Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses pelatihan dan pengajaran, terutama

diperuntukkan kepada anak-anak dan remaja, baik di sekolah-sekolah maupun

di kampus-kampus, dengan tujuan memberikan pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan1. Menurut Aristoteles, pendidikan adalah alat

untuk membantu manusia untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan.

Menurut Aristoteles, kebahagiaan adalah puncak dari kebaikan (ultimate

goodness), di mana kebahagiaan merupakan tujuan utama tiap kehidupan

manusia2. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses perubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha untuk

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Tujuan

pendidikan nasional ialah tujuan umum dari sistem pendidikan nasional,

tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dan sangat luas dan menjadi

pedoman dari semua kegiatan atau usaha pendidikan di negara kita. Tujuan

pendidikan nasional dirumuskan dengan mendasarkan terhadap pandangan

hidup bangsa yakni Pancasila, sehingga diharapkan lembaga pendidikan islam

di Indonesia dapat melahirlan manusia muslim yakni Pancasilais. Pemerintah

Indonesia telah menyusun dengan merumuskan tujuan pendidikan yang bisa

dijadikan sebagai arahan dalam proses pendidikan pada setiap lembaga di

1
Saidah, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 1.
2
Ibid. Saidah, h. 4.

1
Indonesia3. Secara umum tujuan dari pendidikan nasional telah ditetapkan

dalam undang-undang republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar pembelajaran agar siswa secara

aktif dapat menembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

dapat bertanggung jawab4. Manusia adalah makhluk yang diberikan kelebihan

oleh Allah SWT, dengan suatu bentukyang berupa akal yang melekat pada

manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.

Pembelajaran berbasis PJBL (Project Based Learning)adalah

pembelajaran yang berbasis proyek yaitu metode pembelajaran yang

memberikan kesempatan guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan

melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode

pembelajaran yang dapat membantu siswa membangun pemikirannya dan

dapat meningkatkan keaktifan belajar. Pembelajaran berbasis proyek dapat

meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar siswa5.

3
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Kalam
Mulia, 2017), h. 127
4
Op.Cit, Saidah. h. 20.
5
Rina Dwi Rezeki, Nanik Dwi Nurhayati, "Penerapan Metode Pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) Disertai Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas
Belajar Siswa”. Universitas Sebelas Maret, Vol. 4 No. 1 (2017), H. 76.

2
Bahasa Indonesia adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk

mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,

melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, tentang

kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling

menjamin hak-hak masyarakat6. Bahasa Indonesia adalah usaha sadar untuk

menyiapkan siswa yang diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan

(warga negara yang baik). Telah tercantum pada pasal 30 ayat 1 Undang

Undang Dasar 1945 yang berbunyi hak dan kewajiban warga negara untuk

ikut serta dalam pembelaan negara dan hak setiap warga negarauntuk

memperoleh pengajaran7.

Bahasa Indonesia (Bahasa Indonesia) adalah salah satu mata pelajaran

yang penting untuk dipelajari oleh siswa pada jenjang pendidikan sekolah

dasar. Dapat dikatakan demikian karena Bahasa Indonesia merupakan mata

pelajaran yang dalam penerapannya berkaitan erat dengan kehidupan sehari-

hari dan lebih cenderung pada pendidikan afektif 8. Bahasa Indonesia

merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela negara yang

dilandasi oleh rasa cinta terhadap tanah air, kesadarannya berbangsa dan

bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945

serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Tujuan dari

pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diwujud khususnya dalam sikap sikap

demokratis. Guru harus dapat membangun keperibadian siswa secara

6
Siti Anisatun Nafi’ah, Model-Model Pembelajaran bahasa Indonesia Di SD/MI,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), h. 34
7
Esti Ismawati dan Faraz Umaya, Belajar Bahasa Di Kelas Awal, (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2017), h. 9-11
8
https://id.wikipedia.org diakses pada hari jum’at 13/03/2024 (23:53)

3
komprehensif dalam artian proses mengubah perfomansi siswatidak hanya

dengan pengetahuannya saja akan tetapi meliputi keterampilan persepsi,

emosi dan proses berpikir. Guru sebagai pengendali utama saat proses

pembelajaran diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif

dan dapat menumbukan serta memotivasi peserta didik dalam aktivitas

belajar. Bahasa Indonesia erat kaitanya dengan pembentukan warga negara

sesuai dengan Pancasila dan UUD 195.Dengan adanya pelajaran Bahasa

Indonesia di Sekolah Dasar tentunya memberikan harapan kepada kita semua

akan kehidupan bangsa Indonesia yang disajikan oleh guru hendaknya lebih

berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa membangun

pengetahuannya secara aktif dan mampu bekerjasama dengan orang lain,

karena pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah suatu proses

komunikasi, maka diperlukan adanya interaksi antara siswa dan guru, guru

dan siswa, serta siswa dan siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada sekolah dasar saat ini telah

terintegrasi pada kurikulum 2013 yang telah dipadukan di dalam satu tema,

setiap tema mempunyai sub tema yang berbeda-beda. Pada pembelajaran

Bahasa Indonesia pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-

hari sangat ditekankan, pengamalan nilai-nilai pancasila mempunyai cakupan

yang sangat luas seperti menghargai kebersamaan dan keberagaman dalam

masyarakat, meningkatkan rasa patriotisme dan sikap cinta tanah air. Apabila

dipelajari secara keseluruhan dengan menggunakan strategi dan metode yang

konvensional maka akan memakan waktu yang relatif lama oleh karna itu

4
dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan

pemahaman siswa dengan cara saling berdiskusi melalui metode PJBL

(Projed Based Learning).

Metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang di gunakan guru

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk

mencapai tujuan pembelajaran9. Metode PJBL (Projed Based Learning)

merupakan sebuah pembelajaran dengan kerja proyek yang memuat tugas

kompleks berdasarkan permasalahan yang menantang serta menuntut siswa

untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, investigasi,

dan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja secara mandiri yang pada

akhirnya menghasilkan suatu produk nyata. Menurut Barron B, PJBL (Projed

Based Learning) adalah pendekatan cara pembelajaran secara kontruktif

untuk pendalaman pembelajaran dengan berbasis riset terhadap permasalahan

dan pertanyaan ang berbobot, nyata, dan relevan bagi kehidupannya. Pada

saat era moderenisasi yang terbuka seperti sekarang ini, para siswa dituntut

untuk dapat aktif dan dapat berbicara dengan baik, baik dengan lisan maupun

tulisan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar

adalah kegiatan siswa yang melibatkan aspek fisik dan mental secara aktif

dalam pembelajaran.Beberapa diantaranya seperti mengajukan pertanyaan,

memberikan tanggapan terhadap suatu hal, dan mengaplikasikan apa yang

telah didapat termasuk dalam kegiatan siswa secara aktif selama proses
9
Maria Anita Titu, “Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
untuk meningkatkan kreativitas siswa pada materi konsep masalah ekonomi”, Universitas Negeri
Surabaya, Vol. No. 2 (Mei 2017), h. 178-179.

5
pembelajaran, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan dalam belajar

merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa mengalami

keterlibatan intelektual-emosional. Siswa dilibatkan secara fisik maupun

mental dalam proses belajar seperti, bertanya, mengajukan pendapat,

mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat grafik, dan

mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Dalam proses pengajaran,

apabila guru mampu melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran maka

suasana yang terbentuk tidak cenderung membosankan dan siswa akan

senang mengikuti kegiatan belajar.

Kondisi yang telah dipaparkan di atas ternyata belum sepenuhnya dapat

terealisasi dalam bidang pendidikan terutama dalam lingkup sekolah

dasar.Wawancara dan pengamatan secara langsung saat proses pembelajaran

dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan

metode pembelajaran yang sering digunakan pada saat belajar, untuk

menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa,

membutuhkan kemampuan guru dalam menerapkan metode yang sesuai dan

bervariasi agar siswa tidak merasa bosan. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan mencari metode pembelajaran yang sesuai sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya yaitu melalui metode

pembelajaran PJBL (Projed Based Learning).Project Based Learning dapat

dipandang sebagai metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana

belajar yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif

dalam pembelajaran, siswa secara kolaboratif bertanggung jawab untuk

6
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, siswa

membuat keputusan tentang sebuah kerangka proyeknya, dan

mengembangkan serta meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola

bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyeknya. Dengan demikian

siswa diharapkan mampu mencapai hasil belajar dengan baik.

Berdasarkan Observasi Pra-Penelitian pada kelas V di MI NW

Surabaya, ditemukan masalah yaitu kurang aktifnya siswa dalam belajar,

dapat dilihat pada saat pra-penelitian siswa yang menanggapi pembicaraan

hanya beberapa saja dari keseluruhan, dari awal mulai peneliti perkenalan

sampai diakhir penutupan siswa kelas V banyak yang cenderung diam dan

hanya mendengarkan, Jika ditanya mengapa mereka hanya diam mereka

menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya ataupun dengan tersenyum

saja. Setelah Peneliti mewawancarai guru kelas V di MI NW Surabaya,

peneliti menanyakan kepada guru kelas mengenai metode apa saja yang

digunakan dalam pembelajaran, ternyata dalam proses pembelajaran guru

pernah menggunakan metode PJBL ini tapi jarang menggunakannya dalam

pembelajaran sehari-hari. Lalu beliau mengatakan bahwa dalam proses

pembelajaran beliau pernah menggunakan metode PJBL (Projed Based

Learning) tetapi hanya 1 atau 2 kali saja, guru biasanya selalu menggunakan

metode pembelajaran seperti penugasan, diskusi, tanya jawab.

Jika belajar hanya menggunakan metode penugasan, diskusi, tanya

jawab,dengan begituakan menimbulkan rasa bosan ketika belajar karena

merasa hanya mendengarkan penjelasan dari guru nya saja dan mereka hanya

7
mencatatnya saja, dalam pembelajaran terutama pelajaran Bahasa Indonesia

yaitu salah satu mata pelajaran yang penting karena dengan mempelajari

Bahasa Indonesia kita bisa mengetahui bagaimana menjadi warga negara

yang baik dan dapat belajar mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang ada.

Ketika ditanyakan pendapatnya siswa cenderung diam, hanya tersenyum dan

menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa ia malu atau tidak

mengetahui jawabannya. Dasarnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

menggunakan metode PJBL (Projed Based Learning) sangat berpusat pada

siswa, guru hanya sebagai pembimbing jalannya pembelajaran, metode PJBL

(Projed Based Learning) ini sangat membutuhkan keaktifan dari siswa baik

itu dalam komunikasi, keberaniannya dalam bertanya, berpendapat maupun

bertanya kepada guru dan temannya, serta penalarannya dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di ketahui siswa yang aktif

dan yang tidak aktif kelas V yang aktif hanya beberapa dari keseluruhan

siswa sudah memenuhi kriteria yang disebut sebagai siswa aktif, dan yang

dapat dikatakan siswa aktif pun hanya beberapa dan hanya itu-itu saja.

Terdapat indikator penilaian siswa yang dikatakan aktif dalam belajar adalah

siswa yang turut serta dalam melaksanakan tugasnya, siswa dapat

memecahkan masalahnya, siswa bertanya, dapat mengajukan pendapat,

menjawab pertanyaan, berdiskusi, memperhatikan penjelasan guru.

Hal tersebut juga merupakan alasan peneliti memilih kelas V sebagai

sumber penelitian, karena ditemukan permasalahan kurangnya keaktifan

siswa dalam belajar khususnya dalam menggunakan metode PJBL (Projed

8
Based Learning) dan dikelas ini guru pun masih jarang menggunakan metode

PJBL (Projed Based Learning).

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti akan melakukan

penelitian tentang Analisis Penerapan Metode PJBL (Projed Based

Learning) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata

pelajaran Bahasa Indonesia pada Mata pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas V di MI NW Surabaya.

B. Idenfikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka peneliti

mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Masih kurangnya keaktifan belajar pada siswa

2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung berpusat pada guru.

3. Dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan

guru.

4. Jarang digunakannya metode PJBL (Project Based Learning) dalam proses

pembelajaran.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya fokus penelitian

sebagai pembatas dari penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini adalah, sebagai berikut

1. Ketika belajar sangat mebutuhkan keaktifan dari siswa.

2. Perlakuan dalam penelitian ini hanya pada penggunaan metode Project

Based Learning (PjBL).

9
3. Pusat pembelajaran yang dilakukan siswa lebih berpusat pada siswa.

4. Tempat penelitian ialah MI NW Surabaya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalahnya, sebagai

berikut:

1. Bagaimana penerapan metode PJBL (Project Based Learning)pada

pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI NW Surabaya?

2. Bagaimana hasil penerapan metode PJBL (Project Based Learning)pada

pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI NW Surabaya?

3. Apa saja faktor penghambat yang ditemui dalam penerapan metode PJBL

(Project Based Learning) pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI

NW Surabaya?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, tujuan penelitian

ini adalah, sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan metode PJBL (Project Based Learning)pada

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI NW Surabaya.

2. Mengetahuipeningkatakan belajar siswadengan menggunakan

metodeProject Based Learning (PjBL)pada pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas V di MI NW Surabaya.

3. Mengetahui apa saja faktor penghambat yang ditemui menerapkan

PJBL (Project Based Learning)pada pembelajaran Bahasa Indonesia

kelas V di MI NW Surabaya.

10
F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikuit:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis terkait masalah yang

diteliti.

b. Penelitian ini diharapkan, dapat memberikan sumbangsih dalam

perkembangan keilmuan terkait metode PJBL (Project Based

Learning)untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran terhadap

permasalahan pembelajaran dan pengembangan ilmu bidang teknologi

pendidikan, terutama dalam bidang pembelajaran aktif untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan metode yang

efektif. Penerapan metode PJBL (Project Based Learning)dapat dijadikan

inovasi pembelajaran bagi guru. Adapun manfaat yang ingin dicapai dari

metode Project Based Learning (PjBL)ini secara umum yaitu:

a. Sekolah Sebagai pertimbangan dalam menentukan metode yang

mendukung terjadinya pembelajaran yang aktif sesama siswa kelas

VB sehingga meningkatkan keaktifan belajar siswa.

b. Pendidik Menambah pengetahuan bahwa metode Project Based

Learning(PjBL) dapat menjadi salah satu metode yang cocok

untuk meningkatkan keaktifan belajar siswadan memotivasi

11
tenaga pendidik untuk menggunakan metode pembelajaran yang

lain, contohnya metode Project Based Learning (PjBL).

c. Siswa

1) Membantu meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2) Proses pembelajaran akan berjalan aktif dan menyenangkan

karenasetiap siswadapat menikuti jalannya pembelajaran

dengan baik.

3) Meningkatkan keberanian siswa dalam berpendapat.

G. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami istilah-istilah yang

terdapat dalam karya ilmiah ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-

istilah yang dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan

Penerapan adalah pemasangan, pengenalan, dan perihal

mempraktekkan. Jadi penerapan yang dimaksud disini adalah perihal

mempraktekkan atau menggunakan model Project Based Learning

dari proses belajar mengajar.

2. Model Project Based Learning

Menurut Cord et al. Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah

model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan

belajar konstektual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks seperti

memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi merencanakan

aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada

12
akhirnya menghasilkan suatu hasil produk. PjBL membantu siswa

mengembangkan berbagai kemampuan seperti intelektual, sosial,

emosional, dan moral.

3. Kreativitas Belajar

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan

lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

lingkungan di mana ia berada, dengan demikian baik perubah di dalam

individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat

menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan

kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik

yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan

meliputi segenap aspek organism atau pribadi. Kegiatan belajar

mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah

kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar,

kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi,

hakikat belajar adalah perubahan.

Jadi, kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa

dalam menciptakan hal-hal yang baru dalam belajarnya baik berupa

kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari

guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga

dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.

13
14
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Metode Pembelajaran PJBL (Project Basic Learning)

1. Pengertian Metode Pembelajaran PJBL (Project Basic Learning)

Metode berasal dari dua kata yaitu meta yang artinya melalui dan

hodos yang berarti jalan atau cara, metode adalah jalan atau cara yang

dilalui untuk mencapai tujuan tertentu 10. Jadi metode adalah cara, jalan

dan teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar siswa

dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu

yang dirumuskan didalam mata pelajaran. Metode adalah cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara

optimal, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran

yang sangat penting11. Metode pembelajaran adalah ilmu yang

mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari

sebuah lingkungan yang terdiri dari guru dan siswa untuk saling

berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar

dapat berjalan dengan baik dan tujuan dari proses pembelajaran dapat

tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh guru. Jadi, metode

pembelajaran digunakan untuk merealisasikan sesuai dengan yang telah

dirumuskan oleh guru12.

10
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2017), h. 85
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2017), h. 7.
12
Ali Mudlofir. Evi Fatimah Rusydiyan, Desain Pembelajaran INOVATIF dari Teori ke
Praktik (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 105.

15
Pembelajaran tidak terlepas dari peran seorang guru memiliki

peranan penting dalam mendesain pembelajaran. Salah satu hal yang

terpenting dalam proses belajar mengajar adalah denggan menggunakan

metode pembelajaran. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana

(2009:30) metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah

pendekatan yang menekankan siswa untuk bekerja mandiri dalam

mengkontruksi pembelajaran dan mengkluminasikan dalam produk

nyata13. Menurut Trianto (2011:210) Project Based Learning (PjBL)

adalah pendekan inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui

kegiatan kompleks, sedangkan menurut Olson pembelajaran berbasis

proyek siswa dapat merencanakan dan melaksanakan penyelidikan

terhadap topik atau tema yang menggunakan lintas mata pelajaran atau

lintas materi14.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Project

Based Learning (PjBL) merupakan salah satu metode yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah yang menekankan belajar kontekstual melalui

kegiatan yang kompleks berdasarkan pada permasalahan yang sangat

menantangdan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah

dan membuat keputusan. Berdasarkan permasalahan yang sangat

menantang dan menuntun siswa untuk merancang, memecahkan masalah,

membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta membertikan


13
Nanang Hanafiah. Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Reflika
Aditama,2009), h. 30.
14
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011), h. 210

16
kesempatan siswa untuk kerja secara mandiri. PjBL atau metode

pembelajaran berbasis proyek menuntut siswa untuk membuat proyek

yang memfokuskan pada menghasilkan produk atau untuk kerja, dimana

siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan

mesistensi informasi. Hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa

produk yang merupakan hasil dari kerja siswa15. Project Based Leaning

(PjBL) penugasan proyek merupakan suatu teknik penilaian yang

menuntut siswa melakukan kegiatan tertentu pada saat pembelajaran.

Penugasan dapat diberikan dalam bentuk kelompok, penugasan proyek

dalam Bahasa Indonesia antara lain melalui proyek belajar

kewarganegaraan atau praktik kewarganegaraan yang lain, seperti kerja

bakti sosial, dan lainnya16.

2. Tujuan Metode Project Based Leaning (PjBL)

Tujuan Project Based Learning (PjBL), antara lain:

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

proyek.

b. Memperoleh kemampuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

c. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang

kompleks dengan hasil produk nyata.

15
Leni Meita Indah, Sri Handayani, “Eksperimen Metode Pembelajaran Project Based
Learning dan Project Based Learning Terintegrasi Stem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kreativitas Peserta Didik Pada Kompetensi Dasar Teknologi Pengolahan Susu". Jurnal Penelitian
Pendidikan, Vol. 35 No.1 (2018), h. 50.
16
Nuraeni, “Meningkatkan Nilai Tugas Proyek PPKN Melalui Implementasi Metode
Project Based Learning". Guru Mata Pelajaran PPKn SMPN 3 Tanete Rilau Kabupaten Barru,
Vol. 1 No.1 (September 2018), h. 47.

17
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam

mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek.

e. Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada PjBL yang bersifat

kelompok.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah proyek,

memperoleh kemampuan lebih dari metode yang diterapkan, membuat

siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan

dan meningkatkan keterampilan siswa, dan juga meningkatkan kolaborasi

serta interaksi anatar siswa satu dengan lainnya.

3. Karakteristik Metode Project Based Learning (PJBL)

Pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik, sebagai berikut:

a. Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja

b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa

c. Siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan

atau tantangan yang diajukan.

d. Siswa secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan

mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan

e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinue

f. Siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah

dijalankan

g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif

18
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan

perubahan17.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Project Based Learning (PjBL)

Moursund, Bielefeldt, dan Underwood Pada tahun 1997 meneliti

beberapa artikel tentang proyek yang dapat digunakan untuk

pertimbangan sebagai bahan testimonial terhadap pendidik dalam

menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang keberhasilannya 18.

Pendidikan juga merupakan bidang yang memfokuskan kegiatannya pada

proses pembelajaran (transfer ilmu).20Adapun kelebihan dari Project

Based Learning (PjBL) adalah:

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan mendrong kemampuan

b. Mereka untuk melakukan pekerjaan.

c. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

d. Meningkatkan kolaborasi.

e. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

f. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

g. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.

h. Memberikan pengalaman kepada siswa dan praktik dalam

mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan

sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

17
Farah Robi'atul jauhariyah, Hadi Suwono, "Science, Technology, Engineering And
Mathematics Project Based Learning Pada Pembelajaran Sains", Jurnal Pendidikan IPA
Pascasarjana UM,Vol.7 (2017), h.434
18
Selly Anniza putri, “Analisis Penerapan Metode Project Based Learning (Pjbl) Untuk
Meningkatkan Keaktifanbelajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Kelas V Di Sd Negeri 02
Kemiling Permai Bandar Lampung”, Jurnal FKIP UIN raden Intan Lampung, Vol.23 (2020), h. 19

19
Sedangkan beberapa kelemahan Project Based Learning sebagai

berikut :

a. Membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan masalah dan

menghasilkan produk.

b. Membutuhkan biaya yang cukup.

c. Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang

memadahi.

B. Teori Keaktifan Belajar Siswa

1. Pengertian Keaktifan belajar siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan berasal dari kata

dasar aktif yang memiliki arti giat. Keaktifan belajar adalah proses

kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya secara intelektual dan

emosional sehingga siswa mampu berpartisipasi secara aktif dalam

melakukan kegiatan belajar, sehingga keaktifan belajar siswa merupakan

suatu proses kegiatan belajar mengajar yang menuntut siswa untuk ikut

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan membuat tingkah laku

siswa menjadi lebih baik, keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada saat

pembelajaran berlangsung dalam aktivitas siswa. Dalam proses

pembelajaran, siswa dituntut agar berperan aktif salah satunya pada

kegiatan penemuan, sedangkan guru yang semula bertidak sebagai sumber

belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran

yang membimbing siswa untuk memecahkan permasalah yang dihadapi

dalam belajar.

20
Menurut Sardiman (2012:35), Keaktifan adalah kegiatan yang

bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran yang berkualitas

adalah terlibatnya peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.

Keterlibatan yang dimaksud adalah aktivitas mendengarkan, komitmen

terhadap tugas, mendorong berpartisipasi, menghargai kontribusi atau

pendapat, menerima tanggung jawab, bertanya kepada pengajar atau

teman dan merespons pertanyaan. Keaktifan dalam proses pembelajaran

dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta

didik juga dapat melatih berpikir kritis, serta dapat memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar aktif

adalah mempelajari dengan cepat dan tanggap, menyenangkan, penuh

semangat, keterlibatan secara pribadi, dan mempelajari sesuatu dengan

baik19. siswa aktif harus dapat mendengar, melihat, menjawab pertanyaan

dan mendiskusikan dengan orang lain. Metode belajar yang tepat untuk

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif salah satunya

menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Metode PjBL adalah metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa

untuk belajar secara kolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga

dapat mengkontruksi inti pelajaran dari temuan-temuan dalam tugas atau

proyek yang dilakukan. Metode ini digunakan untuk melatih siswa

melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian melakukan


19
Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2012),
h. 35

21
eksplorasi, pengumpulan informasi, interpretasi dan penilaian dalam

mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji20.

Dalam menjalani kehidupan manusia senantiasa perlu untuk selalu

belajar. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku terhadap

hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku

terhadap hasil belajar bersifat continu, fungsional, positif, aktif, dan

terarah. Proses perubahan tingkah laku dapat terjadi dalam berbagai

kondisi berdasarkan penjelasan dari para ahli pendidikan dan psikologi.

Adapun pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru, dengan

bahan pelajaran, metode penyampaian dan sumber belajar dalam suatu

lingkungan belajar. Kemudian, keberhasilan dalam proses belajar dan

pembelajaran dapat dilihat melalui tingkat keberhasilan dalam mencapai

tujuan pendidikan. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat

dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Dengan demikian,

efektifitas sebuah proses belajar dan pembelajaran ditentutkan oleh

interaksi diantara komponen - komponen tersebut. Keaktifan belajar siswa

adalah suatu istilah yang memayungi beberapa metode pembelajaran yang

memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada si pelajar.

Keaktifan belajar (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga

perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran21.

2. Bentuk-bentuk Keaktifan Belajar


20
Nanda Rizky Fitriana Kanza, Albertus Djoko Lemono, Heny Mulyo Widodo, “Analisis
Keaktifan Belajar Siswa Menggunakan Metode Project Based Learning Dengan Pendekatan
STEM Pada Pelajaran Fifika Materi Elastisitas" Jurnal Program Studi Pendidikan Fisika, Vol.9
No.2 (Juni, 2020), H. 72-73
21
Aprida Pane, Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran", Jurnal Kajian Ilmu-
Ilmu Keislaman, Vol. 03 No. 2 (Desember, 2017), h. 334.

22
Menurut Slameto (2010:54), Bentuk-bentuk keaktifan belajar siswa

terbagi menjadi dua kelompok, yaitu keaktifan psikis dan keaktifan fisik.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Keaktifan Psikis

Menurut aliran kognitif, belajar adalah menunjukkan adanya jiwa

yang aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Bentuk-bentuk

keaktifan psikis yaitu:

1) Keaktifan Indra

Dalam Mengikuti kegiatan belajar hendaknya berusaha

mendayagunakan alat indra dengan sebaik-baiknya, seperti:

pendengaran, penglihatan, dan sebagainya.

2) Keaktifan Emosi

Peserta didik hendaknya senantiasa berusaha mencintai apa yang

akan dan yang telah dipelajari, serta gembira, berani dan tenang

ketika proses pembelajaran berlangsung.

3) Keaktifan Akal

Dalam Melaksanakan kegiatan belajar akal harus selalu aktif

untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik

kesimpulan.

4) Keaktifan Ingatan

Pada waktu belajar siswa harus aktif dalam menerima bahan

pelajaran yang disampaikan guru dan berusaha menyimpan dalam

23
otak, kemudian mampu mengutarakan kembali secara teoritis

ingatan akan berfungsi, mencamkan atau menerima kesan-kesan

dari luar, menyimpan pesan dan memproduksi kesan.

b. Keaktifan Fisik

Keaktifan siswa dalam belajar menganut hukum Law of Exercise yang

artinya bahwa belajar memerlukan latihan-latihan. Adapun bentuk-

bentuk keaktifan fisik siswa adalah:

1. Mencatat Mencatat atau menulis dikatakan sebagai aktivitas

belajar apabila anak didik dalam menulis khususnya siswa

mempunyai kebutuhan serta tujuan, dan menggunakan set tertentu

agar catatan itu nantinya, berguna bagi pencapaian tujuan belajar.

2. Membaca Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir

sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca, agar dapat

belajar dengan baik, maka perlulah membaca dengan baik pula,

karena membaca adalah alat belajar.

3. Berdiskusi Dalam berdiskusi ada beberapa aktivitas belajar seperti

bertanya, mengeluarkan pendapat, atau saran dan lainlain, apabila

dalam proses belajar mengajar diadakan diskusi, maka akan

mengembangkan potensi siswa sehingga semakin kritis dan

kreatif.

4. Mendengar Mendengar adalah respons yang terjadi karena adanya

rangsangan suara. Diterimanya gelombang suara oleh indra

pendengar tidak berarti ada persepsi sadar akan apa yang didengar.

24
Karena kenyataan inilah banyak orang yang mendengar namun

pada kenyataannya mereka tidak mengerti atau mengingat apa

yang mereka dengar. Dalam hal ini keaktifan siswa dalam

mendengar apabila menjadikan anak didik mendengar informasi

secara aktif dan bertujuan.

3. Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Sanjaya (2009:236), Terdapat beberapa indikator yang

menunjukkan ciri-ciri keaktifan belajar siswa, antara lain yaitu:

a. Keaktifan siswa pada proses perencanaan

1) Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta

pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.

2) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan

pembelajaran.

3) Adanya keterlibatan dalam menentukan dan mengadakan

media pembelajaran yang akan digunakan.

b. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran

1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental,

emosional, maupun intelektual dalam setiap proses

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian

serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang

diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

25
2) Siswa belajar secara langsung. Dalam proses pembelajaran

secara langsung, konsep dan prinsip di berikan melalui

pengalaman nyata seperti merasakan, meraba,

mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya.

Demikian juga pengalaman itu dapat dilakukan dalam bentuk

kerja sama dan interaksi dalam kelompok.

3) Adanya upaya siswa untuk menciptakan iklim belajar yang

kondusif.

4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap

sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan

tujuan pembelajaran.

5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti

menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan

masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses

pembelajaran berlangsung.

6) Siswa mampu berinteraksi multi-arah, baik antara siswa

dengan siswa atau antara guru dengan siswa. interaksi ini juga

ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata,

artinya pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi

oleh siswa-siswa tertentu saja.

c. Keaktifan siswa pada evaluasi pembelajaran

1) Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil

pembelajaran yang telah dilakukannya.

26
2) Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan

kegiatan tes, dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.

3) Kemauan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun secara

lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.

Indikator-indikator tersebut bisa menjadi titik acuan seorang

guru untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan. Suatu proses pembelajaran pasti memiliki

berbagai metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan

materi pelajaran, begitu pula dengan pembelajaran aktif. Melalui

metode Project Based Learning (PjBL) diharapkan meningkatkan

keaktifan belajar siswa seperti terlibat dapat mengerjakan proyek

ataupun dapat memecahkan masalah, bertanya jikamenemukan

kesulitan, mencari informasi secara mandiri, dan lain-lain.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti mencoba

menyimpulkan bahwa metode Project Based Learning (PjBL)

adalah cara yang dapat digunakan oleh tenaga pendidik secara

sistematis akan menjadikan siswa terlibat langsung dalam setiap

proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran

ini maka situasi pembelajaran akan aktif, dapat mengasah

pengetahuan, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

belajar22.

22
Khumairoh, Pengaruh Penererapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Skripsi Program Sarjana Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2017

27
4. Pembelajaran Aktif

Secara sederhana pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

mengharuskan siswauntuk aktif dalam hal yang berhubungan dengan

proses belajar. Pembelajaran aktif lebih menekankan pada pendekatan

pembelajaran, dengan esensi mengaktifkan siswa dalam pembelajaran,

yang dilaksanakan dengan metode pembelajaran berbasis siswa (student-

centered learning). Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk

mengoptimalkan penggunaan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa

sehingga siswamencapai hasil belajar yang memuaskan dan sesuai dengan

karakteristik pribadi yang dimiliki23.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang berfokus pada siswa .

Siswaberpartisipasi aktif dalam segala proses pembelajaran yang telah

dirancang oleh guru yang bertugas sebagai fasilitator pembelajaran.

23
Nur Asiah, Analisis Kemampuan Praktik Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Mahasiswa Pgmi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan lain Raden Intan Lampung, Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar (Terampil), Vol. 4 Nomor 1 Juni 2017, h. 2, Lampung.

28
5. Unsur-Unsur Belajar Siswa

“Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat

berbagai unsur yang saling kait mengait sehingga menghasilkan

perubahan perilaku”. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

1. Siswa

Istilah siswa dapat diartikan sebagai siswa, warga belajar, dan

peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar

mengajar.

2. Rangsangan (Stimulus)

Rangsangan merupakan peristiwa yang merangsang

pengindraan siswa.

3. Memori

Memori yang ada pada siswa berisi sebagai kemampuan yang

berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan

dari kegiatan sebelumnya.

4. Respon

Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi

memori.

Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut. Kegiatan belajar pada siswa akan terjadi apabila ada

interaksi antara stimulus dengan memori, sehingga perilakunya

29
berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut.

Apabila terjadi perubahan setelah diberikan stimulus, maka

perubahan perilaku itu menjadi indicator bahwa siswatelah

melakukan kegiatan belajar. Dari beberapa pemaparan diatas maka

peneliti menarik kesimpulan diatas dapat diliahat secara umum

bahwa keaktifan belajar dapat berlangsung apa bila unsurunsur

yang terdapat dalam keaktifan belajar terpenuhi.

6. Ciri - Ciri Siswa Aktif

Menurut Suryosubroto (2009:23), Ciri-ciri siswa yang aktif dibagi

menjadi 10 kelompok, yaitu:

a. Aktif dalam kegiatan pembelajaran

b. Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat

c. Aktif dalam menyelesaikan soal-soal di depan kelas atau soal latihan

dari buku paket

d. Memiliki usaha yang menonjol

e. Tidak ribut pada saat pembelajaran berlangsung

f. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

g. Memiliki semangat belajar yang tinggi

h. Tidak suka membuang-buang waktu

i. Puas terhadap nilai sebagai hasil usaha sendiri

j. Suka berinteraksi dengan orang-orang24.

24
Suarni, “Meningkatkan Keaktifan belajar siswa pada kompetensi dasar organisasi
pelajaran pkn melalui pendekatan pembelajaran pakem untuk kelas IV SD Negeri 064988 Medan
Johor” Jurnal Keaktifan belajar, Pembelajaran pakem, Vol. 01 No. 2 (Desember, 2017), h, 131.

30
31
C. Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam mendefinisikan pembelajaran menurut para ahli mengenai

pengertian pembelajaran salah satunya menurut Rahyubi (2012: 6)

bahwa pembelajaran merupakan interaksi para siswa dan dilakukan

dalam lingkup belajar bersama guru. Selain itu, pembelajaran adalah

kegiatan untuk siswa yang menggunakan prinsip-prinsip pendidikan

bahkan memberikan teori-teori belajar untuk menentukan

keberhasilan pendidikan (Syaiful, 2003: 61).

Pembelajaran termasuk suatu program yang tersusun secara

sistematik, sistemik, dan terencana. Dalam pembelajaran memiliki

berbagai komponen dari tujuan, materi, metode, media, sumber

belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan, dan guru yang saling

berhubungan satu sama lain. Pendapat Arifin (2012: 10) mengatakan

kegiatan pembelajaran terdiri dari tindakan atau kejadian yang sudah

direncanakan dengan matang.

Setelah merancang kegiatan pembelajaran harus ada proses

interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas

dengan mengimplementasikan kegiatan belajar dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Proses pembelajaran dimulai dari

pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, kegiatan

32
pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa belajar dengan

maksimal25.

Menurut Abidin (2009: 8) bahasa adalah sebuah bunyi yang

sistematik, karena bahasa mempunyai sistem tertentu yang diketahui

para penuturnya. Bahasa yang harus dikuasai oleh setiap manusia, dan

digunakan untuk berkomunikasi. Berhubungan dengan bahasa, alat

komunikasi yang digunakan masyarakat Indonesia adalah Bahasa

Indonesia, sehingga Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana

komunikasi antar suku bangsa nusantara.

Bahasa Indonesia merupakan lambang identitas nasional.

Dikatakan bahwa “Bahasa adalah cermin suatu bangsa” jadi, Bahasa

Indonesia dijadikan bahasa persatuan internasional bagi negara

Indonesia. Bahasa menjadi alat komunikasi, bahasa resmi negara,

bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa perhubungan dalam hal

mewujudkan kepentingan nasional, dan bahasa pengembang ilmu

pengetahuan teknologi dan budaya. (Abidin, 2009: 10).

Maka dari itu, Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa

pengetahuan di dunia pendidikan sebagai pengantar dalam kegiatan

belajar mengajar di setiap bidang ilmu pengetahuan. Pembelajaran

bahasa menjanjikan dan memberikan kesempatan untuk guru

mengajarkan kegiatan menulis dan membaca dengan cara mereka

sendiri (Slamet, 2017: 21).

25
Nursalim, Teori Belajar Bahasa Indonesia, Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol.3 no 1 (2023)

33
Selain itu, menurut Pamungkas (2012: 10) Bahasa Indonesia harus

tetap digunakan saat proses pembelajaran agar Bahasa Indonesia tidak

terganti oleh bahasa apapun selama proses pembelajarannya yang

dilakukan di Indonesia. Jadi, pembelajaran Bahasa Indonesia di mana

guru memberikan pembelajaran kepada siswa tentang kegiatan

membaca dan menulis, dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang

tidak bisa ditinggalkan saat proses pembelajaran.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didentifikasi sebagai masalah

yang penting26.

Kerangka berfikir pada penelitian ini akan menjelaskan tentang Analisis

penerapan metode Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan

keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Di MI

NW Surabaya. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI NW Surabaya masih

berpusat pada guru. Penyampaian materi terlalu sering menggunakan metode

ceramah dan terkadang tanya jawab.Melalui penerapan metode Project Based

Learning (PjBL) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar sehingga

keaktifan belajar siswa dapat meningkat, peran guru dalam hal ini untuk

mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar dan membantu siswa yang

mengalami kesulitan.

26
Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan (PendekatanKualitatif,Kuantitatif,dan R&D),
(Bandung: ALFABETA,2017),h.91

34
Dengan demikian penelitian menggunakan metode Project Based

Learning (PjBL) menekankan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran

dan dapat bekerja sama untuk merumuskan hingga memecahkan masalah.

Dengan penggunaan metode berbasis proyek diharapkan siswa mampu

bekerja sama untuk memecahkan masalah melalui sebuah tugas, selain itu

guru harus melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sehigga

kegiatan pembelajaran tidak hanya menstranfer meteri dari guru ke siswa

tetapi ke siswa dan siswa juga.

35
Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir analisis penerapan metode Project Based

Learning (PjBL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI NW Surabaya

Metode Project Based Pembelajaran Bahasa


Learning (PjBL) Indonesia

Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan Belajar Meningkat


Ketika Siswa Menerima Materi
Pembelajaran Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Dengan
Menggunakan Metode Metode
Project Based Learning (PjBL)

36
E. Penelitian Yang Relevan

Metode penelitian PjBL merupakan penelitian yang sudah tidak jarang lagi

ditemukan dalam suatu proses pembelajaran. Penelitian yang terkait

penerapan metode pembelajaran PjBL, antara lain:

1. Penelitian yang Dilakukan oleh Muhammad Nurul Haq (2019) berjudul

Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning Untuk

meningkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Computerised Aided Design

(CAD) dengan Software Invertor Siswa Kelas XI Teknik Pemesinan Di

SMK Negeri 2 Klaten. Menyimpulkan bahwa Penerapan Metode

Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam proses pembelajaran

CAD terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa, baik dari ranah afektif

maupun psikomotoriknya. Berdasarkan hasil observasi di pembelajaran

siklus I dan siklus II, keaktifan ranah afektif siswa mengalami

peningkatan sebesar 74,5 pada jumlah skor jawaban, 0,41 pada rerata skor

jawaban, dan 8,28 % pada rerata persentase skor siswa. Keaktifan ranah

psikomotorik juga meningkat, yaitu sebesar 178,5 pada jumlah skor

jawaban, 0,50 pada rerata skor jawaban, dan 9,92 % pada rerata

persentase skor siswa. Penerapan Metode Pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) dalam proses pembelajaran CAD terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penugasan proyek

yang dilakukan di kegiatan pra siklus, siklus I dan siklus II, terjadi

peningkatan nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memenuhi batas

tuntas. Nilai rata-rata kelas pada pra siklus sebesar 74,75, kemudian

37
meningkat menjadi 78,83 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 81,06

pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas pada pra siklus sebanyak 20

siswa (55,56 %), meningkat menjadi 29 siswa (80,56%) pada siklus I dan

meningkat kembali menjadi 33 siswa (91,67%) pada siklus II.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yayang Puta Nalagsta (2017) yang

berjudul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROJECT

BASED LEARNING (PJBL) UNTUK PENINGKATAN HASIL

BELAJAR PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MATA PELAJARAN

DASAR DAN PENGUKURAN LISTRIK KELAS X DI SMK N 2

WONOSARI”. Menyimpulkan bahwa Pretest hasil belajar kemampuan

kognitif siswa kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang dengan

nilai ratarata sebesar 6,58 dari nilai maksimal sebesar 10. Posttest hasil

belajar kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen termasuk dalam

kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 7,97 dari nilai maksimal

sebesar 10. Pretest hasil belajar kemampuan kognitif siswa kelas kontrol

termasuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata sebesar 6,06 dari

nilai maksimal sebesar 10. Posttest hasil belajar kemampuan kognitif

siswa kelas kontrol termasuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata

sebesar 6,73 dari nilai maksimal sebesar 10. Hasil belajar ranah afektif

siswa kelas eksperimen termasuk dalam kategori baik dengan nilai

ratarata sebesar 8,03 dari nilai maksimal sebesar 10. Hasil belajar ranah

afektif siswa kelas kontrol termasuk dalam kategori sedang dengan nilai

rata-rata sebesar 6,94 dari nilai maksimal sebesar 10. Hasil belajar ranah

38
psikomotorik siswa kelas eksperimen termasuk dalam kategori baik

dengan nilai rata-rata sebesar 7,58 dari nilai maksimal sebesar 10. Hasil

belajar ranah psikomotorik siswa kelas kontrol termasuk dalam kategori

sedang dengan nilai ratarata sebesar 7,03 dari nilai maksimal sebesar 10.

Skor gain hasil belajar ranah kognitif siswa kelas eksperimen termasuk

dalam kategori sedang dengan skor ratarata gain sebesar 0,38 dari nilai

maksimal sebesar 1,00. Skor gain hasil belajar ranah kognitif siswa kelas

kontrol termasuk dalam kategori rendah dengan skor rata-rata gain

sebesar 0,04 dari nilai maksimal sebesar 1,00. Model pembelajaran

Project Based Learning (PjBL) lebih efektif dibandingkan model

pembelajaran ceramah untuk meningkatkan kemampuan kognitif mata

pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik kelas X SMK N 2 Wonosari,

dibuktikan dari uji t independent t-test dengan nilai t hitung sebesar 2,777

dengan signifikansi 0,017 (lebih kecil dari 0,05).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Alamsyah (2020) berjudul

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SIMULASI DAN

KOMUNIKASI DIGITAL DI SMKN 2 KLATEN”. Menyimpulkan

bahwa Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Simulasi dan

Komunikasi Digital dengan menggunakan model pembelajaran Project

Based Learning di kelas X SIJA A SMK Negeri 2 Klaten dapat

meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini berdasarkan data pengamatan dari

39
semua indikator yang telah ditentukan mendapatkan hasil pada siklus I

yaitu 58,75% meningkat pada siklus II menjadi 75,35 %, dan meningkat

pada siklus III menjadi 76,77 %. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus

I ke sikIus II sebesar 4,8% dan pada siklus II ke siklus III peningkatan

sebesar 1,9%. Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Simulasi

dan Komunikasi Digital dengan menggunakan model pembelajaran

Project Based Learning di kelas X SIJA A SMK Negeri 2 Klaten dapat

meningkatkan motivasi siswa. Hal ini berdasarkan data pengamatan dari

semua indikator yang telah ditentukan mendapatkan hasil pada siklus I

yaitu 71,86% meningkat pada siklus II menjadi 74,61 %, dan meningkat

pada siklus III menjadi 77,44 %. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus

I ke sikIus II sebesar 3,8% dan pada siklus II ke siklus III peningkatan

sebesar 3,8%

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah Fitria (2020) yang berjudul “

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

TERMOKIMIA DI SMKN DARUL KAMAL ACEH BESAR ”

menyimpulkan bahwa Hasil pengamatan aktivitas siswa dengan model

project based learning ditinjau dari waktu ideal yang ditetapkan pada

setiap aspek pengamatan siswa dengan batas toleransi 5% diperoleh

persentase relevan 91,53% dan 8,47% kegiatan yang tidak relavan.

Berhubung yang relevan mencapai 91,53% maka aktivitas siswa dalam

40
kategori sangat baik dan kegiatan yang tidak relevan dalam kategori

kurang.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Hal ini terlihat dari prosedur yang ditetapkan yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan

perilaku yang diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Bob dan Taylor

(2010:56), mendefinisikan metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orangorang dan perilaku yang dapat diamati27.

Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang

memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi

yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi

objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang

dikumpulkan terutama data kualitatif28.

Sugiyono mengemukakan beberapa karakteristik penelitian kualitatif

sebagai berikut:

27
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial,
Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. I, hlm. 51.
28
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 3

41
1. Dilakukan pada kondisi alamiah (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument

kunci.

2. Penelitian kualitatif bersikap deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

angka.

3. Penelitian kualitatif menekankan pada proses daripada produk atau

outcome.

4. Penelitian kualitatif merupakan analisis data secara induktif

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

teramati)29.

Sedangkan menurut Mantja (dalam Harsono 2009:169) sebagaimana

dikutip oleh Moleong, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki 8

ciri, yaitu sebagai berikut: (1) Merupakan tradisi jerman yang

berlandaskan idealism, humanism, dan kulturalisme; (2) Penelitian ini

dapat menghasilkan teori, mengembangkan pemahaman, dan menjelaskan

realita yang kompleks; (3) Pendekatan bersifat induktif-deskriptif; (4)

Memerlukan waktu yang panjang; (5) Datanya berupa deskripsi, dokumen,

catatan lapangan, foto, dan gambar; (6) Informannya “Maximum Variety”;

(7) Berorientasi pada proses; (8) Penelitiannya berkonteks pada mikro.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian dengan pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini


29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2002, Cet.XII), hlm. 107.

42
menggunakan pendekatan kualitatif maka hasil data akan difokuskan

berupa pertanyaan secara deskriptif dan tidak mengkaji suatu hipotesa

serta tidak mengkorelasi variabel.

Penerapan pendekatan penelitian kualitatif dengan pertimbangan

kemungkinan data yang diperoleh di lapangan berupa data dalam bentuk

fakta yang perlu adanya analisis secara mendalam. Maka pendekatan

kualitatif akan lebih mendorong pada pencapaian data yang bersifat lebih

mendalam terutama dengan keterlibatan peneliti sendiri di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrument utama dalam

mengumpulkan data yang dapat berhubungan langsung dengan instrument

atau objek penelitian30.

Begitupun Nasution (dalam Sugiyono 2013:307) mempertegas bahwa

peneliti merupakan peneliti utama. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif ini, kehadiran peneliti begitu penting di lokasi penelitian, peneliti

terjun sendiri secara langsung untuk mengadakan pengamatan atau

wawancara terhadap obyek atau subyek penelitian31.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang Analisis

Penerapan Metode PJBL (Projed Based Learning) Untuk Meningkatkan

Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Mata

pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di MI NW Surabaya.

30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002, Cet.XII), hlm. 134.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D , (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 307.

43
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI NW Surabaya, yang beralamatkan di Desa

Surabaya Lepak Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur. Peneliti

memilih lokasi ini, selain karena lokasinya yang lumayan dekat dari rumah

sehingga mempermudah peneliti untuk mengadakan penelitian juga karena

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang gurunya menggunakan metode

PJBL saat proses pembelajarannya, namun dengan penerapan metode PJBL

tersebut masih saja ada dari para siswa yang kurang aktif dan malas ketika

proses pembelajaran.

Selain itu, MI NW Surabaya merupakan salah satu sekolah yang ada di

kecamatan Sakra Timur yang mewakili untuk menjadi sekolah sasaran dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013 di Kabupaten Lombok Timur.

Dan dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 selalu menggunakan

metode scientific yang mana diskusi selalu ada pada metode tersebut, siswa

selalu dituntut untuk mampu memahami materi pembelajaran dari hasil

diskusi yang dilakukan. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah umum

yang notabene mengajarkan Bahasa Indonesia, namun sangat minim sekali.

Oleh karena semua alasan yang telah peneliti paparkan diatas peneliti

mencoba membahas dalam sebuah skripsi dengan mengambil judul

Implementasi metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada

kelas V di MI NW Surabaya. Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan

sasaran penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa

dimanfaatkan oleh peneliti. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa

44
atau aktifitas bisa digali lewat sumber lokasinya, baik yang berupa tempat

maupun lingkungannya. Dari pemahaman lokasi dan lingkungannya, peneliti

bisa secara cermat mencoba mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan

kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat bantu utama. Sejalan dengan pandangan tersebut, selama

pengumpulan data dari subyek penelitian di lapangan penulis menempatkan

diri sebagai instrument sekaligus pengumpulan data.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu hal yang sangat penting

bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai

dengan judul yang telah ditentukan32. Pengertian pengumpulan data menurut

pendapat Nazir yang dikutip oleh Ahmad Tanzeh (2010:34) adalah prosedur

yang sistematik dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Perlu

dijelaskan bahwa pengumpulan data dapat dikerjakan berdasarkan

pengalaman. Memang dapat dipelajari metode-metode pengumpulan data

yang lazim digunakan, tetapi bagaimana mengumpulkan data dilapangan dan

bagaimana menggunakan teknik tersebut dilapangan.

Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr Sugiono (2013:310) bahwa dari

segi cara tau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner

(angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya. Untuk memperoleh

32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002, Cet.XII), hlm. 134

45
data yang berkaitan dengan pembahasan “implementasi metode diskusi dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI NW Surabaya”, maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi Partisipan

Observasi Partisipan adalah suatu proses yang alami, di mana kita

semua sering melakukannya, baik secara sadar maupun tidak. Hal

yang terpenting adalah tidak semua apa yang dilihat disebut

observasi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan

rasional mengenai fenomena.16 Data yang diperoleh adalah untuk

mengetahui sikap dan perilaku manusia, benda mati atau gejala alam.

Kelebihan observasi adalah data yang diperoleh lebih dapat dipercaya

karena dilakukan pengamatan sendiri33.

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada proses observasi

participant (pengamatan berperan serta) yaitu dengan cara peneliti

melibatkan secara langsung dan berinteraksi pada kegiatan yang

dilakukan oleh subyek penelitian dalam lingkungannya, selain itu

juga mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk catatan

lapangan. Teknik ini dilakukan dengan jalan mengadakan

pengamatan secara sistematik terhadap objek, baru kemudian

dilakukan pencatatan setelah penelitian itu. Metode observasi ini

digunakan oleh peneliti untuk mengamati situasi latar alami dan

33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012),hlm. 15

46
aktifitas belajar mengajar serta bagaimana perilaku siswa terhadap

gurunya.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengamati secara

langsung semua kegiatan. Observasi dilakukan di kelas pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan

atau observasi mulai dari awal pembelajaran hingga selesai. Peneliti

mengobservasi kondisi kelas, pelaksanaan pembelajaran, serta

kendala yang dihadapi guru. Kemudian peneliti mengobservasi

tentang respon siswa terhadap implementasi metode diskusi dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia saat itu.

2. Wawancara secara Mendalam

Wawancara secara mendalam merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai

tujuan tertentu. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh

informasi secara langsung, menyelami dunia fikiran dan perasaan

seseorang, membuat suatu konstruksi kejadian dan pengalaman yang

telah lalu dan memproyeksikan suatu kemungkinan yang diharapkan

akan terjadi di masa yang akan datang.

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

47
wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara

mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan34.

3. Dokumentasi

Yaitu metode pengumpulan data, dengan cara mencari data atau

informasi, yang sudah dicatat atau dipublikasikan dalam beberapa

dokumen yang ada, seperti buku induk, buku pribadi dan surat-surat

keterangan lainnya35.

Suharsimi Arikunto (2002:137) berpendapat bahwa : “Metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, metode

cepat, legenda dan lain sebagainya”. Dokumen juga merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan gambar, karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan

lain-lain. Sesuai dengan pengertian diatas, peneliti menggunakan

metode dokumentasi untuk dijadikan alat pengumpul data dari

sumber bahan tertulis yang terdiri dari dokumentasi resmi, misalnya

data guru Bahasa Indonesia dan siswa, sejarah berdirinya sekolah,

dan dokumen yang tidak resmi misalnya peneliti memotret kegiatan

34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2002, Cet.XII), hlm. 135
35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2002, Cet.XII), hlm. 137

48
yang terjadi di MI NW Surabaya tersebut ketika peneliti diluar lokasi

yang membicarakan mengenai kondisi sekolahan tempat peneliti

melakukan penelitian tersebut.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, tetapi

setelah fokus penelitian menjadi jelas, kemungkinan instrumen penelitian

tersebut dikembangkan secara sederhana yang diharapkan dapat melengkapi

data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara36.

Adapun instrumen-instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Key instrumen; peneliti sendirilah yang berperan sebagai alat utama

dalam penelitian.

2. Instrumen lainnya

a) Pedoman wawancara;

b) Alat perekam wawancara;

c) Alat pengambilan gambar (kamera foto dan video).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain37.

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm. 339-345
37
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 3

49
Berdasarkan pendapat Bodgan dan Taylor (2000:3) sebagaimana telah

dikutip oleh Lexy Moleong mendefinisikan analisis data sebagai proses yang

merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan dari tema dan hipotesis kerja itu38.

Data yang diperoleh, dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang

kemudian dijadikan dasar utama dalam memberikan analisis. Dalam

penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data yang sudah diperoleh

adalah dengan cara deskriptif (non statistik), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat

yang dipisahkan untuk memperoleh kesimpulan. Yang bermaksud

mengetahui keadaan sesuatu yaitu mengenai apa dan bagaimana, berapa

banyak, sejauh mana, dan sebagainya.

Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis.

Penelitian deskriptif dibedakan dalam dua jenis penelitian menurut sifat-sifat

analisa datanya, yaitu riset deskriptif yang bersifat eksploratif, dan riset

deskriptif yang bersifat developmental.

Dalam penelitian ini, untuk menganalisi data peneliti menggunakan

beberapa tahapan teknik analisis data yang dimulai dari pengumpulan data

yang peneliti gali melalui wawancara dengan guru Bahasa Indonesia dan

Kepala Sekolah MI NW Surabaya, observasi dan dokumentasi. Pada tahap

kedua peneliti mengolah data, mencari data yang penting sesuai dengan tema

38
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 3

50
yang mendukung untuk proses penelitian berikutnya. Pada tahap ketiga yaitu

penyajian data yang telah melalui proses pengolahan data (reduksi data)

untuk disajikan dengan fokus penelitian. Tahap terakhir yaitu peneliti

menarik kesimpulan dari data-data yang telah disajikan atau mencari poin-

poin penting agar mudah dipahami.

Proses analisis data yang dilakukan peneliti adalah melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Reduksi

Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan

perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transparansi data

kasar yang muncul dari catatan lapangan. Dari lokasi penelitian, data

lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci.

Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dipilah-

pilah hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan

pentabelan). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian

berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian

disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi

kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan

sementara.

2. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data merupakan suatu proses pengorganisasian data

sehingga mudah dianalisis dan disimpulkan. Penyajian data dalam

penelitian ini berbentuk uraian narasi serta dapat diselingi dengan

51
gambar, skema, matriks, tabel, rumus, dan lain-lain. Hal ini

disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul dalam proses

pengumpulan data, baik dari hasil observasi partisipan, wawancara

mendalam, maupun dokumentasi.

Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi

peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan

pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga

kelihatan jelas sosok lebih utuh.

Data-data tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk

disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori

yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan

yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh

pada waktu data direduksi.

3. Simpulan Data / Verifikasi

Verifikasi data merupakan langkah ketiga dalam proses analisis.

Kesimpulan yang pada awalnya masih sangat tentatif, kabur, dan

diragukan, maka dengan bertambahnya data, menjadi lebih grounded.

Kegiatan ini merupakan proses memeriksa dan menguji kebenaran

data yang telah dikumpulkan sehingga kesimpulan akhir didapat

sesuai dengan fokus penelitian.

Simpulan awal yang telah dirumuskan dicek kembali (verifikasi)

pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya menuju

52
kea rah simpulan yang mantap. Simpulan merupakan intisari dari

hasil penelitian yang menggambarkan pendapat terakhir peneliti.

Simpulan ini diharapkan memiliki relevansi sekaligus menjawab

fokus penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Dengan demikian data yang telah terkumpul, kemudian

disimpulkan dan ditafsirkan, sehingga terdapat berbagai masalah

yang timbul dapat diuraikan dengan tepat dan jelas.

Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif maka analisa datanya dilakukan pada saat

kegiatan penelitian berlangsung dan dilakukan setelah pengumpulan

data selesai. Dimana data tersebut dianalisa secara cermat dan teliti

sebelum disajikan dalam bentuk laporan yang utuh dan sempurna.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Agar data yang diperoleh dari lapangan bisa memperoleh keabsahan data,

maka peneliti mengeceknya dengan melakukan :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data, sehingga diperlukan perpanjangan peneliti pada latar penelitian.

Hal ini akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data

yang dikumpulkan. Hal ini juga menuntut peneliti agar terjun ke lokasi

penelitian guna mendeteksi dan mempertimbangkan data yang

mungkin bisa mengotori data.

53
Pada penelitian ini peneliti membutuhkan waktu yang lama dalam

pengumpulan data sampai benar-benar tidak ditemukan lagi data baru

yang muncul. Perpanjangan keikutsertaan peneliti dapat menguji

kebenaran informasi yang diperoleh secara distorsi baik berasal dari

peneliti sendiri maupun dari guru Bahasa Indonesia. Perpanjangan

keikutsertaan ini dapat membangun kepercayaan guru Bahasa

Indonesia kepada peneliti, sehingga antara peneliti dengan informan

kunci (guru Bahasa Indonesia) dapat tercipta hubungan keakraban

yang baik sehingga memudahkan guru Bahasa Indonesia untuk

mengungkapkan sesuatu secara transparan dan ungkapan hati yang

tulus dan jujur.

2. Triangulasi

Teknik ini merupakan kegiatan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Dengan triangulasi ini peneliti

bisa menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya dari satu sudut

pandang sehingga kebenaran data bisa lebih diterima.

Pertama, peneliti membandingkan dan mengecek derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

berbeda, peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara, juga dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Kedua, peneliti menerapkan triangulasi dengan mengadakan

pengecekan derajat kepercayaan beberapa subyek penelitian selaku

54
sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi data dilakukan

dengan cara menanyakan kebenaran data tertentu yang diperoleh dari

guru Bahasa Indonesia kemudian dikonfirmasikan kepada informan

lain.

Teknik triangulasi juga dilakukan dengan cara membandingkan

data atau informan yang dikumpulkan dari guru Bahasa Indonesia,

kemudian membandingkan dengan data tersebut, pengecekan anggota

dilakukan dengan cara menunjukkan data atau informasi, termasuk

hasil interrpretasi penelitian yang sudah ditulis dengan rapi dalam

bentuk catatan lapangan atau transkip wawancara pada informan kunci

agar dikomentari, disetujui atau tidak dan bisa ditambah informan lain

jika dianggap perlu.

3. Pemeriksaan Sejawat

Teknik pengecekan validitas data ini, bisa dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Pembahasan

sejawat tersebut akan menghasilkan masukan dalam bentuk kritik,

saran, arahan dan lainlain. Sebagai bahan pertimbangan berharga bagi

proses pengumpulan data selanjutnya dan analisis data sementara serta

analisis data akhir.

Teknik dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan

55
sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu

teknik pemeriksaan keabsahan data.

56
Daftar Pustaka

Ali Mudlofir. Evi Fatimah Rusydiyan, Desain Pembelajaran INOVATIF dari

Teori ke Praktik. Jakarta: Rajawali Pers, 2017

Arifin, Zainal, dan Setiyawan, adhi, 2012 Pengembangan pembelajaran aktif.

Yogyakarta; Skripta

Asiah, Nur. Analisis Kemampuan Praktik Strategi Pembelajaran Aktif (Active

Learning) Mahasiswa PGMI Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN

Raden Intan Lampung. Jurnal pendidikan dan pembelajaran dasar

(Terampil). Vol. 4 No. 1 (Lampung, Juni 2017)

Astuti Ridha Windi, Wekke Ismail Suardi. Kurikulum 2001 di Madrasah

Ibtidaiyah: Implementasi Di Wilayah Minoritas Muslim. Tadris:

Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 02 No. 1 (Maret 2017)

Fathurrohman Muhammad, Paradigma Kurikulum 2013 Strategi Alternatif

Pembelajaran di Era Global, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017)

Handayani Dewi Riska, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Dikelas VI MIN

Terpadu Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung”. Jurnal

Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar (Terampil), Vol. 4 No 2

(Oktober 2017)

Handayani Sri, Indah Meita Leni. Eksperimen Model Pembelajaran Project

Based Learning Dan Project Based Learning Terintegrasi Stem

57
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreativitas Peserta Didik

Pada Kompetensi Dasar Teknologi Pengolahan Susu. Jurnal

Penelitian Pendidikan, Vol. 35 No.1 (2018)

Istiqommah Addin, Tri Redjeki dan Sri Retno Dwi Ariani, “Penerapan Metode

Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Pada Materi Pokok

Larutan Asam dan Basa Dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 2

Karanganyar Tahun 2013/2014”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 3

No.3 (2017)

Jauhariyah Farah Robi'atul, Suwono Hadi, "Science, Technology, Engineering

And Mathematics Project Based Learning Pada Pembelajaran

Sains", Jurnal Pendidikan IPA Pascasarjana UM,Vol.7 (2017)

Khumairoh , Pengaruh Penererapan Metode Debat Terhadap Keterampilan

Berbicara Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota

Depok. Skripsi Program Sarjana Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah. Jakarta 2017

Kusumaningrum Sih dan D. Djukri. "Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Metode Project Based Learning (PjBL) Untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains dan Kreativitas” Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA, Vol. 2 No. 2 (2017)

Latifa umi. Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah Dan

Perkembangannya. Jurnal of multidisciplinary studies, Vol. 1 No. 2

(Desember 2017)

58
Mahendra Eka Wayan I. Project Based Earning Bermuatan Etnomatematika

Dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 6 No.

1(2017)

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung:

Remaja Rosdakrya

Nuraeni. Meningkatkan Nilai Hasil Tugas Proyek PPKN Melalui Implementasi

Metode Project Based Learning, Guru Mata Pelajaran PPKN

SMPN 3 Tenete Rilau Kabupaten Barru, Vol. 1 No. 1 (September

2018)

Nurlaili. Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Guru Dalam Perspektif Guru

Pamong Pada Mahasiswa Prodi Pgmi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu

Keguruan Uin Raden Fatah Palembang, Jurnal Ilmiah PGMI, Vol. 4

No. 1 (Juni 2018)

Ramayulis. Dasar-dasar kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan. Jakarta:

kalam mulia, 2017

RezekiRina Dwi, Nurhayati Nanik Dwi, "Penerapan Metode Pembelajaran

Project Based Learning (PjBL) Disertai Dengan Peta Konsep Untuk

Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa”. Universitas

Sebelas Maret, Vol. 4 No. 1 (2017)

Saidah, Pengantar pendidikan. Jakarta:rajawali pers, 2017

59
Saidurrahman, Arifinsyah. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Prenamedia Group,

2018.

Suarni. Meningkatkan Keaktifan belajar siswa pada kompetensi dasar organisasi

pelajaran pkn melalui pendekatan pembelajaran paikem untuk kelas IV

SD Negeri 064988 Medan Johor. Jurnal Keaktifan belajar, Pembelajaran

paikem, Vol. 01 No. 2 (Desember, 2017)

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif,dan

R&D). Bandung: ALFABETA, 2017

Timotius H. Kris. Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Penerbit Andi,

2017

60

Anda mungkin juga menyukai