Anda di halaman 1dari 31

MENERAPKAN METODE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 3- 5 TAHUN

TAHUN AJARAN 2019/2020

oleh:

LESTARI ( 160110022)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaika nmakalah 

ini dengan judul“MENERAPKAN METODE DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MOTORIK PADA ANAK USIA 3- 5 TAHUN “ proposal ini ini

disusun dalam rangka memenuhi tugas indidividu mata kuliah Perlindungan dan

Pemerdayaan Hak-hak Anak.

Proposal ini ukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak

kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya.Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

sempurnanya makala hini.Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Sasaran Tindakan

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan penelitian

F. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

G. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA


1. Pengertian motorik halus
2. Fungsi perkembagan motorik halus
3. Meningkatkan kemampuan motorik halus
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran
B. Sasaran tindakan
C. Analisis data dan refleksi
1. Analisis data
2. Refleksi
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang1 usia 0-6 tahun.

Sebagaimana yang termaksud didalam 2UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun

2013 pasal 1 ayat 14 dan pasal 18 ayat 1,

pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang sekolah dasar,

dari sejak lahir sampai usia enam tahun yang melalui jalur pendidikan formal

terbentuk dalam Taman Kanak-kanak (TK). Usia dini dianggap sebagai usia

keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami

perkembangan yang sangat besar baik secara fisik, maupun psikis. Pada usia 4-6

tahun merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak.

Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi dan psikis yang

siap merespon stimulasi dan mengasimilasi atau menginternalisasikan kedalam

pribadinya. Pada masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan

fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni,

moral, dan nilai-nilai agama (Depdiknas, 2007: 1). Berdasarkan tingkat

1
Mudkiiroh tadkiroatun,pengembagan kecerdasa majemuk,(tangerang
selatan:Univesitas terbuka,2008) hlm 23-26
2
UU RI ayat. 1-14 tentang pendidikan nasional
4
pencapaian perkembangan pada usia 4-5 tahun motorik haalus anak sudah

berkembang dengan baik. Tetapi pada kenyataannya.

kegiatan Pengembangan ditemukan adanya masalah anak-anak yang

menunjukkan keterlambatan dalam keterampilam motorik halusnya, yang

ditandai dengan kurang trampilnya anak dalam penggunaan media gunting,

ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan

media, pengelolaan kelas serta kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada

anak dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan

keterampilan motorik halusnya.

Gunting sebagai salah satu benda tajam yang sering ditemukan pada anak-

anak, baik dirumah maupun disekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-anak,

dengan menggunakan gunting, itu sebenarnya gejala awal yang positif dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak, semestinya mendapat respon dari

guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan modal dasar awal yang baik bagi

suatu proses belajar, karena belajar hakekatnya adalah proses aktivitas yang

terencana dan sadar tujuan. Namun demikian kenyataannya, guru dan orang tua

justru melarang murid dan an-anak mereka memegang dan menggunakan

gunting tanpa menjelaskan kepada anak. Sikap kekhawatiran guru dan orang tua

yang takut anaknya terluka karena gunting. Siakp seperti itu bukan hanya tidak

bijaksana tetapi juga dapat mematikan potensi positif dalam diri anak. Dalam hal

ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motoriknya. Perkembangan


5
motorik adalah proses seseorang anak belajar untuk trampil menggerakkan

anggota tubuh, Bambang Sujiono (2010:1 12 ).

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis bermaksud akan

mengadakan suatu penelitian ini dengan judul “ Meningkatkan keterampilan

motorik halus melalui kegiatan menggunting pada kelompok A.

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang tersebut diatas dapat diidentifikasi permaslahannya,

yaitu sebagai berikut:

 Anak kurang tertarik pada saat pembelajaran menggunting.

 Pada saat proses pembelajaran berlangsung anak-anak menunjukkan

keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya

 Media yang digunakan guru kurang menarik minaong tepat

 Kurangnya pemberian motivasi yang dilakukan guru

C.Sasaran Tindakan

Karena adanya faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus

anak telah diidentivikasikan masalah adapun faktor penyebab timbulnya masalah

tersebut :

 Penggunaan media yang kurang tepat


6
 Bentuk pola yang tidak sesuai dengan anak usia 4-5 tahun

 Kurangnya motivasi dari guru pada anak dan pengelolaan kelas yang kurang

maksimal

Alternatif dan prioritas Pemecahan Masala

Untuk meningkatkan kemampuan menggunting tersebut maka guru dapat

melakukan tindakan dengan cara menggunakan metode menggunting berbagai

pola, pola yang di gunakan beragam, dari tahap yang sederhana sampai pola yang

sedikit rumit yang tentu sesuai dengan usia 4-5 tahun.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diajukan rumusan

masalah sebagai berikut :

“Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan

menggunting pola pada kelompok A.

E.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus

anak melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A.

F.Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

 Manfaat Secara Teoritis :


7
 Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterapilan guru dalam penggunaan media pembelajaran

pada jenjang PAUD.

 Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan

penelitian ilmiahdalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada

jenjang PAUD

 Manfaat Secara Praktis :

Bagi Guru, penelitian ini semoga menjadi masukan untuk meningkatkan

kemampuan dalam pemilihan metode pembelajaran yang efektif bagi

pembelajaran di tingkat PAUD.

 Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas

dan hasilbelajar siswa di tingkat PAUD.

 Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam pengambilan

kebijakan khususnya dalam kebijakan pengadaan media pembelajaran di

tingkat PAUD.

BAB II

8
KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Motorik Halus

1. Pengertian Motorik Halus

Menurut Moelichatoen (2004) 3


motorik halus anak adalah merupakan

kegiatan yang mengganakan otot-otot halus pada jari dan tangan gerakan ini

merupakan keterampilan gerak.dan disini ada beberapa perkembagan pada

motorik halus pada anak usia 3-5 tahun.

a) Perkembangan Motorik Halus Anak TK

 Anak usia 3-4 tahun

 Menggunting kertas menjadi dua bagian

 Mencuci dan mengelap tangan sendiri

 Mengaduk cairan dengan sendok

 Menuang air dari teko

 Memegang garpu dengan cara menggenggam

 Membawa sesuatu dengan menjepit

3
Rasidi akhyar, pengembagan fisik motorik,( mataram :pustaka abadi,2017)
hlm 30-40
9
 Apabila diberi gambar kepala badan manusia yang belum lengkap ia akan

dapat menambah paling sedikit dua organ tubuh

 Membuka kancing dan melepas ikat pinggang

 Menggambar lingkaran, namun bentuk masih kasar

 Anak Usia 4-5 Tahun

 mengikat tali sepatu

 memasukan surat ke dalam amplop

 memoleskan selai di atas roti

 membentuk berbagai objek dengan tanah liat

 mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju

 memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)

2.Fungsi Perkembangan Motorik Halus

4
Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi

perkembangan motorik halus yaitu :

4
Mudjito,pengembagan keterampilan motorik pada anak usia dini,( jakarta:
dinas pendidikan,2005) hlm 13-25
10
 Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh

perasaan senang.

 Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi

helpessness(tidak berdaya) padabulan-bulan pertama kehidupannya.

 Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah.

b) KarakterPerkembangan Motorik Halus Anak

5
Karakter perkembangan motorik halus menurut Walkay dalam Mudjito

(2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama

adalah:

 Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari

kemampuan gerak halus anak bayi.

 Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah

mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung

sempurna.

 Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan,

lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.

5
Slamet suryanto,dasar-dasar pendoidikan anak usia dini ,(Jakarta :rineka
cipta) hlm 3-19
11
 Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan

jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

c) Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak

Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat

dilakukan oleh guru PAUD adalah :

 Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih

keterampilan motoriknya.

 Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu

 Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan

bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh.

 Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan

sesuaidengan perkembangannya.

3. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak PAUD

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh

tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari

unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat

kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang

sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang

12
dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi

yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah

yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan

mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara stimulus dan

berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan

dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat

yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam

kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik

berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan

unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan

kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai

gerakan dan permainan yang mereka lakukan.

Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan

motorik kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah

kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.

Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan

sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-

bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan

menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang

tepat.Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.


13
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usiaPAUD, antara lain adalah anak

mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting

dan sebagainya.

Pengembangan motorik pada anak PAUD adalah merupakan proses memperoleh

keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari

kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan

mata.Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak

belajar berkreasi dan berimajinasi.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi,

seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas,

tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada

tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga

memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono,

2007: 1.14).

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak PAUD sudah barang

tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan

perannya sebagai guru PAUD sehingga anak benar-benar dapat berkembang

secara optimal.Sehingga melalui metode latihan dapat meningkatkan kemampuan

menggunting anak.

B. Pengertian Media Gunting

14
Media gunting merupakan alat untuk memotong kertas yang digunakan dalam

pembelajaran untuk memotong kertas berpola gambar.

 Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting

 Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak

 Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan sebelumnya

 Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola yang baik dan benar

 Anak mempraktekkan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang

telah diperagakan guru

 Guru memeriksa hasil pekerjaan anak cara menggunting kertas berpola

gambar

BAB III

A. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

 Subjek, Tempat danWaktu Serta Pihak yang MembantuPenelitian

15
Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok A PAUD dengan

media gunting. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media ini,

sehingga akan tercapai kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi

anak.

Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik,

karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

perkembangan anak PAUD.

 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Menurut I.G.A.K. Wardhani6 tahap perbaikan pembelajaran dilaksanakan

melalui proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap yaitu merencanakan

(planning), melaksanakan (acting), observasi (observation), refleksi (reflection).

a) Rencana

 Rencana perbaikan pembelajaran meliputi ;

 Membuat Rencana Kegiatan Harian

 Mempersiapkan metode latihan

 Mempersiapkan lembar observasi anak

 Mempersiapkan lembar obsevasi guru

6
Suratno,pengemagan kreativitas seni rupa anak TK,( jakarta : dapartemen pendidikan nasional,2005)
16
 Mempersiapakan lembar penilaian.

b) Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran ini,mefokuskan kegiatan

perbaikan kemampuan mengguntinganak sesuai dengan tema dan sub tema,

dilanjutkan dengan proses belajar yang sesuai dengan rencana yang telah disusun

meliputi kegiatan: pembukaan, inti dan penutup.

c) Observasi

Selama proses kegiatan berlangsung, penilai mencatat kekurangan dan

kelebihan melalui lembar observasi, dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan

pembelajaran ini peneliti juga bekerja sama dengan teman sejawat sebagi

pengamat sekaligus penilai 2.

d) Refleksi

Setiap selesai kegiatan pembelajaran, guru selalu melakukan refleksi. Dan

merenungkan kekurangan dalam melaksanankan kegiatan yang telah dilakukan

dan mencoba memperbaikai pada pertemuan berikutnya sampai mencapai standar

kompetensi yang diharapkan.

d) Observasi

17
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang

dilakukan ternyat tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola

gambar orang banyak anak yang menggunting dengan hasil yang belum rapi.

Sehingga, di pertemuan kelima ini kegiatan perbaikan belum bisa dikatakan

berhasil.

D. Sasaran tindakan

1. Siklus pertama

 Pertemuan pertama

 Perencanaan

Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan,

membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di

kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat

yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola

bergambar.

 Pelaksanaan

o Kegiatan awal :

Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu

meloncat dari atas papan.

18
 Kegiatan inti :

- Finger painting gambar rumah

- Menghitung dan menulis jumlah gambar

- Menggunting pola gambar rumah sederhana

Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan

kertas berpola gambar rumah sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan

cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting

kertas berpola gambar rumah seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian

guru mengamati cara kerja anak.

 Kegiatan akhir :

Meniru mengucap syair “rumahku”

 Observasi

Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang

dilakukan ternyatan tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola

gambar rumah sederhanamenunjukan hasil yang cukup baik, dari 13 anak masih

ada 5 anak yang mengguntingnya masih kurang rapi.

 Refleksi

19
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata

peneliti menemukan kekurangan yaitu pada saat kegiatan menggunting kurang

memperhatikan anak. Tetapi ada juga kelebihannya yaitu saya dapat menjelaskan

dan memberikan contoh cara menggunting cukup jelas kepada anak.

2. Pertemuan kedua

 Perencanaan

Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan,

membuat lembar untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika

diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang

diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola

bergambar.

 Pelaksanaan

 Kegiatan awal :

Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berlari di

tempat.

 Kegiatan inti :

- Kolase gambar rumah

- Menyusun kartu kata menjadi kata “ini rumahku”

20
- Menggunting bebas berpola gambar almari

Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan

kertas berpola gambar almari sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan

cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting

kertas berpola gambar almari seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian

guru mengamati cara kerja anak.

 Kegiatan akhir :

Tanya jawab tentang guna rumah, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam,

pulang

 Observasi

Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yansg

dilakukan ternyaaa tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola

gambar almari masih saja ada 5 anak yang mengguntingnya belum rapi.

 Refleksi

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata

peneliti menemukan kekurangan yaitu pada saat menjelskan kepada anak

suaranya kurang jelas karena sedang flu. Adapun kelebihannya yaitu, pola yang

digunakan cukup sederhana dan mudah bagi anak usia TK A.

21
3. Pertemuan ketiga

 Perencanaan

Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan,

membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di

kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat

yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola

bergambar.

 Pelaksanaan

 Kegiatan awal :

Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu

memantulkan bola.

 Kegiatan inti :

- Membangun rumah dari balok kayu

- Menyusun kepingan puzle menjadi bentuk rumah

- Menggunting bebas berpola gambar rumah

Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan

kertas berpolaa gambar rumah sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan

cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting
22
kertas berpola gambar rumah seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian

guru mengamati cara kerja anak.

 Kegiatan akhir :

Membedakan macam-macam bau, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam,

pulang

 Observasi

Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang

dilakukan ternyata tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola

gambar rumah masih menunjukan hasil yang kurang memuaskan, masih ada 4

anak yang mengguntingnya belum rapi.

 Refleksi

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata

peneliti menemukan kelebihan yaitu, meski dengan suara masih kurang jelas saya

berusaha untuk menjelaskan kepada anak dengan jelas, pola yang saya gunakan

jugacukup menarik minat anak karena sebagian anak mengatakan “gambar

rumahnya bagus’

4. Pertemuan keempat

 Perencanaan

23
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan,

membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di

kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat

yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola

bergambar.

 Pelaksanaan

 Kegiatan awal :

Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berjalan

mundur

 Kegiatan inti :

- Mencocok gambar rumah

- Mencari jejak (maze) menuju rumah Toni

- Menggunting kertas berpola gambar tempat tidur

Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan

kertas berpola gambar tempat tidur sesuai dengan jumlah anak, guru

memperagakan cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara

menggunting kertas berpola gambar tempat tidur seperti yang telah diperagakan

oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.

24
 Kegiatan akhir :

Mendengar cerita tentang”kerja bakti di rumah”, evaluasi kegiatan hari ini,

berdoa, salam, pulang.

 Observasi

Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang

dilakukan ternyata tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola

hambar temapat tidur menunjukan hasil yang cukup baik, hanya tinggal 3 anak

yang mengguntingnya masih belum rapih.

 Refleksi

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata

peneliti menemukan kelebihan yaitu,pemilihan pola yang digunakan sudah tepat

karena anak banyak yang menyukai pola gambar tersebut.

 Pertemuan kelima

 Perencanaan

Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan,

membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di

kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat

25
yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola

bergambar.

 Pelaksanaan

 Kegiatan awal :

Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu meniru

gerakan pohon terkena angin sepoi-sepoi

 Kegiatan inti :

- melipat kertas menjadi bentuk rumah

- Mengurutkan gambar seri (3 gambar)

- Menggunting kertas berpola gambar rumah jamur

Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan

kertas berpola gambar rumah jamur sesuai dengan jumlah anak, guru

memperagakan cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara

menggunting kertasberpola gambar rumah jamur seperti yang telah diperagakan

oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.

 Kegiatan akhir :

Membedakan macam-macam rasa, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam,

pulang
26
 Observasi

Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang

dilakukan pada pertemuan terakhir disiklus kedua ini. Hasil akhirnya menunjukan

masih ada 2 anak yang mengguntingnya belum rapi.

 Refleksi

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata

peneliti menemukan kelebihan yaitu dapat mengatur waktu dengan baik. Anak

banyak tertarik dan bersemangat saat kegiatan menggunting karena pola yang

digunakan gambarnya lucu.

B. Teknik Analisis Data

1. analisis data refleksi

Data yang terkumpul untuk analisis dalam peneliti ini meliputi data aktivitas

dan pemahaman konsep matematika siswa. Data tentang pemahaman konsep

matematika siswa diamil dari hasil tes dan data aktivitas belajar diproleh dengan

mengunakan observasi. Data tersebut dapat dianalisis dengan mengunakan

analisis deskritif.

2. data hasil belajar

27
Anlisis data untuk memahami konsep dari matematika melalui evaluasi

siswaaadalah sebagai berikut:

a) menghitung nilai rata-rata

N=XX

Keterangan:

X : Nilai ata-rata

∑ X : Jumlah seluruh skor

N : Subjek53

b) Kriteria Ketuntasan Individual Pemahaman Konsep tingkat kemampuan

motorik halus pada anak

Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus terdiri dari

rancangan kegiatan tiap siklus, RKH, skenario, dan hasil refleksi. ≥75 sebagai

standar ketuntasan belajar minimal rumus sebagai berikut:

S=R∑Nx 100

Keterangan:

S : Nilai yang dicari atau diharapkan

28
R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan54

c) Kriteria Ketuntasan Klasikal Pemahaman Konsep yang dapat menigkatkan

kemampuan motorik pada anak

Ketuntasan belajar klasikal dikatakan tuntas apabila 85% dari

jumlah siswa dalam satu kelas, skor pemahaman konsep matematika

mencapai ≥75 dapat meningkatkan kemapuan motorik halus pada anak klasikal

menggunakan rumus sebagi berikut:5

P =∑ siswa yang tuntas dalam kemapuan motorik pada anak × 100%

Keterangan:

P : Ketuntasan klasikal

b. Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Masalah penggunaan pola yang kurang tepat dapat diatasi dengan

menggunakan pola yang bervariasi dan sesuai kebutuhan anak usia TK A.

Adapun cara penskoran sebagai berikut :

1. skor 1 yang diberikan jika tidak Nampak

2. skor 2 yang diberikan jika descriptor tampak

3. skor 3 diberikan jika deskriptaro tampak


29
4. Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor tampak

Rumus yang dipakai menghitung skor obsevasi cara untuk mengmbangkan

setimulus pada anak adalah :

NP=R-SMx 100

Keterangan :

NP= nilai persen yang dicari atau diharapkan

R= skor mentah yang diproleh guru yang diproleh

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

Kualifikasi hasil aktivitas kegiatan guru dan siswa dapat diperoleh dengan

pedoman konversi seperti pada tabel di bawah :

No Presentase ketuntasan aktivitas Kategori

1. 1 86 - 100% Sangat baik Sangat baik

30
2. 2 76 - 85% Baik Baik

3. 3 60 - 75% Cukup Cukup

4. 4 55 - 59% kurang Kurang

5. 5 ≤ 54% Kurang sekali Kurang baik

B. Refleksi

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata

peneliti menemukan kelebihan yaitu dapat mengatur waktu dengan baik. Anak

banyak tertarik dan bersemangat saat kegiatan menggunting karena pola yang

digunakan gambarnya lucu.

31

Anda mungkin juga menyukai