Nim : 21020089
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Mata kuliah : Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan
Dosen pembimbing : Dr. Abna Hidayati, S.Pd., M.Pd.
Tugas : Resume 6
a. Learning to know
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi
yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know),
berkaitan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk
mengetahui oleh UNESCO dipahami sebagai cara dan tujuan dari eksistensi manusia. Hal ini
sesuai dengan penegasan Jacques Delors (1966) sebagai ketua komisi penyusun laporan
Learning: The Treasure Within, yang menyatakan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu
pengetahuan sebagai cara (Means) dan pengetahuan sebagai hasil atau tujuan (End).
Belajar untuk mengetahui berimplikasi terhadap diakomodasikannya konsep belajar
tentang bagaimana belajar (Learning how to Learn), dengan mengembangkan seluruh potensi
konsentrasi pembelajar, keterampilan mengingat dan kecakapan untuk berpikir. Sesuai fitrahnya,
sejak bayi, anak kecil harus belajar bagaimana berkonsentrasi terhadap suatu objek dan orang-
orang lain.
Pengembangan keterampilan mengingat adalah suatu wahana yang unggul untuk
menanggulangi aliran yang berlimpah dari informasi instan yang disebarluaskan oleh banyak
media pada saat ini. Berbahaya jika kita berkesimpulan bahwa arus informasi yang luar biasa
banyaknya ini tidak perlu ditanggulangi dengan peningkatan keterampilan dalam mengingat.
Kecakapan manusia dalam memorisasi ini tidak boleh direduksi semata oleh hadirnya proses
automatisasi, tetapi harus selalu dikembangkan secara hati-hati.
Sementara itu, berpikir terkait sesuatu yang dipelajari anak, mula-mula dari orang tuanya,
kemudian dari para gurunya. Proses berpikir ini harus terkait dengan keterampilan menguasai
penyelesaian masalah praktis maupun pengembangan pemikiran abstrak. Oleh sebab itu,
pembelajaran sebagai praktik pendidikan harus mampu memandu siswa untuk menguasai secara
sinergis penalaran deduktif sekaligus penalaran induktif.
Belajar untuk berpikir merupakan pembelajaran sepanjang hayat, seseorang yang selalu
siap belajar untuk berpikir, selama hidupnya tidak akan mengalami kebosanan karena
menghadapi keniscayaan rutinitas.
b. Learning to do
Dalam hal ini pendidikan diharapkan mampu menyiapkan siswa berkaitan dengan dua
hal. Pertama, berhubungan dengan ekonomi industri, dimana para pekerja memperoleh upah dari
pekerjaannya. Kedua, suatu usaha yang kita kenal sebagai wirausaha, para lulusan sekolah
menyiapkan jenis pekerjaannya sendiri dan menggaji dirinya sendiri (Self Employment). Suatu
hal yang patut dicatat dan diimplikasikan dengan baik dalam kurikulum pembelajaran di sekolah,
sejak paruh kedua abad ke-20 yang lalu telah ada pergeseran besar dalam dunia industri. Jika
dulu lebih berfokus kepada pekerjaan fisik di lingkungan manufaktur, maka saat ini justru yang
banyak berkembang yaitu layanan jasa.*
Belajar untuk bekerja, Learning to do adalah belajar atau berlatih menguasai
keterampilan dan kompetensi kerja. Pada perkembangannya, Dunia Usaha/Dunia Industri
menuntut agar setelah lulus, para siswa pembelajar siap memasuki lapangan kerja, sehingga
seharusnya ada link and match antara sekolah dengan dunia usaha. Maknanya, sekolah wajib
menyiapkan berbagai keterampilan dasar yang diperlukan untuk siap bekerja.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do”
(belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak
dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga
bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan
sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada
penguasaan pengetahuan semata.
c. Learning to be
Belajar untuk menjadi manusia yang utuh (Learning to be), mengharuskan tujuan belajar
dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa sehingga pembelajar menjadi manusia yang
utuh. Manusia yang utuh adalah manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara
optimal dan seimbang, baik aspek ketakwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, sosial, fisik,
maupun moral. Seimbang dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial
dan kecerdasan spritualnya.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri
sendiri (learning to be). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik,
kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal: bagi siswa yang agresif,
akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri.
Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi
orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
Sebagai tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang akan diberikan kepada anak didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak. Sistem
pendidikan memerlukan pilar yang akan menyangga sistem pendidikan yang dilaksanakan agar
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan pendidikan pilar
pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha,pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang akan diberikan kepada anak didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak.Pilar ini
berperan untuk membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan intelektual dan
akademik yang tinggi.
4. Kenapa pilar pendidikan yang dikemukakan unesco ada 4 buah dan jumlah pilar
pendidikan yang dikembangkan di Indonesia ada lima?
• Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa
yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan.
Tenaga kependidikan harus menjadi inspirator dalam pengembangan, perencanaan, dan
pembinaan pendidikan dan pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai
kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.
• Learning to do adalah belajar untuk berkarya. Peserta didik harus harus bisa menghasilkan
suatu karya dari potensi yang dimilikinya. Proses belajar Learning to Do mengacu pada
perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi serta, pemilihan dan penerimaan
secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan serta kemauan untuk berbuat atau
merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia untuk tidak sekedar mengetahui, tetapi
lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan
• Learning to Be adalah belajar untuk menjadi sesuatu atau berkembang menjadi pribadi yang
seutuhnya. Dalam proses ini peserta didik diharapkan dapat belajar menjadi pribadi yang kreatif,
berwawasan, memiliki pengetahuan yang utuh serta mampu menguasai ilmu yang di tempuhya
selama proses pendidikan dilakasanakan. Menjadi pribadi yang utuh dalam hal ini dapat
diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai
norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat, belajar menjadi pribadi yang berhasil
sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
• Learning to live together( Belajar hidup bersama) adalah mempelajari bagaimana caranya untuk
dapat hidup baik bersama masyarakat dalam lingkungannya. Dalam prosesnya kebiasaan hidup
bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah.
Kebiasaan inilah yang nantinya akan menghasilkan tumbuhnya sikap saling memahami,
mengerti dan toleransi antar ras, suku dan agama.sehingga kelak mereka mampu hidup dan
bekerja sama dengan orang lain. Bahkan mereka akan peka terhadap suka duka orang lain.