Anda di halaman 1dari 37

TUGAS TUTORIAL III (PROPOSAL)

MATA KULIAH : PENELITIAN TINDAKAN KELAS


DOSEN : Dr. Asep Dudin Abdul Latip, M.Pd

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui


Kegiatan Melipat Kertas pada Anak Usia 5-6 tahun di TK
Islam Asalamah Ciputat Timur Tangerang Selatan

Nama : Yuli Fitriyani

Nim : 857146484

BAB I

1
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang sebelum pendidikan

dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

lahir sampai usia 6 tahun. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 1

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pen-didikan anak usia

dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, melalui jalur pendidikan

formal, nonformal, dan/atau informal, pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal meliputi Taman Kanak-Kanak, Roudhotul Athfal atau yang sederajat.

Sedangkan informal melalui kelompok bermain dan bina keluarga balita.

Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

paling pesat, baik fisik maupun mental. Pertumbuhan dan perkembangan anak

telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan.

Pertumbuhan dan perkembangn fisik dan motorik, perkembangan

moral (termasuk kepribadian, watak, dan akhlak), sosial, emosional, intelektual,

dan bahasa juga berlangsung sangat pesat. Oleh karena itu, usia dini (usia 0-8

tahun) juga disebut usia emas atau golden age.

Dengan begitu, untuk mengembangkan bangsa yang cerdas, bermain,

bertakwa, serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari PAUD. Itulah sebabnya

negara-negara maju sangat serius mengembangkan PAUD. Pendidikan TK jangan

dianggap sebagai pelengkap, tetapi kedudukannya sama penting dengan

pendidikan selanjutnya.

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki peran penting bagi perkembangan

individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai

aspek per-kembangan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Oleh karena itu, pengembangan secara tepat di usia dini menjadi penentu bagi

perkembangan individu pada masa selanjutnya. Adapun aspek-aspek perkem-

bangan anak usia dini meliputi aspek perkembangan bahasa, kognitif, nilai agama
3

dan moral, fisik motorik, dan sosial emosional.

Pembinaan dan pengembangan potensi pendidikan anak usia dini dapat

diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh

atmosfer masyarakat belajar. Anak usia dini mempunyai potensi yang demikian

besar untuk mengoptimalkan segala aspek per-kembangannya, termasuk

perkembangan motoriknya artinya perkembangan keterampilan motorik sebagai

perkembangan unsur kematangan dan pengendali gerak tubuh.

Pengoptimalan perkembangan anak dapat dilakukan lewat jalur pendidikan

yaitu melalui kegiatan pembelajaran. Salah satu jalur pendidikan formal untuk anak

usia dini adalah Taman Kanak-Kanak. Taman Kanak-Kanak merupakan sekolah

bagi anak usia 4-6 tahun yang biasanya pada lembaga pendidikan Taman Kanak-

kanak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan

kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Anak usia dini memiliki energi yang tinggi.

Energi dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan dalam

meningkatkan keterampilan fisik,baik yang berkaitan dengan peningkatan

keterampilan motorik kasar maupun motorik halus.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58

Tahun 2009 tentang Standar PAUD, tingkat pencapaian perkembangan motorik

halus anak usia 5-6 tahun salah satunya yaitu meniru bentuk. Me-niru bentuk

dalam pembelajaran TK dapat dilakukan melalui kegiatan-ke-giatan seperti

meniru membuat garis tegak dan miring menjadi bentuk huruf, meniru melipat

kertas sederhana menjadi bentuk benda, mencocok ben-tuk lingkaran, dan masih

banyak lagi kegiatan yang lainnya.

Dalam kegiatan pembelajaran peningkatan keterampilan motorik halus seperti

kegiatan menganyam kertas, hampir 80% dari jumlah anak meminta bantuan guru

untuk menyelesaikan anyamannya. Dalam kegiatan melipat kertas juga demikian,

anak meminta bantuan guru untuk menyelesaikan hasil lipatannya. Jumlah lipatan

sudah sesuai standar yang ada dalam indikator pengembangan kegiatan meniru

bentuk yaitu 1-7 lipatan. Tetapi kenyataan-nya sebagian besar anak usia 5-6
4

tahun tidak bisa menyelesaikan lipatan sampai ditahap akhir, mereka merasa

kesulitan melipat kertas. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan mereka tidak

antusias dalam kegiatan pengembangan kete-rampilan motorik halus. Bertolak dari

hal tersebut di atas maka sangat perlu sebuah pengembangan motorik halus pada

anak usia 5-6 tahun Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

keterampilan motorik halus yaitu melipat kertas.

Kegiatan melipat kertas bertujuan untuk melatih koordinasi mata dan otot- otot

tangan serta konsentrasi. Memiliki keterampilan melipat kertas bisa men-jadi

modal awal anak sebagai bekalnya nanti dalam mengurus dirinya sendiri. Berawal

dari kegiatan melipat kertas akan sangat membantu anak untuk bisa melipat

bajunya sendiri, ataupun melipat benda-benda yang mudah untuk dilipat. Selain

itu kegiatan melipat ketas juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam

mengenal bentuk, dari kertas yang dilipat-lipat akan menjadi bentuk benda.

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan kemampuan motorik halus

melalui Kegiatan Melipat Kertas pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Islam Asalamah”.

B. Fokus Penelitian

Dari uraian yang telah dijabarkan di latar belakang diatas dan begitu luasnya

ruang lingkup permasalahan anak usia dini pada kemampuan motorik halus, maka

penelitian ini di fokuskan pada “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui

Kegiatan Melipat Kertas pada Anak Usia 5-6 tahun di TK Islam Asalamah Ciputat

Timur Tangerang Selatan”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang ada maka perumusan masalah sebagai


5

berikut:

1. Apakah Kemampuan Motorik halus dapat meningkat melalui kegiatan melipat

kertas pada anak usia 5 – tahun di TK Islam Asalamah Ciputat Timur

taggerang Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah Kemampuan Motorik halus dapat meningkat

melalui kegiatan melipat kertas pada anak usia 5 – 6 tahun di TK Islam

Asalamah Ciputat Timur Tangerang Selatan?

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Penelitian ini adalah untuk menambah pemahanan pengetahuan

tentang dasar-dasar melipat kertas pada anak usia dini. Penilitian ini

diharapkan memberi sumbangan referensi dibidang pendidikan, ter-utama

bagi pendidikan anak usia dini. Hasil penelitian ini juga memperkaya pada

pembelajaran kegiatan melipat kertas pada anak Raudatul Athfal.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan wawasan keilmuan dalam cara mengajarkan

teknik lipatan dasar menurut

b. Bagi Anak

Dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak, memberikan

kegembiraan serta kepuasan bagi anak. Jika hasil lipatan sesuai yang

diharapkan, serta dapat dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik

melalui kegiatan melipat kertas.

c. Bagi Guru
6

Sebagai bahan rujukan untuk mengajar, menggunakan teknik dasar

melipat dan menambah kreativitas guru dalam hal meyiapkan meterri

pembelajaran.

d. Bagi Orang tua

Sebagai masukan orang tua dan anak untuk bahan pendekatan melalui

kegiatan melipat kertas Bersama

e. Bagi Lembaga PAUD

Merupakan alternatif strategi pembelajaran dalam meningkatkan

kualitas anak didik, mendukung terwujudnya output yang berkualitas

dan mengurangi problematika dalam pembelajaran di PAUD.

BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keterampilan Motorik Halus

a. Pengertian Motorik Halus

Pengertian motorik halus adalah meliputi gerakan-gerakan

yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari Santrock

(2007:216).

Menurut Decaprio (2013: 21) menyatakan motorik halus

adalah gerakan fisik yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang

melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan.

Motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan

menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

menggambar, menggenggam, menyusun balik, dan memasukkan

kelereng Saputra dan Rudyanto (2005: 118).

Derdasarkan beberapa pendapat para pakar motorik halus

dapat disimpulkan yaitu gerakan yang menggunakan otot halus/kecil dan

koordinasi antara makan dan tangan.

Bidang pengembangan fisik motorik pada anak meliputi

pengembangan motorik kasar dan motorik halus. Kemampuan anak

dalam keterampilan motorik yang berbeda akan mengalami perbedaan

pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak (Sumantri,2005:143).

Contoh keterampilan berfungsi membantu anak untuk memperoleh

kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk men-

dapatkan penerimaan sosial, karena tidak mungkin mempelajari

keterampilan mo-torik halus secara serempak, misalnya anak hanya

memusatkan perhatian untuk mempelajari benda-benda hasil roncean

merupakan benda-benda hiasan yang menarik yaitu berbentuk kalung


8

manik, anting-anting manik, ikat pinggang, tas tali dan lain-lain.

b. Pengertian Ketrampilan Motorik Halus

Kata keterampilan sama artinya dengan kata cekatan.

Terampil atau cekatan menurut Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan

Wikdati Zahri (1993: 2) adalah kepandaian ataupun kemampuan untuk

melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar.

Keterampilan motorik halus menurut Sumantri (2005: 143)

adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti

jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan

koordinasi mata dengan tangan keterampilan yang mencakup

pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek atau pengon-

trolan terhadap mesin, misalnya mengetik, menjahit dan lain- lain.

Pendapat lain tentang keterampilan motorik halus (fine motor

skill) oleh Mahendra (Sumantri, 2005: 143) yaitu keterampilan-

keterampilan yang memer-lukan kemampuan untuk mengendalikan

otot-otot kecil untuk dapat melakukan keterampilan yang berhasil.

Menurut Magil (Sumantri, 2005: 143), “keterampilan

memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan

ini”. Kete-rampilan jenis ini sering disebut sebagai keterampilan yang

memerlukan koor-dinasi mata tangan (hand-eye coordination).

Menulis, menggambar, bermain piano adalah contoh-contoh

keterampilan tersebut.

Derdasarkan beberapa pendapat para pakar maka keterampilan

motorik halus dapat disimpulkan yaitu kemampuan dan kepandaian

gerak yang mdenggunakan otot halus/ kecil.

Keterampilan motorik halus merupakan komponen yang

mendukung pengembangan yang lainnya seperti pengembangan

kognitif, sosial dan emosional anak. Pengembangan kemampuan

motorik yang benar dan bertahap akan me-ningkatkan kemampuan


9

kognitif anak sehingga dapat terbentuk kemampuan kognitif yang

optimal. Pengembangan keterampilan motorik halus dapat ditun-

jukkan dalam kemampuan kognitif anak yaitu ditunjukkan dengan

kemampuan: mengenali, membandingkan, menghubungkan,

menyelesaikan masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan

tentang berbagai konsep dan gejala sederhana yang ada di

lingkungannya. Kurangnya kesempatan berpartisipasi dalam salah satu

kegiatan motorik akan memperlambat pertumbuhan dan intelektual anak

(Sumantri, 2005: 144-145).

Keterampilan motorik halus anak usia dini adalah keterampilan

yang dimiliki anak usia 0-8 tahun di mana keterampilan tersebut

mengkoordinasikan peng-gunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-

jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi

mata dan tangan.

c. Pentingnya Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini

Aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak

usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik

anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat ditingkatkan melalui

kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin,

adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan

menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce)

(Sumantri, 2005: 145). Pengembangan keterampilan motorik halus

anak akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis

(pengembangan bahasa), kegiatan melatihkan koordinasi antara

tangan dengan mata yang dianjurkan da-lam jumlah waktu yang

cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin

tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan motorik

halus lainnya, melatih kemampuan anak melihat ke arah kiri dan kanan,

atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.


10

d. Fungsi Pengembangan Keterampilan motorik halus

1) mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitif dan

bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak

dapat terpisah satu sama lain. Peningkatan keterampilan motorik halus di

TK dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang melatih

kemampuan koordinasi mata dan tangan.

2) melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti

menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan

menggunting (Suyanto, 2005: 51).

Pembelajaran motorik di sekolah berpengaruh terhadap beberapa aspek

kehidupan para peserta didik (Decaprio, 2013: 24), seperti: dengan

pembelajaran motorik, para peserta didik menemukan hiburan yang nyata,

para peserta didik dapat beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi kuat,

para peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah,

pembelajaran motorik akan menunjang keterampilan para peserta didik

dalam berbagai hal, dan pembelajaran motorik di sekolah akan mendorong

para peserta didik bersikap mandiri dan berdikari.

e. Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia

Dini

Pendidik tatkala akan mengembangkan keterampilan motorik halus anak,

harus mengetahui terlebih dahulu tahapan perkembangan anak, sehingga

pendidik akan menemukan tindakan yang tepat dalam melaksanakan

program pengem-bangan tersebut.Perkembangan keterampilan motorik anak

melalui berbagai tahapan. Menurut Fits dan Postner (Sumantri, 2005: 101)

proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam 3 tahap yaitu:

1. Tahap Verbal Kognitif

Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut
11

fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak

adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan

penguasaan ge-rakannya sendiri masih baik karena masih dalam taraf

mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali

dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak yang belajar

gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang

diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau bersifat visual.

Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan

menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi. Informasi

visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk

contoh gerakan atau gambar gerakan, di sini indra penglihatan aktif

berfungsi.

2. Tahap Asosiatif

Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat

penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan-

gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat

pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang,

pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, lancar, sesuai dengan

keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang. Pada tahap ini

perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari

gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Pada fase ini merangkaikan

bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian ge-rakan secara terpadu

merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan

keterampilan. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan

baik, maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut

tahap otomatisasi.

3. Tahap Otomatisasi

Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak.

Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak


12

mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini

dikatakan se-bagai tahap otonom karena anak mampu melakukan

gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan

gerakan itu anak harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang

dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah bisa

dilakukan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan

gerakan dengan benar dan baik atau spontan. Perkembangan keterampilan

motorik anak TK berada pada tahap asosiatif. Pada tahap ini

perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari

gerakan-gerakan yang sedang dipelajari.Salah satu kegiatan yang dapat

meningkatkan keterampilan motorik halus yaitu kegiatan melipat

kertas.Pembelajaran melipat kertas dalam pelaksanaannya, pendidik

haruslah mengikuti langkah kerja melipat.Hal ini ditujukan agar peserta

didik mudah untuk memahami dan mampu mengikuti setiap tahapan

dalam melipat kertas. Keterampilan motorik halus anak dapat ditingkatkan

dengan menyusun program kegiatan pengembangan, sehingga motorik

anak dapat berkembang secara optimal.

Program pengembangan motorik halus anak usia dini yang

dipaparkan Sumantri (2005: 149) adalah sebagai berikut:

Kelompok Usia Hasil Belajar Indikator/Kegiatan


13

4-6 tahun Anak - Dapat mengurus dirinya sendiri


menunjukkan antara lain makan, berpakaian,
kelenturan mandi, menyisir rambut, mencuci
otot dan mampu dan melap tangan.
menolong diri - Dapat mengikatkan tali sepatu
sendiri sen-diri dengan sedikit bantuan
atau sama sekali tanpa bantuan.
- Dapat membuat berbagai bentuk
dengan menggunakan tanah liat,
plastisin, play dough sepeti kue-
kue tanah liat.
- Meniru membuat garis tegak,
garis datar dan lingkaran
- Menirukan melipat kertas
sederhana
- Menggambar orang yang terdiri
dari dua bagian (badan dan
kepala)
- Belajar menggunting
- Dapat menyalin lingkaran dan
bujur sangkar
- Menjahit sederhana

Pembelajaran motorik pada anak TK yang dijelaskan dalam

(Samsudin, 2008: 39-40) menggunakan prinsip pengajaran dengan mengikuti

tahapan sebagai berikut:

a. Latihan pemanasan

Tujuan untuk menciptakan, meyesuaikan dan membawa anak siap ber-

aktivitas. Sebelum pembelajaran melipat kertas dilakukan, pendidik

meng-ajak peserta didik untuk melakukan pemanasan guna menghindari

terjadinya cidera dan menyiapkan kondisi peserta didik sehingga siap

untuk mengikuti kegiatan melipat kertas. Kegiatan pemanasan dapat

dilakukan dengan mem-berikan pembelajaran motorik seperti senam,

bermain gerak dan lagu, menggerakkan jari tangan seperti gerakan

meremas kertas (buka tutup tela-pak tangan secara berulang-ulang),

memutar-mutar kedua pergelangan tangan guna melenturkan otot-otot

tangan.

b. Latihan inti

Tujuan untuk meningkatkan keterampilan intelektual, sosial, emosional,

dan kualitas fisik. Kegiatan melipat kertas mampu meningkatkan


14

kemampuan mengenali, membandingkan, menghubungkan,

menyelesaikan masalah seder-hana, kurangnya kesempatan berpartisipasi

dalam kegiatan motorik akan memperlambat pertumbuhan dan intelektual

anak. Kegiatan melipat dapat menumbuhkan keterampilan sosial,

dimana para peserta didik dapat saling berkomunikasi saat menunjukkan

hasil karya lipatan kertas yang telah ber-hasil mereka buat. Kegiatan

melipat kertas dapat melatih kesabaran peserta didik, seperti yang kita

ketahui bahwa dalam melipat kertas membutuhkan ketelatenan untuk

menghasilkan lipatan kertas dengan hasil yang rapi. Kegiatan melipat

kertas juga dapat meningkatkan kualitas fisik peserta didik, khu-susnya

pada fisik motorik halus.

c. Latihan penenangan

Tujuan untuk menyiapkan fisik dan mental anak untuk dapat mengikuti

pembelajaran berikutnya.Jika pembelajaran melipat kertas telah selesai,

pe-serta didik dipersilahkan untuk meghias hasil lipatan kertas dengan

mem-beri coretan gambar pada lipatan kertas tersebut dengan

menggunakan spidol kemudian hasil karya ditempel pada papan hasil karya

atau dapat dipakai sebagai media bermain bagi anak. Kegiatan selanjutnya

peserta didik di-persilahkan untuk mengikuti pembelajaran berikutnya.

Penyusunan Rencana Kegiatan Harian sangat diperlukan dalam

penelitian ini, yang memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan dalam satu hari.

d. Langkah Penyusunan Rencana Kegiatan Harian

Trianto (2011: 297) menyatakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian atau RPPH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan

kegiatan akhir.

a. Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilakukan

secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan pada kegiatan awal antara

lain, misalnya berdoa atau mengucap salam, membicarakan tema dan


15

subtema

b. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian,

kemampuan sosial, dan emosional anak. Kegiatan inti dapat dicapai

melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk

bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif,

kemandirian dan kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat

meningkatkan pengertian, kon-sentrasi dan mengembangkan kebiasaan

bekerja yang baik. Kegiatan inti me-rupakan kegiatan yang dilaksanakan

secara individual atau kelompok.

c. Istirahat atau makan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengisi

kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misalnya

mengenalkan kesehatan, makanan, yang bergizi, tata tertib makan yang

diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan

sesudah makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan

bermain.

d. Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan

secara klasikal. Kegiatan yang dapat diberikan pada kegiatn akhir,

misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu cerita,

mendis-kusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan

kegiatan esok hari, menyanyi dan berdoa.

Kegiatan melipat kertas yang dilakukan dalam penelitian ini pada

penyusuanan RKH dimasukkan di kegiatan inti yang akan menghasilkan

suatu hasil karya.

2. Kegiatan Melipat Kertas

a. Pengertian Melipat Kertas

Arti melipat/origami yang dijelaskan oleh Sumanto (2005: 99-100)

adalah suatu bentuk karya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari

bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan beraneka ragam bentuk

mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya.


16

Melipat dilakukan dengan cara mengubah lembaran kertas

berbentuk bujur sangkar, empat persegi, atau segi tiga menurut arah atau

pola lipatan tertentu secara bertahap sampai dihasilkan suatu model

atau bentuk lipatan yang diingin-kan, untuk memudahkan membuat

suatu bentuk/ model lipatan perlu diper-hatikan dasar-dasar teknik

melipat, tahapan melipat setiap bentuk yang akan dibuat dan kerapian

lipatan.

Pentingnya kegiatan melipat bagi anak usia dini adalah sebagai

salah satu bekal ia untuk hidup mandiri dikehidupan selanjutnya. Berawal

dari belajar melipat kertas anak diharapkan mampu melipat baju, melipat

tikar ataupun melipat benda-benda lain yang dapat dilipat. Melalui

kegaiatan melipat kertas juga da-pat mengembangkan keterampilan

motorik halus anak, seperti melatih gerak otot-otot tangan sehingga anak

memiliki kemampuan untuk memegang pensil, meremas kertas, ataupun

membentuk benda dari adonan atau bahan lain.

Anak-anak prasekolah di Jepang sangat terlatih dalam mempelajari

kertas. Ini adalah latihan yang sangat baik untuk gerakan tangan.

Rahasianya adalah melipat dengan hati-hati dan menekankan kuku

pada lipatannya untuk meng-hasilkan lipatan yang baik (Dorothy, 2005:

72).

b. Dasar – dasar Melipat Kertas

Kegiatan melipat kertas dalam pelaksanaanya haruslah mengikuti tuntunan

dasar-dasar melipat, ini bertujuan agar kegiatan melipat kertas mudah

untuk diikuti anak-anak. Dasar-dasar melipat menurut (Sumanto, 2005:

100-101) adalah sebagai berikut:

a. Gunakan jenis kertas yang secara khusus dipersiapkan untuk melipat.

Kertas lipat biasanya sudah dikemas dalam bungkus plastik berbentuk

bujur sangkar dalam berbagai ukuran dan warna. Melipat juga dapat

menggunakan jenis kertas HVS, kertas koran, kertas sukung/marmer,


17

kertas payung, kertas buku tulis, dan sejenisnya. Sedangkan

mengenai ukuran dan warnanya dapat di-sesuaikan dengan bentuk

atau model lipatan yang akan dibuat termasuk melipat dengan

menggunakan kertas tissu.

b. Setiap model lipatan, ada yang dibuat dari kertas berbentuk bujur

sangkar, bujur sangkar ganda, empat persegi panjang, dan segi tiga.

Misalnya untuk lipatan model rumah, perahu, bunga, gelas, kotak

dibuat dengan mengguna-kan kertas berbentuk bujur sangkar, model

katak lompat menggunakan kertas bujur sangkar ganda. Lipatan

model perahu layar, kapal terbang, mainan topeng mamakai kertas

empat persegi panjang. Lipatan model ikan dapat dibuat dari kertas

berbentuk segi tiga. Setiap model akan dapat dibuat dari kertas

berbentuk segi tiga. Setiap model lipatan tidak selalu menggunakan

kertas berbentuk bujur sangkar.

c. Memudahkan melipat berdasakan gambar kerja (pola), kenalilah

petujuk dan langkah-langkah pembuatannya. Petunjuk melipat

ditandai dengan garis anak panah sesuai arah yang dimaksudkan

dalam tahapan lipatan. Misalnya lipatan ke tengah, lipatan

rangkap, lipatan sudut, hasil lipatan dibalik, hasil lipatan ditarik

dan sebagainya.

d. Kualitas hasil lipatan ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik

melipat, mulai dari awal sampai selesai.

c. Langkah – langkag Melipat kertas

Menurut Sumanto (2005:102) langkah kerja melipat sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran, dan

warna kertas yang digunakan untuk kegiatan melipat. Juga

dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model

yang akan dibuat.


18

b. Tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai

gambar pola (gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap

tahapan lipatan sampai selesai.

c. Tahap penyelesaian, yaitu melengkapi bagian-bagian tertentu pada

hasil lipatan.

Melipat lurus dan melipat miring perlu diberikan sebagai dasar

dalam melatih kemampuan anak pada kegiatan melipat kertas ke

berbagai arah atau posisi dengan menggunakan beberapa ukuran kertas.

Melipat lurus dan melipat miring merupakan cara/pendekatan yang harus

dilakukan dalam pembuatan suatu model lipatan.

d. Langkah Pembelajaran Pengembangan Keterampilan Motorik Halus

melalui Kegiatan Melipat Kertas

Guru dalam mengajarkan melipat, hendaknya mengikuti

petunjuk- petunjuk yang ada. Adapun petunjuk mengajarkan melipat

kertas menurut Sumanto (2005: 108) adalah sebagai berikut:

a. Guru dalam memberikan peragaan langkah-langkah melipat pada anak TK

supaya menggunakan peraga yang ukurannya cukup besar (lebih besar)

dari kertas lipat yang digunakan oleh siswa. Selain itu lengkapi peragaan

tersebut dengan gambar langkah-langkah meliputi yang ditempelkan di

papan tulis dan contoh hasil melipat yang sudah jadi dengan baik.

b. Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa hendaknya

diberikan penguatan oleh guru misalnya “ rapikan lipatan”,

haluskan/setrika lipatan yang sudah dibuat dan sebagainya.

c. Bila siswa sudah selesai membuat satu model/bentuk lipatan dapat

diberikan kesempatan untuk mengulangi melipat lagi agar setiap anak

memiliki keterampilan sendiri membuat lipatan tanpa bantuan bimbingan

dari guru.

Metode pembelajaran yang dipakai peneliti yaitu metode demonstrasi.


19

Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru untuk membelajarkan

anak agar mencapai kompetensi yang ditetapkan (Samsudin, 2008: 33).

Metode demonstrasi dilakukan dengan cara mempertunjukkan atau

memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan. Tujuannya agar anak

memahami dan dapat melakukannya dengan benar, misalnya, mengupas

buah, memotong rumput, menanam bunga, mencampur warna, meniup balon

kemudian melepaskannya, menggosok gigi, mencuci tangan, dan lain-lain.

3, Pengertian Anak Usia Dini

Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7) berpendapat bahwa anak usia

dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sujiono (Sisca Rahmadonna, 2011:

1) menjelaskan bahwa anak usia dini adalah sekelompok anak yang berusia 0-8

tahun yang memiliki berbagai potensi genetik dan siap untuk

ditumbuhkembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan. Permendikbud

Nomor 37 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 10 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak

Usia Dini, bahwa PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun melalui pemberian rancangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

a. Karakteristik Anak Usia Dini

Menurut Dewi Yulia (2010: 8), karakteristik anak usia dini antara lain:

A) Memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) Merupakan pribadi yang unik, c)

Suka berfantasi dan berimajinasi, d) Masa paling potensial untuk belajar, e)

Menunjukkan sikap egosentris, f) Memiliki rentang daya konsentrasi yang

pendek, g) Sebagai bagian dari makhluk sosial.

Menurut Berg dalam Manggalan (2009: 9), rentang perhatian anak

usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar

10 menit, kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang. Pendapat lain

tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S Rahman, 2002: 43-44) adalah
20

sebagai berikut.

1). Usia 0-1 Tahun

Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang

paling cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan dan

keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan keterampilan

dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses perkembangan

selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai berikut: 1)

Keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak, duduk,

berdiri dan berjalan; 2) Keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak

melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap

dengan memasukkan setiap benda ke mulut; 3) Komunikasi sosial anak yaitu

komunikasi dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon

verbal dan non verbal bayi.

b). Anak Usia 2-3 Tahun

Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada

perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara

lain:

1) Anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di

sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang ditemui

merupakan proses belajar yang sangat efektif; 2) Anak mulai belajar

mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu dengan berceloteh. Anak

belajar berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar

mengungkapkan isi hati dan pikiran; dan 3) Anak belajar mengembangkan

emosi yang didasarkan pada faktor lingkungan karena emosi lebih banyak

ditemui pada lingkungan

c. Anak Usia 4-6 Tahun

Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman Kanak-kanak.

Karakteristik anak 4-6 tahun antara lain: 1) Perkembangan fisik, anak sangat

aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan


21

otot-otot anak; 2) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu

memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya;

3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa

keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak sering bertanya

tentang apa yang dilihatnya; 4) Bentuk permainan anak masih bersifat

individu walaupun dilakukan anak secara bersama-sama.

d). Anak usia 7–8 tahun

Karakteristik anak usia 7-8 tahun antara lain: 1) Dalam perkembangan

kognitif, anak mampu berpikir secara analisis dan sintesis, deduktif dan

induktif (mampu berpikir bagian per bagian), 2) Perkembangan sosial, anak

mulai ingin melepaskan diri dari orangtuanya. Anak sering bermain di luar

rumah bergaul dengan teman sebayanya, 3) Anak mulai menyukai permainan

yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi, 4) Perkembangan

emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian

anak.

b. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Prinsip perkembangan anak usia dini adalah aspek-aspek

perkembangan anak seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif satu

sama lain saling terkait secara erat (Bredekamp dan Coople dalam Siti Aisyah

dkk, 2010: 17).

Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek

(Ernawulan, 2010: 7). Hal tersebut juga dikuatkan dengan pendapat dari

Santrock (2005: 79) bahwa tidak ada periode usia yang mendominasi

perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang

berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga

selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan

akan terus berjalan. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau

arah tertentu (Ulfi Hidayah, 2005: 7). Ernawulan (2010: 9) yang

mengemukakan bahwa perkembangan suatu segi didahului atau mendahului


22

segi lainnya. Sebagai contoh, anak bisa merangkak sebelum berjalan, anak

bisa meramban sebelum bisa bicara.

c. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang

penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi

pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Greeberg

melukiskan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui

bekerja, bermain, dan hidup bersama dengan lingkungannya.

B. Model Tindakan

Ada beberapa macam desain model PTK, di antaranya model Kurt Lewin,

Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart, Jhon Elliot, Dave Ebbutt. Istilah PTK

dikenal juga dengan classroom action research, PTK merupakan bagian dari

penelitian tindakan (action research).

Penelitian tindakan kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan

pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suharsimi Arikunto, 2006).

Penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk

meningkatkan atau memperbaiki mutu proses pembelajaran di dalam kelas

(Kunandar, 2008).

Ciri-ciri utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK):

1. Masalahnya berasal dari latar/kelas tempat penelitian dilakukan.

2. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus.

3. Tujuannya untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas, atau

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

4. PTK dilaksanakan oleh guru sendiri.

5. Adanya refleksi diri.

Para ahli mengembangkan model siklus dalam beberapa model, di antaranya:

1. Model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin


23

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai mdel

penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena

dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian

tindakan. Pelakasanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam

suatu lingkaran yang terus-menerus. Ia menggambarkan penelitian tindakan

sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu: a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)

pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai

berikut

Acting
Gambar: 2.1 Model Desain Kurt Lewin

Planning Observating

Reflecting

2. Model John Elliot

Model PTK dari Jhon Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt

Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam

setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi

(tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa

langkah yang teralisasi dalam bentuk kegitan belajar-mengajar. PTK model

Elliot dapat digam-barkan sebagai berikut:


24

Gambar: 2.2 Model Desain John Ellio

skematis model PTK yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Kemmis dan Mc Taggart 1988 dalam (Masnur, 2008: 8) mengatakan bahwa PTK

adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja

sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas

diri.

Siklus I

Refleksi

Pelaksanaan/
pengamatan

Siklus 2

Refleksi

Pelaksanaan/
pengamatan

Perencanaan yang direviisi


25

Penelitian Tindakan Kelas merupakan metode yang digunakan dalam penelitian

ini, hal ini berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah yang ada.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada anak usia 5-6 tahun di TK Islam

Asalamah Ciputat Timur Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester 1 dari bulan Oktober

sampai dengan bulan November 2022 di TK Asalamah Ciputat Timur

Tangerang Selatan.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anak usia 5 – 6 tahun pada 10 orang peserta

didik TK Islam As salamah


26

Tabel 3.1
Tabel Jadwal Siklus I kegiatan Penelitian Tindakan kelas

HARI Ke Hari/Tangal Siklus Tema


1 Senin, 4 Oktober 2022 Siklus I Hewan Peliharaan

2 Rabu, 6 Oktober 2022 Siklus I Hewan Peliharaan

3 Jum’at, 8 Oktober 2022 Siklus I Hewan Peliharaan

Tabel 3.2
Tabel Jadwal Siklus II kegiatan Penelitian Tindakan kelas

HARI Ke Hari/Tangal Siklus Tema


1 Senin, 25 Oktober 2022 Siklus II Tanaman
2 Rabu, 27 Oktober 2022 Siklus II Tanaman

3 Jum’at, 29 Oktober 2022 Siklus II Tanaman

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Ada beberapa

konsep penelitian tindakan dapat dipahami salah satunya pada uraian yang

menggunakan Bahasa Inggris “Classroom action research”. Biasanya dilakukan

oleh guru dikelas dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan

proses dan praktis pembelajaran.

Dengan mengembangkan pendekatan baru, melalui refleksi diri dengan

tujuan meningkatkan hasil belajar atau kemampuan anak.

Menurut Suharsimi Arikunto (Suyadi, 2010: 18). Definisi Penelitian tindakan

kelas adalah “Pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Penelitian

tindakan kelas yang dimaksud adalah tindakan untuk meningkatkan mutu pem-

belajaran di mana tindakan tersebut dianggap sebagai cara yang tepat.

Menurut (Kemmis,1983) definisi penelitian tindakan kelas adalah untuk

menguji cobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/meng-


27

ubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah jenis penelitian

tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru didalam kelas. Action

research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset Tindakan riset yang

dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu

terpecahkan.

Ada banyak model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan para ahli,

tetapi secara garis beras memiliki 4 (empat) tahapan yang harus dilalui, yaitu

tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi (Ahmad Hp,

1999).

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam bentuk siklus, maka penelitian ini

menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yaitu ber-

bentuk spiral dari siklus satu ke siklus yang berikutnya.

C. Rancangan Tindakan

Rancangan tindakan dalam penelitian ini sama disetiap siklusnya. Penelitian

dikatakan selesai jika sudah mencapai indikator keberhasilan.

Langkah-langkah dalam penelitian ini sama disetiap siklusnya. Penelitian

dikatakan selesai jika sudah mencapai indikator keberhasilan. Setiap siklus da-

lam penelitian ini terdapat empat langkah dan dilaksanakan secara sistematis

dengan perencanaan yang telah ditentukan, di antaranya:

1. Perencanaan

Beberapa langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan penelitian tin-dakan

kelas ini adalah:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pembe-

lajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui

kegiatan melipat kertas

b. Menyiapkan media dan alat untuk kegiatan melipat kertas

c. Menyiapkan lembar observasi


28

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menaati apa yang sudah dirumuskan,

direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), dan

disetujui untuk dilakukan tindakan.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian. Jadi saat

peneliti melakukan penelitian, pengamatan juga dilakukan. Pengamatan

dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bertujuan untuk me-

ngetahui pencapaian sasaran dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan

pengamatan ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Peneliti menyiapkan lembar observasi untuk mencatat pembelajaran yang

dilaksanakan.

2) Peneliti mencatat aktivitas peserta didik yang berlangsung dalam pem-

belajaran secara keseluruhan.

3) Peneliti mengumpulkan data hasil pengamatan.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti untuk menganalisis data-data yang telah

terkumpul. Dengan melihat hasil dari pengamatan, selanjutnya peneliti

mengambil kesimpulan untuk melakukan tindakan selanjutnya yang akan

dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Penelitian ini menggunakan Model Kemmis & Mc Taggart yang merupakan

pengembangan. Lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada

perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena

sederhana dan mudah untuk dipahami. Rancangan Kemmis & Mc Taggart dapat

mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap. Perencanaan

(Plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (Reflect).

Tahapan-tahapan ini berangsur secara berulang-ulang, sampai tujuan penelitian

tercapai.

Dituangkan dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis & Mc Taggart akan


29

tampak sebagai berikut:

Gambar 3.1
Model Desain Kemmis dan Taggart

D. Desain dan Prosedur Tindakan

1. Desain Tindakan

Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan pe-

rencanaan tindakan, observasi dan refleksi, dilanjutkan tahap kedua yang

diawali dengan rencana, tindakan, observasi dan refleksi, tahapan terus

berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau

menunjukkan perubahan perilaku. Dengan demikian penelitian ini di-

lakukan untuk memberikan efek langsung terhadap permasalahan yang

terjadi selain itu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi,

melalui cara ini di-harapkan dapat meningkatkan keterampilan motorik

halus melalui kegiatan melipat kertas pada anak usia 5-6 Tahun.

Secara operasional tahap-tahap penelitian dalam setiap siklus adalah

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan menyusun tindakan yang akan dilak-


30

sanakan. Perencanaan dibuat setelah mempertimbangkan masukan data

yang diperoleh melalui proses identifikasi awal kondisi proses

pembelajaran dan masukan-masukan yang diperoleh dari semua guru,

sehingga dapat ditentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk

melakukan tindakan perbaikan. Rencana disusun reflektif, kolaboratif

dan partisipatif

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan tindakan ada kalanya terdapat perubahan yang harus

dilaksanakan di luar rencana apabila kondisi memerlukannya. Tindakan

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melipat anak dalam proses

pembelajaran, agar mampu meningkatkan kualitas hasil pembelajaran

secara optimal dan memperbaiki keadaan atau mengatasi masalah yang

terjadi.

c. Observasi

Kegiatan pengamatan dilakukan peneliti untuk melihat dengan cermat

masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Observasi terhadap

guru dilakukan oleh rekan sesama guru untuk memberikan koreksi

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dila-kukan

dengan membuat lembar catatan observasi lapangan (field note) untuk

membantu analisa peneliti terhadap nilai yang terjadi dalam kegiatan

penelitian.

LEMBAR OBSERVASI

Nama Anak:
Kriteria
No.
Pernyataan/Indikator Keberhasilan
Butir
BB MB BSH BSB
Anak mampu menciptakan
1. sesuatu dari kertas (misal:
membuat lipatan topi, baju, dll)
31

Anak mampu membuat mainan


2. dari teknik melipat dan
menempel

Anak mampu menyelesaikan


3.
lipatan sesuai pola (1-7 lipatan)

Anak mampu melipat dengan


4.
teliti dan rapi

Keterangan:
- BB = Belum Berkembang
- MB = Mulai Berkembang
- BSH = Berkembang Sesuai Harapan
- BSB = Berkembang Sangat Baik

d. Refleksi

Refleksi adalah perenungan yang dilakukan oleh peneliti secara

kolaboratif bersama rekan atau pendidik yang bertindak sebagai

observer untuk melihat kembali tentang rencana dan pelaksanaan

tindakan berdasarkan hasil analisa data, proses dan hasil pelaksanaan

tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan dalam tiga

tahapan, yaitu:

1) Refleksi awal, dilakukan pada awal kegiatan penelitian dengan

mempertimbangkan berbagai permasalahan dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat pengembangan model pembela-jaran.

Hasil refleksi menjadi rancangan awal rencana program yang akan

dilakukan.

2) Refleksi proses, dilakukan pada saat pelaksanaan program tin-dakan

dilaksanakam Refleksi ini ditujukan untuk melihat hasil belajar,

partisipasi dan untuk kemampuan anak-anak dalam proses

pembelajaran serta melihat efektifitas perilaku pendidik da-lam

mengembangkan pembelajaran demi tercapainya tujuan belajar.

3) Refleksi hasil, dilakukan pada akhir kegiatan pelaksanaan tindakan

dengan berorientasi pada peningkatan kemampuan anak terhadap

materi atau tema pembelajaran yang telah direncanakan dalam


32

pembelajaran.

2. Prosedur Tindakan

Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di

dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4

(empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1)

perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan

(observing), dan (4) refleksi (reflecting).

E. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sebagian besar peserta didik mampu

mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 75% dari 11 peserta

didik mampu menunjukkan keterampilan motorik halus mereka melalui kegiatan

melipat kertas yang dapat menyelesaikan bentuk lipatan dengan ketelitian dan

hasil yang rapih, maka dapat dikatakan terjadi peningkatan keterampilan motorik

halus pada anak usia 5-6 di TK Islam Asalamah Ciputat Timur Tangerang

Selatan.

F. Teknik Pengambilan Data

Data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, mengamati secara langsung saat

kegiatan melipat kertas, wawancara dan dokumentasi berupa foto kegiatan anak

yang diteliti saat melakukan kegiatan meningkatkan keterampilan motorik halus

melalui kegiatan melipat kertas pada anak usia 5-6 di TK Islam Asalamah Ciputat

Timur Tangerang Selatan. Adapun definisi konsep dalam penelitian itu terbagi

dua yaitu, definisi konseptual (konstitutif) dan definisi operasional keduanya

diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam pengukuran variabel, yaitu sebagai

berikut:

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menye-


33

luruh yang menyiratkan maksud dari konsep atau istilah tersebut, bersifat

konstitutif (merupakan definisi yang disepakati oleh banyak pihak dan telah

dibakukan di kamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak.

Menurut Dewi (2005: 1.14), motorik halus adalah keterampilan yang

menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan dengan tepat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud

motorik halus adalah segala aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot halus dan

koordinasi mata tangan, misalnya gerakan saat memegang sesuatu, menulis,

menganyam, menempel, melipat, menggantung, dan lain-lain, serta semua ak-

tivitas yang melibatkan koordinasi yang cermat serta ketelitian mata-tangan anak.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah serangkaian langkah-langkah prosedural dan

sistematis yang menggambarkan kegiatan demi mendapatkan eksistensi empiris

dari suatu konsep. Definisi operasional ini merupakan jembatan antara tingkat

konseptual yang bersifat teoritis dengan tingkat pengamatan yang bersifat

empiris. Sehingga kemudian keduanya bisa dicari titik temunya.

Menurut Hurlock (Depdiknas, 2007: 10), motorik halus adalah gerak otot-

otot halus/kecil yang tidak terlalu membutuhkan tenaga, tetapi membutuhkan

koordinasi yang cermat serta ketelitian mata-tangan. Hal itu sesuai dengan yang

disampaikan oleh Sumantri (2005: 143) bahwa motorik halus merupakan

pengorganisasian penggunaan sekompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan

tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata-tangan,

seperti melipat, menggambar, mewarnai, melukis, menggunting, dan meronce.

3. Kisi-Kisi Instrumen

Peneliti menerapkan kisi-kisi instrument yang berisikan lingkup pedoman

penilaian yang digunakan untuk mengikuti sejauh mana kegiatan anak pada

penelitian dan proses penyampaian materi yang dilakukan oleh guru dan peserta

didik.
34

Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus
Melalui Kegiatan Melipat Kertas

Variabel Indikator Intrumen


1. Anak dapat melipat mainan dari
kertas (misal: membuat lipatan
menjadi topi, baju, dll)
Kemampua
Kekuatan jari
n motorik
melipat 2.Anak mampu melipat hingga
halus
membentuk Garis Lipatan

3. Meniru lipatan sederhana (1-7


Melipat
lipatan)
Sederhana

4. Membuat mainan dari teknik


melipat dan menempel

5. Anak mampu melipat dengan teliti .


Kerapian dan
kelenturan jari-
6.Anak mampu melipat dengan rapih
jari tangan

4. Jenis Instrumen

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

observasi, yaitu kegiatan mengamati secara langsung kegiatan melipat kertas

untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar instrumen observasi.

LEMBAR OBSERVASI
KETERAMPILAN MOTORIK HALUS

Hari/Tanggal :
Waktu :
Tema/Subtema :
Semester/Minggu :

Aspek Penilaian Tota


No Kriteria
Nama Anak Ketelitian Kerapian l
. Penilaian
4 3 2 1 4 3 2 1 Skor
1. 
2. 
3. 
4.  
5.  
6. 
7. 
8. 
35

9. 
10. 

Keterangan:

- 4 = BSB (Berkembang Sangat Baik)


- 3 = BSH (Berkembang Sesuai Harapan) / Rapi
- 2 = MB (Mulai Berkembang) / Cukup Rapi
- 1 = BB (Belum Berkembang) / Belum Rapi

Berikut instrumen yang dipakai untuk mengukur tingkat keterampilan

motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di TK Islam Asalamah Ciputat Timur

Tangerang Selatan melalui kegiatan melipat kertas.

5. Validasi Instrumen

Proses analisis data yang dilakukan pada tindakan kelas ini berlangsung

dari awal penelitian, yaitu dari pengidentifikasian masalah, perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, sampai pada tahap refleksi terhadap tindakan

yang sudah dilakukan. Kegiatan tindakan dilakukan secara berulang untuk

memperoleh data, setelah data terkumpul maka dianalisis secara deskriptif

kuantitatif

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa

angka.

Adapun rumus yang digunak untuk mencari prosentase (Anas Sudjiono,

2010: 43):

f
P= X 100%
N

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)

G. Keabsahan Data

Keabsahan Data pada penelitian tindakan kelas ini, berdasarkan hasil ob-
36

servasi dan pengumpulan data dari kolabolator I dan kolabolator II dengan mem-

bandingkan laporan masing-masing berupa lembar observasi.

Data proses yang berupa observasi akan dikelompokan sesuai dengan kom-

ponen yang ada kemudian dibandingkan antara hasil observasi peneliti, hasil guru

kelas dan hasil teman sejawat. Hasil perbandingan tersebut menjadi acuan sebagai

pengamatan akhir untuk menentukan tindakan perbaikan yang dilakukan untuk

memeriksa keabsahan data, peneliti memeriksa kembali dengan melihat dokumen

sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan.

1. Telaah Model Tindakan

Setelah data terkumpul selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data yang

terdiri dari: a) analisis evaluatif berdasarkan pelaksanaan tindakan pada setiap

siklus untuk menganalisis data kualitatif, b) analisis data yang digunakan

dengan analisis prosentase untuk menganalisis data kuantitatif.

2. Validitas Data

Setelah tindakan sesuai dilaksanakan, maka hasil pengamatan yang berupa

lembar observasi dilanjutkan pada tahap menghitung prosentase skor per-

olehan peringkat motorik halus pada anak usia 5 – 6 Tahun di TK Islam

Asalamah Ciputat Timur Tangerang Selatan pada kegiatan melipat kertas.

H. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal peneltian yang ditulis oleh penulis sebagai berikut
Bulan / Minggu ke
No Uraian Kegiatan

Oktober November

1 Usulan judul proposal PTK Oki

2 Persiapan penulisan proposal PTK hhh


3 Penggarapan proposal PTK jjjjj
4 Persiapan penelitian tindakan kelas gg
5 Pelaksaan penelitian tindakan kelas jjjj yyy
6 Evaluasi penelitian tindakan kelas Hhhh

I.. personalia penelitian


37

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di TK Islam AS Salamah


dengan murid 58 anak . Kelas A1 berjumlah 10 anak kelas A2 berjumlah 10 anak
B1 19 anak B2 19 anak .Yang akan di ambil sampel adalah kelas B1 dengan jumlah
murid 19 anak

J . Daftar Pustaka

Khasana uswatun dkk,2022, Model Pembelajaran Keterampilan Berbicara Anak Usia


Dini Menggunakan Big Book,Prenada media

Maimunah, Hasan. 2010 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (Yogyakarta: Diva
Press., ).

Depdiknas. 2004. Pedoman Penilaian di Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Depdiknas.

Kemendikbud.2022. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuk

Arikunto suharsimi, dkk,2006, Penelitian Tindakan Kelas , Jakarta . bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai