Anda di halaman 1dari 4

A.

Pendidikan
Hampir setiap orang pernah mengalamai pendidikan, tapi tidak semua
orang bisa membedakan pendidikan, pendidik, dan mendidik. Ada dua istilah
yang bisa membantu kita memahami pendidikan, yaitu paedagogie (pen-
didikan) dan paedagogiek (ilmu pendidikan). Pedagogik (pedagogics) atau
ilmu pendidikan adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidkan,
yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan
(Rasyidin, 2007: 34). Ruang lingkup pendidikan bisa dilihat dari dua makna,
luas dan sempit.
Secara estimologik, paedagogie berasal dari bahasa yunani, yaitu
paedagogia artinya pergaulan dengan anak. pedagogi berasal dari bahasa
Yunani kuno juga dapat dipahami dari kata paid yang berarti anak, dan
egogos yang berarti membina/membimbing. Apa yang dipraktikkan dalam
pendidikan selama ini adalah konsep dari pedagogi, yang secara harfiah berarti
seni mengajar atau seni mendidik anak (Muis Sad Imam, 2004: 5).
Pedagogik sebagai ilmu/teori keilmuan pendidikan di kontinen eropa
baru berkembang pada abad ke-20, sedangkan diluar kontinen eropa (inggris
dan amerika), cabang pedagogik praktis bersama filsafat pendidikan sudah
jauh lebih berkembang. Di Indonesia, ilmu pedagogie baik praktis maupun
teoritis dimuali oleh Ki Hajar Dewantara. Penyebaran ilmu pedagogik juga
terbantu oleh rintisan gerakan kebangsaan atau kemerdekaan RI serta
perkembangan ilmu mendidik di Nedherland.
Menurut Taksonomi Bloom, pengajaran terbagi atas: (1) bidang
kognitif, yakni yang berkenaan dengan aktivitas mental, seperti ingatan,
pemahaman, analisis, evaliasi, dan mencipta; (2) bidang afektif, yakni
berkenaan dengan sikap; (3) bidang psikomotor, yakni berkaitan dengan
keterampilan hidup. Ke-tiga bidang tersebut memiliki sifat yang berbeda, tetapi
dalam proses pem-belajaran semuanya menjadi satu.
Hakikat pendidikan adalah Handayani seperti yang diungkapkan Ki
Mohamad Said R. yang memilik arti memberi pengaruh. Pendidikan meru-
pakan kumpulan proses yang memungkinkan seseorang mampu mengem-
bangkan seluruh kemampuan/potensi yang ia miliki, sikap dan bentuk prilaku
yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada.
Pendidikan dimulai dari rumah, lalu ke lingkungan bermain, dan sampai
ke sekolah, dari lingkungan mikro ke lingkungan makro, formal maupun non-
formal. Jika di rumah, orangtua-lah yang menjadi guru untuk mengajarkan
anak agar tumbuh mandiri dan dewasa, sedangkan di sekolah menjadi tugas
guru untuk membimbing anak agar kemampuan akademik dan non-
akademiknya berkembang.
Pendidikan sesi selanjutnya berlangsung ketika individu memenuhi kebu-
tuhan jasmani dan rohaninya, kebutuhan primer sekunder dan tersiernya, dari
situ akan ada proses dimana individu bekerja, mencari solusi, mengatasi ke-
miskinan dsb. Baik secara langsung dan tidak langsung, sesi ini menjadi proses
terdidiknya seseorang dengan ilmu baru yang didapatkan.
B. Mendidik
Kata mendidik menjadi kunci dalam pendidikan. menurut langeveld
mendidik adalah mempengaruhi/membimbing anak dalam usahanya men-
capai kedewasaan. Menurut Hoogveld, mendidik membantu anak supaya ia
cukup cakap dalam menjalani tugas hidupnya. Menurut Ki Hajar Dewantara,
mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar
mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai kebahagiaan
dan keselamatan yang setinggi tingginya.
Mendidik dan mengajar memiliki makna yang hampir sama, hanya saja
mendidik lebih memiliki tanggung jawab yang besar, karena bukan saja untuk
kepentingan pengajaran sekarang yang dilakukan secara sengaja, tapi juga
untuk mempersiapakan kehidupan di masa depan. Proses mendidik atau
educating dimuali dalam relasi pergaulan manusia, termasuk kualitas belajar
dan mendidik diri sendiri.
C. Filosofi Pendidikan Nasional
Berdasarkan pengalaman sejarah panjang yang dimiliki bangsa kita, dari
mulai penajahan hingga kerjaan, memberikan pengaruh terhadap filosofi pen-
didikan di negeri ini. Karena itu para pendiri republik ini dalam menentukan
filosofi pendidikan bertitik tolak dari akar budaya nasional dengan refleksi
historis bangsa indonesia.
Selain historis bangsa indonesia, filososfi pendidikan negeri ini juga me-
lihat kepada bangsa lain di dunia, sehingga pendidikan indonesia bisa diterima,
dimengerti, dan dipahami bangsa lain, juga outcome pendidikan indonesia di-
harapkan dapat diterima/dikembangkan menjadi warga dunia, dan menjadi
manusia yang diterima dengan baik.
D. Tujuan Pendidikan
Tujuan merupakan pembahasan yang penting, karena perjalanan institusi
yang memiliki visi yang jelas selalu dimulai dari tujuan (start from the end).
Demikian dengan pendidikan, memiliki tujuan agar kehidupan menjadi lebih
baik, tujuan yang ingin dicapai harus jelas, karena jiak tujuan sudah jelas, maka
selanjutnya tinggal memikirkan perangkat-perangkat yang efisien dan efektif
demi mewujudkan tujuan yang sudah di buat di awal.
Plato mengatakan bahwa tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah
penyadaran terhadap self knowing dan self realization kemudian inquiry dan
reasoning and logic. Jadi disini jelas bahwa tujuan pendidikan adalah memberi-
kan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan ter-
sebut harus di realisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian
serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alasan dan alur berpikirnya.
Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pendidikan penyadaran terhadap
self relization, yaitu kekuatan efektif (virtue) kekuatan untuk menghasilkan
(efficacy) dan potensi untuk mencapai kebahagiaan hidup melalui kebiasaan
dan kemampuan berpikir rasional. Dewey sebagai ahli filsafat dan ahli pendidi-
kan bangsa amerika serikat berpendapat bahwa pendidikan
kemasyarakatanlah yang lebih penting dari pendidikan individual.
Menurut Dewey, tujuan pendidikan ialah mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat berfungsi secara indi-
vidual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat memlalui penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta
berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan,
rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan, dan kehalusan budi pekerti.
E. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional kita terdapat dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu UU No. 20 Tahun 2003. Dalam UU tersebut dikatakan:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.








Sumber: Sukardjo.M dan Komarudin Ukim. 2009. Landasan pendidikan konsep
dan aplikasinya. Indonesia : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai