pada 15% anak usia 24-29 bulan. Prevalensi gangguan berbicara dan berbahasa bervariasi antara 1%-
32% pada populasi normal, dipengaruhi berbagai faktor seperti usia anak, dan metode yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis. Prevalensi gangguan bicara pada anak prasekolah 3%-15% (Dewanti,
Widjaja, Tjandrajani, & Burhany, 2016). Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan banyak,
Terdapat beberapa resiko yang harus diwaspadai untuk lebih mudah terjadi gangguan ini. Semakin
dini kita mendeteksi kelainan atau gangguan tersebut maka semakin baik pemulihan gangguan
tersebut Semakin cepat diketahui penyebab gangguan bicara dan bahasa pada maka semakin cepat
stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut.

Pada awal usia batita, anak mulai mampu mengucapkan kata yang memiliki makna. Walaupun
seringkali kata tersebut kurang dapat dimengerti karena artikulasi yang masih belum baik. Perlu
diketahui bahwa kemampuan batita dalam berbicara dipengaruhi kematangan oral motor (organ-
organ mulut). Sementara kemampuan lain yang menunjang perkembangan bahasa diantaranya

325
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)
ISBN : 978-60274420-7-8

kemampuan mendengar, artikulasi, fisik (perkembangan otak dan alat bicara), dan lingkungan
(Wardhana, 2013).
Perlu diketahui bahwa kemampuan batita dalam berbicara dipengaruhi kematangan oral motor
(organ-organ mulut). Sementara kemampuan lain yang menunjang perkembangan bahasa diantaranya
kemampuan mendengar, artikulasi, fisik (perkembangan otak dan alat bicara), dan lingkungan. Apabila
anak memiliki faktor yang membuatnya beresiko tinggi untuk mengalami gangguan perkembangan
dalam berbahasa/bicara (misalnya memiliki berat badan yang rendah saat lahir) atau permasalahan
apapun, anak seharusnya diperiksakan sejak awal dan menjalani pemeriksaan secara berkala untuk
mengetahui apakah ada gangguan dalam berbahasa/bicara (Busari & Weggelaar, 2004).

Apabila anak membutuhkan adanya perawatan, seharusnya dilakukan sesuai dengan tahap
perkembangannya dan dilakukan secara individual. Oleh karena itu, sebelum mengetahui adanya
hambatan yang muncul, tentunya perlu memahami perkembangan wicara yang dialami anak pada
umumnya.

Adapun penanganan yang diberikan tentunya harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Oleh
karenan itu, harus ada pemeriksaan menyeluruh terkait dengan kondisi anak. Apabila sudah
terdeteksi apa yang menjadi penyebab, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan terapi
wicara yang dilakukan oleh terapis yang memang sudah berpengalaman di bidangnya. Namun,
tentunya orang tua tidak hanya menyerahkan seluruh penanganan anaknya pada terapis saja.
Penanganan ini harus komprehensif, dimana orang tua juga harus mengetahui bagaimana menstimulai
kemampuan bicara anak di rumah. Hal ini akan membuat penanganan yang dilakukan pada anak akan
lebih optimal hasilnya.

Klinik Terapi Fusfa Banjarbaru merupakan salah satu usat terapi untuk anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Salah satu masalah yang sering ditemui di Klinik Psikologi Fusfa Banjarbaru yaitu
keterlambatan bicara pada anak-anak. Adapun yang menjadi permasalahan bagi Orangtua di Klinik
Terapi Fusfa Banjarbaru adalah (1). Kurangnya pengetahuan orangtua tentang perkembangan wicara
pada anak
(2) Belum adanya kegiatan untuk pemberian pengetahuan mengenai deteksi dini dan penanganan
yang dapat dilakukan dirumah terkait dengan speech delay, dan (3) Tidak adanya wadah untuk
mengurangi permasalahan psikologi yang berkaitan dengan speech delay.

Justifikasi pengusul beserta mitra dalam menentukan prioritas permasalahan di Klinik dan pusat
terapi psikologi Banjarbaru adalah: (1) Bagaimana meningkatkanaspek kognitif mengenai pentingnya
pengetahuan tentang kesehatan psikologis khususnya yang berkaitan dengan perkembangan bicara,
(2) Bagaimana meningkatkanaspek perilaku positif sebagai dampak meningkatnya keterampilan dalam
melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, terutama yang terkait dengan kemampuan berbicara,
dan (3) Bagaimana membentuk komunitas diskusi mengenai perkembangan wicara dan hambatan,
serta penanganannya di Klinik dan Pusat Terapi Psikologi Fusfa.

Adapun tujuan program pengabdian pada masyarakat ini adalah (1) Untuk meningkatkan aspek
kognitif tentang pentingnya pengetahuan tentang kesehatan psikologis khususnya yang berkaitan
dengan perkembangan bicara, (2) Untuk meningkatkan aspek perilaku positif sebagai dampak
meningkatnya keterampilan dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, terutama yang terkait
dengan kemampuan berbicara, dan (3) Membentuk komunitas diskusi mengenai perkembangan
wicara dan hambatan, serta penanganannya di Klinik dan Pusat Terapi Psikologi Fusfa.

326
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)
ISBN : 978-60274420-7-8

TINJAUAN PUSTAKA
Speech Delay atau keterlambatan berbicara adalah sebuah gangguan perkembangan bicara yang cukup
banyak dijumpai pada kalangan anak khususnya dalam lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
(Wijayaningsih, 2019). Hurlock (1978) menyatakan bahwa tingkat perkembangan bicara berada di
bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang secara umurnya sama yang dapat diketahui
dari ketetapan penggunaan kata. Apabila pada saat teman sebaya mereka berbicara dengan
menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus menggunakan bahasa isyarat dan gaya bicara bayi,
maka anak tersebut dianggap orang lain terlalu muda untuk diajak bermain. Keterlambatan bicara
tidak hanya mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak, tetapi juga mempengaruhi
penyesuaian akademis mereka. Kemampuan membaca yang merupakan mata pelajaran pokok pada
awal sekolah anak. Keadaan ini dapat mempengaruhi kamampuan anak dalam mengeja. Apabila hal
ini terjadi, maka akan menimbulkan rasa benci untuk bersekolah dan akan menghambat prestasi
akademis anak (Tsuraya, Deliana, & Hendriyani, 2013).

Keterlambatan berbicara bukanlah suatu hal yang dapat dibiarkan begitu saja karena keadaan ini
dapat memiliki pengaruh terhadap kemampuan belajar anak sehingga dengan keadaan sulit untuk
berkomunikasi
tidak jarang anak yang mengalami keterlambatan berbicara memiliki masalah kesulitan belajar
(learning disabilities).Keadaan perkembangan seperti ini perlu untuk mendapatkan perhatian khusus
dari orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan pola pengasuhan khusus yang tepat sebagai
suatu stimulus yang baik bagi perkembangan bicara anak (Wijayaningsih, 2019).

Fase perkembangan bicara yang dilalui oleh anak merupakan sebuah hal penting karena melalui fase-
fase tersebut anak dapat berbicara dengan menggunakan intonasi yang baik, tidak terputus-putus dan
mampu menyampaikan maksud tujuan dengan jelas. (Wijayaningsih, 2019). Fase-fase ini yang sering
tidak diketahui oleh orang tua sehingga orang tua tidak menyadari bahwa anak telah kehilangan salah
satu subfase dalam perkembangannya akibatnya hal ini akan berlanjut dalam gangguan belajar

Hurlock (Anggraini, 2011) mengatakan terdapat 6 hal penting yang harus diperhatikan dalam fase
belajar berbicara yaitu :
1. Persiapan fisik untuk berbicara, seluruh organ fisik anak memiliki kondisi yang baik dan
tidak mengalami kondisi kelainan.
2. Kesiapan mental, hal ini bergantung pada kondisi kematangan otak anak khususnya pada
bagian-bagian asosiasi otak.
3. Model yang ditiru, model yang dimaksud dapat berupa orang-orang di lingkungan sekitar,
penyiar radio, aktor, dsb yang dapat memberikan contoh pengucapan yang baik dan
benar.
4. Kesempatan untuk berpraktek, jika anak jarang mendapat kesempatan untuk mencoba
dapat berdampak melemahkan motivasi anak untuk berbicara.
5. Motivasi, anak harus diberikan motivasi untuk selalu berusaha untuk berbicara untuk
mengungkapkan keinginannya.
6. Bimbingan, orang-orang disekitar anak memberikan bimbingan yang baik bagi anak jika
anak mengucapkan kata-kata yang salah maka orang-orang disekitar anak berperan
untuk memperbaiki secara benar.

Berikutnya Van Tiel (Tsuraya et al., 2013) menyebutkan ada beberapa jenis speech delay, antara lain:
1) Speech and Language Expressive Disorder yaitu anak mengalami gangguan pada ekspresi
bahasa.

327
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)
ISBN : 978-60274420-7-8

2) Specific Language Impairment yaitu gangguan bahasa merupakan gangguan primer yang
disebabkan karena gangguan perkembangannya sendiri, tidak disebabkan karena
gangguan sensoris, gangguan neurologis dan gangguan kognitif (inteligensi).
3) Centrum Auditory Processing Disorder yaitu gangguan bicara tidak disebabkan karena
masalah pada organ pendengarannya. Pendengarannya sendiri berada dalam kondisi baik,
namun mengalami kesulitan dalam pemrosesan informasi yang tempatnya di dalam otak.
4) Pure Dysphatic Development yaitu gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif
yang mempunyai kelemahan pada sistem fonetik.
5) Gifted Visual Spatial Learner yaitu karakteristik gifted visual spatial learner ini baik pada
tumbuh kembangnya, kepribadiannya, maupun karakteristik giftedness-nya sendiri.
6) Disynchronous Developmental yaitu perkembangan seorang anak gifted pada dasarnya
terdapat penyimpangan perkembangan dari pola normal. Ada ketidaksinkronan
perkembangan internal dan ketidaksinkronan perkembangan eksternal

Kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda. Ada yang berkualitas baik dan ada yang
rendah. Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan. Sampai anak berusia 5 bulan (0-1 tahun),
seorang anak akan
mengoceh seperti orang yang sedang berbicara dengan rangkaian suara yang teratur, walaupun suara
dikeluarkan ketika berusia 2 bulan. Di sini terjadi penerimaan percakapan dan diskriminasi suara
percakapan. Ocehan dimulai untuk menyusun dasar bahasa. (Rahman, 2009). Lalu pada usia satu
tahun si anak dapat menyebut 1 kata atau periode holoprastik. Kemudian usia 18-24 bulan, anak
mengalami percepatan perbendaharaan kata dengan memproduksi kalimat dua atau tiga kata disebut
periode telegrafik sebab menghilangkan tanda atau bagian kecil tata bahasa dan mengabaikan kata
yang kurang penting. Selanjutnya pada usia 2,5 s/d 5 tahun, pengucapan kata meningkat. Bahasa anak
mirip orang dewasa. Anak mulai memproduksi ujaran yang lebih panjang, kadang secara gramatik,
kadang tidak. Lalu, pada usia 6 tahun ke atas, anak mengucapkan kata seperti orang dewasa. Menurut
Hurlock (Elizabeth Hurlock, 1997) faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara,
antara lain:

 Intelegensi, semakin cerdas anak semakin cepat keterampilan bicaranya.


 Jenis disiplin, disiplin yang rendah membuat cenderung cepat bicara dibanding dengan
anak yang orang tuanya bersikap keras dan berpandangan bahwa anak harus dilihat,
tetapi tidak didengar.
 Posisi urutan, anak sulung didorong lebih banyak bicara dari pada adiknya.
 Besarnya keluarga, anak tunggal didorong lebih banyak bicara disbanding anak-anak
dari keluarga besar sebab orang tua lebih banyak waktu untuk berbicara dengannya.
 Status sosial ekonomi, dalam keuarga kelas rendah kegiatannya cenderung kurang
terorganisasi dari pada kelas menengah dan atas.
 Status ras, mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan anak
berkulit hitam sebab ayahnya tidak ada atau sebab keluarga tidak teratur sebab banyak
anak dan ibu bekerja di luar.
 Berbahasa dua
 Penggolongan peran seks, misalnya laki-laki dituntut untuk sedikit bicara dari pada
perempuan
Otto (2015) mengatakan terdapat 5 aspek yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa anak
yaitu :
1. Fonetik, kemampuan anak dalam menyortir bunyi-bunyian yang didengarkan
2. Semantik, kemampuan anak dalam memahami maksud dari bunyi yang didengarkan.
3. Sintaksis, kemampuan anak dalam memahami satu per satu kata terhadap benda yang
dilihat.
328
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)
ISBN : 978-60274420-7-8

4. Morfemik, anak memiliki kesadaran akan bahasa dan memahami kata jamak.
5. Pragmatik, anak mulai mengekspresikan maksud komunikatif baik melalui kata maupun
ekspresi wajah (Wijayaningsih, 2019).

Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar dapat memperoleh sebuah kemampuan berbicara yang baik
anak harus memperoleh kemampuan bahasa linguistik yang diperoleh melalui kelima aspek
perkembangan bahasa. Anak memperoleh bahasa lisan, tulis dan kemudian terus berkembangan
semakin luas hingga mampu memadukan bahasa lisan tulis sekaligus (Wijayaningsih, 2019).
Resiko terlambat bicara menyangkut tuntutan sosial dan pendidikan yang dihadapi anak. Menurut
Mangunsong (2009) resiko perkembangan terlambat bicara yaitu: 1) kemampuan konseptual dan
prestasi pendidikan, hal ini tidak menunjukkan efek buruk pada perkembangan pendidikan dan
kognitif anak karena tidak tergantung pada pemahaman dan penggunaan bahasa. 2) faktor personal
dan sosial, terlambat bicara menyebabkan resiko negatif pada hubungan interpersonal dan
perkembangan konsep diri pada anak. Ketidakpahaman orang lain ketika berkomunikasi dapat
menyebabkan rasa rendah diri pada anak (Tsuraya et al., 2013).

METODE PENELIT IAN


Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa kegiatan penyuluhan terhadap orangtua
klien di Klinik dan Pusat Terapi Psikologi FUSFA dengan rincian sebagai berikut :
1. Pembagian handout dan modul yang berisi informasi mengenai perkembangan wicara,
hambatan dan penanganan speech delay di rumah
2. Pemberian materi mengenai perkembangan wicara, hambatan dan penanganan speech delay
di rumah
3. Ice breaking dilakukanoleh peserta dengan saling memijat bahu
4. Praktek mengenai perkembangan wicara, hambatan dan penanganan speech delay di rumah
5. Sharing tentang perkembangan wicara, hambatan dan penanganan speech delay di rumah
dengan orangtua
6. Penutup
7.
Evaluasi dilaksanakan pada akhir sesi dengan memberitahukan kepada peserta manfaat dari masing-
masing sesi dan bertanya kepada peserta bagaimana perasaannya setelah mendapat informasi
mengenai perkembangan wicara, hambatan dan penanganan speech delay di rumah

HASIL DAN PEMBAH ASAN


Gambaran Kegiatan
Kegiatan“Penyuluhan tentang Perkembangan Wicara dan Hambatan serta Penanganan pada Speech
Delay di Klinik Fusfa” dilaksanakan pada 23 April 2016, bertempat di Klinik Fusfa Banjarbaru.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 09.00 WITA, dengan peserta berjumlah 20 orang. Kegiatan dimulai
dengan pembukaan dimana moderator mengajak para peserta membaca doa bersama kemudian
dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh salah satu panitia. Selama penyampaian materi terlihat
para peserta sangat antusias dalam menerima materi yang diberikan, hal ini terlihat dari banyaknya
pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta pada pihak pemateri. Setelah materi disampaikan,
beberapa simulasi dilaksanakan guna mempermudah peserta dalam mempraktekkan beberapa terapi
mudah terkait gangguan tuna wicara pada anak, hal ini dimaksudkan agar orang tua juga ikut
berkontribusi dan membangun sinergi dengan para terapis dalam mengatasi keterlambatan bicara
pada anak.

Pada kegiatan ini terlihat bahwa peserta mengikuti acara dengan nyaman, peserta memperhatikan
materi yang diberikan oleh presentator. itu, peserta ikut berpartisipasi dalam sesi tanya jawab,

329
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)
ISBN : 978-60274420-7-8

beberapa dari peserta memberikan pertanyaan dan dijawab oleh presentator, Peserta terlihat
senang, ketika acara memasuki sesi ice breaking, dimana peserta diminta untuk saling memijat kedua
bahu peserta lainnya dengan cara membalikkan badan. Pada saat simulasi, peserta memperhatikan
dengan seksama apa yang disampaikan oleh pemateri dalam simulasi tahapan meniup, dan tahapan
makanan yang dapat dimakan oleh anak untuk melatih oral motorik anak. Peserta juga menyenangi
modul dan bahan yang dapat dibawa pulang untuk dipraktekan di rumah untuk melatih oral motorik
anak. Setelah simulasi berakhir, kegiatan diambil alih dari MC acara yang menyatakan bahwa acara
sudah di penghujung acara.

Kegiatan diakhiri dengan adanya feedback dari dosen pembimbing kegiatan penyuluhan, setelah itu
baru ada kata penutup dari ketua pelaksana kegiatan penyuluhan. Dengan berakhirnya kata penutup
dari ketua pelaksana maka berakhir juga kegiatan penyuluhan tentang perkembangan wicara dan
hambatan serta penanganan pada speech delay di Klinik Fusfa.

Hasil Kegiatan
Dari kegiatan yang dilaksanakan selama hampir dua jam tiga puluh menit tersebut maka di dapat
evaluasi dari peserta adalah perasaan puas karena menjadi lebih mengerti apa yang harus dilakukan
di rumah agar membantu perkembangan anak agar lebih optimal, karena mendapatkan penanganan
tidak hanya di tempat terapi, juga mendapatkan terapi di rumah. Peserta juga merasa lebih lega
karena bertemu dengan orang lain dengan kondisi yang sama, sehingga bisa berbagi pengalamam
bagaimana untuk memberikan rangsangan yang optimal pada anaknya.

SIMPULAN
Speech Delay atau keterlambatan berbicara adalah sebuah gangguan perkembangan bicara yang cukup
banyak dijumpai pada kalangan anak khususnya dalam lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
(Wijayaningsih, 2019). Menurut Subyantoro, gangguan keterlambatan bicara adalah istilah yang
dipergunakan untuk mendeskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara pada anak-anak
tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya (Wardiah, 2014).

Dari kegiatan penyuluhan tentang perkembangan wicara dan hambatan serta penanganan pada speech
delay di klinik fusfa, terdapat beberapa pernyataan dari orangtua klien bahwa anak mereka mengalami
keterlambatan bicara dengan faktor yang mempengaruhi adalah kurang fokusnya anak mendengarkan
orangtua berbicara karena lebih memfokuskan perhatian terhadap musik atau televisi yang ada di
rumah. Dengan permasalahan tersebut, orangtua dapat menerapkan terapi wicara di rumah dengan
teknik penekanan pada oral motorik anak.

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melaksanankan penyuluhan adalah:


1. Orang tua
Dengan adanya kegiatan penyuluhan, diharapkan orangtua dapat menerapkan terapi
wicara di rumah seperti yang telah dijabarkan di modul dan bahan bacaan yang telah
diberikan. Dengan harapan, orangtua dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan
berbicara pada anak yang mengalami speech delay.
2. Terapis
Dengan adanya kegiatan penyuluhan ini, diharapkan terapis mendapatkan edukasi yang
benar mengenai perkembangan wicara dan hambatan serta penanganan pada speech
delay. Diharapkan juga dengan adanya informasi dan referensi dari penyuluhan ini dapat
meningkatkan kemampuan terapis dalam menerapi anak yang mengalami speech delay

330
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)
ISBN : 978-60274420-7-8

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W. (2011). Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada Anak usia 5 tahun.
Bowen, Caroline. (2006). Speech and Language Development In Infants and Young Children.
Busari, J. O., & Weggelaar, N. M. (2004). How to investigate and manage the child who is slow to
speak Sources and selection criteria. Bmj, 328(January), 272–276.
Dewanti, A., Widjaja, J. A., Tjandrajani, A., & Burhany, A. A. (2016). Karakteristik Keterlambatan
Bicara di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Tahun
2008 - 2009. Sari Pediatri. https://doi.org/10.14238/sp14.4.2012.230-4
Elizabeth Hurlock. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Penerbit Erlangga. In Erlangga.
Heward, W. L. 2003. Exceptional children: An introduction to special education (7th. ed.). New
Jersey: Pearson Education.Rahman, U. (2009). KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK
USIA DINI. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan.
https://doi.org/10.24252/lp.2009v12n1a4
Hurlock EB, 2003, Perkembangan Anak. Edisi Keenam Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Sutjihati, 1996, Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: PPTG – Ditjen Dikti Tsuraya, I., Deliana, S. M., &
Hendriyani, R. (2013). Kecemasan Pada Orang Tua yang Memiliki Anak Terlambat Bicara
(Speech Delay) di RSUP DR. M. ASHARI PEMALANG. Developmental and Clinical Psychology.
Wardhana, I. G. N. P. (2013). Perkembangan Bahasa Anak 0- 3 tahun dalam Keluarga. Jurnal Linguistik,
20(39), 95–101.
Wardiah, Desy.(2014). Psikolinguistik Dalam Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia Dini. Wahana
Didaktika Vol. 12 No. 2.
Wijayaningsih, L. (2019). PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BICARA ANAK SPEECH DELAY (STUDI KASUS DI HOMESCHOOLING
BAWEN JAWA TENGAH). Satya Widya. https://doi.org/10.24246/j.sw.2018.v34.i2.p151-159

331

Anda mungkin juga menyukai