Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 – 5 TAHUN

MELALUI KEGIATAN KOLASE MENGGUNAKAN KAPAS DI TK


MADINAH ISLAMIC FULLDAY SCHOOL KECAMATAN SLAWI
KABUPATEN TEGAL

Mei Rahma Aulia1)


Sanggul Maharani Yessa2)
1)
Mahasiswa PG – PAUD, FKIP, Universitas Terbuka, Indonesia
2)
Tutor Mata Kuliah Karya Ilmiah, PG – PAUD, Universitas Terbuka
Email: Meirahmaauliaa@gmail.com Telp. 089651051559

Abstrak
Setiap individu pada masa kanak-kanak kemungkinan besar akan menemui permasalahan.
Salah satu dari masalah individu tersebut adalah pengembangan keterampilan fisik motorik
halus. Perkembangan motorik halus dikaitkan dengan perkembangan kemampuan
menggunakan jari tangan untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti melakukan gerakan,
merekatkan, mencubit, memotong, menggambar, dan lain-lain. Masalah pengembangan
keterampilan motorik halus ini diamati pada anak usia 4 – 5 tahun di TK Madinah Slawi
Kabupaten Tegal. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan pengembangan
keterampilan motorik halus adalah dengan mengadakan kegiatan pengembangan kolase
dengan menggunakan kapas sebagai penunjang akademik. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kolase kapas terhadap perkembangan motorik halus anak di TK
Madinah Slawi Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggunakan alat penelitian berupa lembar observasi, dokumen dan
wawancara. Jumlah sampel total anak kelompok B di TK Madinah Slawi adalah 11 anak.
Hasil penelitian anak menunjukkan perkembangan sangat baik pada 7 anak dan
perkembangan yang kurang baik pada 4 anak.
Kata Kunci : Kolase, Media Kapas, Motorik Halus

Abstract

Every individual in childhood is likely to encounter problems. One of these individual problems
is the development of fine motor skills. The development of fine motor skills is associated with
the development of the ability to use the fingers to carry out various activities, such as making
movements, gluing, pinching, cutting, drawing, and so on. This problem of developing fine
motor skills was observed in children aged between 4 and 5 years at the Madinah Slawi
Kindergarten. One solution to overcome the problem of developing fine motor skills is to hold
collage development activities using cotton as a support. The aim of this research is to
determine the effect of cotton collage on children's fine motor development. This research uses
a qualitative descriptive research method using research tools in the form of observation
sheets, documents and interviews. The total sample size was 11 children. The results of the
child research showed very good development in 7 children and poor development in 4
childreen.

Keywords : Collage, Cotton Media, Fine Motor

PENDAHULUAN
Manusia membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan sangat penting dan
diperlukan guna memaksimalkan perkembangan dalam hidup terutama anak usia dini. Anak
usia dini merupakan waktu yang paling tepat untuk memberikan dasar pertama dan utama
dalam mengembangkan potensi anak. Anak usia dini berada pada tahap ready to use untuk
diberikan rangsangan oleh orangtua, guru di sekolah, dan masyarakat di lingkungannya. Pada
usia ini anak sudah memiliki kemampuan dalam merespon stimulus-stimulus yang diterima
dari orangtua, guru di sekolah dan masyarakat di lingkungannya.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 1 No. 20 2013.
Yang berbunyi “bahwa yang masuk ke dalam golongan anak usia dini adalah berada pada
rentang usia 0-6 tahun. Pada usia ini anak muda untuk menerima berbagai macam stimulus
yang diberikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan aspek keperibadian anak. Pada
usia ini anak memiliki sifat yang unik, yaitu, pola pertumbuhan dan perkembangan (kordinasi
motorik kasar dan motorik halus), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan
kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan prilaku serta agama), bahasan dan
komunikasi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam
peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 137 tahun 2014 tentang standar nasional
pendidikan anak usia dini yang didalamnya memuat standar tingkat pencapaian
perkembangan anak dan peraturan menteri no 146 yang berisi tentang kurikulum 2013 PAUD
didalamnya memuat indikator perkembangan anak dari peraturan menteri tersebut dapat
dijadikan patokan atau pedoman untuk menstimulus perkembangan anak.
Pendidikan anak usia dini diharapkan dapat mengaktifkan dan mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki anak, karena pada masa usia dini merupakan masa yang sangat
menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia ini 90% dari fisik otak
anak sudah terbentuk. PAUD pada hakikatnya adalah pendidikan yang dilaksanakan untuk
memberikan fasilitas kepada suatu lembaga PAUD dalam proses pemberian rangsangan yang
berguna untuk mengembangkan berbagai aspek kepribadian anak usia dini dengan demikian,
lembaga harus PAUD memberikan kesempatan agar anak bisa mengembangkan potensi yang
ada pada anak dengan maksimal dengan catatan lembaga PAUD harus mengadakan berbagai
macam kegiatan yang mampu mengembangkan aspek perkembangan anak, dalam hal ini
aspek perkemangan anak ada enam diantaranya aspek kognitif, fisik, motorik, sosial,
emosional, bahasa. Pelaksanana pendidikan bagi anak usia dini harus dilakukan sesuai
dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri. Perkembangan fisik merupakan hal yang
menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika fisik berkembang dengan
baik memungkinkan anak dapat mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi
lingkungan dengan tampa bantuan dari orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai dengan
berkembangnya perkembangan motorik, baik itu motoric kasar maupun motorik halus.
Perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam hal mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan juga
perlu dilakukan otot-otot kecil tetapi juga memerlukan koordinasi yang sangat cermat.
Perkembangan motorik halus memerlukan koordinasi antara fungsi jari-jari tangan dan fungsi
visual untuk memegang menulis dan lain-lain (Maryunani, 2010).
Menurut Sumantri (2005), menyatakan bahwa perkembangan motorik halus adalah
penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti tangan dan jari jemari yang harus
membutuhkan koordinasi tangan dan kecermatan serta keterampilan yang mencakup
pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Perkembangan motorik
halus anak adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata dan tangan. Motorik halus dapat dilatih dengan cara bermain maze,
clay, menyusun balok, puzzle, melipat kertas dan membuat garis.
Kemampuan motorik halus harus diterapkan di sekolah khusunya di lembaga PAUD,
karena sejak usia dini anak perlu dilatih otot-otot kecilnya, karena jika motorik halus mereka
kurang baik maka sulit untuk meningkatkan keterampilan mereka. Tidak heran jika banyak
anak yang kurang mampu melakukan sesuatu dan sering kali hal kecil pun mereka meminta
bantuan kepada orang lain untuk menyelesaikannya. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang tingkat pencapaian
kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun adalah mengontrol gerakan tangan yang
menggunakan tenaga ringan seperti; mengepal, memungut, memintal, memerah dan
mengusap, mengontrol gerakan tangan.
Pembelajaran di taman kanak-kanak (TK) dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan
contohnya bermain kolase 7. Kolase atau kegiatan menempel mampu menarik minat anak
karena dalam kegiatan tersebut anak diberikan kebebasan untuk membuat karya sesuai
dengan kemampuan dan keinginan anak itu sendiri. Beberapa bahan dan benda yang bisa
digunakan untuk membuat karya kolase biasa menggunakan bahan ringan untuk di tempelkan
pada kertas biasa maupun kertas karton seperti biji-bijian, batu-batuan ukuran kecil, kertas
yang sudah di buat ukuran kecil dan lain-lain. Kegiatan kolase memiliki tujuan motorik yang
nyata, karena dalam kegiatannya memerlukan kesabaran, ketelitian, keterampilan. Kegiatan
ini dikatakan Sumantri (2005) mampu meningkatkan kemampuan motorik halus karena
dalam proses pembuatannya kegiatan tersebut membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Seperti
saat menempel bahan ke sebuah bingkai melatih kecepatan. Konsentrasi penuh diperlukan
dalam kegiatan tersebut karena bagi anak usia dini kegiatan tersebut bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan dengan demikian guru perlu membimbing dengan cara guru ikut
memegangi tangan anak mengrahkan bagaimana cara menempel, menggunakan lem, agar
lem tidak mengenai bagian lain yang mengakibatkan rusak atau terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan penjelasan diatas aktivitas kolase kapas bukan hanya menjadi salah satu
variasi yang baru untuk kegiatan dalam pembelajaran, tetapi kegiatan kolase kapas juga bisa
memberikan pengaruh besar dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak tersebut.
Disisi lain kolase kapas bertujuan guna mengembangkan kemampuan motorik halus anak,
aktivitas kolase kapas bisa dikerjakan seraya dengan bermain, dapat menumbuhkan imajinasi
anak, membantu anak dalam mengenal warna dengan mewarnai bagian pola gambar yang
kosong, melatih konsentrasi, kesabaran, serta kerapian anak dalam menempelkan kapas.
Kegiatan pembelajaran tersebut tentunya akan berjalan dengan baik jika didukung
oleh metode yang tepat dengan proses pembelajaran yang bersifat hands learning atau
dengan kata lain praktek/pembelajaran dengan menggunakan tangan. Kegiatan yang dapat
dilakukan diantaranya membuat sebuah karya kolase dengan berbagai media. Berdasarkan
penjelasan tersebut diperlukannya alternatif atau kegiatan yang membuat anak bersemangat
dan menunjang meningkatnya kemampuan motorik halusnya pada anak. Sehingga peneliti
tertarik meneliti mengenai pengaruh kolase kapas terhadap kemampuan motorik halus pada
anak usia 4 – 5 Tahun di TK Madinah Slawi Kabupaten Tegal.
Berdasarkan observasi awal, kondisi saat ini yang terjadi pada anak usia 4 – 5 Tahun
di TK Madinah Slawi menunjukkan bahwa kemampuan seni yang dimiliki oleh beberapa
anak masih rendah. Dari 11 siswa, ada 7 yang masuk dalam kriteria mulai berkembang dan 4
siswa masuk dalam kriteria belum berkembang. Anak-anak tersebut kurang terampil dalam
menggunakan jari-jemari tangan untuk melakukan kegiatan seperti mewarnai, menempelkan
manik-manik pada gambar ikan dan melipat kertas menjadi bentuk rumah. Hal ini
dikarenakan kurangnya stimulus dalam pengembangan kemampuan seni anak.
Taman Kanak-kanak Madinah Islamic Fullday School Kecamatan Slawi Kabupaten
Tegal merupakan salah satu lembaga TK yang berada di pinggiran kota Kecamatan Slawi.
Beralamat di JL. Ahmad Yani Procot-Slawi RT.03 RW.02. Terletak di belakang Masjid
Agung Slawi Kabupaten Tegal. Memiliki kemampuan yang hampir sepadan yaitu usia 4 – 5
Tahun. Namun demikian bila ditinjau dari kemampuan motorik halus peserta didik, belum
sesuai dengan harapan pendidik maupun orang tua dari anak. Beberapa masalah yang terjadi
di TK Madinah Slawi yaitu rendahnya kemampuan anak didik dalam perkembangan fisik
motorik halus di sekolah. Apabila masalah ini tidak segera mendapatkan penanganan maka
akan sangat sulit anak untuk mencapai hasil yang memuaskan. Berdasarkan fakta objektif di
lapangan, yang berkaitan dengan kemampuan fisik motorik halus anak nampaknya belum
berkembang secara signifikan. Khusunya dalam keberlangsungan kegiatan belajar membuat
kolase dengan media kapas. Anak masih memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan.
Hal tersebut dikarenakan pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang menarik bagi
anak. Sehingga perkembangan fisik motorik halus pada anak usia 4 – 5 Tahun di TK
Madinah Slawi Kabupaten Tegal kurang optimal. Faktor yang melatar belakangi
keterlambatan perkembangan motorik halus anak di TK Madinah Slawi :
1. Kurangnya kesempatan untuk melakukan ekplorasi terhadap lingkungan sejak dini dan
pola asuh orang tua yang cenderung overprotektif dan kurang dalam memberikan fasilitas
dan rangsangan belajar.
2. Tidak memberikan kebebasan pada anak untuk mengerjakan aktifitas sendiri, sehingga
anak terbiasa selalu ingin di bantu oleh orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.
Menurut peneliti perkembangan motorik halus anak usia dini ini kemampuan yang
berhubungan dengan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata dan tangan.
3. Motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang
berulang-ulang secara rutin ini dapat diterapkan pada permainan puzzle, menyusun balok,
mengambar, melipat kertas dan salah satunya menempel kolase dengan media kapas.
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda baik dalam hal kekuatan maupun ketepatan.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Salah
satunya lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan
motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan atau menurunkan taraf kecerdasan
pada anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
4. Anak-anak pada usia prasekolah mengkonselidasikan dan mengalami kemajuan dalam
keterampilan fisik yang telah di kembangankannya tahun–tahun awal tantangan.
Koordinasi sebelum ini di hindarinya, seperti melompat dengan satu kaki, melompat
dengan ke dua kaki di angkat bersamaan dan menjaga keseimbangan dan dilakukan atau
berusaha melakukan banyak aktifitas, tentu saja masih diperlukan waktu yang lama
sebelum mencapai kompetensi total dalam bidang bidang ini agar anak lebih giat dari
sebelumnya. Perbedaan dalam kemampuan bergerak pada anak di TK Madinah Slawi
pada usia anak prasekolah sanga mencolok anak senang mempraktekkan keterampilan
fisik baru ini, baik dirumah, kelompok bermain atau ditaman kanak-kanak.
Permainan kolase dengan media kapas sangatlah penting bagi perkembangan fisik
motorik halus anak, karena dengan permainan ini anak akan merasa bahagia dan tertarik
untuk belajar. Melalui bermain, anak akan dapat mengembangkan motorik halusnya. Adapun
tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu, mampu memfungsikan otot-otot kecil, seperti
gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dan mata. Perkembangan
motorik halus yang terfasilitasi dengan sangat baik akan menjadikan perkembangan anak
menjadi optimal dan mampu mandiri dalam pemenuhan aktivitas kesehariannya. Selain itu
kepercayaan diri dalam bidang akademik juga akan menunjang.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan suatu upaya untuk
meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak usia dini agar anak siap menghadapi
tantangan dalam kehidupannya dan mampu dalam meneruskan pendidikan selanjutnya. Oleh
karena itu, dibutuhkan penelitian mengenai hal tersebut. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Fisik Motorik Halus Anak Usia 4 – 5
Tahun Melalui Kegiatan Kolase Menggunakan Kapas Di Taman Kanak-kanak
Madinah Islamic Fullday School Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal”.

METODE PENELITIAN

Sebagai karya ilmiah, maka tidak bisa dilepaskan dari penggunaan metode. Secara umum metode
penelitian atau metode ilmiah adalah sebuah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Secara terperinci Almack mendefinisikan metode ilmiah sebagai sebuah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Disimpulkan
dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa adanya metode penelitian ini memiliki fungsi yang sangat
penting dan menjadi pedoman untuk mengerjakan suatu penelitian, agar dapat menghasilkan karya tulis
yang optimal.
Lokasi penelitian ini dilaksanakn di TK Madinah Slawi Kabupaten Tegal. Yang beramat di JL.
Ahmad Yani Procot Slawi Kabupaten Tegal. Subjek Penelitian ini adalah seluruh anak Kelompok B di TK
Madinah Slawi. Anak laki-laki berjumlah 7 dan perempuan berjumlah 4 orang. Dengan 1 orang guru.
Peneliti memilih TK dan kolase sebagai tempat penelitian dikarenakan kreativitas anak di TK Madinah
Slawi masih tergolong rendah. Untuk itu peneliti melakukan penelitian meningkatkan kreativitas anak
melalui kegiatan kolase menggunakan media kapas.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan alat
penelitian berupa lembar observasi, dokumen dan wawancara. Jenis penelitian deskriptif kualitatif adalah
menggambarkan fenomena atau kenyataan yang ada, baik bersifat alami maupun rekayasa manusia.
Penelitian ini lebih memperhatikan mengenai kualitas, karakteristik, dan keterkaitan antar kegiatan.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011:73) penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa
manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu,
penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang
di teliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya yang terjadi di lapangan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif percaya bahwa kebenaran itu dinamis dan hanya dapat ditemukan
oleh peneliti melalui interaksinya dengan situasi sosialnya (Danim, 2002).Untuk memperoleh
data-data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik antara lain:
1. Metode wawancara yaitu wawancara dilakukan dengan pewawancara terlebih dahulu
menyiapkan petunjuk tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada informan.
2. Metode observasi partisipatif, yaitu pengumpulan data melalui observasi langsung
terhadap aktivitas informan.
3. Dokumentasi adalah pencarian data yang berkaitan dengan suatu hal atau variabel berupa
catatan, transkrip, buku, memo dll. dalam Arikunto (2002).
Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman (1992) adalah :
1. Mengumpulkan semua data yang didapat dari lapangan yang telah disusun oleh peneliti.
2. Reduksi data atau Melakukan analisis dengan membandingkan dan mencari hubungan serta
menentukan pola dari data aslinya.
3. Penyajian data. Dari analisis tersebut nantinya akan disusun dalam bentuk uraian.
4. Penarikan Kesimpulan. Analisis data ini bertujuan untuk merefleksikan dari tindakan yang
telah dilakukan dan akhirnya untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menarik
kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan di TK
Madinah Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal – Jawa Tengah. Teknik keabsahan data
komfirmitas digunakan sehingga menghasilkan hasil penelitian sesuai dengan keadaan real
di lapangan.

Gambar 1.1 Hubungan antara Analisis Data dengan Pengumpulan Data Menurut Miles dan Huberman
(1992)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Menurut Susanto (dalam Muharrar dan Sri, 2013) bahwasanya kata kolase
disebut”collage” dalam bahasa inggris serta ‘coller’ di bahasa Prancis yang maknanya ialah
“merekat”. Kolase merupakan seni/teknik menempel dari bermacam macam bahan baik itu
bahan dasar alami seperti biji-bijian, daun-daunan, kapas, serutan kayu maupun yang berbahan
dasar buatan atau dari bahan bekas lainnya seperti koran bekas, kain, logam serta lainya, yang
dikombinasikan mengunakan teknik dan cat lainya sehingga menghasilkan sebuah hasil karya
yang rapi dan indah. Kegiatan kolase menjadi salah satu suatu kegiatan bermain yang sering
juga dilakukan di taman kanak-kanak atau digunakan oleh pendidik disekolah bersama Anak.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kolase dari bahan kapas sebagai salah satu
kegiatan bermain kolase yang mudah, menyenangkan, serta memiliki manfaat yang besar
dalam perkembangan anak disekolah. Kolase kapas merupakan suatu kegiatan bermain
sekaligus berolah seni yang dilakukan dengan menggabungkan kegiatan merobek kapas,
menggulung, serta menempelkan kapas pada permukaan pola gambar sehingga dapat
menghasilkan hasil karya yang indah. Penggunaan bahan yang digunakan dalam kolase kapas
yaitu menggunakan bahan kapas yang berwarna putih serta memiliki tekstur halus dan lembut,
hingga memudahkan guna digunakan oleh anak dan tentunya aman untuk anak.
Menurut Surayin (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) mengungkapkan
bahwasanya kapas ialah suatu jenis bahan alam yang ringan dan memiliki tekstur yang halus
dan berwarna putih, bahan kapas sering dimanfaatkan guna membuat kolase disekolah, yang
mana kapas yang digunakan memiliki tekstur yang halus, lembut, dan tidak memiliki biji.
Kegiatan kolase kapas juga bisa dilakukan seraya bermain, karena kegiatan kolase tersebut
anak bisa berolah seni sekaligus dalam satu kegiatan. Kolase adalah salah satu bidang kesenian
yang berbentuk dua atau tiga dimensi. Kolase juga banyak memberikan manfaat bagi anak,
terutama anak usia taman kanak-kanak yang mana kolase tersebut dapat memberikan manfaat
untuk membangun emosional seorang anak individu tersebut. Solichah dan Ayusari (2017:1).
Tujuan kolase secara umum menurut Nurjatmika (dalam Fitriana dan Wiwik, 2014)
ialah guna dapat melatih motorik halus, dapat melatih konsentrasinya untuk dapat
menyelesaikan permasalahan, peningkatan jiwa kreatif anak dan pengenalan terhadap warna
dan bentuk. Penggunaan kolase pada kegiatan anak disekolah sangatlah penting untuk dapat
menunjang hasil belajar anak serta dapat mengembangkan kemarnpuan motorik halus pada
anak. Berikut adalah manfaat kegiatan kolase:
1. Manfaat Kegiatan Kolase
Menurut Nuraeni Musta’in ada beberapa manfaat kegiatan kolase adalah sebagai berikut:
a. Menstimulasi aspek perkembangan motorik halus anak
Karena dari kegiatan kolase terdapat gerakan halus jari-jemari tangan anak dalam hal
mengambil bahan-bahan, kemudian memberikan lem, menempel pada suatu bidang.
b. Dapat meningkatkan kreativitas anak
Dengan kegiatan kolase kreativitas anak dapat meningkat serta dapat melatih
kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu masalah.
c. Dapat melatih konsentrasi anak
Dalam kegiatan kolase melepas dan menempel bahan dibutuhkan konsentrasi yang
cukup tinggi sehingga pada saat itulah kemampuan konsentrasinya akan terlatih. Selain
itu, koordinasi mata dan tangan juga akan terlatih untuk menstimulasi tumbuh kembang
otak.
d. Melatih ketekunan anak
Kegiatan kolase dapat melatih ketekunan dan kesabaran anak. karena dalam
mengerjakannya membutuhkan ketekunan dan kesabaran agar baik hasilnya.
Dari hasil observasi, wawanacara, dan dokumentasi, diperoleh data sebagai berikut:
1. Bagaimana fenomena tentang pengembangan fisik motorik halus anak melalui
kegiatan bermain kolase kapas melalui sentra bermain pada anak kelompok B di TK
Madinah Slawi Kabupaten Tegal, di sajikan dalam bentuk tabel yang merupakan
rangkuman dari penelitian selama 4 kali pertemuan.

Tabel 3. Pengembangan fisik motorik halus anak melalui kegiatan kolase kapas
No. Nama Indikator Rata-rata
A B C D
1 Akmal Fauzan Bowo 11 6 11 4 8,26
2 Biyan sarah roma 12 12 11 9 10
3 Dimas Raffa Saputra 16 15 17 15 15,62
4 Gandi Buchamid 7 3 0 0 4
5 Harahah Fuzan Arif 8 0 9 0 3,15
6 Inayyah Sri Rahayu 9 0 9 0 4,20
7 Iffahtannur Adzkia 14 11 15 12 12,20
8 Jaka Priyono 9 3 7 0 5
9 Kirana Nur Syamsia 15 10 12 6 9,70
10 Latunna Queen 13 11 13 8 10,2
11 Mayada Diniyya 16 16 15 16 16

Keterangan Indikator :
A : Mampu mengerjakan tugasnya sendiri
B : Menunjukkan kebanggaan terhadap hasil karyanya
C : Berani Menunjukkan hasil Karyanya
D : Berani mempertahankan hasil Karyanya
Untuk mencari rata-rata, dihitung menggunakan rumus menurut Sugiyono (2010:49)
adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Me : Mean (rata-rata)
∑ : Epsilon (baca jumlah)
Xi : Nilai x ke I sampai ke n
N : Jumlah Individu

Data pada tabel 3 kolom rata-rata diurutkan terlebih dahulu mulai dari yang terkecil sampai
yang terbesar. Maka diperoleh data sebagai berikut
:
8,26 10 15,62 4 3,15
4,20 12,20 5 9,70 10,2

Jadi nilai tengahnya yaitu 9,75 dari 11 anak yang diteliti, jika nilai rata-rata kemampuan
membuat kolase dari media kapas pada tabel 3 diatas 9,70 maka kemampuan fisik motorik
halus anak tersebut sudah cukup optimal. Akan tetapi jika nilai rata-ratanya berada di bawah
9,70 maka anak tersebut masih memerlukan motivasi dalam pengembangan kemampuan fisik
motorik halusnya dalam sentra bermain kolase dengan media kapas. Hasil penelitian
menunjukkan dari 11 anak yang menjadi subyek penelitian terdapat 7 anak yang memiliki
kemampuan fisik motorik halus dengan baik dalam sentra bermain seni kolase menggunakan
media kapas dan 4 anak yang masih memerlukan bimbingan, arahan serta motivasi dalam
memunculkan pengembangan fisik motorik halus di sentra bermain seni kolase dengan
menggunakan media kapas.

Tabel 4. Wawancara dengan kepala TK Madinah Slawi Kabupaten Tegal


No. Pertanyaan Jawaban
1 Model pembelajaran apa yang digunakan Model Pembelajaran Sentra
di TK Madinah Slawi?
2 Sejak kapan model pemeblajaran sentra Tahun 1999 kemudian diubah hingga
digunakan? tahun 2010 menjadi acuan tetap
3 Mengapa model pembelajaran sentra yang Karena saat di uji cobakan anak-anak
dipilih? merasa sangat senang dan betah di
sekolah
4 Bagaimana minat dan antusias anak Sangat berminat dan sangat antusias
dengan adanya pembelajaran sentra?
5 Siapa yang mengusulkan agar model Dari pusat Yayasan Madinah Slawi
pembelajaran sentra dapat digunakan?
6 Bagaimana cara guru membantu anak yang Biasanya anak diajak untuk
tidak percaya diri? menenangkan diri dan menjauh dari area
yang ada lalu guru akan memberikan
sebuah nasehat
7 Adakah kegiatan lain yang mendukung Ada
anak menjadi berkembang motorik
halusnya selain dalam kegiatan sentra
bermain seni?

Terdapat beberapa hambatan saat anak tidak mau bermain seni kolase yaitu, kejadian
yang tidak menyenangkan di kelas yang membuat anak tersebut murung dan tidak mau
mengikuti pembelajaran di kelas. Proses adaptasi anak yang membutuhkan waktu yang tidak
menentu dari masing-masing anak, keinginan dan kemauan anak dalam bermain seni kolase
yang paling menarik serta kebingungan dalam mentaati peraturan yang sudah disepakati. Dari
hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa 44% anak mengalami
kebingungan dengan aturan yang sudah disepakati bersama, 10% anak yang membutuhkan
waktu beradaptasi yang cukup lama dan 19% anak yang bergantung pada kemauan mereka
untuk menjalankan tugas membuat kolase dengan media kapas, serta 27% anak yang tidak
mengalami hambatan dalam mengerjakan tugas bermain seni kolase menggunakan media
kapas di TK Madinah Slawi Kabupaten Tegal – Jawa Tengah.
Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa penelitian ini relevan dengan teori belajar
Experimental Learning teori ini berpendapat yaitu belajar adalah proses aktif yang menuntut
peran aktif setiap anak. Permasalahan terhambatnya perkembangan motorik halus subjek
masih diupayakan oleh guru TK Madinah Slawi Kabupaten Tegal tetapi belum melibatkan
komunikasi dengan orang tua. Sehingga guru kesulitan dalam membantu kedua anak tersebut
untuk mencapai standar perkembangan motorik halus yang tercantum pada Permendikbud No.
58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Dokumentasi kegiatan mengerjakan kolase dengan menggunakan media kapas di TK

KESIMPULAN
Perkembangan motorik halus anak usia dini bisa ditunjang dengan berbagai macam
cara. Salah satu cara yang bisa mengkonstruksi hal tersebut adalah melalui kegiatan membuat
kolase dengan menggunakan media hasil kapas. Manfaat baik yang diperoleh anak adalah
anak dapat melatih motorik halus, dapat mengembangkan kreatifitas, melatih konsentrasi,
mengenal konsep warna, pola dan bentuk, melatih ketekunan dan kepercayaan diri. Selain itu
juga bisa melatih kesabaran dan emosional pada anak. Kegiatan bermain kolase yang menarik
dan menyenangkan untuk anak disekolah yaitu kolase dari kapas. Kolase kapas memberikan
variasi baru, menarik dan menyenangkan untuk anak. Kegiatan kolase kapas bertujuan guna
meningkatkan fisik motorik halus anak yang terkoordinasi antara mata dan tangan. Kolase
kapas merupakan kegiatan bermain sekaligus berolah seni yang menggabungkan kegiatan
merobek kapas, menggulung, serta menyusun kapas pada pola gambar yang sudah
ditentukan. Melalui kegiatan tersebut perkembangan motorik halus anak bisa berkembang
secara optimal.
Terbukti bahwa pengembangan fisik motorik halus anak melalui kegiatan bermain seni
kolase menggunakan media kapas dapat di indikasikan secara signifikan mampu membantu
perkembangan fisik motorik halus anak di TK Madinah Slawi. Terutama pada indikator
mampu mengerjakan tugasnya sendiri dan berani menunjukkan hasil karyanya di depan
umum, semua anak mampu menunjukkan kemampuannya dengan sangat signifikan. Terdapat
beberapa anak yang kurang atau belum memunculkan sikap tersebut sehingga memerlukan
adanya motivasi yang lebih intens dari guru TK Madinah Slawi Kabupaten Tegal.
Penggunaan media yang tepat dan menarik dalam kegiatan pembelajaran, dapat memberikan
motivasi belajar pada peserta didik. Oleh karena itu persiapkan media pembelajaran yang
tepat dan menarik untuk setiap kegiatan pembelajaran, kenalkan media terlebih dahulu
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, berikan fasilitas yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran, berikan motivasi pada anak dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, pemberian nilai/reward sangat penting, disamping sebagai hadiah,
juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar anak.

DAFTAR PUSTAKA

Apipah & Tsamrotul, F. 2022. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Permainan Pasir Kinetik Di Kelompok Bermain Al-Ittihad Tasikmalaya. Edukasi:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 10(2), 6-7.

Dayanti, Y. 2019. Pengaruh Media Pembelajaran Kinetic Sand Terhadap Keterampilan


Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Islam Bina Balita Way Halim Bandar
Lampung. Jurnal Pendidikan Lampung, 4(17), 2-9.

Haenilah, E. Y. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran PAUD Yogyakarta: Jurnal Pendidikan


Anak Usia Dini, 5(10), 21-25
Lestari & Widya, N., 2021. Menstimulus Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Bermain Pasir Kinetik Pada Anak Usia 3-4 Tahun. Hadlonah: Jurnal Pendidikan
dan Pengasuhan Anak Usia Dini, 2(1), 10-13.
Mardiati, dkk., 2020. Pengaruh Penggunaan Pasir Kinetik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Di Taman Kanak-Kanak Jurnal Pendidikan Tambusai:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan, 4(1), 3-6.
Suryawan & I Gde., 2023. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Permainan Pasir Kinetik Di Kelompok B. Pratama Widya Pasraman Gurukula.
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(3), 21-27.

Sumantri, M. & Syarif, N. (2020). Metode Pengembangan Fisik: Tangerang Selatan.


Penerbitan Universitas Terbuka.
Tedjasaputra, S. (2021). Bermain Mainan dan Permaianan untuk Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Suwarsih, & Dian, M. S. (2020). Pengujian Hipotesis (Deskriptif, Komparatif, Asosiatif).
Jombang: LPPM Universitas KH. A Wahab Hasbullah.
Sarmini, & Aminkun, D.B, Agung. (2023). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Jejak
Pustaka.
Wardani, & Kuswaya. (2022). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai