Anda di halaman 1dari 89

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM

PEMBELAJARAN KONSEP ENERGI DAN PERUBAHANNYA


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR

Cucu Nur’aqidah
1008678

ABSTRAK

Latar belakang masalah dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa


permasalahan yang dialami siswa pada saat pembelajaran. Permasalahan tersebut
adalah siswa kurang mampu menguasai konsep pembelajaran, kerja sama antar
siswa masih kurang baik dan keterampilan proses IPA seperti dalam aspek
mengomunikasikan, siswa cenderung pasif. Permasalahan tersebut menyebabkan
pembelajaran tidak bermakna sehingga hasil belajar siswa tidak memuaskan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa, aktivitas dan
hasil belajar siswa pada saat pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
keterampilan dasar yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah IPA.
Penelitian ini difokuskan pada situasi kelas yang lebih di kenal dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang masing-masing
terdiri dari tiga tindakan, meliputi perencanaan, tindakan, observasi, analisis dan
refleksi. Adapun subyek penelitian adalah sebanyak 30 orang siswa. Beberapa
temuan dalam penelitian ini adalah siswa kesulitan dalam menggunakan alat
percobaan diantaranya siswa kurang mampu meggunakan alat dan memanipulasi
alat dengan baik, siswa sulit berkonsentrasi, dalam mengomunikasikan siswa
kesulitan memilih bahasa yang tepat untuk menyimpulkan hasil percobaan, siswa
kurang percaya diri dalam memresentasikan, dalam bekerja sama ada siswa
cenderung pasif. Dengan mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut akhirnya aktivitas
siswa berubah menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar
siswa meningkat di setiap tindakannya, berdasarkan evaluasi siswa yang didapat
dengan nilai rata-rata pada siklus I 71,2 , siklus II 79,2, siklus III 84,1. Secara
keseluruhan hasil belajar siswa meningkat, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan keterampilan proses adalah salah satu cara untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam penerapan pendekatan
keterampilan proses disarankan agar guru memahami kemampuan siswa terlebih
dahulu, dalam memilih alat peraga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
tingkat kematangan dan kemampuan siswa, dan memberikan pengarahan dalam
pembelajaran.

1
2

Kata kunci : pendekatan keterampilan proses, aktifitas belajar, hasil belajar,

energi dan perubahannya.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

menuntut manusia untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku guna

mengimbangi perubahan yang terjadi di dunia yang semakin mengglobal.

Perkembangan teknologi dalam era globalisasi tersebut menuntut adanya

perkembangan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek

pendidikan. Karena pendidikan memegang peranan penting dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mencakup

pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi aspek

moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan

dan seni. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola dengan baik, baik

secara kualitas maupun kuantitas.

Pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada situasi yang

perlu mendapatkan penanganan secepatnya, diantaranya dengan mengaitkan

antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan Indonesia

sehingga antara pendidikan dan kebutuhan hidup menjadi seimbang. Maka

dari itu, dalam aspek pendidikan diperlukan adanya perbaikan di dalam cara
3

penyampaian bahan ajar agar terwujud masyarakat yang lebih maju dan lebih

berpotensi.

Secara yuridis dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”.
4

Apabila kita cermati pengertian pendidikan di atas, ada hal penting

yang harus menjadi acuan untuk menciptakan produk pendidikan (output)

yang mampu bersaing. Jadi orientasi ideal dari proses pendidikan ini adalah

memiliki kecakapan (kompetensi) pribadi yang dapat menjadi modal dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya di masa yang akan datang.

Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan formal yang

harus ditempuh siswa juga dituntut untuk mengalami perkembangan sesuai

dengan tuntutan yang diperlukan dalam era globalisasi. Menurut

Sukmadinata (Diana, 2008:1) menyatakan bahwa ada tiga fungsi penting dari

penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar (SD), yaitu:

1. Penyelenggaraan Sekolah Dasar ditujukan untuk mengembangkan


kepribadian siswa. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan
formal pertama yang memiliki tugas untuk memberikan dasar-dasar
yang kuat bagi pembentukan kepribadian, pengembangan fisik, moral,
sikap dan nilai serta pengembangan potensi dan kemampuan-
kemampuan dasar bagi pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
pribadi siswa.
2. Sekolah Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan potensi
kemampuan untuk menjalin hubungan dan bekerja sama dalam
masyarakat. Lulusan sekolah dasar merupakan calon warga
masyarakat dewasa yang harus mampu berinteraksi, menjalin
hubungan kerjasama dengan sesamanya dan mematuhi aturan nilai-
nilai di lingkungannya.
3. Penyelenggaraan sekolah dasar adalah menyiapkan siswa untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya.

Pendidikan dasar memiliki peran penting dalam pendidikan formal

yang diberikan pada anak mulai dari usia sekitar 3 tahun sampai 12 tahun.

Penyelenggaraan pendidikan di SD hendaknya bertujuan untuk memberikan


5

pengalaman yang dapat membangun kepribadian siswa sebagai landasan

untuk belajar pada jenjang-jenjang berikutnya, karena keberhasilan belajar

dan tinggi rendahnya kualitas pendidikan pada jenjang sekolah menengah

akan sangat ditentukan oleh pendidikan dasar.

Salah satu mata pelajaran inti yang diberikan dalam pendidikan formal

mulai dari jenjang pendidikan dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pendidikan IPA di SD secara umum memiliki konsep dasar yang sama

dengan penyelenggaraan pendidikan IPA pada jenjang pendidikan lain.

Menurut standar isi kurikulum 2006 yang dirumuskan dalam

PERMEN No. 22 tahun 2006, Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa


berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adapun isi kurikulum IPA SD di Indonesia dirumuskan dalam

PERMEN No.22 tahun 2006 tentang standar isi. Dalam PERMEN 22 tahun
6

2006 dirumuskan Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI yang

meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,


tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.

Keempat ruang lingkup tersebut dijabarkan menjadi standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa mulai dari kelas

1 sampai kelas 6. Dalam kurikulum 2006 “Pembelajaran IPA di SD/MI

menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah” (BNSP, 2006 : 12).

Melihat definisi pembelajaran IPA tersebut, maka terdapat tiga aspek

didalamnya, yakni ; pengalaman langsung memberi kesempatan kepada anak

untuk berinteraksi dengan benda atau pengalaman konkret, pengembangan

keterampilan proses dalam memperoleh pengetahuan IPA memberikan

kesempatan kepada anak untuk meningkatkan kreativitas dan berbagai

kompetensi yang dimilikinya kepada aplikasi pengetahuan IPA yang

diperoleh anak.

Menurut Sulistyorini (2007: 9) mengatakan, ’Pada hakikatnya, IPA

dapat dipandang dari segi produk, proses, dan pengembangan sikap ilmiah’.

Hal ini berarti, IPA memiliki dimensi produk, proses, dan sikap yang saling

berkaitan. Di dalam IPA, hasil belajar yang merupakan produk IPA didapat
7

melalui keterampilan proses. Adapun keterampilan proses diantaranya,

Mengamati, mengklasifikasi, meramalkan, menginterpretasi, menerapkan

konsep, merencanakan percobaan dan mengkomunikasikan.

Salah satu materi IPA di SD yang memerlukan proses ilmiah yang

terdiri dari prosedur empirik dan prosedur analitik terdapat pada konsep

energi dan perubahannya. Pada kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran

tentang konsep energi dan perubahannya di kelas IV SD difokuskan kepada

pengertian energi, sumber - sumber energi dalam kehidupan sehari-hari, dan

model-model perubahan energi. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh

manusia tidak ada yang lepas dari konsep energi. Karena tanpa adanya energi

kita tidak bisa melakukan segala aktivitas yang akan kita lakukan sehari-

sehari.

Menurut Piaget (Iskandar, 1997:22), ”Perkembangan kognitif

menyatakan bahwa proses dan perkembangan belajar anak SD memiliki

kecenderungan beranjak dari hal konkret, memandang sesuatu yang

dipelajarinya sebagai keutuhan, terpadu, dan melalui proses manipulative”.

Oleh karena itu, pembelajaran IPA yang sesuai adalah pembelajaran yang

sesuai antara situasi belajar dengan situasi kehidupan nyata pada lingkungan

anak. Menurut Ausebel (Dahar, 1996 : 113), ”belajar bermakna merupakan

suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan

yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Jadi pembelajaran akan

bermakna apabila ditunjang dengan media yang bervariasi.


8

Namun dalam kenyataan di SDN Neglasari 01 baik dari hasil

observasi, wawancara maupun ujicoba yang telah dilakukan oleh penulis

telah diperlihatkan bahwa kesulitan yang dialami siswa diantanya siswa

kurang mampu menguasai konsep pembelajaran, kerja sama antar siswa

masih kurang baik dan keterampilan proses IPA siswa tidak berkembang,

terutama dalam pembelajaran konsep energi dan perubahannya di kelas IV

Sekolah Dasar, sehingga hasil belajar siswa tidak memuaskan.

Ketidak berhasilan pada hasil belajar siswa dapat dilihat berdasarkan

data yang diperoleh pada siswa kelas IV yang berjumlah 30 orang, hanya

63% sebanyak 18 orang yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM IPA = 60), sedangkan 37% sebanyak 12 orang mendapat

nilai diatas KKM. Setelah dilakukan observasi maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa permasalahan yang dialami siswa yaitu:

1. Siswa kurang mampu menguasai konsep pembelajaran.

2. Kerjasama antar siswa masih kurang baik, dalam bergaul masih memilih-

milih teman.

3. Keterampilan proses IPA tidak berkembang seperti dalam aspek

berkomunukasi, siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

4. Hasil belajar siswa tidak memuaskan.

Permasalahan-permasalahan yang dialami siswa tersebut timbul

karena dalam proses pembelajaran siswa tidak dilibatkan langsung,

Pembelajaran cenderung hanya berupa hapalan dan jarang melibatkan siswa

dalam aktivitas pembelajaran secara fisik seperti menggunakan benda-benda


9

konkret di sekitarnya baik di dalam maupun di luar kelas. Siswa hanya duduk

diam mendengarkan penjelasan guru, membaca mengerjakan soal apabila

ditugaskan tanpa memahami apa yang dimaksud dengan energi dan

bagaimana penerapan energi dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari

kondisi tersebut diantaranya yaitu menurunnya prestasi belajar dan nilai yang

didapat siswa baik pada saat proses pembelajaran maupun dalam evaluasi.

Kondisi seperti ini harus segera diatasi dan harus segera dilaksanakan suatu

pembaharuan dalam proses pembelajaran. Mengingat siswa akan menempuh

jenjang pendidikan yang masih panjang, maka dengan berkembangnya

keterampilan dasar yang dimiliki siswa diharapkan siswa sudah terbiasa dan

dengan mudah belajar IPA pada jenjang pendidikan berikutnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan demi ketercapaiaan

tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar, maka

proses pembelajaran harus dilakukan secara profesional, yaitu dengan

penggunaan strategi, model, pendekatan, metode dan media pembelajaran

yang terencana yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan

siswa, dan dibuat secara sistematis dengan penggunaan teknik khusus sesuai

dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam proses

kegiatan pembelajaran.

Permasalahan yang penulis hadapi akan diatasi dengan menggunakan

pendekatan keterampilan proses. Dengan menggunakan pendekatan tersebut,

selain siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses IPA sesuai taraf

perkembangan intelektual anak usia SD dan karakteristik siswa juga


10

diharapkan siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri, baik ketika dalam

proses pembelajaran berlangsung maupun dalam kehidupannya sesuai dengan

tujuan yang dibuat. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka penulis

bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Konsep Energi dan

perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, secara umum

permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana hasil belajar siswa

mengenai konsep energi dan perubahannya di kelas IV Sekolah Dasar melalui

pendekatan keterampilan proses”.

Merujuk pada pokok permasalahan tersebut, selanjutnya diuraikan

lebih rinci dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Adakah kesulitan-kesulitan belajar pada siswa kelas IV SD dalam

pembelajaran IPA tentang konsep energi dan perubahannya melalui

pendekatan keterampilan proses?

2. Bagaimana aktivitas siswa kelas IV Sekolah Dasar dalam keterampilan

proses menggunakan alat percobaan dan mengkomunikasikan pada

pembelajaran konsep energi dan perubahannya melalui pendekatan

keterampilan proses?
11

3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar dalam

pembelajaran konsep energi dan perubahannya melalui pendekatan

keterampilan proses?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi dan

mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan

keterampilan proses sebagai upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran IPA tentang konsep energi dan perubahannya

di kelas IV sekolah Dasar. Secara khusus tujuan penelitian ini dijabarkan

sebagai berikut.

a) Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran IPA

tentang konsep energi dan perubahannya pada siswa kelas IV SD

melalui pendakatan keterampilan proses.

b) Untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa kelas IV

Sekolah Dasar dalam menggunakan alat percobaan dan

mengomunikasikan dalam pembelajaran konsep energi dan

perubahannya melalui pendekatan keterampilan proses.

c) Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dari pembelajaran

konsep energi dan perubahannya melalui pendekatan keterampilam

proses.

D. Manfaat Penelitian
12

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan

kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar pada umumnya dan

khususnya bermanfaat bagi peneliti, siswa maupun pihak sekolah.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya :

a. Melalui penelitian ini, peneliti dan guru SD dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam membuat perencanaan dan

melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan

keterampilan proses dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

terutama dalam pembelajaran konsep energi dan perubahannya .

b. Melalui penelitian ini, guru dapat melihat implikasi pembelajaran

pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa

sehingga dapat menjadi bahan kajian dalam pembelajaran

keterampilan proses IPA.

c. Melalui hasil penelitian ini, peneliti maupun pembaca dapat

mengambil suatu nilai penting dalam pembelajaran siswa Sekolah

Dasar.
BAB II

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES


DALAM PEMBELAJARAN KONSEP ENERGI DAN
PERUBAHANNYA

A. Pembelajaran IPA

Secara sederhana pengetahuan alam diartikan sebagai pengetahuan

tentang alam semesta dengan segala isinya, dimana pengetahuan sendiri

diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui manusia. Menurut Darmojo

(Samatowa, 2006:2) secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional

dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Nash (Samatowa, 2006:2) berpendapat bahwa IPA adalah suatu cara

atau metode untuk mengamati alam, dimana pengamatan tersebut bersifat

analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan

fenomena lain. Sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru

tentang obyek yang diamati.

IPA merupakan ilmu yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling

berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. IPA bukan hanya

kumpulan fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip, tetapi juga

merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah.

Pada hakekatnya IPA dapat dipandang sebagai suatu proses, produk

dan pemupukan sikap, dimana ketiganya mempunyai keterkaitan. Sebagai

proses IPA memiliki arti bagaimana proses untuk mendapatkan IPA, sebagai

produk IPA merupakan akumulasi hasil dari suatu proses artinya setiap yang

dipelajari ada hasilnya, dan sebagai pemupukan sikap IPA mengandung arti

13
14

bahwa dengan adanya pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai sikap

ilmiah terhadap alam sekitar.

Menurut Harlen (Sulistyorini, 2007:10) ada sembilan sikap yang dapat

dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu:

1. Sikap ingin tahu


2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
3. Sikap kerjasama
4. Sikap tidak putus asa
5. Sikap mawas diri
6. Sikap bertanggung jawab
7. Sikap berpikir bebas
8. Sikap mawas diri
9. Sikap kedisiplinan diri

IPA perlu diajarkan di SD, Samatowa (2006:3) mengemukakan empat

alasan mengapa IPA perlu diajarkan di SD, yaitu :

1. IPA mempunyai faedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan suatu


bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan bangsa tersebut
dalam bidang IPA.
2. Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan
suatu pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis.
3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hapalan belaka.
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara
menyeluruh.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, dalam pembelajaran IPA sebaiknya

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis. Guru juga

harus mengarahkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, sehingga

siswa dapat membangun pengetahuannya dengan melakukan penyelidikan.

Bila dalam pembelajaran IPA guru dapat memberdayakan siswa untuk aktif

maka tujuan dari pembelajaran IPA akan tercapai dengan baik.


15

Pembelajaran IPA di SD hendaknya dilangsungkan selaras dengan

karakteristik perkembangan peserta didik yang ditinjau dari perkembangan

aspek kognitif, perkembangan aspek sosial dan kemandirian, perkembangan

seksual, perkembangan motivasi dan perkembangan dalam segi moral. Setiap

individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yang sama

tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Siswa Sekolah Dasar berada dalam

perkembangan intelektual tingkat operasional kongkret. Yang termasuk ke

dalam periode ini adalah antara usia 7 sampai 11 tahun. Dalam periode ini

ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egosentrik yang mana

siswa belum memahami orang lain memandang objek yang sama, seperti

searah. Perilaku kognitif yang tampak antara lain:

1. Self centered dalam memandang dunianya;

2. Dapat mengklasifikasikan objek-objek atas dasar satu ciri tertentu yang

memiliki ciri yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal

yang lainnya;

3. Dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan suatu ciri atau

kriteria tertentu;

4. Dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi dari

dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan

yang sama.

Selama periode ini kualitas berfikir siswa tidak lagi terikat pada

lingkungan sensori yang dekat. Ia mulai mengembangkan berbagai tanggapan

mental yang terbentuk dalam fase sebelumnya.( Sumatowa, 2006: 9).


16

Berikut ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar

yaitu :

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini

menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-

pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran

khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai

menonjolkan faktor-faktor.

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang

dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi

keinginannya; setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak

menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya

sendiri.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang

tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak

tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional, mereka

membuat aturan sendiri.

7. Peran manusia idola sangat penting pada umumnya orang tua dan kakak-

kakaknya dianggap sebagai manusia idola yang sempurna. Karena itu guru

acap kali dianggap sebagai manusia serba tahu. ( Sumatowa, 2006:8).


17

Berdasarkan beberapa hal yang dipaparkan diatas, maka guru harus

mampu meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang profesional agar

dapat memenuhi segala kebutuhan peserta didiknya yang salah satunya

mampu mengembangkan sumber belajar sehingga segala kebutuhan siswa

dapat terpenuhi. Sumber pembelajaran IPA tidak hanya didapat dalam kelas,

alam dan lingkungan sekitarpun dapat digunakan sebagai sumber belajar

sehingga siswa dapat langsung berinteraksi dengan alam dan mengeksplorasi

alam disekitar mereka. Sumber belajar tidak hanya diperoleh dari buku-buku

teks tetapi melalui pengamatan terhadap objek-objek yang berada di sekitar

siswa.

Pada level tinggi (kelas 4 sampai kelas 6) struktur berpikir siswa

sudah semakin berkembang sehingga pembelajaran disajikan dalam bentuk

bidang studi IPA tanpa diintegrasikan dengan bidang studi lain. Pada kelas

tinggi, siswa mulai dapat diajak untuk melakukan eksploitasi terhadap alam

melalui kegiatan inkuiri. Lebih lanjut Boyd (Diana, 2008:10) mengungkapkan

bahwa “Pembelajaran di SD termasuk didalamnya pembelajaran IPA harus

menghindari subject based dimana materi diambil dari buku teks, tetapi

dikembangkan dari pengalaman yang paling dekat dengan siswa”.

Dengan melihat karakteristik dari pembelajaran IPA di SD baik pada

level rendah maupun level tinggi, maka model pembelajaran yang bersifat

hands on sekaligus minds on merupakan model yang harus dikembangkan

dalam praktek pembelajaran di kelas. Dengan pengembangan aspek tersebut

siswa dapat terlibat aktif baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
18

Dalam menunjang semua hal tersebut di atas, guru dalam mengelola

pembelajaran perlu :

1. Menyajikan kegiatan pembelajaran yang beragam sehingga tidak membuat

siswa jenuh.

2. Menggunakan sumber belajar yang bervariasi disamping buku acuan.

Misalnya : memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar agar

pembelajaran bermakna bagi siswa.

3. Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran. Proses ini dapat

memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran atau dapat

menolong proses berpikir siswa dalam membangun pengetahuannya.

4. Menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya memajang hasil karya

siswa dan peraga yang mendukung proses pembelajaran.

5. Memberikan motivasi dan bimbingan secara intensif agar siswa terarah

dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajarannya.

Guru IPA dalam suatu proses pembelajaran harus berusaha untuk

membuat siswanya memiliki penguasaan meteri yang sesuai jenjang pada tiap

ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor) secara bertahap. Penguasaan ini

harus sesuai dengan kompetensi dasar sampai indikator hasil belajar yang

ingin dicapai. Hal ini juga sesuai dengan salah satu prinsip, yaitu dimulai dari

hal-hal yang mudah sebelum melangkah kepada hal-hal yang lebih kompleks.

Jadi pada pencapaian ranah kognitif misalnya, guru bisa memulai dengan

melatih siswa mengingat fakta-fakta di alam. Setelah mereka bisa mengingat

dengan baik, guru melangkah kepada upaya untuk membuat siswa memahami
19

mengapa fakta-fakta itu bisa terjadi, sampai akhirnya siswa bisa memberikan

penilaian terhadap fakta yang terjadi. (Sumatowa, 2006 : 10).

B. Pendekatan Keterampilan Proses

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga

sulit bagi guru untuk mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa

secara optimal apalagi dengan terdesak waktu untuk mengejar target

pencapaian kurikulum maka cara yang umum dilakukan adalah dengan

menjejalkan semua fakta dan konsep kepada siswa melalui metode ceramah.

Akibatnya, para siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak terlatih

untuk menemukan pengetahuan, tidak terlatih untuk menemukan konsep, dan

tidak terlatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Maka perlulah ada suatu pembaharuan dalam pembelajaran untuk

dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri

sesuai dengan taraf kemampuan dan kebutuhannya serta dapat meningkatkan

keterampilan proes IPA pada setiap siswa.

Berikut beberapa pandangan para ahli mengenai pendekatan keterampilan

proses, yaitu :

1. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau

anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan

fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang

prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Moedjiono, 1992/1993 : 14)


20

2. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang

bertujuan mengembangkan kemampuan fisik dan mental sebagai dasar

untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa

dalam rangka menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta

menumbuh kembangkan sikap dan nilai (Hamalik, 2008 : 154).

3. Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan

bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional

yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini

justru bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik.

Berdasarkan pada beberapa pandangan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan suatu

pendekatan yang dapat mengarahkan keterampilan-keterampilan dasar yang

dimiliki oleh setiap individu menuju perubahan tingkah laku dalam

pengetahuan, sikap dan keterampilannya yang bersifat progresif, untuk

memecahkan masalah-masalah IPA. Maka dari itu pendekatan keterampilan

proses merupakan pendekatan yang paling banyak disarankan untuk

digunakan dalam membelajarkan IPA di SD berdasarkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Asy’ari (2006:12)

mengenai IPA/Sains, sebagai berikut.

”IPA/Sains selain sebagai produk (fakta, konsep, prinsip, hukum, dan


teori) juga sebagai proses. Sebagai suatu proses, sains merupakan cara
kerja, cara berfikir dan cara memecahkan suatu masalah, sehingga
21

meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta


satu dengan yang lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan”.

Menurut Gega (Karli dan Yuliariatinigsih, 2002 : 122)

mengemukakan bahwa ”Aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam

keterampilan proses meliputi : pengamatan, pengklasifikasian, pengukuran,

identifikasi dan pengendalian variabel, perumusan hipotesa, perancangan

eksperimen, penyimpulan eksperimen, dan pengkomunikasian hasil

eksperimen”.

Aspek keterampilan proses yang dikembangkan untuk siswa SD pada

GBPP IPA kurikulum 1994 terdiri dari 8 (delapan) aspek, yaitu meliputi

keterampilan mengamati, menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat dan

bahan, mengelompokkan, menerapkan konsep, mengkomunikasikan,

mengajukan pertanyaan. ( Sumatowa, 2006: 138)

Pada dasarnya semua pandangan tentang aspek keterampilan proses

sains adalah sama. Berdasarkan aspek keterampilan proses tersebut dan

mengingat karakteristik dan kebutuhan siswa SD yang menjadi objek

penelitian, sebagai berikut.

1. Siswa pasif dalam pembelajaran, aktivitas yang dilakukan hanya menulis,

mendengarkan, dan mengerjakan evaluasi apabila ditugaskan.

2. Kemampuan berkomunikasi siswa rendah, karena siswa tidak dibiasakan

untuk mengeluarkan pendapat.

3. Siswa masih memilih-milih teman dalam bergaul sehingga kerjasama antar

siswa tidak berkembang.


22

Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu

adalah berbuat, ”learning by doing”. Maka dalam penelitian ini, penulis akan

memfokuskan untuk meningkatkan keterampilan proses menggunakan alat

percobaan dan mengkomunikasikan, sedangkan sikap ilmiah yang

dikembangkan adalah bekerjasama.

Keterampilan menggunakan alat sangat mendukung terhadap hasil

percobaan yang akan diperoleh. Penggunaan alat dan bahan-bahan selama

percobaan berlangsung akan menambah pengalaman belajar siswa.

Pengalaman menggunakan alat merupakan pengalaman konkrit siswa selama

proses belajar. Begitupun dengan keterampilan mengkomunikasikan juga

sangat penting dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. Hal ini berkaitan

dengan proses penyampaian informasi atau data-data, baik secara tertulis

maupun secara lisan. Bentuk komunikasi yang baik adalah yang dipahami

dan dimengerti oleh penerima informasi. Kegiatan yang termasuk

keterampilan komunikasi diantaranya menyajikan data dan informasi dalam

bentuk model, gambar, grafik, diagram tabel, dan lain-lain. Sedangkan untuk

keterampilan yang lain secara tidak langsung dapat dilaksanakan pada saat

pembelajaran seperti keterampilan mengamati secara tidak langsung ketika

siswa melakukan percobaan siswa terlebih dahulu akan mengamati baik alat

maupun objek percobaannya, begitupun dengan keterampilan yang lain dapat

dimasukkan kadalam proses pembelajaran maupun dalam soal evaluasi siswa.

Dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran yang

menggunakan pendekatan keterampilan proses agar mendapatkan hasil yang


23

optimal maka harus memperhatikan karakteristik siswa SD yang masih

berada dalam tingkat operasional konkrit, dan karakteristik siswa yang

menjadi subjek penelitian, melalui langkah-langkah yang sistematis, yang

didukung oleh beberapa pendapat para ahli, sebagai berikut.

1. Teori Piaget

Menurut Piaget (Siregar dan Nara, 2010 : 32), “Perkembangan

kognitif menyatakan bahwa proses dan perkembangan belajar anak SD

memiliki kecenderungan beranjak dari hal konkret, memandang sesuatu

yang dipelajarinya sebagai keutuhan, terpadu, dan melalui proses

manipulative”.

2. Teori David Ausubel

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses

dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat

dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang

mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui siswa. Jadi

pembelajaran akan bermakna apabila guru dapat mengembangkan dan

meningkatkan pengetahuan siswa ditunjang dengan media yang

bervariasi.

3. Teori Jerome Bruner

Menurut Bruner, yang dikenal dengan belajar penemuan

menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi


24

hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan

masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Keterampilan proses merupakan suatu kegiatan yang dapat

mengarahkan keterampilan-keterampilan dasar yang dimiliki oleh setiap

individu menuju perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan

keterampilannya yang bersifat progresif untuk memecahkan masalah-masalah

IPA. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, suatu

pembelajaran IPA yang baik adalah pembelajaran yang dirancang sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa pada tahap

perkembangan intelektualnya juga dengan situasi kehidupan nyata pada

lingkungan anak, apalagi ditunjang dengan media yang bervariasi yang dapat

memudahkan siswa dalam memahami dan berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat

membantu siswa dalam mencapai kebermaknaan dalam belajar selain itu

dapat membantu siswa dalam menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

ingin diketahui oleh siswa, serta keterampilan-keterampilan dasar yang

dimiliki oleh siswa akan berkembang.

C. Konsep Energi dan Perubahannya.

a. Pengertian Energi

Setiap saat kita melakukan kegiatan, misalnya berjalan, berlari, belajar

dan berolahraga.Kita dapat melakukan pekerjaan karena memiliki

energi.Tanpa energi, maka semua pekerjaan tidak dapat kita lakukan. Jadi
25

energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Di lingkungan kita banyak

terdapat sumber energi yang dapat menghsilkan berbagai macam bentuk

energi. Energi tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Energi tidak dapat

diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi dapat berubah dari

bentuk satu ke bentuk yang lain.

b. Macam-macam energi

1) Energi panas adalah energi yang dihasilkan dari panas suatu benda.

Energi panas dihasilkan oleh matahari, api, kompor, setrika dan listrik.

Energi panas banyak di manfaatkan oleh manusia, misalnya panas

matahari digunakan untuk mengeringkan pakaian, panas setrika

digunakan untuk melicinkan pakaiaan, panas dari api kompor dapat

digunakan untuk memasak, dan lain-lain.

2) Energi cahaya adalah energi yang di pancarkan dari sumber cahaya.

Misalnya, matahari, lilin, lampu listrik dan segainya. Energi cahaya yang

berasal dari matahari banyak dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk

membuat makanan melalui fotosintesis serta menerangi bumi dan segala

isinya, dan dari lampu di manfaatkan untuk menerangi ruangan pada saat

malam hari, dan sebagainya.

3) Energi gerak adalah energi yang ditimbulkan oleh benda yang bergerak

seperti angin, air mengalir dan orang berlari. Hembusan angin yang cukup

kencang dapat dimanfatkan sebagai tenaga untuk memutarkan turbin,

begitu juga dengan air. Gerak air yang mengalirderas dapat menggerakan
26

suatu benda, seperti perahu, rakit, dan turbin, sehingga menghasilkan

tenaga listrik.

4) Energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh arus listrik. Alat yang

dapat menghasilkan energi listrik disebut sumber listrik. Contoh sumber

listrik antara lain, baterai, aki, dan generator. Beberapa alat listrik seperti

kipas angin, setrika listrik, pompa air listrik, lampu listrik dan lain-lain.

5) Energi bunyi adalah energi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar.

Misalnya gitar, suling, peluit dan lain-lain. Dengan adanya energi bunyi,

maka manusia dapat menikmsti musik, dan dapat memberi tanda adanya

suatu peristiwa yang sangat penting.

6) Energi kimia adalah energi yang dikeluarkan dari hasil reaksi kimia.

Energi ini sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Energi

kimia banyak terdapat dalam bahan makanan dan bahan bakar.

c. Model Perubahan Energi

1) Model Perubahan Gerak Akibat Pengaruh Udara

a) Parasut

Prinsip kerja parasut adalah memanfaatkan keberadaan udara. Udara yang

terkumpul dibawah parasut yang mengembang akan memberikan tekanan

ke atas sehingga memperkecil kecepatan orang yang sedang terjun.Dengan

menggunakan parasut, keceoatan jatuh orang yang yang terjun dapat

dikurangi sehingga dapat mendarat dengan selamat.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat membuat parasut, antara lain lubang

yang dibuat harus berada tepat ditengah parasut, lubang tidak boleh terlalu
27

lebar, beban benda tidak boleh terlalu berat karena parasut akan jatuh lebih

cepat.

b) Pesawat Terbang

Pesawat yang kamu buat harus di beri kecepatan awal untuk dapat terbang.

Sayap pesawat yang lebarmenyebabkan hambatan udara menjadi besar.

Bagian depan pesawat dibuat runcing untuk menghindari gesekan udara.

2) Model Perubahan Energi Gerak Menjadi Energi Bunyi

a) Terompet

Terompet merupakan salah satu contoh alat musik tiup. Pada saat alat

musik dimainkan, udara tabung bergetar sehingga menghasilkan bunyi.

Bunyi yang dihasilkan tergantung bentuk dan besar kecilnya alat.

b) Gendang

Gendang merupakan salah satu alat musik tradisioanal. Gendang

bentuknya bulat dan dalamnya terdapat rongga. Bagian luarnya dilapisi

kulit. Bila dipukul lapisan kulitnya, maka akan terdengar suara. Gendang

modern biasa disebut drum. Gendang dapat dimanfaatkan untuk mainan,

mengiringi tari-tarian atau nyanyian, dan lain-lain. Gendang dapat

berbunyi jika kulit gendang dipukul. Saat dipukul, kulit gendang bergetar.

Getaran ini menghasilkan bunyi. Bunyi tersebut masuk kesebuah rongga

yang terdapat di bawah kulit. Bentuk ronggamemengaruhi bunyi yang

dihasilkan. Makin kecil dan panjang rongga pada gendang, maka makin

nyaring bunyi yang dihasilkan Wahyono, Budi, dkk ( 2008 : 98).


28

D. Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya dengan Penggunaan

Pendekatan Keterampilan Proses

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran IPA di SD

mengenai materi konsep Energi dan Perubahannya melalui pendekatan

proses adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan awal

Kegiatan awal adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan

sebelum menginjak pada materi yang akan dibelajarkan. Adapun

kegiatannya sebagai berikut yaitu mengkondisikan siswa kedalam situasi

belajar yang kondusif, kemudian melakukan apersepsi berupa tanya jawab

atau pemberian wacana pemecahan masalah yang berhubungan dengan

materi yang akan diajarkan. Apersepsi ini dimaksudkan agar dapat

mengetahui konsep awal atau pengetahuaan awal siswa yang dikaitkan

pada materi yang akan diajarkan agar memudahkan siswa memahami

materi tersebut. Dilanjutkan dengan menyebutkan tujuan pembelajaran

yang harus dicapai setelah mengikuti pembelajaran.

b. Kegiatan inti

Untuk kegiatan selanjutnya dimulai dengan membagi siswa

kedalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok ini bertujuan agar

siswa lebih mudah menemukan konsep dan dapat meningkatkan sikap

ilmiah terutama dalam bekerjasama. Kemudian siswa melakukan

kegiatan melakukan percobaan dengan mnggunakan alat percobaan


29

dengan bimbingan guru dan dilanjutkan dengan mengisi pertanyaan

yang ada di LKS sesuai dengan petunjuk dalam LKS.

Metode pembelajaran yang digunakan cukup bervariasi, yaitu :

metode pengamatan, eksperimen, diskusi, tanya jawab, dan lain-lain

yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi yang akan

dibahas. Hal ini memungkinkan guru untuk dapat mengembangkan

segala kemampuannya dalam mengelola pembelajaran dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosialnya.

Setelah melakukan percobaan, masing-masing kelompok

mendiskusikannya, dan mengemukakan hasil percobaan di depan kelas

untuk didiskusikan kembali dengan kelompok lain. Pada waktu

pembelajaran berlangsung, guru melakukan penilaian proses serta

memberikan bimbingan kepada setiap kelompok yang mengalami

kesulitan. Dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya dan menyimpulkan hasil pengamatan/percobaan.

c. Kegiatan akhir

Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran, untuk

mengetahui gambaran hasil belajar siswa maka siswa diberikan tes

akhir secara individu. Tujuan pemberian tes ini adalah untuk

mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah

disampaikan kepada siswa.


30

E. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa yang dikembangkan adalah aktivitas siswa dalam

melakukan percobaan. Beberapa aktivitas dalam melakukan percobaan

diantaranya menggunakan alat percobaan untuk menemukan konsep IPA,

mengkomunikasikan hasil percobaan, mengkomunikasikan bagaimana

suatu konsep ditemukan dan bekerjasama dengan rekan kelompoknya,

dalam hal ini ditekankan pada bagaimana interaksi siswa dalam kelompok

pada saat melakukan percobaan. Aktivitas belajar siswa sangat berpengaruh

dalam proses pembelajaran karena siswa sebagai subjek yang

merencanakan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Paul, D ( Hamalik, Oemar 2008 : 90 ) membagi kegiatan aktivitas belajar

siswa diantaranya:

1. Kegiatan-kegiatan visual

2. Kegiatan-kegiatan lisan

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

4. Kegiatan-kegiatan menulis

F. Hasil Belajar

Dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar IPA, seorang guru harus

terlebih dahulu mengadakan telaah yang rinci dan tepat terhadap tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya, artinya seorang guru harus secara tepat

menentukan kemampuan yang diharapkan akan berpengaruh terhadap

instrumen yang dibuat untuk mengukur hasil belajar siswa.


31

Di dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar IPA di SD, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh seorang guru, yaitu:

a. Harus tepat dalam menentukan alat evaluasi, apakah digunakan untuk

mengukur konsep terdefinisi ataukah konsep teramati, ataukah untuk

mengukur konsep yang menyatakan hubungan.

b. Memperhatikan hakikat IPA sebagai produk, sebagai proses, dan

sikap/nilai.

c. Mengadakan evaluasi tidak hanya menggunakan instrumen yang bersifat

tertulis saja, tetapi juga mengadakan evaluasi terhadap yang bisa diamati

langsung di alam sebenarnya.

Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut maka diharapkan hasil

belajar siswa akan tercapai. Seperti yang dikemukakan oleh Patta Bundu

(2006 ) mengenai beberapa hasil belajar IPA, sebagai berikut:

1. Penguasaan produk ilmiah atau produk sains yang mengacu pada


seberapa besar siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan
pemahamannya tentang sains baik berupa fakta, konsep, prinsip,
hukum maupun teori. Aspek produk IPA dalam pembelajaran di SD
dikembangkan dalam pokok-pokok bahasan yang menjadi target
program pembelajaran yang harus dikuasai. Aspek tersebut sering
disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi.
2. Penguasaan proses ilmiah atau proses sains mengacu pada sejauh
mana siswa mengalami perubahan dalam kemampuan proses
keilmuan yang terdiri atas tingkat pendidikan dasar di SD maka
penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains
dasar yang meliputi keterampilan mengamati, mengelompokan,
menghitung, meramalkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
3. Penguasaan sikap ilmiah atau sikap sains merujuk pada sajauh mana
siswa mengalami perubahan dalam sikap dan system nilai dalam
proses keilmuan. Sikap ilmiah yang sangat penting dimiliki pada
semua tingkatan pendidikan.sains adalah hasrat ingin tahu,
menghargai kenyataan, ingin menerima ketidak puasan dan rasa ingin
yahu, penemuan, berfikir kritis dan teguh pendirian tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi.
32

Adapun hasil belajar yang ingin dicapai ialah segenap perubahan

tingkah laku yang terjadi pada siswa, dan hasil kognitif yang diraih setiap

siswa.

G. Penelitian yang Relevan

Pelaksanaan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan

Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penulis

melakukan kegiatan diantaranya mengadakan observasi terhadap subjek

maupun objek yang dijadikan penelitian. Selain itu Penulis juga melakukan

studi pustaka untuk mencari teori-teori yang relevan yang dapat menunjang

pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan para peneliti tersebut

juga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam studi

pustaka tersebut, Penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Peneliti terdahulu yang hasilnya cukup beragam namun

mengarah pada keberhasilan, diantaranya sebagai berikut :

1. Penelitian melalui keterampilan proses IPA telah dilakukan oleh

Muhammad Hanifah (2006) dengan judul ”Penerapan Pendekatan

Keterampilan Proses Pada Materi Bentuk dan Gerak Bumi di Kelas VI

SD”, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan proses dapat

meningkatkan aspek keterampilan mengamati, memprediksikan,

menyimpulkan, mengkomunikasikan. Hasil belajar yang diperoleh

mengalami peningkatan disetiap tindakannya.


33

2. Penelitian melalui keterampilan proses IPA telah dilakukan oleh Marlita

(2008) dengan judul ”Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses

Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Pada Siswa

Kelas V Sekolah Dasar”, dapat disimpulkan bahwa setelah menggunakan

keterampilan proses pemahaman dan aktivitas siswa menjadi semakin

meningkat.

3. Penelitian melalui keterampilan proses IPA telah dilakukan oleh N. Gina

Siti Agnia (2009) dengan judul ” Pendekatan Keterampilan Proses Untuk

Mengembangkan Kecerdasan Majemuk dan Hasil Belajar Siswa Pada

Pembelajaran Konsep Pesawat Sederhana”, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar pada pembelajaran konsep Pesawat Sederhana menggunakan

keterampilan proses pada setiap tindakannya mengalami peningkatan baik

dari nilai di setiap evaluasi yang dilakukan juga sikap ilmiah dan

keterampilan IPA siswa serta perkembangan kecerdasan majemuk siswa

mengalami perubahan yang sangat memuaskan.

H. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika pembelajaran IPA

tentang konsep energi dan perubahannya di kelas IV SD menggunakan

pendekatan keterampilan proses, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan

meningkat”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN

Neglasari 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Adapun siswa

yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IV tahun pelajaran

2011/2012, yang berjumalah 30 siswa, sedangkan materi yang menjadi

fokus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah konsep energi dan

perubahannya di kelas IV sekolah dasar semester II.

Pemilihan siswa yang dijadikan sebagai subyek penelitian, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Peneliti adalah seorang guru kelas IV di SDN Neglasari 01.

2. Adanya kesesuaian materi pembelajaran yang akan dijadikan bahan

penelitian dengan kurikulum yang berlaku.

3. Adanya kemudahan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang

diperlukan.

4. Mendapat dorongan dari pihak sekolah terutama kepala sekolah dan

rekan kerja yang ada di lingkungan SDN Neglasari 01.

5. Fasilitas atau ruang kelas yang digunakan cukup memadai, sesuai

dengan jumlah siswanya, sehingga memungkinkan siswa dapat

bergerak dengan bebas dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

34
35

6. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas IV adalah kurang

terampilnya siswa dalam menggunakan alat percobaan dan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi sangat kurang sehingga

memerlukan pembaharuan pembelajaran.

B. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses

dalam Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa”, akan dilaksanakan di SD Negeri Neglasari 01

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas atau dalam bahasa inggris di sebut classroom

action raseach. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi

Amerika yang bersama Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya

dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Hopskins, Robin

Mc Taggart, John Elliot dan Dave Ebbut.

Berikut beberapa pengertian penelitian tindakan kelas menurut para

ahli tersebut, yaitu :

1. Menurut Kurt Lewin (Aqib, 2006:21), menurutnya ciri utama penelitian

tindakan pada dasarnya adalah proses penelitian berupa (spiral) yang di

tunjukan untuk melakukan perbaikan dengan jalan melaksanakan

tindakan guna menemukan hasil dari tindakan tersebut.


36

2. Menurut John Elliot (Wibawa, 2003: 7) adalah kajian tentang situasi

sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di

dalamnya.

3. Hopkins (Wiraatmadja, 2005 : 45) Metode penelitian ini dirancang untuk

dapat menyelesaikan satu pokok bahasan yang akan dilaksanakan secara

berkelanjutan dengan menggunakan tiga siklus, setiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang diinginkan.

Bardasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan

untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah, dan

atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus.

Adapun dalam menggunakan model PTK ini menurut Kasbolah (1999:22-25)

mengemukakan bahwa PTK memiliki karakteristik dan prinsip yang jelas

dalam pelaksanaannya. Adapun karakteristik PTK, yaitu:

1. PTK dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, karena guru sebagai

pengelola di kelas sangat mengetahui dan mengetahui permasalahan

yang terjadi.

2. Permasalahan yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah

permasalahan yang ditemukan adalah proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru yang bersangkutan.

3. Tindakan yang dilakukan dalam PTK merupakan tindakan yang yang

memperbaiki proses belajar mengajar.


37

4. PTK bersifat kolaburatif artinya melakukan penelitian bukan hanya guru

tetapi ada oarng lain yang terlibat didalamnya.

Adapun pinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

PTK adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu tugas mengajar karena PTK

dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, bukan

mengganggu proses belajar mengajar.

2. Pelaksanaan PTK tidak boleh menyita waktu.

3. Metodologi yang digunakan harus tepat agar dapat diterapkan pada

situasi kelasnya.

4. Masalah yang diteliti harus menarik.

5. Pelaksanaan PTK tidak boleh menyimpang dari aturan yang berlaku di

lingkungan kerjanya.

Berdasarkan pada karakteristik dan prinsip PTK tersebut maka tujuan

dari penelitian tindakan kelas ini merujuk pada tujuan penelitian tindakan

kelas yang dikemukakan oleh Wibawa (2003 : 6) yaitu:

“Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran


secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil
instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan
relevansi, meningkatkan efisiensi pengelohan instruksional dan
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru”.

Maka dalam penelitian tindakan kelas ini, penelitian difokuskan pada situasi

kelas, dimana guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tindakan yang direncanakan,

dilaksanakan, dan kemudian dievaluasi, untuk memperoleh umpan balik


38

mengenai apa yang telah dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung,

sehingga guru dapat merancang perbaikan proses pembelajaran. Dalam

pelaksanaannya guru terlibat secara langsung baik dalam proses perencanaan,

tindakan, observasi, maupun refleksi pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya dimulai dari rencana, tindakan, observasi, dan

refleksi pada setiap tahapannya yang mengalami proses pebaikan yang

didasarkan pada hasil dari masing-masing proses. Dalam tahap rencana

kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran,

menyiapkan alat peraga, atau media yang relevan dengan materi serta

instrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah rencana pembelajaran

disusun kemudian dilanjutkan pada tahap tindakan untuk melaksanakan

rencana yang telah dipersiapkan dan pada saat bersamaan dilakukan kegiatan

observasi. Pada tahap observasi ini dilakukan pengamatan proses

pembelajaran dari awal sampai akhir. Adapun yang diobservasi adalah

kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap

selanjutnya adalah tahap refleksi untuk menganalisis masalah yang timbul

dilihat dari menganalisis tahap pendekatan dan menganalisis kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada setiap tindakan yang kemudian

dilakukan perbaikan pada rencana berikutnya.

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

merujuk pada penelitian tindakan kelas model Elliot (Wiriaatmadja,

2009: 64) “Metode penelitian ini dirancang untuk dapat menyelesaikan


39

satu pokok bahasan yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan

menggunakan tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan

perubahan yang diinginkan”. Perubahan yang ingin dicapai akan

tergambar pada penelitian dalam rumusan masalah. Adapun siklus

penelitian tindakan kelas yang dikembangkan Lewin, model Elliot dapat

dilihat pada gambar dihalaman berikutnya

Gambar 3.1
Siklus Model Elliot

Perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada

dasarnya terdiri dari empat langkah utama, yaitu:


40

a. Mengidentifikasi masalah.

b. Menganalisis dan merumuskan masalah.

c. Merencanakan PTK.

d. Melaksanakan PTK.

Tahapan pra PTK terdiri dari mengidentifikasi masalah, menganalisis

masalah, merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis tindakan.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan terdiri dari tiga siklus

setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Secara garis besar langkah-langkah

kegiatan PTK yang direncanakan dapat digambarkan pada alur

dihalaman selanjutnya.
41

Identifikasi masalah yang PELAKSANAAN SIKLUS I Tindakan 1

perlu diperbaiki Menyusun Rencana Pengertian energi dan


Tindakan 1 Bentuk-bentuk energi
Tindakan 2
Tindakan 3

Refleksi Tindakan 2 Tindakan 2 Refleksi Tindakan 1

Analisis temuan Sumber Energi panas Analisis temuan


Analisis Model Pembelajaran Analisis Pendekatan Pembelajaran
Analisis PBM Analisis PBM

Tindakan 3 Refleksi Tindakan 3 PELAKSANAAN SIKLUS II

Sumber Energi cahaya Analisis temuan Menyusun Rencana


Analisis Pend ekatan Pembelajaran Tindakan 1
Analisis PBM Tindakan 2
Tindakan 3

Tindakan 2 Refleksi Tindakan 1 Tindakan 1

Sumber Energi bunyi Analisis temuan Sumber Energi gerak


Analisis Pendekatan Pembelajaran
Analisis PBM

Refleksi Tindakan 2 Tindakan 3 Refleksi Tindakan 3

Analisis temuan Sumber Energi listrik Analisis temuan


Analisis Pendekatan Pembelajaran Analisis Pendekatan Pembelajaran
Analisis PBM Analisis PBM

PELAKSANAAN SIKLUS III


Refleksi Tindakan 1 Tindakan 1
Analisis temuan
Menyusun Rencana
Analisis Model Pembelajaran Sumber Energi kimia
Tindakan 1
Analisis PBM
Tindakan 2
Tindakan 3

Tindakan 2 Refleksi Tindakan 2 Tindakan 3


Model perubahan energi gerak
Model perubahan gerak akibat Analisis temuan menjadi energi bunyi
Pengaruh udara Analisis Pendekatan Pembelajaran
Analisis PBM

Refleksi Tindakan 3
Gambar 3.2
Analisis temuan
Alur Pelaksanaan Peneliti Analisis Model Pembelajaran
Analisis PBM
42

2. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model Elliot,

(Wiriaatmadja 2005: 64), dengan empat komponen. Dalam pelaksanaan

penelitian ini model penelitian dijabarkan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang dilakukan penulis dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah sebagai berikut :

1) Permintaan ijin dari Kepala SDN Neglasari 01 Kecamatan

Cileunyi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dari proses

pembelajaran IPA, analisis dan refleksi, penulis mengajukan perijinan

untuk melakukan penelitian tindakan kelas kepada kepala sekolah SD

Negeri Neglasari 01 pada kelas IV dengan materi Konsep Energi dan

Perubahannya. Dalam hal ini, kepala sekolah menyetujui rencana

pelaksanaan PTK tersebut, karena penelitian merupakan salah satu

faktor untuk mengembangkan mutu pendidikan terutama di SDN

neglasari 01.

2) Observasi dan wawancara.

Hasil permohonan izin PTK tersebut penulis tindak lanjuti

dengan melakukan observasi terhadap kondisi dan situasi kelas IV

SD Negeri Neglasari 01, terutama yang berkaitan dengan kegiatan

proses pembelajaran baik dari materi ajar dan sumber belajar yang

digunakan, strategi dan langkah pembelajaran yang biasa digunakan


43

oleh guru kelas. Selain itu penulis juga melakukan wawancara

dengan kepala sekolah dan beberapa staf guru mengenai kondisi dan

situasi proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri neglasari 01.

3) Perumusan Media dan desain pembelajaran

Pada tahap ini, penulis menentukan media dan desain

pembelajaran yang sesuai dengan materi energi dan perubahannya

pendekatan keterampilan proses, serta yang berkaitan dengan

ketercapaian tujuan pembelajaran.

4) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Berdasarkan perumusan media dan desain pembelajaran,

penulis menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh pada

setiap tindakan dalam siklusnya.

5) Penentuan alat peraga

Tahap ini, penulis mengidentifikasi alat peraga yang tepat

untuk membantu pemahaman siswa terhadap materi energi dan

perubahannya, dengan menggunakan beberapa media sederhana

yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

6) Perumusan teknik pemantauan

Teknik pemantauan yang digunakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil dari tiap-tiap

tindakan. Alat-alat yang digunakan berupa lembar observasi,

lembar catatan lapangan, lembar wawancara, dan kamera foto.


44

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Rencana pembelajaran disusun dengan menggunakan

pendekatan keterampilan proses di kelas IV SD Negeri Neglasari 01

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Penelitian tindakan kelas

ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tindakan,

pelaksanaannya yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan

a) Merumuskan media, metoda, dan pendekatan yang akan

digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IV tentang

materi energi dan perubahannya.

b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan yang

disesuaikan dengan pendekatan keterampilan proses terutama

keterampilan proses mengamati, menyimpulkan, dan

mengkomunikasikan.

c) Menentukan alat peraga yang relevan dengan materi energi dan

perubahannya sebagai alat bantu belajar yang tepat pada pokok

bahasan yang dijadikan obyek penelitian.

d) Menyusun teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian

dengan mengadakan format observasi, catatan lapangan, dan

lembar wawancara.
45

2) Tindakan

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari

proses pembelajaran, evaluasi dan refleksi yang dilakukan setiap

siklusnya. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang

masing-masing tiga tindakan penelitian.

Tabel : 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan
Siklus Tindakan
Hari/tanggal Waktu Materi
Pengertian energi
Kamis, 16
1 07.00 -08.30 dan bentuk –bentuk
Februari 2012
energi.
Kamis, 23
I 2 12.00-13.30 Sumber energi panas
Februari 2012
Kamis, 1 Sumber energi
3 Maret 2012 07.00-08.30 cahaya

Kamis, 8
12.00-13.30
1 Maret 2012 Sumber energi gerak

Kamis, 15
II 2 Maret 2012 07.00-08.30 Sumber energi bunyi

Kamis, 22
3 12.00-13.30 Sumber energi listrik
Maret 2012
Kamis, 5
1 April 2012 07.00-08.30 Sumber energi kimia

Model perubahan
Kamis, 12
III 2 12.00-13.30 gerak akibat
April 2012
pengaruh udara
Model perubahan
Kamis, 19
3 07.00-13.30 energi gerak menjadi
April 2012
energi bunyi
46

3) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui sampai

sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang

telah disusun sebelumnya dan seberapa jauh proses yang terjadi

menuju sasaran yang diharapkan. Pemantauan dalam penelitian

tindakan kelas ini, dilakukan oleh guru sebagai pengamat

partisipatif, maksudnya pangamatan yang dilakukan oleh orang

yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Jadi

guru selain sebagai peneliti juga bertindak sebagai pengamat

terhadap kegiatan yang berlangsung di kelas melalui catatan

lapangan.

Dalam pelaksanaan pemantauan guru sebagai peneliti

dibantu oleh seorang observer, yang bertugas mengamati segala

kegiatan yang terjadi di kelas, baik kegiatan guru mengajar maupun

kegiatan murid yang sedang belajar, dan juga pelaksanaan

pembelajaran. Hasil dari pengamatan observer didiskusikan dengan

guru sebagai peneliti untuk dijadikan pertimbangan dan perbaikan

selanjutnya.

4) Refleksi

Pada tahap refleksi guru melakukan kegiatan merenungkan

dan mengkaji kembali secara insentif kejadian-kajadian atau

peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan

atau tidak diharapkan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan


47

langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Dalam

merefleksi data yang diperoleh harus akurat dan instrumen

pelaksanaan penelitian tindakan kelas harus lengkap. Sesuai dalam

(Depdikbud, 1999:44) Refleksi adalah upaya mengkaji apa yang

telah dan atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang

belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah

dilakukan.

C. Definisi Operasional

Judul skripsi yang dilaksanakan yaitu “Penerapan Pendekatan

Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Dalam penelitian ini, terdapat

kata-kata yang dapat memberikan pengertian yang berbeda apabila tidak

dipaparkan. Untuk itu, Penulis memaparkan kata-kata yang dianggap perlu

untuk diartikan dalam penelitian ini. Kata-kata tersebut yaitu :

1. Pendekatan Keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang

bertujuan mengembangkan kemampuan fisik dan mental sebagai dasar

untuk mengembangkan kemampuan lebih tinggi pada diri siswa dalam

rangka menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta

menumbuh kembangkan sikap dan nilai ( Hamalik, 2008 : 154).

Adapun keterampilan proses yang akan dikembangkan adalah

keterampilan menggunakan alat percobaan, mengkomunikasikan, dan

bekerjasama sebagai nilai sikap ilmiah.


48

2. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja.( Wahyono,

Budi, dkk, 2008 : 97). Adapun energi yang akan dibahas oleh peneliti

yaitu mengenai pengertian energi, sumber-sumber energi, dan model

perubahan energi.

3. Aktivitas siswa yang dikembangkan adalah aktivitas siswa dalam

melakukan percobaan. Beberapa aktivitas dalam melakukan percobaan di

antaranya menggunakan alat percobaan untuk menemukan konsep IPA,

mengomunikasikan hasil percobaan, dan bekerja sama dengan rekan

kelompoknya, dalam hal ini ditekankan pada bagaimana interaksi siswa

dalam kelompok pada saat melakukan percobaan.

4. Hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku individu yang meliputi

aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun hasil belajar yang ingin

dicapai oleh peneliti adalah hasil kognitif yang diraih oleh setiap siswa.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh kebenaran yang obyektif

dalam pengumpulan data maka diperlukan adanya instrument yang tepat agar

masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik. Adapun jenis Instrumen

penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi,

catatan lapangan, lembar kerja siswa (LKS), kamera foto dan soal evaluasi.

1. Lembar observasi

Lembar observasi adalah alat observasi yang digunakan untuk

memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa selama penelitian


49

berlangsung. Aktivitas yang diamati, misalnya tingkah laku siswa pada

waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi

dan penggunaan alat peraga.

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara adalah alat wawancara yang digunakan untuk

memperoleh data tentang kesan siswa dalam mengikuti pembelajaran sains

dengan konsep energi dan perubahannya. Sebagaimana dikemukakan oleh

Bundu, Patta (2006:145) bahwa : ”Wawancara adalah teknik pengumpulan

data atau informasi tertentu yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara

lisan.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan merupakan salah satu alat pengumpul data yang

dipergunakan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat

terekam melalui lembar observasi (Suhardjono, 2006 : 78). Catatan

lapangan digunakan untuk mencatat temuan yang dianggap penting oleh

penulis selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan

bermanfaat sebagai pengumpul informasi yang dapat dipakai sebagai

bahan untuk analisis dan refleksi.

4. Kamera foto

Kamera foto merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan

bukti yang otentik mengenai penelitian, atau untuk mengabadikan saat-

saat yang penting dan memiliki nilai esensial.


50

5. Lembar kerja siswa (LKS)

Dalam penelitian tindakan kelas ini,untuk memperoleh data tentang

hasil kerja siswa secara kelompok digunakan LKS. Lembar kerja siswa

(LKS) yang dimaksud dalam penelian ini adalah berupa permasalahan/soal

yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok dalam kegiatan

pembelajaran. Adapun isi dari LKS disesuaikan dengan indikator

pembelajaran pada suatu tindakan.Lks merupakan alat yang digunakan

untuk kegiatan belajar yang aktif dengan mendapatkan panduan dari guru

karena selama proses belajar guru memberikan bimbingan atau panduan

jika siswa mengalami kesulitan.

6. Alat evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tentang

prestasi belajar siswa secara individu setelah dilakukan tindakan. Hasil

evaluasi selain diperoleh sejumlah data tentang prestasi belajar siswa

secara individu,juga dapat mengetahui taraf daya serap dan tingkat

keberhasilan terhadap materi pembelajaran yang diberikan, dan dapat

mengukur tingkat keberhasilan guru dalam mengajar. Soal yang diberikan

berupa tes tertulis berbentuk uraian dan dikerjakan siswa secara individual.

7. Lembar penilaian proses

Lembar penilaian proses digunakan untuk memperoleh gambaran

dan mengukur kemampuan siswa dalam berinteraksi ketika pembelajaran

berlangsung. Lembar penilaian proses juga dijadikan ukuran tingkat

keaktifan siswa dalam belajar.


51

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpul Data

Setelah menentukan instrumen penelitian dalam pengumplan data

maka langkah berikutntya adalah tekhnik pengumpulan data. Jika data yang

diperoleh adalah jenis data kualitatif, maka tekhnik pengumpulan data

dilakukan dengan teknik kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah upaya untuk merekam atau mengamati segala

peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dengan

tekhnik ini beberapa bagian dari obyek penelitian dapat diteliti secara

langsung dalam keadaan sebenarnya. Dengan adanya observasi diharapkan

dapat dikenali sedini mungkin apakah tindakan yang dilakukan mengarah

kepada terjadinya perubahan kearah yang lebih baik dan sesuai yang

diharapkan. Adapun hal-hal yang diteliti dalam kegiatan ini adalah

mengenai segala sesuatu kegiatan yang terjadi pada proses pembelajaran,

baik yang terjadi pada guru dan siswa selama pembelajaran.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang hasilnya akan digunakan dalam

anlisis kualitatif. Wawancara dilakukan dengan cara mengemukakan

beberapa pertanyaan kepada beberapa orang siswa. Dalam penelitian ini


52

wawancara dengan siswa dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

pelaksanaan pembelajaran sains setelah dilaksanakan tindakan.

3. Catatan Lapangan

Dalam penelitian ini catatan lapangan adalah kegiatan untuk

mencatat hasil temuan/kejadian penting selama proses pembelajaran

berlangsung. Dalam kegiatan hasil penemuan peneliti dan observer

didiskusi setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Adapun yang

dicatat dan didiskusikan dalam catataan lapangan ini adalah tentang

pemahaman siswa terhadap konsep yang disampaikan peneliti, keterlibatan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan tentang evaluasi. Dari

hasil triangulasi atau hasil diskusi antar peneliti dan observasi kemudian

disimpulkan.

4. Lembar kerja siswa(LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui hasil kerja

siswa secara kelompok. LKS dibuat dan diberikan kepada siswa dalam

proses pembelajaran pada tiga siklus enam tindakan. LKS dapat

mengoptimalkan pengetahuan, sikap dan psikomotornya tentang

penggunaan media dalam pembelajaran. Permasalahan dan petunjuk yang

termuat dalam LKS dapat membantu siswa dalam mengembangkan

kemampuan berfikir yang dimilikinya. Penyelesaian soal-soal dalam LKS

dikerjakan siswa menurut kelompok yang sudah dibentuk pada awal

penelitian tindakan.
53

5. Evaluasi (tes)

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan

prestasi belajar siswa. Tujuan evaluasi ini juga untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran konsep energi setelah setiap

tindakan dilakukan. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah tes tertulis secara

individu.

6. Foto

Foto dilakukan pada setiap siklus yaitu pada saat dilakukan

observasi yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa, wawancara guru dengan

siswa, siswa mengerjakan LKS dan sebagainya. Hasilnya berupa gambar

atau foto yang dapat dilampirkan dalam penelitian sehingga gambaran

aktivitas siswa selama proses pembelajaran terlihat jelas.

2. Analisa Data

Analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan analisis data secara kualitatif. Analisis kualitatif digunakan

untuk menganalisis data yang menunjukkan proses interaksi yang terjadi

selama proses pembelajaran berlangsung. Data prestasi hasil belajar siswa

yang diolah yaitu dengan mencari rata-rata (mean), menggunakan rumus

(Hermawan, 2007:210) :

𝑥̅ = 𝑥1+𝑥2𝑛+⋯+𝑥𝑛

̅ = rata-rata (mean)
Keterangan :𝑥
xi = data ke-1
n = banyaknya siswa
54

Hasil belajar siswa sebagai data kuantitatif diperoleh dari hasil tes

secara individual terhadap konsep energi dan perubahannya. Data yang

terkumpul kemudian dianalisis untuk melihat kelemahan-kelemahan dari

tindakan yang telah dilaksanakan. Sedangkan data kualitatif terdiri atas hasil

observasi, wawancara dan catatan lapangan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan merupakan

perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan

pembelajaran ini dilaksanakan untuk melakukan penelitian terhadap siswa

kelas IV semester 2 yang akan dilaksanakan di SDN Neglasari 1, Kecamatan

Cileunyi, Kabupaten Bandung. Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dari

3 siklus 9 tindakan, yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Penelitian

ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pendekatan keterampilan

proses pada pembelajaran energi dan perubahannya.

Pembelajaran pada siklus 1 tindakan 1 dilaksanakan pada bulan

februari, materi yang akan dibahas tentang pengertian energi dan bentuk-

bentuk energi, tindakan 2 membahas tentang sumber energi panas, tindakan 3

membahas sumber energi cahaya.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan RPP yang digunakan untuk mengajar, media dan alat

pembelajaran, dan instrumen penilaiaan.

Adapun media dan alat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus

1 tindakan 1 diantaranya, bola, meja, gambar.

55
56

Pelaksanaan siklus I tindakan 1 dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal

16 Februari 2012 selama dua jam pelajaran ( 2x35 menit) yaitu pada pukul

07.00-08.10 WIB, yang hadir 26 siswa, 4 orang yang tidak hadir dengan

alasan sakit. Adapun materi yang dibahas pada tindakan ini adalah

pengertian energi dan bentuk-bentuk energi, dengan standar kompetensi yaitu

memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan

sehari-hari, kompetensi dasarnya yaitu mengidentifikasi bentuk energi dan

penggunaannya, indikatornya yaitu mengidentifikasi pengertian dan manfaat

energi bagi kehidupan, memahami bentuk-bentuk energi dan penggunaannya

dalam kehidupan, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu melalui

percobaan, siswa dapat menjelaskan pengertian energi dan manfaatnya dalam

kehidupan, melalui pengamatan terhadap berbagai kegiatan, siswa dapat

menjelaskan bentuk-bentuk energi dan penggunaannya dalam kehidupan.

Pendekatan pembelajaran yang peneliti gunakan yaitu pendekatan

keterampilan proses. Metode yang digunakan yaitu eksperimen, pengamatan,

diskusi, tanya jawab. Media yang digunakan bola, meja, gambar. Sumbernya

dari KTSP 2006 Kelas IV Semester 2 mata pelajaran IPA dan buku IPA

Kelas IV, Dwi Suharti penerbit BSE. Adapun kegiatan pembelajarannya

terdiri dari kegiatan awal dimulai dengan berdo’a, mengabsen siswa, dan

mengondisikan siswa menuju situasi belajar yang kondusif, kemudian guru

melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa,

lalu guru mengemukakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa,

guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok yang setiap kelompoknya


57

terdiri dari 5 orang siswa, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok

dan memberikan arahan untuk membaca petunjuk pengerjaannya, guru

berkeliling mengamati kegiatan sambil melakukan penilaian keterampilan

proses siswa, kemudian guru menyuruh perwakilan tiap kelompok

memresentasikan hasil percobaannya, guru bersama siswa mengulas hasil

percobaan, guru memberikan evaluasi akhir.

Pelaksanaan siklus I tindakan 2 dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal

23 Februari 2012 selama dua jam pelajaran ( 2x35 menit) pada pukul 12.00-

13.10 WIB, yang hadir 29 siswa 1 orang tidak hadir dikarenakan sakit.

Adapun materi yang dibahas pada tindakan ini adalah sumber energi panas,

dengan standar kompetensi yaitu mengamati pengaruh energi dalam

kehidupan sehari-hari, kompetensi dasarnya yaitu mengidentifikasi bentuk

energi dan penggunaannya, indikatonya yaitu mengidentifikasi pengertian

dan manfaat energi bagi kehidupan, memahami bentuk-bentuk energi dan

penggunaannya dalam kehidupan, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

yaitu melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan pengertian sumber energi

panas dan manfaatnya dalam kehidupan.

Pelaksanaan siklus I tindakan 3 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal

1 Maret 2012 selama dua ja pelajaran ( 2x40 menit) pada pukul 07.00-08.30

WIB, yang terdiri dari 30 siswa. Adapun materi yang dibahas pada tindakan

ini adalah sumber energi cahaya, dengan standar kompetensi yaitu mengamati

pengaruh energi dalam kehidupan sehari-hari, kompetensi dasarnya yaitu

mengidentifikasi bentuk energi dan penggunaannya, indikatonya yaitu,


58

menyebutkan sumber energi cahaya, menjelaskan manfaat energi cahaya bagi

kehidupan.

Adapun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu melalui

percobaan, siswa dapat menjelaskan sumber energi cahaya dalam kehidupan,

siswa dapat menjelaskan manfaat energi cahaya bagi kehidupan. Pendekatan

pembelajaran yang peneliti gunakan yaitu pendekatan keterampilan proses.

Metode yang digunakan yaitu eksperimen, pengamatan, diskusi, tanya jawab.

Media yang digunakan batu baterai, senter, lilin, korek api. Sumbernya dari

KTSP 2006 Kelas IV Semester 2 mata pelajaran IPA dan buku IPA Kelas IV,

Dwi Suharti penerbit BSE.

b. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan berdo’a, mengabsen siswa dan

mengondisikan siswa kedalam situasi belajar yang kondusif. Kemudian

dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa dengan memanggil nama

siswa satu persatu. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan

melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dibahas. Setelah

melakukan tanya jawab, kemudian peneliti menuliskan materi yang akan

dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahap selanjutnya pembelajaran inti, peneliti menugaskan siswa

membentuk enam kelompok dengan jumlah masing-masing anggota lima

orang siswa. Kemudian peneliti membagikan LKS dan alat percobaan kepada

masing-masing kelompok. Setelah itu peneliti memersilahkan masing-masing


59

kelompok untuk melakukan percobaan dengan teman kelompoknya, dan

peneliti berkeliling untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan

sambil menilai keterampilan proses siswa.

Tahap selanjutnya ialah siswa dengan kelompoknya menyimpulkan

hasil percobaan, setelah menyimpulkan hasil percobaan perwakilan setiap

kelompok maju ke depan untuk melaporkan hasil diskusinya secara

bergantian kemudian dikomentari oleh kelompok lain.

Tahap selanjutnya guru memberikan evaluasi akhir kepada setiap

siswa, evaluasi yang disajikan berbentuk soal essay dengan 5 butir soal.

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes evaluasi 15 menit, kemudian

guru menutup pelajaran.

Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus I tindakan 1, 2 dan 3

dilanjutkan dengan melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan

tersebut, analisis tersebut didasarkan pada hasil observasi, catatan lapangan,

wawancara, LKS, dan hasil belajar. Berdasarkan data yang diperoleh ada

beberapa temuan diantaranya:

Temuan pertama, kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran

yaitu pada saat kerja sama pada tindakan 1 dan 2, ada 3 orang siswa yang

hanya duduk diam dan ngobrol saja tidak membantu temannya mengerjakan

tugasnya. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa belajar berkelompok dan

mereka fikir hanya yang pintar saja yang harus mengerjakan. Hal ini

berimbas hingga akhir pembelajaran, siswa tidak bekerjasama dengan baik.


60

Pada tindakan 3, hanya 2 orang yang masih ribut dan ngobrol

ketika sedang melakukan kerja kelompok dan tidak ikut kerja sama

mengerjakan tugas kelompoknya.

Temuan kedua, aktivitas siswa saat pembelajaran, pada tindakan 1

dan 2 saat melakukan pengamatan dan menggunakan alat percobaan terlihat

tidak kondusif, karena ada 2 orang siswa yang tidak melakukannya dengan

benar diantaranya hanya diam dan terlihat kebingungan cara menggunakan

alat tersebut dan ada juga yang dilakukan dengan main-main. Hal ini

dikarenakan siswa tidak terbiasa belajar langsung dengan melakukan

percobaan dan menggunakan alat percobaan sendiri.

Pada tindakan 3 pada saat pengamatan dan menggunakan alat

percobaan mengalami perubahan setelah diberi arahan dan bimbingan kepada

siswa.

Temuan ketiga, aktivitas siswa pada saat mengkomunikasikan, pada

tindakan 1 siswa masih mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa

yang tepat untuk membuat kesimpulan dan memersentasikan hasil percobaan.

Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa berbicara dan mengeluarkan

pendapat langsung di depan siswa lain.

Pada tindakan 2 dan 3, perubahan perilaku terjadi pada siswa, yaitu

siswa pasif yang terbiasa belajar hanya mendengarkan penjelasan dari guru

sudah mulai termotivasi dan aktif ketika ditugaskan untuk mengerjakan LKS

dan memanipulasi alat percobaan.


61

Temuan keempat, rata-rata nilai evaluasi akhir siswa tindakan 1 67,3,

tindakan 2 71,0 dan tindakan 3 74,6. Dan rata-rata nilai keterampilan

menggunakan alat percobaan pada tindakan 1 2,3, tindakan 2 2,5 tindakan 3

2,6. rata-rata nilai keterampilan mengomunikasikan tindakan 1 2,5, tindaka 2

2,7, tindakan 3 2,8, rata-rata nilai sikap ilmiah bekerjasama tindakan 1 2,6,

tindakan 2 2,8, tindakan 3 2,9.

Tabel 4.1
Hasil Evaluasi Siklus 1

TINDAKAN 1 TINDAKAN 2 TINDAKAN 3

F X F.X F X F.X F X F.X

6 80 480 2 90 180 2 100 200

9 70 630 8 80 640 4 90 360

9 60 540 10 70 700 7 80 560

2 50 100 9 60 540 10 70 700

- 50 - 7 60 420

Jumlah 1750 - - 2060 - - 2240

Rata-Rata Tindakan 67,3 - - 71,0 - - 74,6

Rata-Rata siklus 1 71,2


62

Gambar 4.1
Grafik Nilai Evaluasi Siklus 1

Nilai Evaluasi,
Nilai Evaluasi Siklus 1 Tindakan 3, 74.6

Nilai Evaluasi,
Tindakan 2, 71

Tindakan 1

Nilai Evaluasi, Tindakan 2


Tindakan 1, 67.3 Tindakan 3

c. Refleksi

Berdasarkan dari analisis pada siklus I tindakan 1, 2 dan 3 mengenai

energi dan bentuk-bentuk energi, sumber energi panas, dan sumber energi

cahaya, hal yang akan diperbaiki diantaranya:

Dalam meningkatkan aktivitas siswa maka yang akan dilakukan

diantaranya sebelum siswa disuruh mengerjakan percobaan, siswa diberi

pengarahan dan bimbingan terlebih dahulu bagaimana cara berkerja sama

yang baik agar siswa tidak hanya diam, dan selalu mengandalkan temannya

yang pintar ketika disuruh berdiskusi.

Dalam menggunakan alat percobaan, terlebih dahulu siswa disuruh

membaca petunjuk yang ada di LKS agar siswa mendapat bayangan cara
63

menggunakan alat tersebut, serta siswa diberi nasehat dan arahan agar siswa

tidak mempermainkan alat percobaan tersebut dengan cara menjahili

temannya.

Dalam mengomunikasikan hasil percobaan agar siswa tidak

mengalami kesulitan bahasa dalam membuat kesimpulan, peneliti

sebelumnya akan membimbing siswa dengan cara mengarahkan pada materi

yang telah dicobakan. Dalam memresentasikan hasil percobaannya agar siswa

semangat kedepan dan tidak saling tuduh dengan temannya, maka peneliti

akan memberikan motivasi berupa penambahan nilai kepada siswa yang lebih

dulu maju kedepan.

Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti terus memberikan

motovasi dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan agar hasil

belajar siswa terus meningkat.

2. Siklus Kedua

a. Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan merupakan perencanaan

pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan pembelajaran ini

dilaksanakan untuk melakukan penelitian terhadap siswa kelas IV semester 2

yang akan dilaksanakan di SDN Neglasari 1, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten

Bandung. Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dari 3 siklus 9 tindakan,

yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Penelitian ini dilaksanakan

dengan menggunakan metode pendekatan keterampilan proses pada


64

pembelajaran energi dan perubahannya. Perencanaan siklus II ini akan

dilaksanakan pada bulan Maret.

Pembelajaran pada siklus II tindakan 1 membahas materi sumber

energi listrik, tindakan 2 membahas tentang sumber energi bunyi, tindakan 3

membahas sumber energi gerak.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan RPP yang digunakan untuk mengajar, media dan alat

pembelajaran, dan instrumen penilaiaan.

Adapun media dan alat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus

II tindakan 1 diantaranya, air, kincir,gambar. Pada tindakan 2 media dan alat

yang digunakan adalah kaleng bekas susu, balon, karet, gunting, pemukul,

gambar. Pada tindakan 3 media dan alat yang digunakan lampu listrik kecil,

batu baterai, kabel kecil.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penilaian hasil evaluasi

proses dan evaluasi akhir terhadap pembelajaran IPA. Pembelajaran

dilaksanakan secara kerja kelompok, dimana siswa di bagi menjadi enam

kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari lima orang siswa.

b. Kegiatan Pembelajaran

Pelaksanaan siklus II tindakan 1 dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 8 Maret 2012 pada pukul 12.00-13..30 WIB, yang terdiri dari 30

siswa dengan materi sumber energi gerak. Pelaksanaan tindakan 2

dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15 Maret 2012 pada pukul 07.00-13.30
65

WIB, yang terdiri dari 30 siswa dengan materi sumber energi bunyi.

Pelaksanaan tindakan 3 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2012

pada pukul 12.00-13.30 WIB, yang terdiri dari 29 siswa dengan materi

sumber energi listrik. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus

II sebagai berikut:

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan berdo’a, mengabsen siswa dan

mengondisikan siswa kedalam situasi belajar yang kondusif. Kemudian

dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa dengan memanggil nama

siswa satu persatu. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan

melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya dilanjutkan tanya

jawab mengenai materi yang akan dibahas. Setelah melakukan tanya jawab,

kemudian peneliti menuliskan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan

tujuan pembelajaran.

\Tahap selanjutnya pembelajaran inti, namun sebelum pembelajaran

dimulai sama seperti pembelajaran sebelumnya peneliti dan siswa kembali

memberlakukan aturan waktu, setelah semuanya disepakati maka tahap

selanjutnya ialah pembentukan kelompok waktu yang telah disepakati lima

menit. Peneliti menugaskan siswa membentuk enam kelompok dengan

jumlah masing-masing anggota lima orang siswa, yang anggotanya sesuai

dengan yang diinginkan siswa. Kemudian peneliti membagikan LKS dan alat

percobaan kepada masing-masing kelompok. Setelah itu peneliti

memersilahkan masing-masing kelompok untuk mendiskusikan dengan


66

teman kelompoknya, dan peneliti berkeliling untuk membimbing siswa yang

mengalami kesulitan sambil menilai keterampilan proses siswa.

Tahap selanjutnya ialah siswa dengan kelompoknya menyimpulkan

hasil percobaan, setelah menyimpulkan hasil percobaan perwakilan setiap

kelompok maju ke depan untuk melaporkan hasil diskusinya secara bergantian

kemudian dikomentari oleh kelompok lain.

Tahap selanjutnya guru mengukur keberhasilan siswa, maka siswa

diberikan tes akhir, evaluasi yang disajikan berbentuk soal essay dengan 5

butir soal. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes evaluasi 15 menit

pada saat mengerjakan evaluasi kondisi siswa cukup tenang, kemudian guru

menutup pelajaran.

Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus II tindakan 1, 2 dan 3

dilanjutkan dengan melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan

tersebut, analisis tersebut didasarkan pada hasil observasi, catatan lapangan,

wawancara, LKS, dan hasil belajar. Berdasarkan data yang diperoleh ada

beberapa temuan diantaranya:

Temuan pertama pada tindakan 1, dan 2, ketika mengomunikasikan

hasil percobaannya, siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan disebabkan

siswa kurang memahami bahasa yang ada dalam petunjuk LKS. Namun

setelah dibimbing dan diarahkan, akhirnya pada tindakan ke 3 semua siswa

bisa menyimpulkan.

Temuan kedua, mengenai aktivitas siswa dalam menggunakan alat

percobaan, masih ada siswa yang memainkan alat percobaan tersebut kepada
67

teman sebangkunya. Namun setelah diberi pengarahan dan bimbingan

akhirnya siswa tersebut berhenti mengganggu temannya.

Temuan ketiga, mengenai aktivitas siswa dalam bekerja sama pada

tindakan 1, 2, dan 3 mengalami peningkatan. Karena semua siswa dalam

kelompoknya ikut membantu dan mengerjakan percobaan.

Temuan keempat, mengenai hasil evaluasi siswa pada tindakan 1, 3.

Penilain proses IPA yang dilaksanakan tingkat keberhasilannya mengalami

peningkatan apabila dilihat pada pembelajaran sebelumnya. Rata- rata nilai

evaluasi akhir siklus II yaitu tindakan 1 77,3, tindakan 2 79,0, tindakan 3

81,7. Rata-rata nilai keterampilan menggunakan alat tindakan 1 2,4, tindakn 2

2,6, 2,8, rata-rata nilai keterampilan mengomunikasikan tindakan 1 2,8,

tindakan 2 3,0, tindakan 3 3,3, rata-rata nilai sikap ilmiah bekerjasama

tindakan 1 3,1, tindakan 2 3,2, tindakan 3 3,4.

Tabel 4.2
Hasil Evaluasi Siklus 1I

TINDAKAN 1 TINDAKAN 2 TINDAKAN 3

F X F.X F X F.X F X F.X

3 100 300 4 100 400 6 100 600

6 90 540 7 90 630 5 90 450

7 80 560 6 80 480 8 80 640

8 70 560 8 70 560 7 70 560

6 60 360 5 60 300 2 60 120

Jumlah 2320 - - 2370 - - 2370

Rata-Rata Tindakan 77,3 - - 79,0 - - 81,7


68

Rata-Rata siklus II 79,3

Gambar 4.2
Grafik Nilai Evaluasi siklus 2

Nilai Evaluasi Siklus 2 Nilai Evaluasi,


Tindakan 3, 81.7

Nilai Evaluasi, Tindakan 1


Tindakan 2, 79
Tindakan 2
Tindakan 3
Nilai Evaluasi,
Tindakan 1, 77.3

c. Refleksi

Berdasarkan pada hasil analisis siklus II tindakan 1, 2 dan 3, ada

beberapa hal yang harus diperbaiki diantaranya ialah pemberian bimbingan

kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengomunikasikan hasil

percobaannya ketika menyimpulkan hasil percobaannya dan dalam membuat

LKS pun harus menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh siswa agar

siswa mudah mengerjakan tugasnya.

Dalam memberikan motivasi belajar pada siswa yang sulit

berkonsentrasi ketika melakukan percobaan yaitu selalu memainkan alat

percobaan kepada temannya. Salah satunya dengan pemberian bantuan


69

berupa terapi. Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang

mengalami kesulitan belajar sesuai program yang telah disusun pada tahap

perencanan. Bentuk terapi yang diberikan berupa bimbingan pribadi dan

belajar kelompok.

Aktivitas bekerja sama siswa pada siklus II mengalami peningkatan.

Karena terlihat semua siswa sudah bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab

untuk mengerjakan percobaan tersebut bersama-sama.

Dalam meningkatkan hasil belajar, siswa harus terus diberi motivasi

berupa pemberian nilai tambahan bagi siswa yang lebih aktif dan

berkonsentrasi dalam belajar.

3. Siklus Ketiga

a. Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan merupakan

perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan

pembelajaran ini dilaksanakan untuk melakukan penelitian terhadap siswa

kelas IV semester 2 yang akan dilaksanakan di SDN Neglasari 1, Kecamatan

Cileunyi, Kabupaten Bandung. Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dari

3 siklus 9 tindakan, yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Penelitian

ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pendekatan keterampilan

proses pada pembelajaran energi dan perubahannya. Perencanaan siklus II ini

akan dilaksanakan pada bulan Maret


70

Pembelajaran pada siklus III tindakan 1 membahas materi sumber

energi kimia, tindakan 2 membahas tentang model perubahan gerak akibat

pengaruh udara, tindakan 3 membahas model perubahan energi gerak menjadi

energi bunyi.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan RPP yang digunakan untuk mengajar, media dan alat

pembelajaran, dan instrumen penilaiaan.

Adapun media dan alat pembelajaran yang akan digunakan pada

siklus III tindakan 1 diantaranya, senter, batu baterai, mobil-mobilan,

gambar makanan. Pada tindakan 2 media dan alat yang digunakan adalah

kertas tulis/ HVS, pensil, penggaris dan gunting, gambar pesawat. Pada

tindakan 3 media dan alat yang digunakan kertas karton, sedotan plastik ,

gunting, gambar terompet.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penilaian hasil evaluasi

proses dan evaluasi akhir terhadap pembelajaran IPA. Pembelajaran

dilaksanakan secara kerja kelompok, dimana siswa di bagi menjadi enam

kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari lima orang siswa.

b. Kegiatan Pembelajaran

Pelaksanaan siklus III tindakan 1 dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 29 Maret 2012 pada pukul 07.00-08..30 WIB, yang terdiri dari 30

siswa dengan materi sumber energi kimia. Pelaksanaan tindakan 2

dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 April 2012 pada pukul 12.00-
71

13.30 WIB, yang terdiri dari 29 siswa dengan materi model perubahan

gerak akibat pengaruh udara. Pelaksanaan tindakan 3 dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 12 April 2012 pada pukul 07.00-08.30 WIB, yang

terdiri dari 30 siswa dengan materi model perubahan energi gerak menjadi

energi bunyi. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus III

sebagai berikut:

Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab mengenai materi

sebelumnya dilanjutkan tanya jawab mengenai materi yang akan dibahas.

Respon siswa cukup beragam, dan siswa dapat menjawab pertanyaan guru

dengan baik, setelah melakukan apersepsi, guru memaparkan tujuan

pembelajaran. Semua siswa menyimak tujuan pembelajaran.

Tahap selanjutnya pembelajaran inti guru menugaskan siswa

membentuk enam kelompok dengan jumlah masing-masing anggota lima

siswa, yang anggotanya sesuai dengan yang diinginkan siswa. Setelah

siswa dapat terkondisikan guru memberikan LKS dan menjelaskan

petunjuk pengerjaan LKS.

Pada tahap ini siswa tampak lebih antusias dalam belajar terutama

dalam menggunakan alat percobaan, karena untuk membuat alat percobaan

siswa harus membuat sendiri dengan beberapa petunjuk dalam LKS.

Kerjasama dibeberapa kelompok pun terlihat cukup baik, namun ada

sekelompok siswa yang mengalami kesulitan yaitu pada saat membuat

model perubahan gerak akibat pengaruh udara.


72

Tahap selanjutnya ialah siswa dengan kelompoknya menyimpulkan

hasil percobaan, setelah menyimpulkan hasil percobaan perwakilan setiap

kelompok maju ke depan, satu persatu siswa melaporkan hasil percobaan

yang kemudian dikomentari oleh kelompok lain. Pada tahap ini siswa

sudah mulai terlatih dalam mengomunikasikan hasil percobaan,

penggunaan bahasa siswa sudah baik dan cara penyampaiannya pun

dengan sikap yang baik.

Tahap selanjutnya mengukur keberhasilan siswa, maka siswa

diberikan tes akhir, evaluasi yang disajikan berbentuk soal essay dengan 5

butir soal. Pada saat mengerjakan evaluasi kondisi siswa cukup tenang

Temuan pertama, kesulitan dalam menggunakan alat pada tindakan

1 masih ada satu orang yang mengalami kesulitan dalam memanipulasi

alat percobaan. Namun pada tindakan 2 dan 3 mengalami peningkatan

semua siswa berhasil memanipulasi dan menggunakan alat percobaan

dengan baik dikarenakan siswa mendapat kesempatan untuk bereksplorasi

di luar dan di dalam kelas setelah mendapat ketentuan, dan tujuan, dan

mampu belajar tanpa merasa adanya tekanan, lebih aktif dan efektif pada

setiap tahap pembelajaran. Peneliti memberikan penguatan agar siswa

termotivasi untuk belajar lebih serius agar mampu menyerap ilmu yang

disampaikan, dan merasa dihargai ketika siswa memperoleh hasil yang

memuaskan.

Temuan kedua, pada tindakan 1, 2 dan 3 mengenai aktivitas siswa

dalam mengomunikasikan dan bekerja sama sudah cukup baik, karena


73

semua siswa bisa mengkomunikasikan hasil percobaannya dalam

menyimpulkan hasil percobaannya sudah sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan semua siswa tidak harus disuruh lagi ketika

memersentasikan.

Temuan ketiga, hasil belajar yang dicapai siswa pada tindakan 1, 2

dan 3, mengalami peningkatan. Rata-rata nilai evaluasi akhir siswa siklus

II tindakan 1, 82,3, tindakan 2, 84,3, tindakan 3, 85,6. Rata-rata nilai

keterampilan menggunakan alat tindakan 1 3,1, tindakan 2 3,4, tindakan 3

3,5, rata-rata nilai keterampilan mengomunikasikan tindakan 1 3,4,

tindakan 2 3,5, tindakan 3 3,6 rata-rata nilai sikap ilmiah bekerjasama

tindakan 1 3,4, tindakan 2 3,6, tindakan 3 3,7.

Tabel 4.3
Hasil Evaluasi Siklus III

TINDAKAN 1 TINDAKAN 2 TINDAKAN 3

F X F.X F X F.X F X F.X

7 100 700 8 100 800 9 100 900

5 90 450 6 90 540 5 90 450

8 80 640 8 80 640 10 80 800

8 70 560 7 70 490 6 70 420

2 60 120 1 60 60 - 60 -

Jumlah 2470 - - 2530 - - 2570

Rata-Rata Tindakan 82,3 - - 84,3 - - 85,6

Rata-Rata Persiklus 84,1


74

Gambar 4.3
Grafik Nilai Evaluasi Siklus 3

Nilai Evaluasi Siklus 3


Nilai Evaluasi Siklus
3, Tindakan 3, 85.6

Nilai Evaluasi Siklus


3, Tindakan 2, 84.3

Tindakan 1
Nilai Evaluasi Siklus Tindakan 2
3, Tindakan 1, 82.3 Tindakan 3

c. Refleksi

Dalam upaya peningkatan keterampilan proses terutama dalam

menggunakan alat percobaan, pada awalnya masih ada satu orang yang masih

mengalami kesulitan memanipulasi alat percobaan. Namun setelah

dilaksanakan di dalam dan di luar kelas akhirnya semua siswa bisa melakukan

dan menggunakan alat percobaan dengan baik.


75

Dalam meningkatkan aktivitas mengomunikasikan dan bekerja sama

juga semua siswa sudah mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari semua

siswa sudah bisa menyimpulkan hasilnya dengan baik sesuai tujuan yang ingin

di capai dan semua siswa sudah berani kedepan tanpa harus disuruh

memersentasikan.

Dalam hasil evaluasi yang diperoleh dalam siklus ini, semua siswa

mengalami peningkatan. Jadi dari hasil penelitian yang diperoleh, penerpan

pendekatan keterampilan proses yang di gunakan dalam pembelajaran IPA

pada konsep energi dan perubahannya sudak berhasil meningkatkan aktivitas

siswa dan hasil belajar siswa kelas IV sekolah dasar.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi yang dilakukan pada setiap

tindakan dari penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat temuan-temuan

yang dapat dibuat pembahasan sebagai berikut:

1. Siklus I

Berdasarkan hasil penelaahan dari siklus I temuan-temuan

esensialnya sebagai berikut:

Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran yaitu pada saat

kerja sama pada tindakan 1 dan 2, ada 4 orang siswa yang hanya duduk

diam dan ngobrol saja tidak membantu temannya mengerjakan tugasnya.

Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa belajar berkelompok dan mereka
76

fikir hanya yang pintar saja yang harus mengerjakan. Hal ini berimbas

hingga akhir pembelajaran, siswa tidak bekerjasama dengan baik.

Dengan membiasakan siswa belajar berkelompok akan banyak

manfaat yang didapatkan seperti keterampilan komunikasi, sosialisasi dan

kerjasama siswa akan berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Darmojo, H. Dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 69), yang menyatakan bahwa.

”Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan keterampilan


komunikasi lisan adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bekerja kelompok, diskusi kelompok dan menyampaikan
hasil diskusinya di depan kelas. Teman sebaya merupakan teman
yang paling efektif untuk mengembangkan keterampilan verbal,
karena selama proses berlangsung boleh dikatakan tidak ada
hambatan psikologis”.

Untuk itu peneliti memberikan bimbingan dan arahan tentang pentingnya

bekerja sama dan bersosialisasi dengan teman sekelas.

Pada tindakan 3, hanya tiga orang yang masih ribut dan ngobrol

ketika sedang melakukan kerja kelompok dan tidak ikut kerja sama

mengerjakan tugas kelompoknya.

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran, pada tindakan 1 dan 2 saat

melakukan pengamatan dan menggunakan alat percobaan terlihat tidak

kondusif, karena ada 3 orang siswa yang tidak melakukannya dengan

benar banyak diantaranya yang hanya diam dan terlihat kebingungan cara

menggunakan alat tersebut dan ada juga yang dilakukan dengan main-

main. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa belajar langsung dengan

benda-benda, karena pengamatan dan percobaan dilakukan kurang baik

maka siswa mengalami kesulitan dalam menyimpulkan dan melaporkan


77

hasil percobaan. Maka dari itu, peneliti memberikan bimbingan pada siswa

dengan memberikan contoh atau mendemonstrasikan keterampilan

tersebut dengan harapan dapat membantu siswa untuk menemukan

konsep. Hal ini dilakukan sampai siswa terlihat sudah mandiri dalam

melakukan percobaan. Hal ini merujuk pada pendapat yang dikemukakan

Bandura yang dikutip oleh Barlow, yaitu “Sebagian besar dari yang

dipelajari oleh manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian

contoh perilaku (modeling)” (Syah, 2003 : 43).

Pada tindakan 3 pada saat pengamatan dan menggunakan alat

percobaan mengalami perubahan setelah diberi arahan dan bimbingan

kepada siswa.

Aktivitas siswa pada saat mengkomunikasikan pada tindakan 1

siswa masih mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa yang tepat

untuk membuat kesimpulan hasil dan memersentasikan hasil percobaan.

Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa berbicara dan mengeluarkan

pendapat langsung di depan siswa lain.

Pada tindakan 2 dan 3, perubahan perilaku terjadi pada siswa, yaitu

siswa pasif yang terbiasa belajar hanya mendengarkan penjelasan dari

guru sudah mulai termotivasi dan aktif ketika ditugaskan untuk

mengerjakan LKS dan memanipulasi alat percobaan.

Nilai yang didapat pada tindakan 1 dengan indikator menjelaskan

pengertian energi dan bentuk-bentuk energi belum memuaskan karena

proses pembelajaran siswa belum teratur, akan tetapi pada tindakan 2 dan
78

3 dengan indikator menjelaskan sumber energi panas dan sumber energi

cahaya mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil nilai yang di

peroleh Rata-rata nilai evaluasi siswa tindakan 1 67,3, tindakan 2 71,0 dan

tindakan 3 74,6. Dan rata-rata nilai keterampilan proses menggunakan alat

percobaan pada tindakan 1 2,3, pada tindakan 2 2,5, dan pada tindakan 3

2,6, rata-rata nilai keterampilan mengkomunikasikan pada tindakan 1 2,5,

pada tindakan 2 2,7, pada tindakan 3 2,8, dan rata-rata nilai sikap ilmiah

bekerjasama pada tindakan 1 2,6, pada tindakan 2 2,8, dan pada tindakan 3

2,9.

Siklus II

Berdasarkan penelaahan dari siklus II temuan-temuan esensialnya adalah

sebagai berikut:

Kesulitan yang dialami siswa pada tindakan 1 dan 2 dalam pembelajaran

adalah siswa merasa kesulitan dalam mengomunikasikan hasil percobaannya.

Sehingga siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan. Hal ini

dikarenakan penggunaan bahasa dalam LKS yang kurang dipahami siswa.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Darmojo dan Kaligis (1992:42),

bahwa “Pembuatan LKS sebaiknya menggunakan kalimat yang sederhana dan

pendek, serta menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

anak”.

Pada tindakan 3 kesulitan siswa dalam menyimpulkan hasil percobaan

mengalami peningkatan karena siswa telah diberi bimbingan.


79

Pada siklus II ini aktivitas siswa dalam menggunakan alat percobaan

baru terdeteksi bahwa siswa hiperaktif yang selalu mengganggu temannya

dengan memain-mainkan alat percobaan disetiap pembelajaran memiliki

kesulitan dalam berkonsentrasi dalam belajar. Hal itu timbul dari faktor internal

dan eksternal siswa itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada

tindakan 3 peneliti memberikan terapi berupa bimbingan pribadi dan belajar

kelompok kepada siswa tersebut di luar dan di dalam jam pelajaran, dan

dilakukan pada setiap pembelajaran.Walaupun dalam penanganannya

memerlukan banyak waktu, namun apabila tidak diatasi akan mempengaruhi

kepribadian siswa tersebut juga dapat mengganggu aktivitas siswa lain dalam

belajar sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Aunurrahman (2009: 181) bahwa ”Kesulitan berkonsentrasi

merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu

akan menjadi kendala dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan”.

Dengan mengatasi kesulitan belajar ketiga siswa tersebut yang cenderung

berakibat pada aktivitas belajar siswa lain, akhirnya aktivitas belajar siswa

meningkat terbukti siswa sudah dapat menggunakan alat sesuai petunjuk yang

ada dalam LKS dan dalam berkomunikasi dengan siswa lain sudah mulai terjalin

cukup baik, sikap egosentris siswa sedikit demi sedikit mulai berkurang.

Aktivitas siswa dalam bekerja sama pada siklus II sudah mengalami

peningkatan dari setiap tindakan. Hal tersebut terlihat dari aktivitas mereka

ketika bekerja sama, hampir semua ikut mengerjakan walupun masih ada satu

orang yang masih diam.


80

Nilai yang didapat dari indikator menjelaskan sumber energi gerak,

sumber energi listrik, sumber energi bunyi mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari rata- rata nilai evaluasi akhir siklus II yaitu tindakan 1 77,3,

tindakan 2 79,0, tindakan 3 81,4. Rata-rata nilai keterampilan menggunakan

alat tindakan 1 yaitu tindakan 1 2,4, tindakan 2 2,6, tindakan 3 2,8, rata-rata

nilai keterampilan mengomunikasikan tindakan 1 2,8, tindakan 2 3,0, tindakan

3 3,3, rata-rata nilai sikap ilmiah bekerjasama tindakan 1 3,1, tindakan 2 3,2,

tindakan 3 3,4.

Siklus III

Berdasarkan penelaahan dari siklus III temuan-temuan esensialnya

sebagai berikut:

Kesulitan yang dialami siswa pada siklus III tindakan 1 yaitu masih

ada satu orang siswa yang belum mampu memanipulasi alat percobaan

secara maksimal, masih memerlukan bantuan dalam menemukan konsep

energi. Siswa memperoleh kemudahan dalam menggali informasi ilmu

pengetahuan dengan bimbingan guru dan LKS pada kegiatan percobaan.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Carin dan Sund

(Darmojo, H,1992: 35), yaitu ”Anak usia sekolah dasar masih memerlukan

bimbingan dari guru untuk mengetahui konsep-konsep sains”. Dan Ahmad

D.Marimba, bahwa ”Dalam proses pembelajaran, maka alat mempunyai

fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan”(Fathurrohman dan

Sutikno, 2007: 15)


81

Aktivitas menggunakan alat percobaan pada pada siklus III tindakan

2 dan 3 meningkat ketika siswa mendapat kesempatan untuk bereksplorasi di

luar dan di dalam kelas setelah mendapat ketentuan, dan tujuan, dan mampu

belajar tanpa merasa adanya tekanan, lebih aktif dan efektif pada setiap tahap

pembelajaran. Peneliti memberikan penguatan agar siswa termotivasi untuk

belajar lebih serius agar mampu menyerap ilmu yang disampaikan, dan

merasa dihargai ketika siswa memperoleh hasil yang memuaskan.

Hal tersebut sesuai dengan teori dari Gagne yang berpendapat bahwa,

“Siswa harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar

akan memperoleh hadiah” (Anita Lie, 2003:40), dan Djamarah menyatakan

bahwa ”Pengubahan tingkah laku siswa dapat dilakukan dengan pemberian

penguatan” (Djamarah, 2004:40).

Aktivitas mengkomunikasikan hasil percobaan dan bekerja sama

pada siklus II tindakan 1, 2 dan 3 sudah cukup baik. Hal ini terlihat siswa

sudah bisa menyimpulkan hasil percobaan dengan baik dan siswa tanpa

harus di suruh lagi mereka langsung maju kedepan untuk memresentasikan

hasil percobaannya. Dan sudah terlihat semua siswa disetiap kelompok

bekerja sama dengan baik tidak ada yang diam dan ngobrol lagi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dengan indikator menjelaskan

sumber energi kimia, membuat model perubahan gerak akibat pengaruh

udara dan membuat model perubahan energi gerak menjadi energi bunyi

sangat meningkat. Hal ini dapat dilihat rata-rata nilai evaluasi akhir siswa

siklus III tindakan 1 82,3, tindakan 2 84,3, tindakan 3 85,6. Rata-rata nilai
82

keterampilan menggunakan alat tindakan 1 3,1, tindakan 2 3,4, tindakan 3

3,5, rata-rata nilai keterampilan mengomunikasikan tindakan 1 3,4, tindakan

2 3,5, tindakan 3, 3,6 , rata-rata nilai sikap ilmiah bekerjasama tindakan 1

3,4, tindaka 2 3,6, tindakan 3 3,7.

Berdasarkan pada hasil belajar di atas maka terbuktilah bahwa

penerapan pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA konsep

energi dan perubahannya berhasil dilaksanakan di kelas IV SD Negeri

Neglasari 01 karena aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya

semakin meningkat.

Penelitian menggunakan pendekatan keterampilan proses pun telah

digunakan oleh Marlita (2008) dengan judul “ Implementasi Pendekatan

Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat

Sederhana Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar” dapat disimpulkan bahwa

setelah menggunakan keterampilan proses pemahaman dan aktivitas siswa

menjadi semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad

Hanifah(2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan proses

dapat meningkatkanaspek keterampilan mengamati, mengkomunikasikan

menggunakan alat percobaan, dan menyimpulkan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan

pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa.


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran IPA dengan konsep

energi dan perubahannya di kelas IV diantaranya kesulitan dalam

menggunakan alat percobaan siswa tidak mampu bagaimana cara

menggunakan dan memanipulasi alat tersebut dengan baik dan juga siswa

sulit berkonsentrasi sehingga siswa sering memainkan alat percobaan

untuk menjahili temannya. Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa

mengadakan percobaan dengan menggunakan alat percobaan dalam

proses pembelajaran. Namun setelah diberi arahan, bimbingan dan juga

nasehat, siswa mengalami perubahan pada setiap tindakannya, dalam

mengomunikasikan hasil percobaan, siswa mengalami kesulitan memilih

bahasa yang tepat untuk menyimpulkan hasil percobaan dan ketika

disuruh memersentasikan hasil kerjanya masih banyak siswa yang saling

tuduh dengan temannya. Hal tersebut dikarenakan siswa masih belum

terbiasa melatih kemampuan bahasa yang mereka miliki dan kurangnya

rasa percaya diri. Namun setelah diberi araha dan motivasi berupa

penambahan nilai untuk anak yang berani kedepan memersentasikan hasil

kerjanya, akhirnya tumbuhlah rasa percaya diri pada diri siswa dan tanpa

ditunjuk lagi siswa mau kedepan, kesulitan dalam bekerja sama dengan

83
84

teman kelompoknya, masih ada siswa yang hanya diam dan ngobrol saja

tidak ikut membantu temannya mengerjakan tugas kelompoknya untuk

melakukan percobaan dan mengisi pertanyaan yang ada dalam LKS. Hal

tersebut di karenakan kurangnya rasa tanggu jawab yang ada dalam diri

siswa. Namun setelah diberi pengarahan, motivasi dan bimbingan,

tumbuhlah rasa taggu jawab pada diri siswa tersebut, hal ini terbukti

adanya peningkatan di setiap tindakan.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

keterampilan proses mengalami peningkatan pada setiap tindakan.

Adapun aktivitas keterampilan proses yang dikembangkan yaitu

keterampilan menggunakan alat percobaan, mengomunikasikan dan

bekerja sama sebagai sikap ilmiah. Nilai keterampilan proses yang

diperoleh dalam aktivitas belajar siswa yaitu nilai rata-rata keterampilan

menggunakan alat percobaan pada siklus I 2,5, siklus II 2,6; siklus III 3,3.

Nilai rata-rata keterampilan mengomunikasikan pada siklus I 2,7, siklus II

3,0, siklus III 3,5, sikap ilmiah yang dikembangkan yaitu bekerja sama

dengan rata-rata pada siklus I 2,8, siklus II 3,1, siklus III 3,6.

3. Hasil belajar pada pembelajaran konsep energi dan perubahannya dengan

menggunakan pendekatan keterampilan proses meningkat disetiap

pembelajarannya. Perolehan nilai rata-rata evaluasi siswa pada ranah

kognitif setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata

evaluasi siswa 70,4, pada siklus II 79,3, pada siklus III 84,1. Secara

keseluruhan, hasil belajar siswa terus meningkat ketika pembelajaran


85

menggunakan pendekatan keterampilan proses. Dengan demikian,

pendekatan keterampilan proses tepat digunakan untuk pembelajaran

energi dan perubahannya di kelas IV sekolah dasar karena dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, untuk mengurangi tingkat kesulitan,

dan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa demi mencapai

kualitas pendidikan yang tinggi, maka peneliti memberikan beberapa saran

yang direkomendasikan. Beberapa saran tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Dalam merancang langkah pembelajaran hendaknya guru dapat

memperhitungkan waktu pada setiap tahapannya. Agar tidak terjadi

kekosongan atau kekurangan waktu, sehingga hasil yang didapat optimal.

2. Dalam memilih dan menggunakan alat peraga hendaknya dapat

memperhitungkan apakah pengunaan alat peraga tersebut sesuai dengan

tujuan dan tingkat kematangan dan kemampuan siswa.

3. Dalam mengunakan alat peraga harus tepat, artinya sebelum memberikan

pada siswa hendaknya guru pun harus menguasai alat peraga tersebut

sehingga apabila siswa mengalami kesulitan pada saat memanipulasi alat

tersebut guru dapat segera membantu siswa.

4. Dalam membuat LKS hendaknya menggunakan bahasa yang singkat dan

sederhana agar dapat dipahami oleh siswa dan memudahkan siswa dalam

menemukan konsep IPA.


86

5. Dalam pembelajaran IPA hendaknya menggunakan pendekatan

keterampilan proses sebagai salah satu alternatif dalam merancang

pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.
87

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2003). Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia.

Aqib, Zainal, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, untuk: Guru, Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Asy’ari, M (2006). Penerapan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di SD


. Jakarta : Depdiknas.

Aunurrahman, (2008), Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Barlow, Daniel Lenox. (1985). Educational psychology: The Teaching Learning Process.
Chicago : The Moody Bible Institute

Budiningsih, C. (2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipto.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains SD. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi dir. Ketenagaan

Dahar, W.R (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, B.S. (2000). Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif. Jakarta : BNSP

Darmodjo, H. dan Kaligis, J.R. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Kurukulum KTSP 2006 Standar Isi SD/MI.
Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Grafika.

Hanifah, Muhammad. (2006) Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi


Bentuk dan Gerak Bumi di Kelas VI SD. Bandung : UPI

Hermawan, Ruswandi dkk. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung :
UPI PRESS.

Iskandar, S.M. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam SD. Jakarta: Depdiknas

Karli, H. dan Yuliariatiningsih, M. S. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi


1. Bandung: Bina Media Informatika.

Kasbolah, K (1998). Penelitian Tindakan kelas (PTK). Jakarta : Depdikbud, Dirjen


Pendidikan Tinggi Proyek PGSD.
88

Marlita. (2008). Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan


Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.
Bandung : UPI

Moleong, L (2005). Metoda Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Mudjiono, Drs. Dkk (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. P.T. Rineka Cipta.

Mulyasa, E (2007) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rosda Karya.

Muslich, Masnur. (2009). Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah.
Jakarta: Bumi Aksara.

Samatowa, Usman (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Depdiknas.

Siregar, R dan Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siti Agnia, N.G. (2009) Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Mengembangkan


Kecerdasan Majemuk dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pesawat
Sederhana. Bandung : UPI

Sudjana, Nana dan Ibrahim (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar
Baru Algesindo.

Sulistyorini, Sri. (2007). Model-Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara


Wacana
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Reber, A.S. (1988). The Penguin Dictionary of Psicology. Ringgwood Victoria : Penguin
Books Australia Ltd.

Wahyono, Budi, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD Kelas IV. Klaten : Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wibawa, Basuki. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Wiriaatmadja, R. (2005).“ Metode Penelitian Tindakan Kelas“. Bandung : Rosda Karya.


89

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 14 Agustus 1984

yang merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara dari pasangan bapak Ayi

Sutisna, S.Pd dan ibu Ai Rohaeti. Penulis beralamat di jln. Al-Jawami

kp. Warukut, RT 04 RW 13 Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan

Cileunyi Kabupaten Bandung.Penulis mempunyai seorang putri yang

bernama Naila Salsabila Rahadatul Aisyi.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis :

1. SD Negeri Yasahidi II, dari tahun 1991 sampai 1997,

2. SLTP Negeri I Cikeruh, dari tahun 1997 sampai 2000,

3. MA Al-Falah II Nagreg, dari tahun 2000 sampai 20003,

4. D-II PGSD UPI Kampus Cibiru, dari tahun 2004 sampai 2006.

Pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa program S-1 PGSD UPI Kampus

Cibiru, Konsentrasi IPA. Dan penulis bekerja sebagai guru honor dari tahun 2007 sampai

sekarang di SD Negeri Neglasari 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Anda mungkin juga menyukai