Anda di halaman 1dari 140

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan

yang sangat pesat seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula dengan dunia

pendidikan yang menuntut adanya perubahan sistem pendidikan nasional,

supaya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan adanya

perubahan yang akan datang. Peningkatan kualitas pada jenjang pendidikan

termasuk di taman kanak-kanak merupakan titik berat pembangunan

pendidikan pada saat yang akan datang.

Pentingnya pendidikan berkualitas, tetapi pendidikan kita sekarang

mengalami berbagai macam tantangan dan persoalan, di antaranya yaitu:

bertambahnya jumlah penduduk yang berkeinginan mendapatkan pendidikan

sehingga menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai,

berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki penguasaan

kemampuan terus menerus, dan berkembangnya teknologi yang

seringdisalahgunakan.

1
Usia 4 – 6 tahun merupakan masa peka yang penting bagi anak untuk

mendapatkan pendidikan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan.

Termasuk stimulasi yang diberikanoleh orang dewasa. Akan mempengaruhi

kehidupan anak dimasa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan upaya

yang mampu memfasilitasi amak dalam masa tumbuh kembangnya berupa

kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan

minat anak (depdiknas, 2010).’

Undang – undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidkan Anak Usia Dini

(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan anak sejak lahir

hingga usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberi rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

(Depdiknas, 2009:3).

Sujiono (2010:3) menyatakan berdasarkan landasan kebijakan tersebut

maka dapat dimaknai bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini

merupakan intervensi lingkungan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak. Apabila bangsa Indonesia menginginkan warga

negaranya menjadi cerdas maka hak atas pendidikan perlu diberikan seluas-

luasnya kepada semua golongan masyarakat, sejak usia dini sampai usia

lanjut.

Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang

fundamental dalam kehidupan seorang anak. Pendidikan pada masa ini sangat

2
menentukan keberlangsungan masa depan anak itu sendiri, juga masa depan

bagi suatu bangsa. Oleh karena anak usia dini merupakan asset dan investasi

masa depan bagi suatu bangsa. Bangsa Indonesia 25 tahun ke depan sangat

bergantung pada anak-anak usia dini yang ada pada masa sekarang

(Asimawati,2008:2.23).

Kualitas pendidikan dihasilkan dari kualitas pembelajaran,

pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang efektif.Efektifitas

pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas yang berkualitas dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Beberapa

karakteristik penting guru yang efektif adalah sebagai berikut: (1) selalu

memiliki persiapan untuk malakukan proses belajar mengajar seperti

menguasai materi ajar dan memahami cara mengajar, (2) bersikap positif,

guru seperti ini selalu memperhatikan kebutuhan peserta didik, (3) memiliki

kemampuan bertanya, guru perlu menguasai teknik bertanya yang efektif

untuk dapat melibatkan peserta didik aktif berfikir, (4) memahami

karakteristik peserta didik, yakni mengenal fisik, emosi, intelektual, dan

kebutuhan sosial mereka, (5) memiliki harapan yang tinggi untuk

keberhasilan peserta didik, (6) kreatif dalam mengajar dan menggunakan

berbagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, (7) bersikap

adil bagi semua peserta didik. Guru memberikan kesempatan dan penilaian

yang setara bagi semua peserta didik dengan memperhatikan kemampuan

belajar masing-masing peserta didik, (9) menumbuhkan perasaan memiliki,

yakni membuat peserta didik merasa nyaman di kelas dan merasa bahwa guru

3
senang dengan kehadiran mereka, (10) memaafkan kesalahan, guru tidak

menjatuhkan mental peserta didik jika mereka membuat kekeliruan, namum

memberikan dorongan, arahan, atau motivasi untuk mencoba lagi, (11)

memiliki rasa humor terutama jika menjumpai situasi yang sulit dan

mencairkan suasana kelas tegang, (12) menghargai peserta didik, dan tidak

membuat peserta didik malu di depan temannya, (13) empati pada

permasalahan pribadi peserta didik dan berupaya mengatasi permasalahan

yang dapat diselesaikan, (14) melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran

dan selalu berupaya meningkatkan mutu proses belajar

mengajar(Ridwan,2016:41-45).

Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan dapat

dicapai/dimiliki oleh peserta didik dengan melakukan aktivitas belajar yang

direncanakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan

pembelajaran adalah: (1) kejelasan, (2) urgensi, (3) tingkat kesulitan, (4)

kesesuaian dengan tingkat perkembangan anak.

Jenis perilaku yang diharapkan muncul setelah mengikuti sebuah

kegiatan pembelajaran adalah: 1) perilaku kognitif; 2) perilaku afektif; 3)

perilaku psikomotor. Perilaku kognitif adalah perilaku yang berkaitan dengan

kemampuan mengingat dan berfikir. Perilaku afektif adalah perilaku yang

berkaitan dengan nilai, norma, sikap, perasaan, dan kemauan. Sementara itu

perilaku psikomotor merupakan perilaku yang menyangkut aspek

keterampilan atau gerakan (Ridwan,2016:51-52).

4
Perkembangan fisik dan motorik mengikuti pola perkembangan yang

sama,yaitu hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal. Oleh karena itu,

perkembangan fisik dan motorik anak dapat diramalkan, apakah normal

ataukah mengalami hambatan. Meskipun mengikuti pola yang sama, akan

tetapi ada perbedaan laju perkembangan antara anak yang satu dan yang

lainnya. Oleh karena itu, tidak ada dua individu yang sama persis, baik dalam

pertumbuhan fisik maupun perkembangan motoriknya. Terdapat berbagai

cara anak belajar keterampilan motorik, yaitu trial and error, meniru dan

pelatihan yang memberikan hasil berbeda. Oleh karena itu, diperlukan

perhatian yang besar terhadap metode/cara yang digunakan anak untuk

belajar keterampilan motorik (Trianto,2015:15-16).

Perkembangan fisik motorik halus anak sangat penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, melalui kegiatan bermain

dapat mewujudkan tujuan pembelajaran di TK, karena perkembangan dan

pertumbuhan fisik motorik anak sudah seharusnya diperhatikan.

Pada kenyataan yang terjadi di kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin, sebagian anak masih belum mampu melakukan gerak fisik

Motorik Halus Melalui Menjiplak Bentuk Sesuai Pola. Berdasarkan hasil

observasi kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran 2018/2019 di

kelompok A bahwa sampai pada awal semester 2 sebagian besar anak yaitu

sekitar 8 anak dari 15 orang anak masih belum mampu melakukan gerakan

fisik motorik halus melalui menjiplak sesuai pola. Hal ini disebabkan karena

5
kurang tertarik pada kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh

guru sehingga anak menjadi bosan dan kurang aktif di kelas.

Untuk mengatasi permasalahan ini maka peneliti mengajukan model,

metode dan kegiatan yang cocok di gunakan untuk anak Kelompok A TK

Mawaddah Banjarmasin, maka peneliti mengajukan kombinasi Model

Explicit Instruction dan Metode Pemberian Tugas dengan Kegiatan

Menjiplak Bentuk Sesuai Pola.

Alasan peneliti memilih model Explicit Instruction dan Metode

Pemberian Tugas dengan Kegiatan Menjiplak Bentuk Sesuai Pola

dikarenakan peneliti yakin dengan menggunakan kombinasi model Explicit

Instruction dan Metode Pemberian Tugas dengan Kegiatan Menjiplak Bentuk

Sesuai Pola dapat mengatasi permasalahan yang terjadi rendahnya

kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola dengan media tanaman pohon pada

anak kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin.

Upaya mengatasi kesulitan anak dalam mengembangkan Fisik

Motorik Halus Melalui Menjiplak Bentuk Sesuai Pola melalui Model Explicit

Instruction adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang

dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi

selangkah.

Menurut Hamzah (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran

Explicit Instruction adalah program yang paling efektif untuk mengukur

6
pencapaian keahlian dasar dan keahlian dalam memahami konsep. Dengan

berdasarkan pendapat ini diharapkan anak dengan menggunakan model

Explicit Instruction ini bisa mencapai perkembangan anak dalam kemampuan

menjiplak bentuk yang dimana beberapa anak masih belum mampu

melakukan menjiplak bentuk sesuai pola.

Diantara model – model yang ada, model Explicit Instruction adalah

salah satu model yang memberikan kesempatan kepada anak belajar

mengamati dan kegiatan apa yang dicontohkan oleh gurunya.

(tambahan) (Menurut Moedjono dan Dimyati, 1992/1993) Metode

Pemberian dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar

yang ditandai dengan adanya suatu tugas yang diberikan oleh guru, dimana

penyelesaian tugas – tugas tersebut dapat dilakukan secara perseorangan atau

secara kelompok sesuai dengan perintahnya. Harapannya dengan

menggunakan metode ini anak mampu meningkatkan kemampuan menjiplak

bentuk sesuai pola.)

Penelitian oleh Jannatul An-Najm (2015) upaya mengembangkan

aspek motorik halus menempel gambar dengan tepat (membuat kolase)

menggunakan kombinasi model explicit instruction dan metode pemberian

tugas pada anak kelompok B di TK Barunawati Banjarmasin Barat pada

siklus I pertemuan pertama memperoleh skor 19 dengan kategori baik dan

siklus II pertemuan kedua meningkat skor 26 dengan kategori “sangat baik”.

7
Kelebihan pada model, metode dan kegiatan tersebut adalah guru

dapat meningkatkan hasil belajar anak dengan cepat melalui model dan

metode tersebut khususnya pada aspek motorik halus anak sejak usia dini.

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti berupaya mengadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul:“MENGEMBANGKAN

KEMAMPUAN MENJIPLAK BENTUK SESUAI POLA

MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION

DAN METODE PEMBERIAN TUGAS DENGAN MEDIA TANAMAN

POHON PADA ANAK KELOMPOK A TK MAWADDAH

BANJARMASIN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan

dirumuskan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran dalam upaya

mengembangkan kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola dengan

menggunakan model Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas

dengan media tanaman pohon pada anak kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin?

2. Bagaimana aktivitas anak saat melaksanakan pembelajaran dalam upaya

mengembangkan kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola dengan

menggunakan model Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas

8
dengan media tanaman pohon pada anak kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin?

3. Apakah terdapat peningkatan perkembangan menjiplak bentuk sesuai pola

dengan menggunakan model Explicit Instruction dan metode Pemberian

Tugas dengan media tanaman pohon pada anak kelompok A TK

Mawaddah Banjarmasin?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Permasalahan yang di hadapi ataupun ditemukan dalam penelitian ini

adalah kesulitan anak kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin pada

perkembangan motorik halus yang menyangkut dalam capaian perkembangan

menjiplak bentuk sesuai pola. Faktor dari anak yaitu dalam perkembangan

motorik halus dengan menggunakan media/alat tidak maksimal dikarenakan

anak merasa kesulitan sehingga selalu ingin dibantu oleh guru, anak merasa

bosan karena cara mengerjakannya memerlukan waktu yang relatif lama,

faktor dari guru dalam perkembangan motorik halus yaitu penyajian kegiatan

yang terlalu bervariasi, kurangnya alokasi waktu, karena ada lima

pengembangan dasar (nilai agama dan moral, sosial emosional, bahasa,

kognitif seni) juga harus diberikan kepada anak.

Oleh karena itu agar anak lebih semangat dan termotivasi maka saya

akan melakukan kegiatan diantaranya menjiplak bentuk sesuai pola dengan

melihat langsung media pembelajaran yang ada diluar ruangan kelas. Adapun

rencana pemecahan masalah untuk membantu anak dalam mengembangkan

9
kemampuan motorik halus (menjiplak bentuk sesuai pola) adalah dengan

menggunakan model Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugasserta

menggunakan media pembelajaran.

Dalam penggunaan alat harus dipertimbangkan segi keamanan bagi

anak, karena tidak jarang pada anak usia dini dalam kegiatan pembelajaran

sering mengarah pada bercanda. Oleh karena itu guru harus menyiapkan alat

yang cukup aman untuk pembelajaran anak.

Permasalahan terjadi pada anak kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin adalah masih rendahnya hasil belajar anak dalam pengembangan

motorik halus (menjiplak bentuk sesuai pola)dan kurang berpartisipasinya

anak dalam pembelajaran kelas.

Untuk memecahkan masalah tersebut maka peneliti melakukan

penelitian tindakan kelas melalui metode Explicit Instruction dan metode

Pemberian Tugas. Adapun langkah – langkah dalam pemecahan masalah

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Langkah – langkah Model Explicit Instruction

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.

b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.

c. Membimbing pelatihan.

d. Mengecek pemahaman umpan balik.

e. Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan.

f. Kesimpulan (Trianto, 2014:16).

10
Metode pemberian tugas, merupakan tugas atau pekerjaan yang

sengaja diberikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik dan

untuk memberi kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas yang

didasarkan pada petunjuk langsung dari guru,sehingga anak dapat menjalani

secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas.

Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas

1. Rancangan mengkomunikasikan tujuan dan tema pemberian tugas

2. Membagi buku tugas kepada masing-masing siswa

3. Menjelaskan cara mengerjakan tugas tersebut

4. Membimbing anak dalam mengerjakan tugas tersebut

5. Penutup (Moelichatoen,2004:197).

Berdasarkan langkah-langkah metode pemberian tugas, maka

peneliti menyesuaikan langkah-langkah metode pemberian tugas bagi anak

usia dini sebagai berikut :

1. Guru memberikan penjelasan kepada anak dalam kegiatan pembelajaran .

2. Guru membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugas.

3. Guru memberikan penjelasan dan contoh terlebih dahulu kepada anak

cara mengerjakan tugas pembelajaran.

4. Anak mengerjakan tugas dengan bimbingan guru (guru tidak

mengerjakan tugas anak).

5. Guru mengevaluasi hasil kerja anak.

11
Langkah – langkah kombinasi model Explicit Instruction dan metode

pemberian tugas sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa

(EI).

2) Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola (EI).

3) Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk mengerjakan

tugas (PT).

4) Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk sesuai

pola (PT).

5) Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri kepada anak

(EI dan PT).

6) Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (EI).

7) Guru mengevaluasi hasil kerja anak (EI).

8) Guru memberikan kesimpulan (PT).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam melaksanakan atau

mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam

mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang

rumit melalui model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas

12
dengan mediatanaman pohon pada anak kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin.

2. Untuk mengetahui aktivitas anak dalam mengembangkan kemampuan

aspek motorik halus dalam menjiplak bentuk sesuai pola melalui model

Explicit Instructiondan metode pemberian tugas dengan mediatanaman

pohon pada anak kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin.

3. Untuk mengetahui hasil peningkatan perkembangan kemampuan aspek

motorik halus dalam menjiplak bentuk sesuai pola melalui model Explicit

Instruction dan metode pemberian tugas dengan media tanaman pohon

pada anak kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian di atas,maka manfaat yang di

harapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Kepala Sekolah

Membina guru – guru di sekolah dalam memilih dan menggunakan model,

metode dan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus

anak.

2. Bagi Guru

Memberikan informasi tentang penggunaaan Kombinasi Model Explicit

Instruction dan Metode Pemberian Tugas melalui kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola dengan Media Tanaman Pohon, dan guru lebih terampil

menggunakan model, metode, dan kegiatan tersebut.

13
3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam

melaksanakan penelitian yang mendalam tentang pembelajaran melalui

penggunaan Kombinasi Model Explicit Instruction dan Metode Pemberian

Tugas dengan Kegiatan Menjiplak Bentuk Sesuai Pola.

14
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Hakikat Anak Usia Dini

National Association For The Education of Young Children (NAEYC),

yang menjelaskan bahwa kategori anak usia dini adalah mereka yang usianya

antara 0-8 tahun. Jenjang pendidikan anak tersebut biasanya masih berada pada

tahap program pendidikan anak ditempat penitipan anak,pendidikan prasekolah,

dan TK atau SD (Ulfah,2015:22).

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani atau suatu

proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa

yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran

sebagai bentuk perlakuan yang diberikan anak harus memiliki karakteristik yang

dimiliki setiap tahap perkembangan (Sujiono,2013:6).

Anak usia dini merupakan periode perkembangan yang cepat terjadi dalam

banyak aspek perkembangan dan memiliki potensi yang masih harus

dikembangkan. Ia memiliki karakteristik tertentu yang tidak sama dengan orang

dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. Anak

memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan. Meskipun pada

umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama tetapi ritme

14
dalamPerkembanganakanberbedasatu sama lainnya karena pada dasarnya anak

bersifat individual (Wahyudin & Agustin,2011:7).

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang dilakukan oleh guru

dalam suasana yang tidak terlalu formal namun dilakukan dalam suasana yang

penuh dengan nuansa bermain. Hal tersebut didasarkan pada prinsip

penyelenggaraan anak yaitu “bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain”.

Prinsip pembelajaran anak tersebut menunjukkan bahwa kegiatan bermain adalah

inti dari kegiatan anak.

Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan

pendidikan anak usia dini dapat di cermati dari beberapa falsafah sebagai berikut :

a. Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam

keaddan pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya, sangat

dipengaruhi oleh lingkungannya.

b. Anak usia dini senang sekali belajar “selalu ingin tahu dan mencoba”. Tugas

orang dewasa adalah mendorong, memberi kesempatan belajar dan

membiarkan anak belajar sendiri.

c. Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap

berbagai pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentang usia

sejak lahir sampai umur 6 tahun.

d. Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipeajarinya dari lingkungan

e. Anak belajar banyak melalui gerakan – gerakan, ia membutuhkan kesempatan

untuk bergerak, bereksplorasi, belajar melalui alat inderanya.

15
f. Anak melewati masa – masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih

mudah untuk belajar, yang di sebut dengan periode sensitif untuk belajar.

g. Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan – rangsangan

sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya.

h. Anak paling baik belajar salam situasi kebebasan yang di sertai disiplin diri.

Anak harus bebas bergerak dan memilih kegiatan yang di senanginya di dalam

kelas dengan disertai disiplin diri.

i. Orang dewasa khususnya guru tidak boleh mengganggu apa yang sedang

dipelajari anak.

j. Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk

menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak lain.

k. Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksanakan

tugas – tugas sederhana.

Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak janin dalam

kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) sampai usia 0 – 6

tahun. usia 0 – 6 tahun merupakan masa peka bagi anak sehingga para ahli

menyebutnya The Golden Age, karena perkembangan kecerdasannya mengalami

peningkatan yang sangat signifikan. Mengingat masa ini merupakan usia emas

jadi pada masa ini terjadi pematangan fungsi – fungsi fisik dan psikis yang siap

meerspons stimulasi yang datang dari lingkungannya (Mulyasa, 2012:34).

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjang dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

16
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,

yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Dibawah ini ada beberapa tentang karakteristik anak usia dini menurut berbagai

pendapat (Syamsu,2011:48)

a. Unik, anak bersifat unik karena anak itu berbeda antara satu sama lainnya.

Anak memiliki bawaan, minat, dan latar belakang kehidupan masing-masing.

b. Egosentris, anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut

pandang dan kepentingan sendiri. Bagi anak sesuatu tersebut penting sepanjang

hal tersebut terkait dengannya.

c. Aktif dan energik, anak akan senang melakukan berbagai aktivitas. Anak

seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah berhenti

dari aktivitas, terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan yang

baru dan menantang.

d. Rasa ingin tahu yang kuat terhadap banyak hal, anak cenderung banyak

memerhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat

dilihat dan didengarnya terutama terhadap hal-hal baru.

e. Eksploratif dan berjiwa petualang, terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat.

Anak akan menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal yang baru.

f. Spontan, perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak

ditutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.

17
g. Senang dan kaya dengan fantasi, anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.

Anak tidak saja senang terhadap cerita-cerita khayal yang disampaikan oleh

orang lain,kadang ia dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya.

h. Masih mudah frustasi, umumnya anak masih mudah frustasi atau kecewa bila

menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Kecenderungan perilaku anak

seperti itu terkait dengan sifat spontanitasnya yang masih tinggi serta rasa

empatinya yang masih relative terbatas.

i. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, anak belum memiliki

rasa pertimbangan yang matang termasuk dengan hal-hal yang membahayakan.

j. Daya perhatian yang pendek, anak memiliki perhatian yang pendek kecuali

terhadap hal-hal yang secara intrinsik menarik dan menyenangkan.

k. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, anak melakukan

berbagai aktifitas yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada

dirinya. Anak cenderung banyak belajar dari pengalaman melalui interaksi

dengan benda atau orang lain.

l. Semakin menunjukkan minat terhadap teman, anak mulai menunjukkan

kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya.

3. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara umum pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai

potensi yang dimiliki anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus pendidikan anak usia

dini adalah:

18
a. Terciptanya tumbuh kembang anak usia dini yang optimal melalui peningkatan

pelayanan prasekolah.

b. Terciptanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap orang tua

dalam upaya membina tumbuh kembang anak secara optimal.

c. Mempersiapkan anak usia dini agar kelak siap masuk pendidikan dasar

(Wahyudin,2012:10).

Tujuan program pendidikan anak usia dini yaitu untuk mengoptimalkan

perkembangan anak usia dini baik perkembangan sikap pengetahuan,

keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangan pada

tahap selanjutnya (Susanto,2015:10).

Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan

pengetahuan dan pengalaman orang tua dan guru-guru serta pihak-pihak yang

terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini.

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah:

a. Dapat mengindentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan

mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis

anak.

b. Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha

yang terkait dengan pengembangannya.

c. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak

usia dini.

d. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.

19
e. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi

pengembangan anak usia kanak-kanak (Yuliani,2009:42).

4. Karakteristik Anak TK

Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berusia 0-8 tahun yang

sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun

psikisnya. Anak merupakan sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik

yang khusus baik dari segi kognitif, sosial, emosi, bahasa, fisik, maupun motorik,

dan sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat.

Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan
orang dewasa, mreka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu
terhadap apa yang di lihat, di dengar, dirasakan, mereka seolah –olah tidak
pernah bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa
ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan
fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang
paling potensial untuk belajar (Mursid, 20015:33-34).

Anak usia dini mempunyai ciri khas, ciri ini tentu saja berbeda dengan fase

anak pada usia lainnya. Berikut beberapa karakteristik anak usia dini :

a. Memiliki rasa keingintahuan yang besar;

b. Pribadi yang unik;

c. Suka berimajinasi dan berfantasi;

d. Masa yang sangat potensial untuk belajar;

e. Memiliki sikap egosentris

f. Daya konsentrasi yang rendah;

g. Bagian dari makhluk sosial (Ulfah, 2015:24).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang karakteristik anak usia dini

maka secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa anak memiliki

20
karakteristik yang dimiliki tertentu yang menjadi ciri khas dan tidak sama dengan

orang dewasa. Anak tetaplah seorang, baik dari pola pikirnya apalagi dari segi

fisiknya jangan dibandingkan dengan orang dewasa. Maka dari itu dalam proses

pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus

memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

5. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Program kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki

sejumlah fungsi, yaitu:

a. Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan

tahap perkembangannya.

b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.

c. Mengembangkan sosialisasi anak.

d. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.

e. Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa

bermainnya.(Wahyudin,2015:11)

B. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran

a. Pengertian aktivitas guru

Aktivitas guru merupakan kegiatan yang dilakukan guru selama

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru mempunyai tugas

untuk memberikan pengetahuan, sikap dan nilai, dan keterampilan kepada

anak. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang

terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.

21
Aktivitas pembelajaran yang perlu diperhatikan guru agar menciptakan suasana

belajar yang efektif adalah sebagai berikut :

1) Guru sebelum memulai aktivitas pembelajaran harus menyiapkan dan

memotivasikan anak untuk mengikuti proses pembelajaran yang tenang dan

kondusif.

2) Guru memulai aktivitas pembelajaran menjelaskan rencana pembelajaran

dengan memberikan acuan terhadap materi yang akan dipelajari.

3) Guru menjelaskan pelajaran sebelumnya dengan memberikan kaitan terhadap

materi sebelumnya yang akan dipelajari.

4) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dan guru menjelaskan kepada anak tentang tujuan yang akan dicapai.

5) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan menjelaskan materi

menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak, dan menunjukkan

penguasaan terhadap materi.

6) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai isi kurikulum dan

mengaitkannya dengan kehidupan sehari – hari anak.

7) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran menggunakan media yang

menarik perhatian anak untuk belajar.

8) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran secara bervariasi meggunakan

model dan metode sumber belajar.

22
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas guru

Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas guru adalah sebagai berikut :

1) Motivasi adalah daya energy yang mendorong, mengarahkan, dan

mempertahankan perilaku, motivasi berbanding lurus dengan aktivitas guru,

semain tinggi motivasi guru dalam proses belajar mengajar maka aktivitas

guru akan lebih baik dibandingkan guru yang memiliki motivasi rendah.

2) Manajemen kepemimpinan dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana

kepemimpinan dari seorang kepala sekolah, apabila seorang kepala sekolah

mampu memanajemen kepemimpinan dengan baik maka aktivitas guru yang

ada dalam sekolah tersebut akan semakin baik.

3) Iklim kerja merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap

aktivitas seorang guru, karena sangat dirasakan oleh para guru dan sangat

menentukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kualitas dukungan dan

semangat yang diberikan oleh rekan dalam suatu sekolah, kepercayaan

terhadap sesama guru dalam suatu lingkungan.

C. Aktivitas Belajar Anak

1. Pengertian Aktivitas Belajar Anak

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam

proses interaksi antara guru dengan anak dalam rangka mencapai tujuan

belajar. Menurut Rochman Narawijaya dalam Depdiknas belajar aktif adalah

suatu item belajar mengajar yang menekankan keaktifan anak secara fisik,

23
mental intelektual emosional untuk memperoleh hasil belajar berupa

perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Rysman, 2013:96).

Aktivitas belajar dapat dilibatkan dari kegiatan selama

pembelajaran.Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai

pembimbing. Guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi

dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru merupakan tokoh

yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak, guru sebagai

fasilitator akan memimpin terjadi interaksi belajar mengajar (Sardiman,

2011:96).

2. Macam – Macam Aktivitas Belajar Anak

Menurut Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok

sebagai berikut :

a) Kegiatan – kegiatan visual contohnya : membaca, melihat gambar,

mengamati eksperimen, demontrasi dan mengamati orang lain bermain

b) Kegiatan – kegiatan lisan (oral) contohnya : mengemukakan suatu fakta,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member

saran,mengemukakan pendapat dan diskusi.

c) Kegiatan – kegiatan mendengarkan contohnya : mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan dan mendengarkan suatu permainan.

d) Kegiatan – kegiatan menulis contohnya : menulis cerita, membuat

rangkuman dan mengerjakan tugas.

e) Kegiatan – kegiatan menggambar contohnya : melakukan percobaan,

memilih alat – alat, menari, dan berkebun.

24
f) Kegiatan – kegiatan mental contohnya : merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

g) Kegiatan – kegiatan emosional contohnya : minat, berani, membedakan,

dan tenang (Hamalik, 2007:90).

D. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Perkembangan motorik anak yang normal merupakan salah satu faktor

penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun

keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang

keberhasilan peserta didik. Sesuai dengan perkembangan motorik anak yang

sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan, maka sekolah perlu

memfasilitasi perkembangan motorik anak secara fungsional

(Syamsu,2011:60).

Pola pertumbuhan bervariasi setiap anak karena ada berbagai faktor

yang mempengaruhi, antara lain faktor bawaan, kurangnya hormon

pertumbuhan, gizi buruk, infeksi kronis, dan gangguan emosional. Namun

seiring dengan kemajuan dalam dunia kedokteran, sebenarnya berbagai

hambatan ini masih bisa diatasi dengan baik sehingga pertumbuhan

berikutnya dimungkinkan berlangsung dengan baik juga

(Cristiana,2012:183).

Jadi kesimpulannya yaitu perkembangan fisik setiap anak itu berbeda-

beda ada yang perkembangannya cepat dan adapula yang lambat, jadi apabila

anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisiknya maka jangan

25
khawatir dan berikan asupan bergizi kepada anak untuk perkembangan

fisiknya lebih baik dan berkembang dengan maksimal.

E. Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Dini

Ketangkasan terbentuk dengan baik dan mampu membedakan tangan

kanan dan tangan kirinya sendiri, tetapi tidak dapat membedakan tangan

kanan dan tangan kiri orang lain, memegang pensil, sikat atau Crayon seperti

pegangan orang dewasa antara ibu jari dan telunjuk, menggambar sosok

manusia yang dapat dikenali terdiri dari atas kepala, lengan, kaki, dan batang

tubuh, menggambar rumah yang memiliki pintu, jendela, dan atap,

mengatakan yang akan digambar sebelum memulainya, dapat menyalin

lingkaran, silang, dan empat persegi, dapat menyalin huruf-huruf besar, dapat

memasang benang jarum besar (Suriansyah,2011:107).

Perkembangan fisik motorik adalah seiring dengan pertumbuhan

fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah

dapat terkoordinasi dengan baik, setiap gerakannya sudah selaras dengan

kebutuhan atau minatnya. Dia menggerakkan anggota badannya dengan

tujuan yang jelas seperti (1) menggerakkan tangan umtuk menulis,

menggambar, mengambil makanan, melempar bola, dan sebagainya; dan (2)

menggerakkan kaki untuk menendang bola, lari mengejar teman pada saat

main kucing-kucingan, dan sebagainya.

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu

kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun

26
keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang

keberhasilan belajar peserta didik.Sesuai dengan perkembangan motorik anak

yang sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan, maka sekolah perlu

memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara fungsional.Upaya-upaya

untuk memfasilitasi perkembangan motorik secara fungsional tersebut,

diantaranya sebagai berikut. (1) merancang pelajaran keterampilan yang

bermanfaat bagi perkembangan atau kehidupan anak seperti mengetik,

menjahit, merupa, atau kerajinan tangan lainnya. (2) memberi pelajaran

senam atau olahraga kepada anak yang disesuaikan dengan usia anak (Yusuf,

2013:59).

F. Perkembangan Motorik AnakUsia Dini

Fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan, dan tubuh.

Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak, jadi perkembangan fisik-

motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk pada anak

usia dini yang berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuhnya. Ada dua

prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk keterampilan

motorik anak yaitu: perkembangan motorik itu berlangsung dari yang

sederhana kepada yang lebih kompleks, perkembangan motorik itu

berlangsung dari yang kasar dan global kepada yang halus dan spesifik tetapi

terkoordinasikan. Berdasarkan deskripsi diatas, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

27
1. Keterampilan motorik pada anak usia dini sangat diperlukan oleh

perkembangan fisiknya, baik perkembangan fisik yang berupa

perkembangan anatomis maupun fisiologi.

2. Perkembangan motorik yang kasar dan global kemudian memunculkan

keterampilan motorik kasar. Pada keterampilan motorik kasar ini anak

usia dini melakukan gerakan badan secara kasar atau keras seperti

merangkak, berjalan, berlari, melempar, dan berjongkok.

3. Perkembangan motorik yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasi

memunculan keterampilan motorik halus. Pada keterampilan motorik

halus ini anak usia dini dapat melakukan pengkoordinasian gerak tubuh

yang melibatkan mata dan tangan untuk dapat melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan gerakan tangan.

G. Aktivitas Motorik Kasar dan Halus

Aktivitas motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui

aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan urat saraf tulang

belakang.Berdasarkan jenisnya, aktivitas motorik bisa dibedakan menjadi

dua, yaitu aktivitas motorik kasar dan aktivitas motorik halus.Aktivitas

motorik kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai

otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya.Keterampilan motorik kasar

meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat)

seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat

dan sebagainya.

28
Aktifitas motorik halus didefinisikan sebagai keterampilan yang

memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot-otot

kecil/halus misalnya, berkaitan dengan gerakan mata dan tangan yang efisien

tepat dan adaptif, Perkembangan kontrol motorik halus atau keterampilan

koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam

perkembangan motorik. Contoh aktivitas motorik halus misalnya kemampuan

memindahkan benda dari tangan, melipat, mencoret-coret, menyusun balok,

menggunting, menulis, dan sebagainya (Rahyubi,2014:222).

Keterampilan dari anak-anak yang berusia tujuh tahun dan delapan

tahun sudah semakin baik dan mereka mulai memperoleh dan memahami

suatu keterampilan yang baru.Keterampilan motorik halus mereka meningkat

dengan baik sehingga mereka sudah dapat melipat, menggambar, menulis,

dan belajar untuk memainkan alat musik. (Sujiono,2013:68)

Keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada di

seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Anak dilahirkan dengan

dilengkapi seperangkat komponen penting yang kelak akan menjadi gerakan-

gerakan lengan, tangan, dan jari yang terkoordinir dengan baik, meskipun

demikian pada saat baru dilahirkan, anak masih mengalami kesulitan dalam

mengontrol keterampilanmotorikhalusnya (Desmita,2012:99).

29
H. Metode dan Model serta Media Pembelajaran

1. Metode Pembelajaran

Metode merupakan bagian dari strategi metode yang lebih sesuai bagi

anak TK dibandingkan dengan metode-metode lain kegiatan.Metode dipilih

berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode

merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai

tujuan kegiatan. Setiap guru akan menggunakan metode sesuai dengan gaya

melaksanakan kegiatan. Namun yang harus diingat taman kanak-kanak

mempunyai cara yang khas, oleh karena itu metode ini sesuai bagi anak

(Moeslich,2004:7).

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk menciptakan

lingkungan belajar dan mendasari aktivitas guru dan peserta didik, metode

adalah cara mengajar yang telah disusun berdasarkan pada prinsip dan sistem

tertentu (Ridwan,2016:90).

2. Model Pembelajaran

Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.Model dapat dipahami juga

sebagai gambaran tentang keadaan yang sesungguhnya. Model pembelajaran

dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran

peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif

(Priansa,2015:150).

30
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola

prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan

dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

belajar (Ridwan,2016:89).

1) Model Explicit Instruction

Upaya mengatasi kesulitan anak dalam mengembangkan Fisik

Motorik Halus Melalui Menjiplak Bentuk Sesuai Pola melalui Model Explicit

Instruction adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang

dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi

selangkah.

Menurut Hamzah (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran

Explicit Instruction adalah program yang paling efektif untuk mengukur

pencapaian keahlian dasar dan keahlian dalam memahami konsep.

Diantara model – model yang ada, model Explicit Instruction adalah

salah satu model yang memberikan kesempatan kepada anak belajar

mengamati dan kegiatan apa yang dicontohkan oleh gurunya.

2) Langkah – langkah Model Explicit Instruction

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.

b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.

c. Membimbing pelatihan.

d. Mengecek pemahaman umpan balik.

31
e. Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan.

f. Mengevaluasi hasil kerja anak. (Trianto, 2014:16)

Kelebihan Model Explicit Instruction

a) Siswa benar – benar dapat menguasai pengetahuannya

b) Semua siswa aktif atau terlibat dalam pembelajaran

Kekurangan Model Explicit Instruction

a) Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu

lama

b) Hanya dapat diterapkan untuk mata pelajaran tertentu

3. Metode Pembelajaran Pemberian tugas

Pengertian Metode Pemberian tugas

Metode latihan (pemberian tugas) metode training, yaitu suatu cara

mengajar untuk menanamkan kebiasaan – kebiasaan tertentu, serta sebagai

sarana memelihara kebiasaan – kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini

digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, kesempatan, dan

keterampilan.

Langkah – langkah Metode Pemberian tugas

(1) Persiapkan alat – alat yang diperlukan.

(2) Guru menjelaskan kepada anak – anak apa yang direncanakan dan apa

yang dikerjakan.

(3) Guru mendemostrasikan kepada anak – anak secara perlahan – lahan,

serta memberikan penjelasan yang cukup singkat dan jelas.

32
(4) Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan

alasan – alasan setiap langkah.

(5) Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demontrasi

sendirilangkah demi langkah disertai penjelasan.

(6) Guru mengevaluasi hasil kerja anak.

Kelebihan Metode Pemberian tugas

1. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret.

2. Siswa dapat dengan mudah mempelajari.

3. Pengajaran menjadi menarik.

4. Siswa dirangsang untuk aktif dalam menghubungkan antara teori dan

praktek.

Kekurangan Metode Pemberian tugas

1. Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

2. Fasilitas yang mendukung.

3. Kesiapan dan perencanaan yang matang untuk demontrasi.

I. Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang saya lakukan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penelit – peniliti sebelumnya seperti :

Penelitian oleh Jannatul An-Najm (2015) upaya mengembangkan aspek

motorik halus menempel gambar dengan tepat (membuat kolase) menggunakan

kombinasi model explicit instruction dan metode pemberian tugas pada anak

kelompok B di Tk Barunawati Banjarmasin Barat pada siklus I pertemuan

33
pertama memperoleh skor 19 dengan kategori baik dan siklus IIpertemuan

kedua meningkat skor 26 dengan kategori “sangat baik”.

Penelitian Dahliana Rofiqah (2015) dengan judul upaya mengembangkan

aspek motorik halus menempel gambar dengan tepat (teknik mozaik dengan

berbagai bahan) menggunakan variasi model demonstrasidan metode

pemberian tugas pada anak kelompok B di Tk Aisyiyah 1 Banjarmasin

memperoleh presentase 58% dengan kategori cukup aktif dan meningkat pada

Siklus II aktivitas anak mencapai presentase 89% dengan kategori sangat aktif.

Penelitian Sri Widayati (2015). Upaya melakukan kemampuan motorik

kasar dengan melakukan gerakan melompat dan meloncat secara terkoordinasi

melalui model pembelajaran langsung (explicit instruction) pada anak kelompok

A di TK Hunafaa Banjarmasin. Berdasarkan hasil perkembangan anak pada

Siklus I memperoleh presentase 60% dan meningkat pada Siklus II mencapai

presentase 93% terjadi peningkatan hasil pengembangan motorik kasar anak

pada Siklus II.

Penelitian Latifah Noor (2017) dengan judul upaya mengembangkan meniru

bentuk (menganyam) menggunakan kombinasi model direct instruction dan

metode drill melalui media kertaspadaanakkelompok B TkAisyiah 31

Banjarmasin mencapai hasil optimal pada akhir siklus I aktivitas guru

mendapatkan skor 21 dan meningkat pada akhir siklus II skor 28 “sangat baik”.

Penelitian Najemi Khairunnisa (2015) dengan judul mengembangkan aspek

motorik halus (menggunting dan menempel sesuai pola) melalui model direct

instruction dengan metode demonstrasi pada anak kelompok B Tk Nurul Huda

34
Banjarmasin mencapai hasil optimal pada akhir siklus I aktivitas guru

mendapatkan skor 28 dan meningkat pada akhir siklus II skor 32.

J. Kerangka Berfikir

Anak pada usia dini merupakan masa yang paling efektif untuk

pengembangan potensi dalam mengembangkan aspek perkembangannya yang

meliputi perkembangan pembiasan (moral, nilai-nilai agama, sosial,

emosional dan kemandirian), bahasa, kognitif, motorik, dan seni. Karenanya

pendidik harus pandai,memberikan rangsangan berupa pendidikan yang

sesuai dengan sifat dan karakteristik yang dimiliki anak TK.

Perkembangan yang meningkat dengan pesat salah satunya adalah

perkembangan motorik kasar maupun motorik halus.Sesederhana apapun

gerakan yang dilakukan oleh anak merupakan hasil pola interaksi yang

kompleks dari berbagai sistem dalam tubuh yang dikotrol oleh otak.Dapat

terlihat jelas bahwa perkembangan motorik anak juga mempengaruhi tingkat

kecerdasan mereka.Seperti yang diungkapkan Lilian Katz dalam Soemantri

(2005:15) bahwa sekolah merupakan tempat pemerolehan pengetahuan,

sikap, keterampilan, dan watak. Dalam hal ini pendidikan TK sangat berperan

dalam mempersiapkan anak untuk masuk sekolah dasar.

Pemilihan metode dalam pembelajaran mempunyai peranan penting

dalam memotivasi anak dalam melakukan kegiatan, menjadikan pelajaran

lebih jelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik

halus dan hasil belajar anak.

35
Gambar Kerangka Berfikir

Harapan Kenyataan
1. Anak mampu melakukan
kegiatan menjiplak Masih ada beberapa anak
bentuk sesuai pola yang belum mampu menjiplak
2. Anak mampu melakukan bentuk sesuai pola
gerakan motorik halus

Masalah

Rendahnya kemapuan anak


dalam melakukan kegiatan
menjiplak bentuk sesuai pola

Dampak Penyebab

Sebagian anak belum mampu Pendidik yang belum bisa


menjiplak bentuk sesuai pola menyampaikan dengan jelas dan benar
bagaimana cara menjiplak bentuk sesuai
pola

Solusi

Memberikan penjelasan dan praktek langsung dengan


jelas dan benar kepada anak bagaimana menjiplak bentuk
sesuai pola

1. Dan lebih sering memakai menjiplak bentuk sesuai


pola untuk kegiatan anak
Nilai
2. me
Tingkat capaian fisik motorik halus anak
dalam melakukan kegiatan menjiplak
bentuk sesuai pola dengan menggunakan
kombinasi model explicit instruction dan
metode pemberian tugas dengan media
tanaman pohon

36
K. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Jika menjiplak

bentuk sesuai pola menggunakan kombinasi model Explicit Instruction dan

metode Pemberian Tugas dengan media tanaman pohon, maka kemampuan

menjiplak bentuk sesuai pola pada anak kelompok A TK. Mawaddah

Banjarmasin akan berkembang ”.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah di

rumuskan di Bab I, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

ini bersifat deskriptif karena hanya mendeskripsikan tentang keadaan

mengembangkan kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan

kombinasi model Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas pada anak

Kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin.

Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud

memahami fenomena tentang apa yang sedang dialami subjek peneliti misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam studi

pendidikan, penelitian kualitatif dapat dilakukan untuk memahami berbagai

fenomena perilaku pendidik, peserta didik dalam proses pendidikan dan

pembelajaran (Tohirin,2012:3).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Bogdan dan Taylor

mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

38
dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistik (Moleong,2000).

Penelitian kualitatif ini juga lebih menekankan informasi sehingga sampai

pada tingkat makna, bahwasanya makna yang dimaksud adalah data

sebenarnya.Dan penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif yaitu data yang

terkumpul berbentuk kata – kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

angka seperti penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2013:9).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yaitu pendekatan yang berpedoman pada observasi aktifitas anak dalam

melaksanakan tugas dalam proses kegiatan pembelajaran, sedangkan jenis

penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

terdiri atas tahapan – tahapan dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan evaluasi, analisis dan refleksi (Aslamiah, 2008:34).

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci.Oleh

karena itu, peneliti memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,

menganalisis, dan mengkonstruksi objek yang di teliti menjadi lebih jelas (Noor,

2012:34).

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya peneliti

tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru kelas yang

39
lain. Secara partisipatif bersama – sama dengan mitra peneliti akan

melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah (Suwarsih Madya, 2006: 51-

52). Penelitian ini menciptakan kolaborasi atau pastisipasi antara peneliti dan

guru pendamping.peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal

sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi peneliti senantiasa terlibat,

selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu

menganaliss data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 16) model penelitian tindakan kelas

secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui antara lain perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Model dari masing – masing tahap

tersebut (Suharsimi Arikunto, 2008: 16) seperti gambar berikut :

1) Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek


dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti;
2) Tindakan – menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian
siklus kegiatan untuk siswa;
3) Kelas – sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama, dari guru yang sama.

Dalam menggabungkan ketiga kata pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu perencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

40
B. KarakteristikPenelitianTindakanKelas (PTK)

Sesuai dengan kajian PTK diatas, maka PTK memeiliki karakteristik

Sanjaya (2015:33-34) sebagai berikut :

1) Tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar.

PTK sangat berbeda dengan penelitian terapan lainnya. Penelitian formal

yang dilakukan sesuai dengan kaidah – kaidah penelitian ilmiah yang

ketat sehingga menghasilkan lebih bersifat konseptual yang tidak

berkontribusi terhadap pemecahan masalah yang bersifat praktis dan

langsung dihadapi oleh guru.

2) Masalah yang dikaji dalam PTK merupakan masalah yang bersifat

praktis. PTK berangkat dari permasalahan yang dialami guru dalam

megatur proses pembelajaran.

3) Fokus utama penelitian merupakan proses pembelajaran. PTK

dilaksanakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka

pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal.

4) Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil PTK ada pada guru sebagai

praktisi PTK direncanakan dan dilaksanakan oleh guru itu snediri. Guru

bertanggung jawab baik dalam pelaksanaan maupun dalam

menyimpulkan hasil penelitian.

5) PTK dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang sedang

berjalan, artinya pelaksanaan PTK tidak di setting secara khusu untuk

kepentingan penelitian semata.

41
Karakteristik PTK Muslich (2004:12-14), dijabarkan sebagai berikut :

1) Masalah PTK berasal dari guru

Guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika guru mengajar. Guru

berusaha mengatasi dikelas dengan sebuah penelitian tindakan kelas.

2) Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran.

Guru akan berupaya untuk memperbaiki praktek pembelajaran agar

menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan

proses pembelajaran karena melakukan PTK dimana tidak boleh menjadi

proses pembelajaran terganggu.

3) PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif tidak harus sendirian

dalam upaya memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Namun, dapat

dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun

dengan orang lain.

4) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu

untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tindakan tertentu

yang dimaksud dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu,

penerapan strategi pembelajaran, pemakaian media dan smber belajar,

jenis pengelolaan kelas.

5) PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dengan praktik

pendidikan. PTK dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori tersebut

untuk di terapkan di kelas agar pembelajaran efektif dan efisien, optimal,

serta berfungsi.

42
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas bertujun untuk memperbaiki

pembelajaran.Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus – menerus,

selama kegiatan penelitian di lakukan. Oleh karena itu, dalam PTK di

kenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola : perencanaan, pelaksanaan,

observasi, refleksi, revisi/perencanaan ulang (Uno,2012:43).

Menurut Kasbolah (2012:21-23) menyatakan tujuan penelitian

tindakan kelasadalah sebagai berikut :

Pertama – tama, Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan


tujuan untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik
pembelajaran di sekolah; Kedua, Penelitian Tindakan Kelas
bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan.Ketiga, mutu
hasil pendidikan; Keempat, Penelitian Tindakan Kelas
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka secara garis besar dapat

diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas pada intinya bertujuan

untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan secara

bertahap dan terus – menerus selama kegiatan penelitian dilakukan.

D. Prinsip – prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Prinsip dalam pelaksanaan PTK menurut Kunandar (2013:67) adalah

sebagai berikut :

1) Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar;


2) Tidak boleh terlalu menyita waktu;

43
3) Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya;
4) Masalah yang dikaji benar – benar ada dan dihadapi guru;
5) Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan, dan lain – lain);
6) PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
belajar mengajar;
7) PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis;
8) PTK menjadikan guru terbiada melakukan aktivitas yang bernilai
akademik dan ilmiah;
9) PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang
sederhana, konkret, jelas, dan tajam;
10) Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak
menyita waktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan dapat
mengganggu tuga utama guru sebagai pengajar dan pendidik.
Pendapat diatas didukung oleh Kasbolah (2012;18-19) prinsip – prinsip

pelaksanaan PTK sebagai berikut :

1) Tugas utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, penelitian kelas
atau penelitian tindakan kelas apa pun tidak boleh mengganggu tugas
mengajar;
2) Dalam melakukan penelitian tindakan kelas pengumpulan data tidak
boleh terlalu menyita waktu;
3) Metodologi yang dipakai harus tepat dan terpercaya
4) Masalah penelitian yang akan ditangani guru harus merupakan masalah
yang memang dia hadapi;
5) Penelitian tindakan kelas tidak boleh menyimpang dari prosedur etika
di lingkungan kerjanya;
6) Peneltian tindakan kelas berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan
melakukan perubahan yang dituangkan dalam “tindakan”;
7) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses belajar yang
sistematik;
8) Penelitian tindakan kelas menurut guru membuat “jurnal pribadi”
dimana guru mencatat kemajuan, persoalan yang dihadapi, dan hasil
refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan
penelitian;
9) Penelitian tindakan kelas sebaiknya dimulai dengan hal – hal yang
sederhana lebih dahulu, namun nyata.

Dalam penelitian tindakan kelas guru perlu melihat dan menilai diri

sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya. Dengan

melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian di refleksi dan diperbaiki, guru

akhirnya menjadi lebih terampil dalam melakukan profesinya.

44
E. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sesuai dengan tujuan dan karakteristik seperti yang telah di

jelaskan di atas, maka PTK memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Manfaat PTK untuk guru

a) PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi

tanggung jawab sebagai guru. Hal ini disebabkan PTK diarahkan

untuk meningkatkan kinerja guru, melalui proses pemecahan

masalah yang dihadapi ketika guru melakukan proses belajar

mengajar.

b) Melalui perbaikan dan peningkatan kinerja, maka akan tumbuh

kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat dijadikan sebagai

model untuk secara terus – menerus meningkatkan kemampuan

dan kinerjanya.

c) Keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru lain. Mereka

dapat mencoba hasil penelitian tindakan atau lebih dari itu mereka

dapat mencoba ide – ide baru seperti yang telah dilakukan oleh

guru pelaksanaan PTK.

d) PTK juga dapat mendorong guru dapat memiliki sikap

professional. Ia akan dapat mendeteksi kelemahan dalam

mengajar, menentukan berbagai permasalahan yang dapat

mengganggu kualitas proses pembelajaran. Serta guru berusaha

untuk mencari alternative pemecahannya.

45
e) Guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Melalui PTK guru akan tanggap terhadapa perubahan

baik sosial maupun psikologi yang dapat memberikan alternative

baru yang lebih baik dalam pengelolaan pembelajaran.

2) Manfaat PTK untuk Anak

a) Melalui PTK dapat mempengaruhi bahkan menghilangkan rasa

jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui PTK guru

mencoba hal – hal baru yang tidak seperti biasanya.

b) PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar

anak. Tujuan akhir dari pelaksanaan PTK adalah hasil belajar

optimal.

3) Manfaat PTK untuk sekolah

Guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya

meningkatkan hasil belajar siswa, secara langsung akan membantu

sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

pendidikan untuk mendidik anak.

4) Manfaat PTK untuk perkembangan teori pendidikan

PTK dapat menjembatani antar teori dan praktis. Teori sebagai

hasil proses berpikir deduktif-induktif, penuh dengan pembahasan

abstrak yang tidak semua orang dapat memahaminya sehingga sulit

untuk dipraktikkan oleh para praktisi di lapangan (Sanjaya,

2015:34-36).

46
F. Tahapan – Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Berikut ini merupakan keterangan mengenai tahap-tahap PTK, yaitu :

a. Merencanakan Tindakan

Perencanaan adalah menganalisis dan menentukan tindakan apa yang akan

dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kelas, seperti :

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang

sesuai dengan kurikulum pembelajaran.

2) Guru mempersiapkan lembar observasi mengenai peningkatan

kemampuan motorik anak.

3) Mempersiapkan alat dan bahan, serta media pembelajaran

4) Mengevaluasi kegiatan, tujuannya untuk mengetahui keadaan dan

kesulitan dalam kegiatan menjiplak bentuk sederhana.

Indikator yang ditekankan pada penelitian ini meliputi dua kegiatan, yaitu

kecermatan dan kemandirian.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung

dengan dibantu oleh rekan guru untuk mengamati partisipasi anak saat proses

berlangsungnya kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola.

Peneliti dalam hal ini melakukan pembelajaran, selanjutnya aktivitas anak

dalam pembelajaran diamati dan dicatat sebagai hasil pengamatan oleh rekan

guru yang bertindak sebagai observer.

c. ObservasiTindakan

47
Observasi dilakuan selama proses pembelajaran di dalam kelas

berlangsung menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi

dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana aktivitas anak saat proses

kegiatan eksplorasi berlangsung. Hasilnya langsung dicatat di lembar

observasi.

d. Refleksi Tindakan

Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis, kemudian

dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan

guru kelas. Diskusi tersebut untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah

dilakukan, yaitu dengan cara melakukan penelitian terhadap proses yang

terjadi, masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan

yang dilakukan. Setelah itu mencari jalan keluar terhadap masalah – masalah

yang timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan pada tahap kegiatan

selanjutnya.

G. Kelebihan dan Kelemahan PTK

1) Kelebihan PTK

a) PTK tidak dilaksanakan oleh seseorang saja tetapi dilaksanakan secara

kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak antara lain guru sebagai

pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti, observasi baik yang

dilakukan oleh guru lain sebagai teman sejawat atau oleh orang lain,

ahli penelitian yang biasanya orang – orang dan anak.

48
b) Kerjasama sebagai ciri khas dalam PTK, memungkinkan akan

menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif, sebab setiap

yang terlihat memiliki kesempatan untuk memunculkan pandangan

kritis.

c) Hasil atau simpulan yang diperoleh merupakan hasil kesepakatan

semua pihak khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya,

demikian akan meningkatkan validitas dan rebilitas hasil penelitian.

d) PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata, dengan

demikian kelebihan PTK merupakan hasil yang dapat diperoleh dapat

diterapkan secara langsung oleh guru.

2) Keterbatasan PTK

a) Keterbatasan yang berkaitan dengan aspek penelitian atau guru itu

sendiri. Guru dalam melaksanakan tugas pokoknya cenderung

konvensional. Mereka biasanya sulit untuk mengubah kebiasaan

mengajarnya, apalagi diajak untuk meneliti. Banyak guru yang

beranggapan bahwa tugas mereka terbatas pada pelaksanaan

mengajar.

b) PTK adalah penelitian yang berangkat dari masalah praktis yang

dihadapi oleh guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak

bersifat universal yang berlaku umum.

c) PTK adalah penelitian yang bersifat situasional dan kondisional, yang

berdifat longgar dan kadang tidak menerapkan prinsip metode ilmiah

49
secara objek, banyak orang yang meragukan PTK sebagai suatu kerja

penelitian yang ilmiah (Sanjaya, 2015:37-38).

H. Setting/Lokasi Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yaitu pada kelompok

A TK Mawaddah Jl. Cempaka IV NO.35 RT. 001 Kelurahan Mawar

Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin Tahun Pelajaran 2019 /

2020 semester. Jumlah anak di kelompok A yaitu berjumlah 15 orang, 10

anak prempuan dan 5 anak laki – laki, dengan jumlah 2 orang pendidik.

Penelitian ini dilakukan pada kelas A dengan aspek motorik halus

terutama tingat pencapaian perkembangan menjiplak bentuk sesuai pola,

kegiatan pembelajaran yang dalam menyampaikan konsep/materi

pembelajarannya melalui model Explicit Instruction dan metode Pemberian

Tugas. Mengapa penelitian ini dilakukan di kelompok A dan bukan di kelas

lain, karena tingkat kemampuan motorik halus anak pada tingkat pencapaian

perkembangan menjiplak bentuk sesuai pola, dengan indikator menjiplak

bentuk sesuai pola, sehingga perlu diteliti apa penyebabnya dan dicarikan

solusi atau jalan keluarnya dengan PTK ini.

I. Faktor Yang Diteliti

Adapun faktor yang diteliti oleh peneliti dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah sebagai berikut:

50
a. Faktor Guru

Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran menjiplak bentuk

melalui model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas di kelompok

A TK Mawaddah Banjarmasin, langkah-langkah pembelajaran yang dimulai

dari kegiatan awal, inti, dan penutup pada kegiatan yang akan diajarkan agar

anak dapat mengikuti pembelajaran dan membimbing siswa dalam

melaksanakan kegiatan tersebut, memotivasi anak dan mengelola waktu

sesuai dengan rencana.

Langkah-langkah pada kegiatan inti adalah sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa (EI).

b) Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola (EI).

c) Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk mengerjakan

tugas (PT).

d) Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk sesuai

pola (PT).

e) Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri kepada anak

(EI dan PT).

f) Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (EI).

g) Guru mengevaluasi hasil kerja anak (EI).

h) Guru memberikan kesimpulan (PT).

51
a. Faktor Anak

Mengamati aktivitas anak mengikuti kegiatan menjiplak bentuk sesuai

pola melalui model explicit instruction dan metode pemberian tugas yaitu

dalam hal:

1) Anak memperhatikan tujuan pembelajaran

2) Anak memperhatikan guru saat mendemonstrasikan cara menjiplak

bentuk sesuai pola

3) Anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola

4) Anak bersama guru melaporkan hasil kegiatan

5) Anak dengan tertib menerima kesimpulan pembelajaran

b. Faktor Hasil Pengembangan Anak

Yaitu dengan mengukur kemampuan motorik halus anak dalam

melakukan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola melalui kombinasi model

explicit instruction dan metode pemberian tugas dengan menggunakan media

tanaman pohon pada anak kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin.

I. Skenario Tindakan

Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Adapun penelitian ini

dilaksanakan mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :

1. Pertemuan 1

a. Perencanaan

a) Mempersiapkan Rencana Pembelajaran ysng sesuai dengan tema yaitu

Tanaman dan subtema macam – macam pohon

b) Mempersiapkan alat dan bahan

52
c) Mempersiapkan materi

d) Menyusun Lembar Observasi

e) Menyiapkan Evaluasi

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas

1) Kegiatan Awal ( 30 menit)

a) Mengucap salam.

b) Membaca Istigfar, Syahadat dan berdoa.

c) Membaca surah-surah pendek

d) Mengabsen anak, tanya jawab tentang nama hari, bulan, dan tahun

e) Menyanyi lagu pengantar belajar.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa (EI).

b) Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola (EI).

c) Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk mengerjakan

tugas (PT).

d) Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk sesuai

pola (PT).

e) Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri kepada anak

(EI dan PT).

f) Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (EI).

g) Guru mengevaluasi hasil kerja anak (EI).

h) Guru memberikan kesimpulan (PT).

53
3) Istirahat/Makan Bekal (30 Menit)

a) Berdoa sebelum dan sesudah makan.

b) Mencuci dan mengelap tangan.

c) Makan dan bermain di luar.

4) Kegiatan Akhir (30 Menit)

a) Menyanyikan lagu “Macam – Macam Tanaman”

b) Kesimpulan tentang kegiatan yang sudah dilakukan.

c) Informasi kegiatan esok hari.

d) Berdoa,salam/pulang.

c. Tahap Observasi

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan pada tahap ini yaitu

berupa lembar observasi. Observasi yang dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

b. Observasi aktivitas anak dalam perorangan ketika melaksanakan tugas

yang diberikan guru.

c. Evaluasi hasil akhir anak yaitu mengenai menjiplak bentuk sesuai pola.

d. Refleksi Pertemuan 1

Tahapan refleksi adalah tahapan mengkaji ulang apa yang telah

dilakukan, bagaiman hasil yang ditimbulkan oleh tindakan dan

membandingkan dengan target indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya pada tahap ini guru dapat membuat kesimpulan, berhasil atau

tidak dalam memecahkan masalah di kelas.Jika belum, maka penelitian harus

54
dilanjutkan pada siklus berikutnya, sampai masalah pembelajaran di kelas itu

dapat diselesaikan.

2. Pertemuan 2

a. Perencanaan

a) Mempersiapkan Rencana Pembelajaran ysng sesuai dengan tema yaitu

b) Tanaman dan subtema bagian – bagian dari pohon

c) Mempersiapkan alat dan bahan

d) Mempersiapkan materi

e) Menyusun Lembar Observasi

f) Menyiapkan Evaluasi

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas

1) Kegiatan Awal ( 30 menit)

a) Mengucap salam.

b) Membaca Istigfar, Syahadat dan berdoa.

c) Membaca surah-surah pendek

d) Mengabsen anak, tanya jawab tentang nama hari, bulan, dan tahun

e) Guru melakukan tanya jawab berdasarkan tema.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa

(EI).

b) Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola (EI).

c) Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugas (PT).

55
d) Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (PT).

e) Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri kepada

anak (EI dan PT).

f) Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (EI).

g) Guru mengevaluasi hasil kerja anak (EI).

h) Guru memberikan kesimpulan (PT).

3) Istirahat/Makan Bekal (30 Menit)

a) Berdoa sebelum dan sesudah makan.

b) Mencuci dan mengelap tangan.

c) Makan dan bermain di luar.

4) Kegiatan Akhir (30 Menit)

a) Bercakap-cakap tentang tugas yang sudah diberikan.

b) Menyanyikan lagu “Macam – Macam Tanaman”

c) Kesimpulan tentang kegiatan hari ini

d) Informasi kegiatan esok hari.

e) Berdoa, salam/pulang.

c. Tahap Observasi

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan pada tahap ini yaitu

berupa lembar observasi.Observasi yang dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran terdiri dari tiga macam, yaitu:

(1) Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

56
(2) Observasi aktivitas anak dalam perorangan ketika melaksanakan tugas

yang diberikan guru.

(3) Evaluasi hasil akhir anak yaitu mengenai menjiplak.

d. Refleksi Pertemuan 2

Mengkaji kembali tindakan yang telah dilakukan, hasil observasi, hasil

evaluasi dan memutuskan apakah tindakan telah mencapai target indikator atau

belum. Dari hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana

awal jika masih terdapat kekurangan.

3. Pertemuan 3

a. Perencanaan

a) Mempersiapkan Rencana Pembelajaran yang sesuai dengan tema yaitu

Tanaman dan subtema cara menyiram pohon

b) Mempersiapkan alat dan bahan

c) Mempersiapkan materi

d) Menyusun Lembar Observasi

e) Menyiapkan Evaluasi

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas

1) Kegiatan Awal ( 30 menit)

a) Mengucap salam.

b) Membaca Istigfar, Syahadat dan berdoa.

c) Membaca surah-surah pendek

d) Mengabsen anak, tanya jawab tentang nama hari, bulan, dan tahun

e) Guru melakukan tanya jawab berdasarkan tema.

57
2) Kegiatan Inti (60 menit)

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa

(EI).

b) Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola (EI).

c) Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugas (PT).

d) Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (PT).

e) Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri kepada

anak (EI dan PT).

f) Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola (EI).

g) Guru mengevaluasi hasil kerja anak (EI).

h) Guru memberikan kesimpulan(PT).

3) Istirahat/Makan Bekal (30 Menit)

a) Berdoa sebelum dan sesudah makan.

b) Mencuci dan mengelap tangan.

c) Makan dan bermain di luar.

4) Kegiatan Akhir (30 Menit)

a) Menyebutkan urutan bilangan dari 1 sampai 10

b) Kesimpulan tentang kegiatan hari ini

c) Menyanyikan lagu “Macam – Macam Binatang”

d) Informasi kegiatan esok hari.

58
e) Berdoa, salam/pulang.

c. Tahap Observasi

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan pada tahap ini yaitu

berupa lembar observasi. Observasi yang dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran terdiri dari tiga macam, yaitu:

a) Observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

b) Observasi aktivitas anak dalam perorangan ketika melaksanakan tugas

yang diberikan guru.

c) Evaluasi hasil akhir anak yaitu mengenai menjiplak.

d. Refleksi Pertemuan 3

Mengkaji kembali tindakan yang telah dilakukan, hasil observasi, hasil

evaluasi dan memutuskan apakah tindakan telah mencapai target indikator atau

belum. Dari hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana

awal jika masih terdapat kekurangan.

A. Data dan Cara Pengambilan Data

Adapun data dan cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut:

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari guru yang mengajar di kelompok A

TK Mawaddah Banjarmasin. Selain itu sumber data ini juga diperoleh dari

anak kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin yang berjumlah 15 orang,

terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan berkaitan

dengan aktivitas anak dan hasil belajar anak.

59
2. Jenis Data

Jenis data yang disajikan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa kualitatif

berupa hasil observasi terhadap aktivitas anak kelompk A TK Mawaddah

dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model explicit instruction

dan metode pemberian tugas dalam perkembangan aspek fisik motorik halus

anak.

3. Cara Pengumpulan Data

a. Data aktivitas guru diperoleh dari hasil pengamatan observer tentang

aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran pada motorik halus dalam

capaian perkembangan melakukan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola

melalui kombinasi model explicit instruction dan metode pemberian tugas

menggunakan lembar observasi pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

b. Data aktivitas anak diperoleh dari hasil pengamatan pada saat proses belajar

mengajar yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar penilaian

observasi dan lembar penelitian aktivitas anak pada saat kegiatan

berlangsung.

c. Data hasil perkembangan kemampuan anak dalam motorik halus melakukan

kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola dengan melakukan penilaian setelah

melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui kombinasi model explicit

instruction dan metode pemberian tugas dalam setiap pertemuan

dansetiapakhirsiklus.

60
B. Teknik Analisis / Pengolahan Data

1. Analisis Aktivitas Guru

Teknik analisis aktivitas guru dalam melihat dan menilai tahap kegiatan mulai

dari pendahuluan, inti, dan penutup melalui rubrik penilaian aktivitas guru dan

digunakan skor pada lembar observasi, dengan ketentuan:

Nilai = skor perolehan x 100%


Skor maksimal

∑ skor perolehan

Item yang diteliti = 8 (jumlah komponen rubrik)

Skor minimal =8

Skor maksimal = 32 (8 x 4)

Kriteria =4

Range = 32 - 8 = 24

Interval = 24 : 4 = 6

Tabel 3.1 Kategori Aktivitas Guru


No Skor Keterangan
1 8 – 13 Kurang Baik
2 14 – 19 Cukup Baik
3 20 – 25 Baik
4 26 – 31 Sangat Baik

2. Analisis Aktivitas Anak

Untuk data tentang aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran

dirumuskan sebagai berikut :

Nilai = skor perolehan x 100%


Skor maksimal
Rumus aktifitas anak :

Item yang diteliti = 5

61
Skor minimal= 5 x 1 = 5

= 5 : 20 X 100% = 25%

Skor maksimal = 5 x 4 = 20

= 20 : 20 X 100% = 100%

Range = (100 – 25) + 1 = 76

Interval = 76 : 4 = 19

Tabel 3.2 Kategori Aktivitas Anak


No Skor Keterangan
1 25 % - 43 % Kurang Aktif
2 44 % - 62 % Cukup Aktif
3 63 % - 81 % Aktif
4 82 % - 100 % Sangat Aktif

3. HasilPerkembanganKemampuanAnak dalam Menjiplak Bentuk Sesuai Pola

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik

persentase.Teknik ini di gunakan untuk mengetahui persentase pemahaman dan

pengembangan motorik halus anak secara individual, juga untuk mendapatkan

persentase anak secara klasikal.

Perkembangan individual = jumlah bintang yang diperoleh

Jumlah aspek yang diamati

Perkembangan klasikal = jumlah anak yang mendapat bintang 3 dan 4 x 100%

Jumlahanakkeseluruhan

62
Tabel 3.3 Hasil Perkembangan Kemampuan Anak

Nilai Kategori Keterangan


Diberikan kepada anak yang
Berkembang Sangat Baik mampu melebihi apa yang

(BSB) diminta guru dalam melakukan
tindakan
Berkembang Sesuai Diberikan kepada abak yang

Harapan (BSH) mampu tanpa bantuan guru
Diberikan kepada anak yang
 Mulai Berkembang (MB) mampu tetapi masih dibantu
guru
Diberikan kepada anak yang
belum mampu mengerjakan
 Belum Berkembang (BB)
apa yang diminta guru dalam
kegiatan belajar
Secara Klasikal

Jumlah anak yang berkualifikasi 3 dan 4 x 100% =


Jumlah anak keseluruhan

Secara klasikal 82 % anak mendapatkan predikat berkembang sesuai

harapan dan berkembang sangat baik.

C. Indikator Keberhasilan

Penelitian Tindakan Kelas ini dianggap berhasil apabila:

1. Aktivitas guru

Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika guru telah mampu

melaksanakan kegiatan pembelajarandengan rentang minimal antara 26 –

31 dengan kategori sangat baik.

63
2. Aktivitas anak

pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran menjiplak bentuk sesuai pola

dikatakan berhasil jika masing-masing anak mendapatkan kriteria minimal

82%, anak berkategori sangat aktif.

3. Hasil capaian perkembangan

Hal ini ditujukan dengan jika sebagian besar peserta didik mampu

mencapai indikator yang telah ditetapkan apabila :

a. Individual anak minimal mendapat bintang 3 () dalam berhitung

permulaan.

b. Secara klasikal 80% anak memperoleh minimal bintang 3 () atau

berkembang sesuaiharapan (BSH) dariperkembanganmotorikhalus.

64
BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting/Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Tentang Sekolah/Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak

Mawaddah Kota Banjarmasin yang beralamat di jalan Cempaka IV No.35 Rt.001

Kelurahan Mawar Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin Provinsi

Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan pada anak kelompok A tahun pelajaran

2018/2019. Objek penelitian ini berjumlah 15 orang yang terdiri dari 5 orang anak

laki-laki dan 10 orang anak perempuan. TK Mawaddah bernaung di bawah

Yayasan Taman Pendidikan Sakinah yang mulai menyelenggarakan pendidikan

pada tahun 1991 untuk usia 4-6 tahun. Adapun sistem pembelajaran yang

dilaksanakan pada taman kanak-kanak ini menggunakan sistem sentra, yang mana

sistem tersebut dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak dan

sesuai dengan tahap perkembangan anak yang meliputi aspek perkembangan

bahasa, kognitif, fisik (motorik kasar, motorik halus dan kesehatan), sosial

emosional, nilai agama dan moral. Pelaksanaan program kegiatan ini sesuai

dengan karakteristik perkembangan anak usia dini yaitu melalui kegiatan belajar

melalui bermain.

Bangunan TK Mawaddah Banjarmasin merupakan bangunan yang terbuat

dari beton dan kayu. Halaman sekolah sebagai tempat bermain anak-anak diisi

dengan alat permainan outdoor, seperti ayunan, tangga majemuk, perosotan,

65
jaringlaba-laba, dll.Adapun alat permainan didalam kelas diisi sesuai dengan

sentra dan permainan edukatif.

2. Gambaran Umum Tentang Kelas

TK Mawaddah Banjarmasin mempunyai 16 ruangan kelas, 4 ruangan

untuk kelompok B, 4 ruangan untuk kelompok A dan 2 ruangan untuk kelompok

bermain (KB), 1 ruang untuk UKS, 1 ruangan untuk pengasuhan/penitipan, 1

ruang untuk kantor,1 ruang untuk koperasi, 1 ruang untuk mushalla, dan 1 ruang

untuk aula. 4 buah untuk kamar kecil dan 2 buah untuk kamar mandi. Adapun

keterangan ruang kelas A dan B yaitu : 1 ruang untuk sentra persiapan, 1 ruang

untuk sentra balok, 1 ruang untuk sentra main peran dan satu ruang untuk sentra

bahan alam. Keterangan ruang KB yaitu : 1 ruang untuk KB kecil dan 1 ruang

untuk KB besar.

Jumlah pendidik di TK Mawaddah Banjarmasin berjumlah 15 orang terdiri

dari 4 orang guru kelompok KB, 4 orang guru kelompok A dan 4 orang guru

kelompok B serta 1 orang sebagai kepala sekolah TK Mawaddah Banjarmasin

Tabel 4.1 Keterangan Guru Di sekolah


No. Nama Guru Jabatan Status
1. Sri Sardinawati S.Pd Kepala Sekolah Honorer
2. Masdiana, S.Pd Wakepsek dan Koordinator Honorer
Kelompok B
3. Irma Lestari, S.Pd Koordinator Kelompok A Honorer
4. Kusrinah Guru kelompok A Honorer
5. Nihayatul Hidayah, S.Pd Guru kelompok A Honorer
6. Nur Hamida, S.Pd Guru Kelompok B Honorer
7. Noor Aida, S.Pd Guru kelompok B Honorer
8. Dina Mariana, S.Pd Guru kelompok B Honorer
9. Ispihani, S.Pd Koordinator Kelompok KB Honorer
10. Hidayatan Noor Guru kelompok KB Honorer
11. Elviani Rosana Guru kelompok KB Honorer
12. Eka Fauzana, S.Pd Guru kelompok KB Honorer

66
Tabel 4.2 Keterangan Anak Kelompok A
No. No Induk Nama Anak Panggilan L/P Agama
1. 2553 Adzkia Adhya Rasya Rasya P Islam
2. 2562 Ahmad Danish Abiyyu Danish L Islam
3. 2523 Elmira Fitriana Elmira P Islam
4. 2559 Gina Nurhana Gina P Islam
5. 2574 Jihan Qanita Jihan P Islam
6. 2535 Kiandra Naffa Indrianti Naffa P Islam
7. 2500 Lathifa Salsabila Ifa P Islam
8. 2563 Muhammad Elcano Elcano L Islam
Kusnedi
9. 2558 Muhammad Fathan Faris L Islam
Alfarisi
10. 2517 Sofiah Yuaini Ofi P Islam
11. 2565 Rhidika Naufal Pratama Naufal L Islam
12. 2414 Zidane Zamir Zidane L Islam
13. 2416 Athiya Adelia Nasywa Aca P Islam
14 2415 Bilqis Salsabila Bilqis P Islam
15 2554 Namira Aisyah Namira P Islam

4. Masalah Yang Menjadi Kendala Dalam Pembelajaran Di Kelas

Masalah yang selama ini menjadi kendala dalam pembelajaran di kelas,

diantaranya yaitu kendala yang berasal dari pembelajaran masih belum optimal di

sebabkan karena kurang motivasi dari dalam diri anak yang menyebabkan anak

kurang terlibat dalam pembelajaran, anak terbiasa melakukan kegiatan sendiri

tanpa teman bermain seusianya.

Seandainya orang dewasa menyadari peranan penting mereka dalam

perkembangan anak dan dapat memberikan contoh dan motivasi mereka dalam

kemampuan motorik halus baik dan benar, kemungkinan anak tidak akan

mengalami kemampuan motorik yang rendah. Selain faktor diatas peranan guru

dalam menyajikan pembelajaran yang melibatkan langsung peranan anak untuk

merangsang kemampuan motoriknya menjadi lebih baik dan berkembang secara

optimal.

67
Rendahnya kemampuan anak kelompok A pada pengembangan

kemampuan motorik halus anak dalam mengkoordinasikan gerakan mata dan

tangan untuk melakukan gerakan yang rumit inilah yang menjadi permasalahan.

Hal tersebutlah yang melatar belakangi perlunya dilakukan penelitian tindakan

kelas (PTK) pada anak kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin agar

kemampuan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik.

Dalam upaya mengembangkan kemampuan motorik halus anak maka

dilakukan tindakan kelas yang dilaksanakan dengan model Explicit Instruction

dan metode pemberian tugas dengan menggunakan media tanaman pohon,

tindakan ini dilaksanakan dalam 3 pertemuan.

1. Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan PTK pada anak kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin dalam dan mengembangkan kemampuan motorik halus anak

menggunakan model Explicit Instructiondan metode Pemberian Tugas, maka

peneliti terlebih dahulu membuat rencana penelitian (proposal) yang diajukan

kepada dosen pembimbing, setelah proposal yang diajukan mendapatkan

persetujuan dari dosen pembimbing, maka peneliti melakukan berbagai persiapan

meliputi :

2. Persiapan Pribadi

Pada dasarnya peneliti hanya sedikit memiliki pengetahuan dan

keterampilan mengenai apa itu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), tetapi peneliti

akan mencoba segenap kemampuan untuk melaksanakan penelitian ini dengan

sebaik – baiknya. Tentunya tidak lepas dari arahan, bantuan, bimbingan, dan

68
masukkan dari teman sejawat maupun dari dosen pembimbing untuk persiapan

dan kelancaran penelitian ini, serta peneliti juga tidak lupa untuk mencari bahan –

bahan bacaan sebagai informasi untuk menambah kesempurnaan dari Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) tersebut, seperti bahan bacaan dari buku, jurnal, dan

internet.Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian tindakan

kelas yaitu:

a. Membuat RKH menggunakan model Explicit Instruction dan metode

pemberian tugas.

b. Membuat media pembelajaran yang disesuaikan dengan tema.

c. Membuat lembar observasi aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil

perkembangan anak.

d. Membuat rubrik aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan anak.

3. Persiapan Penelitian

Untuk adanya kelancaran pelaksanaan PTK ini, peneliti terlebih dahulu

berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai proposal PTK, yang akan

dilaksanakan, kemudian melakukan koordinasi dengan pihak terkait, agar

pelaksanaan PTK dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah

direncanakan. Yaitu dengan menyiapkan administrasi pendukung antara lain

adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data dari mengobservasi secara langsung ketika kegiatan

motorik halus berlangsung pada anak kelompok A TK Mawaddah

Banjarmasin.

69
b. Menyusun proposal penelitian dari bulan Januari2019 dengan dosen

pembimbing yaitu Dr. Sulistiyana, S.Pd, M.Pd.

c. Mengurus surat pengantar izin penelitian dari program PG-PSD FKIP ULM

Banjarmasin dengan nomor surat : 1051/UN8.1.2.5.3/SP/2018 yang

dikeluarkan di Banjarmasin pada tanggal 18Desember 2018.

d. Berbekal surat pengantar izin penelitian dari FKIP ULM BANJARMASIN

peneliti memohon izin penelitian ke Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin.

Dinas Pendidikan mengeluarkan surat izin penelitian yang ditandatangani

oleh Plh.Kabid Pembinaan PAUD & PNF dengan nomor surat

420/1627/PAUDNI/DIPENDIK/2018.

e. Berdasarkan surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin

tersebut diperoleh, peneliti menyerahkan kepada kepala sekolah TK

Mawaddah Banjarmasin. Setelah disetujui oleh Kepala Sekolah, peneliti

menerima surat izin penelitian dari Kepala Sekolah TK Mawaddah

Banjarmasin pada tanggal 7 Januari 2019 dengan Nomor :

094/Mawaddah/TK/2019.

f. Setelah melaksanakan penelitian di TK Mawaddah Banjarmasin maka

dikeluarkan oleh Kepala Sekolah Surat Keterangan Telah Melaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di TK Mawaddah Banjarmasin pada tanggal

dengan Nomor : 011/Mawaddah/TK/II/2019.

1. Persiapan Tempat

Tempat atau lokasi yang dijadikan sebagai lokasi PTK ini adalah pada

TK Kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin dengan jumlah 15 anak, yang

70
terdiri dari 5 orang anak laki – laki dan 10 orang anak perempuan. Guru

memberikan pengarahan kepada anak Kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin

tentang tujuan penelitian dan hal – hal lain yang menurut peneliti perlu di ketahui

oleh anak.

2. Penunjukkan Observer

Adapun yang menjadi guru pelaksana proses belajar mengajar dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri dan menjadi observer adalah guru kelompok

A TK Mawaddah Banjarmasin yaitu Ibu Nihayatul Hidayah, S.Pd, dengan latar

belakang pendidikan terakhir adalah S1 PG-PAUD. Agar pelaksanaan

berlangsung sesuai harapan, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas,

peneliti dan observer mengadakan pertemuan untuk membahas jadwal

pelaksanaan tindakan kelas dan menyamakan persepsi dalam pengisian lembar

observasi aktivitas guru dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak

dalam menjiplak bentuk sesuai pola untuk melakukan gerakan yang rumit melalui

metode pemberian tugas dan model demonstrasi pada anak kelompok A TK

Mawaddah Banjarmasin.

Peneliti menunjukkan seorang observer dengan data sebagai berikut:

Nama : Nihayatul Hidayah, S.Pd

Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin, 25 Februari 1971

Jabatan : Wakil Koordinator Kelompok A

Unit Kerja : TK Mawaddah Banjarmasin

71
4. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Pelaksanaan tindakan kelas (PTK) dalam penelitian ini direncanakan

sebanyak 3 pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8

Januari 2019. Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15Januari 2019.

Jika hasil tindakan pada pertemuan 1 belum mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan, maka akan dilanjutkan ke pertemuan 3 pada hari Selasa tanggal 22

Januari 2019 sampai hasil tindakan mencapai indikator keberhasilan.

Jadwal pelaksanaan PTK adalah di mulai dari pukul 08.00 sampai dengan

pukul 10.30 yaitu dengan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)


Pertemuan Jumlah
No Hari/Tanggal Tema/Subtema
ke - jam
Tanaman/Macam –
2 jam 30
1. Selasa, 08 Januari 2019 1 Macam Tanaman
Menit
Pohon
2 jam 30 Tanaman / Bagian –
2. Selasa, 15 Januari 2019 2
Menit Bagian dari Pohon
Tanaman/Cara
2 jam 30
3. Selasa, 22 Januari 2019 3 Menyiram Tanaman
Menit
Pohon

1. Pertemuan 1

a. Skenario Tindakan

Perencanaan yang dilakukan sebelum melaksanakan PTK adalah sebagai

berikut :

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema, subtema, dan indikator. Kegiatan pembelajaran menjiplak bentuk sesuai

72
pola dengan media pohon dilaksanakan menggunakan kombinasi model

Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas.

3) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak.

4) Meyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas anak,

dan kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola.

5) Menyiapkan alat/bahan untuk kegiatan anak seperti alas duduk, crayon,

spidol, dan lembar kerja anak serta menyiapkan materi pembelajaran.

Skenario kegiatan pembelajaran di kelompokkan menjadi ke dalam tiga

bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pertemuan

pertama ini, guru memasuki ruangan kelas terlebih dahulu menyiapkan

lingkungan main, membimbing anak untuk lingkaran ice breaking, setelah itu

guru membimbing anak untuk duduk melingkar untuk mengucapkan salam dan

membalas salam, kemudian guru membimbing anak untuk membaca surah – surah

pendek secara bersama – sama, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran

anak serta menanyakan kabar anak, tanggal, nama hari, bulan, dan tahun.

Kemudian setelah itu guru menyampaikan tujuan tema, sub tema, dan topik

bahasan serta tanya jawab tentang materi yang akan disampaikan.

Langkah berikutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai dan mempersiapkan anak untuk bermain di luar (outdoor)

sambil menyampaikan materi pembelajaran, kemudian berikutnya guru

mengemukakan langkah – langkah dan mendemonstrasikan dalam bagaimana

caramenjiplak bentuk sesuai pola pada anak.

73
Pada kegiatan akhir, guru bersama anak mengkomunikasikan

kegiatanpembelajaran yang telah dilakukan dan guru memberikan evaluasi kepada

anak. Dan dilanjutkan dengan guru bersama – sama anak membaca do’a pulang

dan menyanyikan lagu pulang sekolah setelah itu mengucapkan salam dan pulang.

b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1

Tahapan pembelajaran dalam tindakan kelas Pertemuan 1 adalah sebagai

berikut:

1. Kegiatan Awal (± 30 menit)

Sebelum kegiatan awal di mulai guru mengatur tempat duduk anak dengan

membuat lingkaran, dan dilanjutkan guru mengucapkan salam. Berikutnya

guru membimbing anak untuk berdo’a sebelum belajar dan membaca do’a

pembuka hati serta bernyanyi bersama.Di dalam kelas guru menanyakan hari,

tanggal, bulan, dan tahun dengan antusias anak menjawab. Guru mengabsen

anak, siapa saja yang masuk dan siapa saja yang tidak masuk, kemudian guru

menyampaikan tema yang dibahas pada hari ini yaitu Tanaman Pohon dengan

sub tema adalah Macam – Macam Pohon. Kemudian guru mengajak anak

menyanyikan lagu Di Depan Rumahku Ada Pohon.

2. Kegiatan Inti (± 60 menit)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa

kemudian guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola kepada

anak. Kemudian guru mulai membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak

untuk mengerjakan tugas. Setelah itu guru membimbing anak melaksanakan

kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola. Guru memberikan kesempatan kepada

74
anak utnuk latihan secara mandiri, kemudian guru mengecek pemahaman anak

tentang kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola, dan guru mengevaluasi hasil

kerja anak, setelah semua guru memberikan kesimpulan.

3. Istirahat/makan bekal (± 30 menit)

Guru membimbing anak untuk berdoa sebelum makan dan minum

bersama-sama. Kemudian guru menyuruh anak untuk antri cuci tangan, setelah

mencuci tangan anak mengeluarkan bekalnya masing-masing dari dalam tas.

Setelah anak selesai makan bekalnya guru mengajak anak untuk baca doa

selesai makan dan minum, guru membimbing anak untuk berdoa dan

mengucapkan “Alhamdulillah”.

4. Kegiatan Akhir (± 30 menit)

Anak-anak kembali duduk melingkar, guru membimbing anak untuk

berdo’a sebelum makan. Setelah berdo’a anak disuruh berbaris untuk cuci

tangan, anak menempati tempat duduk yang sudah disediakan guru untuk

makan siang bersama.

Setelah selesai makan anak-anak duduk melingkar kembali dan guru

membimbing do’a selesai makan dan mengucapkan “Alhamdulillah”, sebelum

pulang anak-anak berdo’a setelah melaksanakan pembelajaran.

Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh” dan anak membalas salam “Wa’alaikum salam warahmatullahi

wabarakatuh”. Guru merapikan baju anak satu persatu dan guru menunjuk anak

yang sudah di jemput sambil bersalaman dengan guru, yang belum dijemput

tetap menunggu di dalam kelas.

75
c. Hasil Observasi Pertemuan I

1) Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer tentang aktivitas guru saat

melakukan tindakan kelas pada Pertemuan I dapat dilihat pada tabel lembar

observasiaktivitas guru sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan I


Skor
No. Aktivitas guru
1 2 3 4
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan 2
mempersiapkan siswa.
2 Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk 2
sesuai pola.
3 Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak 2
untuk mengerjakan tugas.
4 Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan 3
menjiplak bentuk sesuai pola.
5 Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara 2
mandiri kepada anak.
6 Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan 3
menjiplak bentuk sesuai pola.
7 Guru mengevaluasi hasil kerja anak. 2
8 Guru memberikan kesimpulan 2
Jumlah Skor 18
Total Skor Keseluruhan 32
Kriteria Cukup Baik

Keterangan :
8 – 13 : kurang baik
14 – 19 : cukup baik
20 – 25 : baik
26 – 31 : sangat baik

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 4.4 dapat diinprestasikan bahwa

pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar

selama 2 x 60 menit dengan mennngunakan modelExplicit Instruction dan metode

pemberian tugas dapat disimpulkan kalau guru menunjukkan kriteria cukup baik

76
dengan total skor arti tahapan – tahapan 18. Dengan demikian berarti tahapan –

tahapan mengajar mulai dari persiapan sampai kegiatan akhir semuanya terlaksana

dengan hasil cukup baik.

Berdasarkan hasil observasi tersebut menggambarkan bahwa pelaksanaan

langkah pembelajaran serta masih terdapat skor yang belum optimal sehingga

masih terdapat skor 2.

Pada langkah 1 guru memberikan penjelasan kepada anak dalam kegiatan

pembelajaran, guru mendapatkan skor 2 karena guru belum memastikan setiap

anak sudah mengikuti pembelajaran dan guru belum bisa memberikan pertanyaan

pancingan pada anak.

Langkah 2 guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola, guru

mendapatkan skor 2 karena guru belum memberikan arahan yang jelas kepada

anak dan masih belum bisa memberikan umpan balik pada anak.

Langkah 3 guru membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugas guru mendapatkan skor 3 karena guru belum bisa memberikan

penjelasan yang jelas kepada anak dan guru belum bisa menggunakan bahan / alat

yang diperlukan dengan tepat.

Langkah 4 guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak

bentuk sesuai polaguru mendapatkan skor 2 karena guru masih belum bisa

memberikan arahan yang jelas kepada anak dan belum bisa memberikan

bimbingan kepada semua anak.

Pada langkah 5 guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri

kepada anak guru mendapatkan skor 2 karena guru belum bisa memastikan setiap

77
anak mengerjakan tugas sesuai kemampuannya dan guru masih belum bisa

memastikan setiap anak melakukan tugasnya sendiri.

Pada langkah 6 guru mengecek pemahaman anak tentang menjiplak bentuk

sesuai polaguru mendapatkan skor 3 karena guru masih belum bisa memberikan

arahan yang jelas pada anak dan guru masih belum mampu memberikan

pertanyaan pancingan pada anak.

Langkah 7 guru mengevaluasi hasil kerja anak, guru mendapatkan skor 2

karena guru belum bisa menyampaikan hasil kerja anak dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh anak.

Langkah 8 guru memberikan kesimpulan, guru mendapatkan skor 2 karena

masih belum bisa memberikan kesimpulan dengan bahasa yang mudah dipahami

oleh anak dan guru masih belum mampu memberikan pertanyaan pancingan pada

anak mengenai menjiplak bentuk sesuai pola.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam menggunakan

model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas dalam menjiplak bentuk

sesuai pola pada pertemuan 1 belum maksimal atau yang masih mendapatkan skor

2 pada 6 aspek dan 3 pada 2 aspek, untuk itu guru harus ada perbaikan pada

pertemuan berikutnya.

2) Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer (peneliti) tentang

aktivitas anak selama pembelajaran berlangsung pada Siklus I Pertemuan I

diperoleh data sebagai berikut:

78
Tabel 4.5 Frekuensi Aktivitas Anak PertemuanI
TA CA A SA
No. Aspek yang di Amati
F % F % F % F %
1. Anak memperhatikan 5 39 % 5 39 % 3 23 % 0
tujuan pembelajaran
2. Anak memperhatikan 5 39 % 6 46 % 2 15 % 0
guru saat
mendemonstrasikan
cara menjiplak bentuk
sesuai pola
3. Anak melaksanakan 5 39 % 5 39 % 2 15 % 1 8 %
kegiatan menjiplak
bentuk sesuai pola
4. Anak bersama guru 5 39 % 6 46 % 2 15 % 0
melaporkan hasil
kegiatan
5. Anak dengan tertib 5 39 % 5 39 % 3 23 % 0
menerima kesimpulan
pembelajaran
Presentase rata – rata Hanya 25 % anak yang aktif
Jumlah Klasikal 25 % sebagian kecil anak aktif
Kriteria Kurang aktif

Keterangan :

25 % - 43 % : Tidak Aktif (TA)

44 % - 62 % : Cukup Aktif (CA)

63 % - 81 % : Aktif (A)

82 % - 100 % : Sangat Aktif (SA)

Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas anak pada pertemuan 1 ini

masih belummencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, masing – masing

aspek aktivitas anak mencapai 82 % dan secara klasikal anak yang berkategori

aktif atau sangat aktif sebanyak ≤ 80% dalam berjumlah 13 orang pembelajaran.

Dari tabel tersebut dapat diketahui hasil observasi anak kelompok A yang

berjumlah 13 anak berdasarkan lembar aktivitas anak maka dapat diketahui

79
sebagai berikut pada pertemuan 1 dapat terlihat pada aspek anak memperhatikan

penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran 5 orang anak mendapatkan skor 1

dalam kriteria kurang aktif dengan presentasi 39 % dikarenakan anak masih tidak

memperhatikan penjelasan guru, dan 5 orang anak dalam kriteria cukup aktif

dengan presentasi 39% dikarenakan anak fokus dengan apa yang disampaikan

oleh guru, 3 orang anak dalam kriteria aktif dengan presentasi 23% dikarenakan

anak memperhatikan penjelasan guru, fokus dengan apa yang guru sampaikan

serta tertib saat memperhatikan penjelasan guru.

Pada aspek Anak memperhatikan guru saat mendemonstrasikan cara

menjiplak bentuk sesuai pola dapat dilihat 5 orang anak mendapatkan skor 1

dalam kriteria kurang aktif dengan presentasi 39% dikarenakan anak tidak

memperhatikan demonstrasi guru tentangkegiatan menjiplak bentuk sesuai pola

dan anak tidak tertib dalam memperhatikan cara guru mendemonstrasikan

menjiplak bentuk sesuai pola, 6 orang anak dalam kriteria cukup aktif dengan

presentasi 46% dikarenakan memperhatikan apa yang di demonstrasikan oleh

guru, 2 orang anak dalam kriteria aktif dengan presentasi 15% dikarenakan anak

memperhatikan penjelasan guru dengan tertib.

Pada aspek anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola

dapat dilihat 5 orang anak mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif dengan

presentasi 39% dikarenakan anak tidak duduk di atas alas karpet, 5 orang anak

dalam kriteria cukup aktif dengan presentasi 39% dikarenakan anak belum

mendapatkan alat/bahan serta lembar kerja, 2 orang anak dalam kriteria aktif

dengan presentasi 15% dikarenakan anak mengerjakan kegiatannya yaitu

80
menjiplak sesuai pola tapi masih belum tertib, dan 1 orang anak dalam kriteria

sangat aktif dalam dengan presentasi 8% dikarenakan anak mengerjakan kegiatan

menjiplak sesuai pola dan mengerjakannya dengan tertib.

Pada aspek anak bersama guru Anak bersama guru melaporkan hasil

kegiatan 5 orang anak mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif dalam

kriteria kurang aktif dengan presentasi 39% dikarenakan anak ada yang belum

siap mendengarkan arahan guru, 6 orang anak dalam kriteria cukup aktif dengan

presentasi 46% dikarenakan anak belum siap untuk menyerahkan hasil kegiatan

hari ini, 2 orang anak dalam kriteria aktif dengan presentasi 15% dikarenakan

anak menyerahkan hasil kerja dengan tertib.

Kemudian dapat dilihat aspek Anak dengan tertib menerima kesimpulan

pembelajaran 5 orang anak mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif

dengan presentasi 39% dikarenakan anak tidak memperhatikan kesimpulan yang

di sampaikan oleh guru, 5 orang anak dalam kriteria cukup aktif dengan presentasi

39% dikarenakan anak tidak merespon apa yang disampaikan oleh guru, 3 orang

anak dalam kirteria aktif dengan presentasi 23% dikarenakan anakmendengarkan

kesimpulan yang disampaikan oleh guru dengan tertib.

Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dengan lebih jelas dengan

grafik rata – rata kelas dalam kegiatan pembelajaran pertemuan 1 kegiatan

menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan media pohon melalui model Explicit

Instruction dan metode pemberian tugas dapat disajikan dalam bentuk tabel

adalah sebagai berikut :

81
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 1
No Kriteria Jumlah Anak (F) Persentase %
1 Tidak Akif 5 39%
2 Cukup Aktif 6 46%
3 Aktif 3 23%
4 Sangat Aktif 1 8%
Jumlah 15 100%
Jumlah Anak Berkategori Sangat Aktif 1
Persentase Aktivitas Anak Secara Klasikal 8%
Kategori Penilaian Klasikal Cukup Aktif

Dari tabel hasil observasi aktivitas anak pada pertemuan 1 ini masih banyak

anak yang mendapatkan skor kurang aktif dan cukup aktif.Maka dari itu hanya

23%saja anak yang mendapatkan skor aktif. Hal ini dikarenakan anak yang belum

terbiasa melakukan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan media

pohon sehingga saat kegiatan masih banyak anak yang dibantu oleh guru, maka

dari itu hanya ada 1 anak yang mendapatkan skor 4 dengan kriteria sangat aktif

dengan persentase 8% pada aspek keaktifan anak dan bersemangat dalam

menjiplak bentuk sesuai pola. Oleh karena itu masih harus ada perbaikan pada

pertemuan berikutnya.

82
3) Hasil Kemampuan Anak

Berikut adalah hasil kemampuan anak dari evaluasi kegiatan pembelajaran

Tabel 4.7Hasil Perkembangan aspek motorik halus pertemuan 1


Keterampilan motorik halus Kriteria
Total
Keberha
No Nama Anak Cepat Rapi skor
silan
* ** *** **** * ** *** ****
1 Adzkia Adhya Rasya *** *** 6 BSH
2 Ahmad Danish Abiyyu ** ** 4 MB
3 Elmira Fitriana ** ** 4
4 Gina Nurhana *** *** 6 BSH
5 Jihan Qanita ** ** 4 MB
6 Kiandra Naffa
*** *** 6 BSH
Indrianti
7 Lathifa Salsabila *** *** 6 BSH
8 Muhammad Elcano
* * 2 BB
Kusnedi
9 Muhammad Fathan
* * 2 BB
Alfarisi
10 Sofiah Yuaini *** *** 6 BSH
11 Rhidika Naufal
* * 2 BB
Pratama
12 Zidane Zamir ** ** 4 MB
13 Athiya Adelia Nasywa *** *** 6 BSH
14 Bilqis Salsabila *** *** 6 BSH
15 Namira Aisyah *** *** 6 BSH

Keterangan aspek yang diamati :

1. Cepat

2. Rapi

**** : Anak berkembang sangat baik (BSB)

*** : Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH)

** : Anak sudah mulai berkembang (MB)

* : Anak belum berkembang (BB)

83
Berikut hasil kemampuan aspek perkembangan motorik halus anak

pertemuan 1

Tabel 4.8 : Rekapitulasi Hasil kemampuan anak secara klasikal aspek

perkembangan motorik halus

Menjiplak Bentuk Sesuai Pola


Penilaian Keterangan
F %
Belum berkembang
**** 10 62
(BB)
Mulai Berkembang
≤**** 5 39
(MB)
Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel diatas hasil kemampuan anak pada pertemuan 1 ini

masih belum begitu maksimal. Dapat dilihat dari jumlah anak 15 orang baru 5

orang yang memperoleh nilai bintang 3, artinya masih ada 10 orang anak yang

masih belum berkembang hasil kemampuannya atau sekitar 62 %, maka dapat

Dengan demikian perlu adanya perbaikan pada pertemuanberikutnya.

4) Refleksi Pertemuan

Pada langkah 1 guru memberikan penjelasan kepada anak dalam kegiatan

pembelajaran, guru mendapatkan skor 2 karena guru belum memastikan setiap

anak sudah mengikuti pembelajaran dan guru belum bisa memberikan pertanyaan

pancingan pada anak. Upaya yang harus dilakukan guru adalah guru harus

memastikan setiap anak mengikuti pembelajaran, tidak ada lagi yang berjalan

kesana kemari dan guru seharusnya bisa memberikan pertanyaan pancingan

kepada anak dengan cara menggunakan kalimat yang mudah dipahami anak serta

media yang membuat anak penasaran.

84
Langkah 2 Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola,

guru mendapatkan skor 2 karena guru belum mampu memberikan arahan yang

jelas pada anak saat mendemonstrasikan menjiplak bentuk sesuai pola. Upaya

yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mempelajari cara menjiplak bentuk

sesuai pola dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan memberikan arahan

yang jelas pada anak.

Langkah 3 guru membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugas guru mendapatkan skor 2 karena guru belum bisa memberikan

penjelasan yang jelas kepada anak dan guru belum bisa menggunakan bahan / alat

yang diperlukan dengan tepat.Upaya yang harus dilakukan guru adalah dengan

memberikan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami anak agar anak mudah

paham dan guru harus mengejarkan kepada anak bagaimana caramenggunakan

alat/bahan serta lembar kerja dengan tepat seperti warna apa yang cocok dan tidak

keluar dari jalur pola jiplakan.

Langkah 4 Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak

bentuk sesuai polaguru mendapatkan skor 3 karena guru masih belum bisa

memberikan bimbingan kepada semua anak.Upaya guru adalah dengan

membimbing satu per satu anak dengan sabar dan benar.

Pada langkah 5 Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara

mandiri kepada anakguru mendapatkan skor 2 karena guru belum bisa

memastikan setiap anak mengerjakan tugas sesuai kemampuannya dan guru masih

belum bisa memastikan setiap anak melakukan tugasnya sendiri. Upaya yang

harus dilakukan oleh guru adalah memastikan setiap anak benar – benar

85
mengerjakan tugasnya dengan berkeliling ke setiap anak dan guru pada saat

memberikan contoh cara menjiplak bentuk harus dengan jelas serta juga

berkeliling ke setiap anak untuk memberikan contoh.

Pada langkah 6 Guru mengecek pemahaman anak tentang menjiplak

bentuk sesuai polaguru mendapatkan skor 3 karena guru masih belum bisa

memastikan setiap anak bisa memahami dengan tugas menjiplak bentuk sesuai

pola.Upaya yang harus dilakukan guru adalah guru harus memastikan tiap anak

mendapatkan bimbingan dari guru saat mengerjakan tugas sehingga anak dengan

mudah bisa memahami dalam mengerjakan tugas menjiplak bentuk sesuai pola.

Langkah 7 Guru mengevaluasi hasil kerja anak, guru mendapatkan skor 2

karena guru belum bisa menyampaikan hasil kerja anak dengan bahasa yang

mudah dipahami anak. Upaya yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan

mempelajari kalimat – kalimat dengan bahasa yang mudah dipahami anak saat

menyampaikan hasil evaluasi kerja anak.

Langkah 8 guru memberikan kesimpulan, guru mendapatkan skor 2 karena

masih belum bisa memberikan kesimpulan dari kegiatan menjiplak bentuk sesuai

pola dengan bahasa yang mudah dipahami.Upaya yang harus dilakukan oleh guru

adalah Upaya yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mempelajari kalimat

– kalimat dengan bahasa yang mudah dipahami anak saat menyampaikan

kesimpulan pada anak.

a) Aktivitas Anak

Aktivitas anak pada kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola melalui

kombinasi model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas pada anak

86
kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin. Hanya 25% saja anak yang

mendapatkan skor aktif. Hal ini dikarenakan anak yang belum terbiasa

melakukan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan media pohon

sehingga saat kegiatan masih banyak anak yang dibantu oleh guru, maka dari

itu hanya ada 1 anak yang mendapatkan skor 4 pada aspek keaktifan anak dan

bersemangat dalam menjiplak bentuk sederhana dengan kriteria sangat aktif

dari jumlah seluruh anak. Rendahnya hasil yang dicapai karena masih ada

anak yang kurang mengerti terhadap pembelajaran yang diberikan perhatian

mereka terhadap penjelasan guru masih belum fokus secara umum dan masih

perlu ditingkatkan pada pertemuan selanjutnya.

a) Hasil perkembangan motorik halus anak.

Hasil perkembangan anak di kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin pada

kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola melalui kombinasi model Explicit

Instruction dan metode pemberian tugas pada pertemuan 1 ini, hasil yang

diperoleh adalah sebagai berikut hanya 5 orang anak yang mendapatkan nilai

bintang tiga (***), 5 orang anak yang mendapatkan nilai bintang dua (**) dan

3 orang anak mendapatkan nilai bintang 1 (*) tidak ada anak yang mencapai

bintang 4 (****) sedangkan secara klasikal dapat dicapai sebagai berikut 62%

dari keseluruhan anak masih belum berkembang karena sebanyak 8 orang

anak mendapatkan nilai kurang dari bintang tiga (***) dan 39% dari semua

anak mulai berkembang yaitu sebanyak 5 anak mencapai nilai bintang (**).

Dari data diatas menunjukkan bahwa hasil belajar anak belum mencapai hasil

87
yang diinginkan dalam menjiplak bentuk sesuai pola.Maka hal ini masih perlu

ditingkatkan pada pertemuan ke 2.

Dari uraian tersebut diatas maka untuk pertemuan ke 2 perlu adanya

perbaikan – perbaikan.Khususnya dalam aspek yang medapat nilai atau skor

yang rendah baik dari aktifitas guru, aktifitas anak yaitu dalam aspek

perhatian anak, disiplin dalam berkegiatan dan kerjasama dengan teman dan

hasil kemampuan.

2. Pertemuan 2

a. Skenario Tindakan

Perencanaan yang dilakukan sebelum melaksanakan PTK adalah sebagai

berikut :

(1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema, subtema, dan indikator. Kegiatan pembelajaran menjiplak bentuk sesuai

pola dengan media pohon dilaksanakan menggunakan kombinasi model

Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas.

(2) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak.

(3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas anak,

dan kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola.

(4) Menyiapkan alat/bahan untuk kegiatan anak seperti alas duduk, crayon,

spidol, dan lembar kerja anak serta menyiapkan materi pembelajaran.

Skenario kegiatan pembelajaran di kelompokkan menjadi ke dalam tiga

bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pertemuan

pertama ini, guru memasuki ruangan kelas terlebih dahulu menyiapkan

88
lingkungan main, membimbing anak untuk lingkaran ice breaking, setelah itu

guru membimbing anak untuk duduk melingkar untuk mengucapkan salam dan

membalas salam, kemudian guru membimbing anak untuk membaca surah – surah

pendek secara bersama – sama, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran

anak serta menanyakan kabar anak, tanggal, nama hari, bulan, dan tahun.

Kemudian setelah itu guru menyampaikan tujuan tema, sub tema, dan topik

bahasan serta tanya jawab tentang materi yang akan disampaikan.

Langkah berikutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai dan mempersiapkan anak untuk bermain di luar (outdoor) sambil

menyampaikan materi pembelajaran, kemudian berikutnya guru mengemukakan

langkah – langkah dan mendemonstrasikan dalam bagaimana cara menjiplak

bentuk sesuai pola pada anak.

Pada kegiatan akhir, guru bersama anak mengkomunikasikan kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan dan guru memberikan evaluasi kepada anak.

Dan dilanjutkan dengan guru bersama – sama anak membaca do’a pulang dan

menyanyikan lagu pulang sekolah setelah itu mengucapkan salam dan pulang.

b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 2

Pada pertemuan kedua ini di laksanakan pada hari selasa tanggal 11 April

2018. Adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal (± 30 menit)

Sebelum kegiatan awal di mulai guru mengatur tempat duduk anak dengan

membuat lingkaran, dan dilanjutkan guru mengucapkan salam. Berikutnya

guru membimbing anak untuk berdo’a sebelum belajar dan membaca do’a

89
pembuka hati serta bernyanyi bersama.Di dalam kelas guru menanyakan hari,

tanggal, bulan, dan tahun dengan antusias anak menjawab. Guru mengabsen

anak, siapa saja yang masuk dan siapa saja yang tidak masuk. Kemudian guru

menyampaikan tema yang dibahas pada hari ini yaitu Tanaman Pohon dengan

sub tema adalah bagian – bagian dari pohon. Guru memperlihatkan bagian –

bagian dari pohon yaitu daun, batang, dan akar.Kemudian guru mengajak anak

menyanyikan lagu Bapak Tani.

2. Kegiatan Inti (± 60 menit)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa

kemudian guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola kepada

anak. Kemudian guru mulai membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak

untuk mengerjakan tugas.Setelah itu guru membimbing anak melaksanakan

kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola. Guru memberikan kesempatan kepada

anak utnuk latihan secara mandiri, kemudian guru mengecek pemahaman anak

tentang kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola, dan guru mengevaluasi hasil

kerja anak, setelah semua guru memberikan kesimpulan.

3. Istirahat/makan bekal (± 30 menit)

Guru membimbing anak untuk berdoa sebelum makan dan minum

bersama-sama. Kemudian guru menyuruh anak untuk antri cuci tangan, setelah

mencuci tangan anak mengeluarkan bekalnya masing-masing dari dalam tas.

Setelah anak selesai makan bekalnya guru mengajak anak untuk baca doa

selesai makan dan minum, guru membimbing anak untuk berdoa dan

mengucapkan “Alhamdulillah”.

90
4. Kegiatan Akhir (± 30 menit)

Anak-anak kembali duduk melingkar, guru membimbing anak untuk

berdo’a sebelum makan. Setelah berdo’a anak disuruh berbaris untuk cuci

tangan, anak menempati tempat duduk yang sudah disediakan guru untuk

makan siang bersama.

Setelah selesai makan anak-anak duduk melingkar kembali dan guru

membimbing do’a selesai makan dan mengucapkan “Alhamdulillah”, sebelum

pulang anak-anak berdo’a setelah melaksanakan pembelajaran.

Guru mengucapkan salam. Guru merapikan baju anak satu persatu dan

guru menunjuk anak yang sudah di jemput sambil bersalaman dengan guru,

yang belum dijemput tetap menunggu di dalam kelas.

c. Hasil Observasi Pertemuan 2

1) Observasi Aktivitas Guru

Dari hasil pengamatan observer pada pertemuan 2 siklus 1 dapat dalam tabel

berikut :

91
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2
Skor
No. Aktivitas guru
1 2 3 4
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan 3
siswa
2 Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola. 4

3 Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk 3


mengerjakan tugas.
4 Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak 4
bentuk sesuai pola.
5 Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri 3
kepada anak.
6 Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan menjiplak 3
bentuk sesuai pola.
7 Guru mengevaluasi hasil kerja anak 3
8 Guru memberikan kesimpulan 4

JUMLAH SKOR 23
Total skor keseluruhan 32
Kriteria Baik

Keterangan :
8 – 13 : kurang baik
14 – 19 : cukup baik
20 – 25 : baik
26 – 31 : sangat baik

Berdasarkan hasil observasi tentang tahapan – tahapan pembelajaran yang

dilaksanakan pada pertemuan 2 diperoleh sejumlah skor penilaian (23) dari

seluruh aspek penilaian terhadap aktivitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran dengan melalui model Explicit Instruction dan metode pemberian

tugasyang sudah dilaksanakan dengan kriteria Baik.

Pada langkah 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, guru mendapatkan

skor 3 karena guru masih belum bisa memberikan pertanyaan pancingan pada

anak, tapi sudah menjelaskan dengan sangat baik, menggunakan media yang tepat,

dan memastikan setiap anak mengikuti pembelajaran, mendapatkan kriteria baik.

92
Langkah 2 guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola, guru

mendapatkan skor 4karena guru sudah melaksanakan ke empat aspek sehingga

mendapatkan kriteria sangat baik.

Langkah 3 guru membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugas guru mendapatkan skor 3 karena guru belum bisa

menggunakan bahan / alat yang diperlukan dengan tepat, tetapi guru sudah bisa

memberikan penjelasan mengenai cara menggunakan alat/bahan kepada anak

sehingga mendapatkan kriteria baik.

Langkah 4 guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak

bentuk sesuai polaguru mendapatkan skor 4 karena guru sudah melakukan ke

empat aspek dengan benar,dan mendapatkan kriteria sangat baik.

Pada langkah 5 guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri

kepada anakguru mendapatkan skor 3 karena guru masih belum bisa memastikan

setiap anak melakukan tugasnya sendiri, tetapi guru sudah memastiakn anak

semua sudah duduk di atas alas karpet, memastikan setiap anak mengerjakan

sesuai kemampuannya dan memastikan setiap anak sudah mendapatkan alat/bahan

serta lembar kerja sehingga mendapatkan kriteria baik.

Pada langkah 6 guru mengecek pemahaman anak tentang menjiplak bentuk

sesuai polaguru mendapatkan skor 3 karena guru masih belum bisa memastikan

setiap anak bisa paham dengan bimbingan gurunya, dan mendapatkan kriteria

baik.

Langkah 7 guru mengevaluasi hasil kerja anak, guru mendapatkan skor 3

karena guru belum bisa menyampaikan hasil evaluasi kerja anak dengan bahasa

93
yang mudah dipahami anak, tapi guru sudah bisa meminta laporan hasil kerja anak

dan memberi penilaian pada anak sehingga mendapatkan kriteria baik.

Langkah 8 Guru memberikan kesimpulan, guru mendapatkan skor 4

karena guru sudah melaksanakan ke empat aspek dengan benar dan mendapatkan

kriteria sangat baik.

Untuk melihat gambaran perbandingan dari hasil observasi guru pada

pertemuan 1 dan 2 dapat diamati pada gambar berikut ini :

7
6 6
5 5
4
Pertemuan 1
3 3
Pertemuan 2
2 2
1
0 0 0 0
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Grafik 4.1 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Guru Pertemuan 1

2) Observasi Aktivitas Anak

Berikut adalah data hasil observasi anak yang diamati berdasarkan hasil dari

pertemuan 2 yang dapat dipaparkan sebagai berikut :

94
Tabel 4.10 Frekuensi Aktivitas Anak Pertemuan2

TA CA A SA
No. Aspek yang di Amati
F % F % F % F %
1. Anak memperhatikan 1 8% 8 62% 2 15% 2 15%
tujuan pembelajaran
2. Anak memperhatikan 2 15% 8 62% 2 15% 1 8%
guru saat mendemon-
strasikan cara menjiplak
bentuk sesuai pola
3. Anak melaksanakan 1 8% 5 39% 5 39% 2 15%
kegiatan menjiplak
bentuk sesuai pola secara
mandiri
4. Anak menjiplak bentuk 2 15% 4 31% 6 46% 1 8%
sesuai pola dengan
bimbingan guru
5. Anak memahami 1 8% 4 31% 8 62% 0
kegiatan menjiplak
bentuk sesuai pola
Presentase rata – rata Hanya 56 % anak yang aktif
Jumlah Klasikal 56 % sebagian kecil anak aktif
Kriteria cukup aktif

Keterangan :
25 % - 43 % : Tidak Aktif (TA)

44 % - 62 % : Cukup Aktif (CA)

63 % - 81 % : Aktif (A)

82 % - 100 % : Sangat Aktif (SA)

Dari tabel 4.6 tersebut dapat diketahui hasil observasi aktivitas anak maka

dapat diketahui sebagai berikut pada pertemuan 2 dapat terlihat pada aspek anak

memperhatikan penjelasan gurudalam kegiatan pembelajaran 1 orang anak

mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif dengan presentasi 8%

dikarenakan anak kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola, 8 orang anak dalam kriteria cukup aktif dengan presentasi 62%

dikarenakan anak cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

95
sesuai pola, 2 orang anak dalam kriteria sangat aktif dengan presentasi 15%

dikarenakan anak sangat aktif dalam melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola.

Pada aspek anak memperhatikan demonstrasi cara menjiplak bentuk sesuai

pola yang disampaikan oleh guru dapat dilihat 2 orang anak mendapatkan skor 1

dalam kriteria kurang aktif dengan presentasi 15% dikarenakan anak kurang aktif

dalam merespon penjelasan cara menjiplak bentuk yang di demonstrasikan oleh

guru kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola, 8 orang anak dalam kriteria cukup

aktif dengan presentasi 62% dikarenakan anak cukup aktif dalam memperhatikan

demonstrasi cara menjiplak bentuk sesuai pola oleh guru, 2 orang anak dalam

kriteria aktif dengan presentasi 15% dikarenakan anak aktif dalam memperhatikan

demonstrasi cara menjiplak bentuk sesuai pola oleh guru. 1 orang anak dalam

kriteria anak aktif dalam memperhatikan dan merespon demonstrasi cara

menjiplak bentuk sesuai pola oleh guru.

Pada aspek anak melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola

dapat dilihat 1 orang anak mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif dengan

presentasi 8% dikarenakan anak cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan

menjiplak bentuk sesuai pola, 5 orang anak dalam kriteria cukup aktif dengan

presentasi 39% dikarenakan anak cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan

menjiplak bentuk sesuai pola, 5 orang anak dalam kriteria aktif dengan presentasi

39% dikarenakan anak aktif dalam melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola, dan 2 orang anak dalam kriteria sangat aktif dengan presentasi 15%

96
dikarenakan anak sangat aktif dalam melaksanakan kegiatan menjiplak bentuk

sesuai pola.

Pada aspek anak bersama guru melaporkan hasil kegiatan2 orang anak

mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif dengan presentasi 15%

dikarenakan anak kurang aktif dalam mendengarkan arahan guruuntuk

menyerahkan hasil kegiatan, 4 orang anak dalam kriteria cukup aktif dengan

presentasi 31% dikarenakan anak cukup aktif untuk tertib menyerahkan hasil

kegiatan, 6 orang anak dalam kriteria aktif dengan presentasi 46% dikarenakan

anak aktif untuk terarah pada saat menyerahkan hasil kegiatan, 1 orang anak

dalam kriteria sangat aktif dengan presentasi 8% dikarenakan anak sangat aktif

untuk tertib ketika menyerahkan hasil kegiatan kepada guru dan mendengarkan

arahn guru.

Kemudian dapat dilihat Anak dengan tertib menerima kesimpulan

pembelajaran 1 orang anak mendapatkan skor 1 dalam kriteria kurang aktif

dengan presentasi 8% dikarenakan anak kurang aktif dalam merespon dan

memperhatikan kesimpulan yang disampaikan oleh guru, 4 orang anak dalam

kriteria cukup aktif dalam merespon dan memperhatikan kesimpulan yang

disampaikan oleh guru, 8 orang anak dalam kriteria aktif dengan presentasi 62%

dikarenakan anak aktif dalam memperhatikan dan merespon kesimpulan yang

disampaikan oleh guru.

Hasil observasi aktivitas anak dapat dibuat dengan lebih jelas dengan

grafik rata – rata kelas dalam kegiatan pemberlajaran pertemuan 2 kegiatan

97
menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan media pohon melalui model Explicit

Instruction dan metode pemberian tugas dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pada Pertemuan 2

No Kriteria Jumlah Anak (F) Persentase %


1 Tidak Akif 1 8%
2 Cukup Aktif 4 31%
3 Aktif 8 62%
4 Sangat Aktif 2 15%
Jumlah 15 100%
Jumlah Anak Berkategori Sangat Aktif 2
Persentase Aktivitas Anak Secara Klasikal 15%
Kategori Penilaian Klasikal Aktif

Dari Tabel hasil observasi aktivitas anak pertemuan 2 ini masih banyak

anak yang mendapatkan skor aktif.Maka dari itu secara klasikal hanya 62%

dengan kriteria anak aktif. Hal ini dikarenakan anak yang belum terbiasa

melakukan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan media pohon

banyak anak yang masih ada dibantu oleh guru, maka dari itu hanya ada 2 orang

anak dengan kriteria sangat aktif. Oleh karena itu masih harus ada perbaikan pada

pertemuan berikutnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar perbandingan hasil

observasi anak pada pertemuan 1 dan 2 dibawah ini :

98
70%
60% 62%
50%
46%
40%
39% Pertemuan 1
30% 31%
23% Pertemuan 2
20% 15%
10% 8% 8%
0%
Tidak Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif

Gambar4.2 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Anak Pada Pertemuan 1 dan 2

b) Hasil Kemampuan Anak

Tabel 4.12Berikut adalah hasil kemampuan anak dari evaluasi kegiatan


pembelajaran
Keterampilan motorik halus Total Kriteria
No Nama Anak Cepat Rapi skor Keberhas
* ** *** **** * ** *** **** ilan
1 Adzkia Adhya Rasya *** *** 6 MB
2 Ahmad Danish ** ** 4 MB
Abiyyu
3 Elmira Fitriana *** *** 6 BSB
4 Gina Nurhana **** **** 8 BSH
5 Jihan Qanita *** *** 6 BSH
6 Kiandra Naffa **** **** 8 BSH
Indrianti
7 Lathifa Salsabila *** *** 6 BSH
8 Muhammad Elcano ** ** 4 MB
Kusnedi
9 Muhammad Fathan ** ** 4 MB
Alfarisi
10 Sofiah Yuaini *** *** 6 BSH
11 Rhidika Naufal * * 2 BB
Pratama
12 Zidane Zamir ** ** 4 MB
13 Athiya Adelia *** *** 6 BSH
Nasywa
14 Bilqis Salsabila *** *** 6 BSH
15 Namira Aisyah *** *** 6 BSH

99
Keterangan aspek yang diamati :

1. Cepat

2. Rapi

**** : Anak berkembang sangat baik (BSB)

*** : Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH)

** : Anak sudah mulai berkembang (MB)

* : Anak belum berkembang (BB)

Berikut hasil kemampuan aspek perkembangan motorik halus anak

pertemuan 2.

Tabel 4.13 : Rekapitulasi Hasil Kemampuan anak secara klasikal aspek

perkembangan motorik halus

Menjiplak Bentuk Sesuai Pola


Penilaian Keterangan
F %
Mulai berkembang
**** 5 38
(MB)
Berkembang sesuai
≤**** 10 62
harapan (BSH)
Jumlah 15 100
Berdasarkan tabel diatas hasil kemampuan anak pada pertemuan 2 ini

masih belum begitu maksimal. Dapat dilihat dari jumlah anak 15 orang baru 10

orang yang memperoleh nilai bintang 3 dan 4, artinya masih ada 5 orang anak

yang mulai berkembang hasil kemampuannya atau sekitar 39%. Dengan demikian

perlu adanya perbaikan pada pertemuan berikutnya.

100
70%
60% 62% 62%
50%
40% 39% 38% Pertemuan 1
30% Pertemuan 2
20%
10%
0%
Belum Mulai Mulai Berkembang
Berkembang Berkembang Berkembang Sesuai Harapan

Gambar4.3 Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Anak Pada Pertemuan 1 dan 2

Refleksi Pertemuan 2

Refleksi tindakan pertemuan 2

Setelah pelaksanaan tindakan pada pertemuan 2 ini maka diperoleh hal –

hal sebagai berikut :

a) Aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan guru dalam mengajar dengan

model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas mencapai kriteria

penilain baik dariobserver yang telah mengamati kegiatan guru pada

pertemuan 2 ini memperoleh skor 32 dengan kriteria Baik. Beberapa

aktivitas guru yang termasuk kriteria baik atau mendapat skor 3yaitu :

a. Aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan

anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hal ini dikarenakan guru

menjelaskan dengan jelas dan pada saat ini ada beberapa anak yang

masih berbicara dengan temannya, sehingga saat melaksanakan

tugasnya masih ada anak yang kurang paham, pada aspek ini guru

belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan rubrik

aktivitas guru, maka berada pada kriteria baik.

101
b. Aspek guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai

polabeberapa anak masih ada yang sibuk bermain dengan temannya,

sehingga belum mencapai indikator keberhasilan, maka berada pada

kriteria baik.

c. Aspek guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak untuk

mengerjakan tugasmendapatkan skor 3 karena masih ada anak yang

belum bisa fokus ke gurunya, sehingga tidak memenuhi indikator

capaian keberhasilan, maka berada pada kriteria baik.

d. Aspek guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak

bentuk sesuai pola mendapatkan skor 4, sehingga berhasil mencapai

indikator keberhasilan, maka berada pada kriteria sangat baik.

e. Aspek guru memberikan kesempatan untuk latihan secara mandiri

kepada anakmendapatkan skor 3 masih ada beberapa anak yang bicara

dengan temannya sehingga indikator capaian keberhasilan belum

tercapai, maka berada di kriteria baik.

f. Aspek guru mengecek pemahaman anak tentang menjiplak bentuk

sesuai polamendapatkan skor 3 karena beberapa anak tidak paham dan

tidak memperhatikan penjelasan guru dari awal, maka kriteria baik.

g. Aspek guru mengevaluasi hasil kerja anakmendapatkan skor 4 karena

guru bisa melihat fokus anak saat guru memberi kesimpulan, maka

berada pada kriteria sangat baik.

102
h. Aspek guru memberikan kesimpulan mendapatkan skor 4 karena anak

terlihat antusias ketika menjawabnya secara bersama – sama, maka

berada pada kriteria sangat baik.

b) Aktivitas anak pada kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola

menggunakan model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas

pada anak kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin. Secara klasikal

persentase rata – rata hasilnya adalah anak yang aktif 56 % dari jumlah

seluruh anak dengan kriteria anak cukup aktif. Secara umum sudah ada

peningkatan, namun masih perlu ditingkatkan pada pertemuan selanjutnya.

c) Hasil perkembangan anak dikelompok A TK Mawaddah Banjarmasin

pada kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola melalui model Explicit

Instruction dan metode pemberian tugas pada pertemuan 2 ini, hasil yang

diperoleh adalah sebagai berikut hanya 2 orang anak yang mendapatkan

nilai bintang empat (****), 6 orang anak yang mendapatkan nilai bintang

tiga(***) dan 4 orang anak mendapatkan nilai bintang dua (**) ada 1 anak

yang mencapai bintang satu (*) sedangkan secara klasikal dapat dicapai

sebagai berikut 38% dari keseluruhan anak mulai berkembang karena

sebanyak 5 orang anak mendapatkan nilai kurang dari bintang tiga (***)

dan 62% dari semua anak berkembang sesuai harapan yaitu sebanyak 8

anak mencapai nilai dari bintang tiga (***). Dari data diatas menunjukkan

bahwa hasil belajar anak belum mencapai hasil yang diinginkan dalam

menjiplak bentuk sesuai pola. Maka hal ini masih perlu ditingkatkan pada

pertemuan ke 3.

103
3. Pertemuan 3

a. Skenario Tindakan

Perencanaan yang dilakukan sebelum melaksanakan PTK adalah sebagai

berikut :

(1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema, subtema, dan indikator. Kegiatan pembelajaran menjiplak bentuk sesuai

pola dengan media pohon dilaksanakan menggunakan kombinasi model

Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas.

(2) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak.

(3) Meyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas anak,

dan kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola.

(4) Menyiapkan alat/bahan untuk kegiatan anak seperti alas duduk, crayon,

spidol, dan lembar kerja anak serta menyiapkan materi pembelajaran.

Skenario kegiatan pembelajaran di kelompokkan menjadi ke dalam tiga

bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pertemuan

pertama ini, guru memasuki ruangan kelas terlebih dahulu menyiapkan

lingkungan main, membimbing anak untuk lingkaran ice breaking, setelah itu

guru membimbing anak untuk duduk melingkar untuk mengucapkan salam dan

membalas salam, kemudian guru membimbing anak untuk membaca surah – surah

pendek secara bersama – sama, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran

anak serta menanyakan kabar anak, tanggal, nama hari, bulan, dan tahun.

Kemudian setelah itu guru menyampaikan tujuan tema, sub tema, dan topik

bahasan serta tanya jawab tentang materi yang akan disampaikan.

104
Langkah berikutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai dan mempersiapkan anak untuk bermain di luar (outdoor) sambil,

kemudian berikutnya guru mengemukakan langkah – langkah dan

mendemonstrasikan dalam bagaimana cara menjiplak bentuk sesuai pola pada

anak.

Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi kepada anak dan guru

memberikan kesimpulan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dan

dilanjutkan dengan guru bersama – sama anak membaca do’a pulang dan

menyanyikan lagu pulang sekolah setelah itu mengucapkan salam dan pulang.

b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 3

Tahapan pembelajaran dalam tindakan kelas Pertemuan 3 ini adalah

sebagai berikut :

1. KegiatanAwal (± 30 menit)

Sebelum kegiatan awal di mulai guru mengatur tempat duduk anak dengan

membuat lingkaran, dan dilanjutkan guru mengucapkan salam. Berikutnya

guru membimbing anak untuk berdo’a sebelum belajar dan membaca do’a

pembuka hati serta bernyanyi bersama. Di dalam kelas guru menanyakan hari,

tanggal, bulan, dan tahun dengan antusias anak menjawab. Guru mengabsen

anak, siapa saja yang masuk dan siapa saja yang tidak masuk. Kemudian guru

menyampaikan tema yang dibahas pada hari ini yaitu Tanaman Pohon dengan

sub tema adalah Cara Menyiram Pohon. Guru memperlihatkan cara menyiram

pohon dan anak mempraktekkannya. Kemudian guru mengajak anak

menyanyikan lagu Menyiram Pohon.

105
2. Kegiatan Inti (± 60 menit)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa

kemudian guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk sesuai pola kepada

anak. Kemudian guru mulai membagikan bahan atau alat yang diperlukan anak

untuk mengerjakan tugas.Setelah itu guru membimbing anak melaksanakan

kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola. Guru memberikan kesempatan kepada

anak utnuk latihan secara mandiri, kemudian guru mengecek pemahaman anak

tentang kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola, dan guru mengevaluasi hasil

kerja anak, setelah semua guru memberikan kesimpulan.

3. Istirahat/makan bekal (± 30 menit)

Guru membimbing anak untuk berdoa sebelum makan dan minum

bersama-sama. Kemudian guru menyuruh anak untuk antri cuci tangan, setelah

mencuci tangan anak mengeluarkan bekalnya masing-masing dari dalam tas.

Setelah anak selesai makan bekalnya guru mengajak anak untuk baca doa

selesai makan dan minum, guru membimbing anak untuk berdoa dan

mengucapkan “Alhamdulillah”.

4. Kegiatan Akhir (± 30 menit)

Anak-anak kembali duduk melingkar, guru membimbing anak untuk

berdo’a sebelum makan. Setelah berdo’a anak disuruh berbaris untuk cuci

tangan, anak menempati tempat duduk yang sudah disediakan guru untuk

makan siang bersama.

106
Setelah selesai makan anak-anak duduk melingkar kembali dan guru

membimbing do’a selesai makan dan mengucapkan “Alhamdulillah”, sebelum

pulang anak-anak berdo’a setelah melaksanakan pembelajaran.

Guru mengucapkan salam. Guru merapikan baju anak satu persatu dan

guru menunjuk anak yang sudah di jemput sambil bersalaman dengan guru,

yang belum dijemput tetap menunggu di dalam kelas.

Hasil Observasi Pertemuan 3

a) Observasi Aktivitas Guru

Dari hasil pengamatan observer pada pertemuan 3 dapat dalam tabel berikut :

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3

Skor
No. Aktivitas guru
1 2 3 4
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan 4
mempersiapkan siswa.
2 Guru mendemonstrasikan cara menjiplak bentuk 3
sesuai pola.
3 Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan anak 4
untuk mengerjakan tugas.
4 Guru membimbing anak melaksanakan kegiatan 4
menjiplak bentuk sesuai pola.
5 Guru memberikan kesempatan untuk latihan secara 4
mandiri kepada anak.
6 Guru mengecek pemahaman anak tentang kegiatan 3
menjiplak bentuk sesuai pola.
7 Guru mengevaluasi hasil kerja anak 4
8 Guru memberikan kesimpulan 4
Jumlah Skor 30
Total Skor Keseluruhan 32
Kriteria Sangat Baik

Keterangan :
8 – 13 : kurang baik
14 – 19 : cukup baik
20 – 25 : baik
26 – 31 : sangat baik

107
Hasil pengamatan aktivitas guru diatas menunjukkan bahwa semua aspek

sudah terlaksana dengan baik, dalam memberikan motivasi dan dorongan belajar

kepada anak sudah dilakukan dengan sangat baik.Hampir semua aspek

mendapatkan skor 4 atau maksimal hanya ada 2 aspek yang diamati yang

mendapat skor 3, yaitu aspek guru memberi kesempatan anak untuk bertanya.

Hal ini dikarenakan guru kurang memberikan semangat dan dorongan kepada

anak untuk memulai bertanya apa yang ingin ditanyakan anak kepada guru. Ini

berarti skor yang diperoleh guru belum mencapai indikator keberhasilan yang

telah ditentukan karena guru masih belum melaksanakan komponen rubrik

aktivitas guru secara keseluruhan, maka berada pada kriteria baik.

Jika disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

14

12 3
6
10

8 Pertemuan 3
6 6 Petemuan 2
Pertemuan 1
4

2 0
2
0 0 0
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Gambar 4.4. Grafik Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan 3

Aspek guru mengamati anak saat melakukan pekerjaannya.Hal ini

dikarenakan guru kurang mengamati tiap – tiap anak secara teliti sehingga masih

ada beberapa anak yang tidak mengerjakan tugasnya tidak sesuai tahapan –

108
tahapan kegiatan yang dijelaskan oleh guru.Sehingga hanya ada 2 aspek yang

diamati yang mendapat skor 3, yaitu aspek guru memberi kesempatan anak

untuk bertanya. Hal ini dikarenakan guru kurang memberikan semangat dan

dorongan kepada anak untuk memulai bertanya apa yang ingin ditanyakan anak

kepada guru. Ini berarti skor yang diperoleh guru belum mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditentukan karena guru masih belum melaksanakan

komponen rubrik aktivitas guru secara keseluruhan, maka berada pada kriteria

baik Upayanya guru harus lebih memusatkan perhatiannya kepada beberapa

anak yang masih belum paham agar anak bisa memahami cara mengerjakan

tugasnya.

b) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berikut adalah data hasil observasi anak yang diamati berdasarkan hasil dari

pertemuan 3 yang dapat dipaparkan sebagai berikut :

Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 3


TA CA A SA
No. Aspek yang di Amati
F % F % F % F %
Anak memperhatikan penjelasan guru
1. 0 3 46% 6 23% 4 31%
dalam menyampaikan
Anak memperhatikan guru saat
2. mendemonstrasikan cara menjiplak 1 8% 1 8% 9 69% 2 15%
bentuk sesuai pola
Anak melaksanakan kegiatan
3. menjiplak bentuk sesuai pola secara 0 5 39% 4 31% 4 31%
mandiri
Anak menjiplak bentuk sesuai pola
4. 1 8% 4 31% 6 46% 2 15%
dengan bimbingan guru
Anak memahami kegiatan menjiplak
5. 0 4 31% 9 69% 0
bentuk sesuai pola
Presentase rata – rata Hanya 88% Anak Yang Aktif

Jumlah Klasikal 88% Sebagian Kecil Anak Aktif

Kriteria Sangat Aktif

109
Keterangan :
25 % - 43 % : Tidak Aktif (TA)
44 % - 62 % : Cukup Aktif (CA)
63 % - 81 % : Aktif (A)
82 % - 100 % : Sangat Aktif (SA)
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas anak pada pertemuan 3 ini

sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, masing – masing aspek

aktivitas anak mencapai 82 – 100% dan secara klasikal anak yang berkategori

aktif dan sangat aktif sebanyak 88% dalam pembelajaran.

Pertemuan 3 ini sudah mengalami peningkatan dan mencapai hasil dari

indikator keberhasilan yang ingin dicapai hal ini dikarenakan faktor guru saat

menjelaskan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sesuai tingkatan

perkembangan anak selain faktor dari anak yang memang sudah terbiasa terhadap

model pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga beberapa anak mulai

memahami pembelajaran tersebut.Pada pertemuan 3 sudah mulai kelihatan anak

yang aktif dan sangat aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan sudah

mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% anak masuk kategori sangat aktif.

Sehingga pada semua aspek ini anak mengalami keaktifan dan guru

mempertahankan apa yang sudah dilakukan.

Hasil observasi aktivitas anak dapat dibuat dengan lebih jelas denga grafik

rata – rata kelas dalam kegiatan pemberlajaran pertemuan 3 kegiatan menjiplak

bentuk sesuai pola menggunakan media pohon melalui modelExplicit Instruction

dan metode pemberian tugas dapat disajikan sebagai berikut :

110
Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 3

No Kriteria Jumlah Anak (F) Persentase %


1 Tidak Akif 1 8%
2 Cukup Aktif 1 8%
3 Aktif 9 70%
4 Sangat Aktif 4 31%

Jumlah 15 100%
Jumlah Anak Berkategori Sangat Aktif 4
Persentase Aktivitas Anak Secara Klasikal 31%
Kategori Penilaian Klasikal Aktif

Dari tabel hasil observasi aktivitas anak pertemuan 3 ini hanya 1 orang

yang mendapatkan skor cukup aktif dalam aspek anak menyimak dan

memperhatikan penjelasan guru dan keantusiasan anak dalam bertanya pada

kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola dikarenakan lambat dalam memahami

penjelasan guru dan hanya beberapa orang saja mendapatkan skor cukup aktif.

Hal ini dikarenakan anak masih kesulitan saat melakukan kegiatan menjiplak

bentuk sesuai pola sehingga pada pertemuan ini sudah ada peningkatan pada

setiap aspeknya namun pada pertemuan ini mencapai indikator yang telah

ditentukan.

111
140%
120% 31%
100%
62% 70%
80% 8% Pertemuan 3
31%
60% Pertemuan 2
8% 8% 46%
40% Pertemuan 1
39% 15%
20% 23%
0%
8%
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Gambar4.5. Grafik Perbandingan Hasil Observasi Anak Pada Pertemuan 1, 2,

dan 3

c) Hasil Kemampuan Anak

Berikut adalah hasil kemampuan anak dari evaluasi kegiatan pembelajaran

Tabel 4.14 Hasil Observasi Kemampuan Anak


Keterampilan motorik halus
Kriteria
Total
No Nama Anak Cepat Rapi Keberhasi
skor
lan
* ** *** **** * ** *** ****
1 Adzkia Adhya Rasya **** **** 8 MB
2 Ahmad Danish Abiyyu **** **** 8 MB
3 Elmira Fitriana **** **** 8 BSB
4 Gina Nurhana **** **** 8 BSB
5 Jihan Qanita **** **** 8 BSB
6 Kiandra Naffa Indrianti **** **** 8 BSB
7 Lathifa Salsabila **** **** 8 BSB
Muhammad Elcano
8 **** **** 8 MB
Kusnedi
Muhammad Fathan
9 *** *** **** 6 MB
Alfarisi
10 Sofiah Yuaini **** **** 8 BSB
11 Rhidika Naufal Pratama *** *** 6 BB
12 Zidane Zamir **** **** 8 MB
13 Athiya Adelia Nasywa **** **** 8 BSB
14 Bilqis Salsabila **** **** 8 BSB
15 Namira Aisyah **** **** 8 BSB

112
Keteranga naspek yang diamati :

(1) Cepat

(2) Rapi

**** : Anak berkembang sangat baik (BSB)

*** : Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH)

** : Anak sudah mulai berkembang (MB)

* : Anak belum berkembang (BB)

Berikut hasil kemampuan aspek perkembangan motorik halus anak

pertemuan 3.

Tabel 4.15 : Rekapitulasi Hasil Kemampuan anak secara klasikal aspek

perkembangan motorik halus

Menjiplak Bentuk Sesuai Pola


Penilaian Keterangan
F %
Berkembang sesuai
**** 4 15
harapan (BSH)
Berkembang
≤**** 11 84
sangat baik (BSB)
Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel diatas hasil kemampuan anak pada pertemuan 1 ini

masih belum begitu maksimal. Dapat dilihat dari jumlah anak 15 orang 4 orang

yang memperoleh nilai bintang 3 dan 11 orang anak mendapatkan bintang 4,

berkembang sangat baik sekitar 15%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

dengan model Explicit Instructiondan metode pemberian tugas ini dapat

meningkatkan kemampuan anak

113
Dari tabel diatas maka dapat kita lihat bahwa masih banyak anak yang

belum berkembang sangat baik dengan capaian yaitu 84% dan hanya 15% saja

yang berhasil berkembang sesuai harapan dengan capaian perkembangan.

100%
80% 84%
60% 62% 62%
Pertemuan 1
40% 38%
Pertemuan 2
20%
15% Pertemuan 3
0%
Belum Mulai Berkembang Berkembang
Berkembang Berkembang Sesuai Harapan Sangat Baik

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Anak Pada Pertemuan 1,

2, dan 3

3. Refleksi

Refleksi tindakan pertemuan 3

Setelah pelaksanaan tindakan pada pertemuan 3 ini maka diperoleh hal –

hal sebagai berikut :

a) Aktivitas guru diatas menunjukkan bahwa semua aspek sudah

terlaksana dengan baik, dalam memberikan motivasi dan dorongan

belajar kepada anak sudah dilakukan dengan sangat baik. Hampir

semua aspek mendapatkan skor 4 atau maksimal hanya ada 2 aspek

yang diamati yang mendapat skor 3, yaitu aspek guru memberi

pertanyaan pancingan. Hal ini dikarenakan guru kurang memberikan

kalimat yang memancing untuk anak untuk memulai bertanya apa yang

tidak dipahami anak kepada guru. Ini berarti skor yang diperoleh guru

belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan karena

114
guru masih belum melaksanakan komponen rubrik aktivitas guru

secara keseluruhan, maka berada pada kriteria baik.

Aspek guru membimbing anak melaksanakan kegiatan menjiplak

bentuk sesuai pola.Hal ini dikarenakan guru kurang membimbing tiap –

tiap anak secara teliti sehingga masih ada beberapa anak yang tidak

mengerjakan tugasnya tidak sesuai tahapan – tahapan kegiatan yang

dijelaskan oleh guru. Upayanya guru harus lebih memusatkan

perhatiannya kepada beberapa anak yang masih belum paham agar anak

bisa memahami cara mengerjakan tugasnya.

b) Aktifitas anak pada kemampuan menjiplak bentuk sesuai pola melalui

model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas pada anak

kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin. Aktivitas anak pada

pertemuan 3 mencapai hasil penilaian hampir seluruh anak aktif

mencapai 88%. Hasil pada pertemuan ini sudah mengalami

peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Hampir semua aspek

aktivitas anak yang diamati sudah terlaksana dengan baik

c) Hasil perkembangan anak di kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin

pada kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola melalui model Explicit

Instruction dan metode pemberian tugas pada pertemuan 3 ini, hasil

yang diperoleh adalah sebagai berikut 11 orang anak mendapatkan

bintang empat (****) dan 2 orang anak mendapatkan bintang 3 (***)

dan tidaka ada anak yang mendapatkan bintang dua (**) dan satu (*)

sedangkan secara klasikal dapat dicapai sebagai berikut : 15% dari

115
keseluruhan anak berkembang sangat baik (BSB) dan 84% dari semua

anak berkembang sesuai harapan (BSH). Dari data diatas menunjukkan

dalam menjiplak bentuk sesuai pola sudah mencapai hasil yang

diinginkan. Maka dengan demikian dapat diketahuibahwa dengan

model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas dapat

meningkatkan kemampuan anak.

Peningkatan Aktivitas Guru juga dapat dilihat pada grafik berikut :

Kecenderungan Aktivitas Guru


35
32
30

25
23
20
18 aktivitas guru
15
aktivitas guru
10

0
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

Gambar 4.7.Grafik Kecenderungan Aktivitas Guru

Kecenderungan Aktivitas Anak


100%
88%
80%

60%
56%
40% 38% aktivitas anak
20%

0%
pertemuan pertemuan pertemuan
1 2 3

Gambar 4.8.Grafik Kecenderungan Aktivitas Anak

116
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan

dilaksanakan tersebut maka hipotesis yang berbunyi “jika pembelajaran

menggunakan model explicit instruction dan metode pemberian tugas

maka kemampuan anak dalam menjiplak bentuk sesuai pola pada anak

kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin akan berkembang” dapat

diterima.

I. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan

sebanyak 3 kali pertemuan, yang terdiri dari pertemuan 1, pertemuan 2,

dan pertemuan 3. Dari semua kegiatan yang dilakukan peneliti, maka dapat

dirangkum hasil penelitian berupa aspek – aspek yang diteliti yaitu

aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil perkembangan motorik halus anak

dalam menjiplak bentuk sesuai pola menggunakan kombinasi model

Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas pada proses belajar

mengajar pada pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3. Adapun

hasilnya diuraikan sebagai berikut :

1. Aktivitas guru

Penggunaan model pembelajaran Explicit Instruction dan metode

pemberian tugas dalam kegiatan pembelajaran guna meningkatkan aspek

motorik halus anak dalam menjiplak bentuk sesuai pola melalui model

Explicit Instruction dan metode pemberian tugas pada anak kelompok A

TK Mawaddah Banjarmasin sudah mampu meningkatkan aktivitas guru

117
dalam pengelolaan pembelajaran. Pada pertemuan 1 aktivitas guru dalam

menjalankan langkah – langkah kombinasi model Explicit Instruction dan

metode Pemberian Tugastelah memperoleh skor 18 dengan hasil yang

(cukup baik), pertemuan 2 aktivitas guru dalam melaksanakan langkah –

langkah kombinasi model Explicit Instruction dan metode Pemberian

Tugasmengalami peningkatan, karena guru sudah berhasil dalam

melaksanakan beberapa langkah – langkah kombinasi model Explicit

Instruction dan metode Pemberian Tugas yaitu memperoleh skor

23dengan hasil yang (baik), dan pertemuan 3 aktivitas guru dalam

melaksanakan langkah – langkah kombinasi model Explicit Instruction

dan metode Pemberian Tugas mengalami peningkatan, karena guru sudah

berhasil dalam melaksanakan semua langkah – langkah kombinasi model

Explicit Instruction dan metode Pemberian Tugas yaitu memperoleh skor

30 dengan hasil yang (sangat baik).

(tambahan) Meningkatnya aktivitas guru dari pertemuan ke

pertemuan juga disebabkan karena guru terus merefleksi apa saja

kekurangan-kekurangan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dan juga

guru melakukan pembelajaran dengan cara belajar sambil bermain sesuai

dengan pendapat Lestari (2012:11) masa bermain adalah masa yang

sangatlah disenangi oleh anak. Dengan bermain anak akan mempunyai

semangat untuk belajar. Anak dapat bermain sambil berkreativitas.

Bermain bagi seorang anak memang bukan hanya sekedar mengisi waktu,

118
tetapi media bagi anak dalam belajar. Sebab bermain memiliki nilai positif

dalam perkembangan anak.

Selain itu guru juga memfasilitasi anak dengan menyediakan media

ajar agar memudahkan anak untuk memahami suatu pelajaran seperti

pendapat dari Syamsu (2011:60) sesuai dengan perkembangan fisik atau

motorik anak yang sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan,

maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara

fungsional.

Selain itu anak juga perlu adanya motivasi dari guru baik itu motivasi

ektrinsik maupun motivasi intrinsik dengan tujuan anak lebih bersemangat

lagi untuk mengikuti pembelajaran seperti pendapat Ridwan (2016:49)

motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta

didik atau individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang peserta

didik tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan

dalam belajar. Ada dua jenis motivasi yakni motivasi ekstrinsik yaitu

motivasi dari luar diri anak seperti sebuah imbalan ketika anak berhasil

melakukan sesuatu misalkan mendaptkan bintang dan motivasi intrinsik

yaitu berasal dalam diri anak sendiri misalkan anak mempelajari ilmu

pengetahuan alam karena dia menyenangi pelajaran tersebut.

Dalam mengajar guru juga harus memiliki kepribadian yang baik

dalam mengajari anak-anaknya di kelas mampu membimbing peserta

didiknya menjadi orang yang lebih baik dan mampu membantu anak

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak seperti pendapat Hamalik

119
(2013:120) guru bertugas memberikan pengajaran kepada peserta didik

dan menyampaikan pembelajaran dengan baik agar peserta didik

memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.

Selain itu guru berkewajiban membantu anak untuk memecahkan masalah

yang dihadapi oleh peserta didik.

Guru juga menciptakan suasana nyaman bagi anak dan guru juga harus

bisa memahami tentang pebedaan setiap anak didik yang diberikan

pembelajaran agar pembelajaran bisa tercapai menurut Djamarah

(2000:91) perbedaan individual dalam bidang intelektual ini perlu guru

ketahui dan pahami pahami, terutama dalam hubungannya dengan

pengelompokkan dengan anak yang kecerdasannya setingkat dengannya,

tetapi perlu dimasukkan ke dalam kelompok anak yang cerdas. Dengan

harapan agar anak yang kurang cerdas itu terpacu untuk lebih kreatif, ikut

terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam bekerja sama dengan

kawan-kawan sekelompok dengannya.

Selain itu anak juga perlu adanya motivasi dari guru baik itu motivasi

ektrinsik maupun motivasi intrinsik dengan tujuan anak lebih bersemangat

lagi untuk mengikuti pembelajaran seperti pendapat Ridwan (2016:49)

motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta

didik atau individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang peserta

didik tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan

dalam belajar. Ada dua jenis motivasi yakni motivasi ekstrinsik yaitu

motivasi dari luar diri anak seperti sebuah imbalan ketika anak berhasil

120
melakukan sesuatu misalkan mendaptkan bintang dan motivasi intrinsik

yaitu berasal dalam diri anak sendiri misalkan anak mempelajari ilmu

pengetahuan alam karena dia menyenangi pelajaran tersebut.

Dalam mengajar guru juga harus memiliki kepribadian yang baik

dalam mengajari anak-anaknya di kelas mampu membimbing peserta

didiknya menjadi orang yang lebih baik dan mampu membantu anak

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak seperti pendapat Oemar

(2013:120) guru bertugas memberikan pengajaran kepada peserta didik

dan menyampaikan pembelajaran dengan baik agar peserta didik

memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.

Selain itu guru berkewajiban membantu anak untuk memecahkan masalah

yang dihadapi oleh peserta didik.

Meningkatnya aktivitas guru dari pertemuan ke pertemuan juga

disebabkan karena guru terus merefleksi apa saja kekurangan-kekurangan

pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dan juga guru melakukan

pembelajaran dengan cara belajar sambil bermain sesuai dengan pendapat

Lestari (2012:11) masa bermain adalah masa yang sangatlah disenangi

oleh anak. Dengan bermain anak akan mempunyai semangat untuk belajar.

Anak dapat bermain sambil berkreativitas. Bermain bagi seorang anak

memang bukan hanya sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak

dalam belajar. Sebab bermain memiliki nilai positif dalam perkembangan

anak.

121
Selain itu guru juga memfasilitasi anak dengan menyediakan media

ajar agar memudahkan anak untuk memahami suatu pelajaran seperti

pendapat dari Syamsu (2011:60) sesuai dengan perkembangan fisik atau

motorik anak yang sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan,

maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara

fungsional.

Selain itu anak juga perlu adanya motivasi dari guru baik itu motivasi

ektrinsik maupun motivasi intrinsik dengan tujuan anak lebih bersemangat

lagi untuk mengikuti pembelajaran seperti pendapat Ridwan (2016:49)

motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta

didik atau individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang peserta

didik tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan

dalam belajar. Ada dua jenis motivasi yakni motivasi ekstrinsik yaitu

motivasi dari luar diri anak seperti sebuah imbalan ketika anak berhasil

melakukan sesuatu misalkan mendaptkan bintang dan motivasi intrinsik

yaitu berasal dalam diri anak sendiri misalkan anak mempelajari ilmu

pengetahuan alam karena dia menyenangi pelajaran tersebut.

Dalam mengajar guru juga harus memiliki kepribadian yang baik

dalam mengajari anak-anaknya di kelas mampu membimbing peserta

didiknya menjadi orang yang lebih baik dan mampu membantu anak

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak seperti pendapat Hamalik

(2013:120) guru bertugas memberikan pengajaran kepada peserta didik

dan menyampaikan pembelajaran dengan baik agar peserta didik

122
memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.

Selain itu guru berkewajiban membantu anak untuk memecahkan masalah

yang dihadapi oleh peseta didik.

Guru juga menciptakan suasana nyaman bagi anak dan guru juga harus

bisa memahami tentang pebedaan setiap anak didik yang diberikan

pembelajaran agar pembelajaran bisa tercapai menurut Djamarah

(2000:91) perbedaan individual dalam bidang intelektual ini perlu guru

ketahui dan pahami pahami, terutama dalam hubungannya dengan

pengelompokkan dengan anak yang kecerdasannya setingkat dengannya,

tetapi perlu dimasukkan ke dalam kelompok anak yang cerdas. Dengan

harapan agar anak yang kurang cerdas itu terpacu untuk lebih kreatif, ikut

terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam bekerja sama dengan

kawan-kawan sekelompok dengannya.

Selain itu anak juga perlu adanya motivasi dari guru baik itu motivasi

ektrinsik maupun motivasi intrinsik dengan tujuan anak lebih bersemangat

lagi untuk mengikuti pembelajaran seperti pendapat Ridwan (2016:49)

motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta

didik atau individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang peserta

didik tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan

dalam belajar. Ada dua jenis motivasi yakni motivasi ekstrinsik yaitu

motivasi dari luar diri anak seperti sebuah imbalan ketika anak berhasil

melakukan sesuatu misalkan mendaptkan bintang dan motivasi intrinsik

123
yaitu berasal dalam diri anak sendiri misalkan anak mempelajari ilmu

pengetahuan alam karena dia menyenangi pelajaran tersebut.

Dalam mengajar guru juga harus memiliki kepribadian yang baik

dalam mengajari anak-anaknya di kelas mampu membimbing peserta

didiknya menjadi orang yang lebih baik dan mampu membantu anak

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak seperti pendapat Oemar

(2013:120) guru bertugas memberikan pengajaran kepada peserta didik

dan menyampaikan pembelajaran dengan baik agar peserta didik

memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.

Selain itu guru berkewajiban membantu anak untuk memecahkan masalah

yang dihadapi oleh peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran di PAUD di dasarkan atas pelaksanaan

pendidikan dalam mengorganisasi dan manajemen pembelajaran seperti

pelaksanaan pembelajaran, pengadaan, dan pembinaan tenaga ahli,

tersedianya lingkungan sebagai sumber belajar serta pengembangan dan

penataan kebijakan, hal ini dapat juga menyediakan sarana dan prasarana

yang mendukung dalam kepentingan belajar dan bermain pada anak usia

dini (Mulyasa, 2012:162).

Kegiatan belajar mengajar seorang pendidik akan mencapai tujuan

apabila adanya satu pembaharuanpendidikan yang bertujuan untuk

mewujudkan proses dan hasil pendidikan di Taman Kanak – Kanak yang

lebih bermutu, dengan adanya pembaharuan pendidikan di Taman Kanak –

Kanak dan sekaligus untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang termasuk

124
dalam pembaharuan pendidikan di Taman Kanak – Kanak dengan adanya

suatu strategi atau cara baru yang lebih sesuai dengan kondisi dan tuntutan

perkembangananak, sepertisepertidikembangkannya PAKEM

(Pembelajaran, Aktif, Kreatif dan Menyenangkan) (Solehuddin, 2012:15).

Keberhasilan suatu sistem pembelajaran guru merupakan komponen

yang menentukan.Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara

berhadapan dengan anak.Didalam sistem pembelajaran guru bisa berperan

sebagai rencana atau desainer pembelajaran, sebagai implementator dan atau

mungkin keduanya.Sebagai peencana guru ditunut untuk memahami secara

benar kurikulum yang berlaku, karakteristik anak, fasilitas dan daya yang

ada sehingga semuanya dijadikan komponen – komponen dalam menyusun

rencana dan desain pembelajaran (Sanjaya, 2009:15).

Tujuan pendidikan dan tenaga kependidikan yang utama

menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.Untuk itu, antar

pendidik/guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan

peningkatan kualitas pembelajaran secara terus – menerus. Pada saat

menerapkan suatu tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil maka ia harus

menggunakan pertimbangan dan tanggung jawab profesionalnya dalam

mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran. Prinsip utama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan

sebagai cara berkelanjutan secara pertemuan sampai terjadinya peningkatan

atau keseluruhan sistem, proses, hasil, dan sebagainya (Arikunto, 2012:18).

125
Menurut Sanjaya (2015:36), guru – guru yang jreatif dan inovatif

dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar anak, secara langsung

akan membantu sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

pendidikan untuk mendidik anak usia dini.

Menurut Masjuni(2008: 74) peranan dan tugas guru seharusnya dipilih

dan ditetapkan sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena

itu guru harus memahami betul peranannya dalam proses belajar mengajar

yang bersifat majemuk, artinya peran guru tidak hanya satu tetapi lebih dari

satu (Hutasoit, 2014 online)

Berdasarkan hasil skor aktivitas yang diperoleh guru diatas sangat

jelas bahwa proses pembelajaran menggunakan model Explicit Instruction

dan metode pemberian tugas menunjukkan hasil yang sangat bagus dalam

setiap kali pertemuan mulai dari pertemuan 1, 2, dan 3

Dalam mengajar guru juga harus memiliki kepribadian yang baik

dalam mengajari anak-anaknya di kelas mampu membimbing peserta

didiknya menjadi orang yang lebih baik dan mampu membantu anak

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak seperti pendapat Hamalik

(2013:120) guru bertugas memberikan pengajaran kepada peserta didik dan

menyampaikan pembelajaran dengan baik agar peserta didik memahami

dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru

berkewajiban membantu anak untuk memecahkan masalah yang dihadapi

oleh peseta didik.

126
Guru juga menciptakan suasana nyaman bagi anak dan guru juga

harus bisa memahami tentang pebedaan setiap anak didik yang diberikan

pembelajaran agar pembelajaran bisa tercapai menurut Djamarah (2000:91)

perbedaan individual dalam bidang intelektual iniperlu guru

ketahuidanpahami, terutamadalamhubungannyadengan pengelompokkan

dengan anak yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu

dimasukkan ke dalam kelompok anak yang cerdas. Dengan harapan agar

anak yang kurang cerdas itu terpacu untuk lebih kreatif, ikut terlibat

langsung dengan motivasi yang tinggi dalam bekerja sama dengan kawan-

kawan sekelompok dengannya.

Dalam mengajar guru juga harus memiliki kepribadian yang baik

dalam mengajari anak-anaknya di kelas mampu membimbing peserta

didiknya menjadi orang yang lebih baik dan mampu membantu anak

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak seperti pendapat Oemar

(2013:120) guru bertugas memberikan pengajaran kepada peserta didik dan

menyampaikan pembelajaran dengan baik agar peserta didik memahami

dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru

berkewajiban membantu anak untuk memecahkan masalah yang dihadapi

oleh peserta didik.

Hasil penelitian yang saya lakukan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti-peniliti sebelumnya seperti :

Penelitian oleh Jannatul An-Najm (2015) upaya mengembangkan

aspek motorik halus menempel gambar dengan tepat (membuat kolase)

127
menggunakan kombinasi model explicit instruction dan metode pemberian

tugas pada anak kelompok B di Tk Barunawati Banjarmasin Barat pada

siklus I pertemuan pertama memperoleh skor 19 dengan kategori baik dan

siklus IIpertemuan kedua meningkat skor 26 dengan kategori “sangat baik”.

Penelitian Dahliana Rofiqah (2015) dengan judul upaya

mengembangkan aspek motorik halus menempel gambar dengan tepat

(teknik mozaik dengan berbagai bahan) menggunakan variasi model

demonstrasidan metode pemberian tugas pada anak kelompok B di Tk

Aisyiyah 1 Banjarmasin memperoleh presentase 58% dengan kategori

cukup aktif dan meningkat pada Siklus II aktivitas anak mencapai

presentase 89% dengan kategori sangat aktif.

Penelitian Sri Widayati (2015). Upaya melakukan kemampuan

motorik kasar dengan melakukan gerakan melompat dan meloncat secara

terkoordinasi melalui model pembelajaran langsung (explicit instruction)

pada anak kelompok A di TK Hunafaa Banjarmasin. Berdasarkan hasil

perkembangan anak pada Siklus I memperoleh presentase 60% dan

meningkat pada Siklus II mencapai presentase 93% terjadi peningkatan hasil

pengembangan motorik kasar anak pada Siklus II.

Penelitian Latifah Noor (2017) dengan judul upaya mengembangkan

meniru bentuk (menganyam) menggunakan kombinasi model direct

instruction dan metode drill melalui media kertas pada anak kelompok B Tk

Aisyiah 31 Banjarmasin mencapai hasil optimal pada akhir siklus I aktivitas

128
guru mendapatkan skor 21 dan meningkat pada akhir siklus II skor 28

“sangat baik”.

Penelitian Najemi Khairunnisa (2015) dengan judul mengembangkan

aspek motorik halus (menggunting dan menempel sesuai pola) melalui

model direct instruction dengan metode demonstrasi pada anak kelompok B

Tk Nurul Huda Banjarmasin mencapai hasil optimal pada akhir siklus I

aktivitas guru mendapatkan skor 28 dan meningkat pada akhir siklus II skor

32.

2. Aktivitas anak

Aktivitas anak selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan anak untuk belajar. Aktivitas anak merupakan

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan

– kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah paa proses

belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas,

dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan anak lain,

serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Kegiatan pembelajaran menggunakan model Explicit Instruction dan

metode pemberian tugas dalam menjiplak bentuk sesuai pola mendapatk

respon yang positif dari anak.Hal ini ditunjukkan dari aktivitas belajar anak

yang selalu meningkat dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru.

Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa aktivitas anak

dari setiap pertemuan terjadi peningkatan pada pertemuan 1 perolehan

129
keaktifan anak dalam anak 25%. Namun demikian terjadi peningkatan pada

pertemuan 2 aktivitas anak meningkat dengan perolean prsentasi 56%

keaktifan dan dalam kesiapan anak melakukan kegiatan, menyimak dan

memperhatikan penjelasan guru, bersemangat dalam menjiplak bentuk

sesuai pola, antusias anak dalam kegiatan menjiplak serta anak terampil

dalam menjiplak. Dan pada pertemuan 3 terjadi peningkatan yang sangat

signifikan dengan perolehan presentasi 88%.

Aktivitas anak dari pertemuan 1 hingga pertemuan 3 memperlihatkan

peningkatan yang signifikan pada aktivitas anak dalam kemampuan

menjiplak bentuk sesuai pola.Peningkatan terjadi karena diterapkannya

penggunaan langkah – langkah kombinasi model Explicit Instruction dan

metode Pemberian Tugas dengan kegiatan menjiplak bentuk sesuai pola

pada anak kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin.

Menurut Dewey dalam Sukardjo (2015:14), tujuan pendidikan adalah

mengembangkan seluruh potensi yang di miliki oleh peserta didik sehingga

dapat berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat

melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif,

ilmiah, dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat

mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan,

kemauan, dan kehalusan budi pekerti.

130
a. Hasil Kemampuan Motorik Halus Anak

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Slameto merumuskan pengertian belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2010: 12-13).

Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang

dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri indivdu

dan faktor dari luar individu. Clark (sabri :2005) mendukung hal tersebut

dengan menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Berdasarkan data hasil penelitian aspek perkembangan motorik halus

anak dalam upaya motorik halus dalam menjiplak bentuk sesuai pola

melalui model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas pada anak

kelompok A TK Mawaddah Banjarmasin yang diperoleh dalam penelitian

ini keberhasilan rata – rata pada pertemuan 1 dengan perolehan (***) atau

BSH dan peningkatan terjadi pada pertemuan 2 dengan mendapat (***) atau

BSH dan (****) atau BSB dan pada pertemuan 3 menunjukkan hasil yang

sangat memuaskan yaitu 13 orang anak, 2 anak BSH mendapat (***) dan 11

orang anak BSB (****).

Hakikat pembelajaran anak usia dini mengutamakan belajar sambil

bermain dan berorientasi pada perkembangan sehingga memberi

kesempatan pada anak untuk aktif melakukan kegiatan belajar dan

131
mengembangkan aspek perkembangan. Keberhasilan proses pembelajaran

anak usia dini ditandai dengan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan

anak usia dini secara optimal. Selain itu, hasil pembelajaran yang mampu

menjadi jembatan bagi anak usia dini dengan lingkungan dan perkembangan

selanjutnya juga merupakan bukti keberhasilan pembelajaran di TK

(Masitoh, 2011).

132
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Upaya

Mengembangkan Kemampuanan Aspek Motorik Halus Anak

1. Aktivitas guru dalam melaksanakan langkah – langkah kegiatan dalam

menjiplak bentuk sesuai pola melalui model Explicit Instruction dan

metode pemberian tugas anak kelompok A di TK Mawaddah

Banjarmasin, terlaksana dengan kriteria “Sangat Baik”

2. Aktivitas anak dalam proses pembelajaran melakukan kegiatan dalam

menjiplak bentuk sesuai pola melalui model Explicit Instruction dan

metode pemberian tugas anak kelompok A di TK Mawaddah

Banjarmasin mengalami perkembangan dengan kriteria “Sangat Aktif”

3. Pada hasil capaian perkembangan motorik halus anak dalam menjiplak

bentuk sesuai pola melalui model Explicit Instruction dan metode

pemberian tugas anak kelompok A di TK Mawaddah Banjarmasin sesuai

dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu dengan kriteria

“Berkembang Sangat Baik”

126
B. Saran-Saran

1. Bagi kepala sekolah diharapkan hasil penelitian ini akan mendorong

dan mendukung kepala sekolah dalam memberikan motivasi kepada

guru agar menggunakan model, metode yang dapat meningkatkan

semangat mengajar dan kemampuan profesionalnya, sehingga terjadi

perbaikan dalam proses dan hasil perkembangan anak. Dapat dijadikan

bahan acuan untuk dapat memilih model dan metode yang lebih sesuai

dengan masa perkembangan anak, serta disarankan untuk menerapkan

kombinasi model Explicit Instruction dan metode pemberian tugas.

2. Bagi guruhasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk dapat

memilih model, metode dan kegiatan bermain yang sesuai dengan

masa perkembangan anak, serta disarankan untuk menerapkan model

Explicit Instruction dan metode pemberian tugas.

3. Peneliti lain dapat memberikan wawasan keilmuan untuk

mengembangkan bukan hanya aspek motorik halus tetapi juga aspek

lain yang mungkin dapat digunakan melalui metode bermain

ataupunmetode-metode yang lain.

127
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. (2012). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak


Usia Dini. Tangerang Selatan.Universitas Terbuka

Abdullah, Sani Ridwan. (2016). Inovasi Pembelajaran.Jakarta. Sinar Grafika


Offset.

Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta. PT Bumi Aksara

Aris Shoimin. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum


2013.Yogyakarta. Ar-Ruzz Media

Aslamiah.(2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: Program S1


PGSD Universitas Lambung Mangkurat.

Djamarah Syaiful. B (2011).Psikologi Belajar. Banjarmasin. PT Rineka Cipta.

Danim Sudarwan. (2013). Karya Tulis Inovatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Depdikas RI, (2004). Buletin PAUD (Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini Edisi 03
Desember 2002), Jakarta.

Depdiknas.(2006).Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta.

Gunarso, D. Singgih. (2006). Dasar dan eoari Perkembangan Anak, Jakarta: BPK
Bunung Mulia.

Hari, Soetjiningsih Cristina. (2012). Perkembangan Anak.Jakarta. Prenada

Hamalik, Oemar. (2013). Proses Belajar Mengajar.Jakarta. PT Bumi Aksara

Hasan Maimunah. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta. Dina Press

Isjoni. (2014). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung : Alfabeta

Juni, Priansa Danni. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran.
Bandung. Alfabeta

Kasbolah, Kasihani & Sukamyana, Wayan,I. (2012). Penelitian Tindakan


Kelas.Malang : Universitas Negeri Malang.

128
Kunandar.(2013). Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi
Guru.Bandung : Refika Aditama.

Kurniasih Imas. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk


Peningkatan Profesionalitas Guru.Kata Pena.

Latif, Muchtar. (2014). Orientasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.

Masitoh, dkk. (2004). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta. PT


Rineka Cipta.

Mulyasa, H.E. (2012). Manajemen PAUD. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. (2014). Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta : Bumi Aksara.

Noor, Juliansyah. (2012). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi, Dan


Karya Ilmiah.Jakarta : Kencana.

Pamadhi,Hajar. (2014). Seni Keterampilan Anak. Tangerang Selatan. Universitas


Terbuka

Sanjaya Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Pranamedia Grup

Shoimin Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum


2013.Yogyakarta. Ar-Ruzz Media

Slameto, (2010).BelajarDan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Suharsimi, dkk.(2006).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Suharsimi, dkk.(2011).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Sujiono Bambang dkk.(2015). Metode Pengembangan Fisik.Jakarta. Universitas


Terbuka

Susanto Ahmad. (2015). Bimbingan dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak.


Jakarta. Prenadamedia Group

Suriansyah, Ahmad & Aslamiah. (2011). Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini.
Banjarmasin : Comdes.

Suriansyah, Ahmad. (2015). Panduan Penulisan Karya Ilmiah.Banjarmasin:


Remaja Rosdakarya Offset

129
Supardi dan Suahrmono.(2011). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Andi Offset

Suyono dan Hariyanto.(2011). Belajar dan Pembelajaran.Bandung : Remaja


Rosadakarya Offset.

Syaefudin, Sa’ud Udin. (2015). Inovasi Pendidikan.Bandung. Alfabeta.

Tohirin.(2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan


Konseling.Jakarta. PT RajaGrafondo Persada.

Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan


Implementasi Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)..
Jakarta : Bumi Aksara.

Uyu Wahyudin. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung. PT


Refika Aditama

Yuliani, Nurani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta. PT
Indeks

Yuliani, Nurani Sujiono. (2013). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan.Jakarta.


PT Indeks.

Yun, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.

Yun, Anita. (2012). Penilaian Perkembangan Belajar Taman Kanak –


Kanak.Jakarta : Kencana.

Yun, Anita (2014). Model Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta : Kencana.

Yusuf, Syamsul, Sugandi, M. Nani. (2014). Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

130

Anda mungkin juga menyukai