Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (Koordinasi Motorik Halus dan Kasar), kecerdasan, daya

cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdsasan spiritual. Untuk itu pertumbuhan dan

perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada dasar-dasar yang tepat bagi

pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya sebagai dasar pembentukan

pribadi yang utuh

Usia anak-anak, yaitu antara 0-6 tahun adalah usia emas untuk anak

mempelajari berbagai hal disekitarnya. Anak akan mempelajari sesuatu tidak

dengan cara duduk tenang, mendengarkan keterangan-keterangan dari orang tua

maupun guru, tetapi anak akan mempelajari sesuatu hal dengan cara bermain.

Dalam kegiatannya saat bermain tersebut anak akan menemukan hal-hal baru

yang sebelumnya tidak dia ketahui.

Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif melakukan

berbagai kegiatan bermain, maka proses pembelajarannya adalah pada aktifitas

anak dalam berntuk belajar sambil bermain. Program belajar mengajar bagi anak

usia dini di rancang dan di laksanakan sebagai suatu sistem yang dapat

menciptakan dan memberi kemudahan bagi anak usia dini untuk belajar sambil

1
bermain melalui berbagai akatifitas dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan serta kehidupan anak usia dini.

Keberhasilan proses pembelajaran anak usia dini ditandai dengan

pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dengan hasil

pembelajaran yang mampu menjadi jembatan bagi anak usia dini untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam pendidikan formal seperti Taman

kanak-kanan, pengajarnya adalah orang-orang yang telah mendapat pendidikan

khusus, sedangkan dalam pendidikan non formal pengajarnya bukanlah selalu

orang yang berlatar pendidikan guru.

Kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanan lebih ditujukan untuk

mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas yang

diperlukan oleh anak untuk hidup di lingkungan masyarakatnya, selai

mempersiapkan diri untuk masu sekolah dasar. Jadi, upaya pengembangan anak

pada usia dini lebih ditujukan untuk mengembangkan anak secara utuh,

menyeluruh yaitu mengotimalkan perkembangan sosial, intelektual, bahasa,

emosi, dan fisik anak.

Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi

keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “Usia

Emas” bagi sesorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan

yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang berupakan salah

satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya.

Usia dini mepuakan usia emas untuk menyerap berbagai informasi orang

tua dan tenaga pendidik harus memberikan materi yang dekat dengan kehidupan

2
dan lingkungan anak yang terefleksi dalam kegiatan pembelajaran yang

menyenangkan. Tujuan umum pendidikan TK adalah mengembangkan bekerja

sendiri pada anak melalui permainan. Anak sampai usia tujuh tahun pada dasarnya

kemampuan untuk bekerja sendiri pada anak muncul dalam dorongan untuk

bermain, menyanyi dan pekerjaan tangan dalam proses pendidikannya, lebih

dominan memakai daya fantasi anak. Prinsip yang dipakai adalah urutan

berjenjang, dimulai dari yang muda kemudian berkelanjutan pada yang lebih

sukar.

Kondisi yang di anjurkan para pakar pendidikan untuk melejitkan

kecerdasan logis – matematis adalah menjadikan anak mencintai matematika.

Mencintai matematika bagi anak-anak dengan pendekatan permainan matematika

sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan matematika TK yaitu :

1. Kemampuan kognitif, yaitu anak dapat mengenal konsep bilangan

dengan benda-benda 1- 10

2. Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-

benda

3. Mengenal konsep matematika sederhana, yaitu penambahan dan

pengurangan

4. Menggabungkan dua kumpulan benda

Pentingnya tahun-tahun awal kehidupan seorang anak sudah disadari oleh

semua pihak karena pada usia inilah otak individu berkembang sangat pesat. Para

ahli banyak yang menyatakan bahwa ditinjau dari perkembangan otak pada usia

3
dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi 80 % perkembangan otak.

Usia 0-8 tahun memegang peranan yang sangat penting karena usia dini adalah

fasa fundamental bagi perkembangan individu yang disebut sebagai “golden age”

atau usia emas. Pengalaman-pengalaman yang dijalani anak mungkin akan

membentuk pengalaman yang akan dibawa seumur hidupnya. Pendidikan

merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini.

Sebagaimana telah dipahami bahwa anak usia dini memiliki karakter yang

khas baik secara fisik maupun mental oleh karena itu strategi dan metode

pembelajaran yang diterapkan pada anak usia dini perlu disesuaikan dengan

karakteristik yang dimiliki oleh anak. Metode yang diterapkan seorang pendidik

kepada anak akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pengajaran.

Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak akan

dapat memfasilitasi perkembangan anak secara optimal dan membantu

menumbuhkan sikap dan perilaku positif pada anak. Beberapa prinsip metode

pembelajaran untuk anak usia dini antara lain : berpusat pada anak, partisipasi

aktif anak, bersifat holistik dan integrativ, fleksibel, serta memahami perbedaan

individual.

Matematika atau berhitung sangat penting dalam kehidupan kita. Setiap

hari, bahkan setiap menit kita menggunakan matematika. Belanja, menghitung

benda, waktu, tempat, jarak dan kecepatan merupakan fungsi matematis.

Mengukur panjang, berat dan volume juga merupakan fungsi matematika, dengan

kata lain matematika sangat penting bagi kehidupan kita termasuk anak usia dini

(Suyanto, 2005:56)

4
Pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan operasi bilangan

matematis, Anak belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung secara

bertahap sesuai perkembangan mentalnya. Anak belajar menghubungkan objek

nyata dengan simbol-simbol matematis, , sebagai contoh sebuah jeruk diberi

simbol dengan angka “I” dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka “2”.

Demikian pula dengan simbol “+” yang berarti penjumlahan dan simbol “-“ yang

berarti pengurangan.

Pendidik perlu menguasai konsep-konsep matematika sederhana yang

sesuai untuk anak usia dini. Berbagai notasi matematis sederhana dan cara

pengenalannya perlu dipahami agar dapat melatih anak berhitung dan

menggunakan fungsi matematis lainnya. Menurut piaget (1972) pengenalan

matematika sebaiknya dilakukan melalui penggunaan benda-benda kongkrit dan

pembiasaan agar anak dapat memahami matematika seperti mengenal bilangan,

menghitung dan operasi bilangan sebagai contoh mengingatkan anak tentang

tanggal hari ini dan menuliskannya di papan tulis akan melatih anak mengenal

bilangan.

Kemampuan berhitung permulaan pada anak dapat dikembangkan sejak

usia dini. Ismayani (2010) menyatakan bahwa “ kemampuan anak-anak untuk

memahami matematika mengalami perkembangan yang cukup pesat mulai usia

prasekolah. Pada permulaan tahun ketiga usianya, anak-anak sudah bisa

menggunakan jari-jarinya untuk menunjukkan banyak benda. Mungkin saja saat

itu anak-anak melakukan kesalahan dalam perhitungannya namun itu adalah

sebuah perilaku matematika (mathematical behavior) yang ditunjukkan”. Pendidik

5
perlu memberikan stimulasi yang tepat agar anak dapat mengembangkan

kemampuan matematikanya secara maksimal.

Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan

yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang anak. Melalui bermain,

anak dapat mengoptimalkan segala kemampuannya. Pada saat bermain anak

mencoba gagasan-gagasan mereka, bertanya berbagai persoalan dan memperoleh

jawaban atas persoalan mereka. Melalui permainan menyusun balok misalnya,

anak akan belajar menghubungkan ukuran suatu objek dengan objek lainnya.

Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar mampu menopang balok

yang lebih kecil.

Mengajarkan berhitung permulaan pada anak harus dikemas menjadi suatu

hal yang menyenangkan. Perlu ada media pembelajaran yang mampu

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak dengan media yang nyata

dan dilakukan sambil bermain.

Dalam mengembangkan kognitif khususnya berhitung permulaan di TK

NIRA INDRIA Palimanan Cirebon guru sering mengalami berbagai hambatan.

Seperti kondisi yang telah dijelaskan diatas akibatnya anak TK NIRA INDRIA

Kecamatan palimanan tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran berhitung

permulaan sesuai indikator yang telah ditetapkan. Sebagian besar siswa

kemampuan berhitung permulaannya masih rendah. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran berhitung permulaan yang diselenggarakan guru

saat itu kurang mendukung keberhasilan belajar anak. Penggunaan metode yang

kurang relevan menjadi salah satu sebab anak tidak mau atau kurang tertarik

6
mengikuti pembelajaran berhitung permulaan. Selain itu kurangnya media

pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran menjadi faktor penyebab

kurangnya minat anak untuk mengikuti pembelajaran berhitung permulaan.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan tim guru kelompok bermain

sebagai solusi tindakan untuk memecahkan masalah kemampuan berhitung

permulaan pada anak maka digunakan permainan tabung angka sebagai media

pembelajaran. Dasar pertimbangan pemilihan media tabung angka untuk

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak adalah :

1. Permainan ini mudah dimainkan oleh anak

2. Permainan ini bertujuan untuk mengenalkan angka pada anak sekaligus

melatih motorik kasar karena dapat dikombinasikan dengan permainan

lari atau gerakan motorik kasar lainnya.

3. Permainan ini dapat memberikan rasa senang sekaligus pengetahuan

kepada anak sehingga anak dapat bermain sekaligus belajar.

4. Permainan ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada

anak, karena anak dapat memasukkan benda sesuai dengan angka yang ada

pada tabung. Misalnya untuk tabung pertama angka 1 benda yang

dimasukkan satu buah sampai tabung ke 5 dengan jumlah benda lima

buah. Dengan demikian anak akan mengenal konsep lambang bilangan

dan mengetahui konsep bilangan itu sendiri, angka 1 menunjukan benda

sebanyak 1 dan seterusnya sampai angka 5 menunjukkan benda

sebanyak 5 buah.

7
5. Permainan ini menggunakan tabung sebagai tempat bermain anak yang

dapat dimodivikasi oleh guru sesuai kebutuhan pembelajaran berhitung

permulaan. Tabung angka dapat di isi benda atau gambar sejumlah

angka yang tertera pada tabung sebagai tempat bermain yang tidak

baku, artinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran berhitung

permulaan.

Dengan menggunakan permainan tabung angka diharapkan anak TK Nira

Indria Kelompok B yang berjumlah 22 orang yang terdiri 12 anak laki-laki dan 10

anak perempuan dapat berinteraksi dengan teman-temannya dan minat mereka

terhadap pembelajaran berhitung permulaan menjadi lebih baik. Berdasarkan

uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang permainan tabung

angka yang dapat dijadikan media pembelajaran untuk mempermudah anak dalam

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan maka diadakan penelitian

tindakan kelas yang berjudul

“ Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Tabung

Angka di TK NIRA INDRIA Kecamatan Palimanan Cirebon”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi

permasalahan yang menyangkut aktivitas mereka saat pembelajaran permasalahan

tersebut adalah :

8
1. Sebagian besar anak menunjukkan sikap kurang perhatian terhadap

pembelajaran berhitung permulaan dikelas karena mereka beranggapan

bahwa pembelajaran saat itu kurang menarik dan tidak

menyenangkan.

2. Sebagian besar anak menunjukkan sikap pasif terhadap pembelajaran

berhitung permulaan dikelas.

3. Sebagian besar anak tidak mau mengikuti pembelajaran berhitung

permulaan di kelas.

C. Pembatasan masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kegiatan pembelajaran yang digunakan adalah kegiatan permainan tabung

angka

2. Meningkatkan minat belajar siswa dengan menerapkan kegiatan

permainan tabung angka

3. Kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan 1-10 dan lambang

bilangan dengan menerapkan kegiatan permainan tabung angka.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis sebutkan di atas, maka

penulis dapat merumuskan permasalahannya dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut :

9
1. Apakah guru tidak menggunakan alat peraga yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan di TK. NIRA INDRIA

Palimanan kabupaten Cirebon sebelum diterapkan permainan tabung

angka?

2. Apakah guru menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan berhitung permulaan anak di TK. NIRA INDRIA Kecamatan

Palimanan Kabupaten Cirebon?

3. Apakah guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak

di TK NIRA INDRIA kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sudah

memberikan motivasi dan bimbingan yang cukup dalam pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berhitung permulaan anak

TK.NIRA INDRIA Kecamatan palimanan Cirebon sebelum penerapan

permainan tabung angka.

2. Mengetahui langka-langka implementasi penerapan permainan tabung

angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak di

TK.NIRA INDRIA Palimanan Cirebon.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan berhitung anak TK NIRA INDRIA

Palimanan Cirebon setelah penerapan permainan tabung angka.

10
F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis yaitu :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada lembaga

– lembaga yang menangani pendidikan anak usia dini ataupun masyarakat

umum yang membutuhkan informasi tentang perkembangan anak dan

permainan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan

anak usia dini.

2. Manfaat praktis

Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak baik guru,

anak/siswa maupun lembaga PAUD untuk lebih spesifik penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi Guru PAUD

1. Dapat dijadikan bahan masukan dalam menerapkan permainan untuk

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak.

2. Meningkatkan kompetensi guru sehingga pembelajaran lebih

berkualitas.

3. Memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung

permulaan untuk menciptakan pembelajaran menarik, menyenangkan

dan bermakna bagi anak.

4. Meningkatkan kemampuan dan pengalaman meneliti yakni melalui

praktik penelitian tindakan kelas

11
5. memberikan wawasan, kemampuan yang secara langsung akan

meningkatkan profesionalisme guru

b. Bagi Anak/Siswa

1. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran

berhitung permulaan.

2. Meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak melalui

permainan yang menyenangkan.

3. Menumbuhkan motivasi anak dalam berhitung permulaan.

c. Bagi Sekolah

1. Tercapainya tujuan pembelajaran

2. Terlaksananya kurikulum pembelajaran

3. Meningkatnya kualitas layanan pembelajaran bagi peserta didik.

4. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan inovasi

pembelajaran di sekolah dan memberikan motivasi bagi para guru

untuk dapat menerapkannya dalam pembelajaran.

d. Bagi Lembaga PAUD

Hasil penelitian diharapkan menjadi sumbangan yang positif bagi

seluruh lembaga PAUD pada umumnya dan bagi TK. NIRA INDRIA

Palimanan Cirebon khusus dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran terutama meningkatkan kemampuan berhitung permulaan

pada anak.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Berhitung Permulaan

Berhitung permulaan adalah sebuah cara yang menyenangkan, untuk

mempelajari konsep bilangan anak usia dini sudah dapat diajari matematika

atau berhitung permulaan melalui berbagai cara.

Menurut Ismayati (2010) menyatakan bahwa “Berhitung dengan suara

nyaring atau berhitung sambil bernyanyi baik dilakukan ketika mengajarkan

anak berhitung dan mengenal bilangan.

Dalam buku permainan berhitung permulaan (Depdiknas, 2007 :1)

dijelaskan bahwa “Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika,

diperlukan untuk menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung yang sangat

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang

merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun

kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.” Untuk itu guru perlu

menggunakan permainan untuk mengenalkan pembelajaran berhiung pada

anak.

Dari pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa berhitung

permulaan adalah bagian dari matematika yang dapat diajarkan kepada anak

usia dini sesuai dengan tingkat perkembangannya dengan cara yang

menyenangkan.

13
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung

permulaan.

1. Dalam mempelajari berhitung pemulaan anak usia dini dapat memahami

beberapa konsep sederhana seperti pendapat Carol dan Barbara (391-403,

2008) menyatakan bahwa “ Konsep-konsep yang dapat dipahami anak

usia tiga, empat, lima tahun antara lain :

a. Konsep Bilangan (Angka)

Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan berapa banyak suatu

benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung.

b. Mencacah

Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga,

empat dan seterusnya.

c. Konsep penggolongan/pengelompokkan

Mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan

oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat dipilih

dan dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan berbagai warna

dan bentuk.

d. Konsep Membandingkan

Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah

membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada

akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya.

e. Konsep pola-pola

14
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-

gerakan yang dilakukan berulang kali.

f. Konsep pengukuran dan perkiraan

Mempelajari ketrampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu,

hendaklah menggunakan benda kongkret.

g. Konsep waktu

Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu

sekarang, kemarin, besok, lusa.

2. Tingkat perkembangan mental anak

Jean Piaget mengatakan bahwa kegiatan memerlukan kesiapan dalam diri

anak, artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas fisik

maupun mental (psikis).

Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan

tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus

keluar dari anak itu sendiri.

Anak usia dini berada pada tahapan praoperasional kongkrit yaitu

tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan

berfikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang, bentuk

dan benda-benda didasarkan pada pengalamannya.

3. Masa peka berhitung pada anak

Menurut Orborn (1981) menyatakan bahwa perkembangan intelektual

pada anak berkembang sangat pesat, pada kurun usia nol sampai dengan

pra sekolah (4-6 tahun) oleh sebab itu usia prasekolah seringkali disebut

15
sebagai “Masa peka belajar”, Pernyataan didukung oleh Benyamin. S.

Bloom, yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah

terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai 80% pada usia 8 tahun.

Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan

berhitung di jalur matematika, karena anak usia dini (kelompok bermain)

sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan rasa ingin

tahunya tinggi akan tersalurkan. Apabila mendapat

stimulan/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas

perkembangannya.

4. Perkembangan Awal menentukan perkembangan selanjutnya Hurlock

(1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak

merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang

mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhannya baik

fisik maupun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat

melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.

2. Tujuan Pembelajaran Berhitung Permulaan

Berhitung permulaan pada anak memiliki beberapa tujuan antara lain

membantu anak mengenal angka dan mengenal matematika sederhana yang ada

dalam kehidupan sehari-hari hal ini sesuai dengan santika (Depdiknas 2007) yaitu

berhitung permulaan pada anak memiliki tujuan antara lan :

a. Dapat berfikir logis dan sistematis melalui pengamatan terhadap benda-

benda kongkrit, gambar-gambar / angka-angka yang ada disekitar anak

16
b. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat

yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berhitung

c. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi

d. Memahami pemahaman konsep ruang ruang dan waktu serta dapat dalam

memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi

disekitarnya.

e. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan suatu secara sopan.

3. Prinsip-prinsip berhitung permulaan

Dalam mengajarkan berhitung permulaan kepada anak guru harus

melakukannya dengan cara menyenagkan secara bertahap dalam pedoman

permainan berhitung Depdiknas (2007:2) menyatakan pembelajaran berhitung

permulaan harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Pembelajaran berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan

menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang

dialami melalui pengamatan dialam sekitar

b. Pengetahuan dan ketrampilan pada pembelajaran berhitung diberikan

secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkrit ke

abstrak, mudah kesukar, dari sederhana ke yang lebih kompleks.

c. Pembelajaran berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan

berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya

sendiri.

17
d. Pembelajaran berhitung membutuhkan suasana yang menyenangkan dan

memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak

e. Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung permulaan

seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil

contoh yang ada dilingkungan sekitar anak.

f. Dalam pembelajaran berhitung anak dapat mengelompokan sesuai tahap

penguasannya yaitu tahap konsep mata transisi dan lambang.

g. Dalam mengevaluasi perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai

akhir kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat sriningsih (2008:39)

menyatakan bahwa “Prinsip pembelajaran matematika merupakan hal

penting yang harus dilaksanakan guru dalam setiap karakteristik

perkembangan anak dan tidak menimbulkan kecemasan (stress bagi anak)”

4. Tahapan penguasaan berhitung permulaan

Pembelajaran berhitung permulaan pada anak harus dilakukanbertahap dan

berkesinambungan agar lebih mudah dipahami dan dimengerti sesuai tingkat

perkembangan anak seperti yang dijelaskan dalam buku permainan berhitung

permulaan (Depdiknas 2007:6) tahapan berhitung pada anak antara lain :

a. Penguasaan konsep

b. Masa transisi

c. Lambang

18
Pembelajaran berhitung permulaan yang efektif bagi anak agar pembelajaran

berhitung permulaan pada anak dapat berlangsung efektif dan berhasil seperti

yang diharapkan ada beberapa cara yang dapat dilakukan (Ismayati,2010) antara

lain :

a. Lakukan pengulangan

b. Lingkungan yang kondusif

c. Buat menyenagkan

d. Gunakan beragam media

Pembelajaran Berhitung permulaan yang diterapkan guru TK Nira Indria

Palimanan Cirebon masih menggunakan cara yang konvensional yaitu menulis

angka dipapan tulis atau menggunakan jari sebagai media belajar berhitung anak.

Guru juga masih kurang dalam menggunakan media pembelajaran untuk menarik

minat anak dalam belajar berhitung permulaan karena minimnya media

pembelajaran yang tersedia disekolah.

5. Belajar Mengajar konsep bilangan pada siswa TK

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas

dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu

kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar.

Proses belajar mengajar bilangan harus memperhatikan karakteristik

matematika. Sumarno (dalam Hasnan, 2007) mengemukakan beberapa

karakteristik yaitu : materi matematika menekankan menekankan penalaran yang

bersifat deduktif, materi matematika bersifat hierarkis dan terstruktur dan dalam

19
mempelajari matematika dibutuhkan ketekunan. Keuletan serta rasa cinta terhadap

matematika. Karena materi matematika bersifat hierarkis dan terstruktur maka

dalam belajar matematika tidak boleh terputus-putus dan urutan materi harus di

perhatikan. Artinya, perlu mendahulukan belajar tentang konsep matematika yang

mempunyai daya bantu terhadap konsep matematika yang lain. Salah satu upaya

untuk pengenalan terhadap konsep bilangan dan lambangnya dalam pembelajaran

di TK adalah melalui permainan tabung angka.

Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari

diri sendiri ataupun ataupun akibat rangsangan dari luar seperti permainan

permainan dalam pesona matematika (permainan tebak-tebakkan, kantong pintar

dan mencari jejak, dll). Ciri-ciri yang memadai bahwa anak sudah menyenangi

permaian berhitung antara lain :

a. Secara spontan telah menunjukan telah menunjukan keterkaitan pada

aktifitas permainan berhitung

b. Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman

c. Anak mulai meghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara

spontan

d. Anak mulai membanding-bandingkan benda- benda dan peristiwa yang

ada di sekitarnya

e. Anak mulai menjumlahkan atau mengurangi angka dan benda-benda

yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.

Hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran anak dikelas

adalah :

20
a. Apabila ada anak yang cepat menyelesaikan tugas yang diberikan guru,

hari ini menunjukan bahwa anak tersebut telah siap untuk diberikan

permainan berhitung dengan kesulitan yang lebih tinggi.

b. Apabila anak menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau

mengalihkan perhatian pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah

terjadi masalahkesulitan belajar pada anak. Itu berarti, anak membutuhkan

perhatian atau perilaku yang lebih mendalam dari guru untuk mengatasi

masalah kesulitan belajar pada anak tersebut.

6. Berhitung Permulaan Bagian Dari Perkembangan Kognitif Anak Usia

Dini

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam pusat susunan

syaraf pada waktu manusia sedang berfikir (Gagne. 1976) kemampuan kognitif ini

berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf

yang berada di pusat susunan syaraf.

a. Tahapan Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget dalam Jamaris (2008:17) tahapan perkembangan kognitif

dibagi menjadi beberapa periode yaitu :

1) Sensori motor ( 0-2 tahun )

2) Praoperasional ( 2-6 tahun )

3) Operasional Kongkrit ( 6-11 tahun )

4) Operasional Formal ( 11 tahun-dewasa )

21
b. Karakter perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Anak Usia dini pada tahap ini dapat menggunakan simbol dan pikiran

internal dalam memecahkan masalah. Pikiran anak-anak pada tahap ini masih

terkait dengan objek kongkrit. Piaget merinci karakter perkembangan kognitif

pada tahap pra operasional :

1) Kombinasi mental

2) Persepsi pikiran

3) Berfikir uni dimensi

4) Ireversibel

5) Penalaran

6) Egosentris

Berhitung permulaan merupakan bagian dari perkembangan kognitif hal

ini sesuai dengan pendapat piaget dalam suyadi (2010:95) yang menyebutkan

capaian perkembangan kognitif dalam bentuk tabel berikut :

Tabel Capaian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini :

No Anak Usia Capaian Perkembangan Kognitif

1 Lahir-1 tahun a. Mengenal benda

b. Mengenal bentuk

2 1-2 tahun a. Mengenal warna

b. Mengenal rasa : manis, pahit, dan asam

c. Mengenal bilangan 1 dan 2

3 2-3 tahun a. Mampu mengelompokan benda yang berbentuksama

b. Mampu membedakan bentuk, lingkaran dan bujur

22
sangkar

c. Mampu membedakan rasa dan warna

d. Mengenal bilangan hingga hitungan 5

4 3-4 tahun a. Mampu membedakan bentuk ukuran (besar-kecil,

panjang-pendek, sedkit-banyak, dan lain-lain)

b. Mampu mengurutkan angka 1-10

c. Mampu membeda-bedakan warna lebih banyak, merah,

hijau, hitam, putih, biru, ungu

Karakteristik dan klasifikasi perkembangan kognitif merupakan pengetahuan yang

harus dimiliki guru anak usia dini. Pengetahuan yang memadai tentang

karakteristik dan klasifikasi kognitif memungkinkan guru dapat menyusun

program simulasi sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik umum yang dimiliki anakusia pra-

sekolah menurut piaget.

1. Anak sudah mengerti sebagian simbol-simbol yang sering digunakan di

lingkungan terdekatnya

2. Anak sudah mengenal logika

3. Cara berfikir anak pada awal usia pra-sekolah masih cenderung egosentris

atau menggunakan sudut panda diri sendiri

4. Anak sudah mengenal prinsip-prinsip hitungan. 1

1
Ratna wulan, mengasah kecerdasan pada anak, 2011.Hlm.49

23
Sebayanya. Perbendaharaan katanya sudah cukup banyak untuk

mengkomunikasikan keinginannya. Rasa egosentrisnya masih kuat, anak

merasakan bahwa dirinya “pusat dunia”. Prilaku anak ketika bermain, ia

memasuki tahap bermain paralel dimana seorang anak bermain bersama anak lain

tanpa interaksi dan enggan bila mainannya dipinjam atau menolak

mengambalikan mainan yang di pinjamnya. Tak heran kegiatan bermain anak usia

dini kerap diwarnai konflik atau pertikaian, namun biasanya bersifat sementara

saja.

Dapat dikatakan usia 3- 5 tahun adalah usia keemasan bagi anak. Ditandai

munculnya masa peka terhadap jumlah aspek perkembangan masa dengan

berbagai bentuk kreatifitas bermain dari imajinasi anak. Pemberian stimulasi yang

sesuai dengan perkembangan anak menjadikan mereka menjadi matang baik

secara fisik maupun psikis.

Berdasarkan karakteristik dan klasifikasi pengembangan kognitif maka diuraikan

berbagai program stimulasi yang dikembangkan dalam kegiatan belajar melalui

bermain atau permaian edukatif, seperti :

1. Dengan kemampuan berbicaranya semakin kuat akan banyak mengajukan

pertanyaan

2. Mampu mengenali berbagai bunyi yang pernah di dengar

3. Dapat menyebutkan hari-hari dalam satu minggu

4. Mampu menggunakan konsep waktu yang sederhana

24
5. Anak menggunakan benda sebagai simbol untuk manusia dan mampu

mengambil peran pura-pura sendiri

6. Tidak bisa mengerti penalaran abstrak

7. Daya imajinasi tinggi

8. Mampu memasangkan gambar-gambar dari benda yang yang dikenalnya

9. Mampu membuat gambar berdasarkan ingatannya

10. Mampu menyebutkan nama benda dan mengenal sifat benda

11. Mampu mengenal dan menyebutkan perbedaan kasar halus

12. Mampu menghubungkan konsep bilangan sama tidak sama

13. Mampu menyusun kembali keping-keping sederhana

14. Dapat membedakan bentuk-bentuk geometri

15. Mampu mencocokan sesuatu

16. Mampu membuat perbandingan benda-benda menurut ukurannya.

Ataupun ciri-ciri perilaku kognitif adalah :

1. Berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang

relevan dan arus pemikiran lancar.

2. Berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam,

mampu mampu merubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang

berbeda-beda.

3. Berpikir orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain

dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain.

4. Berpikir terperinci (elabirasi), yaitu mengembangkan, menambah,

memperkaya suatu gagasan.13 (Departemen Pendidikan Nasional . Op Cit. Hlm. 4)

25
7. Media dalam pengembangan Kognitif

Media intruksional saat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu

mengajar melainkan juga mampu berfungsi sebagai pembawa informasi atau

pesan intruksional yang diperlukan anak. Fungsi guru saat ini mengarah kepada

proses memberikan bimbingan kepada anak sebagai individu yang belajar. Dalam

pengembangan kognitif anak, media digunakan dalam proses belajar mengajar di

TK adalah untuk belajar sambil bermain.

Pendekatan rekreatif edukatif bisa mengahadirkan suasana yang kondusif untuk

menggerakan keakraban anak dengan alam sekitarnya. Penggunaan media yang

menyentuh aspek kognitif juga harus mampu mengimbangi aspek afeksi.

Keseimbangan antara perkembangan afektif dan kognitif sangat penting bagi

perkembangan jiwa anak. 2

beberapa fungsi dan tujuan penerapan media dalam pengembangan kognitif:

a. Merangsang anak melakukan kegiatan, pikiran, perasaan, perhatian dan

minat.

b. Bereksperimen

c. Menyelidiki atau meneliti

d. Alat bantu

e. Mencapai tujuan pendidikan yang maksimal

f. Alat peraga untuk memperjelas sesuatu

g. Mengembangkan imajinasi (kreatifitas)

h. Melaksanakan tugas yang diberikan

2 Prof. Dr. M.A.S. Imam Chourmain, pendekatan aternatif PAUD.. Hlm. 26

26
i. Melatih kepekaan berfikir

j. Digunakan sebagai alat permainan

8. Pengertian Permainan Tabung Angka

Dalam geometri, tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga dimensi

yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi

panjang yang mengelilingi kedua lingkaran tersebut. Tabung memiliki 3 sisi dan 2

rusuk., Sisi yang dimiliki tabung ada sisi atas dan sisi bawah yang mempunyai

bentuk dan ukuran yang sama serta letaknya sejajar.

Bilangan (angka) adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk

pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk

mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam

maternatika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas

untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan

irasional, dan bilangan kompleks.

Tabung angka adalah bangun ruang tiga dimensi berbentuk silinder. yang

diberi angka atau bilangan yang dapat digunakan sebagai media pengenalan agka

anak usia dini.Tabung angka dapat dibuat dengan menggunakan dari plastik

bening yang berbentuk tabung kemudian diberi angka sesuai kebutuhan kita untuk

mengenalkan angka pada anak misalnya 1-5. Tabung angka dapat digunakan

untuk mengenalkan konsep bilangan pada anak dengan memasukkan benda ke

dalam tabung sesuai dengan angka yang tertera pada tabung. Benda yang dapat

27
digunakan untuk bermain tabung angka bervariasi ukuran dan bentuknya dapat

dibuat sesuai dengan tema pembelajaran yang sedang diajarkan kepada anak.

Permainan tabung angka adalah permainan yang dirancang dengan

menggunakan alat berupa tabung transparan yang memiliki lambang bilangan

(angka) yang dimainkan dengan memasukkan benda ke dalam tabung jumlah

benda yang dimasukkan sesuai dengan angka yang tertera pada dinding tabung

Permainan ini bertujuan memperkenalkan anak konsep angka melalui permainan

atau bermainsambil belajar.Permainan ini dapat dilakukan secara individu ataupun

berkelompok. Cara bermain tabung angka secara individu anak dipanggil satu-

satu untuk memasukkan benda kedalam tabung angka anak yang lain melihat dan

memberi semangat kepda teman yang sedang bermain. Setelah anak selesai

bermain guru mengajak anak untuk menghitung benda yang sudah dimasukkan

kedalam tabung jika sudah sesuai guru memberi pujian dan penghargaan berupa

stiker bergambar, jika belum .esuai guru memberi motivasi kepada anak dan

memberikan penghargaan juga berupa stiker bergambar.

Peningkatan kemampuan berhitung permulaan melalui permainan sangat

efektif untukanak usia dini, seperti yang dilakukan Suryati (2012) yang

melakukan penelitian di TK PGRI Mekarsari Sumedang dengan judul

"Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Permainan

Tradisional Sondah". Penelitian yang hampir sama juga dilakukanoleh Amanda

(2013) dilakukandi kecamatan Cidadap Kota Bandung dengan judul

"Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Book

Scavenger Hunt". Dengan demikian dapat disimpulkan peningkatan kemampuan

28
berhitung permulaan pada anak dapat juga dilakukan melaui permainan tabung

angka.

9. Pengertian Bermain dan Permainan

Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dan lingkungan yang

dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Melalui

bermain anak dapat mengoptimalkan semua kemampuanya.

Permainan yang sesuai dengan anak akan membantu anak mengeksplorasi

diri dan lingkungan melalui berbagai cara. Selain itu permainan yang sesuai

dengan usia anak juga dapat membentuk kemampuan mengendalikan tubuh,

menakoordinasikan anggota tubuh, berpikir, mengekspresikan diri, dan

memecahkan masalah. Melalui kegiatan bermain, kemampuan anak, baik

penglihatan, gerakan motorik kasar dan halus, serta kemampuan bicara dan

sosialisasi anak akan semakin berkembang secara optimal. Demikian juga seluruh

potensi kecerdasannya.

a. Ciri-ciri aktivitas bermain

Aktivitas bermain pada anak tentunya tidak sama dengan aktivitas

lainya seperti makan, tidur atau mandi tetapi saat bermain anak-anak

sebenarnya sedangbelajar seperti Prasetyo (2007:11) yang menyatakan bahwa

ciri-ciri aktivitas bermain yang membedakan dengan aktivitas lainya antara

lain :

29
a. Aktivitas bermain bisa menimbulkan efek yang menyenangkan dan

gembira. Jika situasi saat bermain tidak menimbulkan efek seperti

disebutkan diatasd maka. bermain tidak lagi menarik bagi anak.

b. Aktivitas bermain bisa dilakukan secara sepontanitas dan suka rela

tanpa ada unsur paksaan. Anak baik sendiri maupun bersam-sama

dapat menciptakan suasana bermain yang menyenangkan .

c. Dalam bermain ada aturan yang diciptakan oleh pemainnya sendiri

dan sifatnya insidental, aturan main ini tidak sama bila dilakukan

ditempat yang berbeda pula, lain tempat dan beda orang beda pula

aturannya.

d. Dalam bermain anak bisa termotivasi untuk menyenangi permainan,

misalnya saja anak bisa betah berlama-lama dan rn,:ricari alat

permainan.

b. Permainan dan mainan yang sesuai untuk Anak Usia Dini.

Permainan yang sesuai dengan kategori usia anak akan dapat

membantunya untuk mengekplorasi diri dan lingkungan melalui berbagai

cara. Selain itu, pemilihan permainan yang sesuai dengan usianya juga

dapat membentuk kemampuan mengendalikan dirinya, berpikir,

mengekpresikan diri dan memecallkan masalah. Dengan sendirinya

kemampuan anak, baik penglihatan, gerakan motorik kasar dan halus,

serta kemampuan berbicara dan sosialisasi anak akan semakin

berkembang dengan optimal. Demikian juga seluruh potensi

kecerdasannya. Berikut ini kriteria permainan yang sesuai untuk anak

30
usia dini: mainan bersifat edukatif, mainan yang mengandung unsur khas

dan unik , mainan yang, tidak membahayakan fisik maupun psikologis

anak.

c. Manfaat Bermain Bagi Anak

Proses bermain dan alat permainan merupakan perangkat

komunikasi bagi anak-anak. Dengan bermain anak akan belajar cara

berkomunikasi dengan lingkungan hidupnya, sosialnya, dan dirinya

sendiri. Selain itu, dengan bermain anak-anak juga mengerti atau

memahami lingkungan disekitarnya, interaksi sosial dengan orangorang

disekelilingnya, dan mengembangkan fantasi, imajinasi, serta

kreativitasnya.

Manfaat bermain menurut Eviana, Daisy, Ayu (2009:38)

menyebutkan bahwa manfaat bermain bagi anak adalah:

a. Membantu anak memahami diri sendiri dan mengembangkan harga

diri

b. Membantu anak mengembangkan kepercayaan diri

c. Melatih mental anak

d. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan strees anak

e. Mengemkangkan pola sosialisasi dan emosi

f. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak

g. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak

h. Sebagai standar moral

i. Mengembangkan otak kanan

31
Bermain memiliki banyak manfaat bagi antak antara lain mengembangkan

berbagai aspek perkembangan anak seperti kemampuan anak untuk bersosialisasi

dengan orang lain. ivlelaui kegiatan bermain anak juga dapat menyalurkan

keinginann, mengembangkan kreativitas dam belajar mengendalikan emosi Saat

anak bermain secara tidak langsung memberi kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan seluruh aspek perkembangan termasuk perkembangan otaknya.

Aktivitas Pembelajaran dengan Penerapan permainan Tabung angka untuk

meningkatkan kemampuan berhitung Permulaan anak hendaknya disesuaikan

dengan prisip bet-main sambil belajar. Permainan yang memberi kesempatan pada

anak untuk bereksplorasi terhadap lingkungan dan belajar sesuai taraf

perkembangannya.

Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan

kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan

bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis

kegiatan lainnya.

a. Jean Piaget

Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:

1) Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)

Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori motor,

sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan

bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutankenikmatan yang

diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan

pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation.

32
2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)

Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun

ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak

lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal

berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya . Seringkali

anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang

diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak

sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya

sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain.

Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan

mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan

bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.

3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)

Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with

rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan

permainan.

4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)

Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan

bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya

jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan

permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang

melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-

baiknya.

33
Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan

bahwa bermain yang tadinya dilakukan untuk keenangan lambat laun

mempunyai tujuan untuk hasil tertantu seperti ingin menang, memperoleh

hasil kerja yang baik.

b. Hurlock

Adapun tahapan perkembangan bermain mrnurut Hurlock adalah sebagai berikut:

1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)

Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau

atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan

semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak

akan mengamati setiap benda yang diraihnya.

2) Tahapan Mainan (Toy stage)

Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak

biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia

pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan

boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman

bermainnya.

3) Tahap Bermain (Play stage)

Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada

masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain

dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games,

olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.

4) Tahap Melamun (Daydream stage)

34
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak

mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka

sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.

Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau

merasa kurang dipahami oleh orang lain.

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira,

tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki

hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain(seperti perkembangan

kreativitas), dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya,

serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya

tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia

35
dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor

dan sejalan juga dengan usia anak.

B. Penelitian Yang Relevan

Peningkatan kemampuan berhitung permulaan melalui permainan sangat

efektif untuk anak usia dini, seperti yang dilakukan suryati (2012) yang

melakukan penelitian di TK PGRI Mekarsari Sumedang dengan Judul “

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Permainan

Tradisional Sondah”. Penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Amanda

(2013) dilakukan di Kecamatan Cidadap Kota Bandung dengan judul “

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Naka Usia Dini Melalui Permainan Book

Scavenger Hunt”. Dengan demikian dapat disimpulkan peningkatan kemampuan

berhitung permulaan pada anak dapat juga dilakukan melalui permainan tabung

angka.

36
C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran berhitung permulaan yang diterapkan guru di TK Nira Indria

Palimanan Cirebon masih menggunakan cara yang konvensional yaitu dengan

menulis angka dipapan tulis atau menggunakan jari sebagai media belajar

berhitung anak. Guru juga masih kurang dalam mengunakan media pembelajaran

untuk menarik minat anak dalam belajar berhitung permulaan karena minimnya

media pembelajaran yang tersedia di sekolah.

37
Adanya hal tersebut maka guru dituntut untuk dapat memeberikan

pembelajaran dengan media yang menarik dan menyenangkan sehingga

kemampuaanberhitung permulaan anak dapat mengalami peningkatan. Salah satu

cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan

yaitu dengan permainan tabung angka. Menurut Yuriastin dkk (2009: 19) bermain

merupakan salah satu stimulus dan lingkungan yang dapat membantu

memaksimalkan tumbuh kembang darl kecerdasan anak . Kegiatan bermain juga

dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti: nilai-nilai

agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Permainan yang

diberikan dengan tepat sesuai tahap perkembangan anak dapat membantu

perkembangan anak secara optimal.

Kemampuan berhitung permulaan yang dirniliki anak akan membantu

mereka dalam menguasai konsep pembelajaran ditingkat berikutnya. Stimulasi

yang diberikan kepada anak disekolah ikut berpengaruh dalam meningkatkan

kemampuan anak, jika guru dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan

media yang tepat maka anak akan berkembang secara optimal sesuai tahap

perkembanganya. Pengunaan media permainan -menjadi salah satu cara yang

dapat dilakukan guru dalam pembelajaran dikelas untuk meningkatkan

kemampuan berhitung permulaan.

38
D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan Landasan Teori Penelitian yang Relevan dan kerangka berfikir

di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

Permainan tabung angka yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan

pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik minat anak dalam

mengikutin pembelajaran berhitung, sehingga kemampua berhitung permulaan

anak dapat meningkat dananak dapat berkembang secara optimal.

39

Anda mungkin juga menyukai