PENDAHULUAN
Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari
dibidang pendidikan.1
yang tidak perlu dipelajari secara metodis dan sistematis terlebih dahulu.
Naluri pendidikan sudah mulai nampak sejak dari lahir. Setiap gerak gerik
kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama
sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga,
maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa
1
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.8
2
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 80
1
2
negara.3
negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung
arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan
kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses
3
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal. 98
4
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Sinar
Grafika, 2009), h.3
3
yang berlandaskan pancasila. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam
5
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), hal. 20
6
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Quantum
Teaching, 2005), h.50
7
Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.169
4
yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan
bangsa.8
dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus
pembelajaran.9
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
belajar yang dialami oleh peserta didik sebagai anak didik. Belajar sendiri
ialah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku berkat
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h.7
9
Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif),
Bandung: Yrazma Widya, 2013), h.83
10
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010),
hlm. 10
5
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
mendesain situasi dan kondisi yang dapat mendukung praktik belajar siswa
secara utuh, tepat, dan baik. Mengajar tidak harus terikat oleh ruang atau
waktu.13
inovatif, sehingga pembelajaran bisa efektif, efisien dan siswa merasa senang
dalam belajar.
melalui pelatihan, akan tetapi yang lebih penting dalam pembelajaran adalah
11
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.63
12
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h.139
13
Zainal Aqib, Model-model,… h.67
6
sedikit ceramah dan model yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan
Aqidah Akhlak.
meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak ini, guru
harus melakukan berbagai usaha. Salah satunya usaha yang dapat dilakukan
14
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 107
15
Hasil Observasi Awal Penelitian di MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol
Tulungagung 22 November 2016
7
masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan materi yang banyak membuat
peserta didik malas untuk membaca dan sulit untuk mengahafal. (2) Ketika
proses pembelajaran berlangsung mereka suka ramai dan bermain sendiri dan
dalam proses pembelajaran dan metode yang digunakan guru adalah metode
ceramah, Tanya jawab, dan penugasan. (4) Hasil belajar peserta didik yang
relative rendah, banyak peserta didik yang nilainya masih di bawah Kriteria
seperti ini, jika tidak segera dicarikan solusi permasalahan maka akan
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
16
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), Hal. 46
8
Maka dari itu, agar hasil belajar peserta didik meningkat, perlu adanya
tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang
Sumbergempol Tulungagung.
B. Rumusan Masalah
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan Asmaul Husna (Al-
Mu’min, Al-Azim, Al-Hadi, Al- ‘Adlu dan Al-Hakam) bagi peseta didik
Mu’min, Al-Azim, Al-Hadi, Al- ‘Adlu dan Al-Hakam) bagi peseta didik
9
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan Asmaul Husna (Al-
Mu’min, Al-Azim, Al-Hadi, Al- ‘Adlu dan Al-Hakam) bagi peseta didik
C. Tujuan Penelitian
berikut:
bahasan Asmaul Husna (Al-Mu’min, Al-Azim, Al-Hadi, Al- ‘Adlu dan Al-
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
meningkatkan, minat, motivasi, dan hasil belajar peserta didik pada mata
2. Secara praktis
Tulungagung
Tulungagung
d. Bagi pembaca
lagi.
mahasiswa lainnya.
E. Definisi Istilah
1. Deinisi Konseptual
a. Penerapan
d. Keaktifan Belajar
e. Kerja Sama
yang bersifat asosiatif yaitu hal ini dilakukan oleh dua orang atau lebih
tertentu.
f. Hasil Belajar
diajarkan.
14
2. Definisi Operasinal
Skripsi yang akan disusun nantinya agar mudah dipahami, maka peneliti perlu
Bagian awal, terdiri dari : halaman sampul depan, halaman judul, halaman
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan
abstrak.
Bagian inti, terdiri dari lima bab, dan masing-masing bab berisi sub-sub