PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Anak usia 0-6 tahun merupakan anak yang berada pada usia yang sangat
menentukan bagi pembentukan karakter dan kepribadian. Pada masa ini anak sangat
mudah menyerap berbagai informasi. Selain itu, anak usia dini juga merupakan
yang ideal untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh
anak-anak. Keunikan ini terlihat melalui pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
seperti koordinasi motorik kasar dan halus, kecerdasan dalam berpikir dan berkreasi,
setiap anak memiliki kemampuan yang khas dan istimewa yang sesuai dengan
tahapan usianya. Nasional Association for the Education of Young Children (NAEYC)
menyatakan bahwa anak-anak usia dini mencakup usia 0 hingga 8 tahun. Rentang
usia ini dianggap krusial karena merupakan periode penting dalam perkembangan
Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini,
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu lembaga pendidikan yang
muda sedini mungkin (Astini et al., 2017). Pada buku Pekembangan anak dituliskan
bahwa Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini merupakan lembaga yang ditujukan
seorang anak. Anak diharapkan tidak hanya siap untuk memasuki jenjang pendidikan
fisik-motorik, bahasa, sosial dan emosi sesuai tingkat usianya (Bachtiar et al., 2022).
sehingga orang lain memahami maksud atau harapannya. Menurut KBBI, bahasa
dapat diartikan sebagai sistem simbol bunyi yang bersifat arbitrer digunakan oleh
seluruh orang atau anggota masyarakat untuk bekerja sama, berhubungan, saling
mengenal dalam percakapan yang baik, dan sopan santun yang baik. Berdasarkan
definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa penting untuk melakukan
3
komunikasi. Komunikasi bisa dilakukan secara lisan (bahasa primer) atau secara
tertulis (bahasa sekunder) (Budiarti et al., 2023). Tidak seperti berbicara, bicara
merupakan bentuk dari bahasa yang digunakan untuk menyampaikan niat atau tujuan.
Hurlock menegaskan bahwa dalam berbicara, tidak hanya melibatkan aspek fisik
penggunaan organ suara, melainkan juga terdapat dimensi mental, yaitu kapasitas
untuk menghubungkan arti dengan suara yang dihasilkan (Taqiyah & Mumpuniarti,
2022).
dalam kecepatan, kualitas, dan kuantitas bahasa yang dihasilkan. Kecepatan dan
kemampuan anak dalam berbicara dapat berbeda satu sama lain, ada yang
mengungkapkan bahasa dengan cepat dan lancar, sementara yang lain mungkin
Usia dua tahun anak mulai mengeluarkan kalimat, anak memiliki potensi yang
lebih tinggi dalam menyatakan niat dan berkomunikasi, meskipun kemampuan kata-
kata mereka masih terbatas, misalnya mengucapkan dua kalimat. Peralihan dari
kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks dimulai pada rentang usia 2-3 tahun.
Ketika mencapai usia dua tahun, anak memiliki kemampuan untuk mengucapkan
sekitar 200 kata serta usia tiga tahun perbendaharaan anak sekitar 1.000 kata dan
sekitar 80% diucapkan dengan jelas bahkan untuk yang masih asing. Jika pada usia 2-
4
atau mengucapkan beberapa kalimat, maka orang tua harus sering mengajak anaknya
berbicara, luangkan waktu untuk menstimulasi anak, selain itu keuntungan tambahan
bagi anak dapat diperoleh melalui ekspor bahasa dari kegiatan seperti mendengarkan
televisi atau berpartisipasi dalam percakapan dengan orang dewasa (Bachtiar et al.,
2022).
Pada saat ini makin marak terlihat kasus di mana kemampuan berbicara anak
pra sekolah pun masih ditemukan anak yang memiliki gangguan keterlambatan
berbicara (speech delay) ini. Keterlambatan berbicara (speech delay) adalah kondisi
yang umumnya terjadi pada balita. Fenomena ini semakin lazim terjadi dan dapat
menimbulkan kecemasan bagi orang tua yang khawatir anak-anak mereka kesulitan
tanda-tanda keterlambatan bicara (speech delay) saat mencapai usia 1 tahun, seperti
kurang mengoceh atau tidak merespons apa yang didengarnya. Secara umum,
peningkatan dalam perkembangan kemampuan bicara anak akan dimulai setelah anak
mencapai usia 2 tahun. Keterlambatan berbicara (speech delay) pada anak dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) speech delay fungsional, yaitu
keadaan di mana gangguan ini bersifat ringan, umumnya timbul akibat kurangnya
5
rangsangan atau pola asuh yang kurang tepat. (2) speech delay non-fungsional, yaitu
keterlambatan berbicara yang berat karena gangguan ini merupakan gangguan dimana
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dialami oleh anak (Budiarti et
al., 2023).
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otot atau organ
pembuat suara. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik
yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi
motorik lainnya. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan bicara bisa
disebabkan oleh gangguan hamisfer dominan. Biasanya, hal ini mengacu pada
ketidaknormalan pada hemisfer kiri otak. Terdapat juga situasi di mana anak-anak
menunjukkan ketidaknormalan pada hemisfer kanan otak, korpus kalosum, dan jalur
pendengaran yang saling terhubung. Faktor lain yang dapat menjadi penyebab adalah
kondisi eksternal seperti lingkungan yang tidak memberikan rangsangan yang cukup
atau penggunaan dua bahasa. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan
pendengaran, (2) kelainan organ bicara, (3) disbilitas intelektual, (4) genetik herediter
dan kelainan kromosom, (5) kelainan sentral otak (6) autism, (7) mutisme selektif, (8)
gangguan emosi dan perilaku lainnya, (8) alergi makanan, dan (9) derivasi
pada anak usia prasekolah mencapai sekitar 5% hingga 10%. Informasi ini diperoleh
dari laporan Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2010 yang mencatat
bahwa sekitar 11,5% balita di negara ini mengalami gangguan pertumbuhan dan
Studi Cochrane menunjukkan bahwa angka kejadian keterlambatan bicara pada anak
usia prasekolah berkisar antara 2,3% hingga 19%. Melalui pengamatan jangka
Kemampuan berbicara anak tersebut tidak sesuai dengan tingkat perkembangan rekan
sebayanya. Anak tersebut belum bisa mengungkapkan gagasan secara lisan dengan
baik, belum bisa mengartikulasikan kata-kata dengan jelas, dan sering menggunakan
dini yang dilakukan oleh pendidik pada anak yang mengalami keterlambatan
berbicara (speech delay) yaitu dengan cara mengamati perkembangan bahasa anak
anak tidak sama atau tidak sesuai dengan anak-anak seusianya atau sebayanya, maka
menerapkan strategi untuk melatih dan mendidik perkembangan berbicara anak yang
Penelitian yang dilakukan oleh Sardi, et al., (2023) pada anak usia dini dalam
perkembangan kemampuan berbicara anak menjadi lebih baik, dan komunikasi dua
serta emosi mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Rahim, et al., (2021) pada anak
dilakukan guru yaitu mengajak anak berbicara, berbicara kata satu per satu, berbicara
dengan jelas dan intonasi pelan, mengarahkan dan mengungkapkan dengan ucapan
dengan dua penelitian lainnya hasil penelitian oleh Pudjiati, et al., (2023) mengenai
perlakuan khusus yang dilakukan oleh guru pada anak yang mengalami
Gerhana Alauddin.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disajikan oleh peneliti
sebelumnya, perhatian dalam penelitian ini akan berfokus pada penyusunan fokus
Gerhana Alauddin”.
9
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pemahaman keilmuan terkhusus bagi peneliti dan pembaca dengan pengetahuan yang
lebih meluas dalam aspek teori dan penerapannya secara praktis, mengenai strategi
2. Manfaat Praktis
yang digunakan serta diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga pendidik agar
b. Bagi Pembaca
(speech delay).
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
lain, yaitu bidang kognitif, fisik motorik, psikologi, emosional, dan keadaan
sekitarnya (Sari & Nuryani, 2020). Dalam proses pertumbuhan keterampilan dasar di
dalam berbicara dan berpikir. Bahasa berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan
gagasan dan pertanyaan, serta memiliki peran dalam membentuk konsep serta
Menurut Lund, salah satu hal terpenting dalam perkembangan anak adalah
perkembangan bahasa. Hal ini karena bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah bagian dari perkembangan manusia yang
tidak dapat dipisahkan sebagai sarana untuk berkomunikasi antarnya (Musi &
Winata, 2017).
11
Bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan meraban.
intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat berpikir. Berpikir merupakan suatu
proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung
dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Bahasa juga merupakan alat
berkomunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi
mengajukan pertanyaan, dan alat untuk berkomunikasi antar sesama manusia (Amal
et al., 2019).
Bahasa memiliki peran sebagai sarana berpikir, ekspresi diri, dan komunikasi.
menyampaikan informasi, serta mengatasi masalah. Melalui bahasa, kita juga mampu
(mengeluarkan suara atau bunyi tanpa arti), lalu melanjutkan ke penggunaan bahasa
satu kata, dua suku kata, merangkai kalimat sederhana dan kemudian semakin
12
kompleks sesuai dengan tingkat interaksi sosial yang lebih tinggi (Alfin & Pangastuti,
2020).
a. Kosakata
anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang
baik. Misalnya, “Rita memberi makan kucing” bukan “kucing Rita makan
memberi”.
c. Semantik
13
14
a. Kesehatan
pada usia dua tahun pertama anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak
bahasa anak secara normal, orang tua perlu memperhatikan kondisi kesehatan
anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan ASI,
makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara reguler
b. Intelegensi
intelegensi normal atau diatas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang
hasil studi mengenai anak yang mengalami kelambatan mental, yaitu bahwa
sepertiga diantara meraka yang dapat berbicara secara normal dan anak yang
berada pada tingkat intelektual yang paling tendah, mereka sangat miskin
dalam berbahasa.
15
keluarga yang lebih baik ekonominya. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan
dua-duanya.
d. Jenis kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi
antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita menunjukkan
e. Hubungan keluarga
yang sehat antara orangtua dengan anak penuh perhatian dan kasih sayang
kemampuan berbahasa. Pada fase bayi, tingkat kecerdasannya masih terbatas dan
perkembangan dari tingkat dasar menjadi lebih kompleks. Pengaruh lingkungan juga
lahir pada semua anak tanpa memandang negara atau budaya. Teori ini memandang
produksi kata dan aspek-aspek yang terkait dalam penguasaan bahasa berkembang
sesuai dengan jadwal biologis. Jadwal tersebut muncul ketika sudah waktunya dan
pada waktu “resonansi” perkembangan terjadi. Anak menjadi sensitif akan bahasa.
Teori yang kedua yaitu teori environment, teori ini menyatakan bahwa kemampuan
untuk menguasai bahasa berdasarkan pada jadwal biologis, sedang isi sintaksis
bahasa, tata bahasa, dan kosa kata diperoleh dari lingkungan, yang mencakup orang
tua dan orang lain sebagai model pengguna bahasa. Perkembangan bergantung pada
pembicaraan antara anak dengan orang dewasa, dan juga antara anak dengan anak.
model pengguna bahasa lain. Proses biologis mungkin sama bagi semua anak, namun
17
isi bahasa mereka akan berbeda tergantung pada faktor lingkungan (Kholilullah et al.,
2020).
usia yang berbeda. Menurut Gentur, tahapan perkembangan ini (Ariska, 2017)
sebagai berikut:
Tahap ini terdiri dari dua tahap, yakni tahap meraban-1 (pralinguistik
awal: dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam, di mana bayi akan
meraban-2 (pralinguistik lanjutan: mulai dari bulan ke-6 hingga usia 1 tahun,
b. Tahap II (linguistik)
Tahap linguistik ini terdapat dua langkah pokok, yang pertama ialah
satu kata. Pada tahap ini, perbendaharaan kata anak mencapai kira-kira 50
kata. Langkah kedua adalah tahap frasa, yang berlangsung antara usia 1-2
tahun. Pada saat ini, anak sudah memiliki kapabilitas untuk mengucapkan dua
100 kata.
18
c. Tahap III (perkembangan tata bahasa, yaitu prasekolah khususnya usia 3-5
tahun)
Adapun red flag yang mengacu pada usia tertentu di mana jika anak belum
mencapai tahap perkembangan yang seharusnya, maka hal tersebut menjadi perhatian
yang dapat memunculkan kekhawatiran. Red flag sangat penting digunakan untuk
Pada usia 1-2 bulan bayi menunjukan perkembangan bahasanya yaitu cooing
sebagai respon terhadap orang dewasa yang bicara . Pada usia 2-4 bulan anak
membuat suara menjerit atau mendengkur, Pada 4-6 bulan, babbles suara konsonan
seperti “ba-ba-ba-ba” dan “da-da-da-da”. Pada usia 6-9 bulan babbles lagi dengan
suara seperti “goo” dan “gaa”. Bayi akan sering berteriak atau membuat suara keras,
memanjangkan suara ketika lelah atau “ahhhhhhhh” dan “ehhhhhhh” ketika bahagia.
perintah dan phrases sebelum mulai bicara. Kemampuan bahasa reseptifnya jauh
bulan mengucapkan paling tidak satu kata, bayi membuat suara khusus yang
berasosiasi dengan tindakan atau benda, minta susu, kue, sepatu, makan, pipis dan
Pada usia 12-18 bulan anak lebih intens menggunakan gestur dan sikap seperti
melambaikan tangan dan bilang “dadah” bila akan berpisah, lebih intens
mengucapkan “mama” dan “dada”, menggunakan jargon atau frase-frase yang kurang
jelas maknanya, kata yang dipahami lebih banyak daripada kata yang mampu
18-24 bulan anak akan belajar mengucapkan “hai”, “bye/dadah” dan “uh oh”, mulai
untuk mengekspresikan perasaan lewat kata-kata, menggunakan dua atau tiga frase
seperti “adek mau pulang”, dan kosa kata yang dikuasai 20-300 kata. Pada usia 24-30
bulan anak menunjukkan ketertarikan pada gambar dan buku, mulai menggunakan
private speech, mampu menamakan benda yang sangat diminat, dan meletakkan kata
benda dan kata kerja dalam kalimat sederhana. Usia 30-36 bulan mengulangi
pertanyaan yang diberikan, menggunakan bahasa yang bisa dipahami orang lain
walau tata bahasa belum tepat, menggunakan suara keras dan lembut, mengerti
Pada usia 3 tahun perkembangan bahasa anak dapat menjawab ketika diajak
bicara oleh orang lain, bercerita tanpa dibantu, menyukai puisi berima dan lagu, suka
belajar kata-kata baru, banyak bertanya, mampu bicara dengan 3-4 kata dalam satu
kalimat (awal usia 3 tahun), mampu bicara lebih dari 7 kata dalam satu kalimat (akhir
usia 3 tahun), memahami tata bahasa dengan lebih baik, mengerti hampir semua kata-
kata yang dipakai oleh anak-anak seusianya (semantics), menggunakan bahasa sosial
usia 4 tahun anak bicara dengan 7 sampai 10 kata per kalimat, bernyanyi lagu-lagu
yang lebih kompleks, menceritakan kisah sederhana dengan runtut (sesuai sikuen),
mengeja namanya dan menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai kaidah.
Perkembangan bahasa anak usia 5 tahun bicara non stop dalam satu kalimat dan
meniru cara bicara orang dewasa, menjawab pertanyaan tentang cerita keluarga,
bicara dengan jelas dan fasih, dengan pola kalimat yang benar termasuk detailnya,
berbincang dengan mudah bersama orang dewasa, kosa katanya sangat berkembang
diantaranya adalah kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bahasa reseptif
berkaitan dengan kemampuan dalam membedakan suara yang bermakna dan tidak
bahasa secara verbal dan non verbal. Berbicara, menyampaikan pikiran, berinteraksi
dengan orang lain, dan menulis merupakan kemampuan bahasa ekspresif (Husna &
Eliza, 2021).
2. Speech Delay
keterlambatan berbicara berperan sebagai tanda dari suatu diagnosa spesifik. Anak
dalam ekspresi bahasa seperti kesulitan dalam menyampaikan ide dalam struktur
kalimat yang benar, kesulitan mengatur kata-kata dengan tepat, atau kesulitan dalam
mereka tidak mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan juga memiliki
Istilah speech delayed biasanya digunakan oleh para dokter tumbuh kembang
Dalam pemeriksaan neurologi tidak ditemukan adanya cacat di bagian otak. Oleh
karena itu, kelompok anak terlambat bicara ini masalahnya berupa masalah tumbuh
a. Orang tua mendorong perkembangan bicara ketika anak masih berada dalam
fase preverbal.
kembang potensi anak, maka itu perlu strategi untuk mengembangkan kemampuan
tersebut. Salah satu penyebab keterlambatan berbicara pada anak yaitu kurangnya
stimulan dalam bentuk kegiatan percakapan pada masa awal perkembangan anak
Orang tua harus juga turut aktif memberikan rangsangan, mengarahkan, dan
membantu anak agar mencapai tahap perkembangan bahasa yang maksimal. Orang
tua perlu membekali diri dengan ilmu bahasa dan strategi mendukung pembelajaran
aktivitas berkomunikasi, anak dihadapkan pada empat tugas pokok yang saling terkait
(Ramli, 2020).
23
diambil kesimpulan bahwa speech delay adalah istilah yang sering diberikan kepada
anak yang menunjukan keadaan keterlambatan bicara yang perlu diupayakan untuk
terdeteksi melalui adanya ciri khusus yang muncul. Menurut Early Support
for Children, Young People and Families (2011), jika tanda-tanda di bawah
ini mulai muncul atau terlihat pada anak, sebaiknya orang tua meningkatkan
5) Penggunaan kata atau kalimat yang tidak umum seperti anak-anak pada
umumnya.
permainan.
24
bahkan matematika.
mengenai kesulitan berbicara pada anak. Tanda pertama dapat dilihat melalui
menatap seseorang atau objek untuk waktu yang singkat. Selain itu, kesulitan
berbicara pada anak juga terlihat dari pola gerak mereka. Anak-anak
konsonan dan sering kali menghasilkan kata atau kalimat yang tidak jelas,
Menurut Van Tiel, beberapa kondisi di mana anak usia dini mengalami
bicara dan bahasa yang memiliki kelemahan dalam sistem fonetik atau
dalam aspek akademik dan memiliki tingkat kecerdasan IQ antara 125 hingga
140.
26
bentuk bahasa. Penggunaan bahasa yang sederhana oleh orang tua dalam
situasi umum, banyak orang tua meluaskan anak-anak menonton televisi tanpa
berinteraksi tentang isi siaran tersebut. Khususnya saat anak mulai aktif
bertanya dan memberikan banyak komentar mengenai suatu hal, namun orang
tua justru menginstruksikan mereka untuk diam, bahkan ada yang merasa
berbicara karena rasa takut atau kekecewaan. Jika anak memilih untuk tidak
6) Bernyanyi bersama.
pada anak meliputi kurangnya jumlah kosa kata dibandingkan dengan anak
28
dengan menunjuk kepada objek atau hal yang diinginkannya. Hal ini
kurang jelas.
3. Strategi Guru
Kata strategi berasal dari bahasa latin strategy yang diartikan sebagai
seni menggunakan rencana untuk mencapai tujuan. Peran guru memiliki arti
Strategi diperlukan agar suatu masalah dapat diatasi dengan cepat. Hal
1) Aktivitas Eksploratori
yang berkaitan dengan diri mereka dan memilih aktivitas berdasarkan minat
2) Penemuan Terbimbing
3) Pemecahan Masalah
membuat prediksi, dan mengamati hasil dari tindakan yang mereka lakukan.
4) Diskusi
mana guru berbicara dengan anak-anak, anak-anak berbicara dengan guru, dan
5) Belajar Kooperatif
dalam kelompok kecil. Dalam situasi ini, setiap anak dapat berpartisipasi
dalam memahami tugas, mendengarkan orang lain sebagai mitra atau teman,
tentang kerja sama juga melibatkan pembagian tanggung jawab antara guru
dan anak dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, guru
6) Demonstrasi
selama inti kegiatan, dan pada tahap akhir demonstrasi. Fokus utama guru saat
7) Pengajaran Langsung
anak.
siswa serta mengembangkan sikap positif dan keterampilan motorik, dan hal
aktif.
aspek kognitif, emosional, dan psikomotorik. Ketika siswa terlibat secara aktif
efisien.
e) Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar yang
f) Siswa dapat mengulang tes (remidi) jika tidak lulus dalam uji kompetensi.
dan efisien.
pembelajaran dimulai.
mampu.
Delay
mereka.
dan partisipasi.
5) Jika bepergian mintalah anak untuk berbicara tentang apa yang mereka lihat
dan alami.
35
B. Kerangka Konseptual
Aspek bahasa pada anak usia dini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
mereka. Kemampuan berbahasa anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif. Bahasa reseptif melibatkan kemampuan anak untuk menerima
pesan atau informasi dari orang lain dalam bentuk suara, sementara bahasa ekspresif
perasaan. Dalam aspek bahasa, terdapat kriteria perkembangan yang sesuai dengan
usia anak.
Keterlambatan berbicara, atau sering disebut speech delay, adalah istilah yang
dengan jelas, serta sering menggunakan bahasa non verbal atau menunjuk untuk
menyampaikan maksudnya.
khususnya aspek perkembangan bicara dan bahasa anak serta untuk mengetahui
36
kesulitan dalam menyusun kalimat secara efektif, mengatur kata-kata dengan tepat,
lisan yang kemudian dihimpun dan dicatat di kertas, papan tulis, atau media lainnya.
Selain itu, guru dapat memberikan akses kepada anak untuk beragam buku menarik,
meminta anak untuk berbicara tentang apa yang mereka lihat dan alami saat
bepergian. Selain itu, penting juga untuk memotivasi anak agar berinteraksi dan
Aspek
Kebutuhan
Perkembangan
Komunikasi
Bahasa
Bahasa
Reseptif Ekspresif
Mendengarkan Berbicara
dan Membaca
METODOLOGI PENELITIAN
dengan tujuan mendapatkan data yang dapat dianalisis dan diolah. Dalam kata lain,
kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif sehingga tidak melibatkan angka
atau statistik. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah mengkaji fenomena dalam suatu
gejala yang memiliki karakteristik yang mirip untuk membentuk teori-teori yang
keadaannya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan cara
38
langsung ke lapangan untuk meneliti strategi guru dalam mengembangkan
di RA Gerhana Alauddin.
Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian studi
sistem yang terbatas (kasus) yang ada dalam kehidupan nyata, atau sistem yang
terikat secara ganda (multiple: sistem yang terikat (kasus)) dari waktu ke waktu,
melalui pengumpulan data yang terperinci dan mendalam yang melibatkan berbagai
dokumen, dan melaporkan deskripsi kasus serta tema kasus. Ciri khas studi kasus
kualitatif yang baik adalah menyajikan pemahaman kasus yang mendalam (Creswell,
2013). Penggunaan jenis penelitian ini dengan alasan bahwa fokus dalam penelitian
ini adalah strategi guru dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak yang
mengatasi permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Adanya jenis penelitian studi
kasus juga dapat membantu dalam menguraikan dengan lebih mendalam dan
terperinci mengenai kasus yang dirasakan oleh informan kunci, sehingga masalah
39
40
B. Deskripsi Fokus
Deskripsi fokus mengacu pada elemen yang menjadi pusat perhatian utama
jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang terungkap dalam penelitian. Fungsi
dari deskripsi fokus adalah sebagai panduan yang memungkinan penelitian untuk
terbatas pada variabel atau topik tertentu yang mendalam, menghindari hambatan
yang mungkin timbul akibat cakupan yang terlalu luas. Dalam penelitian ini, peneliti
C. Lokasi Penelitian
penelitian akan dilaksanakan. Dalam konteks ini, penelitian yang dilakukan oleh
beroperasi pada tahun 2019 di atas tanah wakaf dengan luas 750 m 2 yang terletak di
dalam rentang waktu Oktober hingga Desember 2023. Penulis memutuskan untuk
41
subjek penelitian yang cocok dengan karakteristik dan fokus penelitian yang ingin
diteliti oleh penulis. Selain itu, lokasi ini juga mempermudah penulis dalam
berikut:
1. Anak yang mengalami keterlambatan berbicara (speech delay) yang berusia 3 dan
3,5 tahun, padahal pada rentang usia ini seharusnya sudah mampu berbicara
dengan lancar.
mencakup pengkajian satu unit secara intensif. Rancangan model studi kasus yang
digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus instrumental tunggal (the single
instrumental case study). Studi kasus instrumental tunggal yaitu peneliti berfokus
pada suatu isu dan kemudian memilih satu kasus untuk menggambarkan isu tersebut
(Creswell, 2013). Penggunaan rancangan model studi kasus ini dengan alasan bahwa
fokus dalam penelitian ini hanya pada strategi guru dalam mengembangkan
di RA Gerhana Alauddin.
42
Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan permasalahan dalam
wawancara serta dokumentasi berupa pencatatan, foto, dan informasi lainnya selama
pelaksanaan penelitian.
1. Observasi
Para ilmuwan hanya dapat melakukan karya berdasarkan data, termasuk fakta-fakta
tentang dunia yang diperoleh melalui observasi. Data ini dikumpulkan dengan
kecil (seperti proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (seperti objek-objek di
diobservasi disebut situasi sosial, yang terdiri dari tiga komponen (Sugiyono, 2013),
yaitu:
a. Place, di mana interaksi dalam situasi sosial berlangsung dikenal juga sebagai
b. Actor adalah individu yang terlibat dalam tindakan atau orang-orang yang
c. Activity, atau aktivitas yang dilakukan oleh pelaku dalam konteks sosial yang
sedang berjalan.
penelitian yang melibatkan aktivitas manusia, proses kerja, fenomena alam, dan
ketika jumlah responden yang diamati tidak terlalu banyak. Salah satu bentuk
observer), di mana peneliti melakukan pengamatan dari perspektif yang lebih objektif
mengamati perilaku berbahasa anak, serta interaksi antara pendidik dan anak yang
delay).
2. Wawancara
penelitian. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
Menurut Lincoln and Guba yang dikutip Rifa’i Abubakar, bahwa tahapan
b. Menyiapkan topik utama masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan atau
instrumen penelitian sebagai pedoman untuk wawancara, maka peneliti juga dapat
menggunakan alat bantu seperti buku catatan, tape recorder, kamera, dan material
3. Dokumentasi
teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data jumlah
anak RA Gerhana Alauddin dan pengambilan foto kegiatan anak dengan guru pada
2. Menerapkan Kepala
metode cerita Sekolah
untuk Guru
mengembangkan
kemampuan
berbicara anak
yang mengalami
keterlambatan
berbicara (speech
delay)
Evaluasi dalam 1. Melakukan follow Kepala
mengembangkan up (tindak lanjut) Sekolah
kemampuan mengenai Guru
berbicara anak kemampuan
yang mengalami berbicara anak
keterlambatan yang mengalami
berbicara (speech keterlambatan
delay) berbicara (speech
delay)
Keterangan:
W : Wawancara
O : Observasi
D : Dokumentasi
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian merujuk pada tempat di mana data ditemukan
atau diambil. Sumber data dalam penelitian dapat berasal dari sumber data primer dan
juga sumber data sekunder. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
sebagai alat pengumpulan data, maka sumber data disebut sebagai responden, yaitu
47
peneliti, baik melalui lisan maupun tulisan. Di sisi lain, ketika peneliti menerapkan
metode observasi, sumber data dapat berupa objek, pergerakan, dan kejadian.
1. Data Primer
lapangan oleh peneliti atau individu yang terlibat dalam penelitian. Data primer
merupakan informasi yang berasal langsung dari sumber utama dan asli,
menggambarkan data otentik dari objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
data primer adalah hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang menangani
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber informasi yang berasal dari sumber kedua atau
informasi pendukung dalam penelitian. Dalam konteks penelitian ini, data sekunder
melibatkan berbagai jenis dokumen seperti data dan literatur yang berkaitan dengan
topik pembahasan.
D. Peran Peneliti
dimaksud dalam hal ini yaitu peneliti mengamati secara langsung bagaimana strategi
mencegah penggunaan data yang tidak sah dalam penelitian. Uji keabsahan data
bertujuan untuk memvalidasi data yang sedang diuji dan memastikan bahwa data
data dan sumber data yang tersedia. Jika peneliti melakukan pengumpulan data
49
dengan cara triangulasi, maka sebenarnya peneliti telah mengumpulkan data dan
teknik pengumpulan data dan sumber data dengan penjelasan (Sugiyono, 2013),
sebagai berikut:
1. Triangulasi Teknik
yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai sumber data yang
2. Triangulasi Sumber
berbeda-beda dengan teknik yang sama guna menjamin validitas data dalam
penelitian ini, peneliti akan memeriksa konsistensi antara data yang dihasilkan dari
observasi dengan hasil wawancara kepada guru dan kepala RA Gerhana Alauddin.
Apakah hasil wawancara yang didapatkan sama dengan hasil pengamatan peneliti.
F. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan model Miles dan
1. Reduksi data merujuk pada tindakan merangkum, memilih elemen inti, fokus
pada aspek yang signifikan, mengidentifikasi tema dan pola, serta menghilangkan
50
Reduksi Data
Antisipatori Selama Sesudah
Gambar 3.2 Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman (flow model)
BAB IV
A. Hasil Penelitian
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Data-data ini diperoleh melalui metode
di RA Gerhana Alauddin
51
52
bicara yang ideal ataupun dengan anak seusianya, kedua subjek tersebut
delay). Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Hurlock yang mengatakan
berbicara (speech delay) (Nahri, 2019). Cuplikan hasil wawancara dengan guru
ini:
Jadi dari hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa kondisi
mengalami perkembangan sesuai harapan, namun ada pula yang belum mencapai
tepat untuk anak sesuai dengan kondisi perkembangan mereka (Lampiran 14).
“asesmen yang kami lakukan sehingga kami katakan kedua anak tersebut
mengalami keterlambatan berbicara yaitu kami lihat dari perkembangan
bahasa ekspresif dan reseptif anak secara langsung dan kami juga
menggunakan KPSP anak untuk melihat perkembangan anak”. (Lamp. 7,
no. 5, hal. 108)
“hasil asesmen yang kami lakukan, kami sampaikan juga ke orang tua
anak mengenai perkembangan bahasa anak tersebut, orang tuanya juga
na sadari ji kalau lambat perkembangan bahasanya anaknya, dan faktor
yang menyebabkan anak lambat berbicara karena kurang komunikasinya
dengan orang tuanya serta pengaruh pola asuh orang tua mereka, seperti
nak Aidil itu kebiasaan orang tuanya di rumah selalu na kasih HP karena
Ayahnya sibuk kerja dan Ibunya sendirian kerja pekerjaan rumah jadi
kalau rewel aidil langsung ji dikasih HP supaya diam, kalau nak Ainun,
Ayahnya kerja diluar kota dan ibunya memang tidak banyak bicara jadi
dari kecil Ibunya bilang kalau selalu dikasih tontonan di TV ataupun HP
kalau rewel ataupun makan dan tontonannya itu bukan bahasa Indonesia
tapi bahasa inggris dan Ainun memiliki adik jadi Ibunya sibuk juga urus
adiknya”. (Lamp. 7, no. 18, hal. 115)
Jadi dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan guru yang
dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa asesmen yang dilakukan oleh guru
delay). Hal ini dapat dilihat dari perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif
Perkembangan (KPSP) anak (Lampiran 14). Hasil asesmen yang guru lakukan,
guru sampaikan kepada orang tua kedua subjek mengenai perkembangan bahasa
mereka. Orang tua kedua subjek juga menyadari bahwa perkembangan bahasa
komunikasi dengan orang tua serta pengaruh dari pola asuh seperti pola asuh
Ibunya sendirian menangani pekerjaan rumah jadi ketika subjek rewel, subjek
hampir sama dengan subjek pertama yaitu melibatkan HP dan televisi karena
Ayahnya bekerja di luar kota dan Ibunya cenderung tidak banyak berbicara jadi
sejak kecil subjek selalu diberikan tontonan yang menggunakan bahasa Inggris
bukan bahasa Indonesia di HP atau televisi saat rewel atau makan dan subjek
kedua juga memiliki adik sehingga Ibunya sibuk mengurus adik subjek.
dengan guru mengenai asesmen yang dilakukan. Hasil observasi dan wawancara
dengan guru juga dapat menggambarkan ciri-ciri dan faktor penyebab anak
a. Subjek Pertama
dilakukan pada subjek saat berada di sekolah dan bermain serta belajar,
kurang jelas dan intonasi suara yang sangat pelan atau kecil yang kadang sulit
55
baik seperti artikulasi subjek kurang jelas dan intonasi suara subjek pelan atau
delay) yaitu kurangnya komunikasi subjek dengan kedua orang tuanya ketika
di rumah karena sibuk bekerja dan pengaruh pola asuh orang tua subjek yang
menangani pekerjaan rumah jadi ketika subjek rewel, subjek akan diberikan
b. Subjek Kedua
enggan untuk berbicara dan bersikap acuh dengan sekitarnya dan juga lebih
sering menggunakan bahasa non verbal. Hal tersebut juga dapat diungkapkan
oleh guru subjek pada hasil wawancara dengan guru dibawah ini:
“…..kalau nak Ainun orang tuanya sibuk Ayahnya kerja jadi jarang di
rumah karena kerja di luar kota dan Ibunya sibuk urus adiknya jadi
kurang komunikasinya di rumah dan faktor pola asuhnya juga”.
(Lamp. 7, no. 19, hal. 115)
Jadi dari hasil observasi dan wawancara dengan guru dapat
dan cenderung lebih suka bermain sendiri, jika ada teman yang mendekatinya
biasanya subjek akan menjauh atau menangis dan tidak jarang subjek
sibuk terutama Ayahnya yang jarang dirumah karena bekerja di luar kota serta
menyampaikan hasil asesmen kepada orang tua, guru juga melibatkan orang tua
kerja sama antara guru dan orang tua. Adapun upaya yang guru lakukan dalam
melibatkan orang tua kedua subjek yaitu memberitahu strategi yang guru
terapkan di sekolah agar orang tua juga menerapkan hal tersebut di rumah ketika
bersama subjek.
setiap anak dan hal ini dilakukan agar guru dan kepala sekolah bisa melakukan
tindakan yang akan diberikan kepada anak jika terdapat anak yang kondisi
kepala sekolah mengenai strategi yang tepat untuk menangani kedua subjek yang
Sebagaimana cuplikan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru berikut
ini:
“iya saya mengetahui strategi yang diterapkan oleh guru karena saya
melakukan diskusi terlebih dahulu bersama guru sebelum guru
menerapkan strategi tersebut”. (Lamp. 8, no. 8, hal. 120)
“iya kepala sekolah mengetahui strategi yang saya berikan kepada anak
yang lambat berbicara karena kami melakukan diskusi terlebih dahulu
sebelum saya terapkan strategi tersebut”. (Lamp. 7, no. 22, hal. 117)
Jadi dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah dan guru melakukan diskusi bersama terlebih
sehingga kepala sekolah mengetahui strategi yang guru berikan kepada kedua
subjek.
delay). Cuplikan wawancara dengan guru dibawah ini merupakan strategi yang
diterapkan oleh guru untuk melatih dan menstimulus kemampuan bicara kedua
subjek:
“strategi ini sudah kami terapkan selama satu tahun”. (Lamp. 7, no. 8,
hal. 110)
“frekuensi diterapkannya strategi ini setiap hari, setiap hari kami
terapkan untuk melatih kemampuan perkembangan bahasa anak disini”.
(Lamp. 7, no. 9, hal. 110)
“lama durasi yang kami butuhkan untuk menerapkan strategi untuk
tangani anak yang lambat berbicara itu 10-20 menit”. (Lamp. 7, no.10,
hal. 110)
“disini tidak ada kelas khusus diterapkan dikelas saja dan seperti yang
saya bilang tadi disini juga tidak ada psikolog atau guru khusus untuk
tangani anak yang lambat bicara hanya guru kelas yang tangani anak
tersebut, kami melakukan penanganan sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman mengajar saja”. (Lamp. 7, no. 11, hal. 111)
“Strategi yang pertama yaitu memperbaiki pengucapan kata anak saya
terapkan setiap saat ketika anak menggunakan bahasa bayi seperti dia
mengucapkan kata minum dengan mimo maka saya mengulangi kata itu
dengan kata minum supaya na ingat anak pengucapan kata yang
benarnya, kemudian strategi yang kedua yaitu mengajak anak berbicara
saya terapkan juga setiap saat baik itu sebelum belajar, pada saat
belajar, maupun istirahat saya terapkan seperti bertanya kepada anak
bawa bekal apa hari ini kemudian menunggu anak menjawab pertanyaan
tersebut, strategi yang ketiga yaitu memberikan media buku bergambar
saya terapkan pada saat belajar ketika teman-temannya mengerjakan
tugas yang saya berikan, kedua anak yang mengalami speech delay saya
berikan media buku bergambar agar melatih dan menambah kosa kata
anak strategi ini saya terapkan 1-2 kali saja agar kedua anak tidak terlalu
tertinggal pelajaran dengan teman-temannya, strategi yang keempat yaitu
membacakan dogeng strategi ini saya terapkan pada saat belajar tapi
kadang juga saya terapkan pada saat anak-anak selesai senam strategi ini
saya gabung anak-anak speech delay kemudian ketika saya bertanya
kepada anak-anak tentang dogeng yang saya bacakan saya menunggu
semua anak-anak merespon kemudian saya mengkhususkan pertanyaan
kepada anak yang mengalami speech delay untuk menjawab ketika
artikulasinya kurang jelas maka saya mulai membimbing anak untuk
mengucapkan kata dengan artikulasi yang lebih jelas.” (Lamp. 7, no. 12,
hal. 111)
Jadi dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan guru dapat
disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan oleh guru untuk melatih dan
61
pengucapan kata anak, merespon pembicaraan anak, mengajar anak untuk tidak
hanya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh guru,
karena tidak ada psikolog atau guru khusus dalam mengembangkan kemampuan
Strategi yang diterapkan oleh guru sudah diterapkan selama satu tahun.
yang keliru, merespon pembicaraan anak guru, dan mengajar anak untuk tidak
menggunakan bahasa non verbal diterapkan guru setiap hari dan untuk strategi
1-2 kali dalam satu minggu (Lampiran 5) dan durasi yang diperlukan untuk
terdapat psikolog atau guru khusus untuk menangani anak yang mengalami
berbicara diterapkan setiap hari, baik sebelum proses belajar mengajar, belajar,
maupun istirahat guru terapkan seperti bertanya kepada anak bawa bekal apa hari
ini lalu guru menunggu respon anak ketika anak menjawab dengan bahasa bayi
guru akan mengulangi kata tersebut dengan pengucapan kata yang benar.
Kemudian strategi memberikan media buku bergambar guru terapkan pada saat
melatih pengucapan kata dan menambah kosa kata anak. Strategi ini diterapkan
1-2 kali dalam satu minggu agar anak tidak tertinggal pelajaran dengan teman-
menerapkan strategi ini pada saat proses belajar mengajar atau pada saat anak-
anak selesai melakukan kegiatan senam bersama. Pada strategi ini guru
dengan anak yang mengalami keterlambatan berbicara (speech delay) tetapi pada
saat guru selesai membacakan dogeng guru lebih fokus melakukan tanya jawab
melatih dan membimbing pengucapan artikulasi kata anak agar lebih jelas ketika
berbicara.
63
berbicara kedua subjek, kepala sekolah dan guru melakukan evaluasi untuk
delay) atau belum. Berikut ini merupakan cuplikan hasil wawancara dengan
Jadi dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru
dapat disimpulkan bahwa follow up (tindak lanjut) yang dilakukan yaitu dengan
KPSP anak sebelum dan setelah diterapkan strategi untuk mengetahui apakah
15).
perkembangan berbicara kedua subjek setelah rutin diberikan strategi selama satu
dengan guru:
64
meskipun dia ucapkan secara perlahan jika dia ucapkan terlalu cepat artikulasinya
kurang jelas kembali. Subjek kedua juga menunjukkan perubahan seperti sudah
berdasarkan KPSP yang telah guru lakukan kedua subjek mengalami perubahan
15).
B. Pembahasan
di RA Gerhana Alauddin
tidak sesuai dengan perkembangan bicara teman sebayanya. Subjek pertama yang
merupakan anak laki-laki berusia 3 tahun ketika berbicara subjek belum mampu
mengungkapkan kalimat dengan baik atau artikulasi subjek kurang jelas seperti
kata “saya” dia sebut “aya”, “makan” dia sebut “mamam”, dan “minum” dia sebut
”mimo”, serta intonasi suara subjek juga sangat kecil yang terkadang sulit untuk
dipahami. Sedangkan subjek kedua merupakan anak perempuan berusia 3,5 tahun
di mana subjek sering menggunakan bahasa non verbal ketika berbicara seperti
dengan guru masalah yang dialami subjek adalah keterlambatan berbicara (speech
delay). Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Hurlock yang mengatakan
bahwa apabila kemampuan berbicara anak tidak sama atau tidak sesuai dengan
anak-anak seusianya atau sebayanya, maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut
dokumentasi, dan wawancara yang dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:
66
a. Asesmen
sebelum anak diberikan pembelajaran atau sesudah dari hasil deteksi dini
Skrining Perkembangan (KPSP) anak (Lampiran 14). Dari hasil asesmen yang
delay).
dukungan perkembangan dan memenuhi kebutuhan anak yang lebih baik dan
optimal (Purnama & Hayati, 2023). Sehingga hasil asesmen yang dilakukan
oleh guru penting untuk disampaikan ke orang tua anak dengan tujuan agar
67
(speech delay).
komunikasi antar subjek dengan orang tua serta pola asuh yang diberikan oleh
orang tua subjek. Pola asuh subjek pertama melibatkan pemberian HP karena
Ayahnya sibuk bekerja dan Ibunya sendirian menangani pekerjaan rumah jadi
Sedangkan pola asuh subjek kedua hampir sama dengan subjek pertama yaitu
melibatkan HP dan televisi karena Ayahnya bekerja di luar kota dan Ibunya
cenderung tidak banyak berbicara jadi sejak kecil subjek selalu diberikan
atau televisi saat rewel atau makan dan subjek kedua juga memiliki adik
speech delay fungsional dimana gangguan ini bersifat ringan yang umumnya
timbul akibat kurangnya rangsangan dan pola asuh (Budiarti et al., 2023).
68
yang guru lakukan dalam melibatkan orang tua kedua subjek yaitu
memberitahu strategi yang guru terapkan di sekolah agar orang tua juga
seperti anak-anak yang lain di dalam kelas. Adapun strategi guru dalam
dilihat dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara yang dilakukan peneliti
standar sehingga dapat dipahami oleh orang lain, jika bunyi kata yang
69
diucapkan tidak sesuai standar pendengar akan kesulitan memahami kata yang
delay) yang dimaksud yaitu jika ada kata yang keliru yang diucapkan oleh
anak seperti ketika anak mengucapkan kata “makan” dengan kata “mamam”
maka guru memperbaiki kata yang diucapkan anak tersebut dengan cara
mengulangi pengucapan kata yang benar yaitu “makan” agar anak mengingat
pengucapan kata yang benar. Selain itu, penanganan yang dilakukan oleh guru
bahasa yang diucapkan, serta memperbaiki pengucapan kata anak yang keliru
(Lampiran 5).
Komunikasi efektif yang dimaksud yaitu dimana pengucapan kata yang jelas
70
kata dengan benar akan membantu anak memahami struktur bahasa, hal ini
akan membentuk dasar yang kuat untuk pemahaman bahasa yang lebih tepat
(Sarnoto, 2022).
mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan secara lisan (Husna & Eliza,
2021). Ketika orang tua mengajak anak berbicara, maka akan timbul proses
disekitar anak atau kegiatan menarik yang sudah dilakukan anak, membantu
mengasah kemampuan anak melafalkan suatu kata dengan benar terhadap apa
anak (Lampiran 5). Dari teori dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kemampuan bahasa anak usia dini secara efektif dan efisien.
gambar yang ada didalam buku tersebut (Yulianti, Lubis, Jasmani, & Eliza,
2023).
delay) yang ketiga yaitu memberikan media seperti buku bergambar mewarnai
dahulu, setelah mewarnai guru akan melakukan tanya jawab kepada anak
mewarnai ini juga dapat memperkuat daya ingat anak (Lampiran 5).
72
Dari teori dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
d. Membacakan Dogeng
Dogeng adalah media yang cocok dan orang tua serta pendidik dapat
dengan membacakan dogeng kepada anak namun guru tidak hanya fokus
membacakan dogeng tetapi guru juga melakukan tanya jawab kepada anak
dibacakan (Lampiran 5). Hal ini dilakukan agar anak mampu mengungkapkan
Dari teori dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
melakukan evaluasi berupa tindak lanjut (follow up) untuk mengetahui apakah
kedua subjek atau belum. Evaluasi pada anak usia dini pada hakikatnya dilakukan
akurat, sehingga dapat diberikan strategi pembelajaran yang tepat. Hasil evaluasi
dapat berbentuk angka atau uraian tentang kenyataan yang terdapat pada materi
dilakukan peneliti dan hasil Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) anak
pada awal pembelajaran terdapat hal yang perlu dilatih dalam perkembangan
bahasa yaitu pada subjek pertama, subjek belum mampu mengungkapkan kalimat
dengan baik seperti artikulasi subjek kurang jelas dan intonasi suara subjek pelan
atau kecil sehingga harus dekat dengan subjek ketika berbicara dengannya.
menggunakan bahasa non verbal dan ketika keinginannya tidak dituruti subjek
kedua subjek belum mengenal nama-nama hewan dan belum mengenal nama-
Setelah kedua subjek diberikan strategi oleh guru untuk melatih dan
dalam berbicara pada kedua subjek seperti subjek pertama sudah mulai
perlahan jika dia ucapkan terlalu cepat artikulasinya kurang jelas kembali. Subjek
Pra Skrining (KPSP) anak sebelum dan setelah diberikan strategi, kedua subjek
sudah mampu mengenali nama-nama hewan tanpa bantuan dan mengetahui nama-
A. Kesimpulan
berbicara (speech delay) dapat disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan oleh
keterlambatan berbicara (speech delay) yaitu dengan cara memperbaiki kosa kata
anak jika ada yang keliru, mengajak anak untuk berbicara, menggunakan media
dilakukan guru sebelum dan setelah diberikan strategi ternyata terdapat perubahan
75
76
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah
(2022). Indonesia.
Fauzia, W., Meiliawati, F., & Ramanda, P. (2020). Mengenali dan Menangani Speech
Delay Pada Anak. Jurnal Al-Shifa, 1(2), 102–110.
https://doi.org/10.32678/alshifa.v1i2
Hanurawan, F. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hartati, S., Damayanti, E., T, M. R., & Patiung, D. (2021). Peran Metode Bercerita
Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo:
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 8(2), 78–86.
https://doi.org/10.21107/pgpaudtrunojoyo.v8i2.10513
Haryanto, I. S. (2019). Pengantar Identifikasi dan Asesmen Suatu Tinjauan Anak
Berkebutuhan Khusus (Revisi). Yogyakarta: UNY Press.
Husna, A., & Eliza, D. (2021). Strategi Perkembangan dan Indikator Pencapaian
Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif pada Anak Usia Dini. Jurnal Family
Education, 1(4), 38–46. https://doi.org/10.24036/jfe.vli4.21
Kholilullah, Hamdan, & Heryani. (2020). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini.
Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial Dan Keagamaan, 10(1), 75–94. Retrieved
from https://www.ejournal.an-nadwah.ac.id/index.php/aktualita/article/view/163
Lubis, H. Z. (2018). Metode Pengembangan Bahasa Anak Pra Sekolah. Jurnal
Raudhah, 6(2), 1–21. https://doi.org/10.30829/raudhah.v6i2.277
Madyawati, L. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Kencana.
Mahmudianati, N., Ariani, M., & Hestiyana, N. (2023). Kecemasan Orang Tua
Berdasarkan Kejadian Speech Delay Pada Balita Di RSUD Ulin Banjarmasin.
Journal of Health (JoH), 10(1), 19–29. https://doi.org/10.30590/joh.v10n1.537
Mardiah, L. Y., & Ismet, S. (2021). Implementasi Metode Bernyanyi dalam
Mengembangkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-6 tahun. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(1), 402–408. https://doi.org/10.31004/jptam.v5i1.962
Musi, M. A., & Winata, W. (2017). Efektivitas Bermain Peran Untuk Pengembangan
Bahasa Anak. Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, Dan Pembelajaran, 1(2), 93–
104. https://doi.org/10.26858/pembelajar.v1i2.4418
Nahri, V. H. (2019). Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak Usia Dini.
Skripsi. Surakarta: Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
79
Nilawati, E., & Suryana, D. (2017). Gangguan Terlambat Bicara (Speech Delay) dan
Pengaruhnya Terhadap Social Skill Anak Usia Dini. Laporan Penelitian.
Padang: Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri
Padang.
Purnama, S., & Hayati, M. (2023). Asesmen Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
(Edisi Revi). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama
Republik Indonesia.
Rahim, N., Yuhasriati, & Fauzia, S. N. (2021). Strategi Guru dalam Mengembangkan
Kemampuan Berbicara Anak yang Speech Delay di PAUD Kasya Ulee Kareng
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 1–10.
Ramli, I. N. (2020). Penanganan Anak Speech Delay Menggunakan Metode
Bercerita di KB Al-Azkia Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Skripsi.
Purwokerto: Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto.
Sardi, M., Suryana, D., & Mahyuddin, N. (2023). Studi Kasus Strategi dalam
Menangani Speech Delay Anak di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 07
Aceh Selatan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(1), 2154–2158.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v5i1.11280
Sari, R. P., & Nuryani. (2020). Analisis Keterlambatan Berbicara (Speech Delay)
Pada Anak Study Kasus Anak Usia 10 Tahun. Jurnal Konfiks: Jurnal Bahasa,
Sastra Dan Pengajaran, 7(1), 9–15. https://doi.org/10.26618/konfiks.v7i1.2963
Sarnoto, A. Z. (2022). Komunikasi Efektif pada Anak Usia Dini dalam Keluarga
Menurut Al-Qur’an, 6(3), 2359–2369. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1829
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syamsuardi, Rusmayadi, R, S. R., & Parwoto. (2022). Digital Talking Media:
Conversation Strategy in Improving Children’s Speaking Skills in Early
Childhood Education Services. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha,
10(3), 498–505. https://doi.org/10.23887/paud.v10i3.53353
Taqiyah, D. B., & Mumpuniarti. (2022). Intervensi Dini Bahasa dan Bicara Anak
Speech Delay. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 3992–
4002. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2494
Tiara. (2020). Strategi Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Pada Anak
RA An-Najwan Kecamatan Wampu. Skripsi. Sumatera Utara: Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Umah, R. Y. H. (2017). Gadget dan Speech Delay: Kajian Perkembangan
80
81
82
berbicara Sekolah
Guru
3. Memberikan Kepala
media buku Sekolah
bergambar Guru
4. Membacakan Kepala
dogeng Sekolah
Guru
Evaluasi dalam 1. Melakukan follow Kepala
mengembangkan up (tindak lanjut) Sekolah
kemampuan mengenai Guru
berbicara anak kemampuan
yang mengalami berbicara anak
Keterangan:
W : Wawancara
O : Observasi
D : Dokumentasi
84
a. Tanggal Observasi :
b. Sumber Informasi :
c. Observer :
d. Inisial Nama Anak :
1.
1.
1.
85
d. Membacakan dogeng
1.
86
Identitas:
a. Tanggal Observasi :
b. Sumber Informasi :
c. Observer :
d. Inisial Nama Anak :
No. Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak
1. Tanpa bimbingan, petunjuk, atau bantuan Anda, dapatkah anak
menyebut 4 gambar di antara gambar-gambar di bawah ini
dengan benar?
Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai.
Identitas:
a. Tanggal Observasi :
b. Sumber Informasi :
c. Observer :
d. Inisial Nama Anak :
No. Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak
1. Tunjukkan anak gambar di bawah ini dan tanyakan:
“Mana yang dapat terbang?”
“Mana yang dapat mengeong?”
“Mana yang dapat bicara?”
“Mana yang dapat menggonggong?”
“Mana yang dapat meringkik?”
Apakah anak dapat mengenali dan menyebut 2 kegiatan yang
sesuai?
makan
“Apa yang kamu lakukan bila kamu merasa haus?” Jawaban:
minum
Apakah anak dapat menjawab 3 pertanyaan dengan benar
tanpa gerakan dan isyarat?
3. Minta anak untuk menyebut 1 warna. Dapatkah anak menyebut
1 warna dengan benar?
89
Alauddin?
d. Membacakan dogeng
Identitas:
d. Membacakan dogeng
Identitas:
No. Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak
1. Tanpa bimbingal, petunjuk, atau bantuan Anda, dapatkah anak
menyebut 4 gambar di antara gambar-gambar di bawah ini
dengan benar?
Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai.
√
susu”?
106
Identitas:
No. Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak
1. Tunjukkan anak gambar di bawah ini dan tanyakan:
“Mana yang dapat terbang?”
“Mana yang dapat mengeong?”
“Mana yang dapat bicara?”
“Mana yang dapat menggonggong?”
“Mana yang dapat meringkik?” √
Apakah anak dapat mengenali dan menyebut 2 kegiatan yang
sesuai?
berbaring, istirahat
“Apa yang kamu lakukan bila kamu merasa lapar?” Jawaban:
makan
107
7. Strategi apa saja yang diberikan untuk Strategi yang kami berikan
mengembangkan kemampuan berbicara untuk anak yang mengalami
anak yang mengalami keterlambatan keterlambatan berbicara yaitu
berbicara (speech delay) di RA Gerhana sering mengajak anak berbicara,
Alauddin? memperbaiki pengucapan
katanya anak seperti ketika anak
bilang mau minum tapi yang dia
bilang mau mimo ya kita
111
8. Sudah berapa lama ibu menerapkan strategi Strategi ini sudah kami terapkan
tersebut untuk menangani anak yang selama satu tahun.
mengalami keterlambatan berbicara
(speech delay) di RA Gerhana Alauddin?
10. Berapa lama durasi yang ibu butuhkan Lama durasi yang kami
112
11. Apakah terdapat kelas khusus pada saat Disini tidak ada kelas khusus
guru menerapkan strategi untuk menangani diterapkan dikelas saja dan
anak yang mengalami keterlambatan seperti yang saya bilang tadi
berbicara (speech delay) ataukah hanya di disini juga tidak ada psikolog
kelas saja ibu pada saat ibu menerapkan atau guru khusus untuk tangani
strategi untuk menangani anak tersebut? anak yang lambat bicara hanya
guru kelas yang tangani anak
tersebut, kami melakukan
penanganan sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman
mengajar saja.
12. Bagaimana cara ibu menerapkan strategi Strategi yang pertama yaitu
untuk menangani anak yang mengalami memperbaiki pengucapan kata
keterlambatan berbicara (speech delay) di anak saya terapkan setiap saat
kelas? Apakah ibu mengikut sertakan atau ketika anak menggunakan
menggabung anak yang tidak mengalami bahasa bayi seperti dia
keterlambatan berbicara (speech delay) mengucapkan kata minum
dengan anak yang mengalami dengan mimo maka saya
keterlambatan berbicara (speech delay) mengulangi kata itu dengan kata
pada saat ibu menerapkan strategi tersebut minum supaya na ingat anak
ataukah tidak? pengucapan kata yang benarnya,
kemudian strategi yang kedua
yaitu mengajak anak berbicara
113
13. Bagaimana respon atau reaksi anak yang Respon nak Aidil dan Ainun
mengalami keterlambatan berbicara saat diberikan penanganan
(speech delay) ketika diberikan sangat baik karena mereka
penanganan untuk mengembangkan merasa lebih diperhatikan jadi
kemampuan berbicaranya? lebih nyaman untuk na utarakan
keinginannya.
14. Pada saat mengembangkan kemampuan Kendala yang saya hadapi itu
berbicara anak yang mengalami terletak pada proses belajar anak
keterlambatan berbicara (speech delay) yang mengalami keterlambatan
apakah terdapat kendala? Kendala seperti berbicara karena tertinggal
apa yang ibu hadapi? pembelajarannya dengan teman
kelasnya.
15. Bagaimana cara ibu meminimalisir kendala Cara saya untuk meminimalisir
yang terjadi pada saat mengembangkan kendala yang terjadi yaitu saya
115
17. Menurut ibu, setelah diterapkan strategi Alhamdulillah sekarang itu ada
untuk mengembangkan kemampuan mi perubahan perkembangan
berbicara anak yang mengalami bicaranya kayak nak Aidil mulai
keterlambatan berbicara (speech delay) jelas kata yang na ucapkan tapi
apakah anak mengalami perubahan harus na ucapkan perlahan kalau
kemampuan berbicara? Jika ada, bolehkah terlalu cepat terkadang masih
ibu menjelaskan seperti perubahan yang terulang kayak kata jangan kalau
dialami oleh anak? cepat-cepat ii mau bilang kata
itu pasti na bilang angan bukan
jangan, terus kalau nak Ainun
bisa mi na bilang apa maunya
jarang mi na tunjuk-tunjuk, dan
116
18. Bagaimana cara ibu melakukan follow up Tindak lanjut yang saya lakukan
(tindak lanjut) terhadap kemampuan yaitu dengan melakukan
berbicara anak yang mengalami komunikasi dengan anak seperti
keterlambatan berbicara (speech delay) bertanya kemudian saya melihat
setelah menerapkan strategi tersebut? respon anak tersebut, saya juga
mengecek kembali KPSP anak
untuk melihat apakah terdapat
perubahan atau belum.
19. Apakah hasil asesmen (pengamatan) anak Hasil asesmen yang kami
yang mengalami keterlambatan berbicara lakukan, kami sampaikan juga
(speech delay) disampaikan ke orang tua ke orang tua anak mengenai
anak? Bagaimana tanggapan orang tua perkembangan bahasa anak
anak? tersebut, orang tuanya juga na
sadari ji kalau lambat
perkembangan bahasanya
anaknya, dan faktor yang
menyebabkan anak lambat
117
20. Menurut ibu, apakah pelibatan orang tua Pelibatan orang tua dalam
anak yang mengalami keterlambatan mengembangkan kemampuan
berbicara (speech delay) penting untuk berbicara anak yang mengalami
mengembangkan kemampuan berbicara keterlambatan berbicara sangat
pada anak tersebut? penting karna seperti yang saya
katakan sebelumnya agar
terjalin kerja sama antar guru
118
21. Apakah upaya yang ibu lakukan dalam Upaya yang saya lakukan dalam
melibatkan orang tua anak yang mengalami melibatkan orang tua anak yang
keterlambatan berbicara (speech delay) lambat berbicara itu seperti saya
untuk mengembangkan kemampuan beritahu strategi yang saya
berbicara anak? terapkan di sekolah seperti
sering mengajak anak berbicara,
memperbaiki pengucapan anak,
sering merespon anak ketika
anak berbicara agar orang
tuanya juga terapkan dirumah.
22. Apakah strategi yang diterapkan oleh guru Iya seperti yang saya katakan
di sekolah juga diterapkan orang tua anak sebelumnya saya beritahu
119
23. Apakah kepala sekolah mengetahui strategi Iya kepala sekolah mengetahui
yang diberikan kepada anak untuk strategi yang saya berikan
mengembangkan kemampuan berbicara kepada anak yang lambat
anak yang mengalami keterlambatan berbicara karena kami
berbicara (speech delay)? melakukan diskusi terlebih
dahulu sebelum saya terapkan
strategi tersebut.
25. Apakah pihak lembaga melakukan evaluasi Bentuk evaluasi yang dilakukan
pada capaian kemampuan berbicara anak seperti melihat perkembangan
yang mengalami keterlambatan berbicara bahasa anak di kelas dan
(speech delay) seperti apa bentuk evaluasi membandingkan kembali KPSP
yang dilakukan? yang telah dilakukan kepada
anak sebelum dan setelah
diberikan strategi untuk
mengetahui apakah
perkembangan bahasa anak
mulai berkembang atau belum.
7. Apakah guru melakukan diskusi dengan Iya saya dan guru kelas
ibu sebelum menerapkan strategi untuk melakukan diskusi terlebih dahulu
mengembangkan kemampuan berbicara sebelum diterapkan strategi untuk
anak yang mengalami keterlambatan mengembangkan kemampuan
berbicara (speech delay) di RA Gerhana berbicara anak yang mengalami
Alauddin? keterlambatan berbicara.
8. Apakah ibu mengetahui strategi yang Iya saya mengetahui strategi yang
diterapkan oleh guru untuk diterapkan oleh guru karena saya
mengembangkan kemampuan berbicara melakukan diskusi terlebih dahulu
anak yang mengalami keterlambatan bersama guru sebelum guru
berbicara (speech delay) di RA Gerhana menerapkan strategi tersebut.
Alauddin?
10. Menurut ibu, apakah strategi yang Strategi yang diterapkan oleh guru
diterapkan oleh guru mampu kelas mampu mengembangkan
mengembangkan kemampuan berbicara kemampuan berbicara anak dan
anak yang mengalami keterlambatan hal ini dapat dilihat dari hasil
berbicara (speech delay) di RA Gerhana kuesioner yang dilakukan guru
Alauddin? sebelum dan setelah anak
diberikan strategi.
11. Apakah ibu melakukan evaluasi terhadap Bentuk evaluasi yang saya
strategi yang diterapkan oleh guru untuk lakukan dengan mengecek serta
mengembangkan kemampuan berbicara melakukan perbandingan
anak yang mengalami keterlambatan kuesioner yang dilakukan guru
berbicara (speech delay) seperti apa sebelum dan setelah diberikan
bentuk evaluasi yang ibu lakukan di RA strategi kepada anak yang
Gerhana Alauddin? mengalami keterlambatan
berbicara dan memantau
perkembangan kemampuan
berbicara anak secara langsung.
124
12. Baiklah Ibu, terima kasih atas waktunya Iya sama-sama nak,
dan terima kasih telah membantu waalaikumsalam warahmatullahi
menjawab pertanyaan penelitian saya. wabarakatuh nak.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan kata
yang tidak saya sengaja pada saat proses
wawancara Bu, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh Ibu.
125
Lampiran 14. Data Hasil Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Anak
Sebelum diberikan Strategi
Lampiran 15. Data Hasil Kuesioner Perkembangan Anak Setelah diberikan Strategi
Ku
esioner Perkembangan Anak Umur 42 Bulan
137
138
139
140