Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, kemampuanserta

keterampilan yang dilihat dari kebiasaan orang, yaang menjadi bahan warisan dari

orang sebelunnya hingga sekarang. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor

20 Tahun 2003, pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,

berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan

masyarakat bangsa dan negara. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pendidikan

merupakan suatu proses secara sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik dan

peserta didik secara aktif dalam lingkungan belajar.

Pendidikan terus mengalami perkembangan dengan sangat pesat dan salah

satunya adalah Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Anak Usia Dini sekarang ini

sudah mendapatkan perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat. Pendidikan

Anak Usia Dini berbeda dengan pendidikan yang ada di Sekolah Dasar, tingkat

menengah maupun perguruan tinggi. PAUD hanya memerlukan pendekatan, metode

dan cara pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan karakteristik belajar anak.

Dalam Peraturan Menteri dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2

2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini meliputi nilai aspek nilai agama

dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Keenam aspek

perkembangan ini sangat penting dikembangkan pada anak usia dini yang

menitikberatkan pada pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan aturan tersebut,

Standar Nasional PAUD berfungsi sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan tindaklanjut pendidik dalam rangka mewujudkan PAUD bermutu.

Fungsi kedua adalah sebagai acuan setiap satuan dan Program PAUD untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta sebagai dasar penjamin mutu PAUD.

Secara yuridis, istilah anak usia dini di indonesia ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut pasal 1 ayat 14 undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa

“pendidikan anak usia dini adalah sustu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsngan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini ialah memberikan stimulasi atau

rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab (Puskur, Depdiknas: 2007).

Aspek-aspek pengembangan di atas salah satu aspek adalah bahasa.

Perkembangan bahasa yang memberikan pelajaran pada anak adalah menyebut


3

simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda

yang ada di sekitarnya, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf dengan

tingkat pencapaian perkembangan dalam hal anak mampu mengenal huruf dan angka.

Kemampuan berbahasa sangatlah perlu dikembangkan karena dengan berbahasa anak

mampu memahami kata dan kalimat serta memahami hubungan antara bahasa lisan

dan tulisan. Selain berbahasa anak juga harus belajar untuk bisa menghitung.

Sebelum anak itu bisa membaca dan menghitung pasti akan terlebih dahulu anak

harus bisa mengenal masing-masing huruf dan angka. Pentingnya mengembangkan

bahasa anak agar mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang

dilihat, didengar dan dirasakan sehingga anak dapat memiliki pemahaman yang utuh.

Kemampuan bahasa anak di TKK perlu dikembangkan sebagaimana yang terdapat

dalam aspek perkembangan anak usia dini.

Pelaksanaan pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mengembangkan

berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaannya perlu

memperhatikan aspek perkembangan anak yang tercantum dalam Permendikbud No.

137 Tahun 2014 antara lain nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa,

sosial emosional dan seni. Dari keenam aspek perkembangan tersebut salah satu

aspek yang harus dimiliki oleh anak usia dini adalah aspek bahasa. Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014

Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini yang berkaitan dengan aspek

perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun adalah 1) Belajar dan Pemecahan Masalah,
4

2) Berpikir Logis dan 3) Berpikir Simbolik. Salah satu lingkup perkembangan bahasa

yang harus dicapai anak adalah berpikir simbolik salah satunya adalah mengenal

lambang huruf dengan huruf-huruf lain. Agar kemampuan kognitif dalam mengenal

lambang bilangan berkembang dengan baik, maka perlu didukung dengan media yang

sesuai dan menyenangkan bagi anak. Terdapat banyak media pembelajaran yang

dapat digunakan dalam membelajarkan anak untuk mengenal lambang bilangan.

Media adalah alat bantu yang digunakan untuk memudahkan peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran. Penggunaan media harus melihat dengan kebutuhan

anak sehingga efektif dan efisien untuk digunakan oleh anak.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Salvatoris SATAP

SDI SOKA pada saat Pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan yang

dilaksanakan selama 3 bulan. Hasil pengamatan tersebut dapat digambarkan bahwa

tingkat perkembangan anak masih belum maksimal. ditemukan bahwa dalam

pembelajaran mengenal huruf dengan standar kompetensi mengenal huruf A-Z

secara simbolik hanya sebatas ucapan. Anak-anak masih belum mengenal konsep

huruf dengan benar. Dengan jumlah anak 20 anak, perempuan 12 orang dan laki-laki

8 orang. Dari 20 anak tersebut anakmyang sudah dapat mengenal huruf 5 anak.

Sedangkan 15 anak belum bias mengenal huruf dengan baik dan belum mampu

menyebutkan huruf dan abjad dengan baik. Hal ini dikarenakan belum tersedianya

media-media menarik yang mendukung kemampuan bahasa anak. Selain itu metode

pembelajaran yang digunakan guru yaitu dengan memberikan tugas pada anak meniru

menulis huruf yang ditulis di papan dan dibuku. Dalam kegiatan ini anak kelihatan
5

jenuh saat mengerjakannya, sehingga anak tidak paham akan apa yang dikerjakannya.

Selain itu, pendidik juga mengalami kesulitan dalam menyediakan media khususnya

media yang berkaitan dengan mengenal huruf dalam proses pembelajaran yang dapat

menarik minat peserta didik agar dapat lebih mengenal dan memahami konsep huruf

yang disampaikan pendidik. Penggunaan media atau strategi yang menarik dapat

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan. bulan.

Untuk mengatasi masalah di atas peneliti merasa perlu untuk mengembangkan

media papan flannel huruf untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada

Anak Usia Dini. Dengan media papan flanel huruf akan melibatkan langsung dalam

mengambil bagian untuk penyusunan kartu huruf. Dengan papan flannel huruf juga

siswa akan lebih semangat dan antusias, karena anak-anak lebih suka dengan

kreativitas baru yang dilakukan atau diberikan oleh guru. Pengembangan media

papan flannel huruf merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan

mengenal huruf pada anak usia dini. Dengan adanya media papan flannel huruf akan

terciptanya kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

Media papan flanel huruf adalah media grafis yang efektif untuk menyajikan

pesan-pesan tertentu pada sasaran tertentu pula. Papan flanel termasuk salah satu

media pembelajaran dua dimensi, yang dibuat dari kain flanel yang ditempelkan pada

sebuah triplek atau papan atau gabus. Kemudian membuat guntingan-guntingan flanel

yang diletakkan di bagian belakang gambar. Papan flanel mudah untuk dibuat sendiri

oleh guru sehingga tidak mengeluarkan biaya yang banyak dalam pembuatannya.

Gambar-gambar yang disajikan dapat disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan
6

mudah sehingga dapat digunakan kembali.Papan Flanel dapat dipakai untuk

menempelkan huruf-huruf dan juga angka yang nantinya memudahkan proses

penyampaian materi, terutama dalam mengenal huruf vokal serta konsonan.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Media Papan Flanel huru funtuk

Kemampuan Mengenal Huruf pada Anak Usia Dini Kelompok B di TKK Salvatoris

SATAP SDI Soka Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada Tahun Ajaran

2019/2020”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan

masalah yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana desain media papan flannel huruf untuk meningkatkan kemampuan

mengenal huruf pada anak kelompok B di TKK Salvatoris SATAP SDI Soka

Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2019/2020?

2. Bagaimana kelayakan media papan flaenel huruf untuk meningkatkan kemampuan

mengenal huruf pada anak kelompok B di TKK Salvatoris SATAP SDI Soka

Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2019/2020?

1.3 Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari pengembangan ini

adalah:
7

1. Untuk mengetahui desain media papan flannel huruf untuk meningkatkan

kemampuan mengenal huruf pada anak kelompok B di TKK Salvatoris SATAP

SDI Soka Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada.

2. Untuk mengetahui tingkat kelayakan media papan flanel huruf dalam

meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak kelompok B di TKK

Salvatoris SATAP SDI Soka Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada.

1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan media

papan flannel huruf adalah sebagai berikut:

1. Aspek Tampilan/fisik

1) Media papan flannel menggunakan kain flannel yang di tempelkan pada triplek

dengan cara dipaku.

2) Media papan flannel mempunyai ukuran panjang 30 cm dan lebar 30 cm.

3) Kartu huruf ditempelkan di depan dengan menggunakan perekat.

2. Aspek Isi

Isi papan flanel huruf terdapat kartu huruf yang terdiri dari huruf A-Z dan huruf

b-u-a-h-b-u-a-h-a-n dengan 3-5 rangkap warna masing-masing kartu yang

bervariasai sehingga anak dapat memahami dengan cepat yang mendukung huruf

sesuai tema.
8

3. Aspek Penggunaan

Anak dapat menggunakan media ini dengan cara mengamati bentuk huruf yang

ada pada media papan flanel huruf tersebut sehingga anak mampu mengenal huruf.

1.5 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.5.1 Asumsi Pengembangan

Asumsi yang digunakan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Pengembangan media papan flanel huruf utuk meningkatkan kemampuan

mengenal huruf dapat memberikan pembelajaran yang lebih menarik, bervariasi

dan sesuai karakteristik anak.

2. Pemanfaatan tujuan pembelajaran pada aspek bahasa berdasarkan media papan

flanel huruf dapat memfasilitasi pemahaman konsep materi pembelajaran yang

dikaitkan dengan karakterisrik anak.

1.5.2 Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan tujuan pembelajaran pada aspek bahasa pada kurikulum 2013

PAUD mempunyai keterbatasan. Adapun masing-masing keterbatasan

pengembangan sebagai berikut.

1. Tujuan pembelajaran ini hanya digunakan pada perkembangan aspek bahasa anak

usia dini kelompoK B.

2. Penelitian pengembangan ini hanya pada tahap uji kelayakan produk yakni uji ahli

dan uji penggunaan produk.

3. Pengembangan hanya memfokuskan pada kemampuan guru dalam

mengembangan tujuan pembelajaran aspek bahasa.


9

4. Produk yang dihasilkan akan terus mengalami perkembangansesuai dengan

perkembangan bahasa anak usia dini.

5. Keterampilan guru dalam mengembangkan tujuan pembelajaran pada aspek

bahasa.

6. Pengujian media papan flanel yang dikembangkan hanya meliputi pengujian

produk. Apakah media papan flanel huruf untuk meningkatkan kemampuan

mengenal huruf yang digunakan sesuia dengan kelayakan materi pembelajaran.

7. Pengembangan media papan flanel huruf pada aspek bahasa dibuat sebagai acuan

dalam membantu mengembangkan tujuan pembelajaran aspek bahasa pada

kurikulum PAUD 2013 dengan menggunakan model pembelajaran papan flanel

huruf.
10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Hakikat Anak Usia Dini
2.1.1.1 Pengertian Anak Usia Dini

Berdasarkan rentangan usia kehidupan maka ruang lingkup pengelolaan lembaga

PAUD (dalam Luluk Asmawali, dkk,2014: 1.9) terdiri atas dari: 1) 0,0 tahun - 2

tahun Pendidikan keluarga. 2) 2,1 tahun - 6 tahun Pendidikan di Taman Penitipan

Anak (TPA), 3) 3 tahun-6 tahun Kelompok Bermain (KB), 4) 4 tahun - 6 tahun

Taman Kanak-Kanak, 5) 6,1 tahun – 8 SD kelas Awal

Morrison (dalam Widarmi, dkk, 2014: 1.6) menyatakan bahwa pendidikan anak

usia dini mencakup anak-anak sejak lahir sampai delapan tahun, sesuai NAEYC

(National Assosiation Education for Young Child). Sedangkan Sollehuddin (dalam

Masitoh, 2009: 1.14-1.16) Mengungkapkan bahwa pendidikan anak usia dini

mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir sampai dengan usia enam

tahun yang diranacang untuk meningkatkan pekembangan intelektual, sosial

emosional, bahasa dan fisik anak. Masa perkembangan anak usia dini harus dipantau

secara terus menerus sehingga akan cepat diketahui kematangan dan kesiapan anak

untuk memasuki jenjang berikutnya.

Selanjutnya Mursid (2017: 78), anak usia dini adalah kelompok manusia yang

berusia 0-6 tahun dan mereka adalah kelompok anak yang berada dalam proses
11

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan, inteligensia, sosial emosional, bahasa dan

komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Menurut Mansur (2005: 88), anak usia dini adalah kelompok anak yang berada

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki

pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau

golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 (Aisyah, 2018: 3) menyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan permendiknas No. 58 tahun 2009 menyatakan bahwa, tingkat

perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan

dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan

integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan

sosial emosional. Dari pengertian di atas bahwa anak merupakan manusia yang masih

kecil yang merupakan turunan kedua, karena anak merupakan manusia kecil tentu ia
12

masih dapat tumbuh dan berkembang baik dari segi fisik maupun psikis, untuk

memberi pemahaman yang jelas berikut ini dikemukakan oleh Muri Yusuf dalam

bukunya pengantar ilmu pendidikan bahwa “Anak adalah manusia kecil yang sedang

tumbuh dan berkembang baik fisik maupun mental”. Dari pendapat di atas dapat

dipahami bahwa anak merupakan manusia kecil yang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan baik fisik maupun mental. Kemudian dalam proses perkembangannya,

Anak sebagai subjek yang sedang tumbuh dan berkembang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Siti Partini suardinan bahwa: “Pada dasarnya anak merupakan subyek yang

sedang tumbuh dan berkembang. sejak saat konsep di mana sel sperma laki-laki

membuahi ovum di uterus sampai saat kematian. Organisme terus menerus

mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa awal kehidupannya

pertumbuhan itu bersifat sangat cepat dan mencolok dari tiga tahap melalui tahap

merangkak, berdiri dan akhirnya berjalan dapat dicapai dalam waktu 1-2 tahun”.

Dengan adanya ketidak berdayaan dan belum mengenal apa-apa maka anak dapat

diserahkan atau dijadikan baik atau buruk oleh orang dewasa lainnya khususnya

orang tua. Dengan demikian, anak merupakan manusia yang masih kecil yang berada

pada taraf perkembangan. dimana awal kehidupannya ia tidak berada, tidak mengenal

sesuatu apapun sehingga dapat diarahkan kepada perbuatan dan perkembangan yang

positif atau negatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan dengan Anak

usia dini adalah pendidikan anak yang dimulai saat periode kelahiran hingga usia

delapan tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
13

pesat, sehingga diperlukan untuk meningkatkan tumbuh kembang anak mulai dari

dari perkembangan intelektual, sosial emosional, bahasa serta perkembangan fisik

anak. Semua aspek perkembangan tersebut penting untuk dikembangkan karena

antara perkembangan yang satu dengan yang lainnya salaing terkait, sehingga harus

dilaksanakan secara terpadu. Pada usia ini diperlukan pembelajaran yang tepat agar

anak memiliki kesiapan belajar dijenjang yang berikutnya. Anak Taman Kanak-

kanak tersebut dibagi menjadi dua kelompok usia yaitu usia 4-5 tahun yang disebut

kelompok A dan usia 5-6 tahun disebut kelompok B. Anak usia dini adalah anak yang

berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8

tahun menurut para pakar pendidikan anak.

2.1.1.2 Karakteristik Anak Usia Dini

Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,

kognitif, sosial emosional, kreativitas dan bahasa yang berbeda dengan orang dewasa,

selain itu anak adalah individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara

satu dengan yang lainnya. Menurut Rusdinar dkk,(2005: 35) anak usia 5-6 tahun

memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) anak masih berada pada tahap berpikir pra

operasional sehingga belajar melalui benda atau pengalaman yang konkret, 2) anak

suka menyebutkan nama benda, mendefenisikan kata-kata dan suka bereksplorasi, 3)

anak belajar melalui bahasa, sehingga pada usia ini kemampuan berbahasa anak

berkembang sangat pesat, 4) anak membutuhkan struktur kegiatan yang jelas dan

spesifik.
14

Selanjutnya Hartati (dalam Aisyah, 2018: 4), juga mengungkapkan bahwa

karakeristik anak usia dini meliputi : 1) anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2)

merupakan pribadi yang unik , 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa paling

potensial untuk belajar, 5) menunjukkan sifat egosentris, 6) memiliki rentang daya

konsentrasi yang pendek, 7) sebagai bagian dari mahluk sosial.

Sedangkan Eliyawati (2005: 45), mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki

karakteristik yang menonjol yaitu unik, egosentris, aktif dan energik, memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan prilaku

relatif spontan, kaya dengan fantasi atau khayalan, mudah frustrasi, kurang

pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek,

bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin

menunjukan minat terhadap teman.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka yang dimaksudkan dengan

karakteristik-karakteristik anakusia dini antara lain anak bersifat unik baik secara

lahiriah maupun tumbuh kembangnya, bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu dan

imajinasi yang tinggi, suka berteman dan memiliki daya perhatian yang rendah. Oleh

karena itu sebagai seorang pendidik haruslah pandai-pandai memilih dan membuat

kegiatan agar mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak baik

kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional maupun moral agama.


15

2.1.2 Teori Belajar Anak Usia Dini

1. Teori Belajar Anak Usia Dini

1) Teori Behaviorisme

Suyono (2011: 58 dan 70), aliran ini disebut dengan behaviorisme karena

sangat menekankan kepada perlunya perilaku (behavior) yang dapat diamati.

Ada beberapa dari rumpun teori ini yaitu: mengutamakan unsur-unsur atau

bagian-bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,

mementingkan pembentukan respon dan menekankan pentingnya latihan.

Pembelajaran behaviorisme bersifat molekular yang berarti lebih menekankan

kepada elemen-elemen pembelajaran, memandang kehidupan individu terdiri

dari unsur-unsur seperti halnya molekul. Behaviorisme merupakan aliran

psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah

dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat dan

perasaan individu dalam kegiatan belajar. Pembelajaran yang berpijak dan

dirancang berdasarkan teori ini memandang pengetahuan bersifat objektif,

tetap, pasti dan tidak berubah. Dalam proses belajar mengajar siswa dianggap

sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari

pengajar.

Tokoh dari teori ini adalah Lee Thorndike dengan teorinya

“connectionism (S-R Bond)”, Ivan Pavlov dengan teorinya “Classical

Conditioning”, Edwin Guthrie dengan teorinya “Law of Contiguity”, Clark


16

Hull dengan teori belajar, B.F Skinner dengan teorinya “Operant

Conditioning”.

2) Teori belajar kognitivisme

Suyono (2011: 75), Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses

belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang

ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar kognitif merupakan

suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.

Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu

dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan

bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,

retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Menurut

pendekatan kognitif, dalam kaitan dengan teori pemrosesan informasi bahwa

unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap

individu sesuai dengan situasi belajarnya. Apa yang sudah diketahui oleh anak

akan menentukan apa yang diperhatikannya, dipersepsi, dipelajari, diingat

atau bahkan dilupakan olehnya.

Salah satu tokoh yang mengembangkan teori kognitif adalah Jean Piaget.

Teori Jean Piaget disebut dengan teori perkembangan kognitif. Teori ini

berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-

tahap perkembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. Menurut Piaget

perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu proses


17

yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Setiap

anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur.

Piaget (dalam Khadijah, 2016: 63) Mengemukakan bahwa seorang individu

dalam hidupnya akan selalu berinteraksi dengan lingkungan, dimana dalam

interaksi ini akan memperoleh skema. Skemata yaitu schema yang berupa

kategori pengetahuan yang membantu dalam mengintrepretasi dan memahami

dunia. Schema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun

fisik yang terlibat dalam memahami dunia. Skema juga menggambarkan

tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau

mengetahui sesuatu.

3) Teori belajar konstruktivisme

Suyono (2011: 105) Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran

yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita

membangun, mengonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia

tempat hidup. Belajar dengan demikian semata-mata sebagai suatu proses

pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasikan pengalaman-

pengalaman baru. Konstruktivisme melandasi pemikirannya bahwa

pengetahuan bukanlah sesuatu yang diberi dari alam karena kontak manusia

dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif

manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia nyata yang

ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif

kenyataan melalui kegiatan seseorang.


18

Tokoh dari teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky. Teori Piaget

memberi gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur

kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan dengan “scema/skema”

atau konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik

dalam lingkungannya. Dengan kata lain anak membangun pengetahuannya

sendiri melalui pengalaman yang dialaminya. Menurut teori skema bahwa

seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit, di dalam unit-unit

pengetahuan ini, atau skema ini. Kemudian Vygotsky dengan teori

pembelajaran kognisi sosial. Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa

kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu. Manusia

merupakan satu-satunya spesies diatas dunia yang memiliki kebudayaan dari

hasil rekayasa sendiri, dan setiap anak manusia berkembang dalam konteks

kebudayaan sendiri. Teori Vygotsky difokuskan pada bagaimana

perkembangan kognitif anak dapat dibantu melalui interaksi sosial. Menurut

Vygotsky (dalam Khadijah, 2016: 56), kognitif anak-anak tumbuh tidak hanya

melalui tindakan terhadap objek, melainkan juga oleh interaksi dengan orang

dewasa dan teman sebayanya. Bantuan dan petunjuk dari guru dapat

membantu anak meningSkatkan keterampilan dan memperoleh pengetahuan.

Sedangkan teman sebaya yang menguasai suatu keahlian dapat dipelajari

anak-anak lain melalui model atau bimbingan secara lisan. Artinya, anak-anak

dapat membangun pengetahuannya dari belajar melalui orang dewasa (guru

dan tidak semata-mata dari benda atau objek). Vygotsky (dalam Sujiono,
19

2013: 129) mengatakan bahwa prinsip dasar teorinya adalah bahwa anak

melakukan proses ko-konstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidak

dapat dipisahkan dari konteks sosial dimana anak tersebut berada.

2.1.2 Kemampuan Mengenal Huruf


2.1.2.1 Pengertian Kemampuan Mengenal Huruf

Seefeld (2008:329–330) mengatakan bahwa pengenalan huruf merupakan upaya

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan

kepada para pembaca melalui pemahaman konsep bentuk dan bunyi huruf cetak.

Rasyid, (2009:241) menyatakan bahwa mengenal huruf bagi anak PAUD dapat

menumbuhkan konsep dan gagasan berfikir untuk mendukung kemampuan anak

dalam berbahasa dan berbicara secara lebih lancar. Oleh karena itu, anak perlu

dipahamkan tentang konsep huruf cetak yang meliputi bentuk dan bunyi huruf.Hal ini

dapat dilakukan denganmemberikan pengalaman sebanyak–banyaknya kepada anak

mengenai huruf cetak, adanya pengalaman yang berulang dan sesering mungkin

terhadap huruf cetak, lama kelamaan anak akan mengerti akan fungsi dari huruf cetak

yang dihubungkan dengan kemampuan membaca.

Menurut Rasyid, (2009:129) mengatakan bahwa dalam mengenal huruf dengan

menggunakan nama diri, nama benda di sekitarnya akan membantu anak untuk

mengenal huruf–huruf, kata–kata dan suara, selain itu juga membantu anak untuk

mulai belajar membaca dan menulis dengan cara menyambungkan antara bentuk

huruf dengan bunyi huruf. Oleh karena itu dalam mengenalkan huruf dengan

memperlihatkan bentuk huruf dan bendanya menjadi bagian terpenting dalam


20

membangun kemampuan berbahasa anak, terutama kemampuan literasi anak

selanjutnya .

Ehri, (dalam Seefeld, 2008: 330) mengatakan bahwa belajar abjad adalah

komponen paling hakiki dan paling penting dari perkembagan baca tulis anak usia

dini. Selain itu, Kuby & Aldridge (dalam Sefeeld,2008:330) mengatakan bahwa

dalam mengesoalisasikan antara sebuah konsep dan sebuah lambang, anak akan

belajar bahwa sekelompok huruf yang tersusun dapat membentuk satu kata yang bisa

dibaca dan dapat memberikan suatu informasi yang berarti bagi anak.

Nurgiyantoro (2005:123) mengatakan bahwa pengenalan huruf biasanya tidak

dilakukan secara langsung dengan menunjukkan huruf, melainkan melalui gambar-

gambar tertentu, misalnya gambar jenis binatang atau gambar objek tertentu yang

sudah dikenal anak. Sedangkan Suyanto (2005:165) mengatakan bahwa dalam upaya

mengenalkan huruf kepada anak sebaiknya kenalkan dahulu huruf-huruf yang mudah

bagi anak dan hindari huruf-huruf yang sulit. Untuk huruf-huruf yang sulit dapat

diajarkansetelah anak mampu merangkai huruf.

Rasyid, (2009:129) mengatakan bahwa dengan mulai memperkenalkan namadiri

anak atau nama benda di sekitar anak akan membantu anak secara cepat dalam

mengenal huruf, berilah penekanan pada satu huruf pertama dari nama mereka atau

nama benda yang akan dikenalkan. Seefelt & Wasik (2008:331) menjelaskan bahwa

seseorang anak yang baru pertama kali mempelajari huruf abjad akan mulai mengerti

tentang perbedaan huruf itu dengan mencirikan bentuk berbeda dari masing-masing

huruf tersebut.
21

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengenalan huruf pada

Anak Usai Dini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

kemampuan membaca permulaan. Oleh karena itu, bagi anak usia dini perlu

dipahamkan konsep huruf yang meliputi bentuk dan bunyi huruf. Cara yang paling

efektif untuk mengenalkan huruf pada anak usia dini adalah memperlihatkan bentuk

huruf dan berikan penekanan pada satu huruf pertama dari nama benda yang ingin

dikenalkan serta memberikan contoh pengucapan yang benar dan jelas bagi anak.

2.1.2.2 Bentuk–bentuk Huruf bagi Anak Usia Dini

Dalam upaya mengenalkan huruf pada anak usia dini terdapat beberapa macam

bentuk huruf yang perlu untuk dikenalkan. Nangoy (2007:1-3) mengatakan bahwa

bentuk–bentuk huruf yang dapat dikenalkan untuk anak usia dini adalah sebagai

berikut.

1. Konsonan

Nangoy (2007:3) mengatakan bahwa konsonan adalah bunyi bahasa yang

dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran di

atas misalny (B, K, C, D,dan lain-lain). Sedangkan Hastuti, (1993:28) mengatakan

bahwa fonem konsonan merupakan bunyi yang dihasilkan dengan mengalami

penghambatan atau perintangan arus udara dari paru-paru ketika bunyi tersebut

dilafalkan, hambatan tersebut dapat terjadi secara total ataupun sebagian saja.

Fonem yang termasuk dalam fonem konsonan adalah b,p,d, t,j,c,k,g,z,s,x,h,m,n,r,l.

Selain fonem tersebut terdapat bunyi semi vokal yaitu w dan y. dengan demikian

dalam bahasa Indonesia fonem konsonan bisa dijumpai sebanyak 23 buah.


22

Sardjono (2005:119) mengatakan bahwa pembagian konsonan dapat dibagi

dengan memperhatikan dan memeriksa hal-hal tertentu, seperti penutupan

(hambatan total), tempat penutupan atau penyempitan dan bersuara atau tidak

bersuara. Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa bentuk-bentuk huruf konsonan

yang penting untuk dikenalkan pada anak usia dini adalah bentuk huruf B, P, D, T,

J, C, K, G, F, S, Z, X, H, M, N, R.

2. Vokal

Dalam mengenalkan bentuk huruf pada anak usia dini, selain bentuk konsonan

terdapat juga bentuk huruf vokal. Nangoy (2007:1) mengatakan bahwa vokal

adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaranpita suara dan tanpa terjadi

penyempitan dalam saluran suara diatas glotis. Hastuti, (1993:26) mengatakan

bahwa fonem vocal merupakan bunyi yang dihasilkan dengan udara yang keluar

dari paru-paru di daerah dasar ucapan tidak mengalami hambatan atau rintangan

ketika bunyi tersebut dilafalkan. Dalam bahasa Indonesia dikenal ada lima macam

fonem vocal yaitu, A, I, U, E, O Dalam pemakaiannya fonem vocal mengalami

variasi bunyi atau variasi ucapan.

2.1.2.3 Kemampuan Mengenal Huruf pada Anak Usia Dini

Dalam mengenal huruf, setiap anak usia dini pasti memiliki kemampuan yang

berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Menurut Rasyid,(2009:241) bahwa

kemampuan mengenal huruf bagi anak usia dini merupakan bagian penting dalam

merekam berbagai jenis bunyi dan bentuk huruf yang didengar dan dilihat anak dari

lingkungannya, baik huruf latin, arab maupun huruf lainnya. Berbagai bunyi huruf
23

yang dikenal anak akan menumbuhkan kemampuan anak dalam memilah dan

memilih berbagai jenis huruf yang ada. Selain itu, Rasyid,(2009:241) menegaskan

bahwa dalam melatih anak untuk mengenal huruf dan mengucapkannya harus

diulang-ulang secara terus menerus.

Pada awalnya, anak usia dini dapat mulai mengenal simbol danhuruf sejak dini

melalui lingkungan sekitar. Dengan demikian, anak akan menjadi semakin akrab

dengan simbol huruf yang ada disekitar anak. Stratton 2006 (dalam Rasyid 2009:72)

menyatakan bahwa sesungguhnya anak usia dini juga tertarik dengan bunyi dan

suara, sehingga dalam mengenal suatu huruf terlebih dahulu anak harus mendengar

bunyi huruf tersebut dengan jelas dan benar.

Suyanto (2005:165) mengatakan bahwa bagi anak usia dini dalam mengenal

huruf A-Z dan untuk mengingatnya sebenarnya bukanlah hal yang sulit. Seefeldt &

Wasik (2008 :328) mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena sesungguhnya anak-

anak sudah mulai dapat mengenal huruf cetak dengan berinteraksi dengan buku dan

bahan tertulis lainnya sejak dini.

Pendapat lain yang senada juga dikemukakan oleh Seefeldt & Wasik (2008:330)

bahwa anak-anak juga mulai mengenal huruf cetak melalui huruf cetak lingkungan

atau biasa disebut environmental print. Apabila seorang anak sudah belajar satu huruf

maka sangat dianjurkan bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan latihan

lanjutan.

(Sunartyo 2005: 49) berpendapat bahwa latihan tersebut dapat dilakukan dengan

mencari huruf yang sudah dikenal anak tersebut pada bungkus makanan, kotak kue,
24

surat kabar atau pada papan iklan yang ada dipinggir jalan. Yang perlu diperhatikan

oleh orang tua dalam hal ini adalah ketika melakukan latihan tersebut usahakan dalam

situasi bermain yang menyenangkan bagi anak sehingga anak tidak merasa

tertekan.Kegiatan ini bertujuan supaya kemampuan anak dalam mengenal huruf dapat

semakin baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak dalam

mengenal huruf tidak sama, sehingga dalam upaya mengenalkan huruf harus

disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Mengenal huruf sendiri bagi

anak merupakan bagian terpenting dalam merekam berbagai jenis bunyi dan

huruf.Dengan demikian, dalam mengenalkan huruf juga harus dilakukan secara

berulang-ulang dan terus menerus.

2.1.2.4 Kemampuan Mengucapkan Huruf pada Anak Usia Dini

Dalam mengucapkan huruf yang telah dikenal oleh anak sebenarnya bukanlah

hal yang sulit. Anak akan mengalami hambatan dalam mengucapkan huruf apabila

terdapat gangguan pada alat tutur atau karena cara mengenalkan huruf yang kurang

tepat bagi anak. Seefeldt & Wasik (2008: 327) mengatakan bahwa seorang guru anak

usia 3-5 tahun, perlu memahami bahwa kesadaran fonemik bukanlah bunyi bahasa

(fonik). Kesadaran fonemik adalah tanda untuk memahami bunyi huruf yang terdapat

dalam kata.Untuk itu, anak memerlukan dasar yang kuat dalam kesadaran fonemik,

Anak-anak bisa mengembangkan kesadaran fonemik dengan memberikan

kesempatan yang sangat banyak untuk bermain dengan bahasa dan mendengarkan
25

bunyi dalam kata. Wasik (dalam Seefeldt & Wasik, 2008: 328) mengatakan bahwa

ketika anak belajar tentang nama huruf, maka anak juga belajar tentang bunyi huruf.

Crimus, Thomas (dalam Rasyid, 2009: 72) mengatakan bahwa sekitar 60 % anak

usia 5 tahun megalami kesulitan dalam mendengar bunyi suara atau kata dikarenakan

karena anak belum mengetahui nama benda atau kata yang didengar. Karenatidak

jelas ketika mendengar kata-kata tersebut, sehingga dalam mengucapkannya anak

juga akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, anak usia dini memerlukan latihan

konsentrasi dalam mendengar bunyi/suara yang datang dari lingkungan sekitar anak.

Menurut Sunartyo (2005: 49) walaupun anak sudah mampu untuk mengetahui nama

dan bunyi huruf, namun kadang anak masih sering lupa untuk menyebutkan nama

huruf tersebut.

Hal ini wajar terjadi, karena memang anak masih dalam tahap mengenal huruf.

Jika suatu saat anak salah dalam menyebutkan bunyi huruf tertentu, sebagai orang tua

atau pendidik sebaiknya segera memberikan sebutan yang benar. Jangan biarkan anak

menerka-nerka sendiri sebutan yang benar. Sebaliknya, apabila anak sudah tepat dan

benar dalam menyebutkan suatu huruf maka berilah pujian untuk anak agar anak

semakin percaya diri dan yakin dalam mengucapkan huruf yang dikenalnya.

(Sunartyo, 2005: 49).

Kesimpulannya kemampuan anak dalam mengucapkan huruf bukanlah hal yang

sulit bagi anak, Anak usia dini mengalami hambatan dalam mengucapkan huruf

biasanya terjadi karena adanya gangguan dalam alat ucap anak karena cara

mengenalkan huruf yang kurang tepat terhadap anak.


26

2.1. 3 Media Pembelajaran


2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran.

Menurut Sadiman,dkk (2009: 6), istilah media itu sendiri berasal dari bahasa

Latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium”yang secara harafiah berarti

“perantara”yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,perhatian dan minat serta perhatian

anak sedemikian rupa sehingga proses belajar itu terjadi. Sementara menurut Criticos

(dalam Daryanto,2010: 5) media merupakan komponen komunikasi yaitu sebagai

pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut

bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.

Sedangkan menurut Scharmm (dalam Ellyawati,2005: 105), media pembelajaran

merupakan salah satu teknologi pembawa pesan untuk keperluan pendidikan. Dalam

hal ini media yang dimaksud dapat berupa televisi, video, film dan sebagainya yang

tentu saja itu untuk mendukung proses belajar dikelas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diungkapkan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan salah satu bentuk teknologi yang

digunakan sebagai perantara komunikasi dari komunikator menuju komunikan, baik

media cetak maupun audio visual sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat anak dalam proses pembelajaran.


27

2.1.3.2 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang bisa digunakan sebagai proses

pembelajaran. Menurut Eliyawati (2005: 113), jenis media pembelajaran sebagai

berikut:

1. Media visual adalah media yang hanya dilihat saja. Media visual ini terdiri atas

media yang dapat diproyeksikan, misalnya overhead proyektor (OHP) dan media

yang tidak proyeksikan,misalnya gambar diam, gambar grafis,media model,media

realita.

2. Media audio adalah yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat

didengar) yang dapat merangsang pikiran,perasaan perhatian dan kemauan anak

untuk mempelajari isi tema, misalnya radio kaset.

3. Media Audio-Visual, merupakan kombinasi dari media dan media visual, misalnya

televisi,video pendidikan dan slide suara.

Sedangkan menurut Sadiman (2006: 28) media terdiri beberapa jenis yang dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Media grafis

Media grafis termasuk dalam media visual yang berfungsi untuk menyalurkan

pesan yang menyangkut dengan dengan indera penghilatan.Media grafis ini

memiliki beberapa jenis, antaranya adalah papan flanel, gambar atau foto,sketsa,

diagram, bagian atau chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe papan bulletin.
28

2. Media Audio

Media audio merupakan media yang berkaitan dengan indera pendengaran.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik

verbal (kata-kata) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, antara lain

radio, tape recoder, piringan hitam dan laboritorium bahasa.

3. Media Proyektor Diam

Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media menyajikan

rangsangan-rangsangan dari visual. Selain itu, bahan-bahan grafis banyak dipakai

dalam media proyeksi diam. Perbedaanyang jelas diantara adalah media grafis

dapat secara langsung berinteraksi dengan media pesan yang bersangkutan pada

media proyeksi. Pesan tersebut diproyeksikan dengan proyektor agar dapat di

dilihat oleh sasaran. Beberapa jenis media proyeksi di antara lain film bingkai

(slide), film rangkai (film strip) dan overhead proyektor (OHP).

Dari kedua pendapat mengenai jenis-jenis media seperti yang sudah dijelaskan

diatas, dapat disimpulkan bahwa media dari beberapa jenis diantaranyamedia

visual,media audio dan media audio visual. Media visual mencakup media yang dapat

dilihat dari penghilat yang didalamnya terdapat media grafis seperti media papan

flanel. Media audio merupakan media yang berhubungan dengan indera pendengaran,

misalnya kaset, dan radio. Sedangkan media audio visual adalah media yang terjadi

bentuk penggabungan antara media audio dan visual, misalnya televisi, dari ketiga

jenis media tentu saja memiliki fungsi yang sama yang dapat digunakan untuk
29

menunjang proses pembelajaran, terutama pembelajaran anak usia dini usia 4-6

tahun.

2.1.3.3 Manfaat Media Pembelajaran

Pada saat ini masih banyak guru yang menganggap bahwa peran media dalam

proses pembelajaran hanya sebatas alat bantu semata dan boleh diabaikan manakala

media itu tidak tersedia TKK, padahal media merupakan salah satu komponen dari

proses pembelajaran yang memiliki peran cukup dalam mengajar terutama pada

pembelajaran anak usia dini.

Menurut Eliyawati (2005: 111), manfaat bagi pembelajaran anak usia dini

sebagai berikut: 1) Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan

lingkungannya. 2) Memungkinkan adanya keseragaman pangamat atau persepsi

belajar pada masing-masing anak. 3) Membangkitkan motivasi belajar anak. 4)

Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupundisimpan

sesuai kebutuhan. 5) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi

seluruh anak. 6) Mengatasi kerterbatasan ruang dan waktu. 7) Mengontrol kecepatan

belajar anak.

Sedangkan menurut Daryanto (2010: 5), manfaat media dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut: 1) Memperjelas pesan tidak perlu verbelitas. 2)

Memperbatasi ruang, gerak dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar,

terlalu kecil, gerak yang lambat atau cepat, kejadian di masa lalu, dan objek teralu

komplek. 3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
30

pasif anak didik. Dalam hal ini media dapat menimbulkan kegairahan dalam belajar,

memungkinkan anak belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan sendiri-sendiri.

Dari beberapa pendapat yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa

media memiliki manfaat yang cukup besar dalam pembelajaran. Manfaat yang

didapatkan dari penggunaan media antara lain dapat mengatasi keterbatasan ruang

dan waktu, meningkatkan motivasi belajar anak, dan menimbulkan persepsi yang

sama.Setelah diketahui beberapa manfaat media dalam pembelajaran, selanjutnya

perlu juga diketahui mengenai fungsi dari media dalam proses.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas bahwa media mempunyai fungsi yang

sangat penting khususnya anak-anak usia dini dalam memperlancar proses

pembelajaran berlangsung. Melalui media pembelajaran seorang guru dapat

menerangkan sebuah materi ajar dengan mudah dan menghemat waktu. Melalui

media pula sesuatu yang tidak mungkin dihadirkan didalam kelas dapat menjadi

sesuatu yang dihadirkan didalam proses pembelajaran sehingga anak akan dengan

mudah mengerti sesuatu yang belum diketahui sebelumnya.

2.1.4 Media Papan Flanel


2.1.4.1 Pengertian Papan Flanel Huruf

Sebuah media pembelajaran yang sangat dibutuhkan untuk melakukan sebuah

proses belajar mengajar di TKK Salvatoris Satap SDI Soka. Dengan menggunakan

media, anak lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran secara aktif.Media

pembelajaran yang ditawarkan sangat banyak jenisnya, baik berupa

visual,audio,maupun audiovisual. Salah satu media yang digunakan dalam


31

pembelajaran di TKK terutama dalam pengenalan huruf adalah media papan flanel

huruf.

Menurut Ismail (2006: 222),media papan flanel adalah media grafis yang efektif

sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada sasaran tertentu pula. Papan

berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis untuk disimpan.Gambar-gambar

yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah,sehingga dapat

dipakai berkali-kali. Selain gambar, papan flanel dapat dipakai pula untuk

menempelkan huruf-huruf atau angka-angka sehingga dapat memudahkan proses

penyampaian materi.

Sejalan dengan hal itu, Sadiman, dkk (2009: 48) mengungkapkan bahwa papan

flanel adalah media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada

sasaran tertentu pula. Papan berlapis flanel ini dapat dilipat secara praktis. Gambar

atau angka yang akan disajikan dapat dipasang dan dapat dilepas berkali-kali, untuk

itu media papan flanel ini mengenalkan huruf di TKK Salvatoris Satap SDI

Sokakarena suatu media yang efektif dan efesien. Menurut Daryanto (2010: 22),

papan flanel sering disebut dengan visual board, adalah suatu papan flanel yang

dilapisi kain flanel atau kain berbulu dimana padanya diletakan potongan gambar-

gambar atau simbol atau angka yang disebut biasanya disebut dengan item flanel.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa papan flanel huruf adalah

sebuah media grafis yang berupa papan yang dilapisi kain flanel atau kain berbulu

yang efektif untuk menyampaikan materi seperti gambar, huruf, simbol ataupun
32

angka-angka sehingga dapat menyampaikan materi pengenalan huruf pada TKK

Salvatoris Satap SDI Soka.

2.1.4.2 Kegunaaan dan Keuntungan Media Papan Flanel

Dari apa yang telah di uraikan mengenai pengertian media papan flanel huruf

diatas, tampak bahwa media papan flanel huruf mempunyai kegunaan dan

keuntungan dalam sebuah proses belajar mengajar di TKK untuk mengenal huruf

pada anak usia 4-6 tahun.

Menurut Daryanto (2010: 22) kegunaan media flanel adalah sebagai berikut: 1)

Dapat dipakai untuk pembelajaran apa saja. 2) Dapat menerangkan perbandingan

secara sistematis. 3) Dapat menumpuk anak untuk belajar aktif.

Sedangkan Moedjiono dan Sukardi yang dikutip oleh Multiasih (1997: 17)

mengemukkan bahwa kegunaan papan flanel adalah:

1. Dapat dipakai pada semua tingkat sekolah dari Pendidikan Anak UsiaDini sampai

Perguruan tinggi.

2. Dapat dipakai pada berbagai situasi belajar.

3. Dapat dipakai untuk menerangkan perbandingan, persamaan secara sistematis

dengan berbagai butir yang satu pada yang lain.

Sementara itu menurut Suleiman (1985,119-120) papan flanel dapat digunakan

sebagai media pembelajaran berhitung, misalnya menempelkan beberapa buah jeruk

dan angka yang menujukannya.

Media papan flanel huruf juga merupakan tempat yang efektif untuk

menvisualisasikan sesuatu misalnya bercerita dan siklus kehidupan tumbuh-


33

tumbuhan. Melihat kegunaan dari papan flanel yang telah ada, maka papan flannel

sangat cocok untuk mengenalkan huruf pada anak usia 4-6 tahun, karena media papan

flanel ini memiliki keefektifan dalam penggunaannya selain itu, kain yang melekat

pada papan flanel ini memiliki keefektifan dalam penggunaan. Pemanfaatan papan

flanel dalam pembelajaran banyak sekali keuntunganya. Berapa keuntungan

penggunaan papan flanel menurut Suleiman (1985: 124) adalah sebagai berikut :1)

Dalam pembuatannya tidak sukar dan tidak memerlukan biaya yang banyak. 2) Papan

flanel baik untuk menvisualisasikan diri berbagai macam pelajaran misalnya:

pengenalan angka, pengenalan huruf, bercerita siklus metaformosis dan sebagainya.

3) Papan flanel memungkinkan pelajaran atau informasi yang disajikan di atasnya

“tumbuh” secara bertahap dihadapan yang melihatnya. Waktu diperlukan untuk

memperlihatkan bagian demi bagian dapat dikontrol, artinya dapat dipendekkan atau

dipanjangkan menurut keperluan. 4) Pada bahan flanel yang ditempelkan pada papan

flanel diatasnya dapat ditempelkan lagi guntingan yang lebih kecil. 5) Orang yang

diberi pelajaran dapat ikut serta dalam menempelkan guntingan pada papan flanel,

sehingga terjadinya partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. 6) Guntingan-

guntingan yang akan di gunakan sebagai bahan ajar dapat dipakai berulang-ulang,

sehingga menghemat waktu dalam penyiapan media pembelajaran.

Sedangkan menurut Daryanto (2010: 22), keuntungan papan flanel adalah

sebagai berikut.1) Dapat dibuat sendiri. 2) Item-item dapat diatur sendiri. 3) Item-

item dapat digunakan berkali-kali.


34

Sementaraitu menurut Kathy Carier yang dikutip oleh Vitriani (2011: 21),

keterangan pembelajaran dengan menggunakan media flanel adalah sebagai berikut.

(1) Karena papan flanel bersifat sederhana maka papan flanel ini bisa dibuat sendiri

oleh guru. (2) Sebelum menggunakan papan flanel dalam pembelajaran, terlebih

dahulu papan flanel ini dapat dipersiapkan dengan sebaik mungkin dengan teliti. (3)

Dengan hemat waktu pembelajaran karena segala sesuatu yang akan diajarkan telah

dipersiapkan dengan sebaik mungkin, sehingga anak secara langsung dapat melihat

secara langsung apa yang sedang diajarkan. (4) Membantu anak dalam membilang

atau menghitung banyaknya benda. (5) Membantu anak dalam memahami konsep

lebih banyak dan lebih sedikit atau sama banyak.

2.1.4.3 Langkah-langkah Penggunaan Media Papan Flanel Mengenalkan Huruf

Media papan flanel dalam pengenalan hurufini dapat digunakan pada saat

pembelajaran mengenalkan huruf berlangsung dengan dampingan guru. Menurut

Wasdi Dan Irine (2015: 68) Sebelum penggunaan media papan flanel, terlebih dahulu

anak dibagi dalam lima kelompok yang terdiri dari 10 anak tiap kelompoknya.

Setelah anak membentuk kelompok, kemudian guru menyampaikan tentang konsep

sesuai dengan materi yang akan dijelaskan dan dikaitkan dengan lingkungan sekitar

anak, langkah selanjutnya guru menulis kata-kata di papan tulis dan menerangkan

tentang berbagai huruf abjad dan cara membacanya serta menulis jumlah misalnya

jumlah dari buah-buahan. Kemudian guru menerangkan tentang media papan flanel

kepada anak dan menjelaskan kegunaan media papan flanel dan menempelkan media

papan flanel di papan dengan menyusun kata-kata agar anak-anak mudah memahami
35

dan guru mengajak anak untuk membaca kata-kata tersebut yang ditempelkan di

papan dan guru mengajak anak untuk membaca huruf yang ada didalam kata

kemudian anak menulis huruf tersebut di papan tulis satu persatu dan anak-anak dan

guru mengulangnya seperti itu lagi agar anak-anak memahami dalam mengenal huruf

vokal dan konsonan.

Setelah semua rangkaian pembelajaran menggunakan media papan flanel huruf

selesai, maka saatnya guru dapat melihat umpan balik dari anak dengan anak untuk

memberi kesan pembelajaran melalui media tersebut.

2.1.5 Karakteristik Belajar Anak Usia Dini


2.1.5.1 Pengertian Karakteristik Belajar Anak Usia dini

Dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). di Indonesia anak usia dini

adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.Usia ini merupakan usia yang

sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak

Anak Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Oleh karena itu, Usia dini sering kali disebut sebagai usia

emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang

intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Tetapi


36

meskipun usia dini merupakan rentang usia dimana anak mengalami masamasa

golden age bukan berarti anak harus dijejali dengan berbagai pembelajaran yang

memberatkan, melainkan anak harus dibimbing dan dididik berdasarkan pada

karekteristik belajarnya sebagai bentuk mempersiapkan diri untuk kehidupan

selanjutnya. Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam

berperilaku.

Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak

sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan

fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar

anak menurut Masitoh dkk, adalah sebagai berikut.

1. Anak belajar melalui bermain.

Dalam kenyataan di lapangan ternyata masyarakat Indonesia masih memiliki

pemikiran bahwa pembelajaran yang senantiasa dilakukan pada pendidikan dasar

adalah membaca, menulis dan berhitung (calistung) baik itu di sekolah dasar

maupun di Taman kanak-kanak sekalipun. Belajar calistung memang pada

dasarnya penting karena hal tersebut merupakan dasar untuk mengembangkan

pengetahuan selanjutnya yang akan dipelajari anak pada tingkatan yang lebih

tinggi. Tetapi berbicara anak usia dini yang merupakan usia golden age calistung

bukanlah suatu hal yang utama dalam pembelajaran karena pada usia ini

pengembangan tidaklah hanya pada otak kiri saja melainkan harus ada

keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan, yang pada dasarnya menurut
37

beberapa penelitian akan terjadi kemampuan yang luar biasa ketika kedua otak

tersebut dapat difungsikan.

Selain itu, menurut (Sudirjo,2011: 64) menjelaskan bahwa orang-orang yang

sudah dilatih untuk menggunakan suatu belahan otak secara eksklusif relatif tidak

mampu menggunakan belahan otak lainnya. Selain itu, temuannya juga

menjelaskan jika bagian otak yang lebih lemah dirangsang dan didorong untuk

difungsikan bersama-sama dengan bagian yang lebih kuat,maka hasilnya adalah

adanya sutu peningkatan dalam keseluruhan kecakapan.Berdasarkan pada

penemuan tersebut membuktikan bahwa membaca,menulis dan berhitung bukan

merupakan fokus utama dalam pendidikan anak usia dini.

Berdasarkan pada isu diatas, National Association for the education of young

children Amerika Serikat (NAEYC) menertibkan suatu panduan pendidikan

bagian anak usia dini yang salah satunya menekankan penerapan bermain

(termasuk bernyanyi dan bercerita) sebagai alat utama belajar anak. Sejalan

dengan itu, kebijakan pemerintah Indonesia di bidang pendidikan usia dini

(1994/1995)juga menganut prinsip “bermain sambil belajar atau belajar seraya

bermain”.

Tetapi budaya atau anggapan masyarakat tentang aktifitas bermain yang

hanya dianggap membuang-buag waktu anak masih saja ada. Berkenaan dengan

hal tersebut. (Sudirjo, 2011:66) menjelaskan bahwa sekurang-kurangnya ada dua

alasan yang menyebabkan orang kurang menghargai aktivitas bermain anak.

Pertama adalah pengaruh historis dari etika bekerja.Etika bekerja


38

mengimplikasikan bahwa segala aktivitas yang berhubungan dengan kesenangan

bukanlah bekerja.Kedua adalah karena pengaruh langsung yang diperolah dari

aktivitas bermain tidak jelas,sedangkan pengaruh langsung dari kegiatan

pengajaran terstruktur dapat dengan mudah diketahui.

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.

Hal ini dapat diartikan bahwa anak belajar dengan pengalamannya secara

langsung, guru hanya bertugas memberikan fasilitas dan stimulus pada anak agar

anak terangsang untuk melakukan sebuah aktifitas pembelajaran sehingga pada

akhirnya anak akan mendapatkan sebuah pengalaman baru yang nantinya akan

disimpulkan menjadi sebuah proses belajar yang berawal dari ketidaktahuan

menjadi tahu sebagai akibat dari pengalaman langsung tersebut.

3. Anak belajar secara alamiah.

Anak belajar dengan kemampuan, potensi serta apa yang dimiliki tanpaada

paksaan atau tuntutan yang berlebihan, sehingga anak tumbuh dan berkembang

sesuai dengan fitrahnya melalui cara belajar alamiah. Anak belajar paling baik jika

apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan,

bermakna, menarik, dan fungsional.

Dari pernyataan tersebut bisa kita teliti satu persatu, yang pertama adalah

mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, pada dasarnya

pembelajaran pada anak usia dini dilakukan secara terintegrasi dan berdasarkan

tema sehingga aspek perkembangan yang dikembangkanpun bervariasi hal

tersebut berdasarkan pada teori multiple intelegensi yang disampaikan oleh


39

Garner, yang menyatakan bahwa anak memiliki banyak sekali potensi dan semua

potensi tersebut harus berusaha dikembangkan yang pada akhirnya akan diketahui

potensi mana yang di anggap paling menonjol.

Kedua bermakna, sistem belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan

seefektif mungkin sesuai dengan karakteristik anak usia dini itu sendiri sehingga

pembelajaran akan menghasilkansuatu perubahan pada perkembangan anak dan

tidak hanya sekedarpentransferan ilmu saja melainkan harus ada makna dibalik

pembelajaran tersebut. Ketiga menarik, tentu saja ketika anak merasa tertarik

dengan pembelajaran akan timbul semangat dan keingintahuan anak tentang apa

yang dibahas oleh guru, hal tersebut juga melatih anak agar memiliki jiwa kreatif.

Terakhir adalah fungsional yang berarti anak akan belajar apabila yang

dipelajarinya itu sesuai dengan kebutuhan dirinya.

2.1 Kajian-kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Matiled Ngatu pada tahun 2019 dengan

judul Pengembangan Media Papan Flanel untuk Meningkatkan Kemampuan

Mengenal Huruf dan Angka pada AUD Kelompok B di TKK Harapan Ngorabolo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Validasi ahli materi memperoleh skor100

(sangat valid); 2) Validasi ahli media memperoleh skor 88,57 (sangat valid); 3)

Validasi ahli desain memperoleh skor 80 (valid); 4) uji coba kelayakan perorangan

memperoleh skor100 (valid). 5) uji coba kelayakan kelompok kecil memperoleh

skor100 ( sangat valid).


40

Penelitian yang dilakukan oleh Maulidatus Sholahiyah tahun 2015 dengan judul

penggunaan media papan flanel dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran

materi huruf hijaya pada siswa RA Muslimat Nu Mafatihul Huda Bae Kudus. Hasil

penelitian penggunaan media papan flanel untuk mengenal huruf berdasarkan tiga

tahapan dapat memberikana nilai 1-4 pada setiap kolom dari masing – masing anak

ang disesuaikan dengan tingkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanifa Nur Dwi Apriyani pada tahun 2019

dengan judul Implementasi Penggunaan Media papan flanel untik mengenlan huruf

dalam aktifitas bermain pda anak kelompok B di TK Aisyiyah Nusukan 1 Surakarta.

Hasil dari penelitin ini adalah anak memiliki kemampuan mengenal huruf setelah

menggunakan media papan flanel.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

2.2 Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran yang dilakukan dibeberapa TK saat ini, pengenalan huruf

telah diperkenalkan ketika anak berada di kelas namun, ternyata anak masih

mengalami kesulitan dalam mengenal huruf. Misalnya ketika guru mengenalkan

huruf melalui pembiasaan penyebutkan dan penulisan nama yang telah dilakukan

secara rutin setiap hari anak masih sulit dalam mengenal huruf dikarenakan pada saat

anak menirukan untuk menulis hurufdi papan tulis dan menyebutkan huruf anak

masih mengalami kesulitan dan perlu bimbingan guru pada saat dikelas dan

mengunakan kertas anak belum bisa mengenal huruf. Salah satu media yang dapat

digunakan untuk pengenalan huruf pada anak usia 5-6 tahun adalah media papan
41

flanel huruf, media papan flanel huruf yang efektif untuk menyajikan pesan- pesan

pada sasaran tertentu. Media papan flanel huruf ini mudah dibuat sendiri oleh guru

sehingga tidak mengeluarkan biaya dalam pembuatannya. Gambar-gambar atau kartu

yang ditempel pada papan flanel yang disajikan dapat dicopot dengan mudah dengan

demikian dapat dipakai berkali- kali. Media papan flanel huruf ini juga dapat dipakai

pula untuk menempelkan huruf yang nantinya memudahkan proses penyampaian

materi, terutama dalam mengenalkan huruf dan angka pada anak.

Dari apa yang telah diuraikan di atas ialah kemampuan mengenal huruf dan

angka usia 4-6 tahun di TKK Salvatoris Satap SDI Soka masih belum maksimal

sehingga perlu adanya media yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal

huruf dengan menggunakan media papan flanel huruf untuk meningkatkan

kemampuan mengenal huruf pada anak usia 5-6 tahun di TKK Salvatoris Satap SDI

Soka secara optimal. Alur kerangka berpikir di atas, dapat digambarkan pada gambar

beriut ini.
42

MASALAH SOLUSI

Anak Usia Dini di TKK Salvatoris Pengembangan media


Satap SDI Soka sedang mengalami pembelajaran papan flanel huruf
kesulitan dalam kemampuan
mengenal huruf.

HARAPAN

Menghasilkan produk yang layak,


yang dapat digunakan secara
berkepanjangan dan anak akan
menjadi pembelajar yang aktif
serta anak dapat meningkatkan
kemampuan mengenal huruf

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir.


43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Pengembangan

Penelitan ini menggunakan model desain pembelajaran yang sifatnya lebih

generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implementation-Evaliuation).

ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.

Salah satu fungsi ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan

infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja

pelatihan itu sendiri.

Menurut Rohman dan Amri (2013: 210-211) menyatakan bahwa Prosedur yang

dilakukan model ADDIE ada lima tahap yaitu: Analysis (Analisis), Design (Desain),

Development (Pengembangan), Implementation (Uji Coba) and Evaluation

(Evaluasi). Penelitian pengembangan ini lebih mengarahkan pada upaya untuk

menghasilkan produk tertentu kemudian diuji keefektifannya sehingga siap

digunakan secara nyata di lapangan.

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah media Papan Flanel. Dalam

penggunaan model, ADDIE memiliki 5 tahapan prosedur yang dilakukan antara lain

sebagai berikut. (1) Analysis (analisis), (2) Design (desain/perancangan), (3)

Development (pengembangan), (4) Implementation (implementasi/eksekusi), (5)

Evaluation (evaluasi/umpan balik).


44

Analyze

Implementation Evaluation Design

Development

Gambar 3.1 Model ADDIE


Sumber (Grafinger, 1988: 03)

1. Tahap Analisis (Analze)

1) Analisis Kurikulum.

Analisis kurikulum dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang digunakan yaitu

kurikulum 2013 yang dibuat oleh Depdiknas dan diterbitkan oleh BSNP. Peneliti

melakukan penyesuaian isi materi yang akan dimuat dalam media penggunaan

Papan Flanel dalam konteks pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk lebih

aktif.

2) Analisis Kebutuhan Siswa.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui secara detail kondisi peserta didik. Hasil

dari analisis akan dijadikan sebagai pedoman untuk menyusun dan

mengembangkan media kompetensi.


45

Analisis ini meliputi analisis terhadap kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar

(KD) apa yang akan dimuat dan yang utuh dengan alat-alat pendukung pada

kegiatan mengenal huruf.

3) Analisis Kompensi

Analisis ini meliputi analisis hadap Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) apa yang akan dimuat dan yang utuh dengan alat-alat pendukung pada

pengenalan media papan flannel huruf serta membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mingguan danRencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

2. Tahap Desain (Design)

Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat

bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangunan (blue-print) diatas

kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita dilakukan dalam tahap desain ini?

Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (specific, measurable,

applicabledan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus

didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian

tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai

tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang

dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Di samping itu, pertimbangkan pula

sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan

belajar yang seperti apa seharusnya dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu

dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.


46

Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-printalias desain menjadi

kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia

pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan atau diperlukan modul

cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan

lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus

disiapkan dalam tahap ini.

Suatu langkah penting dalam pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementasikan. Tahap uji coba ini merupakan bagian dari salah satu langkah

ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan

untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.

Langkah-langkah pengembangan akan dilakukan sebagai berikut:

1) Pembuatan Produk

Berdasarkan desain produk yang telah dirancang, kemudian dilakukan pencetakan

produk. Semua komponen yang telah dipersiapkan pada tahap desain dirangkai

menjadi satu kesatuan produk yang utuh dengan alat-alat pendukung pada

kegiatan mengenal huruf.

Pada tahap ini produk awal divalidasi oleh ahli materi (dosen), hasil validasi

berupa komentar, saran dan masukan yang dijadikan sebagai dasar untuk

melakukan revisi I terhadap produk yang dikembangkan.

2) Revisi I

Pada tahap ini produk direvisi berdasarkan komentar, saran dan masukan dari ahli

materi dan ahli media.


47

4. Tahap Implementasi ( Implementation)

Implementasi atau langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran.

Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat

dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah ini memang mempunyai

makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur kepada

siswa.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi meliputi:

1) Uji Coba

Peneliti melakukan uji coba terhadap media yang telah diproduksi berdasarkan

naskah yang telah dikembangkan dan divalidasi ahli. Uji coba dilakukan dengan

subjek anak TKK kelompok B di TKK Salvatoris Satap SDI Soka.

2) Revisi II (jika diperlukan)

Setelah uji coba maka dilakukan revisi kembali jika diperlukn revisi berdasarkan

hasil uji coba masing-masing anak.

3) Uji Coba Lapangan

Peneliti melakuakn kepada 6 anak kelompok B TKK Salvatoris Satap SDI Soka.

4) Produk

Dari hasil uji coba maka dapatlah produk akhir berupa media papan flanel huruf.
48

b) Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang

dibangu berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi

bisa terjadi pada setiap empat tahap diatas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat

tahap itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

Misalnya, pada tahap rancangan mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi

formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang

sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk

yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi perorangan dan lain-lain.
49

Tahap Analisis

Analisis kurikulum Analisis Analisiskompe


kebutuhan siswa tensi

Tahap Desain

Penyusunan aturan Pembuatan


Pembuatan desain
permainan, soal, instrumen
produk jawaban, dan materi penilaian

Tahap Pengembangan

Pembuatan Validasi (ahli materi Revisi I


produk dan ahli media)

Tahap Implementasi

Uji coba perorangan Uji coba kelompok kecil


kecil

Revisi III (Bila perlukan) Uji coba lapangan

Produk akhir

Tahap Evaluasi

Gambar 3.2 Bagan Model Pengembangan


Sumber. Rohman dan Amri (2013: 210-211)
50

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian atau pengembangan pada bagian ini memuat tahapan prosedur

pengembangan yang akan digunakan. Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam

melakukan pengembangan, pada refrensi yang digunakan. Namun secara garis besar, pada

tahapan ini dibagi kedalam 3 tahapan yaitu:

TAHAP I STUDI PENDAHULUAN

TAHAP II PENGEMBANGAN MODEL

TAHAP III
1. Pengujian ahli materi
2. Pengujian ahli media
3. Pengujian ahli desain pembelajaran

Analisis dan revisi produk berdasarkan uji


ahli

UJI COBA PERORANGAN DAN UJI COBA KELOMPOK


KECIL

PRODUK AKHIR HASIL PENGEMBANGAN

Gambar 3.3 Bagan Prosedur Pengembangan


Tahap I: Studi Pendahuluan
51

1) Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif

kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literature, kemudian studi lapangan

tentang produk yang akan dikembangkan.

2) Pada studi pendahuluan ini diakhiri dengan deskripsi dan analisis temuan. Dalam

tahap ini dilakukan peneliti yaitu mengetahui secara jelas tentang subjek yang ada

di lapangan. Dalam studi pendahuluan dilakukan dengan pedoman wawancara

terhadap guru untuk mengetahui variable latar belakang siswa, orang tua,

pendidikan, sikap terhadap sesuatu dan perhatian. Pada pedoman wawancara ini

peneliti menyediakan beberapa pertanyaan yang terkait dengan perkembangan

belajar siswa. Studi pendahuluan inilah yang menjadi dasar berbagai aspek dalam

pengembangan ini.

Tahap II: Tahap Pengembangan Model

Dalam tahap ini hendaknya memuat butir-butir:

1) Model Pengembangan (desain produk)

Tahap ini merupakan tahapan produksi dimana segala sesuatu telah dibuat dalam

tahapan desain menjadi nyata. Peneliti melakukan pengembangan media papan

flanel huruf untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak usia dini

pada kelompok B di TKK Salvatoris Satap SDI Soka.

2) Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk valid atau tidak. Tahapan validasi ini bertujuan untuk memperoleh

pengakuan kelayakan dan memperoleh masukan perbaikan mengenai media yang


52

dikembangkan. Pada tahap ini media divalidasi oleh ahli media yaitu media papan

flanel huruf.

3) Revisi Desain

Media yang telah divalidasi selanjutnya melalui tahap revisi. Revisi terhadap

media dilakukan berdasarkan masukan dari ahli materi dan ahli media yang

diberikan pada tahap validasi. Validasi dari ahli materi peneliti dijadikan dasar

untuk melakukan perbaikan pada materi. Sedangkan, validasi dari ahli media,

peneliti mendapatkan komentar atau saran terkait media. Komentar atau saran dari

ahli media dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan pada media.

1.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan

sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik dari

produk yang dihasilkan.

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba merupakan hal yang penting dalam tahap uji coba. Pada tahap uji

coba, produk akan dievaluasi melalui beberapa tahap agar menghasilkan produk yang

benar-benar layak untuk pembelajaran anak usia dini.

Rancangan uji coba produk, seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
53

DRAFT I 1. Angket Ahli Materi

Analisis dan revisi produk


(Tahap I, II, III dst

DRAFT II 2. Angket Ahli Media

Analisis dan revisi produk


(Tahap I, II, III dst
DRAFT III 3. Angket Ahli Desain

Analisis dan revisi produk


(Tahap I, II, III dst

Gambar 3.4 Desain Uji Coba Pengembangan Produk


(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)

3.3.2 Subjek Uji Coba

Pada penelitian ini pengembangan yang dilakukan ada dua tahap yaitu uji coba

kelompok kecil dan uji coba lapangan. Subjek uji coba yang terlibat adalah ahli

media, dua orang ahli materi, dan siswa TKK Salvatoris Satap SDI Soka.

3.3.3 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data

kuantitatif, yaitu:
54

1) Data kualitatif yaitu data tentang pengembangan media pembelajaran Papan

Flanel pada anak usia dini yang berupa kritik dan saran dari ahli media atau

ahli materi.

2) Data kuantitatif merupakan data pokok dalam penelitian yang berupa data

penilaian tentang media pembelajaran Papan Flanel pada anak usia dini dari

ahli materi, ahli media, dan siswa kelompok B TKK Salvatoris Satap SDI

Soka dalam kuisioner.

Data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dipaparkan seperti

table berikut.

Tabel 3.1 Jenis Data dan Instrumen

NO Instrumen Kriteria Jumlah Lokasi


Orang
1 Uji ahli media S2 1 orang KAMPUS stkip
Citra Bakti Ngada
2 Uji ahli isi konten S1 1 orang TKK Satap SDI
Soka
3 uji ahli S2 1 orang Kampus STKIP
desain ;pembelajaran Citra Bakti Ngada
4 Uji perorangan Siswa 3 orang TKK Salvatois
kelompok B SDI Soka
(5-6 Tahun)
5 Uji kelompok kecil Siswa 6 orang TKK Salvatoris
kelompok B Satap SDI Soka
(5-6) Tahun

3.4 Instrumen Pengumpulan Data


55

3.4.1. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,

2009: 308). Teknik pengumpulan dan pengembangan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Metode Observasi

Menurut Nassution ( Sugyono, 2011: 310), Observasi adalah dasar utama semua

ilmu pengetahuan. Melalui observasi ini Peneliti dapat mempelajari tentang perilaku

dan makna dari perilaku tersebut. Metode observasi ini digunakan untuk mengamati

apakah guru menerapkan pembelajaran sesuai yang direncanakan dalam pelaksanaan

pembelajaran dan untuk mengamati anak pada saat pembelajaran. Dalam Observasi

ini Peneliti melakukan Uji coba awal dan Uji coba lapangan

2) Metode Wawancara

Suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses

berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku over

yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi. Wawancara

ini ditujukan bagi; 1) Guru Taman Kanak-kanak untuk mengetahui pengembangan

tujuan pembelajaran yang digunakan di Taman Kanan-Kanak yang menjadi tempat

penelitian, (2) Peserta didik di TKK Salvatoris Satap SDI Soka tentang kemampuan

dalam mengenal huruf.

3) Metode angket
56

Arikunto (2006: 151) menjelaskan angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang peneliti ketahui.

4) Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto( 2006: 231) menyatakan bahwa metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku.

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data

tertulis yang merupakan pelengkap bahwa kegiatan yang telah direncanakan telah

dilaksanakan berupa media pembelajaran papan flanel huruf.

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini adalah pedoman hasil observasi, wawancara, angket dan

dokumentasi mengenai tujuan pembelajaran aspek kognitif yang akan digunakan

berdasarkan media papan flanel huruf yang dikembangkan dan terlebih dahulu diuji

validitasnya.Dalam penyusunan instrument, instrument disusun dandisesuaikan

dengan produk yang dikembangkan dan evaluasi produk yang dilakukan tepat

sasaran. Instrument yang dikembangkan sendiri terdiri daribeberapa instrument yang

disesuaikan dengan tujuannya masing-masing,berikut instrument-instrument yang

dikembangkan : 1) Instrument ahli materi (terlampir), 2) Instrument ahli media

(terlampir), 3) Instrument ahli desain (terlampir).

3.4.3 Teknik Analisis Data


57

Data yang diperoleh dari ahli materi, ahli media kemudian dianalisis. Dalam

penelitian pengembangan menggunakan dua teknik analisis data yaitu, teknik analisis

deskriptif kualitatif dan analisis statistic deskriptif kuantitatif.

1. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif

Teknik ini digunakan untuk merevisi produk media pembelajaran yang sedang

dikembangkan. Dasar revisi ini adalah dari masukan, saran dari beberapa ahli isi,

ahli media, ahli desain pembelajaran, mahasiswa saat uji coba dan dosen

pengampuh mata kuliah.

2. Teknik Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif

Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang berasal dari angket dalam bentuk

deskriptif persentase.

Rumus yang digunakan adalah:

1. Rumus untuk mengolah data per item

P= x 100%(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)

Keterangan :

P = Persentase

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta
58

2. Rumus untuk mengolah data per kelompok dan keseluruhan

P= x 100%(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)

Keterangan :

P = Persentase

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

3. Tabel tingkat validitas

Untuk menentukan kesimpulan yang telah tercapai maka ditetapkan kriteria

sesuai tabel tingkat validitas, sebagai berikut.

Prosentase Keterangan

71% - 85% B. Valid

56%-70% C. Cukup Valid

<55% D. Kurang Valid

Tabel 3.2 Tingkat Validitas Kelayakan Media


(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)
59

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Penelitian


4.1.1 Penyajian Data Draf 1 Pengembangan

Draft I Pengembangan sebagai produk awal pengembangan terdiri atas instrumen

penilaian media papan flanel huruf dan panduan penggunaan media papan flanel

huruf. Instrumen penelitian media papan flanel huruf diserahkan kepada ahli isi

materi. Ahli isi media papan flanel huruf (validator) yang menilai produk

pengembangan media papan flanel huruf adalah ahli yang profesional di bidang

PAUD. Produk pengembangan serta instrumen yang diserahkan kepada ahli isi adalah

uji ahli isi dan media papan flanel huruf. Data disajikan secara berurutan mulai dari

instrumen ahli isi sampai produk.

1). Instrumen Uji Coba Ahli Isi

Instrumen ahli isi yang diserahkan kepada ahli isi (validator), setelah mendapat

masukan dan saran dari ahli isi instrumen uji coba ahli isimendaptkan persetujuan

untuk di gunakan pada tahap selanjutnya dangan saran dari validator. Kemudian

setelah di ACC sesuai dengan saran lalu kemudian diserahkan kembali pada ahli isi

(validator) bersamaan dengan media papan flanel huruf. Dari 7 butir komponen yang
60

diajukan oleh peneliti media papan flanel huruf kepada ahli isi (validator), secara

keseluruhan mendapat persetujuan dari ahli isi (validator) untuk digunakan.

2). Media Papan Flanel Huruf

Berikut ini adalah pemaparan hasil penilaian ahli isi terhadap produk

pengembangan media papan flanel huruf dalam kuisioner dengan instrumen

penilaian. Hasil Penilaian Ahli Isi terhadap Produk Pengembangan Media Papan

Flanel Huruf dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Penilaian untuk Ahli Konten/Materi

No Aspek yang di nilai Skala penilaian


5 4 3 2 1
1. Produk dikembangkan mengacu pada akurasi tujan √
pembelajaran
2. Materi pada produk mengacu pada keterkaitan dengan topik √
lain
3. Materi mengacu pada kesesuaian dengan perkembangan iptek √
4. Apakah materi papan flanel huruf mampu merangsang √
interaksi dengan pembelajaran
5. Apakah materi yang disajikan dapat menginspirasi √
pembelajaran (guru dan siswa)
6. Apakah ada konsistensi penggunaan simbol/lambang √
7. Apakah materi mampu "multi respon" terhadap gaya belajar √
peserta didik
Jumlah skor 35
Rata-rata 100
Kriteria Sangat Valid
61

Berdasarkan Table 4.1 di atas maka dapat dijelaskan bahwa: Instrumen penilaian

untuk ahli konten/materi berfungsi untuk menilai isi dari materi-materi yang terdapat

pada media papan flanel yang dikembangkan. Selain itu, penilaian ahli konten juga

berfungsi untuk merevisi media sehingga dapat menghasilkan media papan flanel

huruf dari bahan tripleks dan kain flanel yang kerkualitas.

Berdasarkan ke 7 aspek yang di nilai oleh ahli materi dengan skala penilaian 5

yaitu dikategorikan sangat valid memperoleh nilai 5 dari masing-masing aspek oleh

ahli konten/materi sehinggah dari ke 7 aspek tersebut memperoleh skor 35 dengan

nilai rata-rata 100% prosentase dihitung 35: (7 x 5 ) x 100% =100%. Hasil kalkulasi

sebesar 100% pada kriteria sangat valid.

1). Instrumen Penilaian Untuk Ahli Konten/Materi

Uji coba ahli konten dengan melibatkan 1 orang dosen Stkip Citra Bakti Ngada.

Ahli konten dengan Ibu Elisabhet Tantiana Ngura, M.Pd. Beliau adalah dosen dari

STKIP Citra Bakti Ngada. Instrumen penilaian untuk ahli konten/materi berfungsi

untuk menilai isi dari materi-materi yang terdapat pada media yang dikembangkan.

Selain itu, penilaian ahli konten juga berfungsi untuk merevisi media sehingga dapat

menghasilkan media papan flanel huruf dari bahan tripleks dan kain flanel yang

kerkualitas. Penilaian ahli materi ini dengan melibatkan guru TKK dengan kualifikasi

PG-PAUD yang mengajar di TKK Salvatoris Satap SDI Soka. Adapun komponen

atau aspek yang dinilai terhadap ahli materi terhadap media yang dikembangkan.

Instrumen penilaian oleh ahli media dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
62

Table 4.1 keterangan nilai

Prosentase Keterangan

86% - 100% A. Sangat Valid

71% - 85% B. Valid

56%-70% C. Cukup Valid

<55% D. Kurang Valid

(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)

Masukan dan saran yang diberikan oleh ahli isi yang berkenaan dengan

pengembangan media papan flanel huruf adalah media tidak ada perbaikan dan tanpa

revisi hasil yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dikembangkan dan

untuk meningkatkan kualitas media papan flanel huruf. Sehinggah dengan perolehan

skor dari ahli materi maka penilaian untuk ahli konten/materi layak digunakan ke

tahap berikutnya.

4.1.2 Penyajian Data Draf II Pengembangan

1) Ahli Media Pembelajaran


63

Uji coba oleh ahli media pembelajaran dilakukan oleh Ferdinandus Bate

Dopo,S.Fil,M.Pd. Beliau adalah dosen STKIP Citra Bakti Ngada. Pendidikan terakhir

ahli media ini adalah S2 Teknologi pendidikan. Beliau dipercayakan sebagai ahli

media dalam media papan flanel huruf menghasilkan media papan flanel yang

berkulalitas. Draft II Pengembangan produk awal pengembangan media papan flanel

huruf menghasilkan media papan flanel yang berkulalitas. Untuk mengetahui apakah

media yang digunakan dalam media papan flanel yang dikembangkan baik media

gambar, warna, ukuran, bentuk sudah sesuai dengan karakteristik media papan flanel

huruf. Instrumen penelitian beserta media papan flanel huruf diserahkan kepada ahli

media. Ahli media yang dipilih oleh peneliti untuk menilai hasil produk

pengembangan media papan flanel huruf adalah seseorang validator yang mempunyai

keahlian atau pengetahuan pembelajaran yang profesional dibidang media, ahli media

memberikan saran dan masukan untuk revisi median papan flanel huruf. Saran dan

masukan ahli media untuk revisi sebagai berikut:

1. Bagian belakang media papan flanel harus ada gambar binatang dan gambar

binatang tersebut berupa binatang peliharaan yang ada di rumah ataupun di

lingkungan sekitar, misalnya: (kucing, anjing, dan sapi).

2. Adapun penambahan huruf A-Z yang terbuat dari Styrofoam dengan masing-

masing warna yang berbeda ( hijau, kuning, orange) agar mudah bagi anak

membedakan huruf dan anak mampu memahami.

Berdasarkan saran dan masukan dari ahli media adalah yang 1) Penambahan

binatang (kucing, anjing, dan sapi) adalah dengan adanya gambar tersebut anak
64

mampu menyusun huruf berdasarkan nama-nama binatang yang telah disediakan,

dengan dididkan dari guru anak mampu menyusun dan anak dapat mengenal bentuk,

warna pada masing-masing huruf yang di acak. 2) Penambahan huruf A-Z yang

terbuat dari Styrofoam adalah sehingga anak mampu mengenal huruf, warna, dan

bentuk.

Sehinggah dengan demikian media papan flanel huruf tersebut dengan perolehan

skor dari ahli media maka media papan flanel huruf sudah layak untuk digunakan

agar mudah bagi anak dalam proses pembelajaran.

Setelah melakukan revisi media papan flanel huruf sesuai dengan masukan dan

saran dari ahli media, kemudian media beserta instrumen kembali diserakan oleh

peneliti kepada ahli media untuk dikoreksi dan dinilai hasil revisinya. Dari ke-6 butir

komponen yang diajukan oleh peneliti untuk mengevaluasi media papan flanel huruf,

ahli media menyetuji semua ke-6 aspek yang dinilai tersebut. Berikut ini akan

dipaparkan hasil penilaian ahli media terhadap produk pengembangan melalui

kuisioner dengan instrument.

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Produk Pengembangan Media
Papan Flanel Huruf Untuk Aspek Bahasa.
No Aspek yang dinilai Skala Penilaian
1 2 3 4 5
1. Kelogisan Struktur papan flanel huruf √
2. Navigasi media papan flanel huruf dan tidak √
menyesatkan
3. Ketepatan pemilihan Media dengan materi √
4. ketepatan mematuhi prinsip penggunaan warna, yakni: √
warna untuk membedakan dari setiap media yang satu
dengan yang lainnya, memfokuskan, akses untuk link
65

dan penerapan yang konsisten

5. Produk menggunakan kontras warna yang hanya untuk √


meningkatkan perhatian dan membangkitkan respon
emosional.
6. Bahan ajar mematuhi prinsip ini, dimana warna media √
ini disandingkan dengan warna, hijau, orange, kuning,
dengan tingkat kecerahan yang tinggi.
PENYAJIAN DAN PENGGUNAAN

1. Media disimpan beralaskan papan tripleks yang di √


balut dengan kain flanel
2. Media dilengkapi dengan buku panduan siswa dan √
guru yang di print terpisah
3. Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia yang √
tidak membingungkan
Jumlah Skor 40
Rata-rata 80
Kriteria Valid

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas maka dapat dijelaskan bahwa: Dari ke 6 Aspek

Penilaian Instrumen Ahli Media ada pula 3 Aspek Penyajian Penggunaan dari ke 6

aspek yang dinilai oleh ahli media dengan skala penilaian 6 yaitu dengan masing-

masing penilaian yang berbeda yaitu 4 apek dikategorikan valid dan 2 aspek di

kategorikan sangat valid, dari Penyajian Penggunaan skala penilaian 3 yaitu dengan

masing-masing penilaian yang berbeda yaitu 2 penyajian penggunaan sangat valid

dan 1 penyajian penggunaan valid oleh ahli media sehinggah dari keseluruhan aspek

yang dinilai berjumlah 9 aspek. Sehinggah dari ke 9 aspek tersebut memperoleh skor
66

40 dengan nilai rata-rata 80% dengan prosentasi dihitung 40 : (9 x 5) x 100%

=88,91%. Hasil kalkulasi sebesar 88,91% berada pada kategori valid.

Instrumen penilaian untuk ahli konten/materi berfungsi untuk menilai isi dari

materi-materi yang terdapat pada media yang dikembangkan. Selain itu, penilaian

ahli konten juga berfungsi untuk merevisi media sehingga dapat menghasilkan media

papan flanel huruf dari bahan tripleks dan kain flanel yang kerkualitas.

1). Instrumen untuk ahli media berfungsi untuk

Penilaian oleh ahli media berfungsi untuk mengetahui apakah media yang

digunakan dalam media papan flanel huruf yang dikembangkan baik media gambar,

warna, ukuran, bentuk sudah sesuai dengan karakteristik anak. Instrumen penilaian

oleh ahli media dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Keterangan Nilai

Prosentase Keterangan
86% - 100% A. Sangat Valid

71% - 85% B. Valid


56%-70% C. Cukup Valid

<55% D. Kurang Valid

(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)

Berdasarkan perolehan skor dari ahli media maka media ini layak digunakan

dengan revisi untuk tahap berikutnya. Saran dan komentar sebagai masukan dari ahli
67

media terhadap media papan flanel huruf adalah media papan flanel huruf sudah

layak untuk digunakan agar mudah bagi anak dalam proses pembelajaran.

2). Ahli Desain Pembelajaran

Uji coba ahli konten dengan melibatkan 1 orang dosen STKIP Citra Bakti Ngada.

Ahli konten dengan Ibu Elisabhet Tantiana Ngura, M.Pd. Beliau adalah dosen dari

STKIP Citra Bakti Ngada. Draft II Pengembangan sebagai produk awal

pengembangan adalah media papan flanel huruf. Instrumen penelitian diserahkan

kepada ahli desain setelah angket dinilai dan direvisi, diserahkan kembali beserta

produk pengembangan Media Papan Flanel Huruf. Ahli desain yang dipilih oleh

peneliti untuk menilai produk pengembangan media papan flanel huruf dan RPPH

adalah validator yang mempunyai keahlian di bidang pengetahuan tentang PAUD dan

benar-benar mengetahui tentang kurikulum yang digunakan di PAUD dan STPPA.

penelitian yang digunakan untuk memvalidasi pengembangan media papan flanel

huruf sebelum digunakan, terlebih dahulu dinilai oleh ahli desain pembelajaran. Dari

15 aspek yang dinilai dalam instrumen desain pembelajaran yang diajukan oleh

peneliti untuk mengevaluasi pengembangan media papan flanel huruf, ahli media

menyetuji semua aspek tersebut tanpa revisi. Hasil tanggapan ahli desain

pembelajaran disajikan pada Tabel 4.3


68

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Ahli Desain terhadap Produk Pengembangan Media Papan
Flanel Huruf
No Aspek yang dinilai Skala
Penilaian
5 4 3 2 1
1. Identitas mapel, KI, KD, Tujuan, Indikator, Strategi (metode, √
teknik,taktik), Materi, Media, Latihan, evaluasi formatif
2. Rumusan KD sesuai PERMENDIKNAS √
3. Mengacu pada konsep ketepatan menggunakan kata kerja √
operasional
4. Mengacu pada seberapa banyak tujuan di rumuskan dari setiap √
KD
5. mengacu pada ketepatan menggunakan kata kerja operasional √
6. Mengacu pada kecukupan butir indikator yang diturunkan dari √
KD
7. Ketepatan metode yang digunakan dengan tujuan pembelajaran √
yang dirumuskan
8. Mengacu pada kesesuaian metode dengan teknik yang √
digunakan. Jika metode diskusi dipandang cocok untuk
mencapai tujuan, apakah teknik diskusi yang baik sudah
dilaksanakan?
9. Apakah materi dalam produk ini sesuai dengan tujuan yang √
mencakup fakta, konsep, prosedur,dan prinsip
10. Apakah produk pengembangan dilengkapi dengan tambahan √
materi pengayaan
11. Apakah Metode asesmen yang digunakan cocok dengan tujuan √
12. Apakah instrumen yang digunakan telah sesuai dengan metode √
asesmen?
13. Mengacu pada ketepatan pemilihan kata tanya yang gayut √
dengan tujuan yang dipilih sesuai taksonomi yang digunakan
14. Apakah produk pengembangan ini tampak jelas tahapan √
69

belajarnya, jelas kegiatan gurunya dan kejelasan aktifitas


peserta didik

KELENGKAPAN

1. √
Media papan flanel huruf dilengkapi dengan buku
panduan siswa dan guru yang di print terpisah

2 Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia yang √


tidak membingungkan

Jumlah Skor 34
Rata-rata 80
Kriteria Valid

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas maka dapat dijelaskan bahwa: Instrumen penelitian

diserahkan kepada ahli desain setelah angket dinilai dan direvisi, diserahkan kembali

beserta produk pengembangan Media Papan Flanel Huruf. Ahli desain yang dipilih

oleh peneliti untuk menilai produk pengembangan media papan flanel huruf dan

RPPH adalah validator yang mempunyai keahlian di bidang pengetahuan tentang

PAUD dan benar-benar mengetahui tentang kurikulum yang digunakan di PAUD dan

STPPA.
70

Berdasarkan ke 14 Aspek Penilaian Instrumen Ahli Desain ada pula Aspek

Kelengkapan dari ke 14 aspek yang dinilai oleh ahli desain dengan skala penilaian 14

yaitu dengan masing-masing penilaian yang berbeda yaitu 13 apek dikategorikan

valid dan 1 aspek di kategorikan sangat valid, dari Kelengkapan skala penilaian 2

yaitu dengan masing-masing penilaian yang berbeda yaitu 1 penyajian penggunaan

sangat valid dan 1 penyajian penggunaan valid oleh ahli desain sehinggah dari

keseluruhan aspek yang dinilai berjumlah 16 aspek. Sehinggah dari ke 16 aspek

tersebut memperoleh skor 34 dengan nilai rata-rata 80% dengan prosentasi dihitung

34 : (16 x 5) x 100% =80%. Hasil kalkulasi sebesar 80% berada pada kategori valid.

1). Instrumen penilaian untuk Ahli Desain

Berdasarkan penilain oleh ahli desain pembelajaran berfungsi sebagai bahwa

revisi atau perbaikan terhadap desain pengembangan media papan flanel huruf.

Penilaian ahli desain ini dengan melibatkan salah satu dosen STKIP Citra Bakti ini.

Penilain ahli desain dapat dilihat pada table 4.3 di bawah ini.

Table 4.3 Keterangan Nilai

Prosentase Keterangan
86% - 100% A. Sangat Valid

71% - 85% B. Valid


56%-70% C. Cukup Valid

<55% D. Kurang Valid

(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)


71

Berdasarkan perolehan skor rata-rata dari ahli desain maka pendapat ahli desain

pembelajaran terdapat media papan flanel huruf valid tidak ada revisi. Dengan

demikian skor dari ahli materi maka media papan flanel ini akan direvikan pada tahap

selanjutnya. Setelah pengembang merevisikan saran dan masukan yang diberikan

oleh ahli desain pembelajaran, maka rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH) disetujui untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Adapun saran dan komentar dari ahli desain pembelajaran terhadap media papan

flanel huruf adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan KI harus sesuai dengan tema.

Tahap ini merupakan tahap dimana tingkat kemampuan untuk mencapai standar

kelulusan yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program

yang menjadi landasan pengembangan KD dengan demikian peneliti harus

memilih KI harus sesuai dengan tema pembelajaran misalnya peneliti memilih KI-

3: Mengenal diri, keluargsa, tema, pendidik atau pengasuh, lingkungan sekitar,

teknoligi, seni, dam budaya di rumah, tempat bermain dan satuan PAUD dengan

cara: mengamati dengan indra (melihat, mendengar, menghirup, merasa, meraba),

menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/ mengasosiasikan, dan

mengomunikasikan melalui kegiatan bermain.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) harus tercantum dalam

instrumen dan Materi sesuai KD dan KI.


72

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) harus tercantum dalam

insrtumen Ahli Desain adalah sebagai pedoman bagi guru untuk melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dikelas agar dapat berjalan efektif dan efisien. RPPH

adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelaqjaran

untuk mencapai satu KD dan KI yang ditetapkan dalam standar isi yang telah

dijabarkan.

3. Bagian (RPPH) buku pedoman harus tercantum KI dan KD.

Bagian (RPPH) buku pedoman harus tercantum dalam KI dan KD adalah Buku

pedoman merupakan pedoman dalam penyususnan RPPH sebagai kegiatan

pembelajaran pada setiap pelajaran yang terdapat dalam buku pedoman alternative

kegiatan pembelajaran dengan demikian KI dan KD sebagai pijakan pertama

pencapaian yang dituju dan sebagai dasar dan tujuan untuk guru.

4.1.3 Penyajian Data Draf III Pengembangan

Setelah melalui tahapan draf I dan draf II sebagai produk pengembangan yang

telah direvisi berdasarkan saran dan masukan dari ahli isi, ahli media dan ahli desain

pembelajaran maka selanjutnya draf III pengembangan, pada draf III ini membahas

tentang hasil uji coba produk perorangan dan kelompok kecil. Tahap uji coba

perorangan menurut Tessmer (1995) sering disebut sebagai one to one areconducted

as early as possible in instructional development process, often withrough versions of

the instruction.

Oleh sebabnya, lebih lanjut Tessmer menyatakan uji perorangan dapat menilai

dua aspek kualitas intrinsik dan dampaknya dalam pembelajaran. Peneliti melakukan
73

uji coba produk perorangan dengan melibatkan 3 orang anak kelas B yang berusia 6

tahun di TKK Salvatoris Satap SDI Soka. Uji coba perorangan dilakukan untuk

mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk merevisi kelayakan penggunaan

media papan flanel huruf yang dikembangkan oleh peneliti dan untuk meningkatkan

kualitas media papan flanel huruf tersebut. Pada tahap uji coba perorangan

menggunakan instrument. Hasil penilaian uji coba perorangan dapat dilihat pada

Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Media Papan Flanel Huruf pada Uji Coba Perorangan

No Komponen-Komponen Respon anak


1 2
Ya Tidak Ya Tidak
1 1
Apakah media papan flanel huruf menarik?
1
2 1 1
Apakah Huruf yang anak lihat jelas?
3 Apakah warna pada Media Papan Flanel Huruf 1 1
menarik?
4 Apakah bentuk media papan flanel huruf yang 1 1
anak lihat menarik?
5 Apakah anak-anak suka dengan media Papan 1 1
Flanel Huruf ini?
6 Apakah anak-anak senang dengan bagian- 1 1
bagian dari Media Papan Flanel Huruf ini ?
6 6

Jumlah Skor 12

Rata – rata 100


74

Kriteria Sangat valid

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas maka dapat dijelaskan bahwa: Uji coba perorangan

dengan melibatkan 3 orang anak bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan

respon awal anak terhadap produk yang dikembangkan sehinggah dapat diketahui dan

didetifikasi kesalahan yang nyata dalam produk tersebut.

Media terdiri dari 6 Aspek yang di nilai oleh peneliti dengan respon anak yaitu

bagian butir pertanyaan pertama, anak memberikan jawaban tidak atau 0

dikategorikan cukup valid karena dalam respon anak tidak ada bagian yang sulit

dalam media papan flanel huruf. Sedangkan pada butir lainnya anak memberikan

respon Ya atau diberi nilai 1 dikategorikan sangat valid karena media yang

dikembangkan sesuai dengan lingkungan belajar anak, sehinggah anak merasa senang

dengan media yang dikembangkan. Dikategorikan sangat valid memperoleh nilai 1

dari masing-masing respon anak dengan jumlah nilai 6 setiap komponen dengan

jumlah respon anak adalah 12 dan nilai rata-ratanya 100% oleh peneliti sehinggah

dari ke 6 komponen, respon anak tersebut memperoleh skor 12 dengan nilai rata-rata

100% prosentase dihitung 12 : (6 x 1 ) x 100% =100%. Hasil kalkulasi sebesar 100%

pada kriteria sangat valid.

1). Instrumen untuk uji coba perorangan

Instrumen penilaian untuk anak difokuskan pada aspek bahasa penggunaan

media papan flanel huruf yang dikembangkan. Penilaian ini berfungsi untuk
75

menghasilkan media papan flanel huruf yang berkualitas. Selain itu, penilaian diberi

oleh guru pendamping dengan cara wawancara atau bertanya pada anak tentang

pendapat anak atas media papan flanel huruf dengan terlebih dahulu memberikan

kesempatan kepada anak untuk menggunakan media papan flanel huruf. Jawaban

yang diberikan oleh anak dapat menjadi bahan perbaikan atau revisi terhadap media

papan flanel huruf ini. Penilaian media papan flanel huruf ini dengan melibatkan uji

coba perorangan 3 (tiga) orang anak kelompok B TKK Salvatoris Satap SDI Soka.

Segala aspek atau komponen penilaian oleh anak sebagai pengguna produk dapat

dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Table 4.4 Keterangan Nilai

Prosentase Keterangan
86% - 100% A. Sangat Valid

71% - 85% B. Valid


56%-70% C. Cukup Valid
<55% D. Kurang Valid

(Sumber. Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti)

Berdasarkan hasil uji perorangan dengan 3 orang anak TKK Salvatoris Satap SDI

Soka semua anak terlihat sangat senang, yang menunjukan bahwa media sudah jelas

dan dapat digunakan untuk anak usia dini. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui

keterlaksanaan dan respon awal anak terhadap produk yang dikembangkan sehinggah
76

dapat deketahui dan diidentifikasi kesalahan yang nyata dalam produk tersebut. Dari

tabel tersebut, dapat dikategorikan bahwa kualitas media papan flanel berdasarkan

tanggapan 3 orang anak dapat dikategorikan “baik” dengan demikian media ini tidak

perlu direvisi. Hasil atau kriteria sangat baik sehinggah bisa dilanjutkan kepada uji

kelompik kecil. Hasil atau kriteria tersebut menunjukan kelayakan media papan flanel

huruf.

Uji coba media papan flanel huruf pada kelompok kecil melibatkan enam orang

anak kelompok B yang berusia 5-6 tahun di TKK Salvatoris Satap SDI Soka. Uji

coba dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk merevisi

kelayakan penggunaan produk media papan flanel huruf yang dikembangkan dan

untuk meningkatkan kualitas media papan flanel tersebut. Hasil penilaian uji coba

kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 4.5

Table 4.5 Tabel Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Media Papan
Flanel Huruf
Anak
No 1 2 3 4 5
Pertanyan
Tida Tida Tida Tida Tida
Ya Ya Ya Ya ya
k k k k k
1 Apakah media papan flanel 1 1 1 1 1
huruf ini mudah digunakan?
2 Apakah tampilan media 1 1 1 1 1
papan flanel ini menarik?
3 Apakah anak tidak 1 1 1 1 1
membutuhkan bantuan
dalam menggunakan media
papan flanel huruf ini ?
4 Apakah guru boleh 1 1 1 1 1
menggunakan mediapapan
77

flanel huruf ini dalam


proses pembelajaran yang
sesuai dengan tema?
5 Apakah anak-anak senang 1 1 1 1 1
belajar dengan
menggunakan media papan
flanel huruf?
6 Apakah media pembelajaran 1 1 1 1 1
papan flanel huruf ini dapat
meningkatkan kemampuan
bahasa pada anak?
6 6 6 6 6
Jumlah skor 36

Rata – rata 100%

Sangat valid
Kriteria

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas maka dapat dijelaskan bahwa: Uji coba ini

bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan respon awal anak terhadap produk

yang dikembangkan sehinggah dapat deketahui dan diidentifikasi kesalahan yang

nyata dalam produk tersebut.

Media terdiri dari 6 Aspek yang di nilai oleh peneliti dengan respon anak yaitu

bagian butir pertanyaan pertama, anak memberikan jawaban tidak atau 0

dikategorikan cukup valid karena dalam respon anak tidak ada bagian yang sulit

dalam media papan flanel huruf. Sedangkan pada butir lainnya anak memberikan

respon Ya atau diberi nilai 1 dikategorikan sangat valid karena media yang

dikembangkan sesuai dengan lingkungan belajar anak, sehinggah anak merasa senang
78

dengan media yang dikembangkan. Dikategorikan sangat valid memperoleh nilai 1

dari masing-masing respon anak dengan jumlah nilai 6 setiap komponen dengan

jumlah respon anak adalah 36 dan nilai rata-ratanya 100% oleh peneliti sehinggah

dari ke 6 komponen, respon anak tersebut memperoleh skor 36 dengan nilai rata-rata

100% prosentase dihitung 36 : (6 x 5 ) x 100% =100%. Hasil kalkulasi sebesar 100%

pada kriteria sangat valid.

1). Instrumen untuk uji coba kelompok kecil

Instrumen penilaian untuk anak kelompok kecil melibatkan 6 (enam) orang anak

kelompok B TKK Salvatoris Satap SDI Soka. Uji coba dilakukan untuk mendapatkan

informasi yang akan digunakan untuk merevisi kelayakan penggunaan media papan

flanel huruf yang dikembangkan dan untuk meningkatkan kualitas media papan flanel

huruf tersebut. Pada tahap uji coba kelompok kecil menggunakan instrumen

pengumpuan data berupa wawancara atau bertanya. Hasil penilaian uji coba

kelompok kecil dapat dilihat pada table 4.5 di bawah ini.

Table 4.5 Keterangan Nilai

Prosentase Keterangan
86% - 100% A. Sangat Valid

71% - 85% B. Valid


56%-70% C. Cukup Valid
<55% D. Kurang Valid

4.1.4 Produk Akhir


79

Tahap akhir dalam penelitian dan pengembangan setelah melewati uji coba

dalam draf I sampai draf III pengembangan adalah mepersiapkan media papan flanel

huruf dari produk yang dihasilkan kepada anak usia 5-6 tahun. Dengan demikian

media papan flanel huruf layak bagi anak sehingga media tidak perlu di revisi.

4.2 Analisis Data


4.2.1 Analisis Draf I Pengembangan
Analisis Draf I Pengembangan

Analisis yang dipaparkan pada draf I pengembangan adalah analis dari hasil

diskripsi data uji ahli materi.

1) Ahli materi Terhadap Instrumen

Angket uji ahli materi yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini

telah divalidasi oleh ibu Elisabeth Tantiana Ngura, M.Pd di bidang teknologi

pembelajaran yang professional di bidang ahli materi. Komponen, sub komponen dan

butir kreteria yang diajukan kepada ahli materi disetujui untuk digunakan dalam

penelitian dan pengembangan dengan beberapa revisi seperlunya.

2) Ahli Materi Terhadap Media Papan Flanel Huruf

Berdasarkan hasil penilaian ahli materi sebagaimana tersaji pada Tabel 4.1, maka

dapat dihitung presentase tingkat pencapaian media sebagai berikut.

P= x 100%

Keterangan :

P = Persentase
80

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

X =35

Xi =35 dari 5 nilai ideal x 7 butir instrumen

P =35/35x100%=100%

Berdasarkan bobot setiap butir dalam kreteria peneliti adalah 5, maka prosentase

dihitung = 35 : (7 × 5 ) × 100% = 100%. Hasil kalkulasi sebesar 100% berada pada

kriteria Sangat valid, sehingga media papan flanel huruf tidak perlu direvisi. Kendati

hasil intepretasi terhadap media papan flanel huruf tidak perlu direvisi, namun

mempertimbangkan masukan dan saran dari ahli materi, maka hal ini akan dijadikan

saran perbaikan di masa mendatang.

3) Revisi Draf I Pengembangan

Mencermati hasil analisis data pada uji ahli materi terhadap media papan flanel

huruf yang berada pada kriteria sangat valid dan kualifikasi tidak perlu direvisi.

4.2.2 Analisis Draf II Pengembangan

Analisis yang dipaparkan pada draf II pengembangan adalah analis dari hasil

diskripsi data uji ahli media dan desain pembelajaran. Analisis draf II pengembangan

dapat dipaparkan sebagai berikut.


81

1) Ahli Media Terhadap Media Papan Flanel Huruf

Berdasarkan hasil penilaian ahli media sebagaimana tersaji pada Tabel 4.2, maka

dapat dihitung prEsentase tingkat pencapaian media papan flanel huruf sebagai

berikut.

P= x 100%

Keterangan :

P = Persentase

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

X =40

Xi =40 dari 5 nilai ideal x 9 butir instrumen

P =40/45x100%=88,91%

Berdasarkan bobot setiap butir dalam kreteria angket adalah 5, maka Presentase

dihitung = 40 : (9 × 5 ) × 100% = 88,91%. Hasil kalkulasi sebesar 88,91% berada

pada kriteria valid, sehingga media papan flanel huruf tidak perlu direvisi. Kendati
82

hasil intepretasi terhadap media papan flanel ini tidak perlu direvisi, namun

mempertimbangkan masukan dan saran dari ahli media, maka hal ini akan dijadikan

saran perbaikan di masa mendatang.

2) Ahli Desain Terhadap Media Papan Flanel Hurf

Berdasarkan hasil penilaian ahli desain sebagaimana tersaji pada Tabel 4.3, maka

dapat dihitung prosentase tingkat pencapaian media papan flanel huruf sebagai

berikut.

P= x 100%

Keterangan :

P = Persentase

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

X =34

Xi =34 dari 5 nilai ideal x 16 butir instrumen

P =34/80x100%=80%
83

Berdasarkan bobot setiap butir dalam kreteria angket adalah 5, maka prosentase

dihitung = 34 : (16 × 5 ) × 100% = 80%. Hasil kalkulasi sebesar 80% berada pada

kriteria valid, sehingga media papan flanel huruf tidak perlu direvisi.

3) Revisi Draf II Pengembangan

Analisis data pada draf II yang menunjukkan kualifikasi media papan flanel

huruf tidak perlu direvisi, namun mencermati rata-rata yang tampak diberikan oleh

ahli media dan ahli desain, maka pengembang memutuskan untuk merevisi ringan

demi penyempurnaan produk menjadi produk akhir.

4.2.3 Analisis Draf III Pengembangan

Analisis yang dipaparkan pada draf III pengembangan adalah analisis dari

hasil diskripsi data uji perseorangan dan uji kelompok kecil.

1) Uji Perseorangan Terhadap Media Papan Flanel Huruf

Berdasarkan hasil penilaian anak dalam uji coba perseorangan sebagaimana

tersaji pada Tabel 4.4, maka dapat dihitung prosentase tingkat pencapaian media

papan flanel huruf sebagai berikut.

P= x 100%

Keterangan :

P = Persentase
84

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

X =12

Xi =12 dari 6 nilai ideal x 2 butir instrumen

P =12/12x100%=100%

Berdasarkan bobot setiap butir dalam kreteria angket adalah 1, maka prosentase

dihitung = 12 : (6 × 2) × 100% = 100 %. Hasil kalkulasi sebesar 100% berada pada

kriteria sangat valid. Hasil uji perorangan dengan melibatkan 3 orang anak di TKK

Salvatoris Satap SDI Soka, anak terlihat sangat senang, yang menunjukkan bahwa

media yang dikembangkan sudah jelas dan dapat digunakan untuk anak usia dini. Uji

coba ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan respon awal anak terhadap

produk yang dikembangkan sehingga dapat diketahui dan diidentifikasi kesalahan

yang nyata dalam produk tersebut. Berdasarkan tabel 4.4, dapat dikategorikan bahwa

kualitas media papan flanel huruf berdasarkan tanggapan 3 anak, rata-rata skor yang

diperoleh adalah 100%. Skor tersebut berada pada kriteria sangat valid. Hasil atau

kriteria tersebut menunjukkan kelayakan media papan flanel huruf. Dengan demikian

media papan flanel huruf tidak perlu direvisi.


85

2) Uji Kelompok Kecil Terhadap Media Papan Flanel Huruf

Berdasarkan hasil penilaian anak dalam uji coba kelompok kecil sebagai mana

tersaji pada Tabel 4.5, maka dapat dihitung presentase tingkat pencapaian media

papan flanel huruf sebagai berikut.

P= x 100%

Keterangan :

P = Persentase

X = jawaban responden dalam satu item

Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

X =36

Xi =36 dari 6 nilai ideal x 7 butir instrumen

P =36/42x100%=85,71%

Berdasarkan bobot setiap butir dalam kreteria angket adalah 1, maka

presentase dihitung = 36 : (7 × 6 ) × 100% = 85,71%. Hasil kalkulasi sebesar 85,71%


86

berada pada kriteria valid. Hasil uji kelompok kecil dengan melibatkan 6 orang anak

di TKK Salvatoris Satap SDI Soka, anak terlihat sangat senang, yang menunjukkan

bahwa media yang dikembangkan sudah jelas dan dapat digunakan untuk anak usia

dini. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan respon awal anak

terhadap produk yang dikembangkan sehingga dapat diketahui dan diidentifikasi

kesalahan yang nyata dalam produk tersebut. Berdasarkan tabel 4.5, dapat

dikategorikan bahwa kualitas media papan flanel huruf berdasarkan tanggapan 6

orang anak, rata-rata skor yang diperoleh adalah 83,71%. Skor tersebut berada pada

kriteria valid. Hasil atau kriteria tersebut menunjukkan kelayakan media papan flanel

huruf. Dengan demikian media papan flanel huruf tidak perlu direvisi.

3) Revisi Draf III Pengembangan

Analisis data pada draf III yang menunjukkan kualifikasi media papan flanel

huruf tidak perlu direvisi, namun mencermati skor yang diberikan, maka

pengembang memutuskan untuk merevisi ringan.

1. Menyusun draf Media Papan Flanel Huruf

Pengembangan media papan flanel huruf ini dirancang atau dibuat

menggunakan tripleks penggaris, dan pensil. Tripleks yang digunakan dengan ukuran

lebar 30 dan cm panjang 30 cm. Papan tripleks ini di pres dan di amplas

menggunakan mesin, serta abjad-abjadnya terbuat dari kartu huruf berupa kertas

HVS. Dalam media papan flanel huruf ini di tentukan tema binatang.

Bahan utama untuk media papan flanel huruf ini yaitu papan tripleks. Papan

flanel huruf ini dibuat dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Papan di
87

amplas sebaik mungkin sehingga terlihat rapi. Pinggiran papan serta bagian belakang

papan di beri tempelan berupa kain flanel berwarna hijau sehingga terlihat menarik

oleh anak-anak. Bagian dalam diberi abjad (A-Z) sesuai dengan tingkat anak usia dini

dan diberikan warna yang cerah.

2. Keping-keping Abjad ( A-Z )

Keping-keping huruf ( A-Z ) terbuat dari kertas HVS. Keping huruf ini juga

di gunting dengan rapih sehingga menghasilkan huruf yang baik dan bagian depan

kepingan diberikan warna yang berfariasi sesuai urutan abjat (A-Z) di dalam papan

flanel. Tema serta sub tema dalam papan flanel ini adalah tema binatang dan sub

tema binatang peliharaan. Papan flanel huruf ini di buat sebanyak 54 buah. Kemudian

setiap kepingan huruf digambar sesuai hitungan misalnya kepingan abjad A, B, C, D,

E, F, G, H, I, J, K ,L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Warna yang

digunakan yaitu warna hijau dan orange.

Hasil Pembuatan Sebelum Di Revisi


88

Gambar 4.1 Tampak Depan

Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa: tahap pengembangan

ini, peneliti membahas tentang hasil pengembangan media papan flanel huruf yang

belum direvisi oleh ahli. Hasil pengembangan media papan flanel huruf untuk aspek

bahasa adalah sebagai berikut.

1. Mall papan flanel berupa tripleks

Bahan utama untuk media papan flanel huruf ini yaitu papan tripleks. Papan

flanel huruf ini dibuat dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Papan di

amplas sebaik mungkin sehingga terlihat rapi. Pinggiran papan serta bagian papan di

beri warna yang cerah menggunakan kain flanel sehingga terlihat menarik oleh anak-

anak. Bagian dalam diberi abjad (A-Z) sesuai dengan tingkat anak usia dini dan

diberikan warna yang cerah.

2. Keping-keping Abjad ( A-Z )

Keping-keping huruf ( A-Z ) terbuat dari kertas HVS. Keping huruf ini juga di

gunting dengan rapih sehingga menghasilkan huruf yang baik dan bagian depan

kepingan diberikan warna yang berfariasi sesuai urutan abjat (A-Z) di dalam papan

flanel. Tema serta sub tema dalam papan flanel ini adalah tema binatang dan sub

tema binatang peliharaan. Papan flanel huruf ini di buat sebanyak 54 buah. Kemudian

setiap kepingan huruf digambar sesuai hitungan misalnya kepingan abjad A, B, C, D,

E, F, G, H, I, J, K ,L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Warna yang

digunakan yaitu warna hijau dan orange.


89

Gambar 4.2 Tampak Belakang

Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa: Komentar dari ahli

media adalah pada tahap pembuatan media ini tampak belakang pada gambar

pembuatan media ini di buat dengan menggunakan kertas bufalo dengan warna

berbeda-beda. Pada tahap tersebut kertas di gunting membentuk beberapa huruf yang

berbeda yang terdapat dalam pengembangan media papan flanel huruf yang

dikembangkan harus bersifat kontekstual terutama pada gambar, huruf yang dapat

mendukung anak terhadap pemahaman materi. Selain itu juga, ukuran, warna pada
90

gambar atau pada tampak belakang media papan flanel huruf dibuat lebih menarik

lagi.

Hasil Pembuatan Sesudah Di Revisi

Gambar 4.3 Tampak Depan

Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa: Keping-keping huruf

( A-Z ) terbuat dari kertas HVS. Keping huruf ini juga di gunting dengan rapih

sehingga menghasilkan huruf yang baik dan bagian depan kepingan diberikan warna

yang berfariasi sesuai urutan abjat (A-Z) di dalam papan flanel. Tema serta sub tema

dalam papan flanel ini adalah tema binatang dan sub tema binatang peliharaan.

Papan flanel huruf ini di buat sebanyak 54 buah. Kemudian setiap kepingan huruf

digambar sesuai hitungan misalnya kepingan abjad A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K ,L,


91

M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Warna yang digunakan yaitu warna hijau

dan orange.

Gambar 4.4 Tampak Belakang

Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa: Adapun saran dan

masukan yang diberikan oleh ahli media yaitu (1) menambahkan abjad A-Z dari

Styrofoam dengan masing-masing huruf warna yang berbeda, (2) menambahkan

binatang-binatang peliharaan. Setelah pengembang merevisi saran dan masukan yang


92

diberikan oleh ahli media, maka media pembelajaran papan flanel huruf disetuju

untuk diuji cobakan.

Dalam media papan flanel huruf ini dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk tujuan mengenal bahasa metodenya adalah mengenal bahasa (mengurutkan

dan mengenal warna, bentuk dan nama berdasarkan jumlah binatang). Tujuan

pembelajaran menggambarkan tujuan yang dikomunikasikan melalui pertanyataan

tentang perubahan yang diharapkan oleh siswa, Daryanto, H. Didukung dengan

peneliti terdahulu Chepy Riyana (2013:88) tujuan pembelajaran memang perlu

dirumuskan dengan jelas, karena perumusan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak

ukur dari pembelajaran itu sendiri.

Ahli desain juga memberikan beberapa saran atau masukan untuk terus

mendesain media menjadi semenarik mungkin dan sesuai dengan perkembangan anak

usia dini, diantaranya memperhatikan kompetensi dasar, menggunakan kata-kata

yang dipahami oleh anak dan memperhatikan kesempurnaan KD. Keputusan ahli

desain terhadap desain produk media papan flanel ini adalah “layak untuk diuji

cobakan dan revisi sesuai saran”.

1) Pembahasan Ahli Materi terhadap Media Papan Flanel Huruf

Berdasarkan pada uji ahli materi didapatkan bahwa kriteria media papan flanel

huruf yang dikembangkan berada pada kriteria “sangat valid” dengan presentase

sebesar 80%. Ahli materi memberikan penilaian pada 7 aspek instrumen yang ada

yaitu dengan poin 5. Poin 5 produk dikembangkan mengacu pada akurasi tujan

pembelajaran menunjukkan poin tertinggi, ini berarti materi pada media papan flanel
93

huruf sependapat dengan apa yang dikehendaki oleh ahli materi dan dibuat sesuai

dengan instrumen tersebut. Pada aspek Kesesuaian materi dengan kurikulum yang

digunakan di TKK, instrumen ini ahli konten memberikan poin atau skor 5, karena

dalam media papan flanel huruf yang dikembangkan ini sesuai dengan tema dan sub

tema dan sesuai dengan teori anak usia dini. Kurikulum mengacu pada standar

pendiidkan anak usia dini. Hal ini didukung oleh Maimunah Hasan (2009: 73)

menyatakan bahwa pemberian stimulasi dengan media papan flanel huruf, akan

memberikan dampak positif selama sifatnya tidak memaksa dan disesuaikan dengan

tahap perkembangan anak. Materi yang disajikan bersifat aktif, menyenangkan, dan

autentik. Pada butir instrumen ini ahli konten memberikan poin atau skor 5, karena

dalam media papan flanel huruf yang dikembangkan ini merangsang anak untuk aktif,

bermain yang menyenangkan tidak bosan sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Hal ini didukung oleh Maimunah Hasan (2009: 73) menyatakan bahwa pemberian

stimulasi dengan media papan flanel huruf, akan memberikan dampak positif selama

sifatnya tidak memaksa dan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Materi

relevan dengan tujuan pembelajaran. Pada butir instrumen ini ahli materi memberikan

poin atau skor 5, karena dalam media papan flanel huruf yang dikembangkan ini,

antara materi yang diberikan relevan dengan tujuan pembelajaran ketika

menggunakan media papan flanel huruf. Materi mampu merangsang interaksi dengan

anak, pada butir instrumen ini ahli materi memberikan poin atau skor 5, karena dalam

media papan flanel huruf yang dikembangkan ini sudah mampu merangsang anak

untuk belajar. Selain itu memampukan anak untuk berinteraksi dengan pendidik
94

selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media papan flanel

huruf. Hal ini didukung oleh teori Hasan (dalam Chandra, 2017:51) menjelaskan

manfaat media papan flanel adalah membangkitkan keinginan dan minat baru pada

siswa, Melalui alat/media siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih

kaya. Materi sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada butir instrumen ini ahli

konten memberikan poin atau skor 5, karena dalam media papan flanel huruf yang

dikembangkan ini, materi yang digunakan sesuai dengan tingkat pencapaian

perkembangan anak,terutama harus memperhatikan tingkat pencapaian

perkembangan anak. Menurut Cepi Riyana (2012), keunggulan penggunaan papan

flanel huruf : (1) Identitas mapel, KI, KD, Tujuan, Indikator, Strategi (metode,

teknik,taktik), Materi, Media, Latihan, evaluasi formatif, (2) Materi pada p roduk

mengacu pada keterkaitan dengan topik lain, (3) Materi mengacu pada kesesuaian

dengan perkembangan iptek, (4) Apakah materi papan flanel huruf mampu

merangsang interaksi dengan pembelajaran, (5) Apakah materi yang disajikan dapat

menginspirasi pembelajaran (guru dan siswa), (6) Apakah ada konsistensi

penggunaan simbol/lambang, (7) Apakah materi mampu "multi respon" terhadap

gaya belajar peserta didik dimana anak akan lebih mudah memahami konsep bahasa

dengan baik dengan menggunakan gambar dan benda sesuai dengan tingkat dan

perkembangan anak. Bahasa yang digunakan mudah dipahami. Pada butir instrumen

ini ahli konten memberikan poin atau skor 5, hal ini karena kalimat yang ada dalam

media papan flanel huruf ini dibuat dan memperhatikan ketentuan penggunaan tata

bahasa yang mudah dipahami oleh anak usia dini. Didukung oleh teori Carol dan
95

Barbara (2008: 353) menjabarkan tujuan perkembangan bahasa anak dalam

kurikulum. Secara rinci dijelaskan oleh J. W, Santrock (2002,: 188) menyatakan

bahwa bahasa meliputi suatu sistem simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi

satu sama lain.

Ahli materi memberikan komentar bahwa media papan flanel huruf yang

disiapkan sangat baik karena telah dibuat secara baik. Keputusan ahli materi terhadap

materi dalam pengembangan media papan nflanel huruf ini yaitu “layak

diujicobakan”

4) Penilaian atau Tanggapan Anak Perseorangan

Dari hasil uji perorangan dengan melibatkan tiga orang anak di TKK Salvatoris

Satap SDI Soka, dapat disimpulkan bahwa anak terlihat sangat senang, yang

menunjukkan bahwa media sudah jelas dan dapat digunakan untuk anak usia dini. Uji

coba ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan respon awal anak terhadap

produk yang dikembangkan sehingga dapat diketahui dan diidentifikasi kesalahan

yang nyata dalam produk tersebut. Bagian butir pertanyaan pertama, anak

memberikan jawaban tidak atau 0 karena tidak ada bagian yang sulit dalam media

papan flanel huruf. Sedangkan pada butir lainnya anak memberikan respon Ya atau

diberi nilai 1 karena media yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan belajar

anak, anak- merasa senang dengan media yang dikembangkan. Berdasarkan hasil

tanggapan, dapat dikategorikan bahwa kualitas media papan flanel huruf berdasarkan

tanggapan 3 anak, rata-rata skor yang diperoleh adalah 100%. Skor tersebut berada

pada kategori sangat valid. Menurut Orinstein dalam Suyadi (2014: 22) anak yang
96

pada usia dininya mendapat rangsangan yang cukup dalam mengembangkan otaknya

akan memperoleh kesiapan yang menyeluruh untuk belajar. Selanjutnya Sukiman

(2012: 18) menjelaskan bahwa pola pembelajaran guru dengan media merupakan

pola pembelajaran dimana dalam kegiatan pembelajarannya guru dibantu dengan alat

bantu tertentu, namun pola ini masih berpusat pada guru. Dengan kata lain,

pembelajaran yang dilaksanakan masih bersifat behavior, Smith (2010: 107)

pembelajar difokuskan pada sebuahtujuan yang jelas. Hasil atau kriteria tersebut

menunjukkan kelayakan media papan flanel huruf. Dengan demikian media tidak

perlu direvisi dan layak diujicobakan.

5) Pembahasan atas Respon Anak Kelompok Kecil

Berdasarkan respon anak dalam kelompok kecil terhadap media papan flanel

huruf yang dikembangkan ini dapat memberikan kelebihan- kelebihan, seperti belajar

akan terasa asyik dan menarik. Bagian butir pertanyaan yang ke 7, anak memberikan

jawaban tidak atau 0 karena, belajar dengan menggunakan media papan flanel ini

tidak membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan pada butir pertanyaan lainnya anak

memberikan respon Ya atau diberi nilai 1 karena media papan flanel huruf yang

dikembangkan sesuai dengan lingkungan belajar anak, anak- merasa senang dengan

media papan flanel huruf yang dikembangkan. Berdasarkan respon anak terhadap

media pembelajaran papan flanel huruf ini dsapat meningkatkan motivasi belajar

anak. Arsyad (2002:24) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam

proses belajar siswa adalah pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
97

sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar yang akan lebih baik bagi anak usia

dini dalam proses pemberian rangsangan.

Hasil uji coba media papan flanel huruf oleh siswa sebagai pengguna produk

ada pada kategori sangat valid. Hal ini dikarenakan gambar dan kombinasi warna

latar membuat anak lebih mudah memahami materi. Karena media papan flanel huruf

ini adalah penyampaian pesan yang sangat baik untuk anak. Berdasarkan temuan

yang dilakukan oleh Azhar Aryad (2011:16:17), bahwa media visual berfungsi

menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

sehingga memungkinkan anak memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin

besar.
98

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

hasil uji coba diperoleh dengan cara penialian melalui lembar kuisioner, media papan

flanel hutuf sangat bermanfaat bagi perkembangan peserta didik dalam

mengembangkan aspek bahasa anak. Pada kelayakan isi berdasarkan uji coba ahli

konten atau materi berada pada kategori “Sangat Valid“ dengan kriteria 100%.

Berdasarkan uji coba ahli desain pembelajaran ada pada kategori “Valid“ dengan

kriteria 80%, hasil uji coba ahli media ada pada kategori “ Sangat Valid “ dengan

kriteria 80,91% uji coba pengguna produk kepada (anak) uji coba perorangan ada

pada kriteria “Sangat Valid” dengan kriteria 100% uji coba kelompok kecil berada

pada kategori “ Sangat Valid “ dengan kriteria 85,71%

Melalui uji coba yang telah dilakukan oleh ahli dan anak sebagai pengguna

produk maka media papan flanel huruf yang dikembangkan ini dinyatakan layak

untuk digunakan dalam pembelajaran pengembangan aspek bahasa anak usia dini.

5.2 Saran
99

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan di TKK Satap SDI Soka dapat

disampaikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Anak

Media papan flanel huruf dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk

mengembangkan aspek bahasa.

2. Bagi Guru

Guru perlu mengikuti pelatihan- pelatihan, seminar-seminar khususnya dalam

pembuatan media yang memiliki nilai edukatif, pembuatan media yang baru

sehingga dapat mengembangkan bahasas anak usia dini di TKK Salvatoris Satap

SDI Soka.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian pengembangan dalam meningkatkan aspek

bahasa menggunakan media papan flanel huruf, pengembang selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian ini dengan tema lainnya agar penerapan media

pembelajaran dapat lebih sering digunakan untuk anak usia dini. Produk

pengembangan media papan flanel huruf ini, perlu memperhatikan aspek

ekonomis atau ketahanan media untuk penggunaan jangka panjang.


100

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Siti. 2018. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Tanggerang selatan: universitas terbuka.

Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

BSNP.(2003). Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia Nomor 20


Tahun 2003 tentang buku BSNP. Jakarta: Universitas Terbuka.

Daryanto, (2010). Kegunaan media papan flanel. Jakarta: Universitas Terbuka.

Eliyawati, (2005). Media pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Eliyawati. (2005). Pengembangan dan Pemilihan Sumber Belajar untuk Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas.

Grafinger, D.J. (1998). Basics of instructional systems development. INFO-LINE


Issue 8803. Alexandria: American Society for Tarining and Development.

Mansur. 2005. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta :PT Indeks.

Masitoh. (2009). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mursid. 2017. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nangoy, Isadora, Maria, Marti. (2007).Memperkenalkan bentuk huruf pada anak usia
dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
101

Nurgiyantoro.( 2005).Pengenalan huruf pada anak.. Surabaya: Artikel Penelitian.

Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti. 2020.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomor 137 tahun
2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini.

Rasyid, Harun, dkk. (2009). Metode engenalan huruf. Jakarta : Universitas Terbuka.

Rohman, Muhammad & Amri, Sofan. (2013). Strategi & Desain Pengembangan
Sistem Pembelajaran. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Sadiman, dkk. (2009). Media pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Seefeld, dkk. (2008). Metode engenalan huruf. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sugiyono,(2011).MetodepenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D :Bandung:


Afabeta.

Sugiyono, Dkk.(2009). MetodePengembanganKognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suyanto. (2005). Memperkenalkan abjad pada anak. Pontianak: Artikel Penelitian.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002.

Ngatu.M.Agnes.(2019). Pengembangan Media Papan Flanel untuk Meningkatkan


Kemampuan Mengenal Huruf danh Angkah padA AUD, TKK Harapan
Ngorabolo.

Anda mungkin juga menyukai