Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Musbikin, 2010:35).

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan

dan perkembangan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan

emosi, kecerdasan jamak (Multiple Intelegece) maupun kecerdasan spiritual

(Suyadi dan Maulidya, 2013:17). Pendidikan dengan segala cara dan

bentuknya merupakan kebutuhan setiap makhluk bernama manusia, dan

manusia akan selalu mencari model-model atau bentuk serta sistem pendidikan

yang dapat mempersiapkan peserta didik untuk menyongsong masa depanya,

karena peserta didik adalah generasi yang akan menggantikan posisi orang

dewasa. Slamet Imam Santoso dalam (Juwariyah, 2010:1).


Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai dari hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses

diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ 16

yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan sosial, intelektual, dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Adriana,2011:3)

Setiap orang tua berkeinginan untuk dapat mengetahui perkembangan anak-

anaknya terutama perkembangan pada usia dini. Di mana anak usia dini

dikatakan sebagai masa keemasaan (golden age), karena pada masa itu

perkembangan anak-anak sangat pesat dibandingkan dengan pertumbuhannya

pada masa pra operasional. Perkembangan neurosain mempengaruhi

perkembangan sosial emosional, kognitif, termasuk juga perkembangan

bahasa.

Perkembangan bahasa anak usia dini dapat membantu anak dalam

berkomunikasi dan membantu anak untuk kesiapan memasuki pendidikan lebih

lanjut Untuk meningkatkan perkembangan-perkembangan tersebut diperlukan

optimalisasi perkembangan anak yang dapat diberikan melalui pendidikan.


Pendidikan yang diberikan meliputi pendidikan formal dan 17 pendidikan

non nonformal. Pendidikan-pendidikan tersebut dapat mengembangakan

perkembangan anak terutama perkembangan bahasa yang dapat dikembangan

melalui bercerita dan bercakap-cakap.

Bercerita merupakan salah satu hal yang disenangi anak-anak, karena

dengan mendengarkan cerita mereka dapat mengetahui hal-hal yang belum

mereka pahami. Begitu juga bercakap-cakap, tanpa disadari anak-anak sering

melakukan percakapan dengan orang-orang disekelilingnya walaupun

terkadang dengan pengolahan kalimat yang belum sempurna. Anak-anak sering

memberitahukan sesuatu yang mereka miliki maupun suatu hal yang baru

mereka ketahui kepada orang-orang di sekelilingnya.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terkait perkembangan bahasa di

KB Insan Kamil Kartasura yakni pada proses pembelajaran belum cukup

mendukung perkembangan bahasa anak sesuai dengan Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) seperti bernyanyi yang dilakukan

sebelum pembelajaran, dan tanya jawab yang dilakukan secara global. Metode

tersebut belum dapat menangani secara optimal. Hal tersebut ditandai dengan
kurangnya pengolahan kata dan kurangnya pemahaman kata atau kalimat oleh

anak. (Observasi 20 November 2017).

Persentase perkembangan bahasa pada anak usia dini di KB Insan Kamil

Kartasura Usia 2-3 tahun dengan menggunakan metode tersebut atau pra siklus

adalah sebesar 53,3% anak yang telah mencapai target 18 STPPA dan 46,6 %

anak belum mencapai target STPPA, diantaranya (Naya, Vio, Pelangi, Faqih,

Dinda, Reinan, Akhtar) (Observasi 22 November 2017).

Untuk meningkatkan perkembangan bahasa dapat dilakukan dengan metode

bercerita dan bercakap-cakap dengan anak-anak agar anak dapat lebih

memahami kata-kata dan kalimat yang mereka ucapkan yaitu meningkatkan

kemampuan bahasa, karena bahasa sangat penting untuk menunjang ia ketika

dewasa nanti.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan menjadi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode bernyanyi belum dapat mengembangkan

perkembangan bahasa anak sesuai dengan STPPA.


2. Beberapa anak belum dapat memahami suatu kata atau kalimat dengan

persentase sebesar 46,6%, yakni diantaranya (Naya, Vio, Pelangi, Faqih,

Dinda, Reinan, Akhtar)

3. Guru monoton dalam menggunakan metode pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah, perlu pembatasan masalah. Oleh karena itu

masalah ini dibatasi pada “ Meningkatkan perkembangan anak melalui

bercerita dan bercakap-cakap pada usia 2-3 tahun”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut: “Bagaimana penggunaan metode bercerita dan 19 bercakap-cakap

dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini pada anak-anak di

TK Darussalam?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini melalui bercerita dan

bercakap-cakap di TK Darussalam.
F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang perkembangan bahasa anak usia dini melalui bercerita dan

bercakap-cakap.

b. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pijakan untuk penelitian

selanjutnya yang berfokus pada tujuan untuk meningkatkan

perkembangan bahasa anak usia dini dengan bercerita dan bercakap-

cakap.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Anak:

1. Agar dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak melalui hal-hal

yang anak sukai

2. Menambah kosa kata dan pemahaman anak

3. Sebagai bekal untuk memasuki pendidikan lebih lanjut


b. Manfaat bagi Ustazah:

1. Dapat menambah wawasan atau meningkatkan kualitas untuk dapat

mengembangkan perkembangan bahasa anak dengan metode bercerita

yang lebih menarik dan menyenangkan bagi anak-anak dan bercakap-

cakap dengan anak-anak.

2. Dapat mengetahui perkembangan anak dan dapat mengetahui cela

untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak.

c. Manfaat bagi Kepala Sekolah:

1. Dapat menjadikan evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Dapat menjadikan motivasi untuk meningkatkan kuliatas pendidik dan

anak didik.

d. Manfaat bagi Lembaga:

1. Dapat lebih meningkatkan pembelajaran untuk anak yang lebih

menyenangkan

2. Meningkatkan mutu pendidikan.

3. Mencetak anak didik yang cerdas


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

A. Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

1. Perkembangan Bahasa

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai dari hasil dari proses pematangan. Di sini

menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

perkembangan sosial, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya. (Adriana,2011:3)

Menurut Bustomi (2012:20) perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi, sebagai hasil dari proses

pematangan. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi

pada diri anak dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik
(motorik), emosi, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi

dengan lingkungan) (Mursid:2015).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

perkembangan adalah proses yang dialami dengan suatu perubahan atau

bertambahnya kemampuan yang dimiliki yang tidak dapat diukur dengan

alat ukur. Perkembanagn juga merupakan suatu proses pematangan

seperti fisik motoriknya sosial emosianalnya, kecerdasan atau

kognitifnya yang merupakan hasil dari proses interaksi di sekitarnya.

Menurut Wiyani (2014:97) Perkembangan bahasa pada anak usia dini

adalah perubahan sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap

kemampuan berbicaranya itu anak usia dini bisa mengidentifikasi

dirinya, serta berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. sedangkan

menurut Mansur (2007:35) Perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan

yang dapat diramalkan secara umum sekalipun terdapat variasi diantara

anak satu dengan lainnya, dengan tujuan untuk mengembangkan

kemampuan anak berkomunikasi.


Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa perkembangan

bahasa adalah suatu proses perubahan atau proses pematangan lambang

bunyi dan mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan walaupun ada

variasi dari anak tersebut.

2. Teori Perkembangan Bahasa

Menurut Mansur (2005:37-38) teori perkembangan bahasa ada dua yaitu:

1. Teori nativis. Teori nativis ini menekankan bahwa bawaan lahir,

faktor biologis, menjadi pengaruh alamiah dan bukan bentukan.

pandangan ini lebih menekankan penerapan kemampuan anak untuk

mengerti dan menggunakan bahasa dan bukan pengaruh pada

penampilan (bagaimana dan bilamana mereka berbicara)

2. Teori kognitif. Menurut pandangan ini bahwa perkembangan bahasa

tergantung pada kemampuan kognitif tertentu, kemampuan

pengolahan informasi dan motivasi yang merupakan sifat bawaan.

Para ahli teori berpendapat bahwa anak-anak berpembawaan aktif dan

konstruktif, bahwa kekuatan internal lebih berpengaruh untuk

kreativitas, kemampuan memacahkan masalah, tes hipotesis, dan

usaha untuk menemukan peraturan-peraturan ucapan-ucapan yang

mereka dengar dibandingkan dengan kekuatan lingkungan eksternal.


Sedangkan toeri perkembangan bahasa menurut Soejiningsih

(2012:204-206)

1) Teori belajar (Learning Theory)

Prinsip dari teori ini, perkembangan bahasa adalah bentukan

hasil dari pengaruh lingkungan dan bukan karena bawaan. Teori ini

bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa

kemampuan apa-apa, sehingga perlu melakaukan proses belajar.

Proses belajar ini melalui imitasi, modeling, dan atau belajar

dengan reinforcment (Hetherington,1998, Mussen dkk,1984,

Monsk dkk,2001).

2) Teori nativitis (Nativistic Approach)

Pandangan ini menyatakan bahwa struktur bahasa merupakan

bawaan lahir, telah ditentukan secara biologis, bersifat alamiah, dan

bukan bentukan. Pelopor pandangan ini adalah Chomsky, seorang

ahli linguistik yang menyatakan bahwa manusia memiliki

mekanisme otak bawaan yang khusus untuk belajar bahasa. Jadi

dari dalam manusia sudah da innate mechanism, yaitu bahwa

bahasa seseorang itu ditentukan oleh sesatu yang ada di dalam

tubuh manusia atau sudah diprogram secara genetik.


3) Teori kognitif

Perkembangan bahasa tergantung pada kemampuan kognitif

tertentu kemampuan pengelolahan informasi, dan motivasi. Pieget

(Mussen dkk, 1984) dan pengikutnya menyatakan bahwa

perkembanagan kognitf mengarahkan kemampuan berbahasa, dan

perkembanga bahasa tergantung pada perkembangan kognitif. Dari

berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teori

perkembangan bahasa terdapat tiga teori yakni:

1. Teori nativis, yaitu teori yang berpendapat bahwa

perkembangan bahasa didapatkan melalui keturunan atau

bawaan dari sejak ia dilahirkan

2. Teori belajar, yaitu teori yang berpendapat bahwa

perkembangan bahasa tidak didapatkan dari bawaan ia lahir,

tetapi dibentuk oleh lingkungan melalui proses belajar yang

dilakukan

3. Teori kognitif, yaitu teori yang berpendapat bahwa

perkembangan bahasa dimiliki atau didapatkan tergantung

dari kognitif atau kecerdasan yang dimiliki


3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut Wiyani (2014:16-24) faktor yang mempengaruhi perkembangan

yaitu:

1.)Faktor hereditas

Faktor hereditas ini merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi perkembangan anak usia dini. Menurut penelitian,

faktor hereditas ini mempengaruhi kemampuan intelektual dan

kepribadian seseorang.

2.)Faktor lingkungan

Faktor lingkungan diartikan sebagai kekuatan kompleks dari dunia

fisik dan sosial yang mempengaruhi susunan biologis dan pengalaman

psikologis anak sejak sebelum dan sudah lahir. Faktor ini diliputi oleh

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3.)Faktor umum

Faktor umum merupakan campuran dari faktor hereditas dan faktor

lingkungan. Faktor umum yang dapat mempengaruhi perkembangan

antara lain:
a) Jenis kelamin

b) Kelenjar gondok

c) Kesehatan

d) Ras

Sedangkan menurut (Mursid:2015) ada dua faktor yang berpengaruh

terhadap perkembangan anak yakni faktor internal dan ekternal.

1.) Faktor internal (alami) adalah faktor yang diperoleh dari dalam

individu itu sendiri seperti genetika (keturunan), dan pengaruh

2.) Faktor eksternal (lingkungan) adalah faktor yang diperoleh dari

luar individu, seperti: keluarga, kelompok teman sebaya,

pengalaman hidup, kesehatan lingkugan, nutrisi, istirahat, tidur,

olahraga, status kesehatan, dan iklim atau cuaca. Dan

perkembangan bahasa menurut Yusuf (2001:121-122) dipengaruhi

oleh bebrapa faktor, yaitu:

i. Faktor kesehatan. Faktor ini merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi perkembangan bahsa anak, terutama pada usia

awal kehidupannya.
ii. Intelegence. Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari

tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya

cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas

normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami

kelambatan perkembangan bahasanya pada usia awal.

4. Status sosial ekonomi keluarga.

Beberapa studi tentang hubungna perkembangan bahasa dengan status

sosial ekomoni keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari

keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan

bahasanya dibandingakan dengan anak yang berasal dari keluarga yang

lebih baik.

5. Jenis kelamin.

Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam fokalisasi antra

pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun anak wanita

menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingakan dengan

anak pria.

6. Hubungan keluarga hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman

berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama


dengan orang tua yang belajar, melatih dan memberikan contoh

berbahasa kepada anak.

Dari berbagai faktor di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi perkembangan adalah sebagai berikut:

1.)Faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri anak

tersebut, seperti bawaan lahir ataupun keturunan

2.)Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar, seperti

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta kesehatan.

3.)Faktor umum, yakni faktor yang berasal dari lungkup umum seperti:

kecerdasan, status sosial, dan jenis kelamin

B. Metode Bercerita

1. Pengertin Metode Bercerita

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi

anak TK, dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang

dibawakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas

dari tujuan pendidikan bagi anak TK. (Moeslichatoen, 2004:157)

Menurut Fauziddin (2015:17) Cerita merupakan media yang paling tepat

untuk menyampaikan pelajaran kepada anak-anak, karena melalui media ini


si pembawa cerita dapat mengajak anak untuk membayangkan perilaku

sesorang yang menjadi tokoh idola dan menjadi panutanya.

2. Jenis-jenis Cerita

Ditinjau dari penyampaiannya cerita dapat dikategorikan menjadi 2 jenis,

yaitu bercerita tanpa menggunakan alat dan bercerita dengan menggunakan

alat.

a. Bercerita tanpa menggunakan alat yakni, pembawa cerita hanya

mengandalkan orang atau tubuh seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh

dan suara

b. Cerita dengan menggunakan alat yakni, pembawa cerita biasanya

bercerita dengan menggunakan alat peraga dengan maksud memberikan

gambaran yang tepat kepada anak untuk mengenal hal-hal yang didengar

dalam cerita, sehingga dihindari tanggapan/fantasi yang menyimpang

dari maksud cerita sebenarnya. Adapun jenis cerita meurut materi yang

disampaikan kepada anak-anak dapat dikategorikan dalam beberapa

macam,antara lain:

i. Cerita para Nabi yakni, materi cerita berisi kisah-kisah 25 Nabi utusan

Allah, mulai dari kelahiran, perjuangan dalam menjalankan tugas,

sampai wafatnya
ii. Cerita para sahabat, ulama, dan orang-orang Saleh yakni, cerita yang

berisi kisah-kisah para sahabat, ulama, dan orang-orang shaleh yang

dapat dijadikan suri teladan untuk lebih meningkatkan ketaqwaan dan

keimanan serta akhklak alkarimah

iii. Cerita Raja-raja yakni, materi cerita yang berisi kisah-kisah raja baik

yang nyata ataupun yang fiktif. Pembawa cerita dapat memancing

imajinasi anak-anak dan dibuat lebih menarik dengan hal-hal aneh

yang dapat diterima oleh anak, namun tidak berlebihan karena akan

menimbulkan kesalahpahaman pada anak

iv. Fabel yakni, materi cerita yang berisi tentang kisah-kisah binatang

atau tumbuhan yang berperilaku sperti manusia, mereka bisa berbicara

dan berinteraksi dengan manusia dan semua makhluk yang ada di

sekitarnya.

v. Cerita kehidupan sosial sehari-hari yakni, materi cerita yag diambil

dari kisah atau kejadian di sekitar anak-anak yang bisa dijadikan

pelajaran bagi anak-anak, agar mereka dapat menambah pengetahuan

dan wawasan.
3. Tujuan Cerita Bagi Anak

Sesuai dengan manfaat penggunaan metode bercerita bagi anak TK yang

telah dikemukakan, kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang

ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh

penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui cerita anak

menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita

(Moeslichatoen,2004:170).

4. Manfaat Cerita Bagi Anak

Certita dapat berpengaruh terhadap pola pikir anak. Beberapa manfaat cerita

bagi anak antara lain:

1.) Mengembangkan sikap mental yang sesuai dengan ajaran agama Islam

2.) Memahami perbuatan yang terpuji dan yang tercela

3.) Menyiapkan anak dapat hidup sebagai makhluk sosial dan masyarakat

4.) Mengembangkan kemampuan untuk berimajinasi logis dan Sistematis

5.) Mengubah sikap anak untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya

6.) Membentuk akhlak yang mulia sesuia dengan aqidah Islamiyah.


4. Macam-Macam Teknik Bercerita

Menurut Moeslichatoen (2004:158-159) ada bebrapa macam teknik

bercerita yang dapat dipergunakan antara lain:

a. Membaca langsung dari buku cerita. Teknik bercerita dengan

membacakan langsung itu sangat bagus bila guru mempunyai puisi atau

prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan

puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang

disampaikan yang dapat ditangkap anak

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku. Cerita yang

disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan

menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian

anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik

c. Menceritakan dongeng. Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang

paling lama. Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng dapat digunakan

untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak

d. Cerita dengan menggunakan papan flanel. Guru dapat membuat papan

flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna

netral, misalnya warna abu-abu. Tokoh ceritanya pun juga dibuat dari
kain flanel dengan membuat pola tokoh dan potong kain pfanel sesuai

dengan pola yang telah dibuat kemudia isi dengan dakron dan jahit

tepinya. Bonek yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan

pemegang peran tertentu

e. Dramatisasi suatu cerita yakni, dalam bercerita guru memainkan

perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anka-anak dan

merupakan daya tarik yang bersifat universal

f. Bercerita sambil memainkan jari tangan guru dapat menciptakan

bermacam-macam cerita dengan memainkan atau menggerakkan jari

tangan dengan membentuk atau mengisyaratkan sesuatu sesuai dengan

krativitas guru masingmasing

5. Hubungan Cerita dengan Perkembangan Bahasa

Menurut Musfiroh (2008:48) perkembangan bahasa meliputi berbagai

aspek linguistik seperti fonologis, morfologis, sintaksis dan wacana.

Perkembangan bahasa anak dilihat dari berbagai unsur tersebut. Cerita

dalam kontelasi ini, dimaksudkan sebagai stimulasi perkembanagan bahasa

anak secara komprehensif. Oleh karena itu cerita disampaikan melalui

bahasa, maka perkembangan aspek-aspek linguistik pun perlu memperoleh

prioritas. Selain itu, bahasa merupakan aspek yang cukup penting untuk
melihat aspek perkembanagn lain. Untuk mengembangan perkembangan

aspek bahasa anak usia dini, para orang tua maupun guru bisa menggunakan

media cerita. Melalui cerita, anak-anak akan memperoleh perbendaharaan

kata-kata baru serta bisa belajar bagaimana mereka menyusun kalimat

dengan benar. Dengan begitu, hal tersebut akan semakin merangsang

perkembangan bahasa anak semakin baik (Musbikin,2010:255)

Dengan cerita, guru dapat merangsang kemampuan berbicara anak dan

memperkaya kosakata anak, tertuama bagi anak-anak batita yang sedang

belajar berbicara. Kata-kata yang baru didengar melalui dongeng akan

semakin memperkaya kosakata dalama berbicara, sehingga secara tidak

langsung kita telah mengajarkan perbendaharaan kata yang banyak kepada

anak melalui cerita. Bagi anak-anak usia dini, cerita juga bisa melatih dan

memperkaya kemampuan berbahasa dan memahami struktur kalimat yang

lebih kompleks. terkandung didalamnya, seperti bercerita pada masa Nabi

dan masa yang akan datang (Kiamat).

1. Kelebihan dan Kekurangan Metode bercerita

Sadiman dalam Cendikia (2013:23) kelebihan dan kekurangan metode

bercerita yakni:
a. Kelebihan metode bercerita

i. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.

ii. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan

efesian.

iii. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.

iv. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.

b. Kekurangan metode bercerita

i. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak, mendengarkan atau

menerima penjelasan dari guru

ii. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan

siswa untuk mengutarakan pendapatnya

iii. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah

sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita

iv. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya

tidak menarik.

C. Metode Bercakap-cakap

1. Pengertian Metode Bercakap-cakap

Bercakap-cakap itu mempunyai arti Saling mengkomunikasikan pikiran,

perasaan, dan kebutuhan secara verbal, juga mewujudkan kemampuan


bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Menurut Moeslichatoen (2004:92)

Bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dengan guru

atau anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Kegiatan

monolog dilaksanakan dikelas dengan cara seorang anak berdiri didepan

kelas atau di tempat duduknya mengungkapkan segala sesuatu yang

diketahui, dimiliki, dan dialami atau menyatakan perasaan tentang sesuatu

yang memberikan pengalaman yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan. Atau menyatakan keinginan untuk memiliki sesuatu dan

melakukan sesuatu. Kegiatan dialog merupakan bentuk percakapan dari dua

orang atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan untuk berbicara

secara bergantian. Dialog dapat dilakukan antara anak dengan anak, atau

anak dengan guru. Dalam bercakap-cakap diperlukan kemampuan berbahasa

baik secara reseptif maupun ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif meliputi

kemampuan mendengarkan dan memahami bicara orang lain, sedang

kemampuan bahasa ekspresif meliputi kemampuan menyatakan gagasana,

perasaan, dan kebutuhan kepada orang lain.

2. Manfaat Metode Bercakap-cakap

Menurut Moeslichatoen (2004:95-96) terdapat beberapa manfaat dalam

penerapan metode bercakap-cakap antara lain:


I. Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasi diri dengan

meggunakan kemampuan berbahasa secara reseptif

II. Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang

harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain

III. Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan

anak lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan sosial yang

menyenangka.

IV. Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin

meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya

V. Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap diadakan semakin banyak

informasi yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak lain.

3. Hubungan bercakap-cakap dengan perkembangan bahasa

Menurut Bruner dalam Moeslichatoen (2004:94) bahasa itu memegang

peran yang sangat penting bagi perkembangan kognitif anak (Galloway,

1976:36) dan setiap perkembangan menuntut aktivitas anak. Kegiatan

bercakap-cakap merupakan salah satu aktivitas untuk meningkatkan

perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa

yang terbaik adalah ketika anak-anak bertindak sebagai rekan percakapan


dan masuk ke dalam pembicaraan atau dioalog yang sebenarnya. Walaupun

demikian, antara anak yang satu dengan anak yang lain selalu ada perbedaan

dalam berbahasa (Suyadi,2010:99).

Perkembangan bahasa dengan bercakap-cakap merupakan suatu hal yang

berkesinambungan. Untuk dapat mengembangan perkembangan bahasa

perlu adanya percakapan dengan orang lain, dengan membicarakan sesuatu

orang dapat memahami apa yang ingin disampaikan melalui percakapan

tersebut. Percakapan tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari, seperti

bermain anakanak melakukan percakapan dengan teman-temanya, dengan

orang yang baru dikenal yg mengunakan bahasa yang berbeda, dengan

demikian anak dapat menambah perbendaharaan kata.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercakap-cakap

Kelebihan dan kekurangan metode bercakap-cakap menurut Dhieni

(2005:77-78) yaitu :

1. Kelebihan

I. Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan

pendapatnya.

II. Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasannya.


III. Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional

karena topik/tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam

keseharian dan di lingkungan anak.

IV. Mengembangkan cara berpikir kritis dan sikap hormat atau

menghargai pendapat orang lain.

V. Anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

belajarnya pada taraf yang lebih tinggi.

2. Kelemahann

I. Membutuhkan waktu yang cukup lama.

II. Memerlukan ketajaman dalam menangkap inti pembicaraan.

III. Dalam prakteknya, percakapan akan selalu didominasi oleh beberapa

orang saja.

D. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada sebuah penelitian yang terdapat kesamaan bidang yang dibahas dalam

skripsi tersebut memiliki keterkaitan atau hubungan dengan penelitian-

penelitian sebelumnya. Dengan adanya keterkaitan atau hubungan tersebut

peneliti dapat melihat posisinya dengan penelitian sebelumnya. Pada point ini

akan dibahas terkait posisi atau kedudukan peneliti dalam meningkatkan

perkembangan anak usia dini di KB Insan Kamil Kartasura. Terdapat beberapa


penelitian yang dijadikan sebagai acuan untuk menentukan posisi atau

kedudukan dalam penelitian ini antara lain:

Penelitian yang pertama Riri Delfita (2013) Universitas Muhammadiyah

Surakarta dengan judul Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui

Permainan Gambar Dalam Bak Pasir di Taman Kanak-Kanak Bina Anaprasa

Mekar Sari Padang. Hasil penelitian tersebut yakni permasalahan yang ditemui

adalah masih rendahnya kemampuan berbahasa anak, disebabkan karena

sebagian anak belum dapat berkomunikasi secara lancar, anak belum dapat

menyebutkan kosa kata yang benar dan anak tidak dapat menjawab pertanyaan

guru. Selain itu ditemukan penyebab yang lain yakni kurangnya alat peraga

yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Dengan ini peneliti mencari

solusi yaitu melalui permainan gambar dalam bak pasir penelitian dilaksanakan

dengan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Peningkatan presentase kemampuan

berbahasa anak melalui permainan gambar dalam bak pasir dari siklus yang

pertama yaitu siklus I meningkat pada siklus II Perbaikan yang dilakukan

setelah mengetahui kelemahan siklus I dapat mencapai sasaran dengan baik

dan mencapai Kriteria Ketuntasa Minimal(KKM).

Penelitian yang kedua Nur Izzatun Nikmah (2017) IAIN Surakarta dengan

judul Upaya meningkatkan Aspek Bahasa Anak Usia Dini Kelompok B


Melalui Bermain Peran di TK Aisyiyah Bustanul Athfal II Rembang Tahun

Peajaran 2016/2017. Dari hasil penelitian tersebu ditemukan bahwa

masalahnya adalah kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam

penyampaian Siroh kepada anak. Peneliti mengupayakan dengan menggunakan

metode bermain peran. Setelah menggunakan metode tersebut TK Aisyiyah

Bustanul Athfal II Rembang dalam aspek perkambangan bahasa anak

mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Nilai rata-rata pada kondisi

awal adalah 2,4, setelah melakukan metode tersebut rata-rata nilai menjadi

meningkat.

Penelitian yang ketiga dari Sri Suyamti (2013) Universitas Muhammadiyah

Surakarta dengan judul Pengembangan kemampuan berbahasa Dengan

Menggunakan Media Roda Pintar Pada Anak Kelompok A TK Waru 01

Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Dari hasil penelitian

yang dilakukan ditemukan bahwa terdapat kurangnya kemampuan berbahasa

pada anak saat didepan kelas, di depan teman-teman dan guru. Hal tersebut

disebabkan karena kurangnya pembelajaran yang sesuai dan dalam

penyampaian pembelajaran kurang aktif serta kurangnya perlengkapan sarana

prasarana yang mendukung dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut

peneliti menggunakan media roda pintar untuk mengembangkan kemampuan


berbahasa. Pada kondisi awal kemampuan berbahasa anak memiliki presentase

sebesar 45,2 %. Setelah menggunakan media roda pintar presentase pada siklus

I yaitu sebanyak 62,9%. Kemudia perbaikan perkembangan bahasa meningkat

pada siklus II menjadi 82,4%. Penelitian dikatakan berhasil karena telah

memenuhi indikator yang ditetapkan.

Dari penelitian di atas terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu dalam meneliti perkembangan bahasa anak usia dini. Tetapi

dari penelitian di atas memiliki perbedaan dengan menelitian ini yaitu berbeda

dalam penggunaan metode yang dilakukan untuk meningkatkan perkembangan

bahasa anak. Penelitian di atas memiliki faktor permasalahan yang berbeda

seperti pada penelitian kedua dan ketiga yaitu karena kurang tepatnya metode

pembembelajaran yang digunakan. Sedangkan penelitian yang pertama yakni

karena kurangnya alat peraga yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

Penelitian yang akan dilakukan memiliki faktor penyebab masalah yakni

kurang tepatnya metode yang dilakukan untuk mengembangkan perkembangan

bahasa anak usia dini, namun penelitian ini menggunakan cara yang berbeda

dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak yakni dengan menggunakan

metode yang berbeda dari penelitian-penelitian di atas, sehingga penelitian ini

layak untuk dilakuakan untuk melakukan. Peneliti mengambil judul


Peningkatan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dengan Bercerita dan

bercakap-cakap di KB Insan Kamil Kartasura Tahun Pelajaran 2017/2018.

E. Kerangka Berfikir

Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan. Perkembangan bahasa

merupakan hal yang sangat penting, karena bahasa di gunakan untuk

berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, itu salah satunya. Untuk

meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini diperlukan metode yang

tepat, karena pemilihan penggunaan metode dapat berpengaruh dalam

meningkatkan perkembangan bahasa. Pada kondisi awal anak-anak di KB

Insan Kamil Kartasura tahun pelajaran 2017/2018 pada umr 2-3 tahun

mengalami kesulitan dalam memahami ucapan atau kata-kata yang diucapkan

ataupun memahami yang disampaikan oleh pendidik. Hal ini disebabkan

karena rendahnya perkembangan bahasa yang dimiliki oleh anak yang

dipengaruhi oleh metode yang diberikan oleh pendidik melalui bernyanyi dan

metode tanya jawab secara universal atau umum. Dari kondisi tersebut maka

diperlukanya suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

perkembangan bahasa anak yakni dengan menggunakan metode bercerita dan

bercakap-cakap. Metode bercerita adalah suatu metode yang dapat

meningkatkan perkembangan bahasa anak melalui cerita-cerita yang


disampaikan dengan menarik dan dilengkapi dengan metode bercakap-cakap.

Metode bercakap-cakap juga merupakan metode yang diharapkan mampu

meningkatkan perkembangan bahasa anak. Dengan bercakap-cakap anak dapat

menyampaikan hal apapun yang ingin mereka ungkapkan. Melalui percakapan

tersebut anak juga mendapatkan kosa kata baru.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelas (Kunandar,2011:45).

Sedangkan menurut Ningrum (2009:23) PTK adalah suatu bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dan kolaboratif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta

profesionalitas guru secara berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan

yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya

perencanaan sampai menilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas berupa

kegiatan belajar mengajar unuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang

dilakukan (Salahudin,2015:26).

Penelitian Tindakan Kelas yang selanjutnya di sebut PTK adalah peneitian

yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru
yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara lebih

profesional (Taniredja dkk, 2012:16).

Dari beberapa pengertian PTK dari berbagai pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa penelitian Tindakan Kelas yang sering disebut PTK adalah

seuatu penelitian yang dilakukan oleh guru dalam berbagai tindakan yang

bersifat reflektif dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik

pembelajaran.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KB Inan Kamil DWP IAIN Surakarta yang

berada di dalam kampus IAI Surakarta yang beralamatkan di Jl. Pandawa,

Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Penentuan tempat penelitian di KB Insan

Kamil DWP IAIN Surakarta dikarenakan terdapat beberapa anak yang

memiliki perkembangan bahasa di bawah Standar Tingkat Pencapaian

Perkembangan Anak (STPPA). Selain itu belum ada tindak lanjut yang

serius mengenai hal tersebut.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni

2018. Peneliti melakukan penelitian pada bulan April sampai dengan bulan

Juni dikarenakan pada bulan tersebut merupakan hari efektif pembelajaran

pada semster dua. Rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian

C. Subjek Penelitian

1. Subjek Yang Melaksanakan Tindakan

Subjek penelitian yang melaksanakan tindakan dalam penelitian adalah guru

pengajar KB insan Kamil Kartasura. Peneliti sebagai kolaborator bersama

dengan guru pengajar dalam melaksanakan tindakan tersebut.

2. Subjek Yang Menerima Tindakan

Subyek yang menerima tindakan dalam penelitian ini adalah anakanak KB

Insan Kamil Kartasura DWP IAIN Surakarta tahun pelajaran 2017/2018

umur 2-3 tahun. Anak-anak KB Insan Kamil Kartasura DWP IAIN

Surakarta umur 2-3 tahun berjumlah 15 orang dengan jumlah putra 10 anak

dan jumlah putri 5 anak.


D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di pakai dalam penilitian ini menggunakan

beberapa cara, yakni:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2013:186).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai metode pembelajaran yang lama dan yang diberikan oleh peneliti

yang digunakan guru dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak.

Dalam penelitian ini interviewer adalah peneliti dan interview adalah guru

pengajar KB Insan Kamil Kartasura DWP IAIN Surakarta.

2. Observasi

Nasution (1998) dalam (Sugyono, 2015:226) mengatakan bahwa,

observaasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuan dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi.
Marshall (1995) dalam (Sugiyono,2015:226) menyatakan bahwa melalui

observasi, peneliti belajar tentang penelitian dan makna dari perilaku

tersebut. Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis. Metode observasi digunakan untuk mengetahui proses

pembelajaran atau kegiatan yang menyangkut tentang pengembangan

bahasa anak di KB Insan Kamil Kartasura.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2014:223-235) Dokumentasi adalah salah satu

metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau oleh orang lain

tentang subyek. Dokumentasi adalah setiap bahan yang tertulis ataupun

dalam bentuk film. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Teknik

pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen.


Dalam Penelitian Tindakan kelas diperlukan dokumen-dokumen

pelengkap untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis.

4. Penilaian

Karena menyadari pentingnya penilaian dan evaluasi, maka bidang

pendidikan anak usia dini telah mengembangakan metode dan teknik

penilaian yang dirancang agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Banyak departemen pendidikan pemerintah dan kebanyakan sistem sekolah

menganjurkan metode yang berkesinambungan dan informal. Artinya,

evaluasi dan penilaian anak-anak dihubungkan dengan kegiatan atau

program yang berkesinambungan dan dikaitkan dengan kurikulum (Seefeldt

dan Barbara, 2008:236-237).

Berdasarkan Permendikbud No. 146 tahun 2014 penelian proses dan

hasil kegiatan belajar PAUD adalah suatu proses mengumpulkan dan

mengkaji berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, serta

menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai

oleh anak selama kurun waktu tertentu. Penilaian autentik adalah penilaian

proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi

sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan

secara berkesinambungan. Penilaian tidak hanya mengukur apa yang


diketahui oleh anak, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat

dilakukan oleh anak.

Menurut Campbell dan Ruptic (1994) dalam Luluk Asmawati (2014:115)

pelaporan perkembangan anak disusun melalui proses analisis sintesis,

interpretasi, dan komunikasi. Dalam proses analisis dan sintesis, guru

mengumpulkan data hasil asesmen perkembangan yang telah dilakukannya

untuk semua aspek perkembangan dan mengamati karakteristik

perkembangan yang terlihat pada anak. Selanjutnya guru membuat

interpretasi dari karakteristik perkembangan anak yang telah diamatinya.

Berdasarkan dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa untuk menilai

suatu perkembangan anak yakni dengan melakukan pengamatan kegiatan

yang dilakukan anak. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ceklis

yakni pengamatan perkembangan anak sesuai dengan Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) dan dengan pencatatan anekdot

yakni mencatat kejadian atau perilaku khusus dan secara tiba-tiba.


E. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu melakukan

analisis data yang telah diperoleh, yakni dengan menyusun data-data tersebut

agar dapat merumuskan hipotesisnya. Dalam PTK terdapat dua jenis data yakni

data kuantitatif dan data kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat data

kuantitatif sehingga dapat dianalisis secara deskriptif dangan menggunakan

statistik deskriptif dengan menggunakan proses persentase. Penelitian ini juga

menggunakan teknik analisis interaktif yang dikembangakan oleh Miles dan

Huberman dalam (Muhajir, 1996) dalam Yanto (2013:68).

Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu

disajikan dengan rapi dalam bentuk narasi, dilengkapi dengan matriks, grafik,

dan giagram. Terdapat tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,

menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada

dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman, pemilahan,

pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan menatanya

sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir dan diverifikasi (Yanto, 2013:68).


2. Penyajian Data

Penyajian yaitu merupakan kumpulan dari informasi yang telah disusun dan

terdapat suatu penarikan kesimpulan dan tindakan yang akan dilakukan

selanjutnya. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data yang telah

diperoleh tentang KB Insan Kamil Kartasaura dan tindakan atau upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini dengan

metode bercerita dan bercaap-cakap.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses terakhir yang dilakukan setelah

melakukan reduksi data kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan

kesimpulan mengenai peningkatan atau perubahan dilakuakn secara

bertahap (berurutan), seperti kesimpulan data awal yang akan diteruskan

dengan kesimpulan pada siklus I kemudian akan dilanjutkan menuju siklus

II, begitu seterusnya.


F. Indikator Kinerja

Menurut Makruf, dkk. (2011 : 138) Indikator kinerja merupakan tolak ukur,

target atau standar tingkat keberhasilan dan tingkat ketercapaian atau kondisi

akhir yang diharapkan dari suatu tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Indikator kinerja yang ingin dicapai adalah meningkatnya

perkembangan bahasa anak sesuai dengan Standar Tingkkat Pencapaian

Perkembangan Anak (STPPA) sebesar 80% dari 15 anak dengan menggunakan

metode berccerita dan bercakap-cakap di KB Insan Kamil Kartasura.

a) PENGUMPULAN DATA

b) REDUKSI DATA

c) PENYAJIAN DATA

d) PENARIKAN KESIMPULAN

G. Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan (termasuk PTK) dilakukan dalam suatu siklus (putaran)

tertentu. Setiap siklus terdiri dari sejumlah langkah yang harus dikerjakan oleh

peneliti. Rancangan Penelitian Tindakan model Kemmis dan McTaggart

terdapat tiga siklus yaitu Perencanaan, Pelaksanaan sekaligus pengamatan, dan

refleksi. Tahapan tersebut berlangsung secara berulang-ulang hingga mencapai

tujuan penelitian (Yanto, 2013:68).


1. Rancangan Siklus I

a) Perencanaan

1.) Menentukan tema atau materi yang akan dibahas

2.) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode

berceritadan bercakap-cakap

3.) Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkkan

4.) Menyiapkan lembar evaluasi pembelajran

b) Tahap pelaksanaan dan pengamatan

1. Kegiatan awal

a. Mengkondisikan anak untuk persiapan belajar

i. Kegiatan motorik

ii. Berdo‟a

iii. Presensi

b. Pijakan sebelum main

i. Bernyanyi

ii. Penjelasan main hari ini

iii. Penjelasan aturan main


2. Kegiatan inti

a. Guru mengenalkan cerita awal dan tokoh-tokoh dalam cerita

b. Guru bercerita dengan metode yang menarik, menggunakan alat

peraga yang menarik dan dengan penyampaian yang maksimal

(suara dan mimik wajah)

c. Guru melakukan percakapan dengan anak pada saat bercerita

3. Kegiatan akhir

a. Guru melakukan percakapan dengan anak setelah bercerita

b. Guru memberikan nasihat dari pesan yang disampaikan dalam

cerita tersebut

c. Berdo‟a

d. Salam

c) Tahap observasi

Pada tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan pada saat proses

pembelajaran. Selain itu penelliti juga melakukan percakapan kepada

anak di luar pembelajaran.


d) Tahap reflektif

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi atau evaluasi dari proses

pembelajaran. Tahap reflektif ini bertujuan untuk mengulas kembali

kegiatan yang telah dilakukan.

2. Rancangan Siklus II

a. Tahap perencanaan tindakan

Adapun tahapan yang dilakuakn yaitu:

1.) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan pemecahan masalah

2.) Menentukan pokok bahasan

3.) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajarann (RPP) dengan

bercerita dan bercakap-cakap

4.) Mengembangkan metode bercerita

5.) Menyiapkan alat peraga sebagai pendukung kegiatan bercerita

6.) Mengembangkan evalusai pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

1.)Memperbaiki tindakan sesuai dengan hasil reflesi pada siklus I.

2.)Guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode

bercerita dan bercakap-cakap.


3.)Melakukan pemantauan perkembangan bahasa pada anak saat proses

pembelajaran

c. Tahap observasi

Tahap obeservasi ini dilakuakn dengan melakukan pengamatan pada

saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dan

bercakap-cakap. Selain itu juga melakukan percakapan kepada anak-anak

setelah selesai pebelajaran.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi kondisi awal

Penelitian Tindakan Kelas ini melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk

mengetahui permasalahan yang kemudian akan dilaksanakan perbaikan.

Penelitian ini melakukan pengamatan atau observasi pada hari Rabu, 22

November 2017 di KB Insan Kamil Kartasura DWP IAIN Surakarta. Pada

proses pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan perkembangan

bahasa yakni dengan bernyayi sebelum mulainya pembelajaran serta tanya

jawab secara global. Hal tersebut membuat anak kurang aktif dalam berbahasa

dan menyebabkanya anak kurang perbendaharaan kata yang dimiliki dan

kurang dalam pengolahan dan pemahaman kata atau kalimat oleh anak. Point

penilaian perkembangan bahasa bertumpu pada Standar Tingkat Pencapaian

Perkembangan Anak (STPPA) dengan rincian sebagai berikut:


a. Memainkan kata/ suara yang didengar dan diucapkan berulang-ulang

b. Hafal beberapa lagu anak-anak sederhana

c. Memahami cerita/ dongeng sederhana

d. Memahami perintah sederhana seperti letakkan mainan di atas meja, ambil

mainan dari dalam kotak

e. Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa,

dimana)

f. Menggunakan 3 Atau 4 kata untuk memenuhi kebutuhannya (misal, mau

minum air putih).


Keterangan:

1-2 = Belum Berkembang

3-4 = Mulai Berkembang

5-6 = Berkembang sesuai harapan

Keterangan:

1-2 = Belum Berkembang

3-4 = Mulai Berkembang

5-6 = Berkembang sesuai harapan


Pada hasil nilai Pra Siklus terlihat bahwa delapan anak yang telah mencapai

perkembangan bahasa sesuai Standar Tingkkat Pencapaian Perkembangan

Anak dari 15 siswa.

Series 1
5
4.5
4
3.5
3 Series 1
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6

Berdasarkan dari data yang telah diperoleh melalui observasi dapat kita

simpulkan bahwa perkembangan bahasa anak di KB Insan Kamil Kartasura

kelas KB A hanya dengan bernyanyi dan tanya jawab secara global belum

cukup untuk mencapai (STPPA). Dari 15 siswa 53,3% anak telah mencapai

target STPPA, dan 46,6% anak belum mencapai target STPPA. Dengan

demikian peneliti ingin meningkatkan perkembangan bahasa anak dengan

memberikan metode bercerita dan bercakap-cakap untuk menambah

perbendaharaan kata dan membantu anak dalam mengolah kata.


8 X 100% = 53,3% 15

Ket: 8= siswa yang telah mencapai STPPA, 15 = jumlah keseluruhan siswa

Pada penelitian ini, untuk melakukan tindakan memerlukan beberapa tahap

yakni, perencanaan, pelaksanaan sekaligus pengamatan, dan refleksi. Penelitian

ini dilakukan dengan dua siklus.

a. Deskripsi siklus 1

1. Tahap Perencanaan

a.) Menentukan tema atau materi yang akan dibahas

b.)Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode

berceritadan bercakap-cakap

c.) Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkkan

d.)Menyiapkan lembar penilaian dan lembar evaluasi Pembelajaran

2. Tahap pelaksanaan dan pengamatan

a.) Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran

dikelas KB A usia 2-3 tahun berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah disusun.


i. Kegiatan awal

Pada tahap awal peneliti mengondisikan anak dengan mengajak

anak untuk kegiatan motorik. Pada kegiatan motorik kali ini guru

mengajak anak untuk melakukan senam gemari, setelah selesai

peneliti meminta anak untuk beristirahat sejenak untuk minum,

kemudian guru mengajak anak duduk melingkar untuk berdo‟a dan

melakukan presensi dengan bernyayi. Setelah itu menjelaskan

kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini.

ii. Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, peneliti lebih memperjelas kegiatan pada hari ini

yakni bercerita, kemudian menjelaskan perlengkapan yang dibawa

yaitu gambar-gambar yang akan di ceritakan. Peneliti menjelaskan

isi dalam gambar tersebut dan pada saat bercerita peneliti

menggunakan suara yang berbeda sesuai dengan gambar dan lebih

memperjelas mimik wajah agar anak lebih antusias dalam

mendengarkan cerita yang disampaikan oleh peneliti. Peneliti juga

melakukan percakapan dengan anak-anak, disaat anak-anak angkat

bicara dan juga meminta anak satu persatu untuk menirukan kata-

kata secara berulang yang mungkin asing bagi anak-anak dan juga
menjelaskannya. Di sini peneliti dapat menilai perkambangan

bahasa anak.

iii. Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup ini peneliti kembali menanyakan tokoh-

tokoh yang ada dalam gambar dan menanyakan cerita yang

disampaikan tadi dan mengajak anak untuk mengambil kesimpulan

dari cerita yang telah disampaikan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di KB Insan Kamil Kartasura

DWP IAIN Surakarta, maka dapat disimpulkan bahwa: Perkembangan bahasa

anak di KB Insan Kamil Kartasura DWP IAIN Surakarta mengalami

peningkatan setelah dilaksanakannya metode bercerita dan bercakap-cakap

dalam pembelajaran. Pada kondisi awal perkembangan bahasa anak di KB

Insan Kamil Kartasura belum mencapai Standar Tingkat Pencapaian

Perkembangan Anak dengan persentase 53,3% yakni 8 dari 15 anak. Setelah

adanya tindakan pada Siklus I mengalami peningkatan, Tingkat Pencapaian

Perkembangan Bahasa pada Siklus I menjadi 73,3%. Kemudian melakukan

tindakan pada Siklus II setelah adanya refleksi dari siklus I tingkat pencapaian

Perkembangan Bahasa bertambah menjadi 86,6%. Hambatan yang dialami

peneliti yakni mencari waktu untuk melaksanakan tindakan penelitian

dikarenakan agenda kegiatan KB Insan Kamil Kartasura yang begitu padat

dipertengahan semester dua ini. Kurangnya persiapan yang lebih matang untuk

melaksanakan tindakan penelitian. Posisi anak yang kurang tepat juga menjadi
kendala karena anak-anak berebutan untuk duduk dibagian paling depan. Serta

beberapa anak yang asik dengan bercerita ketika membahas salah satu topik

yang disampaikan dalam cerita dan hal tersebut merembet ke teman-teman

yang lainnya.

B. Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian di atas banyak proses yang dilalui dalam

penelitian ini sehingga dapat menghasilkan suatu titik penyelesaian masalah.

Dalam proses tersebut terdapat kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki,

maka dengan itu diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru

Menerapkan metode bercerita dan bercakap-cakap pada saat proses

pembelajaran maupun diwaktu luang anak. Selain itu juga menggunakan

metode bercerita dengan model dan alat peraga yang berbeda-beda agar

anak tidak cepat bosan.

2. Kepada anak

Hendaknya anak tidak berebutan tempat duduk dengan temannya. Dan

belajar menghargai orang yang sedang berbicara seperti diam terlebih

dahulu ketika orang berbicara dan bergantian ketika ingin mengungkapkan

sesuatu.
3. Kepala Sekolah

Hendaknya kepala sekolah lebih memperhatikan sarana dan prasarana untuk

mendukung proses pembelajaran berjalan dengan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian, 2011, Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak, (Jakarta,

Salemba Medika)

Asmawati, Luluk, 2014, Perencanaan Pemelajaran PAUD, (Bandung:PT

REMAJA POSTDAKARYA)

Butomi, M. Yazid, 2012, Panduan Lengkap PAUD, ( Citra Publising)

Salahudi, Anas, 2015, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung:CV PUSTAKA

SETIA)

Dhieni, Nurbiana, 2005, Metode Pengembangan Bahasa, Universitas terbuka.

Jakarta.

Fauziddin, Mohammad, 2015, Pembelajaran PAUD Bermain,Cerita, dan

Menyanyi Secara Islam, (Bandung:PT REMAJA POSTDAKARYA)

Juwariyah, 2010, Dasar-dasar pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an, (Yogyajarta:

TERAS)

Kunandar, 2011, Langkah Mudah enelitian Tindakan Kelasa Sebagai

Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta:Rajawali pers)


Makruf, Imam, (2011), Penelitian Tindakan Kelas Panduan Praktis Bagi Guru

Profesional, Surakarta: Tarbiyah IAIN Surakarta.

Mansur, 2007, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar)

Moeslichatoen, 2004, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak,(Jakarta:PT

RINEKA CIPTA)

Moleong, , Lexy J,2013, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT

REMAJA POSTDAKARYA)

Mursid, 2015, Belajar dan pembelajaran PAUD, (Bandung:PT REMAJA

POSTDAKARYA)

Musbikin , Imam, 2010, Buku Pintar PUAD (Dalam Prekspetif Islam),

(Jogjakarta, Laksana)

Musfiroh, Tadkiroatun, 2008, Memilih,Menyusun, dan Menyajikan Cetita untuk

Anak usia Dini, (Yogyakarta:Tiara Wacana)

Ningrum, Epon, 2014, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Praktis dan Contoh,

(Yogyakarta:Ombak)

Anda mungkin juga menyukai