Anda di halaman 1dari 50

1

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO THAHARAH DAN WUDLU


TERHADAP PEMAHAMAN SISWA KELAS III
SD KAREN KRETEK BANTUL

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Fu’t Aulia
NIM. 1600031067
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi pada program
Studi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
2

A. Latar belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan holistic dari

seorang individu yang meliputi fisik, emosional, mental, social dan

spiritual. Dalam UU No 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 3 menegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta pendahuluan

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan berwatak kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab.” Pendidikan merupakan investasi negara yang paling besar, semua

harapan dan kondisi bangsa kedepannya ada di tangan pendidikan saat ini.

Sebagai penentu generasi yang akan melanjutkan pembangunan sebuah

negara 10-15 tahun yang akan datang.

Pendidakan Agama merupakan salah satu dari tiga subjek pelajaran

yang harus dimasukan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal

di Indonesia. Hal ini kerena kehidupan yang diharapkan dapat terwujud

secara terpadu.1

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peranan yang sangat

penting karena agama dapat dijadikan dasar kepribadian sehingga ia dapat

menajadi manusia yang bermanfaat, bermartabat dan menjadi manusia

1
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama,(Yogyakarta : Pustak, Pelajar,1999)1
3

yang daapat menjalankan hidupnya sesuai dengan Sistem Pendidiakan

Nasioanal. Di dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.2

Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam

GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan Agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, mengahayati, hingga mengimani ajaran agama

islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hinga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa3

Dalam proses pembelajaran di sekolah, terdapat beberapa unsur

yang harus di penuhi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

(KBM). Usur-unsur tersebut adalah pendidikan (Guru), peserta didik

(siswa), kurikulum, evaluasi dan lingkungan. Factor yang sangat berperan

dalam kegiatan pembelajaran yaitu adanya unsur guru dan peserta didik.

Guru merupakan ujung tombaknya pendidikan sebagai pelaksana kegiatan

pembelajaran.

2
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA,”n.d.,50
3
Muhaimin, Wacana.Op.Cit 76
4

Saat proses pembelajaran, seorang guru mentransfer ilmu atau

memberikan wawasan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Terlepas dari itu, guru tidak hanya bertugas menstransfer ilmu saja tetapi

juga membiming dan membentuk tingkah laku peserta didik sehingga

peserta didik memiliki kepribadian kuat dan baik (berahlakul karimah)

berdasarkan pada ajaran agama islam4. Hal tersebut berarti bahwa seorang

guru perlu membekali peserta didik tentang pentingnya pendidikan

karakter sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Terlebih guru Agama

Islam dituntut untuk mengedepankan aspek-aspek sikap dan nilai seperti

akhlak dan keagamaan.

PAI meruapakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di

sekolah/madrasah yang memiliki peranan penting dalam membentuk

kepribadian umat dan bangsa, baik dari segi moralitas sains dan teknologi.

Dalam era informasi dan globalisasi sekarang inim perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni berlangsung begitu cepat menuntut guru

dan calon guru untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.5

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog telah membawa

perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan

manusia, baik dalam ekonomi sosial budaya maupun pendidikan. Oleh

karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan IPTEK

4
Abdul Majid, BELAJAR dan MENGAJAR Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014),22.
5
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.4, 2011) hlm.
53
5

tersebut perlu adanya penyesuaian-penyusaian terutama yang berkaitan

dengan factor-faktor pengajaran di sekolah salah satu factor tersebut

adalah media pembelajaran yang perlu di pelajari dan dikuasai oleh calon

guru sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran secara

baik.

Dalam metode pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol

yakni; metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu

penagajaran sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau

menuntukan taraf tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.6

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah satu proses

lomunikasi, proses komunikasi dab tukar menukar pesan atau informasi

pendidikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan

sebagainya. Melalui komunikasi pesan dimungkinkan bisa diserap oleh

semua orang. Demikan halnya dalam proses komunikasi perlu digunakan

sarana dalam proses mengajar yang membantu proses komunikasi yang

disebut media.7

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan dan

mencegah prestasi atau hasil belajar, salah satunya adalah dengan

memperbaiki penyampaian pembelaran kepada siswa melalui media

pembelajaran yang dapat membuat suswa tertarik dan menyenangkan

ketika belajar. Teknologi dan media, merupakan modal dasar keara sukses

pendidikan. Dengan penggunaan media pembelajaran yang membuat


6
Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’I, Media Pembelajaran, Sinar Guru Algesindo, Bandung,2002.
hlm.1.
7
Ahmad Rihani, Media Instruksional Efektif, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.1.
6

siswa tertarik dan senang, di harapkan siswa dapat meningkatkan dan

termotivasi aktivitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan

penguasaan terhadap materi yang di berikan di sekolah dengan harapan

siswa mampu meningkatkan hasil belajar yang efektif dan efisien.8

Penggunaan media dalam pengajaran di kelas, merupakan sebuah

kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat di pahami mengingat

proses belajara yang dialamu siswa tertumpu pada berbagai kegiatan,

menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup du masa sekarang dan

masa yang akan datang. Salah satu upaya yang harus di tempuh adalah

bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya

proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala

sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien.

Teknologi audio visual cara menghasilkan atau menyanpaikan

materi dengan menggunaka mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio visual yang jelas bercirikan pemakaian

perangat keras selama proses belajar seperti mesin proyektor, film, tipe

recorder dan proyektor visual yang lebar.9

Di Sekolah Dasar (SD) di temukan berbagai masalah dalam

pembelajaran PAI. Salah satunya yaitu mutu pendidikan yang masih

tergolong rendah. Factor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan

tersebut antara lain, rendahnya kesadaran pentingnya belajara, kurangnya

motivasi, sarana dan prasarana yang mendukung kurangnya kompetensi

8
A.Tabrani, Rusyan dan Daryani,1993, Penuntun Belajar yang Sukses, Nine Karya.(Jakarta), hal.3
9
Azhar Arsyad, Media Pengajara, Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2002,hlm.15.
7

guru. Pada era sekarang permasalahan yang dihadapi yaitu belum

sesuainya antara strategi pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.

Hal ini tentunya menimbulkan kesenjangan pendidikan sehingga dapat

menghambat tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karakteristik peserta didik

sekola dasar cenderung masuh suka bermain, dan bekerja dalam kelompok

serta senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu guru

diharapkan mampu melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara degan guru Agama Islam di SD

Karen Kretek, motivasi dan semangat peserta didik dalam pembelajaran

Agama Islam masih tergolong rendah. Selama proses pembelajaran

berlangsung masih banyak peserta didik yang kurang memperhatikan

guru, dan dalam penilai dari hasi wawancara dengan guru PAI masih

banyak kekurangan dalam hal menentukan langkah dan media berupa

contoh video yang pas buat materi yang terkandung yang didalamnya

terkandung unsure berupa hal hal seperti ibadah prakter seperti wudhu,

sholat, karena media yang di pakai belum mengguanaka media video, guru

hanya memberikan contoh dalam hal yang real terkait contoh praktek

wudhu, tayamum dan juga sholat, salah satu strategi yang di pakai adalah

dengan menggunakan strategi ekspository (ceramah). Beliau juga

menuturkan bahwa sudah digunakan metode sesuai dengan kebutuhan

mereka akan tetapi kurangnya media atau bahan video dalam hal

pemebelajara membuat guru harus menggunaka metode lain agar siswa

bisa memahami dan bisa mempraktekan dan mengamalkan apa yang sudah
8

di ajarkan, dan beliu juga menuturkan kurang nya pemanfaatan media

dalam pembelajaran.10

Penggunaan media video mempunyai peranan yang sangat urgensi

yaitu dapat memberikan bnyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam

proses pembelajaran, dalam penelitian ini penulis lebih menitik beratkan

pada pembelajaran PAI pada bab thaharah dan sholat fardlu di kelas III

SD. Dengan di contohkan video dengan objek teman sebaya yang ada d

video dengan versi orang dewasa tentunya akan ada respon dari siswa ada

kekurangan dan kelebihannya.

Dalam konteks ini penulis tertatik untuk mengkaji lebih dalam

tentang “Penggunaan Media Video Thaharah dan Sholat Fardlu

dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SD Karen Kretek”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditemukan. Maka

dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana respon peseta didik terhadap video thaharah dan sholat

fardlu yang diprogramkan dengan penggunaan video contoh praktek

dengan teman sebaya?

2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran PAI

tentang materi thaharah dan sholat fardlu dengan penyampaian

menggunakan media video?

10
Hasil Wawancara dengan Ibu Siti Samsiatun Guru Pendidikan Agama Islam di SD Karen Kretek,
pada hari rabu tanggal 4 Desember Pukul 09.00 WIB
9

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui respon siswa terhadap hasil pengajaran yang berupa

penayangan video yang dipraktekan teman sebaya di bandingkan

penayangan video yang dipraktekkan orang dewasa/orang tua di SD

Karen Kretek.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran dengan

menggunakan media vidio terhadap hasil belajar peserta didik dalam

pelajaran Agama Islam kelas III di SD Karen Kretek.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang bagaiman

memberikan materi yang tepat pada mata pelajaran Penidika Agama

Islam pada materi tertentu yang membutuhkan sebuah media sebagai

salah satu contoh yang akan di berikan kepada peserta didik.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis semoga penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat

sebegai berikut:

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan,

khusunya tentang penerapan media video terhadap motivasi belajar

siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan kinerja pendidik pada pengelohan dan pengemasan

materi Pemebelajaran Pendidikan Agama Islam di ranah Sekolah

Dasar.

2. Manfaat Praktis
10

a. Bagi Siswa

1) Dapat meninglatkan hasil belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran di dalam kelas.

2) Dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempraktekkan

wudhu yang benar dan tata cara sholat yang benar dan dapat

menerapkannya dalam kehidupannya.

b. Bagi Guru

1) Dengan adanya penelitian ini guru dapat menggunakan hasil

video yang sudah dibuat peniliti untuk bahan ajar selanjutnya.

2) Dapat menambah ilmu dan wawasan sehingga guru Agama

Islam dapat menggunakan media video dalam proses

pembelajaran pendidikan Agama Islam.

c. Bagi Sekolah

Dapat menjadikan sumber pembelajaran menjadi bahan ajar yang

inovatif dengan adanya contoh video yang di praktekkan teman

sebaya.

E. Tinjauan pustaka

Tinjuan Pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai pembanding

dari penelitian yang sedang peneliti lakukan. Oleh sebab itu, peneliti

mengambil beberapa penelitian yang berkaitan dengan penggunaan media

video thaharah dan sholat fardlu dalam meningkatkan pemahaman siswa

kelas III sd Karen Kretek Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini

peneliti akan mengemukakan berbagai kajian pustaka penelitian yang


11

beguna untuk membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini, diantaranya

sebagai berikut:

1. Skripsi Silvi Hidayatullah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang

berjudul Peningkatan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi

tayamum dengan menggunkan media audio visual pada siswa kelas III

MI Sunan Ampel Bangeran Dawarblandong. Fokus dalam penelitian

ini adalah pemanfaatan media audio visual guna meningkatkan hasil

belajar siswa. Dan dapat diperoleh kesimpulan penerapan media audio

visual yang melibatkan lingkungan sekitar dalam mata pelajaran fiqh

materi tayamum pada siswa kelas III MI mengalami peningkatan dari

hasil belajar siswa, dengan penggunaan media audio visual daya Tarik

belajar siswa lebih meningkat dibandingan hanya dengan

mengandalkan buku dengan dikemasnya materi tayamum dari

pengertian rukun, sunnah tayamum dan juga di tampilkannya video

terkait materi tayamum mempunyai nilai tambahan guna

meningkatkan ketuntasan siswa dalam memahami materi pembelajaran

tayamum. Persamaan dalam penilitian ini adalah tujuan peniliti untuk

meniliti siswa pada jenjang SD kelas III, dan juga penggunaan atau

pemanfaatan media video dalam mengeksplor pemahaman siswa

terkait peningatan pembelajaran PAI pada materi Thaharah dan Wudlu

untuk menambah wawasan peserta didik dalam meningkatkan

pemahaman religiutas.
12

2. Skripsi Fitria Ningtias Rahmawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang berjudul efektifitas pemanfaatan media audio visual

video pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil

belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Fokus dalam penelitian ini

adalah penggunaan media visual video dalam meningkatkan motivasi

belajar siswa. Dan dapat diperoleh kesimpulan Upaya guru untuk

mengikuti arus perkembangan zaman dan diperbaruinya Kurikulum

K13 yang merubah pola pembeljaran disini guru hanya sebagai

fasilitator sedangkan peserta didik di mudahkan dan diberi daya

berfikir yang bebas dan menggunakan fasilitas yang ada, dengan

adanya pembaruan Kurikulum K13 yang mana generasi muda pada

zaman sekarang mereka lebih condong hp di bandingkan dengan buku,

dengan derasnya perkembangan zaman guru di tuntut untuk

menginovasi gaya belajar, dengan penggunaan media visual video

dalam mata pembelajaran sejarah akan memudahkan siswa dalam

memperoleh wawasan terkait mata pelajaran sejarah dan juga

berpengaruh untuk meningkatkan daya tarik siswa dan sebagai

motivasi belajar peserta didik dalam inovasi gaya belajar yang di

lakukakan guru pada era sekarang. Persamaan dalam penelitian ini

adalah penggunaan media visual video dalam memudahkan siswa

mengenal hal yang baru di era yang modern, agar guru mempunyai

inovasi gaya belajar dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi

peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan penampilan


13

video dalam pembelajaran dapaat memungkinkan peserta didik dalam

memahami pembelajaran yang di ajarkan oleh guru.

3. Skripsi Kemal Farobi Yusuf yang berjudul penggunaan media audio

visual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman

siswa kelas IX pada pelajaran al islam di Smp Muhammadiyah 02

Kota Batu. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

seberapa besar peningkatan penggunaan media audio visual sebagai

upaya untuk pengembangan proses belajar dalam meningkatkan mutu

dan kualitas pengajaran mata pelajaran Al Islam siswa SMP Kelas 9.

Dan dapat diperoleh kesimpulan penggunaan media atau alat-alat yang

modern yang berkembang dengan seiring berkembangnya zaman

merupakan media pembelajaran bukan dengan cara mengganti cara

mengajar yang baik melakukan saling melengkapi dan untuk

membantu guru dalam menyampaikan materi ataupun informasi

kepada siswa, dan salah satu alat penunjang keberhasilan dan

kemahiran siswa adalah dengan pemanfaatan media yang telah ada

yaitu penggunaan media audio visual dengan begitu guru dengan

mudah menstranfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, contoh

media visual yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video

dalam bentuk CD, dengan penggunaan audi visual dapat memberikan

rangsangan, pengalaman, dan persepsi terhadap materi pembelajaran

serta dapat mengasah penalaran dan koneksi dalam pemahaman

konsep anak. Persamaan dalam penelitian ini adalah seberapa besar


14

rangsangan yang di peroleh siswa dalam peningkatan mutu belajar

siswa dengan pembelajaran menggunakan media berbasis video dalam

mata pelajaran PAI dan seberapa cepat pemahaman siswa dalam

menagkap materi yang di berikan melalui media audio visual yang di

prakterkan oleh teman sebaya melalui video.

Tabel 1

Kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian

Penulis/ Relevan dengan


No Judul Tahun Bentuk
Peneliti Penelitian
1. Silvi Peningkatan hasil Buku Tentang
Hidayatullah belajar mata Hasi seberapa besar
pelajaran fiqih Skripsi manfaatan media
materi tayamum audio visual
dengan dalam
menggunkan 2019 meningkatkan
media audio visual hasil belajar
pada siswa kelas siswa
III MI Sunan
Ampel Bangeran
Dawarblandong
2. Fitri efektifitas Buku Tentang
Ningtias pemanfaatan Hasil Seberapa besar
Rahmawati media audio visual Skripsi pengaruh inovasi
video yang di berikan
pembelajaran oleh guru di era
dalam upaya Modern dalam
peningkatan 2011 meningkatkan
motivasi dan hasil motivasi dan
belajar siswa pada hasil belajar
pembelajaran siswa melalui
sejarah penggunan
media audio
visal video
3. Kemal penggunaan media 2018 Buku Tentang
Farobu audio visual dalam Hasil Seberapa besar
15

Yusuf meningkatkan Skripsi peningkatan


prestasi belajar peningkatan
siswa dan penggunaan
pemahaman siswa media audio
kelas IX pada visual sebagai
pelajaran al islam upaya untuk
di Smp pengembangan
Muhammadiyah 02 proses belajar
Kota Batu dalam
meningkatkan
mutu dan
kualitas

F. Kerangka teori

1. Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian media berasal dari bahasa Latin medius yang secara

harfiah, berarti. ‘tengah’atau’pengantar’ dalam bahasa Arab, media

adalah perantara ( ‫ائل‬KK‫ ) )وس‬atau pengantar pesan dari pengiriman

kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,

atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian

ini guru, buku dan, teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap memproses, dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.


16

Batasan lain pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian

diantaranya akan di berikan AECT (Assosiation od Education and

communication Technology,1997) memberi batasan tentang media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai

penyampaian atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata

mediator menurut Fleming (1987 :234) adalah penyebab atau alat

yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.

Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya,

yaitu mengatur hubungan yang efektif antar dua pihak utama dalam

proses belajar – siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat

mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang

melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan

paling canggih, dapat disebut media, ringkasannyaa media adalah alat

yang menyampaikan atau mengantarkan pesann pesan pembelajaran.

Setiap kali kata media pendidikan digunakan secara pergantian

dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang

dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa

hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang

maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media

komunikasi. Sementara itu Gagne’dan Briggs (1975) mengatakan

secara implisit mengatakan bahwa media pembelajan meliputi alat

yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi


17

pengajaranm yaang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video

kamera, video recorder, fil, slide (gambr bingkai), foto, gambar, grafis,

televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar. Dilain pihak., National Education Association memberi

definisi media sebagia bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak

maupun audio-visual dan peralannya, dengan demikian, media dapat

dimanipulasi, dilihat dan didengar atau dibaca.11

Pengertian meida secara istilah dapat kita simak beberapa

pendapat para ahli diantaranya; Wilbur Schram berpendapat bahwa

media adalah informarmasi carrying technologies that can be used for

instruction The media instruction, consequently are exsention of the

teacher. Menurutnya media adalah teknologi pembawa pesan yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah

teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru. Pengertian yang

dikemukakannya tidak jauh beda dengan pengertian yang

dikemukakan oleh Asociation of Education Comunication Technology

(AECT), yang mana media diartikan dengan segala bentuk dan saluran

yang dapat dipergunakan untuk proses penyaluran pesan. Sedangkan

menurut Atwi Suparman media merupakan alat yang digunakan untuk

menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima


11
Arsad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta:Rajawali Pres,2017) hlm.3
18

pesan. Dari ketiga pendapat tersebut dapat dipahami bahwa media

adalah berkaitan dengan perantara yang berfungsi menyalurkan pesan

dan informasi dari sumber yang akan diterima oleh si penerima pesan

yang terjadi dalam proses pembelajaran. Selain dua pendapat diatas

seperti yang dikemukakan, ,masih ada beberapa pen. dapat lain yang

memberikan pengertian yang berbeda..

Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsannya belajar. Heinch dan

kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang

mengantarkan informasi kantara sumber dan penerima. Jadi televise,

film, took, radio, rekaman, audio gambar yang diproyeksikan, bahan

bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.

Apabila media tersebut membawa informasi yang bertujuan

truksional atau mengandung maksud pengajaran maka media tersebut

disebut media pengajaran. pendapat lainnya, Yusuf Hadi Miarso

membatasi pengertian media dengan sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. selain pengertian yang

telah disebutkan diatas, terdapat pengertian media yang luas.

sebagaimana dikemukakan oleh Gerlach dab Ely media adalah “A

medium, conceived is any person, material or event that istablish

condition which enable the lerner to acquire knowledge, skill and

attitude.
19

Adapun fungsi penggunaan media dalam proses pemebelajaran

diantaranya :

1. Menarik perhatian siswa

2. membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran.

3. memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat Verbalitas ( dalam

bentuk kata-kata tertulis atus lisan).

4. mengatasi keterbatasan waktu.

5. pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.

6. meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari

sesuatu/menimbulkan gairah belajar.

7. meningkatkan kader keaktifan/ketertiban siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Pendidikan Agama Islam

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata

“`didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”,

mengandung arti “perbuatan” (hal, cara atau sebagainya). Istilah

pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”,

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian ditejemahkan dalam bahasa Inggris “education” yang

berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering digunakan


20

beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-

ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian

pengetahuan dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh

mendidik dan al-ta’dib lebih condong pada proses mendidik yang

bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral peserta didik.


12
Namun, kata pendidikan ini lebih sering diterjemahkan dengan

“tarbiyah” yang berarti pendidikan.13

Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara

keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-hadits, keimanan,

akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa

ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan

Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun

lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).14

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun di Sekolah dasar pada ranah tersebut istilah

Pendidikan Agama Islam belum di jabarkan selayaknya seperti MTS

dan MA di Sekolah Dasar Pendidkan Agama Islam adalah pelajaran


12
Ramayulis, Op. Cit. 13
13
Samsul Nizar , Op. Cit. 92
14
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Op. Cit. 130
21

yang tidak bisa di pisahkan karena pembelajan Pendidika Agama

Islam adalah pelajaran yang bisa membantu dan mengarahkan

peserta didik dalam membrntuk karakter yang islami.

3. Thaharah

a. Pengertian Thaharah

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih”

Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah adalah bersih dari

hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan

mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa

wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.15

Thaharah secara umum. Dapat dilakukan dengan empat


cara berikut.
1) Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan -

kelebihan yang ada dalam badan.

2) Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.

3) Membersihkan hati dari akhlak tercela.

4) Membersihkan hati dari selain Allah.

Cara yang harus dipakai dalam membersihkan kotoran

hadas dan najis tergantung kepada kuat dan lemahnya najis

atau hadas pada tubuh seseorang. Bila najis atau hadas itu

tergolong ringan atau kecil maka cukup dengan


15
H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT
Alma’arif,1987), hal. 9
22

membersihkan dirinya dengan berwudhu. Tetapi jika hadas

atau najis itu tergolong besar atau berat maka ia harus

membersihkannya dengan cara mandi janabat, atau bahkan

harus membersihkannya dengan tujuh kali dan satu di

antaranya dengan debu. Kebersihan dan kesucian

merupakan kunci penting untuk beribadah, karena kesucian

atau kebersihan lahiriah merupakan wasilah (sarana) untuk

meraih kesucian batin.

b. Wudlu

1. Pengertian Wudlu

Di dalam kamus bahasa arab “al Wudhu” dengan

dhommah, berarti pekerjaan bersuci dan dengan huruf

wawunya (Wadhu), berarti air yang dipergunakan untuk

29
berwudhu.

Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah,

sedang menurut syara’ artinya membersihkan anggota

wudhu untuk menghilangkan hadast kecil16

Dasar disyari’atkan melakukan wudhu ditegaskan

berdasarkan 3 macam alasan, yakni sebagai berikut:

Dasar disyari’atkan melakukan wudhu ditegaskan

berdasarkan 3 macam alasan, yakni sebagai berikut :

16
Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2015), h.1
23

‫ين َآمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإىَل الصَّاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا‬ ِ َّ


َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
‫وه ُك ْم َوَأيْ ِديَ ُك ْم ِإىَل‬
َ ‫ُو ُج‬
ِ ِ
ِ ‫وس ُكم و َْأر ُجلَ ُكم ِإىَل الْ َك ْعَبنْي‬ ِِ
ْ َ ْ ُ‫الْ َمَرافق َو ْام َس ُحوا ب ُرء‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan

tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan

(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”17

2. Rukun Wudlu

Rukunnya wudhu itu ada enam perkara. Dari keenam rukun

wudhu tersebut perinciannya adalah sebagai berikut :

1) Niat

Hendaknya berniat (menyengaja) menghilangkan

hadats atau menyengaja berwudhu. Niat ini berdasarkan

hakikatnya ada di dalam hati yang dimaksudkan pada

sesuatu yang dilafalkan bersamaan dengan mengerjakan

nya (sesuatu tersebut dalam hal ini adalah wudhu).

2) Mencuci telapak tangan

Mencuci telapak tangan sambil menyela-nyela jari

tangan

17
Al-Qur’an,5 (Al-Maidah) : 6.
24

3) Berkumur

Memasukkan air ke mulut. Kemudian memutarkan

air didalam mulut hingga merata kesemua rongga mulut dan

dilakukan 3x.

4) Membersihkan kedua lubang hidung

Membersihkan kedua lubang hidung dilakukan

sebanyak 3x dengan cara memasukkan air ke lubang hidung

kemudian isaplah air agak dalam lalu keluarkan.

5) Membasuh muka

Membasuh muka dilakukan sebanyak 3x secara

merata sampai batas muka. Urutannya membasuh antara

kedua telinga kanan dan kiri serta dari tempat tumbuhnya

rambut kepala bagian atas sampai dagu.

6) Membasuh kedua tangan sampai siku

Membasuh kedua tangan sampai siku dilakukan

sebanyak 3x, dengan mendahulukan tangan kanan dari

tangan kiri, mulai dari membasuh pergelangaan tangan

kanan samapi ujung siku.

7) Menyeka rambut ( sebagian kepala)

Menyeka rambut (sebagian kepala) dilakukan 3x,

dengan sekurang-kurangnya disapukan air pada sebagian

rambut akan tetapi lebih sempurna jika menyapu seluruh

kepala sehingga seluruh kulit kepala terkena air.

8) Menyapukan air ketelinga


25

Menyapukan air ketelinga dilakukan sebanyak 3x ,

dengan cara menempatkan jari telunjuk di lubang telinga

dengan ibu jari disebelah luar telinga, sehingga membasuh

telinga secara menyeluruh dari bagian dalam luar maupun

belakang telinga.

9) Membasuh kedua kaki

Membasuh kedua kaki sampai mata kaki dan

didahului dari kaki kanan kemudian kaki kiri, dilakukan

sebanyak 3 kali.

4. Sholat

1) Pengertian sholat

Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan

rukun yang sangat ditekankan (utama) sesudah dua kalimat

syahadat.18 Telah disyari’atkan sebagai sesempurna dan sebaik-

baiknya ibadah19. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah:

zikir kepada Allah, tilawah Kitabullah, berdiri menghadap Allah,

ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir20. Shalat merupakan pokok

18
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu &
Shalat Nabi SAW, Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar,
2011), cet. ke-1, hal. 75.

19
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek
Psikologi Ibadah Shalat oleh-oleh Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW),
(Yogyakarta: 2007), cet. ke-5, hal. 59.

20
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah,
Penerjemah, Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007), cet. ke-1, hal. 277.
26

semua macam ibadah badaniah. Allah telah menjadikannya

fardhu bagi Rasulullah SAW sebagai penutup para rasul pada

malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua syari’at. Hal itu

tentu menunjukkan keagungannya, menekankan tentang

wajibnya dan kedudukannya di sisi Allah.

Arti shalat secara terminologis adalah ucapan dan

perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri

dengan salam. Dinamakan demikian karena mengandung do’a.

Orang yang melakukan shalat tidak lepas dari do’a ibadah,

pujian dan permintaan. Itulah sebabnya dinamakan shalat.

2) Dasar hukum sholat

Berdasarkan kepada beberapa firman Allah SWT, dalam

al-Qur’an dinyatakan bahwa setiap muslim yang mukallaf wajib

melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam21.

Sebagaimana firman Allah SWT, di bawah ini :

ِ ‫صاَل َة َف ْاذ ُكرُوا هَّللا َ قِ َيامًا َوقُعُو ًدا َو َعلَىٰ ُج ُن‬


‫وب ُك ْم ۚ َفِإ َذا‬ َ ‫َفِإ َذا َق‬
َّ ‫ض ْي ُت ُم ال‬

َ ‫ت َعلَى ْالمُْؤ ِمن‬


‫ِين ِك َتابًا َم ْوقُو ًتا‬ ْ ‫صاَل َة َكا َن‬ َّ ‫اط َمْأ َن ْن ُت ْم َفَأقِيمُوا ال‬
َّ ‫صاَل َة ۚ ِإنَّ ال‬ ْ

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),


ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”. (QS. Al-Baqarah: 238)

21
Syafrida dan Nurhayati Zein , Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra,2015), cet. Ke-
1, hal.76.
27

3) Syarat-syarat sholat

Syarat secara estimologi adalah tanda22. Adapun secara

terminologis, syarat adalah apa-apa yang tidak ada mengharuskan

ketidakadaan dan keberadaan atau ketiadaannya sendiri. Syarat

sholat adalah sesutu yang jika mampu dilaksanakan tergantung

kepadanya keabsahan sholat23.

Sholat memiliki syarat-syarat yang tidak akan menjadi sah

kecuali dengan syarat-syarat tersebut. Seseorang yang melakukan

shalat tanpa memenuhi syarat-syaratnya shalat, maka shalatnya

tidak di terima.

Syarat-syaratnya sholat

a. Muslim24. Jadi, shalat tidak diwajibkan kepada orang kafir,

karena di dahulukannya dua kalimat syahadat adalah syarat

dalam perintah shalat, berdasarkan dalil-dalil berikut: hadist

yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW

bersabda :

‫ﷲ ﺻََﻠﻰ‬
ِ ‫ﻗَﺎل َرﺳُﻮ َْل ا‬:‫ﻋﻨـُْﻬَﻤﺎ ﻗَﺎل‬
َ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻲا‬
َ ِ‫ﻟﺨﻄَﺎب َرﺿ‬
َ ‫ﻦا‬
ْ ‫ﻋَﻤﺮْ ِﺑ‬
ُ ‫ﻦ‬
ُ ‫ﻦ اِْﺑ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ
,‫ﷲ‬
ُ ‫ﻻ‬
ّ ‫ﻻ إَﻟﻪ إ‬
َ ‫أن‬ ْ َ‫ﺣﺘﱠﻰ ﻳ‬
ْ ‫ﺸَﻬﺪُوا‬ َ ‫س‬ ُ ‫ أِﻣﺮ‬:َ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َوﺳَﻠﱠﻢ‬
َ ‫ْت اَْﻧُﺎَﻗﺎﺗِﻞ اﻟﻨﱠﺎ‬ َ ‫ﷲ‬
ُ ‫ا‬

22
Muhammad Nashiruddin al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Penerjemah:
Asep Saefullah dan Kamaluddin Sa’adyatulharamain, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
cet. ke-3, hal. 14.

23
Saleh al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. ke-1, hal. 65.

24
Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim (Minhajul Muslim), (Jakarta : PT .
Darul Falah, 2000), cet. ke-1, hal. 301-302.
28

‫ ﻓَﺎِذا ﻓـ ََﻌُﻠﻮا‬،‫ َوﻳـ ُْﺆُﺗﻮا اﻟ ﱠﺰﻛَﺎة‬,‫ َوُﻳِﻘْﻴُﻤﻮا اﻟﺼﱠﻼَة‬، ‫ﷲ‬


ِ ‫ﺳﻮْ ُل‬
ُ ‫ﺤ ﱠﻤﺪًا َر‬ ‫َواَ ﱠ‬
َ ُ‫ن ﻣ‬
‫ﻋَﻠﻰ‬
َ ‫ﺴﺎﺑـ ُُﻬْﻢ‬
َ ‫ﺣ‬
ِ ‫و‬،
َ ‫ﺳﻼ َِم‬
ْ ‫ﻻ‬
ِ ‫ﻖا‬ َ ِ‫َذِﻟﻚ ﻋَﺼَُﻤﻮا ِﻣﻨﱢﻰ ِدَﻣﺎ َءُﻫﻢْ وأْﻣﻮَاَﻟُﻬْﻢ اِﻻﱠﺑ‬
‫ﺤ ﱢ‬
‫ﺨﺎ ِرى َوُﻣﺴِْﻠُﻢ‬
َ ‫( رواﻩ اُﻟﺒ‬.‫ﷲ‬
ِ ‫ا‬

Artinya :“Abdullah putra Umar ibnu Khaththab r.a. berkata,


“bahwa Rasulullah SAW bersabda: aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sehingga mereka bersyahadat bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu
Rasul Allah, dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Apabila mereka telah melakukan itu, maka berarti mereka
telah memelihara jiwa dan harta mereka dariku, selain
dikarenakan hak Islam, sedang hisab mereka terserah kepada
Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)25

b. Berakal

Rasulullah SAW bersabda :

‫ﻦ اﻟﺼﱠﺒِ ﱢﻲ ﺣَﺘﱠﻰ‬
ِ ‫ﻋ‬
َ ‫ َو‬,‫ﻆ‬ ِ ‫ﺣﺘﱠﻰ َﻳﺴْﺘـ َْﻴ‬
َ ‫ﯩﻘ‬ َ ِ‫ﻦ اﻟﻨﱠﺎﺋِﻢ‬
ِ َ‫ ﻋ‬: ‫ﻼ َﺛﺔ‬
َ ‫ﻦ َﺛ‬ َ ‫ُرﻓَِﻊ ْاَﻟﻘَﻠُﻢ‬
ْ ‫ﻋ‬

)َ‫( رواﻩ َأﺑـ ُﻮْ دَا ُود َو َﻫَﻜﻢ‬.‫ﻞ‬


َ ‫ﺣﺘﱠﻰ ﻳـ َْﻌِﻘ‬
َ ‫ﺠﻨـ ُﻮ ِْن‬
ْ ‫ﻦ اْﻟَﻤ‬
ِ ‫ﻋ‬
َ ‫ َو‬,‫ﺤَﺘِﻠَﻢ‬
ْ ‫َﻳ‬

“Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya,


ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan shalat jika
mereka mencapai mereka jika mereka mencapai jika mereka
dan tahun, tujuh usia tidak mengerjakannya pada usia
sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur
mereka..”(Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud)26

c. Baligh

Karena Rasulullah SAW sebagaiaman sabdanya:

25
M. Nashiruddin al AlBani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta : Gema Insani Press 2005), cet. ke-
3, hal. 5.
26
Muhammad Nashiruddin al Albani, op.cit., hal. 22.
29

‫ ﻣُﺮ ُْوا‬:َ‫ﺳﻠﱠﻢ‬ َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬


َ ‫ﻋَﻠْﻴﻪِ َو‬ َ ِ‫ﻋﻦْ َأِﺑْﻴﻪ‬
َ ِ‫ ﻗَﺎ َل َرﺳُ ْﻮ ُل اﷲ‬:‫ﻋﻦْ ﺟَﺪﱢﻩِ ﻗَﺎ َل‬ َ ٍ‫ﻋﻤْﺮِو ْﺑﻦِ ﺷَُﻌْﻴﺐ‬
َ ْ‫ﻋ ﻦ‬
َ
ْ ‫ َوﻓـَﺮﱢﻗـ ُﻮْا ﺑـَﻴ ْـﻨـَُﻬﻢْ ِﻓ‬,َ‫ﺳِﻨْﻴﻦ‬
‫ﻲ‬ ِ ِ‫ﺸ ﺮ‬
ْ َ‫ﻋَﻠﻴ ْـﻬَﺎ ِﻟﻌ‬
َ ْ‫ﺿِﺮﺑـ ُْﻮُﻫﻢ‬
ْ ‫ َوا‬،َ‫ﺳِﻨْﻴﻦ‬ ِ ‫ﱠﻼ ِة ِﻟﺴَْﺒ ِﻊ‬
َ ‫ﺻﺒ ْـَﻴَﺎﻧُﻜﻢْ ِﺑﺎﻟﺼ‬
ِ
) َ‫ﺣﻤَﺪُ َوَأﺑـ ُﻮْ دَ اوُ د‬
ْ ‫(ر َواﻩُ َأ‬
َ .ِ‫ﻀﺎﺟِﻊ‬ َ ‫اْﻟَﻤ‬
“Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia
berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “perintahkanlah
anak-anak kalian mengerjakan shalat jika mereka mencapai
Jika mereka dan tahun, tujuh usia tidak mengerjakannya
pada usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur
mereka.” (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud)”

4) Rukun Sholat

Rukun atau fardhu shalat adalah segala perbuatan dan

perkataan dalam shalat yang apabila di tiadakan, maka shalat

tidak sah.27 Dalam mazhab Imam Syafi'i shalat dirumuskan

menjadi 13 rukun. Perumusan ini bersifat ilmiah dan

memudahkan bagi kaum muslimin untuk mempelajari dan

mengamalkannya.

Rukun sholay itu ada 13 perkara28

a) Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan

(awal) pekerjaan tersebut, tempatnya di hati (diucapkan

oleh suara hati).

b) Berdiri tegak bagi yang kuasa, berdiri bisa duduk bagi

yang lemah, diutamakan bagi yang lemah duduk

iftirasy (pantat berlandaskan rumit dan betis kaki kiri,

sedangkan yang kanan tegak).


27
Departemen Agama R.I, op.cit., hal. 22.
28
Imran Efendy Hasibuan, Shalat Dalam Perspektif Fikih dan Tasawuf,
(Pekanbaru: CV. Gema Syukran Press, 2008), cet. ke-2, hal. 84-85.
30

c) Takkbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa

mengucapkan dengan lisannya: “Allahu Akbar”.

d) Membaca al-Fatihah, atau bagi yang tidak hafal surah

al-Fatihah, bisa diganti dengan surah al-Qur’an

lainnya. Hal ini baik dalam shalat fardhu atau sunnah.

e) Ruku’, paling tidak bagi yang kuat adalah berdiiri, badan

lurus pada ruku’nya, letakkan kedua tangan di atas kedua

lutut, sekiranya membungkuk tanpa tegap dengan kadar

telapak kedua tangan mencapai lutut, kalau berkehendak

meletakkan tangan pada lutut. Bagi yang tidak biasa

ruku’, maka hendaknya membungkuk atau sesuai dengan

kekuatan fisiknya atau hanya isyarat kedipan mata.

Ukuran sempurna dalam ruku’ yaitu meluruskan

punggung rata dengan lehernya, seperti satu papan, dan

kedua

f) Bangkit dari ruku’ lalu I’tidal berdiri tegak seperti

keadaan semula, yakni berdiri bagi yang kuat dan

duduk tegak bagi yang lemah.

g) Sujud 2x, untuk setiap rakaat, paling tidak bagian dahi

mukanya menempel pada tempat sujud, baik di tanah

atau lainnya. Sujud yang sempurna yakni ketika turun

sujud sambil takbir tanpa mengangkat kedua tangan,

lalu menekankan dahinya pada tempat sujud,


31

meletakkan kedua lutut, kemudian kedua tangan dan

disusul dengan dahi dan hidung. Serta tuma’ninah

dalam sujud, sekiranya memperoleh tempat sujud,

menurut kadar beratnya kepala.

h) Duduk di antara dua sujud, pada setiap rakaat, itu

berlaku bagi yang shalatnya dalam keadaan berdiri,

duduk atau telentang (berbaring). Serta tuma’ninah,

sewaktu duduk di antara 2 sujud.

i) Duduk akhir, yang mengiringi salam (duduk tahiyat).

j) Membaca tasyahud, sewaktu duduk akhir.

k) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.

l) Mengucapkan salam (seraya menoleh ke arah kanan)

hukumnya wajib dan masih dalam keadaan duduk.

m) Tertib yaitu mengerjakan rukun-rukun shalat tersebut29

dengan beruntunan.

5. Pemahaman

A. Pengertian pemahaman

Secara umum, arti pemahaman sebagai istilah adalah

pengertian yang menggambarkan pengambilan suatu kesimpulan.

Nama lain untuk pemahaman adalah generalisasi teori,

29
Sulaiman Rasjid, op.cit., hal. 75-87.
32

pemahaman ide umum, konsep, prinsip, aturan atau hukum.

Dalam kamus bahasa Indonesia, definisi pemahaman adalah:

1) Menerima arti, menyerap ide, memahami.

2) Mengetahui secara betul, memahami karakter atau sifat dasar.

3) Mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa.

4) Menyerap dengan jelas fakta dan menyadari.

Menurut Sudjana, definisi di atas tidak operasional, sebab

tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil

seseorang jika ia memahami sesuatu. Untuk itu, berikut ini akan

dibahas beberapa arti pemahaman yang bersifat operasional.

1) Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan.

Pemahaman di sini mengandung arti dan definisi yang

pertama. Pemahaman diartikan mempunyai suatu ide tentang

satu persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta

mengenai persoalan dikumpulkan. Namun, definisi di atas

mengandung arti lebih karena definisi ini melampaui ide

terhadap sekelompok fakta khusus.

2) Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta.

Arti pemahaman ini lebih dekat pada kategori definisi kedua.

Kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek,

proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana

menggunakan fakta itu dalam berbagai tujuan. Begitu juga


33

seseorang melihat kegunaan sesuatu, berarti ia sudah

memahaminya.

3) Pemahaman diartikan sebagai melihat kegunaan sesuatu secara

Produktif.

Kedua arti pemahaman di atas saling melengkapi, tetapi belum

memberikan arti yang lengkap. Kedua arti pemahaman itu

tidak menyinggung atau menjelaskan peranan tujuan.30

Bloom, mendefinisikan pemahaman adalah kemampuan

menangkap arti materi dengan cara menterjemahkan,

menginterpretasi, dan ekstrapolasi.31

Sedangkan menurut Sardiman, pemahaman dapat

diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu maka

belajar berarti harus mengerti secara mental makna dari

filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasi,

sehingga menyebabkan peserta didik dapat memahami suatu

situasi. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah

tujuan akhir dari setiap belajar.32

B. Pemahaman dalam psikologi pendidikan

Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-

penemuan para ahli psikologi pendidikan sebelumnya mengenai belajar

30
Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didik Aktif Dalam Proses Belajar,
(Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 46-47.

31
Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h. 20.

32
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 42
34

sebagai proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka

berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh

reward dan reinforcement. Mereka ini adalah ahli psikologi aliran

kognitis.

Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa

didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi

dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat

langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan

masalah. Jadi, kaum kognitis berpandangan bahwa tingkah laku seseorang

lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan- hubungan yang ada

dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya.

Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang

insight, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan

- hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan.

Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan secara spontan seperti

“A-ha! “, atau “Oh, I see now”, atau pernyataan yang serupa33.

Menurut psikologi Gestalt, inti dari proses belajar adalah proses

insight ini. Proses belajar terjadi jika seseorang dihadapkan pada suatu

persoalan, kemudian mengerti dan memahami permasalahannya, serta

mendapatkan pemecahannya. Dalam proses belajar, yang penting bukan

menghafal, atau mengulang-ulang apa yang dipelajari, tetap mengertinya,

atau mendapatkan insight.

C. Ciri Khas Belajar dengan Pemahaman (Insight)


33
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Abditama, 1994), h.72
35

Ada beberapa ciri khas belajar dengan insight, yaitu:

1) Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar yang berbeda-beda

antara anak yang satu dengan anak yang lain. Pada umumnya anak

yang masih sangat muda, sukar untuk belajar dengan insight ini.

2) Insight ini bergantung pada pengalaman masa lalu yang relevan.

Namun memiliki masa lalu yang relevan itu, belum menjamin

dapatnya memecahkan problem. Seorang anak tidak akan bisa

memecahkan problem aljabar misalnya, jika ia belum mengetahui

simbol atau rumus aljabar itu. Akan tetapi anak yang telah

menguasai simbol atau rumus aljabar itupun belum tentu dapat

memecahkan problem aljabar tersebut, jika belum pernah mengalami

pemecahan masalah serupa.

3) Insight tergantung pada pengaturan secara eksperimental. Insight itu

hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa

sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.

4) Insight didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah

hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan hal yang

harus dicari. Sebelum dapat memperoleh insight seseorang harus

sudah dapat meninjau problemnya dari berbagai arah dan mencoba

memecahkannya.

5) Belajar dengan insight itu dapat diulangi. Jika suatu problem yang

telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepadanya,

maka dia akan dengan langsung dapat memecahkan masalah tersebut.


36

6) Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk

menghadapi situasi-situasi baru34.

Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman.

Pengalaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu

diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur

pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak, yang masing-masing

terisi oleh informasi bermakna yang berbeda-beda atau berbentuk jaringan

mental dan konsep-konsep yang berkait dan akan mempengaruhi

pemahaman jika konsep baru diterima. Jaringan tersebut disebut skemata.

Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda oleh

masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda, setiap

pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan)

dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam

otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

bermakna pengetahuan yang dibuat atau dibangun atas dasar pengetahuan

yang sudah ada. Akomodasi bermakna struktur pengetahuan yang sudah

ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya

pengetahuan baru.35

D. Kategori pemahaman

Dalam taksonomi Bloom, pemahaman dapat dibedakan dalam tiga

kategori:

34
Ibid., h.72-73.

35
Ratna Wilis Dahar, Teori- Teori Belajar, (Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1988), h.193
37

1. Pemahaman penterjemahan

Yaitu kemampuan memahami secara cermat dan tepat sehingga

mengemukakan kembali dari hal-hal yang dikomunikasikan tidak

mengalami perubahan arti baik dalam mengalihbahasakan maupun

dalam menyusun komunikasi ulang36.

Menurut Roestiyah, penterjemahan dinilai berdasarkan

kebenaran dan ketelitian, yakni mencakup materi di dalam komunikasi

yang ash walaupun bentuk komunikasi yang telah berubah.

Diantaranya:

a) Kemampuan untuk memahami pernyataan-pernyataan non-liberal

(metafora, simbohisme, ironi, karikatur).

b) Keterampilan di dalam menterjemahkan materi verbal dan

matematika ke dalam pernyataan-pernyataan simbolis dan

sebaliknya37.

2. Pemahaman tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui

berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan

kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok38.

Penafsiran meliputi suatu penyusunan kembali. Penataan

kembali atau suatu pandangan baru tentang materi itu. Di antaranya

adalah:

36
Suprihadi Saputro, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum: Pengembangan Proses Belajar
Mengajar, (Malang: IKIP, 1993), h.31
37
Roestiyah, Masalah- Masalah Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.124.
38
Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h.24.
38

a) Kemampuan untuk menangkap pikiran dari suatu karya sebagai

suatu keseluruhan pada setiap taraf umum yang diingini.

b) Kemampuan untuk menafsirkan berbagai tipe data sosial39.

Sedangkan menurut Suprihadi Saputro, kemampuan

menjelaskan atau merangkun sesuatu yang telah dikomunikasikan.

Apabila pemahaman penerjemahan menyangkut bagian demi

bagian yang obyektif di dalam komunikasi timbal balik,

menafsirkan menyangkut pengurutan kembali (penyusunan) dan

penambahan wawasan baru atas hal-hal yang dikomunikasikan

sehingga komunikasi baru menjadi lebih jelas dalam

menyampaikan pesan40

G. Metode penelitian

1. Pola dan jenis penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau

tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional

dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.41

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu

lebih menekankan realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks,

39
Roestiyah, Masalah- Masalah, Ibid. h.124.
40
Suprihadi Saputro, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum: Pengembangan Proses Belajar
Mengajar, (Malang: IKIP, 1993), h.31
41
Imam Mahrus, Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan Pendidikan Kultural.,
Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009, hlm. 20
39

dinamis, dan bersifat interaktif untuk meneliti kondisi obyek yang

alamiah.

Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup

informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian,

partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan penelitian kualitatif

juga bisa meyatakan rancangan penelitian yang dipilih42.

2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah di Sekolah Negri

Karen Kretek Bantul Yogyakarta yang beralamat di Karen,

Gudangan, , Tirtomulyo, Kretek, Bantul, Yogyakarta Penelitian ini

dilakukan pada semeter ganjil tahun ajaran 2019/2020.

3. Data dan sumber data

1) Sumber data primer

Data primer diperoleh secara langsung oleh peneliti tanpa

ada prantara. Data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan

langsung di lapangan. Data atau informasi juga diperoleh melalui

pertanyaan tertulis dengan menggunakan wawancara.

2) Sumber data sekunder

Apabila di dalam merencanakan suatu penelitian, problema,

tujuan penelitian dan hipotesis-hipotesis sudah diformulasikan

dengan jelas, langkah berikutnya adalah menentukan apakah data

yang akan dipergunakan untuk menguji hipotesis itu akan

42
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 167.
40

dikumpulkan dari sumber-sumber pustaka yang sudah ada,

ataukah akan diusahakan data langsung dari individu-individu

yang diselidiki. Data yang ada dalam pustaka-pustaka dinamakan

data sekunder, sedang data yang dikumpulkan langsung dari

individu-individu yang diselidiki dinamakan data primer atau data

tangan pertama.43

Data sekunder merupakan sumber tidak langsung yang

mampu memberikan tambahan serta penguatan terhadap data

penelitian. Sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi

dan studi kepustakaan dengan bantuan media cetak dan media

elektronik. Selain itu, sumber data sekunder dapat berupa arsip

dan berbagai sumber data yang sesuai.

4. Teknik pengumpulan data

1) Observasi

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di

dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk

mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi

penelitian.44.

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang

dilakukan secara sistematik. Alat yang digunakan untuk

43
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2014), hlm. 23
44
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 267.
41

mengobservasi dapat berupa lembar pengamatan atau check

list.45

Pelaksanaan penelitian pertama yang dilakukan adalah

observasi ke objek penelitian, yaitu Sd Negri Karen Kretek

Bantul Yogyakarta. Kemudian pengamatan tentang latar

belakang sekolah dan bagaiamana pengajaran terkait Ilmu

Pendidikan Agama Islam di era Globalisasi yang elok akan

teknologinya. Kegiatan observasi bertujuan untuk mendapatkan

gambaran lingkungan sekolah.

2) Wawancara

Pelaksanaan penelitian yang selanjutnya melakukan

wawancara pada narasumber yaitu kepala sekolah, guru PAI

dan peserta didik kelas III di SD Negri Karen, Kretek, Bantul,

Yogyakarta. Pada wawancara ini pertanyaan yang diajukan

peneliti adalah yang berkaitan dengan materi beserta metode

apa yang sering di gunakan dalam menyampaikan materi

kepada peseta didik dan apakah sudah pernah pemanfaata

media pembelajaran interakaktif berkitan dengan penayangan

contoh tata cara berwudu dan tata cara sholat yang benar jika

iya seberapa besar siswa dalam memahami pembelajaran

dengan media interaktif di kalangan Sd kelas III.

45
Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2014), hlm. 26
42

Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya

dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh

dari sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah. Suasana

harus tetap rileks agar data yang diperoleh merupakan data

yang objektif dan dapat dipercaya.46 Wawancara yang

dilakukan adalah wawancara kualitatif atau yang juga dikenal

sebagai wawancara mendalam.

3) Dokumentasi

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan

tujuan dan fokus masalah47

Pelaksanaan dokumentasi ini dilakukan dalam bentuk

fisik yang nantinya digunakan sebgai bahan laporan dalam

penelitian. Dokumen tersebut berupa foto, video, serta

dokumen-dokumen yang diperlukan. Dokumen ini diambil saat

observasi , data tersebut mencakup semua data secara tertulis

maupun tak tertulis (foto dan video). Dan pada dokumentasi

46
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
hlm. 271.
47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 222.
43

pada wawancara mencakup video, foto, dokumen, dan catatan

–catatan yang didapat pada saat wawancara.48

H. Sistematika pembahasan

BAB I Pada Bab ini berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika

Pembahasan.

BAB II Pada Bab ini berisi Landasan Teori dan Kerangka Berfikir.

BAB III Pada Bab ini berisi tentang Laporan Penelitian yang

meliputi pelaksanaan penelitian, subyek dan lokasi penelitian.

BAB IV Pada Bab ini berisi tentang temuan dan hasil penelitian.

BAB V Pada Bab ini berisi tentang Penutup, yang terdiri

dari Kesimpulan dan Saran

48
Fery Romadhon, “Pola Komunikasi Di Kalangan Pecandu Game”, dalam e-jornal Ilmu Komunikasi
5(1) 2017 : 235-247
44

DAFTAR PUSTAKA

“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA,”n.d.,50

A.Tabrani, Rusyan dan Daryani,1993, Penuntun Belajar yang Sukses, Ninem

Karya.(Jakarta), hal.3

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Op. Cit. 130

Abdul Majid, BELAJAR dan MENGAJAR Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2014),22.

Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim (Minhajul Muslim), (Jakarta : PT .

Darul Falah, 2000), cet. ke-1, hal. 301-302.


45

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah,

Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam,

2007), cet. ke-1, hal. 277.

Ahmad Rihani, Media Instruksional Efektif, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.1.

Al-Qur’an,5 (Al-Maidah) : 6.

Arsad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta:Rajawali Pres,2017) hlm.3

Azhar Arsyad, Media Pengajara, Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2002,hlm.15.

Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama,(Yogyakarta : Pustak,

Pelajar,1999)1

Departemen Agama R.I, op.cit., hal. 22.

Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan,

(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 26

Fery Romadhon, “Pola Komunikasi Di Kalangan Pecandu Game”, dalam e-jornal

Ilmu Komunikasi 5(1) 2017 : 235-247

H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT

Alma’arif,1987), hal. 9

Hasil Wawancara dengan Ibu Siti Samsiatun Guru Pendidikan Agama Islam di SD

Karen Kretek, pada hari rabu tanggal 4 Desember Pukul 09.00 WIB

Imam Mahrus, Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan

Pendidikan Kultural., Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, 2009, hlm. 20

Imran Efendy Hasibuan, Shalat Dalam Perspektif Fikih dan Tasawuf, (Pekanbaru:

CV. Gema Syukran Press, 2008), cet. ke-2, hal. 84-85.


46

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 167.
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm. 267.

M. Nashiruddin al AlBani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta : Gema Insani

Press 2005), cet. ke-3, hal. 5.

Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2014), hlm.

23

Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,

2015), h.1

Muhaimin, Wacana.Op.Cit 76

Muhammad Nashiruddin al Albani, op.cit., hal. 22.Muhammad Nashiruddin al

Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Penerjemah: Asep Saefullah dan Kamaluddin

Sa’adyatulharamain, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-3, hal. 14.

Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Cet.4, 2011) hlm. 53

Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’I, Media Pembelajaran, Sinar Guru Algesindo,

Bandung,2002. hlm.1.

Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didik Aktif Dalam Proses Belajar, (Bandung:

Sinar Baru, 1989), h. 46-47.

Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h. 20.

Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h.24.

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 222.
Ramayulis, Op. Cit. 13
47

Ratna Wilis Dahar, Teori- Teori Belajar, (Jakarta: Proyek Pengembangan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1988), h.193

Roestiyah, Masalah- Masalah Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.124.


Saleh al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. ke-1, hal. 65.

Samsul Nizar , Op. Cit. 92


Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan

Calon Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 42

Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah

Shalat oleh-oleh Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW), (Yogyakarta:

2007), cet. ke-5, hal. 59.

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 271.

Sulaiman Rasjid, op.cit., hal. 75-87.

Suprihadi Saputro, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum: Pengembangan

Proses Belajar Mengajar, (Malang: IKIP, 1993), h.31

Syafrida dan Nurhayati Zein , Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir

Sumatra,2015), cet. Ke-1, hal.76.

Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat

Nabi SAW, Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar,

2011), cet. ke-1, hal. 75.

Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Abditama, 1994), h.72


48

Alam, Lukis. “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Perguruan


Tinggi Umum melalui Lembaga Dakwah Kampus”, dalam jurnal
ISTAWA Vol. 1, No. 2,Januari-Juni 2016.
Arifin, Syamsul. “Rekonstruksi Al-Islam kemuhammadiyahan (AIK)
Perguruan Tinggi Muhammadiyah sebagai Praksis pendidikan
Nilai”, dalam jurnal EDUKASI, Vol. 13, No. 2, Agustus 2015.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
hlm. 271
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
hlm. 91
Creswell, John W., Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2017).
Dahlan, dkk., Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Arkola, 1994).
49

Jamaludin, Ahmad. Implementasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan


Terhadap Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta., Skripsi UMJ Jakarta, 2018.
Jamaludin, Ahmad. Implementasi Nilai-nilai Kemuhammadiyahan
Terhadap Mahasiswa Fakultaas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta., Skripsi S1 UMJ, 2018.
M. Ali, S. A. Kuntoro, dan Sutrisno, “Pendidikan Berkemajuan: Refleksi
Praksis Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan,” J. Pembang. Tajdida,
vol. 4, no. 1, 2016.
Mansur, Isna. “diskursus pendidikan islam”, Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2001.
Meolong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012).
MPK PP Muhammadiyah, “Sistem Perkaderan Muhammadiyah”,
(Yogyakarta; MPK PP Muh, 2015).
MPK PP Muhammadiyah, Pedoman Perkaderan di PTM/PTA,
(Yogyakarta; MPK PP Muh,2017).
Muhaimin, “Paradigma pendidikan Agama Islam: Upaya Untuk
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Mujib, Abdul. “pendidikan karakter perspektif islam”, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Nashir, Haedar. “Kuliah Kemuhammadiyahan”, Yogyakarta: LPSI &
Suara Muhammadiyah, 2016.
Pimpinan Pusat muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga
muhammadiyah, (Keputusan Mukatamar Muhammadiyah Ke – 44
Tanggal 8 s.d. 11 Juli tahun 2000 di Jakarta, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2003.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah: Berita Resmi, Tanfidz No.1,
(Yogyakarta; 2016).
50

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989).
Ridjaluddin. “Muhammadiyah dalam Tinjauan Filsafat Islam”, Jakarta:
Pusat Kajian Islam Fakultas Agama Islam UHAMKA, 2011.
Setyaningsih, R & Subiyanto. “Kebijakan Internalisasi Nilai-Nilai Islam
dan Membentuk Kultur Religious Mahasiswa.” UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Vol. 12, No. 1. 2017.
Shobron, Sudarno. “Muhammadiyah dan Strategi Transformasi Kader”,
dalam jurnal Tajdida, Vol. 8, No.2, Desember 2010.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta,
2008).

Anda mungkin juga menyukai