Anda di halaman 1dari 11

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN

BERBAGAI MEDIA UNTUK ANAK KELOMPOK B TK KARYA MUFIDAH


KECAMATAN TOWUTI KABUPATEN LUWU TIMUR

Irnawati S.1 , Syubhan An Nur, M.Pd 2 , Atik Wartini, M.Pd3

E-mail :
1irnawatisupu96@gmail.com, 2 syubhan.science.edu@ulm.ac.id, 3atikwartini91@gmail.com

1
Mahasiswa Program Studi PGPAUD Fkip Universitas Terbuka
2
Tutor Karya Ilmiah Universitas Terbuka

Abstrak

Penelitian ini dilakukan di TK. Karya Mufidah Towuti mengambil


sampel dari kelompok B di TK. Karya Mufidah Towuti, yang berjumlah 19 anak.
Penelitian ini menggunakan metode ini untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus anak-anak. berbagai media. Peningkatan kemampuan motori
halus sangat penting dalam menunjang keberhasilan anak di jenjang
selanjutnya. Oleh karena itu pentingnya menstimulasi motorik halus pada anak
usia kelompok B. Upaya yang dapat melatih motori anak yakni dengan kegiatan
meronce, menggunting, menjumput/menempel dan mewarnai. Untuk skor
penguasaan keempat unsur tersebut digunakan (BSB) berkembang dengan
sangat baik, (BSH) sesuai perkiraan, (MB) mulai berkembang, dan (BB) belum
berkembang. Siklus I menunjukkan peningkatan skor sebesar 41% dan 51%, dan
siklus II menunjukkan peningkatan skor sebesar 88% dan 51%. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa berbagai media untuk anak-anak dapat
menyenangkan dan membantu meningkatkan kemampuan motorik halus mereka.

Kata kunci: Anak, kemampuan motorik halus, berbagai media

1
PENDAHULUAN

Anak-anak usia dini adalah makhluk sosial yang kaya akan imajinasi, dunia yang
unik dan sifat mereka jauh berbeda dari orang dewasa. Anak itu aktif, ceria, dan tertarik pada
apa pun yang dia lihat. Dia juga tampaknya tidak pernah berhenti belajar. Anak-anak usia dini
mengalami perkembangan yang cepat, yang sangat penting untuk proses belajar dikemudian
hari, oleh karena itu usia ini dikenal sebagai "usia emas" atau golden age. Usia ini hanya terjadi
sekali seumur hidup dan menginginkan perkembangan anak yang terbaik (Depdiknas, 2007:1).
Dalam hal pendidikan anak usia dini, Pasal 28 Ayat 1 Menurut Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan merupakan prasyarat
untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya, Menurut pasal 1 ayat 14, pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia
enam tahun dan dilakukan melalui rangsangan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan rohani anak agar mereka siap untuk memasuki pendidikan lanjutan.
Tujuan pendidikan anak usia dini adalah menstimulasi aspek perkembangan anak
agar lebih siap pada pendidikan dasar dan membantu anak untuk berkembang secara holistik,
sebagai pondasi untuk pembelajaran sepanjang hayat. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008:
4), Menurut Bredekamp & Copple, komponen yang berkembang dalam pendidikan anak usia
dini termasuk perkembangan pembiasaan, yang mencakup perkembangan sosial, emosi,
kemandirian, moral, dan nilai-nilai agama, serta perkembangan kemampuan dasar, yang
mencakup perkembangan bahasa, kognitif, dan kemampuan fisik motorik.
Kindergarten (Taman Kanak-Kanak) dalam pendidikan TK adalah taman, dengan anak-
anak sebagai bunga-bunganya. TK harus menjadi tempat yang "subur" untuk perkembangan
anak, mirip dengan taman bunga. TK perlu memperlakukan anak sesuai dengan apa yang dia
bawa. Untuk meningkatkan aspek fisik anak, terutama motorik halus, TK menawarkan
pendekatan pembelajaran yang diperluhkan.
Menurut Hills menyimpulkan bahwa fungsi Pendidikan TK yakni menggunakan apa
yang dibutuhkan dan pembawaan anak, dengan pengalaman belajar kebutuhan dan pembawaan
anak, bersama dengan pengalaman belajar dan perkembangan mereka sebelumnya, untuk
mengembangkan dan mempersiapkan anak untuk berkembang dan belajar dengan baik di masa
depan. Oleh karena itu, pentingnya mengembangkan Motorik anak agar menunjang aspek
kemampuan lainnya di jenjang selanjutnya.
Enam aspek perkembangan anak, yang popular dikenal dengan aspek kognitif,

2
aspek bahasa, aspek motorik halus dan kasar, aspek sosial dan emosional serta nilai moral
agama, merupakan aspek-asoek perkembangan anak yang penting untuk distimulasi di PAUD.
Pada titik ini, anak-anak memiliki kemampuan dan keterampilan, meskipun belum
sempurna. Anak-anak berada di tahap awal perkembangan mereka, yang akan menentukan
bagaimana mereka akan hidup di kemudian hari. Untuk mencapai hal ini, dalam hal ini harus
memahami perkembangan anak usia dini, utamanya dalam perkembangan fisik dan motorik
terhadap anak usia dini, dengan dalam perkembangan montorik mereka, karena perkembangan
motorik terhadap AUD sangat krusial dalam tumbuh kembangnya, yang selanjutnya
bermanfaat dalam pendidikan, untuk perkembangan mereka. Perkembangan motorik yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak, akan mempunyai manfaat yang baik untuk anak-
anak, hal ini sangat membantu anak dalam pendidikan selanjutnya serta sangat memudahkan
anak untuk dapat mempelajari sesuatu yang baru dalam lingkungan pendidikannya. Capaian
pembelajaran yang menstimulasi perkembangan motorik halus anak yang dilakukan melalui
berbagai macam kegiatan yang dilakukan sejak kecil, seperti menggunakan alat musik,
menggambar, kegiatan kreatif, merancang desain tema tertentu, dan sejenisnya. Oleh karena
itu, kemampuan motorik halus sangat penting bagi banyak anak usia muda.
Keterampilan motorik halus juga mencakup penggunaan alat-alat kecil atau
pengendalian mesin, seperti mengetik, menjahit, dan lain-lain, yang memerlukan
keseimbangan antara mata, tangan dan kecermatan (Sumantri, 2005). Banyak faktor
memengaruhi perkembangan motorik halus, termasuk kesiapan dalam berlajar, dalam
kemsepatan untuk melakukan sendiri, figuran yang pas, motivasi, suport, serta tindakan anak.
Pada dasarnya keberhasilan kemampuan Motorik Halus pada anak melalui dorongan
dan dukungan langsung dari orang tua serta guru, oleh karena itu keterlibatan rumah dan sekolah
sangat erat. Dengan kelancaran hubungan tersebut dapat meningkatkan upaya keberhasilan yang
akan dicapai anak secara menyeluruh akan optimal.
Mengembangkan motivasi dan sikap belajar yang positif yang penting dalam
keberhasilan anak. Diharapkan dengan sikap tersebut anak lebih aktif dalam menanggapi dan
menyimpulkan hasil belajar yang positif. Anak akan merasa pengalaman belajar sebagai
kegiatan yang menyenangkan sehingga anak lebih bersemangat untuk belajar aktif.
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa hal yang menghambat
perkembangan motorik halus anak. Yang pertama adalah pendekatan pembelajaran yang
digunakan guru, yang masih kurang variatif, yang merupakan penghambat utama dalam
pembelajaran fisik motorik. Guru yang menggunakan pendekatan yang salah menyebabkan
suasana kelas yang tidak menyenangkan, yang menyebabkan anak menjadi kurang bersemangat

3
dan kurang aktif. Guru hanya memberikan contoh melalui lisan sehingga anak kurang maksimal
dalam memahami arahan guru. oleh karenanya pembelajaran dalam kelas terkesan
membosankan dan monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak bersemangat mengikuti
kegiatan dalam kelas.
Untuk mengatasi masalah di atas, guru dapat mengubah pendekatan pembelajaran
mereka dengan yang baru dan lebih efektif. Ini dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan anak
terhadap pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan guru. Pendekatan baru, seperti
penggunaan berbagai media, dapat meningkatkan semangat anak untuk mengikuti kegiatan.
Anak-anak memiliki kesempatan untuk belajar sambil bermain, yang pasti tidak akan
membosankan. Selain itu, anak dapat melakukannya di rumah untuk mempermantap stimulasi
perkembangan anak. Melalui metode ini anak dituntut untuk berperan aktif mengikuti arahan
guru serta fokus Ketika diberi contoh dan pemahaman.
Peneliti memilih pendekatan yang memanfaatkan berbagai media yang dimaksudkan
sebagai upaya peningkatkan pada aspek perkembangan anak yang berkaitan dengan otot-otot
halus yaitu motorik halus anak yang masih sangat muda karena masalah ini memerlukan
perubahan pada sangat diharapkan bahwa metode pembelajaran yang dioptimalkan dapat
membantu perkembangan kemampuan motorik halus anak.
Dengan mempertimbangkan latar belakang ini, Fokus penelitian ini adalah masalah
berikut:
a. Bagaimana meningkatkan kemampuan Motorik Halus anak TK Karya Mufidah Towuti
Kelompok B melalui berbagai media ajar?
b. Sejauh mana perubahan perilaku anak TK. Karya Mufidah Towuti Kelompok B dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus?

METODE
Penelitian ini dilakukan melalui Metode PTK terdiri dari beberapa langkah:
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Di TK Karya Mufidah Towuti Kelompok B,
penelitian ini dilakukan dalam dua siklus untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
Kelompok B TK Karya Mufidah Towuti memiliki dua belas siswa, terdiri dari sebelas
perempuan dan delapan laki-laki.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dikelompok B TK. Karya Mufidah Towuti yang
beralamatkan di Jl. Veteran No. 43 Desa Langkea Raya terletak di Kecamatan Towuti,
Kabupaten Luwu Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai saat peserta didik masuk kelas pukul
08.00 sampai dengan 11.00 di TA 2022/2023 pada semester genap.
4
Studi ini dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahap masing-masing: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Apabila tujuan atau hasil pembelajaran anak tidak
sesuai dengan yang diharapkan, langkah-langkah perbaikan akan dilakukan pada siklus kedua
untuk memperbaiki hasil. Ini dilakukan dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Metode pengumpulan data menggunakan tes. Siklus I terdiri dari tes motorik halus yang
ditujukan kepada individu, dan siklus II terdiri dari tes yang dilakukan dua kali. Ha sil dari tes
siklus I dianalisis untuk menentukan kekurangan yang ada. Setelah itu, anak-anak diberi
pengetahuan untuk menghadapi tes siklus berikutnya.
Karya Mufidah Towuti di setiap siklus menggunakan rumus berikut untuk
menghitung nilai keberhasilan peningkatan kemampuan motorik halus anak-anak di
kelompok B TK:
𝑁
P= 𝑥 100 %
𝐴
Keterangan:
P : Skor Persentase
N :Perolehan nilai anak
A :Jumlah responden
% : Tingkat keberhasilan yang di capai anak
Kegiatan peningkatan kemampuan motorik halus menggunakan berbagai media anak
ini, Selanjutnya, hasil dari siklus I dan siklus II dievaluasi. Selanjutnya, data tersebut
dievaluasi secara deskriptif untuk mengetahui persentase peningkatan kemampuan motorik
halus dengan bantuan berbagai media yang digunakan oleh siswa Kelompok B di TK Karya
Mufidah Towuti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini diuraikan hasil tes, yakni pada hasil prasiklus, siklusI, dan siklus
II. Pada pemeriksaan yang dilakukan pada 19 anak-anak, nilai berkembang sesuai harapan
(BSH) atau sangat baik (BSB) yang diharapkan. dapat mencapai target yang telah ditentukan
sebanyak 12 anak atau 70%.

A. Hasil Tes Prasiklus


Prasiklus dilaksanakan dengan mencari tahu kondisi awal kemampuan motorik
halus anak. Pada tes prasiklus ini, kegiatan motorik halus belum memakai berbagai media.

5
Kemampuan motorik halus anak cukup memprihatinkan, menurut hasil tes prasiklus. Dari
19 anak, 4 anak atau 20% menerima nilai berkembang yang sangat baik (BSB), 3 anak atau
15% menerima nilai berkembang sesuai harapan (BSH), 5 anak atau 25% menerima nilai
mulai berkembang (MB), dan 7 anak atau 35% menerima nilai belum berkembang (BB).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jumlah anak yang mencapai Nilai berkembang
sesuai harapan (BSH) dan sangat baik (BSB) adalah 7 anak, atau 35%, dan sisa 12 anak,
atau 65%, masih belum mencapai hasil kemampuan motorik halus yang diharapkan.
Berdasarkan kenyataan tersebut perluh menggunakan berbagai media dalam pembelajaran
motorik halus agar kemampuan anak dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Kemampuan
motorik halus anak sesuai dengan target.

Tabel 1. Lembar Observasi Hasil Penilaian Pemberian Tugas PraSiklus Motorik Halus
menggunakan Berbagai Media

HASIL PENILAIAN
NO NAMA ANAK Jenis Kelamin
BB MB BSH BSB
1 Alt L √
2 Tha L √
3 Fat L √
4 Zai L √
5 Dhi P √
6 Ars P √
7 Sya P √
8 Ali P √
9 Ima L √
10 Yaq P √
11 Haf P √
12 Ded L √
13 Cel L √
14 Ray L √
15 Syi P √
16 Ath L √
17 Har L √
18 Mir L √
19 Ais P √

Jumlah 7 5 3 4

B. Hasil Tes Siklus I


Pada siklus I ini, anak melatih motorik halus menggunakan berbagai media seperti
meronce gelang, menempel kolase, menggunting dan mewarnai. Penerapan media ini

6
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan motorik halus anak-anak
dengan berbagai media yang disediakan oleh sekolah.
Hasil penelitian siklus I menunjukkan peningkatan dalam meningkatkan motorik halus
anak dibandingkan dengan hasil siklus sebelumnya. Namun, hasil yang dicapai pada siklus I,
yaitu 7 anak atau 40% yang telah berkembang dengan sangat baik (BSB) dan lima anak, atau
25% dari perkembangan yang diharapkan, telah berkembang sesuai harapan (BSH), masih
belum mencapai target 75%. Jika diakumulasikan, maka total anak yang dapat melakukan
kegiatan motorik halus sesuai dengan target yang diharapkan dengan menggunakan berbagai
media adalah sebanyak 12 anak atau 65%. Selebihnya adalah 35% anak yang belum mencapai
target yang ditentukan, yaitu 5 anak, atau 25% dari total nilai, mulai berkembang (MB).), dan
dua anak dari 10% masih belum berkembang.

Tabel 2. Lembar Observasi Hasil Penilaian Pemberian Tugas Motorik Halus


Menggunakan Berbagai Media
SIKLUS I

Jenis HASIL PENILAIAN


NO NAMA ANAK
Kelamin BB MB BSH BSB
1 Alt L √
2 Tha L √
3 Fat L √
4 Zai L √
5 Dhi P √
6 Ars P √
7 Sya P √
8 Ali P √
9 Ima L √
10 Yaq P √
11 Haf P √
12 Ded L √
13 Cel L √
14 Ray L √
15 Syi P √
16 Ath L √
17 Har L √
18 Mir L √
19 Ais P √

Jumlah 2 5 5 7

7
C. Hasil Tes Siklus II
Siklus kedua melibatkan anak-anak, metode ini dapat membantu anak-anak dalam upaya
peningkatkan gerak yang berkaitan dengan otot-otot halus atau keterampilan motorik halus
mereka dengan memakai berbagai macam media untuk aktivitas motorik halus. Berdasarkan
hasil penelitian pada siklus kedua telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dari hasil
penelitian sebelumnya. Dalam hal ini, dari target yang di tentukan sebanyak 14 anak atau 80%,
ternyata kemampuan motorik halus menggunakan berbagai media anak memperoleh hasil yang
memuaskan sesuai harapan dan telah mencapai target yang ditentukan tersebut dengan total
80% Anak-anak dengan nilai berkembang sangat baik (BSB) mencapai dan berkembang sesuai
harapan (BSH), yaitu 9 anak atau 45% berkembang sangat baik (BSB) dan 5 anak atau 35%
berkembang sesuai harapan (BSH). Anak terakhir, atau 20%, mendapatkan nilai mulai
berkembang (MB) dan masih belum mencapai target yang ditentukan. Namun demikian dapat
simpulkan bahwa peningkatan kemampuan motorik halus menggunakan berbagai media
dikelompok B TK Karya Mufidah Towuti telah mencapai hasil kemampuan motorik halus
sesuai dengan target yang diharapkan.
Tabel 3. Lembar Observasi Hasil Penilaian Pemberian Tugas Motorik Halus
dengan Mengunakan berbagai media
siklus II
NAMA HASIL PENILAIAN
NO Jenis Kelamin
ANAK BB MB BSH BSB
1 Alt L √
2 Tha L √
3 Fat L √
4 Zai L √
5 Dhi P √
6 Ars P √
7 Sya P √
8 Ali P √
9 Ima L √
10 Yaq P √
11 Haf P √
12 Ded L √
13 Cel L √
14 Ray L √
15 Syi P √
16 Ath L √
17 Har L √
18 Mir L √
19 Ais P √

Jumlah 0 5 5 9

8
SIMPULAN DAN SARAN
Kemampuan motorik halus anak ditingkatkan oleh Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.
menurut peneliti. Pada tes prasiklus, kemampuan motorik halus anak masih memprihatinkan
karena presentase capaian masih jauh dari target yang ditentukan yaitu sekitar 80% anak
diharapkan mendapat nilai berkembang sangat baik (BSB) atau nilai berkembang sesuai
harapan (BSH). Namun setelah anak-anak melakukan aktivitas motorik halus menggunakan
banyak media, kemampuan Motorik halus anak mengalami sedikit peningkatan yaitu sekitar
10%, dar 20% pada tes prasiklus meningkat menjadi 35% pada siklus I. Nilai kemampuan
motorik halus menggunakan berbagai media anak meningkat sekitar 10% pada siklus kedua,
dari 35% pada siklus pertama menjadi 45% pada siklus kedua. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran tersebut, perilaku anak mengalami
perubahan kearah yang positif. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan melihat antusias anak
menjadi lebih aktif, senang dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal
ini, membantu anak menjadi lebih mudah melakukan aktivitas motorik tanpa dibantu lagi,
sehingga kedepannya anak lebih pecaya diri dalam melakukan aktivasnya sehari-hari.
Saran berikut dapat diberikan untuk keberhasilan pembelajaran motorik halus dengan
berbagai media:
1. Guru harus bijak dalam memilih bahan ajar yang akan dibawa oleh anak agar anak tidak
kesulitan membawa bahan ajar ke sekolah.
2. Dalam pembelajaran motorik halus, penting untuk memberikan motivasi dan
menciptakan lingkungan yang menyenangkan agar anak tidak merasa canggung saat
mengekspresikan hasil karyanya.
3. Guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan contoh positif tentang bagaimana
melakukan pekerjaan kreatif. Diharapkan bahwa ini akan meningkatkan kemampuan
anak dalam melatih kemampuan motorik halusmereka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bambang S., dkk, (2007), “Metode Pengembangan fisik”, Universitas Terbuka, Jakarta.

Faizah, U. (2018). Journal.ipmafa.ac.id of Islamic Review: JurnalRiset Dan Kajian


Keislaman, 5(2), 242-264.

Fajar S. Belajar Motorik. (Yogyakarta:UNY Pres) h.36

Gagne, R. M.(1977). The Condition of Learning. Florida: Holt, Rinehartand Winston, Inc.

Hasibuan, N. (2017). repository.umsu.ac.id of Early Childhood Islamic Education (Pendidikan


Islam Anak Usia Dini) http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/1618

Hari M. - Jurnal CARE (Children Advisory Research and …, (2018) - e-journal.unipma.ac.id

Mansyur R., P, jurnal AUDI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Anak dan Media Informasi PAUD 2
(1), 50-55, (2017).

Masita, W., H., J. (2016:120 – 146). Kemampuan Bahasa, Metode Bercerita, Media Audio
Visual, (FAI Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/intiqad Vol. 8 No. 2.

Nurani S. Y. (2005). Pembelajaran Anak Usia Dini. Yogyakarta: Yayasan Citra Pendidikan
Indonesia.

Nur H. Pendidikan Guru PAUD S-1, 2016 - journal.student.uny.ac.id

Sadiman, A., S. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: Seri Pustaka Teknologi Pendidikan.

Saribu, A., N., A. (2019). Kemampuan Berbahasa, Metode Bercerita, Anak. Jurnal Riset
Golden Age PAUD UHO 2 (1) (2019)

Sartika, W. (2022). Jurnal Pendidikan Tambusai, 5 (3). pp. 9554-9559. ISSN Print: 614-6754
- online: 2614-3097.http://repository.unp.ac.id/id/eprint/36810

10
Syamsul Y., LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (bandung:rosda, 2000) h.15

Subyantor. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Semarang :Rumah Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai