Anda di halaman 1dari 11

JURNAL V

Nama : Sakila Pujiank


NIM : 150341805898
Fakultas : Pascasarjana
Program Studi : Pendidikan Biologi
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan

Materi : Keterkaitan Pendidikan Dan Pembelajaran, Pendidikan Sepanjang


Hayat, 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO, Dan Taksonomi Belajar

A. Konsep Penting yang Telah Dipahami (RESUME)


Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat
masyarakat dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan,
berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota
masyarakat dan warga negara. Di samping itu pendidikan merupakan usaha untuk
membentuk manusia yang utuh lahir dan batin cerdas,sehat, dan berbudi pekerti
luhur. Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara
terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi antara
sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar.
Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terus-menerus
dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar.
Konsep pendidikan dan pembelajaran yang diajarkan oleh pakar pendidkan
Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara adalah pembelajaran dan pendidikan yang
berlangsung dimana saja dan kapan saja. Setiap orang adalah guru dan setiap
rumah dan tempat adalah sekolah. Perkembangan dan padangan Ki Hajar
berkembang melampaui zamannya. Beliau sangat visioner dan paham mengenai
esensi pembelajaran yang digunakan dan diterapkan pada konsep pendidikan
modern dalam bentuk life long education .
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem
pendidikan yang dilakukan oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi.
Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah
dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia, semua
manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik,
karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan
oleh siapapun.
Menurut pendapat Sudjana (2001: 217-218) pendidikan sepanjang hayat harus
didasarkan atas prinsip-prinsip pendidikan di bawah ini :
a. Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
b. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisi
dan sistimatis.
c. Kegiatan belajar bertujuan untuk mempeoleh, memperbaharui, dan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki.
d. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan
belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang
melakukan kegiatan belajar.
e. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, baik untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu
melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pendidikan akan berjalan dengan baik sesuai cita dan tujuan bila diusung
oleh tiang-tiang penyangga, yaitu sesuai rekomendasi UNESCO learning to know,
learning to do, learning to be dan learning to live together.
Secara harfiah atau terminologis makna dari learning to know adalah
belajar untuk mengetahui. Pada dasarnya kegiatan belajar apapun maksud
tujuannya adalah mengetahui bahan-bahan yang dipelajari agar seseorang
mempunyai banyak informasi yang kelak berguna. Adapun maksud subtansinya
adalah mengetahui yang tidak sebatas memiliki materi informasi yang sebanyak-
banyaknya,menyimpan dan mengingat selama-lamanya dengan setepat-tepatnya
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah diberikan akan tetapi kemampuan
memahami makna di balik materi ajar yang telah diterimanya. Learning to know
juga sering disebut juga dengan learning to think (belajar bagaimana berpikir).
Berpikir yang terus menerus ini bukan hal yang mudah. Termasuk disini adalah
sasaran agar berpikir secara rasional, tidak semata-mata mengikuti kata-kata orang
atau membeo, bahkan juga tidak mandeg atau tumpul. Hasilnya akan
menjadikan seseorang yang independen, gemar membaca, mau selalu belajar,
mempunyai pertimbangan rasional (logical thinking) tidak semata-mata emosional
dan selalu curious untuk tahu segala sesuatu.
Learning to do (belajar bertindak/berbuat/berkarya) belajar berkarya erat
hubungannya dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari
perbuatan. Adapun maksud UNESCO dari learning to do adalah bagaimana
pendidikan mengajarkan perserta didik untuk mempraktekkan apa yang sudah
dipelajarinya dan mengarahkan pada kemampuan profesional terhadap dunia
pekerjaan di masa depannya.
Belajar ini merupakan konsekuensi logis dari learning to know,yang berarti
bahwa pendidikan melalui proses belajar mengajarnya tidak sekedar transfer
knowledge (memberi ilmu pengetahuan) kepada peserta didik tapi diarahkan pada
semangat berbuat, semangat mengamalkan ilmu dan semangat-semangat lain yang
searah dengan bertindak sesuai ilmu yang didapatnya. Belajar searah yang
didominasi guru harus diminimalisir dan diganti dengan belajar dua arah yaitu
antara peserta didik dengan guru saling proaktif. Ciri retorika yang lebih banyak
dipakai harus diseimbangi dengan semangat action yang besar pula. Bukanlah
kemampauan berbuat yang mekanis dan pertukangan tanpa pemikiran, tetapi
action in thinking, berbuat dengan berpikir (learning by doing).Dengan demikian,
peserta didik akan terus belajar bagaimana memperbaiki dan
menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana mengembangkan teori atau konsep
intelektualitasnya.Bila istilah ini sedikit dipersempit ke arah dunia kerja, maka
learning to do ini harus terus dipompa pada diri peserta didik untuk terus berkarya
agar mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam masyarakat yang
berkembang sangat cepat. Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar
mengetahui, sebab pengetahuan mendasari lahirnya perbuatan.
Sejalan dengan tuntutan perkembangna industri dan perusahaan, maka
ketrampilan dan kompetensi kerja ini juga berkembang semakin tinggi, tidak
hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional tetapi
sampai pada kompetensi professional. Dan aspek yang ingin dicapai dalam visi ini
adalah ketrampilan anak didik dalam menyelesaikan problem keseharian. Dengan
kata lain pendidikan diarahkan pada how to solve the problem.
Learning to be (belajar menjadi diri sendiri) diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Pendidikan melalui proses
pembelajaran juga harus mengarahkan peserta didik pada penemuan jati dirinya
yang utuh, sehingga mempunyai pijakan kuat dalam bertindak dan tidak mudah
terbawa arus, yang pada akhirnya menjadi manusia yang seluruh aspek
kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang baik intelektual, emosi,
sosial, fisik, moral maupun religiusitas.Dalam konteks yang seperti demikian,
peserta didik hendaknya diberdayakan untuk berpikir mandiri dan kritis, membuat
keputusan sendiri dalam rangka menentukan apa yang harus dilaksanakannya di
dalam berbagai konteks kehidupan.
Learning to live together (belajar hidup bersama) merupakan pilar terakhir
yang mempunyai arti belajar untuk hidup bersama, bermasyarakat dan bersosial.
Bahwa kenyataan kehidupan di dunia ini adalah pluralisme, majemuk dan
beraneka ragam baik ras, agama,etnik dan sekte sehingga tidak mungkin
mengajarkan anak untuk hidup sendiri atau untuk diri sendiri karena
bagaimanapun juga seseorang butuh orang lain, sehingga jenis belajar ini adalah
mengajarkan untuk dapat bersosial dan bermanfaat di lingkungannya.
Menurut Suyono (2015) implementasi keempat pilar pendidikan di
Indonesia seperti yang dicanangkan oleh UNESCO ini dapat dilihat dalam
konsideran yang melandasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam kaitan ini reformasi pendidikan yang
melahirkan visi pendidikan nasional Indonesia harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
Pertama, penyelenggaraan pendidikan dinyatakan suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,
didalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan
mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreatifitas
peserta didik.
Kedua, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dan paradigm
manusia sebagai sumberdaya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai
subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan haru mampu membentuk manusia
seutuhnya yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik
personal yang memahami dinamika psikosisial dan lingkungan kulturalnya.
Proses pendidikan harus mencakup:
a. Penumbuhkembangkan keimanan, ketakwaan
b. Pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi dan
kepribadian.
c. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Pengembangan, penghayatan, apresiasi dan ekspresi seni
e. Pembentukan manusia yang hakekatnya merupakan proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Ketiga, adanya pendangan terhadap keberadaan peserta didik yang
terintegrasi dengan lingkungan sosio-kulturalnya dan pada gilirannya akan
menumbuhkan individu sebagi pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang
berbudaya.
Empat pilar teritegrasi dengan baik dan diterapkan dalam pencapaian
ranah pembelajaran atau tingkatan pembelajaran yang disebut dengan taksonomi
belajar. Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke
dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang.
Taksonomi tujuan pembelajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom
terdiri atas enam tingkatan yaitu (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan,
(4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi.
Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam
lima jenis kategori yang menurut W. Gulo (2002: 66) yaitu: (1) Penerimaan, (2)
Tanggapan, (3) Penilaian, (4) Pengelolaan, dan (5) Penghayatan (karakterisasi).
Ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan manual fisik (skills)
dan kemampuan bertindak individu. Harrow (Syambasri Munaf, 2001)
mengembangkan ranah psikomotor dengan enam jenjang, yaitu:
Gerakan refleks, gerakan yang tidak disadari.

Keterampilan gerakan-gerakan dasar, yaitu gerakan yang menuntut


kepada keterampilan yang sifatnya kompleks.

Kemampuan perseptual, termasuk membedakan visual, auditif, motoris.

Kemampuan dalam bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan


ketepatan.

Gerakan-gerakan skill,mulai dari keterampilan sederhana sampai


kompleks.

Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi, seperti gerakan


ekspresif dan interpretatif.

B. Refleksi diri
Alhamdulillah dalam kesempatan ini saya belajar langsung dengan melalui
dua materi presentasi. Pada materi pertama yang membahas mengenai konsep
pendidikan dan pengajaran serta landasan 4 pilar pendidikan oleh UNESCO. Saya
menyadari bahwa proses pendidikan dapat berlangsung dimana saja dan bersifat
sepanjang hayat. Bahwa ilmu yang kita pelajari memberikan kesempatan kepada
kita dan tidak membatasi transfer ilmu tersebut dalam suatu kondisi tapi
belangsung sepanjang hayat. Hal ini disabdakan oleh Rasullah bahwa tuntutlah
ilmu sampai keliang lahat. Pemikiran visioner ini berkembang menjadi landasan
pendidikan modern. Sejalan dengan itu Ki hajar juga mengajarkan pemikiran
beliau yang berkembang melampaui zamannya dengan mengatakan bahwa setiap
orang adalah guru dan setiap rumah adalah sekolah. Menurut saya hal ini
mengisyaratkan bahwa proses pendidikan dapat terjadi disemua tempat tampa
memandang kondisi, ruang dan waktu.
Saya juga belajar bahwa dalam menerapkan konsep pendidikan sepanjang
hayat kita dapat tumbuh dan berkembang. Belajar memberikan kesempatan untuk
mengetahui potensi diri. Potensi diri berkembang melalui tindakan yang dikita
lakukan dan secara tidak sadar mengarahkan kita untuk mampu menjadi sesuatu
yang sesuai dengan karakteristik diri sendiri. Karakteristik dan potensi diri ini
menjadikan kita mampu untuk melakukan interaksi dengan masyarakat. Itulah hal
yang saya pelajari dan pahami mengenai 4 pilar UNESCO.

Pendidikan berusaha mewujudkan 4 pilar tersebut. Pendidikan


memberikan tingkatan atau taksonomi perkembangan dan pencapaian
keberhasilan pengajaran dimana kemampuan manusia dalam melakukan proses
pembelajaran akan berkembang menuju tingkatan yang lebih kompleks lagi.
Pencapaian tersebut diperoleh melalui tahapan pencapaian yang berkembang
sesuai dengan kompleksitas pembelajaran yang didasarkan pada pertumbuhan dan
perkembangan manusi itu sendiri.

Materi: Teaching and The Foundation of education (Pengajaran Dan


Landasan Pendidikan)

A. Konsep Penting yang Telah Dipahami (RESUME)


Menurut Syah dalam Chandra (2009: 33) dikatakan bahwa pendidikan
berasal dari kata dasar didik yang mempunyai arti memelihara dan memberi
latihan. Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan
tentang kecerdasan pikiran. Pengertian pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan melihat definisi
tersebut, sebagian orang mengartikan bahwa pendidikan adalah pengajaran karena
pendidikan pada umumnya membutuhkan pengajaran dan setiap orang
berkewajiban mendidik. Secara sempit mengajar adalah kegiatan secara formal
menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik menguasai materi
ajar.Manusaia memiliki upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
bimbingan pengajaran agar menguasai kemampuan sesuai dengan peran yang
harus dimainkan manusia.
Dalam pengajaran sains, pada hakikatnya pengajaran didefinisikan
sebagai transformasi dari pengetahuan sains. Makna transformasi berbeda dengan
makna transfer. Pada transfer pembelajaran, siswa hanya menerima apa adanya
pengetahuan dan kebenaran yang disampaikan oleh pengajar, semata melakukan
copy-paste. Makna transformasi, setelah terjadi transfer, pengetahuan itu
dikembangkan sendiri oleh siswa sesuai dengan kesiapan struktur kognitifnya
masing-masing, sehingga bernilai tambah. Pengetahuan yang diberikan guru
dikembangkan untuk disesuaikan dengan lingkungan, disesuaikan dengan
perkembangan ilmu yang sedang terjadi dan dipergunakan untuk menyelesaikan
masalah keseharian (Suyono dan Hariyanto,2015:17).
Hakekat pendidikan adalah pendidikan untuk manusia dan dapat
diperoleh selama manusia lahir hingga dewasa yaitu:
1. Manusia mengusahakan proses yang terus menerus. Manusia melakukan
rekonstruksi pengalaman dan sekaligus merupakan proses pertumbuhan
yang mengarah ke pertumbuhan selanjutnya. Hal ini disebut proses of
continues reconstruction of expressi.
2. Relevansi tersebut merupakan tuntutan sejak kecil, remaja, hingga dewasa.
Masa relevansi juga sejak di pendidikan dasar sampai perguruan tinggi,
dan masa dunia kerja. Masa relevansi itu terus menerus secara kontinuitas.
3. Masa penyesuaian diri adalah masa fleksibilitas luwes yang disesuaikan
dengan kebutuhan diri pada masanya. Artinya manusia harus bisa dan
mampu serta mau menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya.
Lingkungan keluarga, sekolah,masyarakat, desa, kota. Manusia juga harus
menyesuaikan diri dengan segala situasinya,berpendidikan ataukah kurang
perpendidikan, miskin atau kaya. Di samping itu juga iaharus
menyesuaikan diri dengan tempat atau penyesuaiakan diri secara
geografis.
4. Cita-cita manusia itu harus sesuai dengan tanggung jawab manusia dan
pendidikannya, baik pendidikan formal maupun pendidikan
masyaraka/lingkungan.
5. Manusaia memiliki upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
bimbingan pengajaran agar menguasai kemampuan sesuai dengan peran
yang harus dimainkan manusia.
Hal seperti di atas adalah juga seperti yang dijelaskan Ki Hadjar
Dewantara, bahwa nilai yang diraih adalah manusia yang utuh lahir dan batinnya
yaitu manusia yang cerdas,sehat dan berbudi pekerti luhur. Lembaga pendidikan
formal maupun non formal pada khakikatnya menumbuhkan dan memaksimalkan
potensi dan kecakapn hidup peserta didik. Dalam proses pengajaran hal yang
harus dilakukan adalah berpegang teguh terhadap landasan pendidikan seperti
mengembalikan khakikat manusi (memanusiakan manusia) dan mengembalikan
kedudukan manusia sebagai mahluk tuhan. Pengajaran yang dilakukan harus
mengacu pada landasan pendidikan, jika sudah diketahui landasan pendidikan
maka dalam proses pengajaran kharus menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan landasan pendidikan yang dianut. Contohnya landasan
mengajarakan untuk memanusiakan manusia maka dalam proses pengajaran
dilakukan upaya-upaya nyata untuk mewujudkannya misalnya dengan
memberikan pengajaran bermakna yang mampu menumbuhkan keterampilan dan
kinerja manusia itu sendiri.
Mengingat landasan tersebut menjadikan Ki Hajar Dewantara berpendapat
bahwa kita tidak dapat menyeragamkan sesuatu yang sudah beranekaragam, tugas
dan khakikat pembelajaran adalah menjadikan masing-masing peserta didik
mampu memaksimalkan potensi yang menjadi anugrah dan ciri khas dari masing-
masing individu. Pembelajaran harus bersifat bermakna, menarik dan memberikan
keterampilan hidup pada masing-masing peserta didik itu sendiri.
Dengan demikian keberhasilan pendidikan ini tidak serta merta dicapai
begitu saja, namun diperlukan persyaratan dan proses secara selektif. Untuk
memperoleh keberhasilan di dalam pendidikan tersebut diperlukan kesatuan dari
tiga komponen keberhasilan pendidikan.Keberhasilan kesatuan dari tiga
komponen itu menyangkut beberapa faktor:
1. Komponen pendidik
Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok tauladan. Konsep
pendidikyang sekaligus pemimpin seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar
Dewantara di atas, yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani yang semaksimal mungkin harus dipenuhi komponen pendidik.
Jika konsep ini dipenuhi, maka dalam diri pendidik tersebut akan memancarkan
aura yang menyebabkan wibawa pada dirinya. Di samping itu pendidik sebagai
sosok yang digugu lan ditiru (diikuti dan ditiru) akan menjadi bukti
kebenarannya. Tidak kalah pentingnya dalam usaha memperoleh keberhasilan ini
adalah sikap pendidik yang ikhlas.

2. Komponen Peserta Didik


Manusia sebagai peserta didik adalah salah satu komponen penentu
keberhasilan pendidikan. Jika manusia sebagai peserta didik itu pasif, apatis, dan
masa bodoh, maka mustahil pendidikan akan memperoleh keberhasilan. Oleh
karena itu, peserta didik dituntut berperan aktif di dalam proses pendidikan. Peran
aktif ini diwujudkan dalam sikap taat pada pendidik, yaitu taat pada perintah
maupun larangan pendidik. Taat pada pendidikan ini dilakukan ada maupun tidak
ada pendidik. Ada atau tidak adanya orang tua maupun guru, ia akan tetap taat.

3. Komponen Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan pendidikan, manusia baik pendidik maupun peserta
didik harus dalam kondisi yang bebas-demokratis. Dalam suasana gembira dan
saling memahami. Pendidik didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas
memberikan ilmunya kepada peserta didik. Demikian pula peserta didik juga
selalu dalam niat yang ikhlas untuk mencari dan menerima ilmu. Jika keduanya
telah terjalin dalam hubungan yang harmonis sama-sama ikhlas dan sama-sama
dalam kondisi bener tur pener (benar dalam kebenaran) maka ilmu yang
didapat akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Indikator keberhasilan proses
pendidikan ini adalah adanya perubahan nilai secara positif, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak menjadi ya, dari buta menjadi melek dari
faham menjadi mahir dan seterusnya.

B. Refleksi diri
Alhamdulillah dalam pembelajaran hari ini saya mampu mengikuti dengan
baik. Pada kesempatan ini saya belajar mengenai landasan pendidikan dan
pengajaran. Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan
mengembalikan khakikat manusia itu sendiri. Dalam proses pendidikan dan
pengajaran dirperlukan komponen pengajaran yang baik dan benar. Saya juga
belajar bagaimana hal yang sebelumnya saya pelajari dalam bahasan terdahulu
sangat berkaitan dengan materi-materi ini. Bahwa tindakan dalam proses
pemberdayaan pemikiran siswa juga dipikirkan secara mendalam dengan melihat
landasan pendidikan dan pengajaran. Analisis tersebut sangat berguna dalam
memberikan tindakan pengajaran dan rancangan pengajaran yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai