Anda di halaman 1dari 94

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian

dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada

masa ini secara terminologi disebut anak usia pra sekolah.

Hal ini telah diatur oleh peraturan No. 27 Tahun 1990 tentang

Pendidikan Pra Sekolah dan secara khusus telah diatur dalam keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0486/U/1992 tentang Taman

Kanak-Kanak bertujuan untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap,

pengetahuan dan keterampilan serta daya cipta yang diperlukan oleh anak

didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan

serta perkembangan selanjutnya.

Anak usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari

anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai dengan enam

tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah.

Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50%

menjadi 80%. Usia empat sampai dengan enam tahun juga merupakan masa

peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya

1
2

perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya

pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang

diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar

pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial

emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai

agama. Pengembangan kemampuan tersebut membutahkan kondisi dan

stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan

Perkembangan anak tercapai secara optimal.

Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan itu memerlukan

fasilitas dan sarana pendukung dalam berbagai bentuk seperti sarana

pendidikan yang menunjang. Semua fasilitas dan kesempatan pengembangan

diri anak tersebut tersedia di TK. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Patmonodewo (2000: 35) yaitu bahwa Pemerintah telah memutuskan bahwa

pendidikan TK merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengari sifat alami anak.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa:

‘Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya


pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Salah satu bentuk
satuan PAUD yang terdapat pada jalur pendidikan formal
adalah Taman Kanak-kanak”

TK merupakan salah satu bentuk pendidikan usia dini yang berada

pada jalur pendidikan formal. Anak yang mengikuti PAUD diharapkan bisa

mengembangkan potensinya secara optimal, yaitu lebih mandiri, disiplin, dan


3

mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Manfaat

lain dan pendidikan terhadap anak sejak usia dini yaitu dapat membantu

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta

kemampuan awal membaca dan menulis dengan cara bermain dan bersenang-

senang. Peran pendidik (orang tua, guru, dan masvarakat) sangat diperlukan

dalam upaya pengembangan potensi anak 4 - 6 tahun. Upaya pengembangan

tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar

seraya bermain.

Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,

menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara

menyenangkan. Selain itu, beiiin membantu anak mengenal dirinya sendiri,

orang lain dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut di atas, maka kurikulum

dikembangkan dan disusun berdasarkan tahap perkembangan anak untuk

mengembangkan seluruh potensi anak.

Keaktifan guru dalam memberikan materi pembelajaran di TK sangat

diperlukan. Guru dituntut aktif dalam penciptaan metode permainan, dengan

tetap memperhatikan empat aspek perkembangan anak didik, yaitu fisik,

sosial dan emosional, kognitif, serta bahasa. Keberhasilan kurikulum tidak

lepas dari adanya peran dari guru.

Pemanfaatan sumber belajar oleh guru secara tepat akan sangat

membantu dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak baik

aspek kognitif, emosi, sosial, bahasa, motorik, afeksi, dan moral. Keseluruhan

aspek tersebut saling berkaitan dalam mencapai tujuan pendidikan anak usia
4

dini. Salah satu bentuk media yang disenangi oleh anak adalah media smart

card, karena media ini memungkinkan anak untuk aktif dan banyak

melakukan kejutan-kejutan. Media Smart Card mampu membuat anak ikut

terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat kondisi yang ditemukan

di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok, kemampuan kognitif khususnya

berhitung anak masih rendah. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyak anak

yang belum tahu seperti apa bentuk angka 1-10 walaupun mereka bisa

menyebutkan angka tersebut, banyaknya anak yang ragu, takut dan rendah

diri dalam melakukan perintah guru atau menjawab pertanyaan guru. Masih

seringnya anak melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi jenis-jenis

pekerjaan. Contohnya ketika anak lemah dalam memahami materi pelajaran.

Hal ini otomatis mengakibatkan anak-anak kurang bisa mandiri. Kurang

berkembangnya kemampuan berhitung anak, disebabkan oleh banyak faktor

diantaranya. Kurangnya pemahaman guru dalam mengenali aspek

perkembangan kemampuan berhitung anak. Guru hanya menggunakan satu

jenis permainan saja dan penggunaan alat peraga juga sangat terbatas.

Kondisi ini selanjutnya akan mengakibatkan anak kurang berkembang dan

cenderung bosan, sehingga kemampuan berhitung anak tidak berkembang

maksimal.

Berdasarkan kondisi di atas, media smart card bisa menjadi salah satu

alternatif untuk meningkatkan berhitung anak, karena media ini

memungkinkan anak untuk berkreasi dan berimajinasi bebas. Anak bisa


5

membuat dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan imajinasinya

dengan rangsangan guru dalam membuat media. Maka peneliti termotivasi

untuk melakukan penelitian proposal dengan mengangkat judul tentang

“Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak melalui Media Smart Card di

Taman Kanak-Kanak Kartika Jaya 1-60 Kota Solok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan berhitung anak

2. Rendahnya kemampuan anak mengurutkan angka 1-10

3. Rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti membatasi

permasalahan, yaitu: “Perkembangan kemampuan berhitung anak”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana melalui media smart

card dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK Kartika Jaya 1-60

Kota Solok?
6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui media smart card di TK

Kartika Jaya 1-60 Kota Solok.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi anak:

a. Meningkatkan kemampuan berhitung anak dan mengenal bermacam-

macam jenis pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Meningkatkan wawasan anak dengan media smart card.

2. Bagi guru

Dapat diaplikasikan sebagai alternatif untuk mengoptimalkan dan

meningkatkan kemampuan berhitung anak.

3. Bagi sekolah

Meningkatkan mutu dan kualitas guru, sekolah dan anak didik TK Kartika

Jaya 1-60 Kota Solok.

4. Bagi peneliti sendiri

a. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam meneliti

b. Dapat menjadi referensi dan inspirasi untuk mengembangkan atau

penelitian lanutan dikemudian hari dengan menggunakan aspek yang

berbeda.

5. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadikan referensi dan sumber bacaan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan

kepada anak dan lahir sampai usia 6 tahun. Pada masa sekarang ini

anak perlu mendapatkan ransangan pendidikan.

Menurut Depdiknas (2002: 3) pendidikan anak usia dini adalah

pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan

pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan

kemampuan dan keterampilan pada anak.

Depdiknas (2004: 5) pendidikan anak usia dini adalah upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut.

Pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya menstimulasi,

membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran kepada

anak melalui prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

dengan tujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

7
8

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan

lebih lanjut.

b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Tujuan pendidikan anak usia dini menurut Suyanto (2005: 5)

bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada anak

(the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang

utuh sesuai dengan falsafah suatu bangsa.

Sedangkan tujuan pendidikan anak usia dini menurut

Depdiknas (2002: 2) secara umum bertujuan untuk membantu

mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik intelektual,

emosional, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan

pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompotetif.

Pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan

seluruh potensi anak dan kemampuan fisik, intelektual, emosional,

moral dan agama secara optimal sesuai dengan falsafah suatu bangsa.

c. Karakteristik Anak Usia Dini

Karekteristik yang dimiliki oleh anak usia dini, menurut Hartati

(2005) (dalam Aisyah 2007: 1.4) antara lain: 1) anak memiliki rasa

ingin tahu yang besar, 2) mempunyai kepribadian yang unik, 3) suka

berfantasi dan berimajinasi, 4) masa yang paling potensial untuk

belajar, 5) menunjukkan sikap egosentris, 6) memiliki rentang daya


9

konsentrasi yang pendek, 7) sebagai bagian dan makiuk sosial. Sebagai

seorang tenaga pendidik anak usia dini harus mengetahui karakteristik

yang dimiliki oleh anak didik, supaya anak mendapatkan pendidikan

sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan menurut Bredekamp (dalam Ramli 2005: 68)

mengemukakan, karakteristik anak usia dini di antaranya adalah: 1)

ranah perkembangan anak, fisik, emosional, bahasa dan kognitif saling

berkaitan, 2) perkembangan terjadi berdasarkan urutan yang relatif

teratur dengan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan berikutnya,

dibangun berdasarkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan

yang telah dicapai sebelumnya, 3) perkembangan berlangsung dengan

kecepatan yang berbeda dan satu anak kepada anak yang lain,

demikian juga pada setiap bidang perkembangan bagi setiap anak,

4) pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan pengaruh

terhadap perkembangan anak secara individual, 5) perkembangan

berlangsung berdasarkan arah yang dapat di prediksi kearah

kompleksitas, organisasi dan intemalisasinya semakin besar, 6)

perkembangan dan belajar dapat dipengaruhi oleIberbagai konteks

sosial dan budaya, 7) anak-anak belajar yang aktif, mereka mengambil

pengalaman fisik dan sosial yang langsung dan pengetahuan yang

tersebar melalui budaya untuk membentuk pemahaman tentang dunia

disekitar mereka, 8) perkembangan dan belajar berasal dan interaksi

kematangan biologis dan lingkungan yang meliputi dunia fisik dan


10

sosial tempat anak hidup, 9) bermain merupakan suatu alat yang

penting bagi perkembangan sosial, emosi, kognitif dan bahasa anak

demikian pula refleksi perkembangannya, 10) perkembangan maju saat

anak-anak memiliki kesempatan mempraktekkan keterampilan yang

baru diperoleh, demikian pula saat mereka mengalami tantangan

di atas tingkat penguasaamlya sekarang, 11) anak-anak menunjukkan

cara-cara mengetahui dan belajar yang berbeda-beda demikian pula

cara-cara yang berbeda dalam mewujudkan pengetahuan mereka,

12) anak-anak berkembang dan belajar dengan sangat baik dalam

konteks suatu komunitas dimana mereka merasa aman dan berharga,

kebutuhan fisiknya terpenuhi dan mereka merasa aman secara

psikologis.

Karakteristik anak usia dini menurut Sugiyono (2009: 7) antara

lain: a) egosentris, b) cenderung meithat dan memahami sesuatu dan

sudut pandang dan kepentingannya sendiri, c) memiliki curiosity,

d) anak mengira dunia mi penuh dengan hal-hal yang menarik dan

menakjubkan, e) makhluk sosial, 1) membangun konsep diri melalui

interaksi sosial disekolah, g) the unique person, h) mempunyai

karekteristik yang berbeda, i) kaya dengan fantasi, j) senang dengan

hal-hal yang imajinatif, k) daya konsentrasi yang pendek.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru perlu

mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh anak supaya anak

mendapatkan pendidikan seperti yang diharapkan serta guru juga perlu


11

memberikan respon yang baik dan setiap karakteristik anak tersebut

sehingga anak mengalami masa yang indah dalam hidupnya.

2. Konsep Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

Menurut Neiser (dalam Muhibbin Syah 1955: 65) Istilah kognitif

berasal dan kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui,

dalam arti yang luas cognition (Kognisi) ialah perolehan, penataan dan

penggunaan pengetahuan.

Selanjutnya Sujiono (2005: 1-3) Kognitif adalah suatu proses

berfikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Kognitif adalah teknik

untuk memproses informasi yang disediakan oleh indera.

Dari uraian di atas dapat disimpuilcan bahwa kognitif itu

merupakan suatu perolehan pengetahuan melalui suatu proses berfikir

individu agar dapat menghubungkan dan mempertimbangkan suatu

peristiwa dalam memproses suatu informasi yang diterima oleh indera.

3. Kemampuan Matematika Anak Usia Dini

Proses pembelajaran bagi anak usia dini adalah proses interaksi

antar anak, sumber belajar dan pendidikan dalam suatu lingkungan belajar

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan

pembelajaran matematika untuk anak usia dini menurut Piaget (dalam

Suyanto 2005: 161) yaitu, sebagai logica mathematical learning atau

berfikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak

rumit.
12

Menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (dalam

Sujiono 1991: 11.2) matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan

antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian persoalan mengenai bilangan.

Perkembangan matematika berkaitan dengan perkembangan

kemampuan berfikir sistematis, menggunakan angka, menghitung,

menemukan hubungan sebab akibat dan membuat kiasifikasi. Dari uraian

di atas pembelajaran matematika bagi anak usia dini hendaknya dilakukan

dengan kondisi yang menyenangkan serta dapat dilakukan melalui

permainan.

Sedangkan Berk (dalam Musfiroh 1999: 84) pada anak usia 4 tahun

yang terbiasa dalam tugas berfikir logis seperti memilah-milah,

mengklasifikasi dan menata dalam urutan lebih berhasil dalam tugas

tersebut dan pada yang tidak pernah. Kemudian belajar matematika

menurut Jerome Bruner (dalam Suherman 2003: 43) mengungkapkan

bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran

diarahkan pada konsep-konsep dan struktur selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa matematika itu

adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai persoalan bilangan serta

berfikir logis dalam memilah-milah dan mengklasifikasi dan pembelajaran

matematika itu akan berhasil rnelalui proses pengajaran yang

berkelanjutan.
13

4. Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini

Pengembangan kemampuan matematika anak usia dini khususnya

dalam kemampuan berhitung perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-

sungguh baik perhatian orang tua, guru ataupun orang lain.

Depdiknas (2000: 221) berhitung merupakan bagian dari

matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan

berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama

konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan

matematika dengan kata lain kemampuan berhitung di TK diperlukan

untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika sehingga anak

secara mental siap mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut

di sekolah dasar. Sedangkan Walle (2008: 118) berhitung adalah kunci dan

konsep ide, dimana semua konsep bilangan lainnya dapat dikembangkan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berhitung

adalah kunci dan konsep ide untuk menumbuh kembangkan kemampuan

matematika dengan kata lain kemampuan berhitung di TK diperlukan

untuk mengembangkan kernampuan dasar matematika anak sehingga anak

siap untuk menghadapi pelajaran matematika berikutnya.

Oleh sebab itu anak sudah sewajarnya diajarkan berhitung mulai

dan menduduki usia TK, sehingga anak akan siap mental untuk

menghadapipelajaran matematika padajenjang pendidikan lebih lanjut.

Kegiatan belajar matematika atau berhitung di TK dapat dilakukan

melalui aktifitas bermain. Guru bisa menggunakan bermacam-macam


14

permainan dalam pengajaran berhitung, diantaranya melalui permainan

lempar gelang, melalui kartu bergambar dan lain-lain.

a. Prinsip-prinsip Berhitung Anak Usia Dini

Anak usia 4-6 tahun sudah mulai diajarkan berhitung

di sekolah. Konsep-konsep yang diajarkan pada usia ini merupakan

konsep dasar angka dan berhitung dan belum masuk pada operasi

hitung yang lebih kompleks. Kemampuan berhitung atau numeric

banyak menjadi perhatian bagi pendidik, orang tua dan para pemerhati

perkembangan anak. Ini disebabkan oleh kemampuan berhitung itu

banyak diajarkan di sekolah dan dipenlukan dalam kehidupan sehari-

hari. Kemampuan berhitung juga merupakan salah satu kemampuan

yang dipelajari anak secara otomatis dalam periode masa kanak-kanak

awal.

Menurut Flavell dalam Hildayani (2005: 9.18) bahwa ada lima

prinsip dalam berhitung yaitu:

1. The One-One Priciple

Menurut prinsip ini, pada dasarnya menghitung harus diajarkan

secara berurutan dan satu persatu. Tiap angka hams disebutkan,

tidak boleh ada yang dilewati dan tidak boleh diulang.

2. The Stable-Order Principle

Prinsip ini menekankan dalam memperkenalkan konsep bilangan

kepada anak harus beraturan.


15

3. The Cardinal Principle

Pada prinsip ini ditekankan dalam mengajarkan jumlah ditekan

kepada kita untuk mengulang jumlah terakhir sesuai dengan jumlah

yang diinginkan.

4. The Abstraction Principle

Pada prinsip ini menekankan apa yang dapat dihitung.

5. The Order-Irrelevance Principle

Maksud dan prinsip ini yaitu anak usia 5 tahun sudah dapat

mengerti bahwa walaupun mereka hams selalu mulai dengan angka

satu, angka satu ini dapat direpresentasikan dengan berbagai objek.

Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 160) dalam berhitung

anak tidak bisa diajar secara langsung bahwa 2+35, sebelum anak itu

memahami konsep bilangan dan lambang bilangan, anak harus dilatih

dengan bahasa simbolik.

Dari pendapat para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa,

anak usia 4-6 tahun anak sudah dapat di ajarkan tentang konsep

berhitung, namun terlebih dahulu anak harus memahami tentang

konsep bilangan, konsep-konsep yang diajarkan pada anak usia dini

merupakan konsep dasar angka, pada prinsipnya dalam mengajarkan

konsep angka tersebut haruslah berurutan, dimulai dan satu, selalu

mengulang jumlah kalimat terakhir dan anak usia 5 tahun sudah mulai

dapat menghubungkan dengan berbagai objek yang ada disekitarnya.


16

b. Pengenalan Dini Kemampuan Berhitung Pada Anak TK

Sering kita temui pada anak-anak yang telah duduk di sekolah

dasar mereka merasa tidak mampu atau menganggap sangat sulit

tentang pelajaran berhitung. Mungkin hal ini disebabkan karena

ucapan orang dewasa atau orang tuanya bahwa pelajaran berhitung itu

sulit. Maka oleh sebab itu kita selaku orang tha dan seorang pendidik

di TK perlu mengenalkan tentang kemampuan berhitung sejak dini.

Keberadaan guru dan orang tua sangat penting dalam

mengenalkan konsep berhitung secara dini kepada anak guna

membantu anak untuk memperoleh konsep berhitung di usia dini dan

masa yang akan datang. Bersama-sama kita dapat meyakinkan anak

bahwa berhitung itu menyenangkan.

Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat

dimulai dari diri sendiri ataupun akibat rangsangan dari luar seperti

permainan-permainan dalam pesona matematika (permainan tebak-

tebakan), kantong pintar dan mencari jejak.

Depdiknas (2000: 11) ciri-ciri yang menandai bahwa anak

sudah mulai menyenangi permainan berhitung antara lain:

a. Secara spontan telah menunjukkan ketertarikan pada aktivitas

permainan berhitung.

b. Anak mulai menyebutkan urutan bilangan tanpa pemahainan.

c. Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara

spontan.
17

d. Anak mulai membanding-bandingkan benda- benda dan peristiwa

yang ada disekitarnya.

e. Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan

benda-benda yang ada disekitarnya tanpa disengaja.

5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Dalam kegiatan proses belajar mengajar kehadiran media

mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut

ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan

menghadirkan media sebagai perantara. Dengan adanya media dapat

membantu guru dalam menyampaikan pesan kepada anak didik

sehingga bahan ajar yang disampaikan oleh guru dapat lebih mudah

dicerna oleh anak didik.

Gagne dan Briggs dalam Arief (2006: 6) mengatakan bahwa

media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari, antana lain,

buku, Tepe Recorder, Kaset Video Recorder, Film, Foto gambar.

Sedangkan menurut Schramin dalam Cucu (2005: 105)

menyatakan bahwa media yaitu teknologi pembawa pesan yang dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Menurut Hamidjojo dalam Ansyad (2004: 4) menyatakan

bahwa media merupakan sebagai semua bentuk perantara yang

digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,


18

gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang

dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media

merupakan suatu alat dalam penyampaian isi materi pengajaran atau

berupa pesan untuk kepentingan pengajaran yang hendak disampaikan

oleh pendidik, sehingga pesan atau ide-ide dan gagasan dan pendidik

dapat disampaikan kepada penerima yaitu peserta didik. Penyampaian

media pembelajaran kepada peserta didik, meliputi alat seperti, buku-

buku, tape recorder, video camera dan yang lainnya.

Pada pendidikan di TK penggunaan media merupakan suatu hal

yang harus diperhatikan oleh seorang guru karena kita ketahui bahwa

dalam penyampaian pembelajaran anak akan lebih tertarik dengan

adanya penggunaan media dan alat dalam penyampaian pembelajaran

dan pada hanya mendengarkan pembicaraan guru saja.

b. Fungsi dan Pemanfaatan Media

Media yang menarik bagi seorang guru dalam mengajar harus

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

Fungsi dan manfaat media pendidikan dalam mengimplementasikan

pendidikan, guru harus dapat memilih dan memahami yang menarik

atau yang bermanfaat. Media merupakan salah satu komponen yang

tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen

lainnya dalam rangka menciptakan situasi yang diharapkan.


19

Yunus dalam Arsyad (2004: 16) menyatakan bahwa media

pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat

menjamin pemahaman orang yang mendengarkan saja tidaklah sama

tingkat pemahamannya, dan lama bertahan apa yang dipahaminya

dibandingkan dengan mereka yang meithat dan mendengarkannya.

Hamalik dalam Arsyad (2004: 15) berpendapat bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, bahkan membawa

pengaruh-pengaruh fsikologis terhadap siswa.

Sedangkan menurut Ibrahim dalam Djamarah (1995: 432)

menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media

pembelajaran dapat membawa dan membangkitkan rasa senang dan

gembira bagi murid-murid dan mempengaruhi semangat mereka serta

membantu dan memantapkan pengetahuan pada siswa serta

menghidupkan pembelajaran.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran sangat perlu dalam penyampaian materi pembelajaran

karena dengan adanya media dalam pembelajaran dapat menimbulkan

minat baru bagi peserta didik, dan membangkitkan semangat dan rasa

senang bagi peserta didik dalam terciptanya suasana belajar sambil

bermain dan bermain seraya belajar. Juga dengan adanya media

pembelajaran akan mengasah indera penglihatan dan pendengaran

mereka, melalui penglihatan peserta didik akan mengingat apa-apa


20

media yang diberikan guru dalam pelajaran berhitung dan indera

pendengaran peserta didik akan menyerap apa-apa yang dikatakan dan

diterangkan oleh guru melalui media pembelajaran.

1) Fungsi Media

Menurut Dayton dalam Arsyad (2004: 19) Menyatakan

bahwa ada tiga fungsi utama media yaitu:

a) Memotivasi minat atau tindakan bagi para siswa

Untuk memenuhi fungsi Motivasi, media pembelajaran dapat

direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang

diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para

siswa untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab,

melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan

material) tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.

b) Menyajikan Informasi

Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan

dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok

siswa.

c) Memberi Instruksi

Untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam

media itu harus melibatkan siswa dalam berfikir atau mental

maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga

pembelajaran dapat terjadi.


21

2) Manfaat Media Pembelajaran

a) Manfaat Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Siswa

Menurut Surjana dan Rivai dalam Arsyad (2004: 24)

Mengemukakan bahwa ada empat manfaat media pembelajaran

dalam proses belajar siswa yaitu:

(1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar.

(2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga

dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya

menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.

(3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa

tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

(4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab

tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas

lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,

memerankan.

b) Manfaat Media Pembelajaran di TK

Menurut Zaman (2007: 4.11) menyatakan bahwa ada

tujuh manfaat media pembelajaran di TK yaitu:

(1) Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan

lingkungannya.

(2) Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau

persepsi belajar pada masing-masing anak


22

(3) Membangkitkan motivasi belajar anak.

(4) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat

diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

(5) Menyajikan pesan atau infomiasi belajar secara serempak

bagi seluruh anak.

(6) Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.

(7) Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak.

c) Ciri-Ciri Media

Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2004: 12) menyatakan

bahwa ada tiga ciri-ciri media pembelajaran yaitu:

(1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri fiksatif menggambarkan kemampuan media merekam,

melestarikan, merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun

kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio

tape, disket computer, dan film.

(2) Ciri Manipulatif (Manipulativa Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan

karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang

memakan waktu berhari- han dapat disajikan kepada siswa

dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik

pengambilan gambar time-lapase recording.


23

(3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dan media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara

bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah

besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejadian itu.

Sedangkan menurut Sanjana (2008 172) mengemukan media

pembelajaran dapat dikiasifikasikan tergantung dan sudut mana

melihatnya:

a. Dilihat dari sifatnya:

1) Media auditif yaitu media yang dapat didengar saja atau media

yang hanya memilki unsur suara, seperti radio dan rekaman

suara.

2) Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara, media ini adalah film slide, fhoto

transparansi, lukisan gambar.

3) Media audio visual yaitu media yang mengandung unsur suara

dan unsur gambar yang bisa dilthat, misalnya rekaman video,

berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya.

b. Dilihat dan kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi

kedalam:

1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti

radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari


24

hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak

tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

2) Media yang mempunyai daya liput khusus yang terbatas oleh

ruang dan waktu seperti film, slide, video dan sebagainya.

3) Dilihat dan cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi

kedalam:

a) Media yang diproyeksikan seperti film slide, film strip,

transparansi dan sebagainya. Jenis media yang demikian

memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projektor,

untuk memproyeksikan film slide, operhead projector

(OHP) untuk memproyeksikan transparansi, tanpa

dukungan alat semacam ini maka media ini tidak akan

berfungsi apaapa.

b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, thoto,

lukisan, radio dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, dengan adanya

berbagai jenis dan macam media, diharapkan guru

mendapatkan petunjuk bagaimana cara menggunakan media

sehingga dapat menghemat waktu yang digunakan disaat

pembelajaran berlangsung.
25

6. Smart Card (Kartu Pintar)

a. Pengertian

Menurut Kamus Bahasa Inggris – Indonesia smart artinya

pintar, sedangkan card berarti kartu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa smart card yaitu kartu yang

mempunyai angka serta benda yang sama jumlahnya dengan angka

tersebut. Kartu pintar ini anak dapat mengenal angka 1-10 serta

menghitung jumlah benda yang sama jumlahnya dengan angka

tersebut.

b. Prosedur Kegiatan Media Smart Card

Pada media smart card ini terlebih dahulu guru

memperlihatkan dan memperkenalkan kepada anak tentang media

smart card. Medianya berupa kartu yang berisi angka 1-20.

Cara kegiatan media smart card:

1) Terlebih dahulu guru mengatur posisi duduk anak yaitu berupa

lingkaran.

2) Guru memperlihatkan kartu pintar tersebut kepada anak

3) Guru mencontohkan kegiatan dengan media smart card yaitu

menyebutkan angka yang ada di kartu pintar.

Kemudian guru mengambil benda yang sama jumlahnya

dengan angka tersebut.


26

Gambar I Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4
Keterangan : Gambar 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan urutan bilangan, lambang
bilangan serta menjelaskan perbedaan dari bilangan
27

Gambar 5 Gambar 6

Gambar 7 Gambar 8
Keterangan : Gambar 5, 6, 7 dan 8 menunjukkan urutan bilangan, lambang
bilangan serta menjelaskan perbedaan dari bilangan
28

Gambar 9 Gambar 10

Keterangan : Gambar 9 dan 10 menunjukkan urutan bilangan, lambang bilangan


serta menjelaskan perbedaan dari bilangan
B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tindakan kelas sudah banyak dilakukan orang dengan

berbagai judul penelitian diantaranya:

1. Deni Lestari (2007) dengan judul “Meningkatkan keterampilan berhitung

anak melalui permainan memancing di TK Semen Padang”. Dari hasil

penelitian perkembangan berhitung anak dapat meningkat melalui

permainan memancing, hal ini dapat dilihat pada kemampuan anak di

siklus I dan siklus II dengan peningkatan persentase 82%. Penelitian ini

ditemukan hasil yang positif dari permainan memancing, permainan ini

sangat baik untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.


29

2. Ratna (2008) dengan judul Peningkatan Mutu Kognitif Anak melalui

Permainan Balok di TK Kemala Bhayangkari Kota Pariaman”. Penelitian

ini menunjukkan bahwa permainan balok dengan menyusun dan membuat

bentuk bangunan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Jadi penelitian yang membahas tentang peningkatan kognitif yang ada

dengan permainan balok dan pennainan detektif. Peningkatan kognitif anak

dengan media Smart Card belum pemah dilakukan. Maka dengan itu, peneliti

akan melaksanakan penelitian ini.

C. Kerangka Berpikir

Kognitif anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik.

Perkembangan kognitif anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan

intelektual anak.

Permasalahan di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok adalah

pengembangan kognitif anak yang kurang maksimal, permainan kurang

bervariasi dan kurang dikemas secara menarik, maka salah satu usaha yang

dapat dilakukan adalah menggunakan metode permainan, yang dalam hal ini

permainan yang dipilih peneliti adalah “Media Smart Card macam-macam

pekerjaan”. Gambar kerangka konseptual dapat dilihat pada bagan I berikut

ini:
30

Kemampuan Berhitung anak masih rendah

Media Smart Card

Kemampuan Berhitung Anak Meningkat

Bagan 1
Kerangka Konseptual Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini
Melalui Media Smart Card

D. Hipotesis Tindakan

Kegiatan media smart card tentang macam-macam pekerjaan dapat

meningkatkan kemampuan kognitif anak.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan siklus. Siklus terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. (Arikunto, 2006: 16).

Menurut Wardhani (2008: 1-4) menyatakan bahwa: “Penelitian

tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh para guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

Selanjutnya Arikunto (2006 : 3) juga menyatakan bahwa: “Penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama”.

Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan

langkah-langkah model pembelajaran langsung. Dapat dikatakan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sehuah tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tindakan kelas ini pada

hakikatnya dapat memperbaiki dan meningkatan mutu praktk pembelajaran

yang dilakukan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

Dengan demikian guru dapat melaksanakan kegiatan ini setelah meneliti

kegiatan-kegiatan sendiri dikelasnya, dengan melibatkan anak melalui

31
32

tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan

memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini

dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Kartika Jaya 1-60

Kota Solok pada tanggal 04 Oktober 2021 s/d 20 Oktober 2021 Tahun

Pelajaran 2021/2022 semester I.

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah anak-anak TK Kartika Jaya 1-60 Kota

Solok yang terletak di Jl. Ahmad Yani No. 126, Kelurahan VI Suku,

Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok. TK ini terdiri dari 5 kelompok,

kelima-liamanya kelompok B peneliti melakukan penelitian ini pada

kelompok B dengan jumlah anak 16 orang yang terdiri dari 9 laki-laki dan 7

perempuan yang berumur 5-6 tahun. Penelitian ini dilakukan pada semester II.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan secara bersiklus

yang dimulai pada siklus pertama. Siklus kedua sangat ditentukan oleh hasil

refleksi pada siklus pertama. Menurut Arikunto (2008 :16) Setiap siklus terdiri

dan beberapa langkah penelitian yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

(observasi) dan evaluasi serta refleksi. Adapun pelaksanaan satu siklus terdiri

dari tiga kali pertemuan. Operasionalnya sebagai berikut:


33

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Hasil

Bagan 2
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Arikunto (2008:16)

1. Kondisi Awal

Kondisi awal yang peneliti temui di kelompok B TK Kartika Jaya

1-60 Kota Solok, kemampuan berhitung anak B masih rendah. Hal ini

terlihat sebagian besar anak ketika berhitung mereka bisa mengucapkan 1-

10, akan tetapi ketika guru meminta anak untuk menunjukkan lambang

bilangan 1-10 tersebut serta konsep bilangan ternyata anak hanya

mengetahui 1-10 melalui ucapan di mulut saja.


34

Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan anak serta guru dalam

mengajarkan konsep berhitung di TK hanya melalui berhitung bersama-

sama secara klasikal

2. Siklus I

a. Perencanaan

1) Membuat perencanaan pembelajaran mulai dari menganalisis

kurikulum untuk menentukan kompetensi dasar dan indikator yang

akan disampaikan kepada anak dalam media smart card tentang

macam-macam pekerjaan. Perencanaan yang dilakukan adalah

membuat persiapan mengajar seperti Rencana Kegiatan Mingguan

(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang kegiatan

yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui

media smart card.

2) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dilakukan kepada anak

didik.

3) Menyiapkan lembaran-lembaran observasi, wawancara dan

penilaian.

b. Pelaksanaan/ tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga bagian kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada kegiatan berikut:

Siklus I Pertemuan I

1) Kegiatan awal Lebih kurang 30 menit


35

a) Anak-anak masuk dalam kelas, lalu guru mengkondisikan anak

dengan duduk, setelah itu guru mengecek kehadiran anak.

b) Apersepsi, mengaitkan materi pelajaran yang lalu dengan

materi sekarang.

c) Menciptakan kegiatan awal yang menarik bagi anak yaitu

dengan bercakap-cakap tentang macam-macam pekerjaan,

permainan, kebiasaan yang baik, hobi dan kesukaan.

2) Kegiatan inti Lebih kurang 60 menit

a) Guru memberikan arahan terkait dengan langkah-langkah yang

akan dilakukan oleh anak.

b) Guru memperkenalkan alat media smart card yang terdiri dari

20 kartu, dan setiap sisi terdapat angka. Guru memperlihatkan

gambar macam macam yang jumlahnya sama dengan angka

yang ada di kartu pintar tersebut.

c) Guru mencontohkan menyebutkan angka, lalu anak diminta

menghitung berapa jumlah gambar yang harus diambil. Setelah

itu anak diminta untuk menyebutkan pekerjaan yang ada di

gambar tersebut. Setiap anak diberi kesempatan untuk

menghitung angka yang ada di kartu pintar tersebut.

d) Anak yang belum bisa menghitung jumlah angka yang ada

di kartu pintar diberi bimbingan oleh guru.


36

3) Kegiatan akhir Lebih kurang 30 menit

a) Guru mengadakan evaluasi anak didik tentang kegiatan yang

telah dilakukan

b) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengajak anak

bemyanyi bersama “Ayo berhitung”.

Siklus I Pertemuan II

1) Kegiatan awal

a) Anak-anak masuk dalam kelas, lalu guru membimbing anak

membaca do’a sebelum belajar

b) Menciptakan kegiatan awal yang menarik hagi anak yaitu

bermain drama polisi dan penjahat.

2) Kegiatan inti

a) Guru memperlihatkan kartu angka beserta gambar macam

macam pekerjaaan kepada anak lalu menyuruh anak

menyebutkan angka berapa yang ada di kartu angka dan

menyebutkan pekerjaan nya yang ditunjuk oleh guru.

b) Guru menghitung sejumlah gambar, lalu guru mengambil

angka yang sesuai dengan jumlah gambar tersebut.

c) Guru memanggil anak secara bergiliran

d) Anak mencari kartu angka sesuai dengan jumlah gambar yang

dihitung serta menyebutkan pekerjaan yang ada di kartu

gambar tersebut secara bergiliran.


37

e) Guru memberikan motivasi dan bimbingan serta penghargaan

kepada anak dalam melaksanakan permainan ini.

3) Kegiatan akhir

a) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak didik tentang

kegiatan yang telah dilakukan.

b) Apabila anak belum mampu melaksanakan permainan, maka

guru memberikan bimbingan dan bantuan lebih lanjut kepada

anak.

c. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara bersamaan pada saat pelaksaan

berlangsung. Pengamatan merupakan serangkaian kegiatan menggali,

merekam. mendokumentasi dan mengamati perubahan-perubahan yang

terjadi. Dari hasil yang terjadi sebagai dampak dan tindakan yang

dilakukan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data

selama penelitian berlangsung.

d. Refleksi

Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap

ini peneliti mengadakan analisis terhadap tindakan yang baru

dilakukan. Hal-hal yang dilakukan adalah (1) menganalisis tindakan

yang baru dilakukan, (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana

dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, (3) melakukan

intervensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil

refleksi bersama ini dimanfaatkan sebagai masukan pada tindakan


38

selanjutnya. Selain itu, hasil kegiatan refleksi setiap tindakan

digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan,.Siklus II

3. Siklus II

Pelaksanaan siklus II polanya sama dengan siklus I, yaitu

mencakup revisi perencanaan dan beberapa indikator/aspek yang belum

tercapai pada siklus I. Melaksanakan tindakan berdasarkan revisi dan

beberapa aspek sudah dilakukan dalam perencanaan, melaksanakan

observasi dan melakukan refleksi untuk mendapatkan informasi apakah

semua aspek penilaian sudah sesuai dengan kondisi Anak Usia Dini yang

diharapkan.

E. Definisi Operasional

1. Kemampuan berhitung adalah merupakan bagian dari matematika

diperlukan untuk untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung

yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan

yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika

dengan kata lain kemampuan berhitung di TK diperlukan untuk

mengembangkan kemampuan dasar matematika sehingga anak secara

mental siap mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di sekolah

dasar.

2. Media Smart Card adalah alat pembelajaran yang menggunakan kartu,

yang mana di kartu tersebut terdapat angka 1-10, serta gambar dengan

jumlah yang sama.


39

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berhitung kunci

dari konsep ide untuk menumbuh kembangkan kemampuan matematika

dengan kata lain kemampuan berhitung di TK diperlukan untuk

mengembangkan kemampuan dasar matematika anak sehingga anak siap

untuk menghadapi pelajaran matematika berikutnya.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya anak diajarkan berhitung mulai dari

menduduki usia TK sehingga anak akan siap mental menghadapi pelajaran

matematika pada jenjang pendidikan lebih lanjut.

F. Instrumentasi

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik observasi untuk mengamati perkembangan kemampuan berhitung

anak.

Format observasi ini untuk mengamati sikap anak terhadap

aktifitasnya selama melaksanakan permainan Smart Card. Pedoman

observasi untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator

yang digunakan. Aspek yang diamati melalui pedoman ini adalah yang

berkaitan dengan proses pembelajaran. Adapun format observasi sebagai

berikut.
40

Tabel 1
Format Observasi Peningkatan Kognitif Anak
Sangat
No Aspek yang Diamati Tinggi Rendah
Tinggi
1 Anak mampu menyebut urutan
bilangan 1-10 melalui Smart Card
2 Anak mampu Menunjuk lambang
bilangan 1-10 melalui Smart Card
3 Anak dapat membedakan lambang
bilangan 1-10 melalui Smart Card

2. Dokumentasi, foto, portofolio hasil kerja anak dalam media smart card.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data antara lain:

1. Teknik Observasi

Melaksanakan observasi atau pengamatan terhadap kemampuan

kognitif anak selama melakukan kegiatan dengan menggunakan media

smart card. Observasi ini dilakukan ketika anak sedang melakukan

kegiatan pada setiap pertemuan pada siklus yang dilakukan.

Ada lima aspek yang dapat diobservasi yaitu:

a. Anak mengenal dan menyebutkan lambang hilangan 1-10

b. Anak menghubungkan angka dan jumlah jenis pekerjaan.

c. Anak menganalisis secara sederhana jenis pekeraan dengan melihat

seragam dan ciri-cirinya.

d. Anak dapat menunjuk lambang bilangan sesuai dengan angka yang ada

di kartu.

e. Anak mampu melakukan kegiatan dan mampu menyebutkan jenis

pekerjaan.
41

2. Teknik wawancara

Melakukan wawancara kepada anak berhubungan dengan pendapat

mereka tentang apakah pembelajaran yang telah dilakukan menyenangkan

bagi anak.

3. Dokumentasi

Mengumpulkan portofolio hasil kerja anak mengambil foto anak

sedang melakukan kegiatan dengan menggunakan media smart card

tentang macam-macam pekerjaan.

4. Penilaian

Mengukur kemampuan anak awal dan akhir dan perkembangan

atau peningkatan selama dilakukan tindakan. Penilaian dilakukan secara

tulisan.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dan hasil observasi dan wawancara, diolah dengan

tekñik presentase yang dikemukakan oleh Haryadi (2009: 24). Hasil

pengamatan dinilai untu setiap pertemuan berdasarkan jumlah presentase anak

yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran dengan dengan formulasi sebagai

berikut:

F
P = N x 100%

Keterangan

P = angka presentase

F = Frekuensi aktifitas siwa

N =jumlah anak dalam suatu kelas


42

Aktifitas anak ini meningkat jika presentasi hasil kegiatan anak

meningkat dan hasil pengamatan sebelumnya. Setelah pelaksanaan

pembelajaran, selanjutnya tahap penyimpulan, Indikator Keberhasilan dalam

media smart card sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitung

anak di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok.

Untuk menentukan bahwa aktivitas anak meningkat. maka interprestasi

aktivitas belajar anak adalah sebagai berikut: Arikunto (2.106: 241)

dilambangkan dengan Sangat Tinggi (ST) dengan persentase kemampuan

kognitif 80% s/d 100%, Tinggi (T) dengan persentase 79% s/d 55%, dan

Rendah (R) dengan persentase 54% s/d 0%.

Dengan demikian dapat dikategorikan: anak yang dikategorikan

bernilai sangat tinggi berarti anak sudah dikatakan mampu, anak yang

dikategorikan tinggi berarti anak masih berkembang, dan anak yang

dikategorikan rendah berarti anak masih perlu bimbingan.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan kegiatan peningkatan berhitung anak TK

Kartika Jaya 1-60 Kota Solok melalui media smart card tentang macam

macam pekerjaan ditandai oleh:

1. 75% media smart card dapat dipahami anak

2. 75% Kemampuan berhitung anak meningkat


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Kondisi Awal

Setelah peneliti melakukan penelitian di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok,

pada kondisi awal sebelum peneliti melakukan tindakan di temukan

kondisi bahwa kemampuan berhitung anak masih rendah, karena masih

banyak anak yang belum kenal dengan angka. Ini terlihat ketika peneliti

sedang melakukan kegiatan pembelajaran memperkenalkan bilangan, anak

tidak memahami tentang berhitung tersebut, bahkan anak tidak senang dan

bisa dikatakan sebuah pembelajaran yang membosankan. Untuk lebih jelas

dapat kita lihat tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1
Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak Kelompok B
Di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok (Kondisi Awal)
Nilai
No Aspek yang dinilai ST T R
f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 1 7 3 20 12 73
urutan bilangan 1-10
2 Anak mampu Menunjuk 1 7 2 12 13 80
lambang bilangan 1-10
3 Anak dapat membedakan 0 0 1 7 15 93
lambang bilangan 1-10
Nilai Rata-Rata 5 13 82

Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak

kelompok B di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok, kemampuan Berhitung

anak masih sangat rendah karena pada kondisi awal guru hanya

43
44

menggunakan papan tulis untuk memperkenalkan lambang bilangan,

hasilnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10, anak

yang berkategori sangat tinggi berjumlah 1 orang dengan persentase 7 %.

Anak yang berkategori tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 20 %,

dan anak berkategori rendah berjumlah 12 orang dengan persentase 73 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10,

anak yang berkategori sangat tinggi berjumlah 1 orang dengan persentase

7 %. Anak yang berkategori tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase

12 %, dan anak berkategori rendah berjumlah 13 orang dengan persentase

80%.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10.

anak yang berkategori sangat tinggi berjumlah 0 orang dengan persentase

0 %. Anak yang berkategori tinggi berjumlah 1 orang dengan persentase 7

%, dan anak berkategori rendah berjumlah 15 orang 93 %. Hasil Observasi

kondisi awal dapat kita gambarkan dalam grafik berikut :

100 93
80
80 73
60 ST
40 T
20 R
20 13
7 7 7
0
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Grafik 4.1
Hasil Observasi kemampuan Berhitung Anak Kelompok B di
TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok (Kondisi Awal)
45

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan Berhitung

anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10, anak

yang berkategori sangat tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 1

orang dengan persentase 7 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan

dengan warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 20 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 12

orang dengan persentase 73 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10,

anak yang berkategori sangat tinggi ditunjukkan dengan warna biru

berjumlah 1 orang dengan persentase 7 %. Anak yang berkategori tinggi

ditunjukkan dengan warna merah berjumlah 2 orang dengan persentase

12 %, dan anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 13 orang dengan persentase 80 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10.

anak yang berkategori sangat tinggi ditunjukkan dengan warna biru

berjumlah 0 orang dengan persentase 0 %. Anak yang berkategori tinggi

ditunjukkan dengan warna merah berjumlah 1 orang dengan persentase

7 %, dan anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 15 orang dengan persentase 93 %.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa

kemampuan Berhitung anak kondisi awal ini sangat rendah, itu terlihat

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru kurang


46

menarik bagi anak sehingga kegiatan pembelajaran pada kondisi awal

tidak dapat mengembangkan kemampuan Berhitung anak sesuai yang

diharapkan.

2. Deskripsi siklus I

Deskripsi hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa

siklus yang dilakukan. Penelitian kali ini akan dilakukan dalam dua siklus

sebagai berikut :

Siklus I di lakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama

dilakukan pada hari Senin tanggal 04 Oktober 2021, pertemuan kedua

dilakukan pada hari Selasa tanggal 05 Oktober 2021 dan pertemuan ketiga

dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 06 Oktober 2021.

a. Tindakan (Action)

1) Pertemuan pertama siklus I

Pada pelaksanaan tindakan pertemuan pertama hari Senin

tanggal 04 Oktober 2021 dengan tema pekerjaan sub tema

pegawai. Guru melaksanakan proses pembelajaran menyebutkan

urutan bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Peneliti

melakukan pembelajaran berhitung bilangan 1-10 pada Smart

Card. dengan cara : guru memperkenalkan media yang digunakan,

anak dan guru berhitung bilangan 1-10 pada Smart Card. Kegiatan

disesuaikan dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah

disusun sebelumnya. Hasil dari kegiatan pada pertemuan pertama

siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :


47

Tabel 4.2
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card Pada pertemuan pertama siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok
Nilai
No Aspek yang dinilai ST T R
f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 2 12 4 25 10 63
urutan bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
2 Anak mampu Menunjuk 2 12 2 12 12 75
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
3 Anak dapat membedakan 1 7 2 12 13 81
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
Nilai Rata-Rata 10 16 73

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kemampuan

berhitung anak bilangan 1-10 melalui media Smart Card pada

pertemuan pertama siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 10 orang dengan persentase 63 %.

Aspek kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 1 orang dengan persentase 12 %. Anak yang berkategori


48

tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 12 orang dengan persentase 75 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. anak yang berkategori sangat

tinggi berjumlah 1 orang dengan persentase 7 %. Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 13 orang dengan persentase

81%.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:

90
80
80 75
70 63
60
50 ST
40 T
30 25 R
20 12 12 12 12
10 7
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Garfik 4.2
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan pertama siklus I
Di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan

Berhitung anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 2 orang dengan

persentase 12 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan


49

warna merah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 10 orang dengan persentase 63 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 1 orang dengan

persentase 7 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 12

orang dengan persentase 75 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 1 orang dengan

persentase 7 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 13 orang dengan persentase 81 %.

Berdasarkan tabel dan Grafik pertemuan pertama siklus I

yang dilakukan dilokal B dengan jumlah anak 16 orang sudah

terlihat beberapa diantaranya mulai tertarik berhitung bilangan

1-10 pada Smart Card.


50

2) Pertemuan kedua siklus I

f) Pertemuan ini peneliti lakukan pada hari Selasa 05 Oktober

2021 dengan tema pekerjaan sub tema pegawai, kegiatan

pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I ini menggunakan

Smart Card. Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara:

Guru memperlihatkan kartu angka beserta gambar pekerjaaan

kepada anak lalu menyuruh anak menyebutkan angka yang ada

di kartu angka dan menyebutkan pekerjaannya yang ditunjuk

oleh guru. Kegiatan disesuaikan dengan rencana kegiatan

harian (RKH) yang telah disusun sebelumnya. Hasil dari

kegiatan pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.3
Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan kedua siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok
Nilai
No Aspek yang dinilai ST T R
f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 3 19 4 25 9 56
urutan bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
2 Anak mampu Menunjuk 3 19 3 19 10 63
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
3 Anak dapat membedakan 2 12 3 19 11 69
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
Nilai Rata-Rata 17 21 63
51

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kemampuan

Berhitung anak dengan bilangan 1-10 melalui media Smart Card

pada pertemuan kedua siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 9 orang dengan persentase 56 %.

Aspek kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 10 orang dengan persentase 63 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %. Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 11 orang dengan persentase

69%.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:
52

80
69
70 63
60 56
50
ST
40
25 T
30
19 19 19 19 R
20 12
10
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3
Tabel 4.3
Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung anak
Melalui media Smart Card pada pertemuan kedua siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan

Berhitung anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 3 orang dengan

persentase 19 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 9 orang dengan persentase 56 %.

Aspek kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 3 orang dengan

persentase 19 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 10

orang dengan persentase 63 %.


53

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. anak yang berkategori sangat

tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 2 orang dengan

persentase 12 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 11

orang dengan persentase 69 %.

Berdasarkan tabel dan Grafik di atas pada pertemuan

kedua siklus I yang dilakukan dilokal B dengan jumlah anak 16

orang sudah terlihat beberapa diantaranya mulai tertarik dan

bersemangat untuk berhitung bilangan 1-10 melalui media Smart

Card .

3) Pertemuan ketiga siklus I

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu 06 Oktober

2021 dengan tema pekerjaan sub tema pegawai. Pertemuan ketiga

pada dasarnya kegiatan masih sama dengan kegiatan pertama dan

kedua. Sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.


54

Tabel 4.4
Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan ketiga siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok
Nilai
N Aspek yang dinilai ST T R
o f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 4 25 4 25 8 50
urutan bilangan 1-10
melalui media Smart Card
2 Anak mampu Menunjuk 4 25 3 19 9 56
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart Card
3 Anak dapat membedakan 3 19 3 19 10 63
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart Card
Nilai Rata-Rata 23 21 56

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kemampuan

Berhitung anak bilangna 1- 10 melalui media Smart Card pada

pertemuan ketiga siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 8 orang dengan persentase 50 %.

Aspek kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 9 orang dengan persentase 56 %.


55

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. anak yang berkategori sangat

tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %. Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 10 orang 63 %.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:

70 63
60 56
50
50
40 ST
30 25 25 25 T
19 19 19
20 R
10
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Grafik 4.4
Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan ketiga siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan

Berhitung anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 4 orang dengan

persentase 25 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 8 orang dengan persentase 50 %.


56

Aspek kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 4 orang dengan

persentase 25 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 9

orang dengan persentase 56 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. anak yang berkategori sangat

tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 3 orang dengan

persentase 19 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 10 orang dengan persentase 63.

Berdasarkan tabel dan grafik diatas pada pertemuan ketiga

siklus I yang dilakukan dilokal B dengan jumlah anak 16 orang

sudah terlihat beberapa diantaranya mulai tertarik dan bersemangat

untuk berhitung melalui media Smart Card bahkan beberapa anak

sudah mengenal angka pada Smart Card.

Hasil keseluruhan siklus I dapat dilihat pada tabel

rekapitulasi pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus I berikut

ini
57

Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung anak melalui media Smart Card pada siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok pada pertemuan 1, 2 dan 3 siklus I

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III


N Aspek yang dinilai ST T R ST T R ST T R
o f % f % f % f % f % f % f % f % f %
1 Anak mampu 2 12 4 25 10 63 3 19 4 25 9 56 4 25 4 25 8 50
menyebut urutan
bilangan 1-10 melalui
media Smart Card
2 Anak mampu 2 12 2 12 12 75 3 19 3 19 10 63 4 25 3 19 9 56
Menunjuk lambang
bilangan 1-10 melalui
media Smart Card
3 Anak dapat 1 7 2 12 13 81 2 12 3 19 11 69 3 19 3 19 10 63
membedakan lambang
bilangan 1-10 melalui
media Smart Card
Nilai Rata-Rata 5 10 8 16 35 73 8 17 10 18 30 63 11 23 10 21 27 56

Mean % 3 5 24 6 6 21 8 7 19
58

Tabel rekapitulasi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi

peningkatan kemampuan Berhitung anak yang cukup tinggi untuk setiap

aspek dalam tiga kali pertemuan yang dilaksanakan, hal ini terlihat pada:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi pada

pertemuan pertama berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 3 orang dengan persentase 19 % dan

pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan menjadi 4 orang

dengan persentase 25 %. Untuk nilai tinggi pada pertemuan pertama

berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, pertemuan kedua 4 orang

dengan persentase 25 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah 4 orang

dengan persentase 25 %. Sedangkan untuk kategori rendah, pada

pertemuan pertama berjumlah 10 orang dengan persentase 63 %,

pertemuan kedua mengalami penurunan menjadi 9 orang dengan

persentase 56 % dan pada pertemuan ketiga menjadi 8 orang dengan

persentase 50 %.

Aspek kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi pada

pertemuan pertama berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 3 orang dengan persentase 19 % dan

pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan menjadi 4 orang

dengan persentase 25%. Untuk nilai tinggi pada pertemuan pertama

berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, pertemuan kedua 3 orang


59

dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah 3 orang

dengan persentase 19 %.Sedangkan untuk kategori rendah, pada

pertemuan pertama berjumlah 12 orang dengan persentase 75 %,

pertemuan kedua mengalami penurunan menjadi 10 orang dengan

persentase 63 % dan pada pertemuan ketiga 9 orang dengan persentase 56

%.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi pada

pertemuan pertama berjumlah 1 orang dengan persentase 7 %, pada

pertemuan kedua bernilai menjadi 2 orang dengan persentase 12 % dan

pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan menjadi 3 orang

dengan persentase 19 %. Untuk nilai tinggi pada pertemuan pertama

berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, pertemuan kedua 3 orang

dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah 3 orang

dengan persentase 19 %. Sedangkan untuk kategori rendah, pada

pertemuan pertama berjumlah 13 orang dengan persentase 81 %,

pertemuan kedua 11 orang dengan persentase 69 % dan pada pertemuan

ketiga terjadi penurun lagi menjadi 10 orang dengan persentase 63 %.

Untuk lebih jelasnya dapat di jelaskan dengan grafik.


60

90
81
80 75
69
70 63 63
60 56 56
50
50
ST
40 T
30 25 25 2525 25 R
19 1919 19 19
20
12 1212 12 12
10 7
0
Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek
1 2 3 1 2 3 1 2

Grafik 4.5
Rekapitulasi Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung
anak melalui media Smart Card pada siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok pada pertemuan 1, 2 dan 3

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan Berhitung

anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru pada pertemuan pertama berjumlah 2

orang dengan persentase 12 %, pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 3 orang dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga

juga mengalami peningkatan menjadi 4 orang dengan persentase 25 %.

Untuk nilai tinggi ditunjukkan dengan warna merah pada pertemuan

pertama berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, pertemuan kedua

4 orang dengan persentase 25 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah

4 orang dengan persentase 25 %. Sedangkan untuk kategori rendah

ditunjukkan dengan warna hijau pada pertemuan pertama berjumlah 10

orang dengan persentase 63 %, pertemuan kedua mengalami


61

penurunan menjadi 9 orang dengan persentase 56 % dan pada

pertemuan ketiga menjadi 8 orang dengan persentase 50 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru pada pertemuan pertama berjumlah 2

orang dengan persentase 12 %, pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 3 orang dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga

juga mengalami peningkatan menjadi 4 orang dengan persentase 25 %.

Untuk nilai tinggi ditunjukkan dengan warna merah pada pertemuan

pertama berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, pertemuan kedua

3 orang dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah

3 orang dengan persentase 19 %. Sedangkan untuk kategori rendah

ditunjukkan dengan warna hijau, pada pertemuan pertama berjumlah

12 orang dengan persentase 75 %, pertemuan kedua mengalami

penurunan menjadi 10 orang dengan persentase 63 % dan pada

pertemuan ketiga 9 orang dengan persentase 56 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru pada pertemuan pertama berjumlah 1

orang dengan persentase 7 %, pada pertemuan kedua bernilai menjadi

2 orang dengan persentase 12 % dan pada pertemuan ketiga juga

mengalami peningkatan menjadi 3 orang dengan persentase 19 %.

Untuk nilai tinggi ditunjukkan dengan warna merah pada pertemuan


62

pertama berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, pertemuan kedua

3 orang dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah

3 orang dengan persentase 19 %. Sedangkan untuk kategori rendah

ditunjukkan dengan warna hijau, pada pertemuan pertama berjumlah

13 orang dengan persentase 81 %, pertemuan kedua 11 orang dengan

persentase 69 % dan pada pertemuan ketiga terjadi penurun lagi

menjadi 10 orang dengan persentase 63 %.

b. Pengamatan (Observation)

Pada siklus I, kemampuan berhitung anak melalui media Smart

Card meningkat walaupun belum mencapai KKM sesuai dengan aspek

yang diamati yaitu : Anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak mampu menujukkan lambang

bilangan 1-10 melalui media Smart Card, anak dapat membedakan

lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card.

Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan maka

peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut :

1. Anak tertarik dan senang berhitung melalui media Smart Card.

2. Kemampuan Berhitung anak mengalami peningkatan waulaupun

belum mencapai KKM yang ditentukan.

3. Beberapa anak sudah bisa menunjukkan lambang bilangan

4. Beberapa anak kelihatan ragu-ragu untuk membedakan lambang

bilangan
63

c. Perenungan (Reflection)

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama,

kedua dan ketiga sudah sesuai dengan perencanaan, berdasarkan hasil

pengamatan maka dampak dari kegiatan pembelajaran adanya

peningkatan kemampuan Berhitung anak yang cukup baik, yang hasil

observasinya sebagai berikut:

1) Mampu menyebut urutan bilangan 1-10 melalui media Smart Card,

anak yang mampu pada pertemuan pertama 12 %, pada pertemuan

kedua meningkat menjadi 19 % dan pada pertemuan ketiga

meningkat lagi menjadi 25 %.

2) mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10 melalui media Smart

Card, anak yang mampu pada pertemuan pertama 12 %, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 19 % dan pada pertemuan

ketiga meningkat lagi menjadi 25 %.

3) Anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10 melalui media

Smart Card, anak yang mampu pada pertemuan pertama 7 %, pada

pertemuan kedua bernilai 12 % dan pada pertemuan ketiga

meningkat menjadi 19 %.

Dan secara rata-rata kemampuan berhitung anak kelompok B

TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok pada siklus I, menunjukkan

peningkatan dari 12 % pada pertemuan pertama, naik menjadi 19 %

pada pertemuan kedua dan naik lagi menjadi 25 % pada pertemuan


64

ketiga, namun belum mencapai ketuntasan yang diharapkan dalam

pembelajaran ini yaitu 75 %. Hal ini disebabkan karena :

1) Media berhitung yang masih sedikit

2) Anak berebutan karena media yang kurang

3) Anak susah untuk berhitung karena Smart Card masih sedikit

Dapat disimpulkan semua aspek yang di amati belum mencapai

KKM maka dari itu penelitian ini di lanjutkan ke siklus II dan perlu

dilakukan yang sungguh-sungguh agar menjadi peningkatan pada

siklus selanjutnya.

Untuk mengatasi permasalahan pada siklus I, peneliti akan

melakukan tindakan sebagai berikut:

1) Memperbanyak Smart Card

2) Menjelaskan kepada anak tentang berhitung bilangan melalui

media Smart Card

3) Sering berhitung bilangan melalui media Smart Card

4) Memotivasi anak untuk sering berhitung menggunakan bilangan

melalui media Smart Card.

3. Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil perenungan penelitian pada siklus I, dimana

belum tercapainya angka ketuntasan minimal yang diharapkan, maka

peneliti melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II yang

dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu hari Senin tanggal 18 Oktober


65

2021, hari Selasa tanggal 19 Oktober 2021 dan hari Rabu tanggal

20 Oktober 2021 dengan tema pekerjaan sub tema pegawai.

a. Tindakan (Action)

1) Pertemuan Pertama Siklus II

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18 Oktober 2021

dengan tema pekerjaan sub tema pegawai. Pada pertemuan ini

peneliti melaksanakan proses pembelajaran menyebutkan urutan

bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Peneliti melakukan

pembelajaran berhitung 1-10 melalui media Smart Card. dengan

cara: guru memperkenalkan media yang digunakan, anak dan guru

berhitung 1-10 melalui media Smart Card. Kegiatan disesuaikan

dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah disusun

sebelumnya. Hasil dari kegiatan pada pertemuan pertama siklus II

dapat dilihat pada tabel berikut :

Sebelum melakukan pembelajaran dilaksanakan, guru

membimbing anak agar lebih konsentrasi dalam memperhatikan

pembelajaran yang akan dilkasanakan. Hal ini bertujuan agar anak

lebih mudah dalam berhitung pada Smart Card.

Hasil peneliti pada pertemuan pertama siklus II ini anak

lebih bersemangat dan konsentrasi dalam berhitung bilangan 1-10

melalui media Smart Card. Peningkatan kemampuan berhitung

anak bilangan 1-10 melalui media Smart Card pada aspek


66

mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.6
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan pertama siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok
Nilai
No Aspek yang dinilai ST T R
f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 6 37 4 25 6 37
urutan bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
2 Anak mampu Menunjuk 5 31 4 25 7 44
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
3 Anak dapat membedakan 5 31 3 19 8 50
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
Nilai Rata-Rata 33 23 44

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kemampuan

berhitung anak melalui media Smart Card pada pertemuan pertama

siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 6 orang dengan persentase 37 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 6 orang dengan persentase 37 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi


67

berjumlah 5 orang dengan persentase 31 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 7 orang dengan persentase 44 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. anak yang berkategori sangat

tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase 31 %. Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 8 orang dengan persentase

50%.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:

60
50
50 44
40 37 37
31 31 ST
30 25 25 T
19 R
20

10

0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Garfik 4.6
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan pertama siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan

Berhitung anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 6 orang dengan


68

persentase 37 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 6

orang dengan persentase 36 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 5 orang dengan

persentase 31 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 7

orang dengan persentase 44 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 5 orang dengan

persentase 31 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 8 orang dengan persentase 50 %.

Berdasarkan tabel dan Grafik pertemuan pertama siklus II

yang dilakukan dilokal B dengan jumlah anak 16 orang sudah

terlihat beberapa diantaranya mulai tertarik berhitung bilangan

1-10 pada Smart Card.


69

2) Pertemuan kedua siklus II

Pertemuan ini peneliti lakukan pada hari Selasa 19 Oktober

2021 dengan tema pekerjaan sub tema pegawai, kegiatan

pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II ini menggunakan

Smart Card. Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara: guru

memperkenalkan lambang bilangan berdasarkan jumlah gambar

yang ada di dalam Smart Card. Kegiatan disesuaikan dengan

rencana kegiatan harian (RKH) yang telah disusun sebelumnya.

Hasil dari kegiatan pada pertemuan kedua siklus II dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.7
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan kedua siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok
Nilai
No Aspek yang dinilai ST T R
f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 10 62 4 25 2 12
urutan bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
2 Anak mampu Menunjuk 9 56 3 19 4 25
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
3 Anak dapat membedakan 8 50 3 19 5 31
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
Nilai Rata-Rata 56 21 23
70

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kemampuan

Berhitung anak dengan melalui media Smart Card pada pertemuan

kedua siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 10 orang dengan persentase 62 %.Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 2 orang dengan persentase

12%.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 9 orang dengan persentase 56 %. Anak yang berkategori

tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi berjumlah 8 orang dengan persentase 50 %.Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 5 orang dengan persentase

31%.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:
71

70 62
60 56
50
50
40 31 ST
30 25 25 T
19 19 R
20 12
10
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Tabel 4.7
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak
Melalui media Smart Card pada pertemuan kedua siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan

Berhitung anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 10 orang dengan

persentase 62 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 9 orang dengan

persentase 56 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak


72

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 4

orang dengan persentase 25 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 8 orang dengan

persentase 50 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 5

orang dengan persentase 31 %.

Berdasarkan tabel dan Grafik di atas pada pertemuan

kedua siklus II yang dilakukan dilokal B dengan jumlah anak 16

orang sudah terlihat beberapa diantaranya tertarik dan bersemangat

untuk berhitung bilangan 1-10 melalui media Smart Card.

3) Pertemuan ketiga siklus II

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu 20 Oktober

2021 dengan tema pekerjaan sub tema pegawai. Pertemuan ketiga

pada dasarnya kegiatan masih sama dengan kegiatan pertama dan

kedua. Sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.


73

Tabel 4.8
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan ketiga siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok
Nilai
No Aspek yang dinilai ST T R
f % f % f %
1 Anak mampu menyebut 14 88 2 12 0 0
urutan bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
2 Anak mampu Menunjuk 13 81 2 12 1 6
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
3 Anak dapat membedakan 12 75 2 12 2 12
lambang bilangan 1-10
melalui media Smart
Card
Nilai Rata-Rata 81 12 6

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat kemampuan

Berhitung anak bilangna 1- 10 melalui media Smart Card pada

pertemuan ketiga siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 14 orang dengan persentase 88 %. Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 0 orang dengan persentase 0 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

berjumlah 13 orang dengan persentase 81 %.Anak yang


74

berkategori tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 1 orang dengan persentase 6 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi berjumlah 12 orang dengan persentase 75 %.Anak yang

berkategori tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan

anak berkategori rendah berjumlah 2 orang 12 %.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:

100 88
90 81
80 75
70
60 ST
50
40 T
30 R
20 12 12 12 12
10 6
0
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Grafik 4.8
Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui
media Smart Card pada pertemuan ketiga siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan

Berhitung anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 14 orang dengan

persentase 88 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan


75

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 0 orang dengan persentase 0 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-

10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 13 orang dengan

persentase 81 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan anak

berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau berjumlah 1

orang dengan persentase 6 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card, anak yang berkategori sangat

tinggi ditunjukkan dengan warna biru berjumlah 12 orang dengan

persentase 75 %. Anak yang berkategori tinggi ditunjukkan dengan

warna merah berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %, dan

anak berkategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau

berjumlah 2 orang dengan persentase 12%.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas pada pertemuan ketiga

siklus II yang dilakukan dilokal B dengan jumlah anak 16 orang

sudah terlihat tertarik dan bersemangat untuk berhitung bilangan

1-10 melalui media Smart Card Secara keseluruan hasil yang

diperoleh siklus II, semua aspek yang diamati sudah melibihi KKM

yang diharapkan. Hasil keseluruan siklus II dapat dilihat pada

tabel dan grafik rekapitulasi berikut:


76

Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card pada siklus I
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok pada pertemuan 1, 2 dan 3 siklus II

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III


N Aspek yang dinilai ST T R ST T R ST T R
o f % f % f % f % f % f % f % f % f %
1 Anak mampu 6 37 4 25 6 37 10 62 4 25 2 12 14 88 2 12 0 0
menyebut urutan
bilangan 1-10 melalui
media Smart Card
2 Anak mampu 5 31 4 25 7 44 9 56 3 19 4 25 13 81 2 12 1 6
Menunjuk lambang
bilangan 1-10 melalui
media Smart Card
3 Anak dapat 5 31 3 19 8 50 8 50 3 19 5 31 12 75 2 12 2 12
membedakan lambang
bilangan 1-10 melalui
media Smart Card
Nilai Rata-Rata 33 23 44 56 21 21 81 12 6

Mean % 11 8 15 19 7 7 27 4 2
Tabel rekapitulasi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi

peningkatan kemampuan Berhitung anak yang cukup tinggi untuk setiap

aspek dalam tiga kali pertemuan yang dilaksanakan, hal ini terlihat pada:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi pada

pertemuan pertama berjumlah 6 orang dengan persentase 37 %, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 10 orang dengan persentase 62 %

dan pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan menjadi 14 orang

dengan persentase 88 %. Untuk nilai tinggi pada pertemuan pertama

berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, pertemuan kedua 4 orang

dengan persentase 25 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah 2 orang

dengan persentase 12 %. Sedangkan untuk kategori rendah, pada

pertemuan pertama berjumlah 6 orang dengan persentase 37 %, pertemuan

kedua mengalami penurunan menjadi 2 orang dengan persentase 12 % dan

pada pertemuan ketiga menjadi 0 orang dengan persentase 0 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi pada

pertemuan pertama berjumlah 5 orang dengan persentase 31 %, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 9 orang dengan persentase 56 % dan

pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan menjadi 13 orang

dengan persentase 81%. Untuk nilai tinggi pada pertemuan pertama

berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %, pertemuan kedua 3 orang

dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah 2 orang


78

dengan persentase 12 %.Sedangkan untuk kategori rendah, pada

pertemuan pertama berjumlah 7 orang dengan persentase 44 %, pertemuan

kedua mengalami penurunan menjadi 4 orang dengan persentase 25 % dan

pada pertemuan ketiga 1 orang dengan persentase 6 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi pada

pertemuan pertama berjumlah 5 orang dengan persentase 31 %, pada

pertemuan kedua bernilai menjadi 8 orang dengan persentase 50 % dan

pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan menjadi 12 orang

dengan persentase 75 %. Untuk nilai tinggi pada pertemuan pertama

berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, pertemuan kedua 3 orang

dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah 2 orang

dengan persentase 12 %.Sedangkan untuk kategori rendah, pada

pertemuan pertama berjumlah 8 orang dengan persentase 50 %, pertemuan

kedua 5 orang dengan persentase 31 % dan pada pertemuan ketiga terjadi

penurun lagi menjadi 2 orang dengan persentase 12 %. Untuk lebih

jelasnya dapat di jelaskan dengan grafik.


79

100
90 88
81
80
70 62
60 56
50 50
50 44 ST
40 37 37 T
31 31 31 R
30 25 25 25 25
19 19 19
20 12 12 12
10 6
0
0
Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek
1 2 3 1 2 3 1 2

Grafik 4.9
Rekapitulasi Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung
anak melalui media Smart Card pada siklus II
di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok pada pertemuan 1, 2 dan 3

Berdasarkan grafik di atas dapat dijabarkan kemampuan Berhitung

anak sebagai berikut :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru pada pertemuan pertama berjumlah 6

orang dengan persentase 37 %, pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 10 orang dengan persentase 62 % dan pada pertemuan ketiga

juga mengalami peningkatan menjadi 14 orang dengan persentase

88%. Untuk nilai tinggi ditunjukkan dengan warna merah pada

pertemuan pertama berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %,

pertemuan kedua 4 orang dengan persentase 25 % dan pada pertemuan

ketiga berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %. Sedangkan untuk

kategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau pada pertemuan

pertama berjumlah 6 orang dengan persentase 37 %, pertemuan kedua


80

mengalami penurunan menjadi 2 orang dengan persentase 12 % dan

pada pertemuan ketiga menjadi 0 orang dengan persentase 0 %.

Aspek kedua, anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru pada pertemuan pertama berjumlah 5

orang dengan persentase 31 %, pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 9 orang dengan persentase 56 % dan pada pertemuan ketiga

juga mengalami peningkatan menjadi 13 orang dengan persentase

81%. Untuk nilai tinggi ditunjukkan dengan warna merah pada

pertemuan pertama berjumlah 4 orang dengan persentase 25 %,

pertemuan kedua 4 orang dengan persentase 25 % dan pada pertemuan

ketiga berjumlah 2 orang dengan persentase 12 %. Sedangkan untuk

kategori rendah ditunjukkan dengan warna hijau, pada pertemuan

pertama berjumlah 8 orang dengan persentase 50 %, pertemuan kedua

mengalami penurunan menjadi 5 orang dengan persentase 31 % dan

pada pertemuan ketiga 1 orang dengan persentase 6 %.

Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, anak yang memperoleh nilai sangat tinggi

ditunjukkan dengan warna biru pada pertemuan pertama berjumlah 5

orang dengan persentase 31 %, pada pertemuan kedua bernilai menjadi

8 orang dengan persentase 50 % dan pada pertemuan ketiga juga

mengalami peningkatan menjadi 12 orang dengan persentase 75 %.

Untuk nilai tinggi ditunjukkan dengan warna merah pada pertemuan


81

pertama berjumlah 3 orang dengan persentase 19 %, pertemuan kedua

3 orang dengan persentase 19 % dan pada pertemuan ketiga berjumlah

2 orang dengan persentase 12 %. Sedangkan untuk kategori rendah

ditunjukkan dengan warna hijau, pada pertemuan pertama berjumlah 8

orang dengan persentase 50 %, pertemuan kedua 5 orang dengan

persentase 31 % dan pada pertemuan ketiga terjadi penurun lagi

menjadi 2 orang dengan persentase 12 %.

d. Pengamatan (Observation)

Pada siklus II, kemampuan berhitung anak melalui media

Smart Card meningkat dan malebihi KKM sesuai dengan aspek yang

diamati yaitu : Anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10 melalui

media Smart Card, Anak mampu menujukkan lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, Anak dapat membedakan lambang

bilangan 1-10 melalui media Smart Card.

Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan maka

peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut :

1. Anak tertarik dan senang berhitung melalui media Smart Card.

2. Kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan dan telah

melebihi KKM yang ditentukan.

3. Anak sudah bisa menunjukkan lambang bilangan

4. Anak kelihatan semangat dalam membedakan lambang bilangan


82

e. Perenungan (Reflection)

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama,

kedua dan ketiga sudah sesuai dengan perencanaan, berdasarkan hasil

pengamatan maka dampak dari kegiatan pembelajaran adanya

peningkatan kemampuan Berhitung anak yang cukup baik, yang hasil

observasinya sebagai berikut:

1) Mampu menyebut urutan bilangan 1-10 melalui media Smart Card,

anak yang mampu pada pertemuan pertama 37 %, pada pertemuan

kedua meningkat menjadi 62 % dan pada pertemuan ketiga

meningkat lagi menjadi 88 %.

2) Mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10 melalui media Smart

Card, anak yang mampu pada pertemuan pertama 31 %, pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 56 % dan pada pertemuan

ketiga meningkat lagi menjadi 81 %.

3) Anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10 melalui media

Smart Card, anak yang mampu pada pertemuan pertama 31 %,

pada pertemuan kedua bernilai 50 % dan pada pertemuan ketiga

meningkat menjadi 75 %.

Dan secara rata-rata kemampuan berhitung anak kelompok B

TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok pada siklus II, menunjukkan

peningkatan dari 25 % pada siklus I naik menjadi 88 % pada siklus II,

angka ini menunjukan bahwa 88 % dari keseluruhan anak di


83

TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok sudah meningkat kemampuan

berhitung anak pada Smart Card. Hal ini disebabkan karena:

1) Media berhitung yang sudah menarik

2) Anak sudah mampu menunjukan lambang bilangan pada Smart

Card

3) Anak sudah bersemangat dalam berhitung karena Smart Card

sudah menarik untuk kegiatan pembelajran anak.

Dapat disimpulkan semua aspek anak yang diamati pada

pertemuan 1, 2, 3 siklus II sudah meningkat dengan baik sekaligus sudah

melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 %. Dengan

demikian ini dihentikan.

B. Analisis Data

Berdasarkan jumlah anak dalam pelaksanaan behitung melalui media

Smart Card dimana pada observasi pada anak setelah tindakan dilakukan,

maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus I belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75% yang telah ditetapkan. Dengan

demikian penelitian dilanjutkan ke siklus II. Setelah tindakan dilakukan di

siklus II, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus II telah mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Keberhasilan peningkatan kemampuan berhitung anak melalui media

Smart Card dengan nilai sangat tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut :
84

Tabel 4.10
Persentase Hasil Observasi peningkatan kemampuan berhitung
anak melalui media Smart Card pada kategori sangat tinggi.

No Aspek yang dinilai Siklus Siklus


I II
1 Anak mampu menyebut urutan bilangan 25 88
1-10 melalui media Smart Card
2 Anak mampu Menunjuk lambang 25 81
bilangan 1-10 melalui media Smart Card
3 Anak dapat membedakan lambang 19 75
bilangan 1-10 melalui media Smart Card

Berdasarkan tabel persentase hasil observasi peningkatan

kemampuan Berhitung anak bilangna 1- 10 melalui media Smart

Card untuk kategori sangat tinggi dapat diketahui bahwa :

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan

1-10 melalui media Smart Card, pada siklus I persentasenya

menjadi 25 % dan pada siklus II persentasenya menjadi 88 %.

Aspek kedua, Anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10

melalui media Smart Card, pada siklus I menjadi 25 % dan pada

siklus II menjadi 81 %. Aspek ketiga, Anak dapat membedakan

lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus I

menjadi 19 % dan siklus II meningkat menjadi 75 %.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini:
85

100
88
90 81
80 75
70
60
Aspek 1
50
Aspek 2
40
25 25 Aspek 3
30
19
20
10
0
Siklus I Siklus II

Grafik 4.10
Persentase Hasil Observasi peningkatan kemampuan Berhitung anak
melalui media Smart Card pada kategori sangat tinggi

Berdasarkan grafik persentase hasil observasi peningkatan

kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card untuk kategori

sangat tinggi dapat diketahui bahwa:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card. Pada siklus I dengan warna biru dengan

persentase 25 % dan pada siklus II yang ditunjukkan dengan warna

merah sebesar 88 %. Aspek Kedua. Anak mampu Menunjuk lambang

bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus I ditunjukkan

dengan warna unggu dengan persentase 25 % dan pada siklus II

ditunjukkan dengan warna oren menjadi 81 %. Aspek ketiga, Anak

dapat membedakan lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card.

Pada siklus I ditunjukkan dengan warna hijau dengan persentase 19 %

dan pada siklus II ditunjukkan dengan warna kuning dengan persentase

75 %.
86

Keberhasilan peningkatan kemampuan berhitung anak melalui

bilangan 1-10 melalui media Smart Card dengan kategori tinggi dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.11
Persentase hasil observasi peningkatan kemampuan berhitung anak
melalui media Smart Card pada kategori tinggi

Siklus I Siklus II
No Aspek yang dinilai

1 Anak mampu menyebut urutan bilangan 25 % 12 %


1-10 melalui media Smart Card
2 Anak mampu menunjuk lambang 19 % 12 %
bilangan 1-10 melalui media Smart Card
3 Anak dapat membedakan lambang 19 % 12 %
bilangan 1-10 melalui media Smart Card

Berdasarkan tabel persentase hasil observasi peningkatan

kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card untuk kategori

tinggi dapat diketahui bahwa:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card. Pada siklus I persentase menjadi 25 % dan

pada siklus II persentasenya menjadi 12 %. Aspek kedua, anak mampu

menunjuk lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus

I dengan persentase 19 % dan siklus II menjadi 12 %. Aspek ketiga, anak

dapat membedakan lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card.

Pada siklus I dengan persentase 19 % dan pada siklus II juga nilai yang

sama 12 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik beikut:


87

30
25
25
20 19 19
Aspek 1
15 12 12 12 Aspek 2
10 Aspek 3

5
0
Siklus I Siklus II

Grafik 4.11
Persentase hasil observasi peningkatan kemampuan berhitung anak
melalui media Smart Card pada kategori tinggi

Berdasarkan grafik persentase hasil observasi peningkatan

kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card untuk kategori

tinggi dapat diketahui bahwa:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card. Pada siklus I dengan warna biru dengan

persentase 25 % dan pada siklus II yang ditunjukkan dengan warna merah

sebesar 12 %. Aspek Kedua. anak mampu menunjuk lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus I ditunjukkan dengan warna

unggu dengan persentase 19 % dan pada siklus II ditunjukkan dengan

warna oren menjadi 12 %. Aspek ketiga, anak dapat membedakan

lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus I

ditunjukkan dengan warna hijau dengan persentase 19% dan pada siklus II

ditunjukkan dengan warna kuning dengan persentase 12 %.


88

Keberhasilan peningkatan kemampuan berhitung anak melalui

media Smart Card dengan kategori rendah dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.12
Persentase hasil observasi peningkatan kemampuan berhitung anak
melalui media Smart Card pada kategori rendah

Siklus I Siklus II
No Aspek yang dinilai

1 Anak mampu menyebut urutan bilangan 50 % 0%


1-10 melalui media Smart Card
2 Anak mampu menunjuk lambang 56 % 6%
bilangan 1-10 melalui media Smart Card
3 Anak dapat membedakan lambang 63 % 12 %
bilangan 1-10 melalui media Smart Card

Berdasarkan tabel persentase hasil observasi peningkatan

kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card untuk kategori

rendah dapat diketahui bahwa:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card. Pada siklus I persentase menjadi 50 % dan

pada siklus II persentasenya menjadi 0 %. Aspek kedua, anak mampu

menunjuk lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus

I dengan persentase 56 % dan siklus II menjadi 6 %. Aspek ketiga, anak

dapat membedakan lambang bilangan 1-10 melalui media Smart Card.

Pada siklus I dengan persentase 63 % dan pada siklus II dengan persentase

12 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik beikut:


89

70 63
60 56
50
50
40 Aspek 1
30 Aspek 2
Aspek 3
20
12
10 6
0
0
Siklus I Siklus II

Grafik 4.12
Persentase hasil observasi peningkatan kemampuan berhitung anak
melalui media Smart Card pada kategori rendah

Berdasarkan grafik persentase hasil observasi peningkatan

kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card untuk kategori

rendah dapat diketahui bahwa:

Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10

melalui media Smart Card. Pada siklus I dengan warna biru dengan

persentase 50 % dan pada siklus II yang ditunjukkan dengan warna merah

sebesar 0 %. Aspek Kedua, anak mampu menunjuk lambang bilangan

1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus I ditunjukkan dengan warna

unggu dengan persentase 56 % dan pada siklus II ditunjukkan dengan

warna oren menjadi 6 %. Aspek ketiga, anak dapat membedakan lambang

bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Pada siklus I ditunjukkan

dengan warna hijau dengan persentase 63% dan pada siklus II ditunjukkan

dengan warna kuning dengan persentase 12 %.

Dengan telah adanya peningkatan kemampuan berhitung anak

melalui media Smart Card pada kelompok B di TK Kartika Jaya 1-60

Kota Solok didapatkan nilai rata-rata pada kategori sangat tinggi 81 %, ini
90

berarti sudah sebagian besar peningkatan kemampuan berhitung anak

melalui media Smart Card sudah melewati KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal)yaitu sebesar 75 %.

C. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian pengembangan kemampuan

berhitung anak melalui media Smart Card, setelah melihat kondisi awal

dimana anak mengalami kebingungan dan merasa bosan dalam berhitung.

Yang mana disebabkan oleh media yang digunakan guru kurang bervariasi

dalam pembelajaran berhitung. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang mencakup tentang media pembelajaran menurut

pendapat Hamali dalam Arsyad (2013: 2) media sebagai alat komunikasi guna

lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, fungsi media dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan, seluk-seluk belajar, hubungan antara metode

mengajar dan media pendidikan, nilai atau manfaat media pendidikan dalam

pengajaran, pemilihan dan penggunakan media pendidikan, berbagai jenis alat

dan teknik media pendidikan, media pendidikan dalam setiap mata pelajaran

dan usaha inovasi dalam media pendidikan.

Kondisi tersebut membuat peneliti untuk melakukan upaya perbaikan

dalam meningkatkan kempampuan berhitung anak terutama untuk mengulangi

bilangan 1-10 melalui media Smart Card. Peneliti melakukan perbaikan

tersebut melalui media Smart Card. Kegiatan dilakukan dari hal yang

memudahkan anak hingga yang sulit dalam berhitung bilangan 1-10 melalui

media Smart Card. Untuk itu berhitung sangat diperlukan bagi seseorang
91

dalam kehidupan sebagaimana di ungkapkan oleh Depdiknas (2000: 221)

berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh

kembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan

sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi

pengembangan kemampuan matematika dengan kata lain kemampuan

berhitung di TK diperlukan untuk mengembangkan kemampuan dasar

matematika sehingga anak secara mental siap mengikuti pembelajaran

matematika lebih lanjut di sekolah dasar. Sedangkan Walle (2008: 118)

berhitung adalah kunci dan konsep ide, dimana semua konsep bilangan

lainnya dapat dikembangkan.

Melalui media Smart Card kemampuan anak dalam menyebutkan

urutan dan menunjukkan lambang bilangan serta mampu membedakan

lambang bilangan yang ada dalam Smart Card terlihat semakin nyata

hasilnya. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan berhitung anak

sesuai dengan aspek yang diamati dari kondisi awal hingga siklus II.

Dapat dilihat kemampuan berhitung anak melalui media Smart Card

pada kategori sangat tinggi dengan perincian sebagai berikut :

1. Aspek pertama, anak mampu menyebut urutan bilangan 1-10 melalui

media Smart Card pada kondisi awal 7 %, pada siklus I persentasenya

menjadi 25 % dan pada siklus II persentasenya menjadi 88 %. Dengan

demikian pada aspek pertama mengalami peningkatan dari kondisi awal

sampai ke siklus II sebesar 81 %. Ini berarti media Smart Card dapat

meningkatkan kemampuan berhitung anak.


92

2. Aspek Kedua. Anak mampu Menunjuk lambang bilangan 1-10 melalui

media Smart Card Pada kondisi awal 7%, pada siklus I ditunjukkan

dengan warna unggu dengan persentase 25 % dan pada siklus II

ditunjukkan dengan warna oren menjadi 81 %. Dengan demikian pada

aspek kedua mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai ke siklus II

sebesar 74 %. Ini berarti media Smart Card dapat meningkatkan

kemampuan berhitung anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik

dalam Arsyad (2004: 15) berpendapat bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, bahkan membawa pengaruh-pengaruh

fsikologis terhadap siswa.

3. Aspek ketiga, Anak dapat membedakan lambang bilangan 1-10 melalui

media Smart Card pada kondisi awal 0%, pada siklus I menjadi 19 % dan

siklus II meningkat menjadi 75 %. Dengan demikian pada aspek kedua

mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai ke siklus II sebesar 75%.

Ini berarti media Smart Card dapat meningkatkan kemampuan berhitung

anak.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan Smart Card dapat meningkatkan

kemampuan berhitung anak dan dapat memberikan kesenangan bagi anak

untuk melakukan kegiatan pembelajaran terutama dalam berhitung.


BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

diambil kesimpulan tentang peningkatan kemampuan berhitung anak melalui

media Smart Card sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak menggunakan media Smart

Card.

2. Melalui media Smart Card kemampuan anak dalam menyebut urutan

bilangan, menunjukan lambang serta membedakan lambang bilangan 1-10

pada Smart Card mengalami peningkatan.

3. Siklus I sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi awal, namun belum

mencapai KKM yang ditentukan sedangkan pada siklus II kemampuan

berhitung anak mengalami peningkatan yang sangat besar bahkan melebihi

KKM yang ditentukan.

4. Bilangan 1-10 melalui media Smart Card dapat meningkatkan kemampuan

berhitung anak di TK Kartika Jaya 1-60 Kota Solok.

B. Implikasi

Hasil analisis data menunjukan bahwa melalui media Smart Card dapat

meningkatkan kemampuan berhitung anak, dengan demikian guru harus

mengunakan alat peraga yang menarik bagi anak dan metode yang

menyenangkan bagi anak agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak

membingungkan dan membosankan bagi anak sehingga dapat mengembangkan

kemampuan berhitung seluruh anak.

93
94

Imlikasi dalam penelitian ini diharapkan kepada guru-guru untuk dapat

mengunakan Smart Card menjadi salah satu alternatif alat peraga yang dapat

meningkatkan kemampuan berhitung anak.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini di

ajukan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian tindakan

kelas pada masa yang akan datang, antara lain:

1. Kepada pihak sekolah sebaiknya menyediakan alat peraga yang menarik dan

menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak.

2. Kepada guru dapat menggunakan Smart Card dalam pembelajaran sebagai

salah satu srategi untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Guru

harus memahami anak dan memberikan ide-ide kreatif dalam menyampaikan

alat peraga kepada anak untuk dapat meningkatkan kemampuan berhitung

anak.

3. Kepala sekolah hendaknya dapat mendorong guru untuk dapat meningkatkan

kualitas anak dalam mengembangkan kemampuan anak dalam berhitung.

4. Hendaknya guru mampu menggunakan berbagai metode dalam memberikan

kegiatan pembelajaran, dengan demikian anak tidak akan merasa bingung

dan membosankan dalam belajar serta tujuan belajar tercapai secara optimal.

5. Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat melakukan dan meningkatkan labih

jauh tentang kemampuan berhitung anak melalui metode dan media

pembelajaran yang lain.

6. Bagi pembaca, diharapkan dapat menggunakan skripsi ini sebagai sumber

ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai